PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG UTAMA DPRD KOTA.GRESIK MENGGUNAKAN METODE BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (STUDI KASUS : GEDUNG BARU DPRD KOTA GRESIK) Fajar Akbar Malik Suryana1, Erwin Rommel2, Lukito Prasetyo3 Fakultas Teknik – Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Tlogomas No.246. Tlp.(0341)464318-319 Pes. 130 Fax. (0341) 460435 Email : fajarakbarms@gmail.com ABSTRAK Metode beton pracetak (precast) adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-komponen yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus (fabrication) dan selanjutnya dipasang di lokasi proyek (installation). Pemakaian metode beton pracetak (precast) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan metode konvensional. Kelebihan tersebut meliputi waktu pengerjaan yang relatif singkat, proses produksinya tidak tergantung cuaca, tidak memerlukan tempat penyimpanan material yang luas, kontrol kualitas beton lebih terjamin, hemat akan bekisting dan penopang bekisting, serta kemudahan dalam pelaksanaannya sehingga dapat mereduksi durasi proyek dan secara otomatis biaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil. Struktur gedung DPRD Kota.Gresik pada kondisi sebenarnya menggunakan metode cor setempat dan memiliki tinggi 5 lantai. Gedung ini telah dirancang dengan tinggi 5 lantai dengan menggunakan metode beton pracetak. Elemen pracetak hanya balok dan pelat, sedangkan pada elemen kolom, dinding geser, direncanakan menggunakan metode cor ditempat. Gedung ini dirancang menggunakan Sistem rangka gedung yang mampu menahan paling banyak 25 persen gaya gempa yang ditetapkan dan dinding geser beton bertulang khusus yang mampu menahan lebih dari 75 persen gaya gempa yang ditetapkan. Hasil dari perancangan ulang gedung DPRD Kota.Gresik ini meliputi ukuran balok induk 60/75, dan ukuran kolom 80x80 cm. Perancangan gedung ini juga menggunakan shear wall. Sambungan antar elemen pracetak menggunakan sambungan basah dan konsol pendek. Kata kunci : beton pracetak, dinding geser, sistem rangka gedung I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan gedung bertingkat perlu elemen beton precast, dibutuhkan biaya rencanakan dengan sangat baik dan optimal tambahan untuk keperluan karena berhubungan dengan dana penyambungannya dan sebagainya pembangunan yang jumlahnya cukup besar. 1.2. Rumusan Masalah Beberapa hal perlu ditinjau seperti, kekuatan Berikut merupakan rumusan masalah dalam konstruksi, kekakuan konstruksi, serta tugas akhir, antara lain : kemampuan dan kapasitas dalam beban layan 1. Bagaimana merencanakan elemen yang diterima. Selain hal yang disebutkan pracetak meliputi balok dan pelat diatas, juga perlu dipertimbangkan juga 2. Bagaimana analisa sistem stabilitas secara matang dalam aspek ekonomis. Sistem gedung terhadap gempa? pracetak melakukan pengecoran di setiap 3. Bagaimana merencanakan sambungan komponen di pabrik tempat pembuatannya, beton pracetak dengan beton setelah itu dimobilisasi menuju lokasi proyek konvensional? untuk menjadi suatu struktur konstruksi yang 4. Bagaiman merencanakan dan analisa utuh sesuai dalam As Shop As Build. dinding geser ? Penggunanan beton pracetak pada konstruksi 1.3. Tujuan bangunan dari segi efisiensi dalam aspek Tujuan dari penulisan ini antara lain; manajemen konstruksi dari sebuah proyek. 1. Dapat merencanakan elemen pracetak Beton precast juga kerap kali memakan biaya meliputi balok dan pelat tak terduga yang cukup banyak. Misalnya 2. Dapat menganalisa sistem stabilitas pada saat dilakukan pemasangan setiap gedung terhadap gempa 3. Dapat merencanakan sambungan beton pracetak dengan beton konvensional 4. Dapat merencanakan dinding geser sebagai dinding penahan gempa 1.4. Batasan Masalah Dalam merencanakan suatu konstruksi gedung bertingkat tidak boleh terlepas dari ketentuan – ketentuan yang ada seperti desain struktur, spesifikasi mutu bahan, dan analisa struktur agar didapat suatu konstruksi gedung yang berkualitas, aman dan sesuai fungsinya. 1. Beton pracetak yang dianalisa hanya pada balok dan pelat 2. Perencanaan beton konvensional meliputi kolom dan dinding geser 3. Tidak menganalisa dan merencanakan struktur bawah 4. Hanya memperhitungkan kekuatas sturktur tanpa memperhitungakan segi manajemen konstruksi dan arsitektural 1.5. Manfaat Manfaat yang dapat diperolah dari tugas akhir ini dapat memberikan informasi dan inovasi mengenai perencanaan beton konvensional dan beton pracetak dengan menggunakan sistem penahan gempa dinding geser II. LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pada jenis gedung tertentu, perencanaan sering diharuskan menggunakan suatu pola akibat syarat- syarat fungsional maupun strukturnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan, misal pada situasi yang mengharuskan bentang ruang yang besar serta harus bebas dari hambatan kolom, sehingga akan menghasilkan beban besar dan berdampak pada balok itu sendiri. 2.2. Sistem Struktur 2.2.1. Sistem Rangka Gedung beban lateral berupa dinding geser atau rangka. Rangka pemikul harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sebanyak banyaknya 25% dari seluruh beban lateral (SNI 1726-2012) 2.2.2. Dinding Geser Dinding Geser adalah suatu struktur dinding beton bertulang yang dipasang dalam posisi vertikal pada sisi gedung tertentu yang berfungsi menambah kekakuan struktur dan menyerap gaya geser yang besar seiring dengan semakin tingginya struktur. Fungsi dinding geser itu sendiri dalam suatu struktur bertingkat juga penting untuk menompang lantai pada struktur dan memastikan tidak runtuh jika terjadi gaya lateral akibat beban gempa 2.3. Kontrol Stabilitas Gempa 2.3.1. Beban Kombinasi 1. 1,4D 2. 1,2D + 1,6L 3. 1,2D + 1L ± 1E 4. 0,9D ± 1E 2.3.2. Kontrol Drift Kontrol Displacement yang terjadi akibat beban lateral yang dihitung pada simpangan terbesar gedung dan Simpangan antar lantai yang terjadi akibat beban lateral 2.3.2.1. Drift Ratio Gambar 2.2. Drift Ratio βπ‘ππ π·ππππ‘ πππ‘ππ = < 0,0025 π» 2.3.2.2. Drift Storey π·ππππ‘ ππ‘ππππ¦ = πΏπ+1 − ππ β Dimana ; πΏπ+1 = Simpangan antar lantai Gambar 2.1. Sistem Struktur Gedung Sistem rangka gedung adalah sistem struktur yang terdiri dari rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi. Pemikul h = tinggi antar lantai 2.4. Beton Pracetak 2.4.1. Pelat HCS Pelat merupakan struktur yang dibuat dari beton dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut Pada waktu pengangkutan pelat beton pracetak atau sebelum komposit, beban yang bekerja adalah berat sendiri pelat, sedangkan beban total yang diterima oleh pelat terjadi pada saat pelat sudah komposit. Pada perencanaan sambungan pada balok beton pracetak dengan kolom beton konvensional menggunakan konsol pendek sebagai tumpuannnya dengan sistem cor ditempat sehingga kekuatan dan kekauan struktur lebih bisa di pertanggung jawabkan Gambar 2.3. Pelat HCS Pelat hollow core slab merupakan pelat pracetak dimana ukuran tebal lebih besar dibanding dengan pelat pracetak tanpa lubang. Biasanya pelat tipe ini menggunakan kabel pratekan. Keuntungan dari pelat jenis ini adalah lebih ringan, tingkat durabilitas yang tinggi dan ketahanan terhadap api sangat tinggi. Pelat HCS memiliki lebar rata rata 1,00 – 2,00 m dengan tebal 120 mm – 250 mm Gambar 2.5. Konsol Pendek 2.4.2. Balok Balok merupakan suatu komponen struktur yang berfungsi sebagai element yang menahan pelat lantai serta beban yang bekerja padanya. Gambar 2.4. Inverted Tee Beams T-Beam adalah elemen beton pracetak yang memiliki penampang konstan. Balok tersebut memiliki 2 sisi sayap untuk menjadi tumpuan pada landasan pelat sebesar > 50mm untuk hollow core slab. Sama seperti pelat HCS, yakni dihitung pada saat sebelum komposit dan setelah komposit yakni dicor secara monolit sesaat setelah pelat ditumpu dan pemasangan overtopping 2.5. Sambungan Proses penyatuan komponenkomponen struktur beton pracetak menjadi sebuah struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang penting dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak III. METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Data Perencanaan 3.1.1. Data Umum Bangunan a. Nama Bangunan : Gedung Baru DPRD Kota Gresik b. Tipe Bangunan : Gedung Perkantoran c. Jumlah Lantai : 5 Lantai d. Tinggi Bangunan : ±30 m e. Struktur Bangunan : Beton Pracetak dan Beton Konvensional 3.1.2. Data Material a. Mutu Beton : 35 MPa b. Mutu Pelat Pracetak : 45 MPa c. Mutu Baja : 400 MPa 3.2. Analisa Stuktur Pembebanan - Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 2847:2013. - SNI 1727:2013 Tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. - SNI 1726:2012 Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. - SNI 7883:2012 Tentang Tata Cara Perancangan Beton Pracetak - Buku Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa (Ir. Rachmat Purwono , M.Sc) - Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa dan Beton Pracetak - PCI Handbook Prestressed Concrete 3.3. Diagram Alir - Jarak = 2,00 m - Jarak kuda-kuda = 8,00 m - Bentang = 50 m Direncanakan menggunakan profil C kanal 150 x 65 x 20 x 3,2 Δx = = 5 384 5 384 . . ππ₯ . πΏ4 πΈ. πΌπ¦ + 1 48 ππ₯ . πΏ3 . 0,6441 . 4004 πΈ. πΌπ¦ + 2000000. 54 1 48 0,54 . 4003 . 2000000. 54 = 0.95 cm Δy = = 5 384 5 384 . . ππ¦ . πΏ4 πΈ. πΌπ¦ + 1 48 1,264 . 3004 2000000. 54 . ππ¦ . πΏ3 + πΈ. πΌπ¦ 1 48 . 1,0692 . 3003 2000000. 54 = 1,35 cm Δ = √0,952 + 1,352 = 1,65 cm ≤ Δmax = 3,33 cm OK Kuda – Kuda Direncanakan menggunakan IWF 400 x 400 x 13 x 21 Hasil Staadpro : Mmax = 5540 kgm Nmax = 782,08 kg Vmax = 1900 kg Kapasitas Penampang Mn = Zx x Fy Zx = bf . tf .(d-tf) + 1/4 .tw. (d-2.tf)2 4.2.2. = 40.2.1(40-2,1) + 1/4. 1,3.(40-2.2,1) = 2767,07 cm3 Mn = 2767,07 x 400 = 1106828 kgm Mu < Ρ²Mn 5540 kgm < 996145,2 kgm OK Gambar 3.1. Diagram Alir IV. ANALISA PEMBAHASAN 4.1. Preliminary Design Kontrol terhadap Lendutan βijin βMax 4.3. πΏ 28050 = = 200 200 = 33,25 mm = 19,22 mm < 33,25 Perencanaan Pelat HCS Gambar 4.2. Pelat HCS Gambar 4.1. Design 3D Gedung 4.2. 4.2.1. Perencanaan Atap Perencanaan Gording Tebal Pelat Overtopping Bentang Lebar Mutu Beton = 15 cm = 5 cm = 8,00 m = 1,2 m = 45 Mpa OK Perencanaan HCS di rencanakan pada dua kondisi yakni pada saat prekomposit sebelum topping di cor lalu post komposit setelah topping di cor 4.3.1. Gaya yang bekerja Beban Mati Berat Sendiri ( 0,15 m x 2400 kg/m2 ) / 1,2 m = 300 kg/m Plafon dan Penggantung ( 7 + 11 kg/m2 )/ 1,2 m = 15 kg/m Berat Penutup Lantai ( 0,02 m x 1,2 x 2400 kg/m2 ) = 18 kg/m Overtopping ( 0,05 x 1,2 x 2400 kg/m2 ) = 144 kg/m Ducting dan Perpipaan = 5 kg/m Wds = 482 kg/m 4.3.4. Kontrol Kuat Lentur a. Perhitungan fps dimana, π½1 = 0,85 − ππ = 4.3.2. Perencanaan Kawat Prategang Direncanakan menggunakan PC Wire Ρ²9mm, (A=63,62mm2) jumlah 9 buah Gaya Prategang initial, Pi Pi = fpi x (n x Aps) = 1029 x (9 x 63,62) mm2 = 1178369 MPa πΌ = = 9,31MPa = π π₯ ππ = 9,31 x 6,76 = 2 ππ ππ π π΄ πΌπ₯ )− πΌπ₯ = ( 9 π₯ 63,62) 1200 π₯ ( 150 − 35) π΄ππ π₯ πππ 0,85 π₯ ππ π₯ π) = (9 π₯ 63,62) π₯ 1255,14 0,85 π₯ 45 π₯ 1200) 4.3.5. Perencanaan TulanganOvertopping Luas tulangan konvensional : = 1/4 x 3.14 x d2 x 1000/Jarak = 1/4 x 3.14 x 102 x 1000/150 = 523.6 mm2 Luas tulangan wiremesh yang dibutuhkan : = As x (Fyd/Fyw) = 523.6 x (4000/5000) = 418.88 mm2 Mutu Wiremesh (fyw) = 500 Mpa 400 400 Asw = As x ( ) =418,88 x ( ) 500 500 = 335,1 mm2 Dicoba dengan menggunakan wiremesh M9-150 Asw’= 0,25 x π x D2 x 1000/s = 0,25 x 3,14 x 92 x 1000/150 = 397,4 mm2 > 335,1 mm2 …. OK )} = 170,35 Mpa c. Relaksasi Baja RE = [πΎππ − π½(ππ» + πΆπ + πΈπ)] π₯ πΆ = 90,68 MPa d. Total Kehilangan Prategang = ES + CR + RE + SH = 323,9 Mpa 45 114,07 πππ > 71,84 πππ ………………. OK 62,87 πππ 3 π΄ππ π π₯ ( β−ππ) c. Kontrol ∅ππ > ππ’ Mpa b. Rangkak Beton CR = πΎππ π₯ π {(0,9 ( + 7 (45−30) π₯ 0,05 = 31,59 mm π ∅ππ = ∅ π₯ π΄ππ π₯ πππ π₯ ( π − ) 2 d = h – dc = 150 – 35 = 115 mm ∅ππ = 31,59 0,8π₯(9π₯63.62) π₯ 1255,14 π₯(115 − ) 2 ∅ππ = 114072744 πππ = 114,07 πππ 4.3.3. Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang a. Perpendekan Elastis Beton ππ 1178369 fc = π΄π+π.π΄π 126266,2 +6,76.63,62 Es (ππ−30) π₯ 0,05 b. Perhitungan Momen Nominal, ∅ππ 1 8 1 )] 0,742 = 1,2WDs + 1,6 WLL = ( 1,2 x 482 ) + ( 1,6 x 200 ) = 898,4 kg/m2 = x 898,4 x 82 8 = 7184 kgm = 71,84 kNm ππ = 1255,14 MPa = 200 kg/m = x WDs x L2 πππ’ = 0,0083 0,4 1470 fps = 1470 [1 − (0,0083 )] Momen Akibat Berat Sendiri Mds (ππ πππ¦ Beban Berfaktor qu π½1 = 0,85 − 7 = 0,742 πππ’ ≥ 0,85 , sehingga πΎπ = 0,4 Beban Hidup Beban Guna Bangunan Wll = 200 kg/m πΎπ fps = πππ’ [1 − Gambar 4.3. Pelat HCS 4.4. 4.4.1. Stabilitas Gempa Bobot Bangunan Tabel 4.1. Bobot Bangungan Drift-ratio = = 55,65 30000 βππ¨π© π» < 0,0025 (OK) = 0,0018 < 0,0025 (OK) Tabel 4.2. Tabel Gaya Gempa Dasar Gambar 4.5. Drift Non Utama 4.5. Drift Simpangan Antar Lantai Arah Sumbu X (Utama) Tabel 4.3. Simpangan Drift Utama Drift Ratio Arah X (Utama) βππ¨π© Drift-ratio = < 0,0025 (OK) = π» 38,2 30000 = 0,0012 < 0,0025 (OK) Gambar 4.4. Drift Utama Drift Simpangan Antar Lantai Arah Sumbu Z (Non Utama) Balok Induk Didalam preliminary desain gedung DPRD Kota Gresik direncanakan dimensi balok induk dengan menggunakan sistem pracetak. Maka dari itu, penulangan lentur balok induk dihitung dalam dua kondisi, yaitu sebelum komposit dan setelah komposit. a. Pre Komposit Beban Mati Berat Sendiri Balok = 0,39 m2 x 2400 kg/m3 = 936 kg/m Berat Sendiri HCS = 247 kg/m2 x 64m2 / 8m= 1976 kg/m Total Beban Mati Balok Induk = 2912 kg/m 1 Mu= x qu x L2 8 1 = 8 x 2912 x 82 = 23296 kgm = 2329,6 kNm Penulangan Lentur Dimensi Balok Induk = 60/70 Bentang =8m Diameter Tulangan Utama = 22 mm Diameter Sengkang = 13 mm d ( 700 – 40 – 13 – (0,5 x22) = 636 mm Mu = 2329,6 kNm ππ’ 232960000 Rn = 0,8 π₯ π π₯ π2= 0,8 π₯ 600 π₯ 6362 = 1,19 ρb = = 0,85.ππ ′ .π½1 600 . (600+ππ¦) ππ¦ 0,85.35.0,85 400 = 0,0378 1,4 ρmin = = ππ¦ Drift Ratio Arah Z (Non Utama) 600 . (600+400) 1,4 400 = 0,0035 ρmax 0,0284 = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,0378 = π = 0,85 - √0,72 − 1,7 π₯ π π ππ′ = 0,85 - √0,72 − 1,7 π₯ 1,19 35 = 0,036 ρ = π. ππ ′ ππ¦ Direncanakan Menggunakan Tulangan D22 Mu(-)= 459,818 kNm= 459,818x106 Nmm ππ’ 35 400 = 0,036 x = 0,0031 Asperlu = ρ x b x d = 0,0035 x 600 x 636 = 1335,6 mm2 Maka digunakan 4D22 ( As = 1521 mm2) Perhitungan Tulangan Geser Vu = 0,5 x qu x L = 0,5 x 2912 x 8 = 11648 kg = 116480 N 1 ∅Vc = x √ππ ′ x bw x d 6 1 = 6 x √35 x 600 x 636 = 376262,7 N > Vu = 116480 N ∅ππ = 0,5 x 376262,7 N = 188131,3 N > Vu = 116480 N ππ 188131,3 Vsmin = ∅ = 0,75 = 250841,73 N 531,14 π₯ ππ¦ π₯ π ππ − ∅ππ 265,571 π₯ 400 π₯ 636 = 188131,3 Smaks = = 718,23 2 mm Maka digunakan sengkang D13 – 300 mm 459,818 π₯ 106 Rn = 0,8 π₯ π π₯ π2 = 0,8 π₯ 600 π₯ 6862 = 2,03 1 π₯ 13,45 ρperlu= (1 − √− 2 π₯ 13,45 π₯ 2,03 ) 400 = 0,0052 Asperlu = ρ x b x d = 0,0052 x 600 x 686 = 2165,48 mm2 Maka digunakan 7D22 ( As = 2661 mm2) Kontrol Balok T Lebar Effektif πΏ 8000 beff= 4 = 4 = 2000 mm beff= b + (8tf)= 600 + 8 x 200= 2200 mm beff = b + (0,5 L)= 600 + 4000= 4600 mm Diambil yang terkecil = 2000 mm Cc = Ts 0,85 x fc’ x a x b = As x fy 2661 π₯ 400 a = = 17,89 mm 0,85 π₯ 35 π₯ 2000 π 17,89 = 22,36 mm 0,8 (686−22,36) ππ = 0,003 = 0,11 22,36 400 ππ¦ = = 0,002 200000 c =π½= Maka, c < tf 22,36mm < 200 mm, Sehingga menggunakan perhitungan balok persegi biasa Kapasitas Momen (∅π΄π) π Mn = As x fy x (d - 2 ) Gambar 4.6. Balok Pre Komposit b. Post Komposit 17,89 2 = 2661 x 400 x ( 686 = 720,65 kNm Mu < ∅ππ 459,818 kNm < 0,9 x 720,65 kNm 459,818 kNm < 648 kNm…..OK ) Penulangan Tumpuan Tulangan Negatif Tumpuan ππ¦ 400 m = 0,85 π₯ ππ = 0,85 π₯ 35 = 13,45 0,85.ππ ′ .π½1 600 . (600+ππ¦) = ππ¦ 1,4 1,4 ρmin = ππ¦ = 400 = 0,0035 ρb = 0,0378 ρmax = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,0378 = 0,0284 Gambar 4.7. Balok Tumpuan Post Komposit Tulangan Lapangan Direncanakan Menggunakan Tulangan D22 Mu= 177,459 kNm = 177,459x 106 Nmm ππ’ Penulangan Geser 177,459 π₯ 106 Rn = 0,8 π₯ π π₯ π2= 0,8 π₯ 600 π₯ 6862 = 0,78 1 ρperlu=13,45 π₯ (1 − √− 2 π₯ 13,45 π₯ 0,78 ) 400 = 0,0019 Asperlu = ρ x b x d = 0,0035 x 600 x 686 = 1440,6 mm2 Maka digunakan 4D22 ( As = 1521 mm2) Kontrol Balok T Lebar Effektif πΏ 8000 beff= = = 2000 mm 4 4 beff= b + (8tf)= 600 + 8x200= 2200 mm beff= b + (0,5 L)= 600 + 4000= 4600 mm Diambil yang terkecil = 2000 mm Cc = 0,85 x fc’ x a x b Ts = As x fy Sehingga Cc = Ts 0,85 x fc’ x a x b = As x fy 1521 π₯ 400 a = 0,85 π₯ 35 π₯ 2000 = 10,22 π x =π½= 4,23 = 0,8 12,77 mm Maka, x < tf 12,77 mm < 200 mm, Sehingga menggunakan balok persegi biasa Kapasitas Momen (∅π΄π) π Mn= As x fy x (d - 2 ) 10,22 = 1521 x 400 x ( 686 - 2 ) = 414,25 kNm Mu < ∅π΄π 177,459 kNm < 0,9 x 414,25 kNm 171,459 kNm < 372,82 kNm …… OK Gambar 4.9. Output Gaya Geser Balok Menghitung Gaya Geser Beton Gaya Geser , Vu= 233,063 kN ( Output Staadpro ) 1 ππ = 6 π₯√ππ π₯ ππ€ π₯ π 1 = 6 π₯√35 π₯ 600 π₯ 686 π₯ 10−3 = 405,84 ππ ∅ππ = 0,5 x 405,84 = 202,92 kN < Vu = 233,063 kN Maka dipelukan Tulangan Geser Menghitung Jarak Sengkang Direncanakan menggunakan tulangan sengkang D13(As = 132,786 mm2) dengan fy = 400 MPA Av = 4 x As = 4 x 132,786 = 531,14 mm2 π΄π£ π₯ ππ¦ π₯ π 531,14 π₯ 400 π₯ 686 Smaks = = = 3 ππ’ 233,063 π₯ 10 625,35 mm Sengkang didaerah plastis ∅ππ − πππ ππ. Maka digunakan diluar sendi plastis sengkang ∅ππ − πππ ππ Panjang Tulangan Penyaluran Pada Balok 0,24 π₯ ππ π₯ πΉπ¦ βd = ( = ) π₯ ππ π√ππ′ 0,24 π₯ 1 π₯ 400 ( 1√35 ) π₯ 25 = 450 mm Gambar 4.10. Sengkang Tumpuan Gambar 4.8. Balok Lapangan Post Komposit Gambar 4.11. Sengkang Lapangan Tabel 4.44. Rekapitulasi Penulangan Balok 4.6. Perencanaan Kolom Direncanakan ; b Kolom = 800 mm h Kolom = 800 mm fc’ = 35 MPa fy = 400 Mpa Selimut Beton = 40 mm κSengkang = 10 mm Hasil Analisa Staadpro, didapatkan : Pu = 4570 kN Mu1 = 172,28 kNm Mu2 = - 289,1 kNm V = 70,23 kN Design Penulangan Kolom Mu1 = 172,28 kNm Mu2 = 289,1 kNm Pu = 4570 kN ππ’ 289,1 e = = = 0,062 m = 62 mm ππ’ 4570 Ag = 800 x 800 = 640000 mm2 Untuk Luasan tulangan Longitudinal 0,01 Ag < Ag < 0,08 Ag Maka direncanakan menggunakan Tulangan 14D25 (As = 6872 mm2) = 1%Ag = 6400 mm2 Untuk Momen Kolom Arah Y Menggunakan Tulangan 4D25 = 1963 mm2 d = 800 – 40 -10 – ½ 25 = 737,5 mm d’ = 40 + 10 + ½ 25 = 62,5 mm π΄π π₯ πΉπ¦ 1963 π₯ 400 a=0,85 π₯ ππ′π₯ π = 0,85 π₯ 35 π₯ 800 = 32,99 ππ Mny = ( As x fy ) x (d –a/2) = (1963 x 400) x (737,5 – 32,99 /2) = 566,13 kNm MRy=∅ ππ=0,8 π₯ 737,02 = 452,9 πππ MRy = ∅ ππ > Mu = 452,9 kNm > 289 ,1 kNm Untuk Momen Kolom Arah X Menggunakan Tulangan 5D25 = 2454 mm2 d= 800 – 40 -10 – ½ 25= 737,5 mm d’ = 40 + 10 + ½ 25 = 62,5 mm a= π΄π π₯ πΉπ¦ 0,85 π₯ ππ ′ π₯ π = 2454 π₯ 400 0,85 π₯ 35 π₯ 800 = 41,24 ππ Mny= ( As x fy ) x (d – a/2) = (2454 x 400) x (737,5 – 41,24/2) = 703,68 kNm MRx=∅ ππ=0,8 π₯ 286,44 = 562,95 πππ MRx= ∅ ππ> Mu = 562,95 kNm > 172,28 kNm ΖPn = 0,8 x ΙΈ x [ 0,85 x fc’(Ag – As) + Fy x As ) = 0,8 x 0,65 x [ 0,85 x 35(640000 – 8836) + 400 x 8836) = 11601,99 kN > Pu = 4570 kN (OK) Perencanaan Sengkang Pada Kolom Vu = 70,23 kN Ln = 5,25 m d = 800–40–10–½25=737,5mm = 0,7375 m 0,5 π₯ 5,25−0,7375 VuKritis = π₯70,23 = 0,5 π₯ 5,25 60,26 ππ Gaya Geser Beton : Vc = 1/6 x fc’ x b x d = 1/6 x √35 x 800 x 737,5 = 581,74 kN ΖVc = 0,75 x 581,74 kN = 436,31 kN ΖVc > Vu Kritis = 436,31 kN > 60,26 kN Maka jarak maksimum sengkang yang diambil adalah Ζ10 – 300 mm Maka sejarak Lo 0,8 m sengkang dipakai Ζ10 – 105 mm Maka di luar panjang Lo,digunakan sengkang Ζ10 – 150 mm Pengekangan Kolom 105 π₯ 688 π₯ 35 640000 Ash1 = 0,3 π₯ ⌊(577600) − 400 1⌋ = 208,59 mm2 105 π₯ 688 π₯ 35 Ash2 = 0,09 x = 568,89 mm2 400 Keburtuhan Pengekang (n) π΄π β 568,89 = 200,96 = 2,89 = 4 Buah π΄π Maka Digunakan 4D16 – 150 mm Tabel 4.5. Rekapitulasi Penulangan Kolom 2 2 Asc =(3 π₯ π΄π£ + π΄π)) = 3 π₯15 + 222,0 = 322,07 ππ2 Maka digunakan Asc = 849,71 mm2 (3D22 = 1140 mm2) Sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 11.8.3.4 luas total sengkang tertutup tidak boleh kurang dari : Ah = 0,5 (Asc–An) = 0,5(849,71 – 222,07) = 313,82 mm2 Maka digunakan sengkang tertutup 4D13 (As = 531 mm2) dipasang sepanjang 2/3d = 358,7 mm = 360 mm Gambar 4.13. Penulangan Konsol Gambar 4.12. Penulangan Kolom Perencanaan Konsol Pada Kolom Vu = 333,105 kN = 333105 N Dimensi Balok = 60/75 Dimensi Konsol : bw = 600 mm h = 600 mm d = 600 – 40 – 22 = 538 mm fc’ = 35 Mpa Fy = 400 Mpa Av = 150 mm Luas Tulangan Lentur Mu = (Vu x Av) + Nuc (h –d) = ( 333105 x150) 66621 (400– 638 ) = 54096252 Nmm ππ’ Af =0,85 π₯ ∅ π₯ ππ¦ π₯ π = 54096252 0,85 π₯ 0,75 π₯ 400 π₯ 638 = 627,64 ππ2 Luas Tulangan Pokok ππ’π 66621 An = ∅ π₯ ππ¦ = 0,75 π₯ 400 = 222,07 ππ2 Perhtiungan Kebutuhan Tulangan Asc = Af + An = 627,64 + 222,07 = 849,71 mm2 4.7. Perencanaan Dinding Geser Data Perencanaan : Mutu Beton (fc’) = 35 Mpa Mutu Baja (fy) = 400 Mpa Tebal Dinding = 30 cm Bentang = 8 m (Arah X), 8 m (Arah Y) Tinggi = 6 m (Per Lantai) Tabel 4.6. Rekapitulasi Dinding Geser X Tabel 4.7. Rekapitulasi Dinding Geser Y Kuat Aksial Rencana Untuk Arah X Pu = 2678,37 kN Ag = 8000 x 300 = 24 x 105 mm2 ∅πππ€ = 0,55 π₯ 0,75 π₯ 35 π₯ 24 π₯ 105 0,8.5250 2 [1 − ( ) ] 32 π₯ 300 = 3735703 N = 3735,7 kN > Pu = 2678,37 kN Untuk Arah Y Pu = 1256,51 kN Ag = 8000 x 300 = 24 x 105 mm2 ∅πππ€ = 0,55 π₯ 0,75 π₯ 35 π₯ 24 π₯ 105 [1 0,8.5250 2 − ( ) ] 32 π₯ 300 = 3735703 N = 3735,7 kN > Pu = 1256,51 kN Desain Penulangan Dinding Geser Arah X Gaya yang Bekerja : Mux = 28907,83 kNm Muy = 7622,16 kNm Vux = 2634,45 kNm Vuy = 564,53 kNm Ln = L – dimensi kolom = 8000 – 800 = 6400 mm Acv = 300 x 8000 = 24 x 105 mm2 Penulangan Horizonal dinding Dicoba menggunakan tulangan 2D19 (As = 567 mm2) π΄π 567 S < β π₯ π = 300 π₯ 0,0025 = 756 mm2 > 450 mm Maka digunakan tulangan horizontal 2D19 – 300 mm Penulangan Vertikal dinding π΄π 567 S < β π₯ π = 300 π₯ 0,0025 = 756 mm2 > 450 mm Maka digunakan tulangan horizontal 2D19 – 300 mm Arah Y Penulangan Horizonal dinding Dicoba menggunakan tulangan 2D16 (As = 402 mm2) π΄π 402 S < β π₯ π = 300 π₯ 0,002 = 670mm2 > 450 mm Maka digunakan tulangan horizontal 2D16 – 300 mm Penulangan Vertikal dinding π΄π 402 S < β π₯ π = 300 π₯ 0,0015 = 893 mm2 > 450 mm Maka digunakan tulangan horizontal 2D19 – 300 mm Desain Elemen Pembatas Dinding Stuktur Khusus ( Boundary Element/Zone) Panjang Elemen Pembatas Lbz > 0,15 Lw = 0,15 x 8000 = 1200 mm Tbz > Lu/16 = 6000/16 = 375 mm Tbz = 500 mm Menentukan tulangan confinement pada elemen pembatas Dicoba Tulangan D13 -100, sengkang yang dibutuhkan hc = 500 – ( 2 x 40mm + ½ x 13)) = 413,5 mm Ash = 0,09 x π π₯ ππ π₯ ππ ′ ππ¦ 100 π₯ 413,5 π₯ 35 400 = 0,09 x = 279,1 mm2 Maka digunakan 4D13 – 100mm = 664 mm2 > 279,1 mm2….OK Menentukan tulangan confinement pada badan shearwall Dicoba Tulangan D13 -100, sengkang yang dibutuhkan bc = 500 – ( 2 x 40mm + ½ x 13)) = 413,5 mm π π₯ ππ π₯ ππ′ Ash = 0,09 x ππ¦ 100 π₯ 413,5 π₯ 35 = 0,09 x = 279,1 mm2 400 Maka Digunakan 4D13 – 100mm = 664 mm2 > 279,1 mm2 .......... (OK) Panjang Penyaluran Tulangan D19 Panjang penyaluran (βdh) batang tulangan D19 yang dibutuhkan , tidak kurang dari nilai terbesar : 8 db = 8 x 19 = 114 mm 150 mm 300 π₯ 19 βπβ = 5,4 π₯ = 178,42 mm √35 Jadi βdh = 178,42 mm, panjang penulangan tulangan tarik ld = 3,5 βdh = 3,5(178,42) = 624,4 mm Tabel 4.8. Penulangan Dinding Geser X Tabel 4.9. Penulangan Dinding Geser Y Gambar 4.14. Penulangan Dinding Geser Gambar 4.15. Penulangan Dinding Geser V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan perencanaan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan a. Perencanaan HCS dengan bentang 8m, lebar 1,2m dan ketebalan sebesar 15 cm dengan overtopping 5cm menggunakan pcwire strand Ζ9mm dengan jumlah 9 buah untuk menhahan gaya gaya yang bekerja pada pelat. b. Simpangan Drift yang terjadi akibar beban lateral dengan proporsional 80% shearwall dan 20% portal didapatkan drift sebesar 38,2mm pada Utama, dan 55,65mm pada Non Utama c. Dimensi Penampang Balok Pracetak yang digunakan adalah Balok booth sebagai landasan pelat HCS pada sayapnya,didapatkan 60/70 pada saat pre-komposit dan 60/75 pada saat post komposit dengan Tulangan Utama D22 dan sengkang θ13 d. Kolom berdimensi 80/80 menggunakan tulangan utama D25 dan sengkang Ζ10 dengan tulangan rasio 1,1%Ag (14D25). Komponen pracetak disambung dengan menggunakan sambungan basah dan konsol pendek agar bangunan tersebut menjadi bangunan pracetak yang monolit. Ukuran konsol pendek kolom adalah 600x600 mm e. Dinding Geser direncanakan memiliki tebal 30cm dengan bentang 8m dan tinggi 6m dan ditempatkan pada posisi Arah Utama gedung dan Non Utama Gedung menggunakan Tulangan 2D19300 dan 2D16-300 baik horizontal maupun vertikal dan menahan beban lateral yang bekerja 5.2. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan perencanaan pada bab sebelumnya maka dapat disarankan ; a. Pemilihan penggunaan precast pada umumnya dan menggunakan plat HCS pada khususnya sebaiknya direncanakan sebelum struktur utama direncanakan. Hal itu nanti terkait dengan efisiensi penggunaan plat yang digunakan serta waktu dalam pelaksanaan sehingga efeknya pada cost bangunan itu sendiri b. Perlu pengawasan dengan baik pada saat pelaksanaan sambungan antar elemen beton pracetak karena sambungan beton pracetak tentu tidak semonolit seperti pada sambungan dengan cor setempat agar nantinya pada saat memikul beban tidak terjadi gayagaya tambahan yang tidak diinginkan pada daerah sambungan akibat dari kurang sempurnanya pengerjaan sambungan DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 2847-2013 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 1776-2012 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Pracetak. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional PCI. 6th Edition. PCI Design Handbook Precast and Prestressed Concrete. Chicago : PCI Industry Handbook Committee Purwono, Rachmat. 2010 . Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: ITS Press. Soetoyo,Ir, 2002. Konstruksi Beton Pratekan. Surabaya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Institut Teknologi Sepuluh November