Uploaded by Hajiar Yuliana

Makalah SNTE Hajiar

advertisement
Prosiding Seminar Teknik Elektro Volume 4 Tahun 2018
Peningkatan Kualitas Sinyal Indoor Dengan Perencanaan
Kapasitas Pada Simulasi Indoor Building Coverage (IBC)
Hajiar Yuliana, Sofyan Basuki
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Jendral Achmad Yani (UNJANI),
Cimahi, Jalan Terusan Jend. Sudirman PO.BOX 148 Cimahi 40531
hajiar.yuliana@lecture.unjani.ac.id
Abstrak – Suatu bangunan, umumnya tidak semuanya
memiliki instalasi sistem jaringan indoor. Hal tersebut
menyebabkan area gedung tidak mendapatkan kualitas sinyal
jaringan khususnya pada penelitian ini yang diamati adalah
jaringan LTE. Kondisi sinyal tersebut dikatakan tidak sebaik jika
dibandingkan dengan kualitas sinyal di luar gedung. Selain itu
konstruksi bangunan dan material gedung juga menjadi faktor
lain yang menyebabkan terjadinya pelemahan sinyal. Salah satu
solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi yaitu dengan melakukan perencanaan instalasi Indoor
Building Coverage (IBC) pada jaringan LTE. Dalam
melaksanakan perancangan IBC LTE ini dilakukan analisa untuk
melakukan perencanaan IBC tersebut dengan menganalisa dari
sisi capacity dan coverage. Pada penelitian ini dilakukan analisa
melalui perhitungan dari sisi perencanaan secara capacity
didapatkan jumlah antena yang diperlukan dalam perencanaan
yaitu 133 antena. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh rata-rata
RSRP berkisar -50 hingga -74 dBm dan SINR dengan rata-rata
berkisar 14 hingga 67 dB. Dengan membandingkan hasil simulasi
dengan nilai standar radio parameter pada salah satu operator
(XL Axiata) didapatkan bahwa perencanaan telah memenuhi
standar operator yang menyebabkan area gedung mengalami
peningkatan coverage.
Kata Kunci : Indoor Building Coverage (IBC), LTE, Capacity
Planning
karakteristik gedung tempat sel tersebut terpasang. Pada sistem
sel dalam gedung dibutuhkan teknik khusus untuk mengatasi
kondisi propagasi dalam ruangan. Tidak sama dengan area
ruang kosong, sistem dalam gedung mengalami banyak rugi
seperti kepadatan material dalam gedung, konstruksi gedung,
kepadatan orang dalam gedung, dan terbatasnya celah antar
ruangan seperti jendela dan pintu. Karakteristik sel dalam
gedung yaitu area cakupan sel kecil, sinyalnya terbatas sampai
pada sisi gedung, daya pemancar yang digunakan rendah,
antena dipasang di dalam gedung ukuran antena keciL.
Kondisi yang terjadi pada suatu bangunan tersebut menjadi
bahan untuk dilakukan simulasi perencanaan Indoor Building
Coverage (IBC) pada jaringan LTE, dengan melakukan
perencanaan capacity dan coverage untuk mengetahui
banyaknya site/antena baru yang diperlukan dan melakukan
simulasi dengan menggunakan software RPS untuk mengetahui
nilai dari LTE Radio Parameter seperti RSRP dan SINR setelah
dilakukan perencanaan IBC. Pada penelitian ini, perencanaan
hanya akan dianalisis dari sisi perencanaan secara kapasitas
Untuk membuat rancangan jaringan indoor maka
menggunakan perangkat Lunak Radiowave Propagation
Simulator (RPS). RPS adalah program aplikasi desktop yang
berfungsi untuk menganalisis propagasi gelombang radio atau
prediksi coverage BTS telekomunikasi.
I. PENDAHULUAN
II. REVIEW LITERATUR
Meningkatnya pengguna komunikasi seluler, semakin hari
semakin bertambah mengikuti dengan perkembangan teknologi
telekomunikasi itu sendiri. Pengunaan teknologi LTE saat ini,
selalu dibutuhkan dimanapun kita berada, baik di dalam
maupun di luar ruangan. Namun pada kenyataannya, tidak
semua area dapat tercakup oleh jaringan LTE dengan kualitas
sinyal yang baik. Hal tersebut membuat penyedia jaringan
telekomunikasi untuk berinovasi dan berusaha meningkatkan
kemampuan pada jaringannya. Kebutuhan terhadap komunikasi
tidak hanya berlaku pada area (outdoor) saja tetapi juga pada
area indoor, seperti gedung, apartment perkantoran, sekolah,
rumah sakit, tempat parkir di basement, serta pusat
perbelanjaan. Hal ini mengakibatkan banyak terjadi redaman
terhadap sinyal komunikasi yang mengalami gangguan, maka
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sinyal di dalam
gedung tersebut perlu dibangun jaringan seluler indoor atau
dapat disebut inbuilding coverage system agar kebutuhan
kualitas sinyal, cakupan (coverage), atau pun kapasitas
trafiknya dapat terlayani dengan maksimal.
Sistem dalam gedung sangat berbeda dengan sistem luar
gedung, hal yang paling mendasar adalah model perancangan
sistem radio dan distribusi antenanya harus disesuaikan dengan
II.1 Konsep Dasar LTE
Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi wireless
generasi ke-4 yang memiliki kemampuan di atas kemampuan
teknologi sebelumnya yaitu 2G dan 3G yang dapat memberikan
layanan IP-based voice, data and streaming multimedia dengan
kecepatan dan Quality of Experience(QoE)/Quality of Service
(QoS) yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi 3G.
Menurut standar, LTE dapat memberikan kecepatan uplink
hingga 75 Megabit per detik (Mbps) dan kecepatan downlink
hingga 100 Mbps [6]. Tidak diragukan lagi, LTE akan
membawa banyak manfaat bagi jaringan seluler
Bandwidth LTE adalah dari 1.4 MHz hingga 20 MHz [7].
Operator jaringan dapat memilih bandwidth yang berbeda dan
memberikan layanan yang berbeda berdasarkan spektrum. Hal
ini merupakan tujuan lain dari desain LTE yang sederhana yaitu
untuk meningkatkan efisiensi spektrum pada jaringan, yang
memungkinkan operator untuk menyediakan lebih banyak
paket data pada suatu bandwidth. LTE menggunakan topologi
jaringan all-IP, namun spesifikasi dari LTE tetap memiliki
kemampuan untuk terhubung dengan sistem teknologi 2G dan
3G yang masih menggunakan layanan domain circuit switch
416
Prosiding Seminar Teknik Elektro Volume 4 Tahun 2018
seperti pada voice. Oleh karena itu, LTE memanfaatkan layanan
Circuit Switch Fall Back (CSFB) agar layanan voice LTE
dengan teknologi sebelumnya tetap dapat terhubung.
II.2 Indoor Building Coverage
Indoor Building Coverage merupakan suatu sistem yang
diterapkan dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung
(makrosel dan mikrosel outdoor) dalam memenuhi layanan
seluler dan wireless [7]. Perencanaan sel dalam gedung (indoor
coverage) meliputi perencanaan area cakupan sesuai dengan
komitmen area, kapasitas trafik sesuai kebutuhan dan kualitas
sinyal yang memuaskan pelanggan, dan dengan interferensi
yang kecil. Dengan begitu tujuan IBC adalah untuk
memperbaiki kualitas sinyal dan trafik di dalam gedung yang
memiliki kualitas sinyal buruk atau memiliki trafik yang sangat
padat.
IBC dilakukan jika suatu gedung memiliki kualitas sinyal
yang rendah dan trafik yang padat. Salah satu gedung dengan
tingkat trafik yang tinggi adalah apartemen. Tingkat kepadatan
penghuni pada suatu apartemen akan mempengaruhi kualitas
sinyal yang diterima oleh user. Selain itu, material apartemen
seperti beton, kaca, kayu, bata ringan, dan sebagainya dapat
menyebabkan atenuasi oleh dinding/material akan semakin
meningkat dan mengakibatkan penurunan daya.
Prinsip kerja IBC yaitu dengan menggunakan perangkat
pemancar dan penerima yang dipasang di dalam gedung yang
bertujuan untuk melayani kebutuhan akan telekomunikasi
gedung baik kualitas sinyal, cakupan, maupun kapasitas
trafiknya. Sama halnya dengan perencanaan IBC pada gedung
bertingkat lainnya, perencanaan IBC di apartemen dilakukan
dengan cara melakukan pemasangan transmitter atau antena
yang terdistribusi (DAS) pada seluruh lantai. Hal yang
membedakan adalah jumlah perangkat seperti splitter,
connector, dan antena yang akan lebih banyak digunakan.
Perencanaan IBC pada teknologi LTE dilakukan sama
seperti pada perencaan GSM dan UMTS. Yang membedakan
adalah jenis layanan yang diberikan dan dihitung. Pada
perencanaan 2G/3G, tahap perhitungan dilakukan untuk
layanan voice/circuit switch dan data. Sedangkan pada
teknologi LTE, layanan yang dihitung hanya data. Hal ini
dikarenakan pada teknologi LTE sudah tidak terdapat sistem
domain circuit switch/voice.
III. PERENCANAAN INDOOR BUILDING COVERAGE
DARI SISI PERENCANAAN KAPASITAS
Dalam melaksanakan perancangan IBC LTE ini, tahap
pertama yang harus dilakukan yaitu melakukan penentuan
gedung, survei data, dan walk test before menggunakan aplikasi
TEMS Pocket untuk mengetahui nilai dari parameter RSRP dan
SINR. Perencanaan capacity dan coverage dengan
menggunakan model propagasi Cost 231 Multi Wall Model,
dan melakukan simulasi dengan menggunakan software RPS.
Dengan adanya perencanaan Indoor Building Coverage
(IBC), jika nilai RF parameter hasil perencanaan memenuhi
atau melebihi standar operator seperti nilai RSRP > -90 dBm
dan SINR > 5 dB, maka perencanaan dikatakan berhasil dan
layak untuk dijadikan salah satu referensi bagi pihak pemilik
gedung atau bangunan.
III.1 Penentuan dan Survei Gedung
Proses penentuan dan survei gedung merupakan
tahapan awal yang dilakukan pada perencanaan indoor jaringan
LTE dengan cara mengumpulkan informasi mengenai gedung
seperti denah, luas gedung, dan standar RF parameter dari
operator. Menentukan spesifikasi dalam perencanaan indoor
jaringan LTE seperti: frekuensi, model propagasi, bandwidth,
dan perangkat yang digunakan. Gedung yang dijadikan bagian
perencanaan pada penelitian ini adalah Gedung Apartemen
Grand Asia Afrika Residence.
Gambar 1 Gedung Apartemen Grand Asia Afrika Residence
Gedung Apartemen Grand Asia Afrika Residence
merupakan salah satu apartemen di Kota Bandung yang
berlokasi di Jalan Sunda no. 8, Bandung. Bangunan dengan luas
± 44101.04 m2 ini memiliki beberapa ruangan yang digunakan
sebagai tempat tinggal, ruang kerja, sarana olah raga, lift, dan
pusat perdagangan (ruko). Gedung ini memiliki 26 lantai yang
terbagi atas 22 lantai residence dengan 2 tipical lantai, 2 lantai
GF/bisnis dan lifestyle, serta 2 lantai basement dengan tinggi
masing-masing lantai 2-3 meter. Pada 22 lantai residence
terbagi menjadi 2 tipe lantai yaitu 11 lantai tipical 1 (lantai 1
hingga lantai 12) dan 11 lantai tipical 2 (lantai 15 hingga 26)
terdapat beberapa tipe ruang kamar yaitu SA, SB, S1, A2, A1,
A1a, A, dan C pada lantai tipical 1, sedangkan pada lantai
tipical 2 yaitu SA, SB, S1, A2, A1, A1a, dan A. Pada lantai
mezzanine terdapat ruang yang berfungsi sebagai ruang kerja
dan lobby. Pada lantai dasar terdapat kantin, lobby, dan kolam
renang. Pada lantai basement 1 terdapat ruang yang berfungsi
sebagai ruang service dan ruang panel.
Material dasar utama bangunan ini menggunakan
dinding beton precast/bata ringan yang digunakan pada bagian
dinding eksternal, brick untuk pemisah antar ruangan dalam
gedung, dan untuk pintu pada setiap ruangan menggunakan
kayu (wood).
417
Prosiding Seminar Teknik Elektro Volume 4 Tahun 2018
Informasi lebih detail mengenai Gedung Apartemen
Grand Asia Afrika Residence dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Gedung Apartemen Grand Asia Afrika
Residence
Jumlah lantai
14.000 m2
44101.04
m2
26 lantai
Tinggi bangunan
56 meter
Jumlah ruang kamar
1124 ruang
Rumah Toko
20 buah
Ruang Office
2 buah
Ruang service
4 buah
Ruang panel
1 buah
Kolam renang
1 buah
Lantai typical 1 (1-12)
1803.12 m2
Lantai typical 2 (15-26)
1803.12 m2
Lantai Mezzanine
880.8 m2
Lantai Dasar
880.8 m2
Lantai Basement 1
1335.4 m2
Lantai Basement 2
1335.4 m2
Luas tanah
Luas bangunan
III.2 Desain Layout Gedung
Pada bagian ini, proses pembuatan denah atau layout
gedung yang akan dilakukan perencanaan IBC menggunakan
software CorelDraw. Tujuannya adalah untuk mempermudah
proses walk test before. Ukuran ruangan tiap lantai yang
digunakan pada desain layout gedung disesuaikan dengan
ukuran ruangan yang sebenanya pada gedung. Gambar 2
merupakan salah satu desain ruangan pada Gedung Apartemen
Grand Asia Afrika Residence.
Gambar 2. Denah Lantai Dasar Apartemen Grand Asia Afrika
Residence
III.3 Walk Test Before
Walk test merupakan suatu istilah telekomunikasi yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi jaringan secara real
di lapangan. Informasi yang dikumpulkan merupakan kondisi
actual Radio Frequency (RF) di suatu eNodeB [7]. Walk test
diamati dari sisi penerima (UE) dan dilakukan dengan
menggunakan software yang terintegrasi dengan laptop. Walk
test dilakukan karena akan menjadi suatu rekomendasi dimana
perlu atau tidaknya membuat perencanaan coverage area
indoor LTE. Hasil walk test yang telah dilakukan akan
digunakan sebagai pembanding antara kualitas sinyal sebelum
dilakukan perencanaan dan kualitas sinyal jaringan LTE setelah
dilakukan perencanaan.
Walk test merupakan tahapan yang dilakukan untuk
mengetahui nilai dari parameter RF seperti RSRP dan SINR
secara real pada Gedung menggunakan aplikasi TEMS Pocket.
Hal ini untuk mengetahui kualitas dan kondisi awal sinyal
sebelum dilakukan perencanaan Indoor Building Coverage.
Yang perlu dilakukan terlebih dahulu yaitu menentukan rute
yang akan dilalui pada proses walk test before. Rute dari walk
test before yang dilakukan yakni mengikuti layout gedung yang
telah dibuat sebelumnya. Gambar 3 dan 4 merupakan hasil walk
test pada Gedung Apartemen Grand Asia Afrika Residence di
lantai 26.
Gambar 3. Grafik RSRP dan SINR pada Lantai 26
418
Prosiding Seminar Teknik Elektro Volume 4 Tahun 2018
indoor LTE. Estimasi user dihitung berdasarkan kapasitas user
maksimum setiap ruangan bangunan tersebut dengan asumsi
semua user menggunakan 1 operator yang sama.
Berdasarkan hasil survey dan estimasi, tabel 2
menunjukkan jumlah user yang diperkiraan d gedung tersebut.
Tabel 2 Jumlah User Gedung Apartemen Grand Asia Afrika
Residence
Estimasi
User (user)
Lantai basement 1
100
Lantai basement 2
100
Lantai dasar
124
Lantai mezzanine
144
Lantai tipical 1 (1-12)
248
Lantai tipical 2 (15-26)
240
Total (user)
Tipe Lantai
Jumlah
(lantai)
1
1
1
1
11
11
Total (user)
100
100
124
144
2728
2640
5836
Gambar 4. Hasil Walk Test Lantai 26 Gedung Apartemen
GAAR
III.4 Capacity Average
Pada tahap ini, dilakukan proses perencanaan dengan
menghitung kapasitas trafik untuk menangani user. Gambar 5
merupakan diagram alir yang mencakup tahap-tahap kerja yang
dilakukan dalam pengerjaan capacity average.
III.4.2 Service and Traffic Model Parameter
Setelah mengetahui total user yang menggunakan
jaringan indoor LTE yaitu 5836 user maka yang dilakukan
selanjutnya adalah menghitung Single user throughput (SUT)
untuk menentukan throughput minimal user untuk mengakses
semua layanan yang tersedia. Namun sebelum menghitung nilai
dari single user throughput, terlebih dahulu menghitung nilai
throughput/session menggunakan persamaan (1)
Throughput/session = (Bearer rate x Session Time x
Session Duty Ratio) / (1-BLER)
(1)
III.4.3 Single User Throughput
Setelah mendapatkan nilai dari throughput per session,
proses selanjutnya adalah mencari nilai dari single user
throughput. Single user throughput (SUT) merupakan jumlah
throughput dari beberapa tipe layanan untuk satu user.
Parameter yang digunakan dalam proses perhitungan nilai SUT
antara lain nilai throughput per session, trafik model, dan peak
to average ratio. Nilai single user throughput dapat dihitung
menggunakan persamaan (2).
SUT = ∑[(Throughput/session) x BHSA x
Penetration Ratio x (1+Peak to Average Ratio)] 3600
Gambar 5 . Diagram Alir Capacity Average
III.4.1 Estimasi User
Perhitungan
kapasitas
dilakukan
dengan
memperkirakan jumlah user yang akan menggunakan jaringan
(2)
III.4.4 Network Throughput
Setelah mendapatkan hasil nilai single user throughput
maka selanjutnya adalah mencari total nilai network
throughput. Total network throughput dapat diperoleh dengan
menggunakan persaman (3)
419
Prosiding Seminar Teknik Elektro Volume 4 Tahun 2018
Network throughput (IP) (Kbps) = Total user target x
Single User Throughput
(3)
Nilai total network throughput yang didapat dari hasil
perhitungan adalah throughput pada layer IP. Sedangkan
throughput single site capacity adalah throughput pada layer
MAC. Oleh karena itu, nilai dari network throughput tersebut
harus dikonversi menjadi throughput pada layer MAC.
Konversi nilai network throughput layer IP menjadi network
throughput layer MAC menggunakan persamaan (4)
Network throughput (MAC) = Network Throughput
(IP) / 98.04%
(4)
III.4.5 Single Site Capacity
Tahapan selanjutnya setelah menghitung total network
throughput pada layer MAC ialah menghitung nilai dari single
site capacity. Single site capacity merupakan perhitungan untuk
mencari kapasitas/throughput dari satu site yang dilakukan
dengan menggunakan persamaan (5), (6), dan (7).
DL Cell Throughput = [(168-36-12) x (Code Bit) x
(Code Rate) x Nrb x C x 1000] – 24
(5)
IV.
UL Cell Throughput = [(168-24) x (Code Bit) x (Code
Rate) x Nrb x C x 1000] – 24
(6)
Cell Average Throughput (MAC) = ∑ [SINR
Probability x DL/UL Cell Throughput]
(7)
III.4.6 Jumlah Antena
Jumlah antena yang diperoleh dari perhitungan capacity
average dihitung dengan menggunakan persamaan (8), yaitu
hasil dari pembagian total network throughput pada layer MAC
terhadap nilai cell average throughput. Estimasi jumlah antena
dapat diperoleh dengan membandingkan nilai jumlah antena
terbanyak antara uplink dan downlink.
Jumlah antena = (UL/DL Network Throughput) /
(UL/DL Cell Average Throughput)
Tabel 4. Jumlah Antena pada Capacity Average
Estimasi Jumlah
Lantai
User
Antena
Tipical 1
248
6
Tipical 2
240
5
Mezzanine
144
3
Dasar
124
3
Basement 1
100
3
Basement 2
100
3
III.5 Model Propagasi
Model propagasi digunakan untuk dapat memberikan
informasi mengenai level daya sinyal yang merambat dari
pemancar ke penerima [13]. Selain itu, model propagasi dapat
digunakan untuk memperkirakan redaman yang terjadi
sepanjang lintasan. Beberapa jenis model propagasi indoor,
yaitu Cost 231 Multi Wall Model dan One Slop Model.
Pada model propagasi Cost 231 Multi Wall Model
seluruh dinding pada bidang vertikal antara transmitter dengan
receiver akan dipertimbangkan dan masing-masing dinding
dengan
kondisi
materialnya
diperhitungkan
juga.
Bertambahnya dinding yang akan dilewati sinyal akan
menyebabkan attenuasi dinding bertambah sehingga pada
model Cost 231 Multi Wall Model ini hasil yang didapatkan
akan sesuai dengan kondisi ruangan [3].
Sedangkan pada one slop model hal yang
diperhatikan yaitu parameter-parameter yang mempengaruhi
perhitungan seperti pathloss dengan catatan bahwa dinding dan
elemen-elemen gedung yang lainnya tidak berpengaruh pada
model one slope ini [3].
Pada penelitian ini, model propagasi yang akan digunakan
adalah model propagasi Cost 231 Multi Wall Model.
(8)
HASIL ANALISIS
IV.1 Penentuan Jumlah Antena Tiap Lantai
Penentuan jumlah antena tiap lantai bisa dilakukan
dengan menggunakan perhitungan capacity dan coverage
average. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini jumlah
antena yang digunakan pada perencaan adalah jumlah antena
hasil perhitungan capacity average, karena didapatkan jumlah
antenna hingga total 133 antena untuk perencanaan ini.
Perhitungan jumah antenna tersebut didapat dengan
menggunakan persamaan (9)
πΏπ‘’π‘Žπ‘  π΄π‘Ÿπ‘’π‘Ž
(9)
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π΄π‘›π‘‘π‘’π‘›π‘Ž =
πΏπ‘’π‘Žπ‘  πΆπ‘Žπ‘˜π‘’π‘π‘Žπ‘› π΄π‘Ÿπ‘’π‘Ž
Dimana Luas area cakupan untuk tiap sel didapatkan dari
persamaan (10)
πΏπ‘π‘Žπ‘˜π‘’π‘π‘Žπ‘› π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘Ž = 2.6 π‘₯ 𝑑 2
(10)
Pada persamaan (9), luas cakupan area dipengaruhi oleh d atau
radius antena (meter).
Maka dari persamaan tersebut didapatkan jumlah
antena sesuai dengan yang ditampilkan di tabel 5
Tabel 5 Jumlah Antena dari hasil Coverage Average
Lantai
Jumlah Antena
6
Tipical 1 (lt. 1-12)
5
Tipical 2 (lt. 15-26)
3
Mezzanine
420
Prosiding Seminar Teknik Elektro Volume 4 Tahun 2018
3
3
3
Dasar
Basement 1
Basement 2
IV.2 ANALISA DAN HASIL SIMULASI DI RPS
Simulasi ini menghasilkan suatu perkiraan daya terima
yang akan di terima oleh user baik yang berada di dekat antena
maupun yang jauh dari antena. Simulasi ini digunakan untuk
membantu proses perancangan walaupun hasil yang didapatkan
tidak terlalu sesuai dengan hasil real di lapangan. Keberhasilan
dari perencanaan ini adalah tercapai nilai rata-rata RSRP dan
SINR yang sesuai dengan standar RF parameter.
Gambar 6 adalah hasil simulasi penempatan antena pada
lantai basement 2 untuk parameter RSRP (Gambar 6a) dan
SINR (Gambar 6b). Perbedaan warna pada hasil simulasi
menunjukkan nilai dari masing-masing parameter pada titik
tersebut sesuai dengan standar RF parameter. Dapat dilihat
bahwa seluruh area pada lantai basement 2 mendapatkan level
sinyal atau RSRP >-90 dBm, ditandai dengan seluruh area yang
berwarna biru. Dan untuk rasio perbandingan sinyal terhadap
interferensi pada lantai basement 2 sudah cukup bagus, ditandai
dengan warna biru dan hijau yang memiliki arti SINR > 5 dB.
Gambar 7 (a) dan (b) yang merupakan nilai RSRP dan
SINR hasil simulasi. Bagian horizontal pada grafik
menunjukkan nilai dari parameter RSRP atau SINR, sedangkan
pada bagian vertikal menunjukkan relative frequency atau
persentasi dari setiap nilai parameter. Berdasarkan Gambar 7
menunjukkan bahwa nilai RSRP dan SINR rata-rata yang
didapatkan adalah -50.69 dBm untuk RSRP dan 14.10 dB untuk
SINR. Hal ini menandakan bahwa wilayah lantai basement 2
ter-cover dengan level sinyal ≥ -90 dBm dan SINR ≥ 5 dB.
(b)
Gambar 6 RSRP dan SINR Lantai Basement 2
(a)
(b)
Gambar 7 Histogram Lantai Basement 2
(a)
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil walktest, didapatkan nilai parameter
RSRP dan SINR yang tidak memenuhi standar RF parameter
yaitu RSRP < -90 dBm dan SINR < 5 dB. Sehingga diperlukan
421
Prosiding Seminar Teknik Elektro Volume 4 Tahun 2018
peningkatan kualitas sinyal dengan merencanakan pemasangan
antenna di area dalam gedung.
Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
coverage average pada perencanaan Indoor Building Coverage
sebuah bangunan apartemen di Bandung, dan didapatkan
jumlah antena yang dibutuhkan yaitu 133 antena dengan
pembagian lantai basement 1 dan 2 berjumlah 3 antena, lantai
dasar dan mezannine berjumlah 3 antena, lantai tipical 1 (lantai
1-12) dan tipical 2 (lantai 15-26) berjumlah 6 dan 5 antena.
Simulasi perencanaan dibuat dengan menggunakan
Radiowave Propagation Simulation (RPS), dimana dari
simulasi tersebut menunjukkan bahwa hasil dari wiring
diagram dan perhitungan EIRP tiap antena diperoleh rata-rata
RSRP berkisar -50 hingga -74 dBm dan SINR dengan rata-rata
berkisar 14 hingga 67 dB, telah memenuhi standar RF
parameter operator XL yang menyebabkan area gedung
mengalami peningkatan coverage.
Hasil simulasi perencanaan pada software
kemungkinan akan memiliki sedikit perbedaan dengan pada
saat implementasi. Hal ini karena nilai yang digunakan pada
simulasi adalah nilai standar. Maka dari itu, perlu dilakukan
evaluasi kembali ketika perencanaan ini akan dilanjutkan ke
tahap implementasi.
Pada perencanaan IBC ini agar mendapatkan hasil yang
maksimal dapat dilakukan dengan menambahkan perhitungan
parameter lain seperti PCI average setelah dilakukan
perencanaan IBC.
Hikmaturokhman. 2014. 4G Handbook Edisi Bahasa
Indonesia Jilid 1. Jakarta Selatan: Nulis Buku.
REFERENCE
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Afroz, Farhana, Ramprasad Subramanian, Roshanak
Heidary, Kumbesan Sandrasegaran, Solaiman Ahmed.
2015.
SINR,
RSRP,
RSSI,
AND
SINR
MEASUREMENT IN LONG TERM EVOLUTION
NETWORKS. Bangladesh: University of Dhaka.
Ascom. 2014. TEMSTM Pocket 14.1 Technical Product
Description : Ascom.
Hikmaturokhman, Alfin, Lita Berlianti, Wahyu
Pamungkas. Analisa Model Propagasi Cost 231 Multi
Wall pada Perancangan Jaringan Indoor Femtocell
HSDPA menggunakan Radiowave Propagation
Huawei Technologies Co. 2013. LTE Radio Network
Capacity Dimensioning : Huawei
Mulyawati, Anizsah, M. Rahmat M., Putu Nopa G.,
Lora Gala P. 2013. MAKALAH TEKNOLOGI
JARINGAN AKSES LTE (LONG TERM
EVOLUTION). Makassar: Universitas Hasanudin
Sinaga, Burton. 2015. PERENCANAAN JARINGAN
INDOOR UNTUK TEKNOLOGI LTE DI GEDUNG
FAKULTAS ILMU TERAPAN. Bandung: Universitas
Telkom
Wardhana, Lingga, Bagus Facsi Aginsa, Anton
Dewantoro, Isybel Harto, Gita Mahardika, Alfin
422
Download