MAKALAH Akuntansi Sektor Publik Dosen Pengampu : Farah Nisa Ul Albab Disusun Oleh : Nadia Fitri Sawal (1702015035) Jihan Fahira (1702015084) Novandi Rizki Maulana (1802019021) Teguh Pangestu (1702015157) PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2020 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga penulis bisa membuat makalah ini tepat pada waktunya. Harapan penulis adalah dengan adanya makalah ini dapat membantu masyarakat, khususnya bagi para mahasiswa dan mahasiswa program studi yang berkaitan dengan Akuntansi untuk lebih memahami serta memberikan pengetahuan tentang “Memahami Organisasi Sektor Publik Sebagai Entitas dalam Akuntansi Sektor Publik, Anggaran Sebagai Objek Akuntansi Sektor Publik, Serta Negara dan Pemerintah sebagai Sasaran Akuntansi Sektor Publik”, .yang berkaitan dengan mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Agar penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik. Jakarta, 13 mei 2020 Penulis i DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................................................... i Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1.2. Batasan Masalah……………………………………………………………………... BAB II PEMBAHASAN 2.1. Dilematika Full Adoption Pada Akurualisasi Sektor Publik…………………………… 2.1.1 Akuntansi Berbasis Akrual……………………………................................. 2.1.2 Penerapan Adopsi Akuntansi Akrual secara Penuh (Full Adoption)…........... 2.1.3 Dilematika Akrualisasi Sektor Publik……………………………………….. 2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Basis Akrual – Basis kas ……………………… 2.2. Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik Atau Pemerintah ………………... 2.2.1 Standar Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah di Indonesia…………….. 2.2.2 Peraturan Pemerintah Nomer 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)………………………………………………………………… 2.2.3 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangaan Nomer 45 tentang Pelaporan Keuangaan Organisasi Nirlaba……………………………………………………. 2.2.4 Perbandingan Standar Akuntansi Sektor publik atau Pemerintah di Indonesia dengan Amerika………………………………….……………………………….. 2.2.5 Peningkatan Standar akuntansi Internasional…………………………..…… 2.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) versus Pernyataan Standar Akuntansi Keuangaan (PSAK)…………………………………………………………… 2.3.1 Perbedaan PSAP dan PSAK………………………………………………… BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Basis akuntansi menjadi salah satu prinsip akuntansi yang penting untuk menentukan kapan tu ransaksi harus diakui dan dicatat (recorded) dalam siklus akuntanit suatu organisai. Basis akuntansi yang pertama kali diterapkan di dalam sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia adalah basis kas modifikasian sebagaimana yang diterapkan dalam Kepmendagri 29 Tahun 2002. Namun, seiring dengan ditetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP basis akuntansi yang dianut oleh SAP pertama di Indonesia tersebut disebut dengan basis akuntansi kas menuju akrual (cash toward accrual. Penentuan basis akuntansi yang tepat guna menjadi sangat penting dalam organisasi sektor publik (terutama pemerintahan), karena berpengaruh pada alokasi anggaran dan pemanfaatan biaya untuk pelayanan publik dengan anggaran pemerintah yang sangat terbatas. Menurut Mardiasmo (2009) basis akuntansi, yang disebut juga dengan sistem akuntansi, dalam akuntansi sektor publik selama ini menggunakan akuntansi berbasis kas (cash accounting). Namun demikian, untuk meningkatkan kinerja permerintahan, dimulailah perubahan penggunaan basis akuntansi yang digunakan dalam pemerintahan, yaitu akuntansi berbasis akrual (accrual accounting). Hal ini sesuai dengan pemaparan Mahmudi (2011) bahwa organisasi sektor publik dan non-profit saat ini telah dipacu untuk menggunakan akuntansi herbasis akrual, karena basis akrual dianggap lebih mampu menghasilkan informasi keuangan yang lebih baik dan komprehensif dibandingkan dengan basis kas. 1 Menurut Simanjuntak (2010), pemerintah sebenarnya mulai merencanakan reformasi dalam penerapan akuntansi di instansi pemerintahan dengan menggunakan basis akrual sejak awal tahun 2000. Reformasi ini ditegaskan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 35 ayat (1) yang berbunyi: "Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13. 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lma) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas." Inti dari ketentuan di atas bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dapat dilaksanakan selambat-lambatnya dalam lima tahun, yaitu paling lambat tahun 2008. Untuk itu, pemerintah menerbitkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menerapkan penggunaan basis kas menuju akrual (cash toward accrual), yaitu laporan realisasi anggaran disusun menggunakan basis kas, sedangkan penyusunan neraca menggunakan basis akrual. Pada praktiknya, akuntansi berbasis akrual tidak mudah diterapkan dalam lingkungan pemerintahan di Indonesia karena pemerintah telah mempraktikkan akuntansi basis kas selama bertahun-tahun. Penerapan basis akrual mensyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian yang memberikan kerumitan tersendiri bagi instansi sehingga implementasinya tidak dapat segera diadopsi dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Salah satu tahap penyesuaian ini adalah dengan ditetapkannya aturan perundang-undangan yarg menetapkan basis akuntansi pemerintahan mengarah pada basis akrual penuh bagi penerintahan. Peraturan perundang undangan yang terkait 2 dengan penetapan akrualisasi telah dicanangkan sejak diterbitkan UU No. 17 Tahun 2003. PP No. 24 Tahun 2005 hingea PP No 71 Tahun 2010. Setelah melewati beberapa kali perubahan aturan perundang-undangan, tahun 2015 disepakati sebagai tahun implementasi SAP Berbasis Akrual secara penuh pada instansi pemerintah. Namun, akrualisasi sektor publik, khususnya di pemerintahari masih mengalami dilematika tersendiri karena masih banyaknya kendala untuk mengadopsi standar ini secara penuh Oleh arena itu. penulis membuat suatu kajian telaah literatur tentang dilemanika full adaptron pada akrualisasi sektor publik. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dilematika Full Adoption pada Akrualisasi Sektor Publik 2.1.1 AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL Simanjuntak (2010) menjelaskan bahwa akuntansi berbasis akrual merupakan suatu basis akuntansi yang terkait dengan pengakuan. pencatatan dan penyajian transaksi ekonomi dan peristiwa lain dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan Menurur Mahmudi (2011) dalam pengaplikasiannya akuntansi berbasis akrual memiliki tujuan dalam penetuan biaya pelayanan (cost of service) dan penentuan harga/tarif pelayanan (pricing/charging for service). Menurut Rironga (tanpa tahun) akuntans berhais akrual memiliki konsep sebagai berikut: 1. Pengakuan pendapatan Suantu konsep ketika perusahaan mempunvai hak melakukan penagihan atas suatu kas benar-benar diterima, misal muncul akun piutang tidak tertagih yakni penghasilan sudah diakui tapi kas belum diterima. 2. Pengakuan biaya Pengakuan saat kewajiban sudah rerjadi. namun biaya belum dibayarkan, misal utang usaha yang jatuh tempo. 4 Mardiasmo (2009) juga menyatakan bahwa akuntansi berbasis akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi berbasis kas karena dianggap laporan keuangan yang disajikan lebih dapat dipercaya. lebih akurat, lebih komprehensif, dan lebih relevan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Jadi, pencatatan (recording) dilakukan sesuai dengan saar terjadinya arus sumber daya sehingga informasi dapat disajikan secara tepat dan komprehensif. Penerapan akuntansi berbasis akrual tentu memiliki perbedaan dengan akuntansi berbasis kas yakni (Mardiasmo, 2009) : 1. Bagian kas: penerimaan kas-pengeluaran kas = perubahan kas 2. Basis akrual : pendapatan (income) – biaya-biaya = rugi/laba (sturplus/defisit) 3. Pendapatan (income) = penerimaan kas selama satu periode akuntansi-saldo awal pintang + saldo akhir piutang 4. Biaya = kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi - saldo awal utang + saldo akhir utang. 2.1.2 PENERAPAN ADOPSI AKUNTANSI AKRUAL SECARA PENUH (FULL ADOPTION) Pada modul general ledger chart of accounts yang disusun oleh Islam dkk (2010) disebutkan bahwa implementasi konsep akrual yang diterapkan saat ini masih gabungan kas dan akrual (cash toward accrual) misaalnya transaksi penerimaan dan pengeluaran dicatat dengan basis kas tapi penyusunan neraca dengan basis akrual. 5 Menurut Simanjuntak (2010) proses penyusunan standar akuntansi pemerintaban disesuaikan dengan standar internasional dan kondisi di Indonesia itu sendiri serta KSAP selaku komite/dewan yang memiliki kewenangan dalan penyusunan PSAP mendasari implementasinya pada a Iniernetional Federation of Accountants; b. International Accounting Standards Committee; c.International Monetary Fund; d. Ikatan Akuntan Indonesia; e. Financial Accounting Standard Beard; f. Govermental Accounting Standard Board; g. Pemerinah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan Negara ; h. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan. 2.1.3 Dilematika Akrualisasi Sektor Publik Pada praktiknya suatu proses pengadopsian standar yang baru tentu akan mengalami beberapa pertentangan antara pihak-pihak yang setuju dan yang tidak sehingga menimbulkan dilema tersendiri ketika menerapkannya. Menurut Halim dan Kusafi (2012) penerapan akuntansi berbasis akrual memiliki manfaat tersendiri yakni dari segi penerapannya lebih akuntabel karena pengakuannya pada saat terjadinya transaksi. Namun ada pula kritikan atas penerapan akuntansi akrual di sektor publik. Kritik tersebut diungkapkan oleh Boothe dalam Halim dan Kasuh 6 (2012) yang menyatakan kebalikan tentang konsep akuntabilitas antara sektor swasta dan sekror publik adalah sektor swasta cenderung lebih kepada target laba sedangkan sektor publik lebih ke arah pertanggungjawaban politik. Dilematika lain yang terjadi terkait dengan penerapan adopsi penuh akuntansi berbasis akrual yakni adanya rekanan akibat reformasi akuntansi sektor publik untuk mendorong diberlakukannya pengelolaan keuangan yang akuntabel dan juga ada tekanan dari lembaga- lembaga internasional seperti World Bank, UNDP, IME serta adanya standardisasi internasional/IPSAS (Mahmudi. 2011). 2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Basis Akrual – Basis kas Pada penyusunan dan penerapanya standar akuntansi pemerintah berbasis akrual memang cukup memberi dilema tersendiri bahkan banyak tekanan dan tantangan yang terjadi. Namun demikian akuntansi berbasis akrual di suatu organsi pemerinatahan memiliki beberapa manfaat yang akan diperoleh, yakni sebagi berikut. (lchsa, tanpa tahun) 1. Sebagai bentuk pelaksanaan konsep pusat pertanggungjawaban (responsibility center) 2. Sebagai suatu peluang untuk menerapkan prinsip cost againt revenue 3. Sebagai suatu fondasi untuk melakukan perhitungan biaya produk atau pelayanan yang lebih baik 4. Sebagai suata sarana penghitungan nilai subsidi yang lebih baik atas setiap produk dan pelayanan yang diberikan pemerintahan kepada masyarakat 7 5. Sebagai suatu bentuk analisis keekonomisan dan keefisienan pengelolaan keuangan dapat dilakukan dengan lebih baik. 6. Sebagai upaya peningkatan kualitas pelaporan dan evaluasi keuangan serta kinerja organisasi pemerintah. 7. Sebagai upaya meningkatkan kualitas standar analisis biaya (SAB) bukan lagi hanya sekedar standar analisis belanja (SABe). 8. Sebagai suatu bantuan penerapan pendekatan anggaran kinerja (performance budget) dan mind term expindeture framework (MTEF) delam peuganggaran. Menurut Ritonga (tanpa rahun) dasas dari penggunam basis akrual yakni adanya kenyaraan bahwa pemetrintah diwajibkan membuat neraca dan hal itu hanya dapat dibuat dengan akuntansi berbasis akrual, sedangkan dari sisi lain masih dibuat dengan akuntansi berbasis kas yakni wajib membuat pengakuan pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, dan laporan realisasi anggaran. Jika diperbandingkan lebih detail lagi, ritonga (tanpa tahun) menjelaskan standar akuntansi berbasis akrual memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing yang disajikan secara ringkas . 2.2. Standar Akuntansi dalam Akuntansi Sektor Publik Atau Pemerintah 2.2.1 Standar Akuntansi Sektor Publik atau Pemerintah di Indonesia Standar akuntansi adalah acuan dalam penyajían laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak di luar organisasi yang mempunyai otoritas tertinggi 8 dalam kerangka akuntansi berterima umum. Standar akuntansi berguna bagi penyusun laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak di luar organisasi. Para pengguna laporan keuangan di luar organisasi akan dapat memahami informasi yang disajikan jika disajikan dengan kriteria atau persepsi yang dipahami secara sama dengan penyusun laporan keuangan. Menurut Sinaga, standar akuntansi merupakan aturan utama yang harus diacu dalam penyajian laporan keuangan dalam kerangka prinsip akuntansi berlaku umum. Standar tersebut penting agar laporan keuangan lebih berguna. dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan serta tidak menyesatkan. Standar akuntansi di sektor swasta lebih berkembang daripada sektor pemerintab. Sektor swasta dan pemerintah di Amerika Serikat telah memiliki standar akuntansi yang telah dikembangkan puluhan tahun yang lalu. Sementara, di Indonesia, sejak tahun 2011 Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk sektor swasta telah mengacu pada standar akuntansi internasional (IFRS), sedangkan sektor pemerintah masih baru akan menerapkan akuntansi berbasis akrual, meskipun masih dianggap belum akrual penuh. Akan tetapi disadari bahwa standar akuntansi pemerintahan sangat penting peranannya dalam organisasi pemerintahan untuk menjawab tuntutan akan akuntabilitas dan transparansi publik. Standar akuntansi sektor publik atau pemerintah di Indonesia yaitu Standar Akuntarsi Pemerinahan (SAP) diarur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), sebagai pengganti dari PP Nomar 24 9 Tahun 2005. dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Sektor publik dalam pengelolaan keuangannya menggunakan dualisme standar yaitu SAP digunakan untuk pengelolaan sektor publik di pemerintahan sebagai kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Sedangkan kekayaan negara yang dipisahkan yang dikelola oleh BUMN atau BUMD atau pihak lain tetap menggunakan SAK demi menjaga peran pemerintah untuk langsung berinvestasi dan membentuk iklim ekonomi yang sehat. 2.2.2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) Perkembangan Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pertama kali yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005. Inilah untuk pertarma kali Indonesin memiliki standar akuntansi pemerintahan sejak Indonesia merdeka. Terbitnya SAP ini juga mengukuhkan peran penting akuntansi dalam pelaporan keuangan di pemerintahan. Jadi, dapat dikatakan Indonesia memasuki babak baru dalam pelaporan keuangan kegiatan pemerintah Indonesia. SAP ini telah lama ditunggu. Peratruran Pemerintah (PP) Nomor 105 1ahun 2000 pada Pasal 35 secara tegas telah menyebutkan bahwa penata usahaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah berpedoman pada standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang berlaku PP Nomor 105 Tahun 2000 tersebut telah berlaku sejak 1 Januari 2001 10 tetapi standar yang dimaksud baru dapat terealisasi dengan terbitnya SAP ini. UU Nomor 17 Tahun 2003 vang mulai berlaku sejak tahun 2003 juga menyebutkan dengari jelas bahwa bentuk dan isi laporar pertanggungjawaban keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Selanjutnya, UU Nomor 1 Tahun 2004 juga menyebutkan arti penting standar akuntanai pemerintahan bahkan memuat mengenai Komite Standar Akuntani Permerintahan (KSAP) sebagai penyusun SAP yang keanggotaannya ditetapkan dengan keputusan presiden, Undang Undang otonomi yang terbaru yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga menycbutkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa SAP merupakan jawaban atas penantian adanya pedoman pclaporan ketangan yang dapat berterima umum. Lingkup pengaturan PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dapat berlaku selama masa transisi bagi entitas vang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapar segera menerapkan SAP Berbasis Akrual. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan (stakebolders), untuk para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan 11 pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Selain mengubah basis SAP dari kas menuju akrual menjadi akrual, PP Nomor 71 Thun 2010 mendelegasikan penabahan tethadap PSAP diatur dengan peraturan menteri keuangan. Perubahan terhadap PSAP tersebut dapat dilakukan sesuai dengan dinamika pengelolaan keuarigan negara Meskipun demikian, penyiapan pernyataan SAP oleh KSAP tetap harus melalui proses baku penyusunan SAP dan mendapat pertimbangan dari BPK. 2.2.3 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangaan Nomer 45 tentang Pelaporan Keuangaan Organisasi Nirlaba Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut. 1. Menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh tempo. 2. Mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke dalam jangka pendek dan jangka panjang. 12 3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat jatuh temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aset, pada catatan atas laporan keuangan. Klasifikasi Aset Neto Terikat atau Tidak Terikat Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah mäsing-masing kelompok aset neto berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah dari permbatasn permanenn atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan Aktivitas Laporan aktivitas difokuskan pada organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan aset neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat permanen. terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidik terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat. 13 Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat permanen atan terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembahasan. Dalam hal sumbangan terikar yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi. Laporann aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat. kecuali jika penggunaannya dibatasi. Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban. secara bruto. Namun demikian, pendapatan investasi dapat disajikinsecara neto dengan syarat beban beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diumgkapkan dalan catatan atas laporan keuangan. Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsianal, seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK Nomor 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini. 1. Aktivitas pendanaan, antara lain: 14 a. peaerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang b. penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment). c. Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. 2. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas yaitu sumbangan berupa bangunan atau aset investasi. 2.2.4 Perbandingan Standar Akuntansi Sektor publik atau Pemerintah di Indonesia dengan Amerika Untuk sektor pemerintah di Amerika Serikat, sebagaimane dikemukakan Freeman dan Shoulder (1999: 16). AICPA mempunyai hierarki GAAP yang menunjukkan hubungan secara otoritatif berbagai standar dan literatur dalam prinsip dan prosedur akuntansi keuangan dan pelaporan. Ada lima tingkatan yang dikemukakan mulai dari standar yang dikeluarkan oleh Govermment Accounting Standard Buard (GASB) dan pernyataan FASB yang dinyatakan berlaku unruk penerintaloleh GASB sampai dengan sumber-sumber lainnya berupa literatur. tingkat a. menunjukkan otoritas vang paling tinggi diikuti tingkat b. c, dan d. Tingkat e (accounting literature) tidak memiliki otoritas (nonauthorization) tetapi sangat membantu jika tidak terdapat aturan dalam tingkat yang lebih tinggi. 15 Selanjutnya Granof (1998: 25) mengatakan jika GASB dan FASB tidak menerbitkan aturan (pronouncement) untuk isu tertentu, organisasi dapat mengambil sumber lain sebagai panduan. Sumber- sumber lain tersebut tersusun dalam bentuk hierarki. Dari hierarki tersebut dapat dilihat bahwa standar akuntansi dalam bentuk GASB Statements atau FASB Statements menduduki hierarki yang paling tinggi. Artinya, standar akuntansi menjadi acuan utama dan yang harus diterapkan terlebih dahulu barulah aturan lainnya. Aturan lain dalam tingkat yang lebih rendah diacu jika standar tidak mengatur hal tersebut. Bagaimana halnya di Indonesia? Sangat berbeda dengan Amerika Serikat (AS) AS telah memiliki penyusun standar yang mempunyai otoritas menyusun standar akuntansi untuk sektor pemerintah yaitu GASB. Di Indonesia, penyusunan standar akuntansi pemerintahan dilakukan oleh sebuah komite yang disebut dengan Komite Standar Akuntansı Pemerintahan (KSAP) yang untuk pertama kalinya ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 84 Tahun 2004 tentang Keanggotaan KSAP, dan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2009. Akan tetapi, yang menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan adalah pemerintah dengan peraturan pemerintah. Dalam kaitan dengan hierarki prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP), KSAP juga menbahas dan mencoba membuat hierarki yang sesuai dengan pemerintahan dengan mengacu ke berbagai sumber. Dalam bahasan, tidak ada keberatan bahwa standar menduduki tingkatan yang paling memiliki otoritas. 16 Dengan demikian nantinya pemerintah Indonesia juga akan mmengenal hieraki prinsip akunransi berlaku umum dengan standar akuntansi sebagai acuan utama yang memiliki otoritas Sampai dengan saat ini, Indoniesia sudah dua kali memiliki standar akuntansi pemerintah, yaitu : 1. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang diteapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005; dan 2. SAP Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, menggantikan PP Nomer 24 Tabun 2005. 2.2.5 Peningkatan Standar akuntansi Internasional Peningkatan standar akuntansi internasional dijelaskan dalam Baharuddin dan Sinaga. International Public Sector Accounting, Standards Board (IPSASB) merupakan penyusun standar akuntansi internasional untuk sektor publik di bawah International Federation of Accountants (IFAC). Tahun 2005 IPSASB melakukan peningkatan terhadap staandar-standart yang telah diterbitkan sebelumnya. Peningkatan tersebut berupa revisi terhadap 11 standar tersebut dalam draf publikasi nomor 26. 2.3.Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) versus Pernyataan Standar Akuntansi Keuangaan (PSAK) 17 2.3.1 Perbedaan PSAP dan PSAK Berikut ini adalah perbedaan antara PSAP dan PSAK yang dalam pandangan penulis merupakan perbedaan mendasar keduanya. Perbedaan pertama dalarn Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan terdapat pembahasan mengenai lingkungan akuntansi pemerintaban yang menjelaskan bahwa lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Sedangkan, dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, dinyatakan bahwa kerangka dasar berlaku untuk semua jenis perusahaan komersial baik sektor publik maupun sektor swasta. Perbedaan kedua adalah tentang tujuan laporan keuangan. Pada pernyataan peran dan tujuan laporan keuangan. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan menyatakan berikut ini. “Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suau entitas pelaporan selama Satu periode pelaporan, Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksarakan kegiatan operasional ponerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan." 18 Perbedaan ketiga adalah terkait kemponen laporan keuangan. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerinahan menyebarkan bahwa komponen laporan keuangan terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perabalhan Saldo Anggaran Lebih. Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai komponen laporan keuangan pokok serta laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh kerentuan perundangundangan (statutory seports). Laporan Operasional merupakan Laporan Kinerja Keuangan dan bersifat opsional sebagaimana yang disebur di dalam PP Nomor 24 Tahun 2005. Kerangka Dasar Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi. Laporan Perubahan Posisi Keuangan (misalnya Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana). catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Perbedaan keempat SAP membagi entitas menjadi dua yaitu entitas pelaporan dan entitas akuntansi. SAK tidak mengenal pembedaan tersebut. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas akuntansi meaurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan. 19 Perbedaan kelima adalah pada asumsi dasar. Asumsi dasar yang digunakan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah kemandirian entitas, kesinambungan entitas dan keterukuran dalam satuan uang, Sedangkan asumsi dasar dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menggunakan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha. Perbedaan keenam adalah pada prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan. Hal ini mengesankan bahwa Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan tampaknya mengambil hierarki prinsip sebagai acuan dalam pengembangan standarnya. Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dijelaskan bahwa prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan adalah ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh penyelerggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan (Dalam Suwardjono, 2008). Istilah "prinsip akuntansi" memiliki pengertian segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metode, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoretis maupun praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan. Standar akuntansi memiliki pengertian yang berbeda dengan prinsip akuntansi. Suwardjono (2008) mendefinisikan standar akuntansi sebagai konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih atas dasar kerargka konseptual olch badan penyusun standar (atau yang berwenang) untuk diberlakukan dalam suatu 20 lingkungan atau negara dan dituangkan dalam bentük dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan ketangan negara tersebut. Perbedaan Ketujuh adalah pada basis akuntansi. Pada paragraf 42 dikarakan bahwa basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis aktual. untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan eknitas. Namun, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis kas, maka Laporan Realisasi Anggaran (LRA) disusun berdasarkan basis kas Meskipun diletakan pula jika anggaran disusun dan dilaksanakan dalam basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. Namun. PSAP hanya mengatur LRA Berbasis Kas saja, LRA berbasis akrual tidak diatur. Hal ini betarti basis akuntansi yang dianut oleh PP No. 71 Tahun 2010 ridak berbasis akrual penuh melainkan akrual modifikasian Hal ini menunjukkan bahwa SAP baru sebatas accrual accounting, belum sepenuhnya accrual budgeting (Mahmudi, 2006) Berbeda halnya dengan SAK yang jelas menggunakan asumsi dasar akrual. Schingga SAK tidak mengatur laporan keuangam yang berbasis kas. Hal inilah yang menurur penulis kebutuhan akuntansi pemerintahan yang tidalk diakomodasi oleh SAK. Perbedaan kedelapan adalah adanya konsep modal dan pemeliharaan modal dalam Kerangka Dasar Penyusupan dan Penyajian Laporan Keuangan. Konsep modal ada dua, yaitu konsep modal kenangan dan tmodal fisik. Dalam konsep modal keuangan, modal adalahı sama dengan aset neto atau ekuitas perusahaan, Sedangkan dalam konsep 21 modal fisik, modal dipandang sebagai kapasitas produktif perusahaan. Hal ini tidak terdapat dalam SAP karena tidak ada konsep modal akan berlkitan dengan konsep laba. Dalam akuntansi pemerintahan tidak dikenal konsep laba. Perbedaan kesembilan berkaitan dengan jumlah PSAP yang ada dalam SAP dibandingkan dengan PSAK dalam SAK. SAK yang sudah jauh lebih matang dari SAP serta kompleksitas jenis perusahaan yang diatur telah mengalami revisi, penggantian ataupum perubahan PSAK. Terakhir, terdapat 67 PSAK yang 8 di antaranya adalah PSAK Syariah. Untuk, PSAK Syariah, dibuat kerangka konseptual tersendiri. Di sisi lain. SAP memiliki 12 PSAP Penulis mencoba mengikhtisarkan beberapa PSAK yang memiliki pembahasan yang sama atau mirip dengan PSAP. 22 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Penentuan basis akuntansi yang tepat menjadi sangat penting dalam ranah sektor publik, karena berpengaruh pada alokasi anggaran dan pemanfaatan biaya untuk pelayanan publik dengan anggaran pemerintah yang sangat terbatas. Sistem akuntansi dalam akuntasi sektor publik selama ini menggunakan akuntansi berbasis kas (cash accounting). Namun demikian, untuk meningkatkan kinerja pemerintahan, dimulailah perubahan penggunaan basis akuntansi yang digunakan dalam pemerintahan yaitu akuntansi berbasis akrual (accrual accounting). Penyesuaian-penyesuaian untuk menggunakan akuntansi berbasis akrual yang sangat rumit bagi instansi pemerintah menjadikan implementasi basis akrual dalam instansi pemerintah tidak dapat segera diadopsi dan membutuhkan waktu implementasi y ang tidak sebentar. Pada praktiknya suatu proses pengadopsian standar yang baru tentu akan mengalami beberapa pertentangan antara pihak-pihak yang setuju dan yang tidak sehingga menimbulkan dilema tersendiri ketika inenerapkannya. Adanya tekanan akibat reformasi akuntansi sektor publik untuk mendorong diberlakukannya pengelolaan keuangan yarg akuntabel dan juga ada tekanan dari lembaga-lembaga internasional seperti World Bank, UNDP, IMF, serta adanya standardisasi internasional/IPSAS. Dilematika yang timbul memang memunculkan kelemahan dari penerapan secara penuh akrualisasi sektor publik, tapi pemerintah Indonesia. perlu menyikapinya dengan baik mengingat tingginya kelebihan yang dimiliki yakni menciptakan akuntabilitas bagi sektor publik. 23