Uploaded by Yeni Yuniawati

7340-15983-1-SM

advertisement
PENYELARASAN DESTINATION BRANDING “STUNNING BANDUNG” DENGAN
“WONDERFUL INDONESIA” SELAKU MASTER BRAND INDONESIA
Meria Octavianti, Demi Apriliani, Slamet Mulyana
Program Studi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
meria.octavianti@unpad.ac.id
ABSTRAK
Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dengan
targetnya dua puluh juta kunjungan pada tahun 2019, Kementerian Pariwisata meluncurkan
sepuluh destination brand guna memperkuat “Wonderful Indonesia” sebagai master brand
destinasi wisata Indonesia. “Stunning Bandung” merupakan salah satu dari destination brand
tersebut. Dengan menggunakan metode studi kasus, penelitian ini berupaya untuk
mengungkap bagaimana upaya penyelarasan destination branding “Stunning Bandung”
dengan “Wonderful Indonesia” selaku master brand Indonesia. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan literatur. Teknik
analisis data dilakukan dengan membuat deskripsi, melakukan analisis tema, dan assertions
(membuat penonjolan). Sedangkan teknik pengujian keabsahan data dilakukan dengan
melakukan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya penyelarasan
“Stunning Bandung” dengan master brand “Wonderful Indonesia” terlihat dari penentuan
positioning dan tagline yang kemudian divisualisasikan melalui logo “Stunning Bandung”.
Secara keseluruhan penyusunan strategi destination branding “Stunning Bandung” dilakukan
dengan didasarkan pada analisis 3A yang yaitu attraction, accessibility, dan amenities.
Penyelarasan yang sudah dilakukan dengan baik tidak akan mencapai hasil yang optimal
apabila setiap elemen di dalamya tidak bersinergi dengan baik, terutama elemen pesan.
Berbagai pesan yang disampaikan melalui seluruh media komunikasi, baik yang
konvensional maupun digital, harus dikemas selaras dengan positioning dan tagline yang
telah ditetapkan.
Kata Kunci : Stunning Bandung, Wonderful Indonesia, Destination Branding, Penyelarasan
422
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 423
Makassar,
PENDAHULUAN
“Stunning Bandung” merupakan
destination branding dari Kota Bandung,
yang
merupakan
“Wonderful
sub-brand
Indonesia”.
Bandung” menjadi
untuk
serta
Coral
Wonders
Bunaken, Wakatobi dan Raja
Ampat.
dari
Tujuan peluncuran branding baru
“Stunning
tersebut adalah untuk menyelaraskan sub-
upaya
brand (branding destinasi) dengan master-
branding
brand “Wonderful Indonesia” sehingga
“Wonderful Indonesia”, yang merupakan
memperkuat positioning dari master-brand
upaya Indonesia untuk mempromosikan
tersebut. Hal ini akan menciptakan sinergi
berbagai
antara
penyelarasan
salah satu
destination
destinasi
wisatanya.
Upaya
pusat
dan
daerah
untuk
“Wonderful Indonesia” ini dikerahkan
mempromosikan pariwisata Indonesia dari
dalam rangka meningkatkan keatraktifan
tiap destinasi ke publik Internasional.
berbagai destinasi tersebut. Oleh karena
Destination branding dapat dikatakan
itu, untuk dapat meningkatkan kunjungan
sebagai sebuah konsep branding yang
wisatawan mancanegara dengan targetnya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas
20 juta kunjungan pada 2019, Kementerian
brand sebuah destinasi wisata. Promosi
Pariwisata
10
yang merupakan ujung tombak penjualan
kini
destinasi wisata, selama ini dilakukan
branding
dengan membuat brosur, leaflet, pameran-
dengan
pameran, festival-festival, bahkan hingga
branding baru ini yaitu Bandung, Bali,
merambah media baru seperti media sosial
Jakarta,
Joglosemar
dan internet. Namun, jika dilihat dari
(Jogja-Solo-Semarang), Coral Wonders
konten media sosial yang digunakan,
(Wakatobi-Bunaken-Raja Ampat), Medan,
masih
Makassar, Lombok, dan Banyuwangi1.
ditingkatkan. Branding adalah serangkaian
Adapun
proses dan aktivitas untuk menciptakan
destinasi
selain
wisata
meluncurkan
mempromosikan
di
10
destinasi. Kesepuluh
Kepulauan
diluncurkan
Indonesia
nama-nama
yaitu:
destinasi
Riau,
brand
Colorful
yang
Medan,
suatu
ada
beberapa
brand.
hal
Berbagai
yang
Upaya
bisa
telah
Wonderful Riau Island, Enjoy Jakarta,
dilakukan oleh Kementerian Pariwisata RI
Stunning
dalam
Bandung,
Java
Cultural
merekomendasikan
branding
Wonders, Majestic Banyuwangi, Bali the
kepada beberapa daerah tujuan wisatadi
Island of Gods, Friendly Lombok, Explore
Indonesia, salah satunya Kota Bandung,
1
yang diharapkan mampu menjadi alat
Dikutip dari
https://pesona.indonesia.travel/berita/10-destinasibranding-resmi-diluncurkan/ diakses tanggal 21
Desember 2017 pukul 21.04
promosi intensif dan efektif. Komunikasi
menjadi kunci dari serangkaian aktivitas
423
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 424
branding untuk menciptakan kesadaran
ini, sedangkan tahun sebelumnya hanya
konsumen, yang dalam konteks pariwisata
peringkat ke-100. “Dengan keunggulan
adalah wisatawan. Aktivitas branding
alam,
harus
mengomunikasikan
masyarakatnya, serta didukung strategi dan
positioning atas brand yang diwakilkan.
promosi yang tepat, diyakini pariwisata
Menurut
Indonesia akan mampu bersaing dalam
mampu
Kotler
merupakan
(2009),
keramahtamahan
kancah internasional, seperti Bali yang
membedakan produk dan brand dari
baru-baru ini terpilih menjadi destinasi
pesaing di benak konsumen berdasarkan
terbaik di dunia pada 2017 oleh Trip
atribut atau manfaat yang ditawarkan
Advisor,” kata Garth Simmons, Chief
brand atau produk tersebut. Fokus dari
Operating Officer Accor Hotels untuk
komunikasi
Indonesia,
pemasaran
hanya
menginformasikan
yang
serta
akan
bukan
aktivitas
positioning
budaya,
pariwisata
menjual,
produk
ini
namun
pariwisata
kepada segmentasi wisatawan potensial.
Pariwisata,
menjadi
salah
satu
Sebagai
Malaysia,
upaya
pariwisata Indonesia menjadi destinasi
Indonesia.
Kementerian
khususnya
wisatawan
menambah
juga
mancanegara,
pemasukan
serta
memajukan
terintegrasi dan srategis untuk menjadikan
pilihan
wisatawan,
dalam
pariwisata maka dibutuhkan usaha yang
sektor pendatang devisa terbesar untuk
Bertambahnya
Singapura3.
dan
wisatawan.
Maka
Pariwisata
dari
itu,
mengerahkan
berbagai upaya untuk mempertahankan
sekaligus meningkatkan kualitas sektor
eksistensi Negara di mata dunia. Indonesia
pariwisata.
Salah
sendiri memiliki berbagai destinasi wisata
dilakukan Kemenpar beserta jajarannya
yang mendatangkan banyak wisatawan
adalah
sehingga devisa pun meningkat. seperti
“Wonderful Indonesia”.
adanya
satu
upaya
destination
yang
branding
pada tahun 2009, mencapai 6,297.99 juts
Sebagai upaya dalam memajukan
USD, tahun 2010 naik menjadi 7,603.45
pariwisata maka dibutuhkan usaha yang
juta USD, tahun 2011 naik menjadi
terintegrasi dan srategis untuk menjadikan
8,554.39 juta USD, tahun 2012 juga
pariwisata Indonesia menjadi destinasi
mengalami peningkatan menjadi 9,120.85
pilihan wisatawan.
juta SD, dan pada tahun 2013 menjadi
memang
10,054.15 juta USD2. Pariwisata kita
kesiapan amenitas, atraksi dan akses
menduduki peringkat ke-47 dunia tahun
masing-masing,
2
3
Dikutip dari www.parekraf.go.id diakses tanggal
24 Desember 2017
Berbagai destinasi
dikategorikan
untuk
berdasarkan
menyambut
Dikutip dari (Pikiran Rakyat, 18 Juli 2017) diakses
tanggal 14 Januari 2018
424
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 425
wisatawan. Kesiapan 10 destinasi utama
Pada dasarnya, brand dan branding
dan branding baru ini menyangkut dalam
merupakan dua hal yang berbeda. Menurut
unsur
Baladi
3A
(atraksi,
aksesibilitas,
dan
(2011)
dalam
bukunya
yang
amenitas) yang memudahkan wisatawan
berjudul “The Brutal Truth About Asian
apabila berkunjung ke masing-masing
Branding”, mengemukakan bahwa brand
destinasi, untuk menikmati fasilitas, sarana
merupakan positioning dari suatu produk
akomodasi, ataupun atraksi unggulan yang
dalam
berada di daerah tersebut. Oleh karena itu,
branding
dibutuhkan brand yang kuat sebagai
menciptakan,
identitas destinasi secara keseluruhan dan
mempertahankan brand tersebut. Branding
mempunyai nilai jual. Artinya, brand
harus
memiliki peran sentral dan menjadi salah
pelanggan
satu indikator penting dalam menentukan
mempromosikan nilai, image, prestise,
keberhasilan dan citra sebuah daerah.
atau lifestyle dari brand tersebut.
pikiran
dalam
buku
Komunikasi
Pariwisata
merupakan
dapat
Seperti yang dikemukakan Bungin (2015)
Sedangkan
proses
untuk
membangun,
memikat
loyal
Hal
Anholt
konsumen.
senada
(2007),
dan
dan
membuat
dengan
juga
cara
disampaikan
menurutnya
brand
(Tourism Communication) bahwasannya
merupakan produk, jasa, atau organisasi
branding dapat mengintegrasikan elemen-
yang
elemen strategis dalam satu formula yang
identitas,
jitu
karakteristik,
branding dipahami sebagai suatu proses
mengidentifikasi diferensiasi, citra positif,
merancang perencanaan dan menceritakan
dan meningkatkan keunggulan kompetitif
nama
dalam rangka mencapai tujuan daerah.
membangun atau mengelola reputasi serta
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
membangun identitas suatu brand supaya
penelitian
untuk
menjadi lebih kompetitif. Branding tidak
bagaimana
upaya
terbatas
destination
branding
promosi, tetapi branding harus dipandang
“Stunning Bandung” dengan “Wonderful
sebagai suatu proses yang utuh dan
Indonesia” selaku master brand destinasi
berkesinambungan
wisata yang ada di Indonesia.
dengan
untuk
menciptakan
kali
mengetahui
penyelarasan
ini
berupaya
dikombinasikan
dan
serta
reputasi.
identitas
hanya
dengan
Sedangkan
dalam
melakukan
seluruh
nama,
rangka
kegiatan
serta
terintegrasi
kegiatan
pemasaran
menciptakan
karakteristik,
TINJAUAN PUSTAKA
mengidentifikasi diferensiasi, citra positif,
Branding
dan
meningkatkan
keunggulan
yang
kompetitif (Kavaratzis, 2008)
425
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 426
Pemilihan sebuah konsep branding
pemasar industry pariwisata harus cerdik
dipengaruhi oleh tiga factor, yaitu jenis
dalam menjalankan sebuah taktik branding
produk itu sendiri, intensitas persaingan,
untuk destinasi yang mereka miliki. Pitana
dan tentang bagaimana konsumen memilih
(2009:155)
dan mengonsumsi suatu produk. Asumsi
melangsungkan
tentang
juga
harus mampu menyediakan branding yang
mengarahkan produsen untuk memilih
jelas dan terkelola dengan baik atas produk
suatu konsep branding tertentu. Produsen
pariwisata.
yang menganggap bahwa persaingan tidak
wujud
terlalu
yang
umumnya ada dalam benak konsumen.
dihasilkannya akan cenderung memilih
Untuk itu, komunikasi pemasaran yang
functional
efektif seharusnya memperhatikan dengan
intensitas
kuat
persaingan
untuk
brand
dan
produk
memposisikan
memaparkan,
pemasaran
Dalam
akan
pariwisata
pemaparannya
produk
memberikan kegunaan fungsional tertinggi
“sampai” ke benak konsumen (wisatawan).
atau menawarkan harga yang termurah.
Istilah branding dalam industri
Sebaliknya jika intensitas persaingan suatu
pariwisata adalah “destination branding”.
industry dianggap sangat intensif maka
Destination branding merupakan sebuah
produsen
konsep branding yang bertujuan untuk
experiental
branding
ataupun
image
branding.
meningkatkan
kualitas
pariwisata
itu
serius
melakukan
produk
pariwisata
itu,
produknya sebagai produk yang akan
cenderung
akan
untuk
brand
agar
sebuah
destinasi wisata. Menurut Ritchie (1998)
menjelaskan:
Destination branding
Informasi untuk seseorang yang
hendak melakukan perjalanan pariwisata
menjadikan peran komunikasi pemasaran
pariwisata menjadi penting. Ketika sebuah
informasi atau pesan terkomunikasikan
kepada khalayak dengan baik, maka
tingkat
wisatawan
(konsumen)
dalam
“A Destination Brand is a name,
symbol, logo, word mark or other
graphic that both identifies and
differentiates
the
destination;
furthermore, it conveys the promise
of a memorable travel experience
that is uniquely associated with the
destination; it also serves to
consolidate and reinforce the
recollection
of
pleasurable
memories of the destination
experience.”
menerima pesan tersebut akan semakin
besar. Karena goal mengirimkan sebuah
pesan adalah penerima atau khalayak
mampu menerima dan memberikan reaksi
umpan balik. Dengan fenomena tersebut,
Dijelaskan bahwa tujuan utama
komunikasi
pemasaran
bukan
hanya
menjual, namun juga memasarkan produk
pariwisata. Yang menjadi titik fokus
426
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 427
adalah kepuasan konsumen dan usaha
daerah.
untuk membangun hubungan yang erat
didasari oleh passion dan identitas yang
dengan
menarik yang saling berhubungan dengan
konsumen.
destination
branding
Dalam
konsep
destination
branding
juga
berbagai hal yang akan memudahkan
memberikan efek manfaat bagi para
orang memiliki asosiasi dengan tempat
pendatang (wisatawan).
tersebut. Untuk itu, produsen harus cerdik
Perlu
digaris
setidaknya
Konsep
bawahi
bahwa
dalam
“mengemas”
dasarnya konsep dari sebuah branding
kekurangan
yaitu janji. Bagaimana calon wisatawan
khalayak.
agar
kelebihan
dan
menarik
mata
bisa
percaya kepada suatu destinasi yang
Kemasan sebuah destinasi terbagi
nantinya akan mendapatkan pengalaman
dalam suatu brand characteristic yang
yang berkesan. Sedangkan, tugas untuk
tediri dari yang tangible dan intangible.
produsen adalah bagaimana caranya agar
Dari yang bersifat tangible terdiri design,
“janji” tersebut bisa dipenuhi dan tidak
performance,
mengecewakan wisatawan. Bisa dikata
price,
branding ini berusaha mengolah benak
Sedangkan
konsumen sehingga memiliki ekspetasi
termasuk dalam value, brand image,
yang baik tentang suatu destinasi tersebut.
image of store where sold, dan perceptions
Hal
proses
of users of the brand. Semua atribut
mana
menjadi penting bagi destinasi wisata,
konsumen akan memilih destinasi yang
namun beberapa yang terpenting yaitu
menawarkan suguhan “unik” yang berbeda
marketing communication, value, dan
dengan destinasi lain. Sama halnya dengan
brand image. Untuk menjadikan ketiganya
pemaparan Kaplanidou dan Vogt (2007)
berjalan efektif, semua harus terintegrasi
hakikat
dan saling beriringan.
ini
berkaitan
pengambilan
dengan
keputusan
destination
yang
branding
adalah
dan
ingredients,
marketing
untuk
size/shape,
communication.
atribut
intangible
kombinasi atribut sebuah daerah yang
Lain halnya dengan karakteristik
diwujudkan dalam satu konsep yang dapat
merk, branding juga mempunyai segenap
menyampaikan
elemen-elemen
identitas
unik
dan
pembentuk
destination
karakteristik lokasi yang berbeda dari
branding. Elemen tersebut terdiri atas
kompetitor.
sebagai berikut:
Murfianti dalam proceeding NCCB
(2012)
juga
menjelaskan
mengenai
1. Brand identity
Merupakan
serangkaian
destination branding yaitu sebagai strategi
strategi yang diwujudkan dalam
bagaimana memasarkan potensi sebuah
bentuk
asosiasi
yang
427
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 428
merepresentasikan barang atau
bagian dari identitas merek,
jasa tersebut. Brand identity dapat
atribut
merefleksikan produk dan jasa
berhubungan
yang ditawarkan lokasi destinasi.
pembelian atau pengggunaan
Dalam brand, persepsi sangat
produk
esensial, oleh karenanya dalam
memberikan
konteks
fungsional
komunikasi,
“Brand
secara
langsung
dengan
yang
dapat
keuntungan
maupun
Identity” diinterpretasikan sebagai
emosional bagi konsumen.
suatu pesan tunggal yang dapat
Atribut yang berhubungan
mewakili variasi produk, aksi dan
dengan sebuah produk dapat
komunikasi. Pesan tunggal yang
menciptakan proporsi nilai
jelas dan kuat dalam sebuah
melalui
brand
lebih baik.
sangat
pentinguntuk
penawaran
yang
memperkuat pesan organisasi kita
b. Brand
as
Organization.
di benak konsumen di tengah
Brand
as
organization
banyaknya paparan pesan melalui
memfokuskan pandangannya
iklan dari berbagai brand. Dalam
pada
konsep
organization
brand
identity,
attributes
of
dari
the
pada
diversifikasi menjadi unsur utama
terhadap produk atau jasa.
yang
Organization
harus
dilakukan
untuk
memperkuat
identitas
baik
meliputi
attributes
suatu
inovasi,
diversifikasi logo (grafis, warna,
peningkatan
kualitas,
desain dan huruf) maupun dari
perhatian
terhadap
sisi inovasi produk dan layanan.
lingkungan yang diciptakan
Menurut David A. Aaker dan
oleh orang, budaya, nilai
Erich (2002:43) brand identity
maupun
terbentuk dari dua puluh dimensi
perusahaan.
yang digabung menjadi empat,
program
dari
c. Brand as Person. Brand as
yaitu brand as product, brand as
person
memberikan
organization, brand as person,
yang lebih menarik terhadap
dan brand as symbol.
brand identity, karena brand
a. Brand as Product. Asosiasi
as
person
yang berhubungan dengan
seperti
produk tetap penting sebagai
Pribadi
kesan
diasumsikan
halnya
merek
manusia.
dapat
428
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 429
menciptakan
merek
yang
diingat
dan
memiliki
kuat dengan berbagai cara.
kekuatan. Simbol akan sangat
Pertama,
membantu
bermakna jika bermetafora
manfaat
dengan karakteristik simbol
ekspresi diri sebagai sarana
yang menampilkan manfaat
konsumen
fungsional, emosional, atau
menciptakan
untuk
mengeksperesikan
ekspresi diri. Simbol yang
kepribadiannya. Kedua, sifat-
kuat akan membantu strategi
sifat
manusiawi
merek. Apabila simbol yang
hubungan
digunakan perusahaan sesuai
mempengaruhi
antar konsumen dan merek.
dengan
Ketiga, pribadi merek dapat
pelanggan maka akan dapat
mengkomunikasikan
atribut
memberikan nilai functional
memberikan
dan emotional. Identitas dari
produk
dan
sumbangan
bagi
manfaat
fungsional.
karakteristik
dari
perusahaan seperti slogan,
simbol , jingle, dan lain-lain
d. Brand as symbol. Simbol
harus
dapat
menciptakan
yang kuat dapat memberikan
pengalaman sehingga akan
keeratan dan struktur bagi
dapat mempermudah dalam
sebuah
pembentukan brand identity.
identitas
serta
mempermudah produk untuk
dikenal
dan
Kehadiran
diingat.
Konsep brand essence sebagai
dapat
seuatu hal yang dapat mewakili
kunci
elemen emosional dan nilai brand
simbol
merupakan
pengembangan produk untuk
dikenal
dan
Kehadiran
diingat.
simbol
merupakan
pengembangan
Simbol
visual,
kebesaran
terdiri
atas
merek.
tersebut.
3. Brand character
dapat
Konsep pada brand character
kunci
sebagai
merek.
metafora,
2. Brand essence atau brand soul
citra
dan
Simbol
pengalaman
hubungan
berwisata
antara
para
wisatawan terbentuknya karakter
merek.
4. Brand personality
yang melibatkan pencitraan
Merupakan
seperangkat
visual memudahkan untuk
kepribadian merek yang sifatnya
429
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 430
sama dengan kondisi sentimental
yang bertujuan untuk membentuk suatu
yang dimiliki oleh manusia.
brand (Schultz & E., 1999) Sedangkan
menurut Gelder (2005): “The brand
5. Brand culture
Brand
culture
menunjukkan
strategy defines what the brand is
bahwa
budaya
pada
merek
supposed to achieve in terms of consumer
menunjukkan bahwa budaya pada
attitudes and behavior” yang artinya
merek
strategi brand mendefinisikan apa yang
merupakan
sistem
nilai
terintegrasi
serangkaian
yang
satu
sama
saling
seharusnya dicapai suatu brand dalam
lain,
kaitannya dengan sikap dan perilaku
sehingga dapat menggambarkan
konsumen (Gelder, 2005).
budaya pada kawasan tersebut.
6. Brand image
METODE PENELITIAN
Merupakan
komponen
utama
Penelitian mengenai penyelarasan
identitas
merek
destination branding “Stunning Bandung”
yang mudah dikenali, sehingga
dengan “Wonderful Indonesia” selaku
konsumen dapat mengapresiasi
master brand destinasi wisata di Indonesia
merek tersebut.
dilakukan dengan menggunakan metode
pembentukan
Dalam membangun sebuah brand
studi kasus. Studi kasus merupakan salah
yang kuat, maka dibutuhkan strategi-
satu metode dalam penelitian kualitatif.
strategi agar tujuan dapat tercapai dengan
Studi kasus sendiri merupakan pengujian
sempurna.
branding,
intensif, menggunakan berbagai sumber
strategi merupakan dasar membangun
bukti terhadap suatu identitas tunggal yang
brand, strategi menjaga agar periklanan
dibatasi oleh ruang dan waktu.
Dalam
berada pada jalur
konteks
yang tepat
serta
membangun brand personality dengan
jelas dan konsisten. Artinya strategi
mewakili jiwa sebuah brand dan menjadi
elemen penting untuk keberhasilan brand
tersebut (Roman, Maas, & Nissenholtz,
2005).
Strategi
strategy
branding
dapat
atau
diartikan
brand
sebagai
manajemen suatu brand sebagai kegiatan
yang mengatur semua elemen-elemen
“Studi kasus adalah pendekatan
kualitatif
yang
penelitinya
mengeksplorasi kehidupan nyata,
sistem
terbatas
kontemporer
(kasus) atau beragam sistem
terbatas (berbagai kasus), melalui
pengumpulan data yang detail dan
mendalam
yang
melibatkan
beragam sumber informasi atau
sumber
informasi
majemuk
(misalnya,
pengamatan,
wawancara, bahan audiovisual, dan
dokumen dan berbagai laporan),
dan melaporkan deskripsi kasus
dan tema kasus.” (Creswell,
2015:135)
430
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 431
Dengan menggunakan studi kasus
dokumentasi
dan
literatur.
Observasi
memungkinkan peneliti untuk mengkaji
dilakukan dengan mendatangi langsung
dan mempertahankan karakteristik dari
lokasi penelitian, yaitu Kantor VA Global
fenomena secara utuh. Fenomena yang
selaku konsultan Stunning Bandung, dan
dimaksud dapat berupa peristiwa-peristiwa
kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dari kehidupan nyata seperti kehidupan
Kta Bandung, serta beberapa destinasi
seseorang,
wisata
proses
organisasional,
manajerial,
perubahan
sebagainya.
Studi
pertanyaan
empiris
sosial,
Kota
Bandung.
Wawancara
dan
dilakukan peneliti terhadap dua jenis
kasus
merupakan
informan kunci yaitu stakeholders dari
yang
menyelidiki
Stunning Bandung yaitu orang-orang yang
fenomena di dalam konteks kehidupan
terlibat dalam proses penyusunan hingga
nyata apabila batas-batas antara fenomena
evaluasi
dan konteks tidak tampak dengan tegas
wisatawan yang pernah mengunjungi Kota
dan dimanfaatkannya bukti multisumber
Bandung.
(Yin: 2002)
tersebut adalah Owner and Chief Executive
Kekuatan yang unik dari studi
kasus
adalah
kemampuannya
untuk
Stunning
Adapun
Kepala
Bidang
Kebudayaan
jenis
Bandung,
dokumen,
peralatan,
para
serta
stakeholders
Officer VA Global, Indri Novitasari;
berhubungan sepenuhnya dengan berbagai
bukti
Bandung
Pemasaran
dan
Dinas
Pariwisata
Ashwin
Sulaeman;
Kota
Kepala
wawancara, dan observasi. Studi kasus
Bidang Kepariwisataan Dinas Kebudayaan
tidak selalu harus mencakup observasi
dan PariwisataKota Bandung, Nanang
langsung
Sodikin; Koordinator Bandung Lovable
dan
buktinya,
rinci
yang
sebagai
sumber
terpenting
adalah
Volunteer , Abdillah Hafid Arinardi.
menjelaskan keterkaitan kausal dalam
Teknik pengumpulan data yang
intervensi kehidupan nyata yang terlalu
terakhir yang dilakukan dalam penelitian
kompleks bagi strategi survai ataupun
ini adalah penggunaan dokumen yang
eksperimen,
nyata
mendukung dan menambah bukti dari
dimana intervensi terlah terjadi. Peneliti
sumber-sumber lain. Dimana berbagai
studi kasus berupaya menelaah sebanyak
dokumen
mungkin data mengenai subjek yang
pemverivikasian nama, judul, atau ejaan
diteliti.
dari
konteks
kehidupan
Teknik pengumpulan data dalam
suatu
ini
dapat
organisasi
membantu
bersangkutan,
menambah rincian spesifik lain, serta
penelitian ini dilakukan dengan observasi,
melakukan
wawancara
dokumen yang diperoleh (Yin, 2002:104).
mendalam,
serta
studi
inferensi
dari
dokumen-
431
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 432
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
Wonderful
berbagai dokumentasi tentang strategi
meningkatkan dan memperkuat citra dan
penyusunan serta aktualisasi dari Stunning
persepsi destinasi pariwisata di Indonesia
Bandung.
juga
sehingga dapat meningkatkan pengunjung,
mengumpulkan bukti promosi melalui
baik secara volume, frekuensi kunjungan
media sosial, cetak maupun elektronik.
wisata,
Selain
Teknik
itu
analiasis
peneliti
data
dan
Indonesia
yaitu
pendapatan
untuk
dari
sektor
yang
pariwisata sehingga mencapai target 20
dilakukan oleh penelitin adalah sengan
juta wisatawan mancanegara pada tahun
penganalisisan data meliputi pengujian,
2019.
pengkategorian, pentabulasian, maupun
merupakan inisiator dari peluncuran 10
pengkombinasian kembali data-data yang
destination
telah terkumpul sebagai bukti untuk
menginginkan adanya suatu diversifikasi
menunjuk proporsi awal suatu penelitian.
produk
Dalam penganalisisan data ini, peneliti
image pada beberapa daerah terpilih di
mendasarkan diri kepada langkah-langkah
Indonesia,
yang telah dinyatakan oleh Creswell, yaitu
memiliki lebih banyak pilihan destinasi
(2015:63-65), deskripsi, analisis tema, dan
wisata ketika datang ke Indonesia.
Kementerian
pariwisata
branding
pariwisata
Indonesia,
untuk
sehingga
yang
memberikan
wisatawan
bisa
assertions (penonjolan). Sedangkan teknik
Persepsi masyarakat yang sudah
pemeriksaan keabsahan data dilakukan
terbentuk lewat master brand “Wonderful
oleh
menggunakan
Indonesia” disalurkan pada “Stunning
triangulasi sumber. Teknik triangulasi
Bandung” melalui atribut brand yang
sumber, adalah salah satu cara untuk
diselaraskan
menganalisis keabsahan data kualitatif
tersebut. Balakhrisnan dalam jurnalnya
dengan cara menggunakan satu jenis
yang
sumber data misalnya informan, tetapi
Destinations as a Framework menyatakan
beberapa informan atau narasumber yang
bahwa pemerintah perlu merumuskan,
digunakan perlu diusahakan posisinya dari
mengkomunikasikan dan mengasimilasi
kelompok atau tingkatan yang berbeda-
visi untuk semua pihak terkait, untuk
beda.
menciptakan budaya berorientasi layanan
peneliti
dengan
dengan
berjudul
master
Strategic
brand
Branding
yang akan memberikan keunggulan yang
bersifat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Stunning Bandung yang adalah
sub-Brand
secara
dari
otomatis
Wonderful
Indonesia
mengadopsi
visi
kompetitif.
Pemerintah
harus
menentukan visi yang menjadi jiwa dan
tujuan dari proses branding destinasi.
Ketika visi telah ditetapkan, maka segala
432
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 433
sumber daya penggerak harus dikerahkan
menggunakan pendekatan arsitektur-brand
untuk mendukung kegiatan pemasaran ini.
yaitu endorsed-brand. Secara hierarkis,
(10)
“Wonderful Indonesia” tentunya berperan
destinations brand sebagai brand-family
sebagai brand induk dan brand-destinasi
“Wonderful
dari
berada di bawahnya sebagai sub-brand
arahan Presiden dan Wakil Presiden untuk
untuk memperkuat identitas brand-induk.
melakukan percepatan terhadap pemasaran
Pendekatan
pariwisata Indonesia. Amanat ini tertuang
menampilkan diversifikasi destinasi wisata
dalam
yang ada di Indonesia melalui penekanan
Penetapan
sepuluh
Indonesia”
RIPPARNAS
berawal
(Rencana
Induk
ini
atribut
periode 2010 – 2025 dalam Peraturan
menunjukkan
Pemerintah No.50 Tahun 2011. Pada aspek
tersebut
“Pemasaran
pemerintah
“Wonderful Indonesia”, brand-destinasi
menciptakan,
mengadopsi penggunaan tool-box asset
tengah
berupaya
mengomunikasikan,
menyampaikan
produk wisata dan mengelola relasi dengan
wisatawan
untuk
unik/spesifik.
untuk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional)
Pariwisata”,
yang
bertujuan
bahwa
brand-destinasi
merupakan
komunikasi
visual
Untuk
anggota-keluarga
yang
ada
pada
“Wonderful Indonesia”.
mengembangkan
Dalam
aktualisasinya,
brand
kepariwisataan seluruh kepentingannya.
destinasi yang berada di dalam brand-
Maka kemudian program ini ditugaskan
family “Wonderful Indonesia” tidak boleh
kepada Kementerian Pariwisata selaku
menjadi predator satu sama lain, artinya
pelaksana kepariwisataan nasional dan
pengelola brand-destinasi juga harus dapat
harus
membangun
dipertanggungjawabkan
kepada
kerjasama
untuk
saling
Presiden RI melalui Kantor Staff Presiden
memperkuat dan mendapatkan manfaat
(KSP).
bersama. “Wonderful Indonesia” adalah
Kementerian
Pariwisata
telah
brand pariwisata nasional yang diciptakan
branding
untuk membidik wisatawan mancanegara.
disertai
Sehingga, brand-destinasi yang dikelola
dengan sistem visual yang efektif. Adapun
secara terintegrasi di bawah “Wonderful
tool-box asset komunikasi visual yang
Indonesia” nantinya ditawarkan kepada
digunakan pada “Wonderful Indonesia”,
wisatawan
antara lain tipografi, warna, patterns,
diversifikasi produk destinasi wisata yang
supergrafis dan gaya fotografi. Bertumpu
dimiliki Indonesia. Maka kemudian, “kata
pada
janji”
berupaya
memperkuat
“Wonderful
Indonesia”
itu,
yang
Kementerian
Pariwisata
membentuk sebuah brand-family dengan
yang
mancanegara
digunakan
pada
sebagai
brand-
destinasi adalah bahasa yang mendunia,
433
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 434
yaitu Bahasa Inggris. Seperti kata “enjoy”
Dalam kasus yang diteliti dalam
pada “Enjoy Jakarta”, “stunning” pada
penelitian
“Stunning Bandung”, “majestic” pada
produk
“Majestic Banyuwangi”, dan seterusnya.
Indonesia
Namun tetap mempertahankan identitas
kesepuluh sub-brand yang diluncurkan
daerah/destinasi.
oleh
Informasi untuk seseorang yang
ini,
upaya
adalah
menyampaikan
aktivitas
yang
pariwisata
dilakukan
Kementerian
melalui
Pariwisata.
Upaya
mengangkat portofolio produk pariwisata
hendak melakukan perjalanan pariwisata
yang
menjadikan peran komunikasi pemasaran
diselaraskan dengan master brand untuk
pariwisata menjadi penting. Ketika sebuah
menciptakan kesamaan persepsi dalam
informasi atau pesan terkomunikasikan
benak
kepada khalayak dengan baik, maka
memiliki
tingkat
dalam
pariwisata yang dapat dinikmati. Hal ini
menerima pesan tersebut akan semakin
yang kemudian dicoba untuk dijual dalam
besar, karena goal mengirimkan sebuah
rangka menarik minat wisatawan untuk
pesan adalah penerima atau khalayak
mengunjungi Indonesia dan daerah-daerah
mampu menerima dan memberikan reaksi
yang ada didalamnya.
wisatawan
(konsumen)
umpan balik. Dengan fenomena tersebut,
dimiliki
masing-masing
wisatawan
bahwa
berbagai
Oleh
karena
daerah
Indonesia
maca
itu,
aktivitas
penyusunan
pemasar industri pariwisata harus cerdik
strategi positioning dalam setiap sub-
dalam menjalankan sebuah taktik branding
brand destinasi wisata tersebut menjadi hal
untuk destinasi yang mereka miliki. Pitana
yang sangat penting. Positioning sering
(2009:155)
disebut
memaparkan,
melangsungkan
suatu
strategi
untuk
dan
harus mampu menyediakan branding yang
pelanggan
melalui
jelas dan terkelola dengan baik atas produk
ditawarkan. Positioning juga didefinisikan
pariwisata.
itu,
sebagai the strategy to lead your customer
itu
credibly
Dalam
akan
pariwisata
sebagai
memenangi
wujud
pemasaran
untuk
pemaparannya
produk
pariwisata
yaitu
menguasai
benak
produk
yang
suatu
upaya
untuk
umumnya ada dalam benak konsumen.
mengarahkan pelanggan secara kredibel
Untuk itu, komunikasi pemasaran yang
(Kartajaya,
efektif seharusnya memperhatikan dengan
destinasi
serius
akan
“sampai”
wisatawan.
ke
2007).
pariwisata,
Dalam
branding
positioning
yang
produk
pariwisata
agar
diciptakan tentu harus memiliki keunikan
benak
konsumen
yaitu
dan berbeda dengan para kompetitor
wisata daerah lain.
434
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 435
Positioning
sangat
penting
sesuatu yang unik yang bisa ditawarkan
ditetapkan agar membantu perusahaan
pada
dalam memasarkan produknya supaya
“Stunning Bandung”. Bandung diposisikan
timbulnya
sebagai
keinginan
mengonsumsinya.
positioning
untuk
Dalam
menetapkan
terdapat enam pendekatan
wisatawan
kota
melalui
yang
branding
menawarkan
pengalaman berlibur yang otentik, dengan
berbagai
pesona
serta
surga
menurut Aekar dan Myres seperti yang
tersembunyi,
dikutip oleh Belch and Belch (2004:52)
untuk terlibat, serta mengeksplorasi hal
menentukan enam pendekatan strategi
baru yang menyenangkan. Disimpulkan,
positioning, yaitu (1) positioning by
positioning “Stunning Bandung” adalah
product
(2)
Bandung
(3)
Berdasarkan studi yang telah dilakukan
attributes
positioning
and
by
benefits,
price/quality,
mengundang
yang
Involving
wisatawan
Experience
4
.
positioning
by
product
class,
(4)
VA Global, didapatkan temuan bahwa
positioning
by
product
user,
(5)
wisatawan-wisatawan
positioning
by
product
use
and
beberapa hal ketika melakukan kunjungan
ositioning by
wisata ke Kota Bandung, diantaranya
applications dan , (6)
adalah
tambahkan
dieksplorasi secara mendalam, pengalaman
strategi
positioning
membedakan merek yang disebut (7)
keindahan
positioning
by
symbols.
daerahnya masing-masing. Atas dasar
Berdasarkan
hasil
yang
tersebut, maka perjalanan wisata yang
didapatkan dari narasumber yang tidak lain
dilakukan bisa memberikan perspektif
adalah tim konsultan “Stunning Bandung”
baru, memperluas pengetahuan dan juga
yang memiliki peran dalam menentukan
mendapatkan pengalaman seru yang tidak
strategi destination branding, setidaknya
akan terlupakan. Penggunaan Bandung
ada dua dari pendekatan tersebut yang
Involving
digunakan yaitu pendekatan positioning by
menggambarkan
product
yang akan didapat oleh wisatawan. Hal ini
attributes
and
benefit
serta
positioning by cultural yymbols.
alam
dan
yang
khas,
bisa
yang
penelitian
unik
yang
dimana simbol budaya digunakan untuk
cultural
otentik,
khas
mencari
competitor. Aaker & Myres memasukan
untuk
kebudayaan
tersebut
tidak
Experience
berbagai
serta
dimiliki
juga
keuntungan
diperkuat dengan penekanan destinasi
Positioning by product attributes
wisata yang dapat dikunjungi. Lewat
and benefits, yaitu didasarkan pada benefit
positioning tersebut, Bandung menjanjikan
yang
spesifik/unik
yang
ditawarkan.
Dalam hal ini, Kota Bandung memiliki
4
Dokumen VA Global
435
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 436
tempat berbelanja yang seru dan lengkap
melalui
serta café dan restoran yang modern dan
Kementerian Pariwisata.5
unik, keindahan alam yang menarik serta
jaringan
Logo
yang
“Stunning
dimiliki
oleh
Bandung”
sejarah-
mengadopsi logo “Wonderful Indonesia”
heritage serta kebudayaan Jawa Barat, dan
dan dibuat khusus oleh tim konsultan VA
tidak ketinggalan aktivitas atau event unik
Global. Adapun gambar utama dari logo
di Bandung.
tersebut adalah bunga dan kujang yang
pengalaman
menikmatinya,
“Stunning
Bandung”
juga
melambangkan Keindahan dan Otensitas.
menggunakan pendekatan positioning by
Kecantikan
cultural symbols. Penggunaan logo yang
pegunungan, bukit, sungai, curug, dan
selaras dengan “Wonderful Indonesia” ini
pantai adalah kekayaan wisata Bandung
menjadi salah satu pendekatan untuk lebih
dan Jawa Barat yang dengan segala
memudahkan
keluhurannya
masyarakat
mengenal
serta
megahnya
telah
alam
menciptakan
“Stunning Bandung”. Bandung Involving
masyarakat sunda yang ramah, halus tutur
Experience kemudian direpresentasikan
bahasa, otentik, dan kreatif. Di Bandung
lewat logo dan tagline yang menjadi salah
dan Jawa Barat wisatawan bisa merasakan
satu identitas yang menjadi penyelaras
paduan serasi dari daya tarik wisata yang
“Stunning
kaya akan unsur alam, adat istiadat, seni
Bandung”
terhadap
master
brand-nya yaitu “Wonderful Indonesia”.
budaya, sejarah dan kuliner yang tersaji
Brand as symbol, symbol yang kuat
apik secara modern namun tetap seiring
dapat memberikan keeratan dan struktur
dan sejalan dengan kearifan lokal yang
bagi sebuah identitas serta mempermudah
ada.
produk untuk dikenal dan diingat. Simbol
dalam hal ini adalah logo “Stunning
Bandung”.
Logo, yang diselaraskan
melalui font dan warna menjadikan master
brand memiliki identitas yang lebih kuat
dengan didukung oleh 10 sub-brand
destinasi lainnya. Hal ini juga kemudian
memberikan keuntungan bagi masingmasing daerah khususnya Kota Bandung
dengan “Stunning Bandung”-nya, untuk
mendapatkan kemudahan dalam aktivitas
promosi
ke
wisatawan
mancanegara
5
Wawancara dengan Ashwin Sulaeman, tanggal 14
Februari 2018
436
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 437
dalam
“mengemas”
kekurangan
agar
bisa
kelebihan
dan
menarik
mata
khalayak. Konsep tersebut dalam kasus ini
diterapkan oleh Kementerian Pariwisata
untuk
kemudian
kelebihan
Indonesia
memperlihatkan
melalui
berbagai
portofolio produk pariwisata yang dimiliki
Komponen
destination
image
emosional
dari
bertanggung
jawab
berbagai
daerah
membentuk
di
Indonesia
untuk
persepsi
khalayak
bahwa
memiliki
sejuta
produk
dalam sebagian besar karakteristik sebuah
Indonesia
destinasi. Gambar atau simbol yang terkait
pariwisata yang bisa dinikmati wisatawan.
dengan sejarah, warisan, dan budaya
Sehingga, wisatawan akan menganggap
adalah bagian yang paling penting saat
bahwa Indonesia memiliki lebih banyak
membedakan destinasi satu dengan yang
pilihan destinasi wisata.6
Logo
Tagline dari “Stunning Bandung”
“Stunning Bandung” dibuat selaras dengan
yaitu “Where the Wonders of West Java
lainnya
(Balakhrisnan,
2009).
“Wonderful
Indonesia”
Begin” menjadi satu wujud keberagaman
dengan tujuan melambangkan keindahan
Jawa Barat yang dimulai dari Bandung.
dan otensitas Kota Bandung selayaknya
Tagline
keindahan
Indonesia.
membentuk mindset wisatawan bahwa
Identitas yang dimiliki logo “Stunning
keindahan alam Jawa Barat sebagian besar
Bandung” terletak pada penggunaan warna
memang diwakili oleh Kota Bandung,
yang lebih beragam, menunjukkan bahwa
namun jika wisatawan ingin melihat
Bandung
keindahan
master
brand
yang
dimiliki
memiliki
berbagai
destinasi
tersebut
Jawa
ditujukan
Barat
untuk
seutuhnya,
wisata yang dapat dinikmati wisatawan.
perjalanan mereka dimulai dari Kota
Unsur seni budaya, adat istiadat, sejarah,
Bandung. Melalui tagline ini, wisatawan
hingga
diajak untuk merasakan langsung pesona
kuliner
direpresentasikan
oleh
filosofi warna dalam logo tersebut.
Konsep
destination
pariwisata Jawa Barat yang menakjubkan
branding
dan tidak terlupakan. Melalui tagline
didasari oleh passion dan identitas yang
tersebut, terjadi penguatan image yang
menarik yang saling berhubungan dengan
terpatri pada Provinsi Jawa Barat terkait
berbagai hal yang akan memudahkan
destinasi didalamnya. Kekayaan sejarah,
orang memiliki asosiasi dengan tempat
tersebut. Untuk itu, produsen harus cerdik
6
Wawancara dengan Indri Novitasari, tanggal 9
Februari 2018
437
Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 438
budaya, seni, kuliner, serta keindahan
komunikasi.
Berbagai
pesan
yang
pegunungan, bukit, sungai, air terjun, dan
disampaikan
melalui
seluruh
media
pantai yang tersebar di Jawa Barat
komunikasi yang digunakan, baik yang
dirangkum dalam satu kalimat.
konvensional maupun digital harus juga
dikemas selaras dengan positioning dan
tagline yang telah ditetapkan.
PENUTUP
“Stunning
Bandung”
disusun
berdasarkan inisiasi dari Kementerian
DAFTAR PUSTAKA
Pariwisata.
Aaker,
Keterlibatan
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, Pemprov
Jabar,
ASITA,
serta
PHRI.
Upaya
penyelarasan “Stunning Bandung” dengan
master
brand
“Wonderful
Indonesia”
terlihat dari penentuan positioning dan
tagline yang kemudian divisualisasikan
melalui logo “Stunning Bandung”. Secara
keseluruhan
penyusunan
strategi
destination branding “Stunning Bandung”
dilakukan oleh Tim Konsultan VA Global
dengan didasarkan pada analisis 3A yang
yaitu
attraction,
accessibility,
dan
amenities.
Penyelarasan
yang
sudah
baik
dilakukan oleh VA Global saat menyusun
strategi destination branding “Stunning
Bandung”.
Hal
tersebut
terlihat
dari
selarasnya logo, positioning, dan tagline
“Stunning
Bandung”
dengan
D., & Erich. 2002. Brand
Leadership. New York: The Free
Press.
Anholt, S. 2007. Competitive Identity: The
New Brand Management for
Nations, Cities, and Region. New
York: Palgrave Macmillan.
Baladi, J. 2011. The Brutal Truth about
Asian Branding and How to Break
The Vicious Cycle. Singapura :
John Wiley & Sons (Asia) Ptd. Ltd.
Balakhrisnan, M. S. 2009. Strategic
Branding of Destinations: a
Framework. European Journal of
Marketing Vol. 43 No 5/6 , 611629.
Belch, G. B. 2008. Advertising and
promotion:
An
integrated
marketing
communications
perspective 8th edition. NewYork:
McGraw-Hill
Bungin, Burhan. 2015. Komunikasi
Pariwisata Pemasaran dan Brand
Destinasi. Jakarta: Kencana.
master
mencapai hasil yang optimal apabila saat
Cresswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry
and Research Design, Choosing
Among Five Traditions. California:
Sage Publication
pelaksanaannya, berbagai elemen tidak
Gelder,
brand-nya yaitu “Wonderful Indonesia”.
Tetapi
strategi
tersebut
tidak
akan
saling bersinergi, terutama elemen pesan
S. V. 2005. Global Brand
Strategy. London: Kogan Page.
yang disampaikan dalam berbagai media
438
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 439
Kaplanidou, K., & Vogt, C. 2007. The
interrelationship between sport
event and destination image and
sport tourists' behaviours. Journal
of Sport and Tourism, 12(3-4),
183-206.
DOI: 10.1080/1477508070173693
2
Kartajaya, H. 2007. Marketing Plus 2000:
Siasat Memenangkan Persaingan
Global. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kavaratzis, A. 2008. City Branding: An
Effective Assertion of Identity or a
Transitory
Marketing
Trick.
Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Scientific Experts in Tourism, 89–
116.
Roman, K., Maas, J., & Nissenholtz, M.
2005.
How
to
Advertise:
Membangun Merek dan Bisnis
dalam Dunia Pemasaran Baru.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Schultz, D. E., & E., B. B. 1999. Strategic
Brand Communication Campaign.
Illionis: NTC Business Books.
Yin, R. K. 2003. Studi Kasus Desain dan
Metode. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Kotler, P. 2009. Manajemen Pemasaran
Edisi 13. Jakarta: Erlangga.
Murfianti, Fitri. 2012. Pencitraan Solo
melalui Event Karnaval sebagai
Upaya Destinations Branding
Wisata
Budaya.
Proceeding
Strategi Communication Branding
di
Era
Industri
Kreatif.
Dipresentasikan
di
Nation
Conference on Communication
Branding,
Ilmu
Komunikasi,
Universitas Brawijaya, Malang.
Pitana, I Gede. 2009. Pengantar Ilmu
Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Ritchie, J. R. Brent, & Robin J. B. Ritchie.
1998. The Branding of Tour- ism
Destinations: Past Achievements
and
Future
Challenges.
Proceedings of the 1998 Annual
Congress of the International
Association of Scientific Experts in
Tourism, Destination Marketing:
Scopes and Limitations, edited by
Peter Keller. Marrakech, Morocco:
International
Association
of
439
Download