PENYELARASAN DESTINATION BRANDING “STUNNING BANDUNG” DENGAN “WONDERFUL INDONESIA” SELAKU MASTER BRAND INDONESIA Meria Octavianti, Demi Apriliani, Slamet Mulyana Program Studi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran meria.octavianti@unpad.ac.id ABSTRAK Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dengan targetnya dua puluh juta kunjungan pada tahun 2019, Kementerian Pariwisata meluncurkan sepuluh destination brand guna memperkuat “Wonderful Indonesia” sebagai master brand destinasi wisata Indonesia. “Stunning Bandung” merupakan salah satu dari destination brand tersebut. Dengan menggunakan metode studi kasus, penelitian ini berupaya untuk mengungkap bagaimana upaya penyelarasan destination branding “Stunning Bandung” dengan “Wonderful Indonesia” selaku master brand Indonesia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan literatur. Teknik analisis data dilakukan dengan membuat deskripsi, melakukan analisis tema, dan assertions (membuat penonjolan). Sedangkan teknik pengujian keabsahan data dilakukan dengan melakukan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya penyelarasan “Stunning Bandung” dengan master brand “Wonderful Indonesia” terlihat dari penentuan positioning dan tagline yang kemudian divisualisasikan melalui logo “Stunning Bandung”. Secara keseluruhan penyusunan strategi destination branding “Stunning Bandung” dilakukan dengan didasarkan pada analisis 3A yang yaitu attraction, accessibility, dan amenities. Penyelarasan yang sudah dilakukan dengan baik tidak akan mencapai hasil yang optimal apabila setiap elemen di dalamya tidak bersinergi dengan baik, terutama elemen pesan. Berbagai pesan yang disampaikan melalui seluruh media komunikasi, baik yang konvensional maupun digital, harus dikemas selaras dengan positioning dan tagline yang telah ditetapkan. Kata Kunci : Stunning Bandung, Wonderful Indonesia, Destination Branding, Penyelarasan 422 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 423 Makassar, PENDAHULUAN “Stunning Bandung” merupakan destination branding dari Kota Bandung, yang merupakan “Wonderful sub-brand Indonesia”. Bandung” menjadi untuk serta Coral Wonders Bunaken, Wakatobi dan Raja Ampat. dari Tujuan peluncuran branding baru “Stunning tersebut adalah untuk menyelaraskan sub- upaya brand (branding destinasi) dengan master- branding brand “Wonderful Indonesia” sehingga “Wonderful Indonesia”, yang merupakan memperkuat positioning dari master-brand upaya Indonesia untuk mempromosikan tersebut. Hal ini akan menciptakan sinergi berbagai antara penyelarasan salah satu destination destinasi wisatanya. Upaya pusat dan daerah untuk “Wonderful Indonesia” ini dikerahkan mempromosikan pariwisata Indonesia dari dalam rangka meningkatkan keatraktifan tiap destinasi ke publik Internasional. berbagai destinasi tersebut. Oleh karena Destination branding dapat dikatakan itu, untuk dapat meningkatkan kunjungan sebagai sebuah konsep branding yang wisatawan mancanegara dengan targetnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas 20 juta kunjungan pada 2019, Kementerian brand sebuah destinasi wisata. Promosi Pariwisata 10 yang merupakan ujung tombak penjualan kini destinasi wisata, selama ini dilakukan branding dengan membuat brosur, leaflet, pameran- dengan pameran, festival-festival, bahkan hingga branding baru ini yaitu Bandung, Bali, merambah media baru seperti media sosial Jakarta, Joglosemar dan internet. Namun, jika dilihat dari (Jogja-Solo-Semarang), Coral Wonders konten media sosial yang digunakan, (Wakatobi-Bunaken-Raja Ampat), Medan, masih Makassar, Lombok, dan Banyuwangi1. ditingkatkan. Branding adalah serangkaian Adapun proses dan aktivitas untuk menciptakan destinasi selain wisata meluncurkan mempromosikan di 10 destinasi. Kesepuluh Kepulauan diluncurkan Indonesia nama-nama yaitu: destinasi Riau, brand Colorful yang Medan, suatu ada beberapa brand. hal Berbagai yang Upaya bisa telah Wonderful Riau Island, Enjoy Jakarta, dilakukan oleh Kementerian Pariwisata RI Stunning dalam Bandung, Java Cultural merekomendasikan branding Wonders, Majestic Banyuwangi, Bali the kepada beberapa daerah tujuan wisatadi Island of Gods, Friendly Lombok, Explore Indonesia, salah satunya Kota Bandung, 1 yang diharapkan mampu menjadi alat Dikutip dari https://pesona.indonesia.travel/berita/10-destinasibranding-resmi-diluncurkan/ diakses tanggal 21 Desember 2017 pukul 21.04 promosi intensif dan efektif. Komunikasi menjadi kunci dari serangkaian aktivitas 423 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 424 branding untuk menciptakan kesadaran ini, sedangkan tahun sebelumnya hanya konsumen, yang dalam konteks pariwisata peringkat ke-100. “Dengan keunggulan adalah wisatawan. Aktivitas branding alam, harus mengomunikasikan masyarakatnya, serta didukung strategi dan positioning atas brand yang diwakilkan. promosi yang tepat, diyakini pariwisata Menurut Indonesia akan mampu bersaing dalam mampu Kotler merupakan (2009), keramahtamahan kancah internasional, seperti Bali yang membedakan produk dan brand dari baru-baru ini terpilih menjadi destinasi pesaing di benak konsumen berdasarkan terbaik di dunia pada 2017 oleh Trip atribut atau manfaat yang ditawarkan Advisor,” kata Garth Simmons, Chief brand atau produk tersebut. Fokus dari Operating Officer Accor Hotels untuk komunikasi Indonesia, pemasaran hanya menginformasikan yang serta akan bukan aktivitas positioning budaya, pariwisata menjual, produk ini namun pariwisata kepada segmentasi wisatawan potensial. Pariwisata, menjadi salah satu Sebagai Malaysia, upaya pariwisata Indonesia menjadi destinasi Indonesia. Kementerian khususnya wisatawan menambah juga mancanegara, pemasukan serta memajukan terintegrasi dan srategis untuk menjadikan pilihan wisatawan, dalam pariwisata maka dibutuhkan usaha yang sektor pendatang devisa terbesar untuk Bertambahnya Singapura3. dan wisatawan. Maka Pariwisata dari itu, mengerahkan berbagai upaya untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas sektor eksistensi Negara di mata dunia. Indonesia pariwisata. Salah sendiri memiliki berbagai destinasi wisata dilakukan Kemenpar beserta jajarannya yang mendatangkan banyak wisatawan adalah sehingga devisa pun meningkat. seperti “Wonderful Indonesia”. adanya satu upaya destination yang branding pada tahun 2009, mencapai 6,297.99 juts Sebagai upaya dalam memajukan USD, tahun 2010 naik menjadi 7,603.45 pariwisata maka dibutuhkan usaha yang juta USD, tahun 2011 naik menjadi terintegrasi dan srategis untuk menjadikan 8,554.39 juta USD, tahun 2012 juga pariwisata Indonesia menjadi destinasi mengalami peningkatan menjadi 9,120.85 pilihan wisatawan. juta SD, dan pada tahun 2013 menjadi memang 10,054.15 juta USD2. Pariwisata kita kesiapan amenitas, atraksi dan akses menduduki peringkat ke-47 dunia tahun masing-masing, 2 3 Dikutip dari www.parekraf.go.id diakses tanggal 24 Desember 2017 Berbagai destinasi dikategorikan untuk berdasarkan menyambut Dikutip dari (Pikiran Rakyat, 18 Juli 2017) diakses tanggal 14 Januari 2018 424 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 425 wisatawan. Kesiapan 10 destinasi utama Pada dasarnya, brand dan branding dan branding baru ini menyangkut dalam merupakan dua hal yang berbeda. Menurut unsur Baladi 3A (atraksi, aksesibilitas, dan (2011) dalam bukunya yang amenitas) yang memudahkan wisatawan berjudul “The Brutal Truth About Asian apabila berkunjung ke masing-masing Branding”, mengemukakan bahwa brand destinasi, untuk menikmati fasilitas, sarana merupakan positioning dari suatu produk akomodasi, ataupun atraksi unggulan yang dalam berada di daerah tersebut. Oleh karena itu, branding dibutuhkan brand yang kuat sebagai menciptakan, identitas destinasi secara keseluruhan dan mempertahankan brand tersebut. Branding mempunyai nilai jual. Artinya, brand harus memiliki peran sentral dan menjadi salah pelanggan satu indikator penting dalam menentukan mempromosikan nilai, image, prestise, keberhasilan dan citra sebuah daerah. atau lifestyle dari brand tersebut. pikiran dalam buku Komunikasi Pariwisata merupakan dapat Seperti yang dikemukakan Bungin (2015) Sedangkan proses untuk membangun, memikat loyal Hal Anholt konsumen. senada (2007), dan dan membuat dengan juga cara disampaikan menurutnya brand (Tourism Communication) bahwasannya merupakan produk, jasa, atau organisasi branding dapat mengintegrasikan elemen- yang elemen strategis dalam satu formula yang identitas, jitu karakteristik, branding dipahami sebagai suatu proses mengidentifikasi diferensiasi, citra positif, merancang perencanaan dan menceritakan dan meningkatkan keunggulan kompetitif nama dalam rangka mencapai tujuan daerah. membangun atau mengelola reputasi serta Berdasarkan latar belakang tersebut, maka membangun identitas suatu brand supaya penelitian untuk menjadi lebih kompetitif. Branding tidak bagaimana upaya terbatas destination branding promosi, tetapi branding harus dipandang “Stunning Bandung” dengan “Wonderful sebagai suatu proses yang utuh dan Indonesia” selaku master brand destinasi berkesinambungan wisata yang ada di Indonesia. dengan untuk menciptakan kali mengetahui penyelarasan ini berupaya dikombinasikan dan serta reputasi. identitas hanya dengan Sedangkan dalam melakukan seluruh nama, rangka kegiatan serta terintegrasi kegiatan pemasaran menciptakan karakteristik, TINJAUAN PUSTAKA mengidentifikasi diferensiasi, citra positif, Branding dan meningkatkan keunggulan yang kompetitif (Kavaratzis, 2008) 425 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 426 Pemilihan sebuah konsep branding pemasar industry pariwisata harus cerdik dipengaruhi oleh tiga factor, yaitu jenis dalam menjalankan sebuah taktik branding produk itu sendiri, intensitas persaingan, untuk destinasi yang mereka miliki. Pitana dan tentang bagaimana konsumen memilih (2009:155) dan mengonsumsi suatu produk. Asumsi melangsungkan tentang juga harus mampu menyediakan branding yang mengarahkan produsen untuk memilih jelas dan terkelola dengan baik atas produk suatu konsep branding tertentu. Produsen pariwisata. yang menganggap bahwa persaingan tidak wujud terlalu yang umumnya ada dalam benak konsumen. dihasilkannya akan cenderung memilih Untuk itu, komunikasi pemasaran yang functional efektif seharusnya memperhatikan dengan intensitas kuat persaingan untuk brand dan produk memposisikan memaparkan, pemasaran Dalam akan pariwisata pemaparannya produk memberikan kegunaan fungsional tertinggi “sampai” ke benak konsumen (wisatawan). atau menawarkan harga yang termurah. Istilah branding dalam industri Sebaliknya jika intensitas persaingan suatu pariwisata adalah “destination branding”. industry dianggap sangat intensif maka Destination branding merupakan sebuah produsen konsep branding yang bertujuan untuk experiental branding ataupun image branding. meningkatkan kualitas pariwisata itu serius melakukan produk pariwisata itu, produknya sebagai produk yang akan cenderung akan untuk brand agar sebuah destinasi wisata. Menurut Ritchie (1998) menjelaskan: Destination branding Informasi untuk seseorang yang hendak melakukan perjalanan pariwisata menjadikan peran komunikasi pemasaran pariwisata menjadi penting. Ketika sebuah informasi atau pesan terkomunikasikan kepada khalayak dengan baik, maka tingkat wisatawan (konsumen) dalam “A Destination Brand is a name, symbol, logo, word mark or other graphic that both identifies and differentiates the destination; furthermore, it conveys the promise of a memorable travel experience that is uniquely associated with the destination; it also serves to consolidate and reinforce the recollection of pleasurable memories of the destination experience.” menerima pesan tersebut akan semakin besar. Karena goal mengirimkan sebuah pesan adalah penerima atau khalayak mampu menerima dan memberikan reaksi umpan balik. Dengan fenomena tersebut, Dijelaskan bahwa tujuan utama komunikasi pemasaran bukan hanya menjual, namun juga memasarkan produk pariwisata. Yang menjadi titik fokus 426 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 427 adalah kepuasan konsumen dan usaha daerah. untuk membangun hubungan yang erat didasari oleh passion dan identitas yang dengan menarik yang saling berhubungan dengan konsumen. destination branding Dalam konsep destination branding juga berbagai hal yang akan memudahkan memberikan efek manfaat bagi para orang memiliki asosiasi dengan tempat pendatang (wisatawan). tersebut. Untuk itu, produsen harus cerdik Perlu digaris setidaknya Konsep bawahi bahwa dalam “mengemas” dasarnya konsep dari sebuah branding kekurangan yaitu janji. Bagaimana calon wisatawan khalayak. agar kelebihan dan menarik mata bisa percaya kepada suatu destinasi yang Kemasan sebuah destinasi terbagi nantinya akan mendapatkan pengalaman dalam suatu brand characteristic yang yang berkesan. Sedangkan, tugas untuk tediri dari yang tangible dan intangible. produsen adalah bagaimana caranya agar Dari yang bersifat tangible terdiri design, “janji” tersebut bisa dipenuhi dan tidak performance, mengecewakan wisatawan. Bisa dikata price, branding ini berusaha mengolah benak Sedangkan konsumen sehingga memiliki ekspetasi termasuk dalam value, brand image, yang baik tentang suatu destinasi tersebut. image of store where sold, dan perceptions Hal proses of users of the brand. Semua atribut mana menjadi penting bagi destinasi wisata, konsumen akan memilih destinasi yang namun beberapa yang terpenting yaitu menawarkan suguhan “unik” yang berbeda marketing communication, value, dan dengan destinasi lain. Sama halnya dengan brand image. Untuk menjadikan ketiganya pemaparan Kaplanidou dan Vogt (2007) berjalan efektif, semua harus terintegrasi hakikat dan saling beriringan. ini berkaitan pengambilan dengan keputusan destination yang branding adalah dan ingredients, marketing untuk size/shape, communication. atribut intangible kombinasi atribut sebuah daerah yang Lain halnya dengan karakteristik diwujudkan dalam satu konsep yang dapat merk, branding juga mempunyai segenap menyampaikan elemen-elemen identitas unik dan pembentuk destination karakteristik lokasi yang berbeda dari branding. Elemen tersebut terdiri atas kompetitor. sebagai berikut: Murfianti dalam proceeding NCCB (2012) juga menjelaskan mengenai 1. Brand identity Merupakan serangkaian destination branding yaitu sebagai strategi strategi yang diwujudkan dalam bagaimana memasarkan potensi sebuah bentuk asosiasi yang 427 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 428 merepresentasikan barang atau bagian dari identitas merek, jasa tersebut. Brand identity dapat atribut merefleksikan produk dan jasa berhubungan yang ditawarkan lokasi destinasi. pembelian atau pengggunaan Dalam brand, persepsi sangat produk esensial, oleh karenanya dalam memberikan konteks fungsional komunikasi, “Brand secara langsung dengan yang dapat keuntungan maupun Identity” diinterpretasikan sebagai emosional bagi konsumen. suatu pesan tunggal yang dapat Atribut yang berhubungan mewakili variasi produk, aksi dan dengan sebuah produk dapat komunikasi. Pesan tunggal yang menciptakan proporsi nilai jelas dan kuat dalam sebuah melalui brand lebih baik. sangat pentinguntuk penawaran yang memperkuat pesan organisasi kita b. Brand as Organization. di benak konsumen di tengah Brand as organization banyaknya paparan pesan melalui memfokuskan pandangannya iklan dari berbagai brand. Dalam pada konsep organization brand identity, attributes of dari the pada diversifikasi menjadi unsur utama terhadap produk atau jasa. yang Organization harus dilakukan untuk memperkuat identitas baik meliputi attributes suatu inovasi, diversifikasi logo (grafis, warna, peningkatan kualitas, desain dan huruf) maupun dari perhatian terhadap sisi inovasi produk dan layanan. lingkungan yang diciptakan Menurut David A. Aaker dan oleh orang, budaya, nilai Erich (2002:43) brand identity maupun terbentuk dari dua puluh dimensi perusahaan. yang digabung menjadi empat, program dari c. Brand as Person. Brand as yaitu brand as product, brand as person memberikan organization, brand as person, yang lebih menarik terhadap dan brand as symbol. brand identity, karena brand a. Brand as Product. Asosiasi as person yang berhubungan dengan seperti produk tetap penting sebagai Pribadi kesan diasumsikan halnya merek manusia. dapat 428 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 429 menciptakan merek yang diingat dan memiliki kuat dengan berbagai cara. kekuatan. Simbol akan sangat Pertama, membantu bermakna jika bermetafora manfaat dengan karakteristik simbol ekspresi diri sebagai sarana yang menampilkan manfaat konsumen fungsional, emosional, atau menciptakan untuk mengeksperesikan ekspresi diri. Simbol yang kepribadiannya. Kedua, sifat- kuat akan membantu strategi sifat manusiawi merek. Apabila simbol yang hubungan digunakan perusahaan sesuai mempengaruhi antar konsumen dan merek. dengan Ketiga, pribadi merek dapat pelanggan maka akan dapat mengkomunikasikan atribut memberikan nilai functional memberikan dan emotional. Identitas dari produk dan sumbangan bagi manfaat fungsional. karakteristik dari perusahaan seperti slogan, simbol , jingle, dan lain-lain d. Brand as symbol. Simbol harus dapat menciptakan yang kuat dapat memberikan pengalaman sehingga akan keeratan dan struktur bagi dapat mempermudah dalam sebuah pembentukan brand identity. identitas serta mempermudah produk untuk dikenal dan Kehadiran diingat. Konsep brand essence sebagai dapat seuatu hal yang dapat mewakili kunci elemen emosional dan nilai brand simbol merupakan pengembangan produk untuk dikenal dan Kehadiran diingat. simbol merupakan pengembangan Simbol visual, kebesaran terdiri atas merek. tersebut. 3. Brand character dapat Konsep pada brand character kunci sebagai merek. metafora, 2. Brand essence atau brand soul citra dan Simbol pengalaman hubungan berwisata antara para wisatawan terbentuknya karakter merek. 4. Brand personality yang melibatkan pencitraan Merupakan seperangkat visual memudahkan untuk kepribadian merek yang sifatnya 429 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 430 sama dengan kondisi sentimental yang bertujuan untuk membentuk suatu yang dimiliki oleh manusia. brand (Schultz & E., 1999) Sedangkan menurut Gelder (2005): “The brand 5. Brand culture Brand culture menunjukkan strategy defines what the brand is bahwa budaya pada merek supposed to achieve in terms of consumer menunjukkan bahwa budaya pada attitudes and behavior” yang artinya merek strategi brand mendefinisikan apa yang merupakan sistem nilai terintegrasi serangkaian yang satu sama saling seharusnya dicapai suatu brand dalam lain, kaitannya dengan sikap dan perilaku sehingga dapat menggambarkan konsumen (Gelder, 2005). budaya pada kawasan tersebut. 6. Brand image METODE PENELITIAN Merupakan komponen utama Penelitian mengenai penyelarasan identitas merek destination branding “Stunning Bandung” yang mudah dikenali, sehingga dengan “Wonderful Indonesia” selaku konsumen dapat mengapresiasi master brand destinasi wisata di Indonesia merek tersebut. dilakukan dengan menggunakan metode pembentukan Dalam membangun sebuah brand studi kasus. Studi kasus merupakan salah yang kuat, maka dibutuhkan strategi- satu metode dalam penelitian kualitatif. strategi agar tujuan dapat tercapai dengan Studi kasus sendiri merupakan pengujian sempurna. branding, intensif, menggunakan berbagai sumber strategi merupakan dasar membangun bukti terhadap suatu identitas tunggal yang brand, strategi menjaga agar periklanan dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam berada pada jalur konteks yang tepat serta membangun brand personality dengan jelas dan konsisten. Artinya strategi mewakili jiwa sebuah brand dan menjadi elemen penting untuk keberhasilan brand tersebut (Roman, Maas, & Nissenholtz, 2005). Strategi strategy branding dapat atau diartikan brand sebagai manajemen suatu brand sebagai kegiatan yang mengatur semua elemen-elemen “Studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus), melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi atau sumber informasi majemuk (misalnya, pengamatan, wawancara, bahan audiovisual, dan dokumen dan berbagai laporan), dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus.” (Creswell, 2015:135) 430 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 431 Dengan menggunakan studi kasus dokumentasi dan literatur. Observasi memungkinkan peneliti untuk mengkaji dilakukan dengan mendatangi langsung dan mempertahankan karakteristik dari lokasi penelitian, yaitu Kantor VA Global fenomena secara utuh. Fenomena yang selaku konsultan Stunning Bandung, dan dimaksud dapat berupa peristiwa-peristiwa kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dari kehidupan nyata seperti kehidupan Kta Bandung, serta beberapa destinasi seseorang, wisata proses organisasional, manajerial, perubahan sebagainya. Studi pertanyaan empiris sosial, Kota Bandung. Wawancara dan dilakukan peneliti terhadap dua jenis kasus merupakan informan kunci yaitu stakeholders dari yang menyelidiki Stunning Bandung yaitu orang-orang yang fenomena di dalam konteks kehidupan terlibat dalam proses penyusunan hingga nyata apabila batas-batas antara fenomena evaluasi dan konteks tidak tampak dengan tegas wisatawan yang pernah mengunjungi Kota dan dimanfaatkannya bukti multisumber Bandung. (Yin: 2002) tersebut adalah Owner and Chief Executive Kekuatan yang unik dari studi kasus adalah kemampuannya untuk Stunning Adapun Kepala Bidang Kebudayaan jenis Bandung, dokumen, peralatan, para serta stakeholders Officer VA Global, Indri Novitasari; berhubungan sepenuhnya dengan berbagai bukti Bandung Pemasaran dan Dinas Pariwisata Ashwin Sulaeman; Kota Kepala wawancara, dan observasi. Studi kasus Bidang Kepariwisataan Dinas Kebudayaan tidak selalu harus mencakup observasi dan PariwisataKota Bandung, Nanang langsung Sodikin; Koordinator Bandung Lovable dan buktinya, rinci yang sebagai sumber terpenting adalah Volunteer , Abdillah Hafid Arinardi. menjelaskan keterkaitan kausal dalam Teknik pengumpulan data yang intervensi kehidupan nyata yang terlalu terakhir yang dilakukan dalam penelitian kompleks bagi strategi survai ataupun ini adalah penggunaan dokumen yang eksperimen, nyata mendukung dan menambah bukti dari dimana intervensi terlah terjadi. Peneliti sumber-sumber lain. Dimana berbagai studi kasus berupaya menelaah sebanyak dokumen mungkin data mengenai subjek yang pemverivikasian nama, judul, atau ejaan diteliti. dari konteks kehidupan Teknik pengumpulan data dalam suatu ini dapat organisasi membantu bersangkutan, menambah rincian spesifik lain, serta penelitian ini dilakukan dengan observasi, melakukan wawancara dokumen yang diperoleh (Yin, 2002:104). mendalam, serta studi inferensi dari dokumen- 431 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 432 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Wonderful berbagai dokumentasi tentang strategi meningkatkan dan memperkuat citra dan penyusunan serta aktualisasi dari Stunning persepsi destinasi pariwisata di Indonesia Bandung. juga sehingga dapat meningkatkan pengunjung, mengumpulkan bukti promosi melalui baik secara volume, frekuensi kunjungan media sosial, cetak maupun elektronik. wisata, Selain Teknik itu analiasis peneliti data dan Indonesia yaitu pendapatan untuk dari sektor yang pariwisata sehingga mencapai target 20 dilakukan oleh penelitin adalah sengan juta wisatawan mancanegara pada tahun penganalisisan data meliputi pengujian, 2019. pengkategorian, pentabulasian, maupun merupakan inisiator dari peluncuran 10 pengkombinasian kembali data-data yang destination telah terkumpul sebagai bukti untuk menginginkan adanya suatu diversifikasi menunjuk proporsi awal suatu penelitian. produk Dalam penganalisisan data ini, peneliti image pada beberapa daerah terpilih di mendasarkan diri kepada langkah-langkah Indonesia, yang telah dinyatakan oleh Creswell, yaitu memiliki lebih banyak pilihan destinasi (2015:63-65), deskripsi, analisis tema, dan wisata ketika datang ke Indonesia. Kementerian pariwisata branding pariwisata Indonesia, untuk sehingga yang memberikan wisatawan bisa assertions (penonjolan). Sedangkan teknik Persepsi masyarakat yang sudah pemeriksaan keabsahan data dilakukan terbentuk lewat master brand “Wonderful oleh menggunakan Indonesia” disalurkan pada “Stunning triangulasi sumber. Teknik triangulasi Bandung” melalui atribut brand yang sumber, adalah salah satu cara untuk diselaraskan menganalisis keabsahan data kualitatif tersebut. Balakhrisnan dalam jurnalnya dengan cara menggunakan satu jenis yang sumber data misalnya informan, tetapi Destinations as a Framework menyatakan beberapa informan atau narasumber yang bahwa pemerintah perlu merumuskan, digunakan perlu diusahakan posisinya dari mengkomunikasikan dan mengasimilasi kelompok atau tingkatan yang berbeda- visi untuk semua pihak terkait, untuk beda. menciptakan budaya berorientasi layanan peneliti dengan dengan berjudul master Strategic brand Branding yang akan memberikan keunggulan yang bersifat HASIL DAN PEMBAHASAN Stunning Bandung yang adalah sub-Brand secara dari otomatis Wonderful Indonesia mengadopsi visi kompetitif. Pemerintah harus menentukan visi yang menjadi jiwa dan tujuan dari proses branding destinasi. Ketika visi telah ditetapkan, maka segala 432 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 433 sumber daya penggerak harus dikerahkan menggunakan pendekatan arsitektur-brand untuk mendukung kegiatan pemasaran ini. yaitu endorsed-brand. Secara hierarkis, (10) “Wonderful Indonesia” tentunya berperan destinations brand sebagai brand-family sebagai brand induk dan brand-destinasi “Wonderful dari berada di bawahnya sebagai sub-brand arahan Presiden dan Wakil Presiden untuk untuk memperkuat identitas brand-induk. melakukan percepatan terhadap pemasaran Pendekatan pariwisata Indonesia. Amanat ini tertuang menampilkan diversifikasi destinasi wisata dalam yang ada di Indonesia melalui penekanan Penetapan sepuluh Indonesia” RIPPARNAS berawal (Rencana Induk ini atribut periode 2010 – 2025 dalam Peraturan menunjukkan Pemerintah No.50 Tahun 2011. Pada aspek tersebut “Pemasaran pemerintah “Wonderful Indonesia”, brand-destinasi menciptakan, mengadopsi penggunaan tool-box asset tengah berupaya mengomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk unik/spesifik. untuk Pembangunan Kepariwisataan Nasional) Pariwisata”, yang bertujuan bahwa brand-destinasi merupakan komunikasi visual Untuk anggota-keluarga yang ada pada “Wonderful Indonesia”. mengembangkan Dalam aktualisasinya, brand kepariwisataan seluruh kepentingannya. destinasi yang berada di dalam brand- Maka kemudian program ini ditugaskan family “Wonderful Indonesia” tidak boleh kepada Kementerian Pariwisata selaku menjadi predator satu sama lain, artinya pelaksana kepariwisataan nasional dan pengelola brand-destinasi juga harus dapat harus membangun dipertanggungjawabkan kepada kerjasama untuk saling Presiden RI melalui Kantor Staff Presiden memperkuat dan mendapatkan manfaat (KSP). bersama. “Wonderful Indonesia” adalah Kementerian Pariwisata telah brand pariwisata nasional yang diciptakan branding untuk membidik wisatawan mancanegara. disertai Sehingga, brand-destinasi yang dikelola dengan sistem visual yang efektif. Adapun secara terintegrasi di bawah “Wonderful tool-box asset komunikasi visual yang Indonesia” nantinya ditawarkan kepada digunakan pada “Wonderful Indonesia”, wisatawan antara lain tipografi, warna, patterns, diversifikasi produk destinasi wisata yang supergrafis dan gaya fotografi. Bertumpu dimiliki Indonesia. Maka kemudian, “kata pada janji” berupaya memperkuat “Wonderful Indonesia” itu, yang Kementerian Pariwisata membentuk sebuah brand-family dengan yang mancanegara digunakan pada sebagai brand- destinasi adalah bahasa yang mendunia, 433 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 434 yaitu Bahasa Inggris. Seperti kata “enjoy” Dalam kasus yang diteliti dalam pada “Enjoy Jakarta”, “stunning” pada penelitian “Stunning Bandung”, “majestic” pada produk “Majestic Banyuwangi”, dan seterusnya. Indonesia Namun tetap mempertahankan identitas kesepuluh sub-brand yang diluncurkan daerah/destinasi. oleh Informasi untuk seseorang yang ini, upaya adalah menyampaikan aktivitas yang pariwisata dilakukan Kementerian melalui Pariwisata. Upaya mengangkat portofolio produk pariwisata hendak melakukan perjalanan pariwisata yang menjadikan peran komunikasi pemasaran diselaraskan dengan master brand untuk pariwisata menjadi penting. Ketika sebuah menciptakan kesamaan persepsi dalam informasi atau pesan terkomunikasikan benak kepada khalayak dengan baik, maka memiliki tingkat dalam pariwisata yang dapat dinikmati. Hal ini menerima pesan tersebut akan semakin yang kemudian dicoba untuk dijual dalam besar, karena goal mengirimkan sebuah rangka menarik minat wisatawan untuk pesan adalah penerima atau khalayak mengunjungi Indonesia dan daerah-daerah mampu menerima dan memberikan reaksi yang ada didalamnya. wisatawan (konsumen) umpan balik. Dengan fenomena tersebut, dimiliki masing-masing wisatawan bahwa berbagai Oleh karena daerah Indonesia maca itu, aktivitas penyusunan pemasar industri pariwisata harus cerdik strategi positioning dalam setiap sub- dalam menjalankan sebuah taktik branding brand destinasi wisata tersebut menjadi hal untuk destinasi yang mereka miliki. Pitana yang sangat penting. Positioning sering (2009:155) disebut memaparkan, melangsungkan suatu strategi untuk dan harus mampu menyediakan branding yang pelanggan melalui jelas dan terkelola dengan baik atas produk ditawarkan. Positioning juga didefinisikan pariwisata. itu, sebagai the strategy to lead your customer itu credibly Dalam akan pariwisata sebagai memenangi wujud pemasaran untuk pemaparannya produk pariwisata yaitu menguasai benak produk yang suatu upaya untuk umumnya ada dalam benak konsumen. mengarahkan pelanggan secara kredibel Untuk itu, komunikasi pemasaran yang (Kartajaya, efektif seharusnya memperhatikan dengan destinasi serius akan “sampai” wisatawan. ke 2007). pariwisata, Dalam branding positioning yang produk pariwisata agar diciptakan tentu harus memiliki keunikan benak konsumen yaitu dan berbeda dengan para kompetitor wisata daerah lain. 434 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 435 Positioning sangat penting sesuatu yang unik yang bisa ditawarkan ditetapkan agar membantu perusahaan pada dalam memasarkan produknya supaya “Stunning Bandung”. Bandung diposisikan timbulnya sebagai keinginan mengonsumsinya. positioning untuk Dalam menetapkan terdapat enam pendekatan wisatawan kota melalui yang branding menawarkan pengalaman berlibur yang otentik, dengan berbagai pesona serta surga menurut Aekar dan Myres seperti yang tersembunyi, dikutip oleh Belch and Belch (2004:52) untuk terlibat, serta mengeksplorasi hal menentukan enam pendekatan strategi baru yang menyenangkan. Disimpulkan, positioning, yaitu (1) positioning by positioning “Stunning Bandung” adalah product (2) Bandung (3) Berdasarkan studi yang telah dilakukan attributes positioning and by benefits, price/quality, mengundang yang Involving wisatawan Experience 4 . positioning by product class, (4) VA Global, didapatkan temuan bahwa positioning by product user, (5) wisatawan-wisatawan positioning by product use and beberapa hal ketika melakukan kunjungan ositioning by wisata ke Kota Bandung, diantaranya applications dan , (6) adalah tambahkan dieksplorasi secara mendalam, pengalaman strategi positioning membedakan merek yang disebut (7) keindahan positioning by symbols. daerahnya masing-masing. Atas dasar Berdasarkan hasil yang tersebut, maka perjalanan wisata yang didapatkan dari narasumber yang tidak lain dilakukan bisa memberikan perspektif adalah tim konsultan “Stunning Bandung” baru, memperluas pengetahuan dan juga yang memiliki peran dalam menentukan mendapatkan pengalaman seru yang tidak strategi destination branding, setidaknya akan terlupakan. Penggunaan Bandung ada dua dari pendekatan tersebut yang Involving digunakan yaitu pendekatan positioning by menggambarkan product yang akan didapat oleh wisatawan. Hal ini attributes and benefit serta positioning by cultural yymbols. alam dan yang khas, bisa yang penelitian unik yang dimana simbol budaya digunakan untuk cultural otentik, khas mencari competitor. Aaker & Myres memasukan untuk kebudayaan tersebut tidak Experience berbagai serta dimiliki juga keuntungan diperkuat dengan penekanan destinasi Positioning by product attributes wisata yang dapat dikunjungi. Lewat and benefits, yaitu didasarkan pada benefit positioning tersebut, Bandung menjanjikan yang spesifik/unik yang ditawarkan. Dalam hal ini, Kota Bandung memiliki 4 Dokumen VA Global 435 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 436 tempat berbelanja yang seru dan lengkap melalui serta café dan restoran yang modern dan Kementerian Pariwisata.5 unik, keindahan alam yang menarik serta jaringan Logo yang “Stunning dimiliki oleh Bandung” sejarah- mengadopsi logo “Wonderful Indonesia” heritage serta kebudayaan Jawa Barat, dan dan dibuat khusus oleh tim konsultan VA tidak ketinggalan aktivitas atau event unik Global. Adapun gambar utama dari logo di Bandung. tersebut adalah bunga dan kujang yang pengalaman menikmatinya, “Stunning Bandung” juga melambangkan Keindahan dan Otensitas. menggunakan pendekatan positioning by Kecantikan cultural symbols. Penggunaan logo yang pegunungan, bukit, sungai, curug, dan selaras dengan “Wonderful Indonesia” ini pantai adalah kekayaan wisata Bandung menjadi salah satu pendekatan untuk lebih dan Jawa Barat yang dengan segala memudahkan keluhurannya masyarakat mengenal serta megahnya telah alam menciptakan “Stunning Bandung”. Bandung Involving masyarakat sunda yang ramah, halus tutur Experience kemudian direpresentasikan bahasa, otentik, dan kreatif. Di Bandung lewat logo dan tagline yang menjadi salah dan Jawa Barat wisatawan bisa merasakan satu identitas yang menjadi penyelaras paduan serasi dari daya tarik wisata yang “Stunning kaya akan unsur alam, adat istiadat, seni Bandung” terhadap master brand-nya yaitu “Wonderful Indonesia”. budaya, sejarah dan kuliner yang tersaji Brand as symbol, symbol yang kuat apik secara modern namun tetap seiring dapat memberikan keeratan dan struktur dan sejalan dengan kearifan lokal yang bagi sebuah identitas serta mempermudah ada. produk untuk dikenal dan diingat. Simbol dalam hal ini adalah logo “Stunning Bandung”. Logo, yang diselaraskan melalui font dan warna menjadikan master brand memiliki identitas yang lebih kuat dengan didukung oleh 10 sub-brand destinasi lainnya. Hal ini juga kemudian memberikan keuntungan bagi masingmasing daerah khususnya Kota Bandung dengan “Stunning Bandung”-nya, untuk mendapatkan kemudahan dalam aktivitas promosi ke wisatawan mancanegara 5 Wawancara dengan Ashwin Sulaeman, tanggal 14 Februari 2018 436 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 437 dalam “mengemas” kekurangan agar bisa kelebihan dan menarik mata khalayak. Konsep tersebut dalam kasus ini diterapkan oleh Kementerian Pariwisata untuk kemudian kelebihan Indonesia memperlihatkan melalui berbagai portofolio produk pariwisata yang dimiliki Komponen destination image emosional dari bertanggung jawab berbagai daerah membentuk di Indonesia untuk persepsi khalayak bahwa memiliki sejuta produk dalam sebagian besar karakteristik sebuah Indonesia destinasi. Gambar atau simbol yang terkait pariwisata yang bisa dinikmati wisatawan. dengan sejarah, warisan, dan budaya Sehingga, wisatawan akan menganggap adalah bagian yang paling penting saat bahwa Indonesia memiliki lebih banyak membedakan destinasi satu dengan yang pilihan destinasi wisata.6 Logo Tagline dari “Stunning Bandung” “Stunning Bandung” dibuat selaras dengan yaitu “Where the Wonders of West Java lainnya (Balakhrisnan, 2009). “Wonderful Indonesia” Begin” menjadi satu wujud keberagaman dengan tujuan melambangkan keindahan Jawa Barat yang dimulai dari Bandung. dan otensitas Kota Bandung selayaknya Tagline keindahan Indonesia. membentuk mindset wisatawan bahwa Identitas yang dimiliki logo “Stunning keindahan alam Jawa Barat sebagian besar Bandung” terletak pada penggunaan warna memang diwakili oleh Kota Bandung, yang lebih beragam, menunjukkan bahwa namun jika wisatawan ingin melihat Bandung keindahan master brand yang dimiliki memiliki berbagai destinasi tersebut Jawa ditujukan Barat untuk seutuhnya, wisata yang dapat dinikmati wisatawan. perjalanan mereka dimulai dari Kota Unsur seni budaya, adat istiadat, sejarah, Bandung. Melalui tagline ini, wisatawan hingga diajak untuk merasakan langsung pesona kuliner direpresentasikan oleh filosofi warna dalam logo tersebut. Konsep destination pariwisata Jawa Barat yang menakjubkan branding dan tidak terlupakan. Melalui tagline didasari oleh passion dan identitas yang tersebut, terjadi penguatan image yang menarik yang saling berhubungan dengan terpatri pada Provinsi Jawa Barat terkait berbagai hal yang akan memudahkan destinasi didalamnya. Kekayaan sejarah, orang memiliki asosiasi dengan tempat tersebut. Untuk itu, produsen harus cerdik 6 Wawancara dengan Indri Novitasari, tanggal 9 Februari 2018 437 Penyelarasan Destination Branding “Stunning Bandung”, Meria Octavianti, hlm. 438 budaya, seni, kuliner, serta keindahan komunikasi. Berbagai pesan yang pegunungan, bukit, sungai, air terjun, dan disampaikan melalui seluruh media pantai yang tersebar di Jawa Barat komunikasi yang digunakan, baik yang dirangkum dalam satu kalimat. konvensional maupun digital harus juga dikemas selaras dengan positioning dan tagline yang telah ditetapkan. PENUTUP “Stunning Bandung” disusun berdasarkan inisiasi dari Kementerian DAFTAR PUSTAKA Pariwisata. Aaker, Keterlibatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemprov Jabar, ASITA, serta PHRI. Upaya penyelarasan “Stunning Bandung” dengan master brand “Wonderful Indonesia” terlihat dari penentuan positioning dan tagline yang kemudian divisualisasikan melalui logo “Stunning Bandung”. Secara keseluruhan penyusunan strategi destination branding “Stunning Bandung” dilakukan oleh Tim Konsultan VA Global dengan didasarkan pada analisis 3A yang yaitu attraction, accessibility, dan amenities. Penyelarasan yang sudah baik dilakukan oleh VA Global saat menyusun strategi destination branding “Stunning Bandung”. Hal tersebut terlihat dari selarasnya logo, positioning, dan tagline “Stunning Bandung” dengan D., & Erich. 2002. Brand Leadership. New York: The Free Press. Anholt, S. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities, and Region. New York: Palgrave Macmillan. Baladi, J. 2011. The Brutal Truth about Asian Branding and How to Break The Vicious Cycle. Singapura : John Wiley & Sons (Asia) Ptd. Ltd. Balakhrisnan, M. S. 2009. Strategic Branding of Destinations: a Framework. European Journal of Marketing Vol. 43 No 5/6 , 611629. Belch, G. B. 2008. Advertising and promotion: An integrated marketing communications perspective 8th edition. NewYork: McGraw-Hill Bungin, Burhan. 2015. Komunikasi Pariwisata Pemasaran dan Brand Destinasi. Jakarta: Kencana. master mencapai hasil yang optimal apabila saat Cresswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing Among Five Traditions. California: Sage Publication pelaksanaannya, berbagai elemen tidak Gelder, brand-nya yaitu “Wonderful Indonesia”. Tetapi strategi tersebut tidak akan saling bersinergi, terutama elemen pesan S. V. 2005. Global Brand Strategy. London: Kogan Page. yang disampaikan dalam berbagai media 438 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 439 Kaplanidou, K., & Vogt, C. 2007. The interrelationship between sport event and destination image and sport tourists' behaviours. Journal of Sport and Tourism, 12(3-4), 183-206. DOI: 10.1080/1477508070173693 2 Kartajaya, H. 2007. Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kavaratzis, A. 2008. City Branding: An Effective Assertion of Identity or a Transitory Marketing Trick. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. Scientific Experts in Tourism, 89– 116. Roman, K., Maas, J., & Nissenholtz, M. 2005. How to Advertise: Membangun Merek dan Bisnis dalam Dunia Pemasaran Baru. Jakarta: Elex Media Komputindo. Schultz, D. E., & E., B. B. 1999. Strategic Brand Communication Campaign. Illionis: NTC Business Books. Yin, R. K. 2003. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kotler, P. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13. Jakarta: Erlangga. Murfianti, Fitri. 2012. Pencitraan Solo melalui Event Karnaval sebagai Upaya Destinations Branding Wisata Budaya. Proceeding Strategi Communication Branding di Era Industri Kreatif. Dipresentasikan di Nation Conference on Communication Branding, Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya, Malang. Pitana, I Gede. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi Ritchie, J. R. Brent, & Robin J. B. Ritchie. 1998. The Branding of Tour- ism Destinations: Past Achievements and Future Challenges. Proceedings of the 1998 Annual Congress of the International Association of Scientific Experts in Tourism, Destination Marketing: Scopes and Limitations, edited by Peter Keller. Marrakech, Morocco: International Association of 439