Uploaded by rinonly.selly

PENUNTU-ANALIS-MAKANAN-DAN-MINUMAN-I

advertisement
PENUNTUN PRATIKUM
ANALISIS MAKANAN
DAN MINUMAN I
Staf penyusun
Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt
Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.AppSc., Apt
LABORTORIUM BIOKIMIA/ KBM
FAKULTAS FARMASI
UNUVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PRAKTIKUM ANALIS MAKANAN DAN MINUMAN I
LABORATORIUM BIOKIMIA/KIMIA BAHAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BIODATA MAHASISWA
NAMA
:
NIM
:
KELAS
:
GRUP
:
PROGRAM STUDI :
1
TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM BIOKIMIA /KIMIA BAHAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.
Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa harus memahami teori dan tata kerja
dari percobaan yang akan dilakukan.
2.
Maasiswa yang akan mengikuti praktikum harus memakai baju praktikum
3.
Setiap kali mengikuti praktikum mahasiswa harus mengisi daftar hadir, apabila
berhalangan hadir harus membawa surat keterangan yang sah mengenai
ketidakhadirannya.
4.
Mahasiswa harus mengikuti semua percobaan yang telah ditentukan.
5.
Sebelum melakukan percobaaan, mahasiswa harus meyerahkan laporan
praktikum yang sudah berisi: pendahuluan, tinjauan pustaka, metode percobaan
dan daftar pustaka dari percobaan yang akan dilaksanakan, sebagai syarat untuk
masuk laboratorium sedangkan, hasil, pembahasan, kesimpulan dan saran
diselesaikan segera setelah mahasiswa selesai melakukan percobaan. Setelah
laporan lengkap, laporan diserahkan kepada asisten yang bertugas dan
mahasiswa berhak mengikuti responsi akhir.
6.
Semua data praktikum dicatat dalam buku (bagian lembar pertama) yang akan
digunakan selama praktikum dan dikembalikan dalam keadaan bersih dan baik.
7.
Mahasiswa dilarang meninggalkan laboratorium tanpa izin dari asisten yang
bertugas dan mahasiswa diperbolehkan pulang setelah ada izin dari asisten.
8.
Mahasiswa dilarang makan, minum, merokok, ribut serta kegiatan lain yang
tidak berhubungan dengan kegiatan praktikum di laboratorium dan selama
praktikum harus menjaga kebersihan.
Medan, Februari 2019
Penyusun
2
I. MINYAK DAN LEMAK
1. BILANGAN PENYABUNAN
Prinsip:
Bilangan penyabunana dapat dipergunakan untuk menentukn berat molekul
minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C
pendek berarti mempunyai berat molekul relative kecil akan mempunyai angka
penyabunan relative kecil. Sebaliknya minyak dengan berat molekul besar
mempunyai angka penyabunan relative kecil.
Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah tertentu minyak atau lemak.
Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jumlah milligram kalium hidroksida yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak.
Pereaksi:
 HCL 0,5 N yang sudah distandarisasi
 Indikator fenolftalein 1% dan alcohol 95%
 Kalium hidriksida beralkohol
Cara pembuatan:
1. Tempatkan lag 5-10 gram KOH dalam labu 2 L dan ditambahkan 1-1,5 L etil
alcohol 95%.
2. Refluks dengan menggunakan kondensor dan penangas air selama 30-60 menit.
3. Larutkan 40 gram KOH dalam 1 L alcohol yang sudah didestilisasi, tempatkan
dalam botol berwarna gelap.
Peralatan:
 Erlenmeyer 300 ml
 Pendingin tegak
 Penangas air
 Pemanas Listrik
3
Cara Kerja:
1. Timbang 5 gram minyak atau lemak dalam Erlenmeyer 300 ml.
2. Tambahkan 50 ml KOH beralkohol
3. Hubungkan Erlenmeyer yang telah berisi minyak dan KOH beralkohol dengan
pendingin tegak. Refluks dengan menggunakan hot plate sempai semua minyak
tersabunkan sempurna, yaitu sampailarutan bebas dari butiran lemak. Biasanya
membutuhkan waktu 1 jam. Larutan didinginkan dan bagian dalam pendingin
tegak dibilas dengan akuades.
4. Tambahkan 1 ml indicator fenolftalein
5. Titrasi dengan HCL 0.5 N sampai warna merah jambu hilang
6. Buat penetapan blanko yaitu seperti perlakuan diatas hanya tanpa sampel
Perhitungan:
Bilangan Penyabunan =(Tb -Ts) x N HCL x BM KOH
berat (gram) sampel
Keterangan:
Tb
= Titer Blanko
Ts
= Titer Sampel
BM KOH
= 56,1
Reaksi:
4
2. BILANGAN ASAM
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan asam ini menyatakan jumlah asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak/lemak, biasanya dihubungkan dengan proses hidrolisa minyak/lemak
yang berkaitan dengan mutu minyak/lemak.
Minyak
Asam Lemak Terbanyak
Bobot Molekul
Kelapa Sawit
Palmitat C16H32O2
256
Jagung
Linoleat C18 H32O2
278
Kelapa
Laurat C12H24O2
200
Pereaksi:
 KOH 0,1 N
 Indikator fenolftalein 1%
 Alkohol 95% netral
Peralatan:
1. Erlenmeyer 300 ml
2. Penangas air
3. Buret
Cara Kerja:
1. Timbang 20 gram minyak atau lemak dalam Erlenmeyer.
2. Tambahkan 50 ml KOH alcohol 95% netral, panaskan sampai mendidih (±10
menit) dalam penangas air sambal diaduk.
3. Tittasi dengan KOH o,1 N menggunakan indikator fenolftalein sampai bentuk
warna merah jambu.
Perhitungan:
Bilangan asam = ml KOH x N KOH x BM KOH
berat (gram) sampel
5
Kadar asam = ml KOH x N KOH x M
berat (gram) sampel x10
Keterangan:
M
= Bobot molekul asam lemak
6
II. REAKSI UJI PROTEIN
1. PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN GARAM ANORGANIK
Prinsip:
Kelarutan protein akan berkurang bila kedalam larutan protein ditambahkan
garam anorganik. Pengandapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk
menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul
protein untuk mengikat air. Karena garam organik lebih kuat mengikat air, maka
jumlah air yang bersedia untuk molekul protein berkurang.
Pereaksi:
 Ammonium sulfat
 Pereaksi Millon (150 g/1 larutan merkuri sulfat dalam 15% v/v asal sulfat)
 Pereaksi Biuret ( Campurkan larutan NaOH 0,1 M dan larutan CuSO4 1%)
Peralatan:
 Tabung reaksi
 Plat tetes
 Spatula
 Pipet tetes
 Beaker gelas
Cara Kerja:
1. Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat, dengan cara
penambahan ammonium sulfat kristal sedikit demi sedikit, aduk hingga larut.
Tambahkan dan aduk lagi garam ammonium sulfat sehingga sedikit garam
ammonium yang tertinggal tidak larut lagi ( terbentuk larut lewat jenuh ), lalu
disaring.
2. Uji kelarutn endapan dengan pereaksi Millon dan pada filtratny tambahkan
pereaksi biuret.
7
2. UJI KOAGULASI
Prinsip:
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi.
Pada pHisoelektrik( pH laruran tertentu biasanya berkisar 4-4,5) dimana protein
mempunyai muatan positif maupun muatan negatif sama, sehingga saling
menetralkan. Kelarutan protein sangat menurun atau terjadi pengendapan protein.
Pada tempetaratur diatas 60oC kelarutan protein akan berkurang karena pada
temperatur yang tinggi energi kinetic molekul protein meningkat sehingga terjadi
getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan dari struktur sekunder, tersier dan
kuartener yang menyebabkan koagulasi.
Pereaksi:
 Asam asetat 1M
 Pereaksi Biuret ( Campurkan larutan NaOH 0,1 M dan larutan CuSO4 1%)
 Akuades
Peralatan:
 Tabung reaksi
 Plat tetes
 Beaker gelas
 Penangas air
Cara Kerja:
1.Kedalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan protein ditambahkan 2 tetes asam
asetat 1 M.
2. Letakkan tabung kedalam air mendidih selama 5 menit.
3. Ambil endapan dan ujilah kelarutan dalam air dan pereaksi biuret.
8
3. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Prinsip:
Protein Dapat diendapkan dengan penambahan alcohol. Pelarut organic akan
mengubah ( mengurangi ) konstanta dielektrika air, sehingga kelarutan protein
berkurang karena alcohol akan berkompetisi dengan protein terhadap air.
Pereaksi:
 HCL 0,1 M
 NaOH 0,1 M
 Buffer Asetat 1 M ( pH 4,7 )
 Etanol 96%
Peralatan:
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Beaker gelas
 Gelas ukur
Cara Kerja:
1.sediakan 3 tabung reaksi da nisi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan
protein ( putih telur ).
2. Kedalam setiap tabung ditambahkan:
Tabung 1: 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 96%
Tabung 2: 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 96%
Tabung 3: Buffer Asetat dan 6 ml etanol 96%
3. Diamati pada tabung mana yang paling banyak terbentuk endapan, dengan
membandingkan ketiga tabung tersebut.
4. Ambil endapan yang terbentuk pada masing-masing tabung, uji kelarutannya
dengan penambahan 10 ml akuades.
9
4. DENATURASI PROTEIN
Prinsip:
Denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan
garam atau bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah.
Dengan perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur skunder, tersier,
dan kuartener, tetapi struktur primer ( ikatan peptide ) masih utuh.
Pereaksi:
 HCL 0,1 M
 NaOH 0,1 M
 Buffer Asetat 1 M ( pH 4,7 )
Peralatan:
 Tabung reaksi
 Gelas ukur
 Batang pengaduk
Cara Kerja:
1. sediakan 3 tabung reaksi da nisi masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml larutan
protein ( putih telur ).
2. Kedalam setiap tabung ditambahkan:
Tabung 1: 1 ml HCl 0,1 M
Tabung 2: 1 ml NaOH 0,1 M
Tabung 3: Buffer Asetat
3. tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada
temperature kamar.
4. Diamati pada tabung mana yang paling banyak terbentuk endapan dengan
membandingkan ketiga tabung tersebut.
5. Lanjutkan percobaan diatas terhadap tabung 1 dan 2 dengan menambahkan 10 ml
buffer asetat, amati perubahan yang terjadi.
10
III. PENETAPAN KADAR VITAMIN C
1. Metode Iodimetri dan Iodometri
Prinsip:
Vitamin C ( asam aksorbat ) dioksidasi oleh iodium menjadi
dehidroasamaksorbat. Jumlah ekivalen iodium sama dengan jumlah ekivalen vitamin
C.
Pereaksi:
 Blender
 Peralatan untuk titrasi
 Labu takar
Cara Kerja:
1. Dihancurkan 200-300 gram dalam blender.
2. Timbang 10-30 gram masukkan kedalam labu takar dan tambahkan air sampai
garis tanda. Saring atau sentrifuge untuk memisahkan filtratnya.
3. ambil 5-25 ml filtrat, masukkan dalam Erlenmeyer, tambahkan 2 ml indicator
amilum 1% dan air 2 ml kalua perlu.
4. Titrasi dengan laruan iodine 0,01 N.
Reaksi:
L- asam askorbat
L- dehidro asam askorbat
1 mol iodine
= 2 ekivalen
1 mol vitamin C
= 2 ekivalen vitamin C = ( 1 ekivalen C = 88 gram vitamin C
11
1 ml 0,01 N iodine
= 0,01 mek iodine = 0,01 mek vitamin C = 0,88 mg
Catatan:
Satu mol suatu zat tidak selalu bereaksi dengan satu mol zat lain, tetapi satu
ekivalen suatu zal selalu bereaksi dengan satu ekivalen zat lain.
Perhitungan:
Tiap 1 ml 0,01 N Iodine = 0,88 mg asam askorbat
Kadar vitamin C (mg/100gram) =
ml x N iodine yang digunakan (0,01) x
100x P
berat (gram) sampel
Keterangan:
P
= Faktor Pengenceran
N
= Normalitas
Misal
:Jika volume dari sampel dibuat menjadi 100 ml, kemudian diambil
sebanyak 25 ml, maka factor pengenceran (P) = 100/25 = 4
12
IV. PENETAPAN TOTAL ASAM TERTITRASI
Prinsip:
Berdasarkan metode netralisasi asam basa dengan metode alkalimetri, dimana
asam-asam organic yang ada pada sampel akan dinetralkan dengan titrasi oleh basa
(NaOH 0,1 N) dengan menggunakan indicator fenolftalein .
Bahan:
Buah-buahan segar, sirup, jelly, dan jus.
Persiapan Sampel:
1. Buah-buahan segar: 25-50 gram sampel dihancurkan dalam blender dengan
menambahkan air secukupnya. Bilas blender dengan air dan campur dengan
larutan sampel. Didihkan selama 1 jam dan masukkan ke labu takar 250 ml,
tambahkan air sampai garis tanda.
2. Sirup dan jelly: 25-50 gram sampel msukkan dalam labu takar, tambahkan air
sampai garis tanda (250 ml)
3. Jus: Aduk rata hingga homogen, saring dengan kapas. Untuk jus segar: peras buah
dengan bagus dan homogen, lalu saring. Ambil 10 gram larutaan, tambah air
sampai 250 ml.
Pereaksi:
 Larutan standar NaOH 0,1 N
 Indikator fenolftalein 0,1 % dalam alkohol
Peralatan:
 Peralatan untuk titrasi
 Blender
Cara Kerja:
1. Dititrasi 10-25 ml sampel dengan NaOH 0,1 N dengan 3 tetes indikator.
2. Bila larutan berwarna cukup pekat, titrasi sampai mendekati titik akhir. Ambil 2-3
ml larutan yang dititrasi, masukkan ke labu takar, tambahkan 20 ml air. Amati
warna yang terjadi (warna merah jambu). Jika warna belum terbentuk, masukkan
13
larutan yang diperiksa kedalam larutan yang sedang dititrasi kemudian dititrasi
dilanjutkan sampai titik akhir tercapai.
3. Jika titik akhir sulit ditentukan, ulangi tahap no. 2.
4. Nyatakan hasilnya sebagai ml NaOH 0,1 M/100 gram bahan atau 100 ml larutan.
Total asam tertitrasi = N/10 x V x 100
Volume sampel (ml)
Keterangan:
v
= Volume NaOH yang digunakan (ml)
N
= Normalitas NaOH yang digunakan
14
V. PENENTUAN KADAR CASEIN
Casein merupakan protein yang terdapat dalam susu. Hampir 80% protein
dalam susu terdiri dari casein disamping laktalbumin dan laktoglobulin.
Pereaksi:
 Asam asetat 1 N dan 0,25 N
 NaOH 0,1 N
 Formaldehid 40%
 Indicator fenolftalein
Peralatan:
 Beaker glass
 Corong
 Buret
 Penangas air
Cara kerja:
1. Dimasukkan 20 ml sampel kedalam beaker glass, panaskan di penangas air
pada suhu 40oC. Bila digunakan sampel susu kental, diencerkan dengan
akuades perbandingan 1 : 2 dan susu bubuk ditambahkan akuades
perbandingan 1: 9.
2. Tambahkan 1,5 ml asam asetat 1 N, diaduk homogen dan didiamkan selama
20 menit. Tambahkan lagi 4,5 ml asam asetat 0,25 N (untuk mencapai pH
isoelektrik dari casein), diaduk dan didiamkan selama 1 jam.
3. Dekanter ke dalam corong dengan kertas saring. Cuci endapan dengan
akuades sampai cucian bersifat netral.
4. Kemudian kertas saring dan endapan dimasukkan kedalam beaker semula dan
ditambahkan akuades sampai endapan volume 20 ml
5. Tambahkan 4 ml larutan NaOH 0,1 N, panaskan diatas penangas air sampai
larut seperti susu dan didinginkan sampai suhu 21-24oC, teteskan 3 tetes
fenolftalein
6. Tambahkan 4 ml formaldehid 40% (warna rose hilang), titrasi dengan NaOH
0,1 N samapi terbentuk warna rose.
15
Kadar casein = ml NaOH x 0,9%
Catatan :
Protein bersifat amfoter sehingga sulit dititrasi sebagai asam ataupun sebagai
basa. Supaya dapat dititrasi sebagai asam, maka sifat basa dari gugus amina dapat
dihilangkan dengan mereaksikannya dengan formaldehid sehingga ion H+ dapat
dititrasi dengan NaOH.
Reaksi :
+
COO- +
H3N
COOProtein
(HOCH2)2NH+
(HOCH2)2NH+
2 HCOH
Formaldehid
COO-+ NaOH
(HOCH2)2N
+ H2O
16
COO- + Na+
VI. SUSU DAN HASIL OLAHANNYA
Susu segar, susu mentah adalah cairan yang berasal dari kambing, sapi yang
sehat, diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tidak mengalami penambahan
atau pengurangan suatu komponen apapun, tidak boleh mengandung bahan tambahan
makanan dan sisa antibiotik.
Apabila dilakukan pengujian reduktase, perubahan warna biru metilen
sempurna dalam waktu tidak kurang 4 jam kadar lemak susu tidak kurang dari 3%.
Pereaksi:
 Biru metilen 1%
 Indikator fenolftalein 1% dalam alkohol
 NaOH 0,1 N
Bahan:
 Susu segar
 Susu pasteurisasi
Cara kerja:
1. Pemeriksaan secara organoleptis
Pemeriksaan warna, baud an rasa
2. Pemeriksaan secara fisik
a. Masukkan sampel ke dalam gelas ukur. Amati apakah ada pemisahan atau
tidak
b. Masukkan 10 ml sampel kedalam tabung reaksi dan panaskan tabung
reaksi dan panaskan dalam penangas air (temperatur 70%). Apakah dalam
waktu singkat kelihatan gumpalan, maka susu tidak bermutu baik.
3. Uji Biru Metilen
Biru metilen bila tereduksi akan menyebabkan warna biru berubah
menjadi putih. Biru metilen akan tereduksi bila bakteri yang ada dalam
sampel susu menggunakan oksigen yang terdapat dalam susu, yang telah
dicampur dengan metilen biru. Perubahan warna dari biru ke putih berarti
17
bahan didalam susu terdapat banyak bakteri. Semakin banyak bakteri dalam
susu, perubahan warna semakin cepat.
a. Masukkan 1 ml larutan biru metilen 1% ke dalam masing-masing 4
tabung reaksi.
b. Tambahkan 10 ml sampel susu ke dalam masing-masing tabung reaksi,
tutup dengan kapas yang didapatkan atau dengan penutup karet.
c. Kemudian, tempatkan tabung reaksi tersebut diatas penangas air pada
suhu 36oC atau diatas rak pada suhu kamar.
d. Amati warna susu setelah 30 menit dan lakukan pengamatan warna setiap
1 jam berikutnya.
e. Pada setiap pengamatan susu yang telah berwarna biru dibalik sampai
warna biru merata.
f. Catatlah waktu reduksi secara keseluruhan antara pembalikan terakhir
dengan kehilangan warna.
Contoh Perhitungan Waktu Reduksi
Jika susu masih berwarna biru setelah 1,5 jam. Semua warna biru hilang
setelah 2,5 jam. Waktu reduksi susu = 0,8 x 2,5 jam = 2 jam
Mutu Susu Berdasarkan Waktu Reduksi
Kelas mutu susu berdasarkan waktu reduksi yang ditentukan dengan uji biru
metilen adalah sebagai berikut:
Kelas 1 : Paling baik, terjadi perubahan warna setelah 8 jam
Kelas 2 : Baik, terjadi perubahan warna setelah 6 jam tetapi lebih cepat dari 8 jam
Kelas 3 : Cukup terjadi perubahan warna setelah 2 jam tetapi lebih cepat dari 6 jam
Kelas 4 : Jelek, terjadi perubahan warna sebelum 2 jam
4. Penentuan Derajat Keasaman
Derajat keasaman adalah jumlah milliliter basa 0,25 N yang dapat menetralisir
100 ml susu.
a. Pada 25 ml sampel susu tambahkan 10 tetes indicator fenolftalein
b. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda
100
Derajat asam = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙) 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×
18
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,25
Karakteristik Susu Segar
Warna
: Putih keabu-abuan
Rasa
: Sedikit manis
Bau
: Normal (khas susu)
Bobot jenis
: 1,028-1,035
pH
: 6,5
Kadar air
: 88,3%
Kadar laktosa : 4,3%
Kadar protein : 3,2%
Kadar lemak : 3,5%
Hasil Olahan Susu
1. Susu pasteurisasi
2. Persyaratan waktu reduksi : tidak kurang dari 5 jam
3. Susu steril
4. Susu UHT (Ultra High Temperature)
5. Susu evaporasi
6. Susu skim evaporasi
7. Susu kental manis
8. Susu bubuk
9. Es krim
10. Yogurt
11. Mentega
12. Keju
19
VII. ANALISIS ZAT PEWARNA SINTESIS
Prinsip :
Serat wol digunakan untuk analisis zat warna karena sifatnya dapat
mengabsorpsi zat warna baik yang asam maupun yang basa. Dengan mengamati
perubahan warna dari benang wol yang telah dicelupkan dalam berbagai
pereaksi, jenis pewarna dapat ditentukam.
Pereaksi :
 HCl encer
 NaOH 10%
 HCl pekat
 H2SO4 pekat
 NH4OH 12%
Peralatan :
 Lempeng tetes (spot plate)
 Pipet Tetes
Cara Kerja :
1. Diasamkan 30-50 ml sampel cair sedikit dengan larutan HCl encer. Jika
padatan, campur 25 gram sampel dengan air, kemudian homogenkan, lalu
diambil 30-50 ml di atas.
2. Masukkan benang wol (20 cm) kedalam larutan, didihkan selama 30 menit.
3. Angkat benang wol, cuci dengan air dingin. Keringkan, dipotong menjadi 4
bagian.
4. Tempatkan keempat potongan benang wol diatas lempeng tetes, kemudian
masing-masing potongan ditetesi dengan NaOH 10%, HCl pekat, NH4OH
dan H2SO4 pekat
5. Amati perubahan warna yang terjadi, bandingkan dengan standar daftar
warna di dalam Lampiran 1
20
VIII. PENENTUAN KADAR GLUKOSA
Ditimbang seksama sampel padat yang mengandung kira-kira 100 mg
glukosa yang tidak mengandung reduktor lainnya, dilarutkan di dalam 50 ml air
suling di dalam erlenmeyer bertutup. Ditambahkan 25 ml iodium 0,1 N dan 10 ml
larutan natrium karbonat 14,3% ditutup dan dibiarkan selama 30 menit ditempatkan
yang gelap. Kemudian ditambahkan 15 ml asam klorida encer dan iodium yang
tersisa dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai terjadi warna kuning
lemah. Ditambahkan lagi indicator kanji sampai warna biru hilang. Dilakukan titrasi
blanko. Tiap ml iodium 0,1 N setara dengan 9,9185 mg glukosa.
21
Download