Uploaded by Nadia Yulisa

pdf-laporan-praktikum-pilot-plan-destilasi-crude-oil convert compress

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLAN
DESTILASI CRUDE OIL
DI SUSUN OLEH
Maria Kristiningsih
Ayu Ningrum
Luthfina Lestari
Mumammad Amin
13 614 006
13 614 012
13 614 013
13 614 017
KELOMPOK : 2 (DUA)
KELAS : VI-A
DOSEN PENGAWAS : Marinda Rahim, ST., MT
LABORATORIUM PILOT PLANT
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
a. Untuk melakukan destilasi fraksinasi minyak mentah (crude oil)
b. Menentukan specific gravity dari fraksi gasoline, kerosene, dan solar
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Minyak Bumi
Minyak bumi terutama terdiri dari campuran yang sangat kompleks
senyawa-senyawa hidrokarbon yaitu senyawa-senyawa yang mengandung unsur
karbon dan hidrogen. Disamping itu dalam minyak bumi juga terdapat unsurunsur belerang, nitrogen, oksigen dan logam-logam yang terdapat dalam jumlah
yang relatif lebih sedikit yang terikat dalam bentuk senyawa-senyawa organik.
Disamping itu air dan garam-garam hampir selalu terdapat dalam minyak bumi
dalam keadaan terdirpersi. Bahan-bahan bukan hidrokarbon ini biasanya dianggap
sebagai kotoran, karena pada umumnya memberikan gangguan dalam proses
pengolahan minyak bumi dalam kilang dan berpengaruh jelek terhadap mutu
produk.
Baik senyawa hidrokarbon maupun senyawa bukan hidrokarbon keduanya
akan menentukan cara-cara pengolahan yang dilakukan dalam kilang minyak.
Walaupun senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi sangat banyak
jumlahnya tetapi senyawa tersebut dapat dibagi dalam tiga senyawa hidrokarbon,
yaitu senyawa hidrokarbon parafin, naften dan aromatik. Disamping senyawasenyawa hidrokarbon tersebut dalam produk minyak bumi juga terdapat senyawa
hidrokarbon olefin dan diolefin yang terjadi karena perengkahan dalam proses
pengolahan minyak bumi dalam kilang, misalnya distilasi minyak mentah dan
proses perengkahan.
Sekitar 85% dari minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan
menjadi 3 golongan, yaitu :
1.
Minyak dasar aspal (asphaltic base)
2.
Minyak dasar parafin (paraffinic base)
3.
Minyak dasar campuran (mixed base)
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin parafin dengan aspal sebagai
residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung aromatik.
Kandungan sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tingggi dibandingkan dengan
minyak-minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok
untuk memproduksi gasoline yang berkualitas tinggi, minyak pelumas mesin dan
aspal. Fraksi-fraksi ringan dan menengah mengandung presentase naftalen yang
tinggi.
Minyak dasar parafin mengandung sangat sedikit aspal, sehingga sangat
baik sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor
dan kerosin dengan kualitas tinggi.
Minyak dasar campuran mengandung sejumlah lilin dan aspal secara
bersamaan. Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah kualitasnya
dibandingkan dengan dua tipe minyak di atas.
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan, maka susunan
molekul menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan produk akhir kilang dapat
dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Susunan hidrokarbon fraksi/produk minyak dan gas bumi
Fraksi/ Produk
Gas – gas
Gasoline
Nafta
Kerosene dan avtur
Diesel dan fuel oil
Gas oil
Fuel oil berat
Atm residu
Vac residu
1.2.2 Specific Gravity
Jarak Didih (oC)
< 30
30 – 210
100 – 200
150 – 250
160 – 400
220 – 345
315 – 540
> 450
> 650
Jumlah Atom Karbon
dalam Molekul Minyak
C1 – C4
C5 – C12
C8 – C12
C11 – C13
C13 – C17
C17 – C20
C20 – C45
> C30
> C60
Specific gravity minyak adalah perbandingan antara berat jenis minyak
pada temperatur standar dengan berat jenis air dengan temperatur yang sama dapat
di tulis :
SG =
Q
pada tekanan dan temperatur
W
Di Indonesia biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0.5 :
0,1 untuk minyak bumi suhu yang digunakan adalah 15 O C atau 60O F. Dalam
dunia perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, gravitasi
jenis atau lebih sering disingkat dengan SG ini dinyatakan dalam API gravity dan
juga API (American Petroleum Institute) yang sangat mirip dengan Baume
gravity adalah suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat
dinyatakan dengan persamaan :
ρ=
m
…………………….. (Persamaan 1)
v
SG =
O
ρo
…………….…… (Persamaan 2)
ρw
API =
141.5
– 131.5 …….. (Persamaan 3)
SG
141.5
………......(Persamaan 4)
131.5+ ° API
API gravity minyak bumi sering menunjukan kualitas dari minyak bumi
SG =
tersebut. Makin kecil SG-nya atau makin tinggi OAPI-nya, maka minyak bumi itu
makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin
rendah OAPI atau makin besar SG-nya, maka mutu minyak itu kurang baik karena
lebih banyak mengandung lilin (wax) atau residu (aspal).
1.2.3 Destilasi
Destilasi atau penyulingan merupakan suatu metoda pemisahan satu atau
lebih senyawa dari senyawa lainya dengan memanfaatkan perbedaan titik didih
dari senyawa-senyawa yang akan dipisahkannya. Minyak bumi mengandung
berbagai senyawa hidrokarbon yang memiliki titik didih berbeda-beda yang
tergantung dari struktur molekulnya.
Melalui metoda distilasi, senyawa-senyawa dalam minyak bumi dapat
dipisah menjadi berbagai senyawa hidrokarbon sesuai dengan titik didihnya.
Metoda destilasi dilakukan dengan menggunakan pendinginan bertahap atau
bertingkat. Metoda ini dikenal juga dengan istilah proses distilasi bertingkat. Titik
didih dari senyawa hidrokarbon yang terkandung pada minyak bumi dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Tabel1.2Titikdidihsenyawahidrokarbonpadaminyakbumi
Fraksi
Gas-Gas Petroleum
Petroleum Eter
Ligroin
Bensin (Gasolin)
Minyak Tanah (Kerosin)
Minyak Diesel (Solar)
MinyakPelumas
Parafin, Aspal
Jumlah Atom
TitikDidih (Celcius)
1–4
< 30
5–6
30 – 60
7
20 – 135
6 – 12
50 – 180
11 – 16
170 – 290
14 – 18
260 – 350
16 – 24
300 – 370
> 25
Dengan memperhatikan data tabel tersebut dapat diketahui, jika minyak
bumi/mentah dipanaskan pada temperatur 30oC maka gas-gas petroleum akan
segera mendidih dan menguap. Sedangkan senyawa lainnya tetap berada pada
fasa awalnya.
1.2.4 Produk Minyak Bumi
Dari pengolahan crude oil dihasilkan berbagai macam produk yang berupa
minyak cair maupun gas. Minyak dan gas hasil pengolahan didapatkan dari
rentetan proses-proses pengolahan dan proses pencampuran untuk mendapatkan
produk minyak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh sarat-sarat
penggunaannya. Adapun produk yang dihasilkan dari pengolahan crude oil
adalah:
a.
Liquified Petroleum Gas (LPG)
Liquified Petroleum Gas (LPG) pada umumnya terdiri dari komponenkomponen utama propana dan butana yang dicairkan pada suhu kamar dan
tekanan sedang (95 psi). LPG mengandung sejumlah kecil zat aroma yang
sengaja diberikan untuk mengetahui adanya kebocoran. LPG banyak
digunakan untuk:
- Bahan bakar rumah tangga dan industri.
- Bahan bakar mesin-mesin internal combustion.
- Bahan baku industri petrokimia.
b.
Motor gasoline
Motor gasoline (mogas) yang sehari-hari disebut bensin adalah campuran
kompleks senyawa hidrokarbon yang mempunyai trayek titik didih antara 40200oC
dan
dipergunakan
sebagai
bahan
bakar
motor-motor
yang
menggunakan busi (spark ignation engines).
c.
Aviation gasoline (Avgas)
Aviation gasoline (avgas) adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk
mesin pesawat terbang yang berbaling-baling (piston engine) yang pada
prinsipnya seperti mesin motor biasa.
d.
Aviation turbo fuel (Avtur)
Avtur adalah jenis bahan bakar untuk pesawat terbang yang bermesin jet
(turbo jet). Pada turbo jet proses pembakarannya tidak terjadi pada tekanan
yang tinggi seperti pada pesawat terbang baling-baling.
e.
Kerosene
Kerosene adalah fraksi minyak bumi yang lebih berat dari pada bensin dan
mempunyai daerah titik didih 150 - 250oC. Kerosene dipakai sebagai bahan
bakar lampu penerangan dan bahan bakar kompor untuk rumah tangga.
f.
Minyak diesel
Minyak diesel adalah fraksi minyak bumi yang mempunyai trayek titik didih
antara 200 - 350 oC dan digunakan untuk bahan bakar mesin diesel.
g.
Minyak bakar residu
Minyak bakar residu terdiri dari residu-residu yang berasal dari hasil distilasi
dan proses perengkahan (cracking). Minyak bakar jenis ini terutama
digunakan untuk furnace industri.
h.
Minyak pelumas
Minyak pelumas berfungsi untuk mencegah keausan pada bagian-bagian
mesin yang bergerak satu sama lainnya. Karena jenis mesin dan kondisi
operasinya berbeda-beda maka minyak pelumas juga disediakan dalam
berbagai jenis sesuai dengan kebutuhannya.
i. Minyak gemuk (grease)
j. Malam (wax)
k. Aspal
1.2.5 Hydrometer
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau
kepadatanrelatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas
air. Hydrometerbiasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder
dan bola pembobotandengan merkuri (raksa) untuk membuatnya mengapung
tegak. Supaya tabung kaca terapung tegak dalam zat cair, bagian bawah tabung
dibebani dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih
besar supaya volume zat cair yang dipindahkan hydrometer lebih besar. Dengan
demikian, dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan hydrometer dapat
mengapung di dalam zat cair.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yang tersuspensi pada fluida akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat
fluida yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat
tersebut, semakin jauh hydrometer tenggelam. Seberapajauh hydrometer tersebut
teggelam dapat dilihat dari skala pembacaan yang terdapat dalamhydrometer itu
sendiri (Ginanjar. W, 2014).
Sumber : Dazzle. E.R. A, 2013
Gambar 1.1 Hydrometer
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan test dengan
menggunakan hydrometer diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ukuran hydrometer yang dapat mendeterminasikan gravity minyak mentah
yang bebas air dengan ketelitian yang tinggi
2. Adanya campuran fluida lain seperti air
Hal ini akan menyebabkan kekurangan ke akuratan, sebab gelembunggelembung gas yang sering timbul pada suspense akan menempel pada
hydrometer dan cenderung menahan instrument, sehingga sulit mencapai posisi
yang diharapkan.
3. Titik air pada permukaan hydrometer
Hal
ini
menyebabkan
instrument
sebenarnya(Puspasari. R, 2012).
tenggelam
melewati
posisi
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan
1.
Satu set alat destilasi fraksinasi
2.
Hydrometer Specific Gravity skala 0,7 -1
3.
Batang pengaduk
4.
Gelas ukur 100 mL
5.
Gelas ukur 1000 mL
6.
Gelas kimia 250 mL
7.
Thermometer
8.
Termokopel
9.
Aluminium foil
2.1.2 Bahan yang digunakan
1.
Gasoline(Bensin)
2.
Kerosene(Minyak tanah)
3.
Solar
4.
Crude oil
2.2 Prosedur Percobaan
1.
Menyiapkan bahan baku berupa gasoline, kerosene, dan solar
2.
Memasukkan gasoline, kerosene, dan solar masing – masing sebanyak
250 mLke dalam labu penampung yang telah berisi crude oil
3.
Mengaduk campuran gasoline, kerosene, solar, dan crude oil
menggunakan batang pengaduk hingga tercampur
4.
Menghubungkan labu penampung yang telah berisi campuran pada alat
destilasi
5.
Mengganti air dalam reservoir tank dengan air bersih dan memasukkan 2
buah es batu ke dalamnya
6.
Menghubungkan alat crude oil destilation ke arus listrik
7.
Memastikan tombol on/off pompa sudah berada pada posisi ON
8.
Memutar tombol power pada posisi ON
9.
Mengatur proses pemvakuman dengan cara memutar valve kondensor
sebanyak 2.5 bukaan dan valve vaccum sebanyak 2.5 bukaan
10. Memutar tombol vaccum pada posisi ON
11. Menyalakan heater dengan cara memutar tombol heater pada posisi ON
dan mengatur temperature pada 400ºC
12. Mencatat temperature pada bottom (T1), tray 1 (T2), tray 2 (T3), top
(T4), danheater (T5) setiap 10 menit sampai diperoleh volume pada
setiap fraksi hasil destilasi yang cukup untuk dianalisa dengan menekan
tombol select untuk melihat temperature tiap bagian
13. Mengambil dan menampung produk pada tray 1 (solar),tray 2 (kerosene),
dan top (gasoline) dalam gelas kimia dan menutupnya dengan aluminium
foil
14. Setelah mendapatkan masing – masing fraksi dengan volume 130 mL
kemudian mematikan alat dengan cara kebalikan dari prosedur
menghidupkan alat yaitu memutar tombol vacuum dan heater pada posisi
OFF
15. Kemudian mematikan alat dengan memutar tombol power pada posisi
OFF
16. Melepaskan alat dari arus listrik
17. Melakukan uji nilai specific gravity pada setiap produk dengan metode
ASTM D 1298 – 99 dengan cara :
a. Mengatur temperature gasoline pada suhu ruangan
b. Menuang gasoline sebanyak 125 mL dalam gelas ukur 100 mL,
dengan hati-hati dan menghindari adanya gelembung-gelembung
udara
c. Menempatkan gelas ukur yang telah berisi gasoline pada tempat yang
datar dan bebas dari pengaruh udara luar dan goncangan
d. Memasukan thermometer dan batang pengaduk ke dalam gelas ukur,
mengaduk gasoline sampai rata dan mengukur suhu contoh sampai
konstan
e. Mengangkat thermometer dan batang pengaduk dari dalam gelas ukur
f. Memasukan Hydrometer Specific Gravity yang sesuai kedalam contoh
secara perlahan
g. Membaca skala pada hydrometer apabila hydrometer sudah terapung
bebas dan stabil
h. Mengoreksi
nilai
specific
gravity
observasi
yang
diperoleh
daripraktikum dengan menggunakan Correction Table for Specific
Gravity Hydrometer 60oF/60oF
i. Mengulangi Langkah a sampai h untuk melakukan uji nilai specific
gravity pada produk hasil destilasi lainnnya yaitu kerosene dan solar
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Tabel 3.1 Data pengamatan perubahan temperatur tiap bagian
No.
t
(menit)
Bottom
(oC)
Tray 1
(oC)
Tray 2
(oC)
Top
(oC)
Heater
(oC)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
37
72
130
177
196
222
223
226
242
243
244
245
245
244
246
247
249
248
250
250
31
33
89
103
141
152
159
164
174
174
176
178
180
182
183
184
185
186
187
191
31
32
58
101
113
132
152
155
119
154
154
155
154
154
149
149
151
151
153
143
32
32
47
105
68
46
65
58
54
47
49
48
48
51
51
51
50
49
50
51
139
267
316
333
343
353
360
364
367
369
371
372
372
372
373
371
373
373
373
376
Tabel 3.2 Data pengamatan specific gravity dan temperatur tiap produk
Produk
Gasoline
Kerosene
Solar
Specific gravity
T (oC)
Specific gravity
observasi
0,745
0,815
0,815
Observasi
30
30
30
(60o/60oF)
0,7563
0,8249
0,8249
Tabel 3.3 Hasil perhitungan temperatur rata-rata tiap bagian dari menit ke 100
sampai ke 200
T2 (oC)
Tray 1
183,2
T3 (oC)
Tray 2
151,3
T4 (oC)
Top
49,8
3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk melakukan destilasi fraksinasi dari
minyak mentah (crude oil) dan untuk menetukan specific gravity dari fraksi
gasoline, kerosene, dan solar.
Pada praktikum ini digunakan alat destilasi fraksinasi dengan sistemvakum
menggunakan tray jenis bubble tray. Minyak mentah yang merupakan campuran
dari fraksi crude oil, gasoline, kerosene dan solar dimasukkan kedalam labu dasar
bulat yang dilengkapi oleh pemanas disekitarnya. Secara teoritis, solar merupakan
fraksi dengan rantai C lebih panjang sehingga memiliki titik didih dan titik embun
yang tinggi akan terkondensasi pada tray yang memiliki temperatur yang relatif
lebih tinggi yaitu pada tray yang paling dekat dengan pemanas (tray 1),
komponen dengan rantai C sedang yaitu kerosene akan menghasilkan kondensat
pada tray 2, hingga hasil atas yang paling jauh dengan sumber panas akan
menghasilkan kondensat dari komponen minyak bumi yang memiliki rantai C
yang pendek dan mudah menguap yaitu gasoline. Semakin panjang rantai karbon
maka semakin besar titik didih dan densitasnya. Pada praktik yang dilakukan
dalam percobaan ini,temperatur pada tray berada pada kondisi yang seharusnya,
dimana temperatur solar 183,2 0C lebih besar dari kerosenedengan temperatur
151.3 0C dan lebih besar dari gasoline dengan temperatur 49.8 0C.
Specific gravity adalah perbandingan berat cairan tertentu dengan berat air
pada volume dan kondisi temperatur yang sama. Pada specific gravity secara teori
menyatakan bahwa semakin berat fraksi maka nilai specific gravity semakin besar
pula. Pada praktikum ini didapatkan hasil urutan specific gravitygasoline lebih
kecil dari kerosene, namun specific gravitykerosene sama dengan solar tidak
sesuai dengan teori. Dimana seharusnya specific gravity solar lebih besar dari
specific gravity kerosene. Hal ini disebabkan karena terjadinya kebocoran pada
tray 2 menyebabkan temperatur di menjadi lebih rendah dari seharusnya. Fraksi
kerosene menjadi lebih cepat terkondensasi dan turun kembali ke tray 1, sehingga
fraksi solar pada tray 1 menjadi terkontaminasi dengan kerosene.
Data specific gravity dari hasil koreksi selanjutnya dibandingkan dengan
data standar untuk setiap produk yang diduga terbentuk pada masing-masing tray.
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor :
933.K/10/DJM.S/2013 tentang standar dan mutu (spesifikasi) Bahan Bakar
Minyak (BBM) jenis bensin 88 yang dipasarkan di dalam negeri telah diketahui
dari pengolahan data bahwa nilai specific gravity standar untuk bensin yaitu min.
0,7156 dan max. 0,7707. Dapat disimpulkan bahwa hasil top pada alat destilasi
merupakan komponen bensin karena specific gravity observasi yang telah
dikoreksi menjadi Sg 60oF/60oF adalah 0,7563 sudah sesuai dengan specific
gravitystandar bensin yang sudah ditetapkan. Berdasarkan keputusan Direktur
Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor : 002/P/D.M./MIGAS/1979 tentang standar
dan mutu (spesifikasi) Bahan Bakar Minyak (BBM) telah diketahui bahwa nilai
specific gravity standar untuk kerosene yaitu max. 0,835 dan specific gravity
standar untuk solar min. 0,820 dan max. 0,870. Sedangkan specific gravity
observasi yang telah dikoreksi (specific gravity 60oF/60oF) untuk tray 1 dan tray 2
adalah 0.8249. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil tray ke 2 pada
alat destilasi merupakan fraksi kerosene karena specific gravity observasi untuk
kerosene dikoreksi (specific gravity 60oF/60oF) sudah sesuai dengan specific
gravity standar. Namun pada tray 1 tidak sesuai dengan standar, karena pada tray
1 berisi fraksi kerosene bukan fraksi solar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
Dalam praktikum ini hanya didapatkan gasoline dan kerosene.
2.
Tren temperatur pada tray 1, tray 2 dan top sesuai dengan tray
temperatur fraksi yang seharusnya dihasilkan yaitu T2 (solar) lebih besar
dari T3 (kerosene) lebih besar dari top (gasoline).
3.
Specific gravitytray 2 dan top sudah sesuai karena specific gravitytray 2
lebih besar dari top. Sedangkan pada tray 1 belum sesuai, dimana
seharusnya specific gravity pada tray 1 harus lebih besar dari tray 2.
4.
Nilai specific gravity yang sesuai dengan standar adalah kerosene dan
gasoline, sedangkan yang tidak sesuai adalah solar.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM. (2012). Annual Book Of ASTM Standar D-1298 Standar Test Method For
Density, Relative Density (Specific Gravity), Or API Gravity Of Crude
Petrolium And Liquid Petroleum Product By Hidrometer. Philadelphia :
American Society For Testing And Material
Cahyono, M. D. (2014). Crude Oil. 24 Februari 2016. https://www.facebook.com/
pengolahan.migas/posts/220633734797699
Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi.
(1979).
Spesifikasi
Bahan
Bakar
Minyak.
23
Februari
2016.
https://persembahanku.files.wordpress.com/2007/03/002-p-dm-migas-1979avgas-kero-solar-diesel.PDF
Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi. (2013). Standar dan Mutu (Spesifikasi)
Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 88 yang di Pasarkan di dalam Negeri.
23Februari2016.http://migas.esdm.go.id/public/images/uploads/posts/
gerbang-345-1.pdf
Fathony, A dkk. (2014). Tugas Pengolahan Minyak Bumi. 23 Februari 2016.
https://id.scribd.com/doc/257717346/Tugas-3-Pengolahan-Minyak-Bumi
Ginanjar,
W.
(2014).
Hydrometer.
23
Februari
2016.
http://www.alatlabor.com/article/detail/74/hydrometer
Pratama, R. C. (2013). Analisa Fluida Reservoir. 23 Februari 2016. http://thepetroleum-engineer.blogspot.co.id/2013/12/penentuan-densitasspecificgravity-dan.html
Puspasari,
R.
(2012).
Laporan
Resmi
AFR.
23Februari
2016.
https://www.academia.edu/11370909/Laporan_Resmi_AFR_2012
Silvia, M. (2015). Laporan Distilasi Minyak Mentah. 23 Februari 2016.
http://documents.tips/documents/laporan-distilasi-minyak-mentah.html
Tim Laboratorium. (2016). Modul Praktikum Pilot Plant. Politeknik Negeri
Samarinda : Samarinda
LAMPIRAN
Download