MAKALAH FARMASI INDUSTRI TABLET PARACETAMOL OLEH : Kelompok 2 Farmasi Industri (B) Rasma Adelia Putri Muh. Lahamuddin Nur Afni Ulfah Tiyanda Hanti Arum. K Emilia Amanda Toding Frederika Tangdi Lintin Hariyanto Dwi Putra. S Febe Eka Risanti (N014201001) (N014201033) (N014201039) (N014201085) (N014201092) (N014201096) (N014201099) (N014201108) PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020 Latar Belakang Validasi proses produksi tablet Paracetamol harus dilakukan sebelum produk diedarkan secara komersil. Proses produksi harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan CPOB. Hal ini berguna untuk memastikan kualitas produk dan keamanan produk. Dokumentasi proses validasi juga berguna sebagai dokumen bukti untuk memastikan mutu produk dan menjamin proses produksi selalu berjalan dalam keadaan optimal sesuai dengan kriteria yang berlaku. Tujuan Untuk memvalidasikan proses produksi tablet Paracetamol yang diproduksi sesuai dengan hasil perancangan dan pengembangan produk dengan nomor dokumen … tanggal … . Tim dan Tanggung Jawab 1. Perwakilan Bagian Produksi. a. Menyusun protokol dan laporan validasi. b. Memastikan instrument yang akan digunakan telah terkualifikasi dan siap untuk digunakan. c. Memastikan prosedur tetap yang digunakan dalam bets tahapan proses validasi telah tercantum dalam dokumen dan protokol. d. Memastikan proses produksi berjalan sesuai Prosedur Pengolahan Induk yang berlaku. 2. Perwakilan Bagian Pemastian Mutu. a. Mengkaji serta menyetujui Protokol dan Laporan Validasi. b. Mengevaluasi hasil pengujian stabilitas dan parameter. c. Menangani kendala dan penyimpangan yang ada selama proses validasi. d. Mengkaji dan meluluskan bets validasi. 3. Perwakilan Bagian Pengawasan Mutu. a. Melakukan pengujian fisikokimia terhadap produk. b. Melakukan pengujian tambahan yang terdapat dalam protokol. c. Menangani Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS). d. Melakukan pengujian stabiltias. 4. Perwakilan Bagian Lain Yang Bersangkutan. a. Memastikan bagiannya berjalan dengan baik. b. Membantu proses validasi jika diperlukan. Komposisi Formula 1 Strip 4 Tablet, 1 Bets 10.000 Tablet. Langkah Proses Komponen Paracetamol Starch Paste Starch Powder Magnesium Stearate Talc Methyl Paraben Per Strip (mg) 500 25 39.5 27 5,5 0,6 Per Bets (kg) 5 0,25 0,395 0,27 0,055 0,006 Catatan Jumlah Nyata Bets yang Divalidasi Bets I Bets II Bets III Spesifikasi Bahan Awal Daftar bahan awal yang digunakan pada proses pembuatan Komponen Paracetamol Starch Paste Starch Powder Magnesium Stearate Talc Methyl Paraben Nama Dagang Kode Material A-P003-0 A-P009-0 A-P010-0 A-M013-0 A-T001-0 A-M009-0 Pemasok/ Pembuat Spesifikasi/ No. Metode Analisis Perlengkapan dan Peralatan yang digunakan Peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada proses pembuatan harus sudah dikualifikasi dan dikalibrasi sebelum produksi dimulai Langkah Penimbangan Pre-pencampuran Pencampuran Granulasi Pengayakan Lubrikan Percetakan Peralatan Timbangan Sartorius Tipe TE2101 Mixer Mixer Ocsilliating Granulator Erweka Tipe AR400-FGS dengan Extruder Tipe TGS2 Ocsilliating Granulator Erweka Tipe AR400-FGS dengan Extruder Tipe TGS2 Pengaduk Mesin Cetak Tablet Delta Tipe S1 No. Identitas TB-SA-TE-01 HM-PH-A1-01 HM-PH-HR-02 OG-EW-FG-01 OG-EW-FG-01 AG-BP-00-00 MT-DE-VF-01 Rujukan Kualifikasi/ Kalibrasi Tanggal Kondisi Ruangan yang Digunakan Saat Proses Pembuatan Kondisi Ruangan Selama Validasi Ruangan Penimbangan Granulasi Percetakan Pengemasan Rel. Humudity 30-75% Cemaran Bakteri di Udara Suhu 16-27oC Sedimentasi <1 CFU/4 hours Sampel Udara <1CFU/ m3 Rodak <1 CFU/ 25 cm2 Cemaran Bakteri 0, 5 μm = 3520/m2 5,0 μm = 20/m2 Diperiksa Oleh Tgl Bagan Alur Produksi Air murni Paracetamol Starch Paste Methyl Paraben Starch Powder Talc Penimbangan dan pencampuran Pencampuran Granulasi Basah Pengeringan Pengayakan dan Pencampuran Akhir Mg. Stearate Glidan dan Lubrikan Pencetakan Tablet Proses Pembuatan dan Parameter Kritis Bahan Awal -Paracetamol -Starch Paste -Methyl Paraben -Starch Powder -Talc -Magnesium stearate -Paracetamol -Starch Paste -Methyl Paraben Langkah Produksi Peralatan Kebersihan Penimbangan I Timbangan… Jumlah Pencampuran II Mixer… Pengaduk berkecepatan tinggi… -Paracetamol -Starch Paste -Methyl Paraben -Purified Water Granulasi Basah III Oscillating Granulator Mesh… Granulasi basah dari langka III Parameter Kritis Pengeringan IV Alat pengeringan Fluidizedbed Dryer….. -Waktu campuran -Kecepatan pengaduk/penyetelan -Kecepatan pengadulk potong/penyetelan -Volume granul Granulasi -Waktu pengadukan -Kecepatan pengaduk/penyetelan -Kecepatan pengaduk potong/penyetelan Penyaring,Penghalus -Ukuran penyaring/ pengayak -Waktu/Lama pengeringan -Suhu aliran udara masuk/keluae Parameter Pengujian Cemaran mikroba Keseragaman bobot penimbangan Keseragaman kadar dalam pencampuran -Pemerian -Perolehan hasil pengolahan -Keseragaman kuran granul -Susut pengeringan -Bilangan kuman -Perolehan hasil pengolahan Granulasi kering dari langkah IV Pengayakan Granul V Oscilating Granulator, Mesh… -Ukuran penyaringan -Penyetelan -Kecepatan Granul saring dari langkah V -Starch Powder -Talk -Magnesium stearat -Pencampuran akhir -Glidan dan lubrikan VI Pengaduk -Waktu kecepatan pengadukan -Volume massa granul Mesin pencetak Tablet -Kecepatan pencetakan tablet -Gaya tekanan pencetakan Granul tablet dari langkah VI Pencetakan VII -Produk degradasi -Ukuran partikel -Bulk density -Tap density -Perolehan hasil pengolahan -Keseragaman kadar dalam granul -Ukuran partikel -Bulk density -Tap density -Perolehan hasil pengolahan -Pemerian _Dimensi tablet -Keseragaman bobot tablet -Keseragaman kadar tablet PARAMETER KRITIS PROSES PRODUKSI TABLET 1. Penimbangan Parameter kritis dalam proses penimbangan adalah kebersihan alat timbangan. Hal ini sangat penting untuk menilai kontaminasi dari bahanbahan yang akan ditimbang. Setiap melakukan penimbangan, alat harus selalu dibersihkan agar tidak tercampur dengan bahan-bahan selanjutnya yang akan ditimbang. 2. Pengayakan Parameter kritis dalam proses pengayakan antara lain : a. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna. b. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak. c. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu. d. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang paling kasar. 3. Pencampuran a. Pencampuran awal (Sebelum dilubrikasi). Parameter kritis dari tahapan proses ini yang perlu divalidasi adalah lama pencampuran (mixing time). Hal ini sangat kritis untuk menjamin distribusi zat berkhasiat homogen dalam campuran suatu sediaan yang divalidasi. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 titik yang ditentukan dalam drum mixer. Pengujian parameter kritis yang dilakukan adalah LOD dan uji homogenitas (penetapan kadar zat berkhasiat). b. Pencampuran akhir (Setelah dilubrikasi). Parameter kritis dari tahapan proses ini yang perlu divalidasi adalah waktu pencampuran akhir. Hal ini sangat kritis untuk menjamin keseragaman kandungan suatu batch. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 titik yang ditentukan dalam drum mixer. Pengujian parameter kritis yang dilakukan adalah LOD dan uji homogenitas (penetapan kadar zat berkhasiat). Hasil yang diperoleh dari pencampuran awal dan akhir adalah tidak ada perbedaan bermakna dari hasil pengujian parameter kritis, baik LOD maupun uji homogenitas. Hal ini membuktikan bahwa drum mixer yang digunakan dapat menjamin distribusi zat berkhasiat dengan homogen terhadap lama pencampuran yang ditentukan. 4. Granulasi a. Jumlah bahan pengikat. Jumlah bahan pengikat yang ditambahkan sangat mempengaruhi konsistensi granul basah yang terbentuk. Jika jumlah bahan pengikat yang ditambahkan terlalu banyak dapat menyebabkan over wetting (granul terlalu basah). Granul yang terlalu basah menyebabkan granul susah diayak dan butuh pengeringan yang lebih lama untuk memperoleh granul kering dengan kadar air yang diinginkan.. Untuk mengetahui jumlah bahan pengikat yang digunakan dalam proses granulasi basah antara lain : snow ball consistency, banana breaking test, soil humidity test. Pada tahap pembasahan granulasi basah (zat aktif + zat pengisi + zat pengawet + larutan pengikat) terjadi proses sesuai pada gambar di bawah ini b. Waktu pencampuran. Waktu pencampuran sangat mempengaruhi keseragaman zat aktif yang terkandung dalam granul basah atau pun pada granul kering. Dengan waktu pencampuran yang tepat diharapkan terjadi pencampuran yang efektif antara zat aktif dengan zat tambahan lainnya sehingga terbentuk campuran yang homogen dan memiliki sifat alir yang baik. c. Ukuran Penyaring. Ukuran penyaring mempengaruhi ukuran dari granul yang dihasilkan. Ukuran granul yang dihasilkan harus seragam, mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. 5. Pengeringan Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha–usaha untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini perpindahan air keluar dari bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kecepatan pengeringan maksimum, yaitu : a. Luas permukaan. Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipoton-potong untuk mempercepat pengeringan. b. Suhu. Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan berlangsung juga dengan cepat. c. Kecepatan udara. Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan. d. Kelembaban udara. Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan pangan mempunyai keseimbangan kelembaban udara masing–masing, yaitu kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir. e. Tekanan atm dan vakum. 100ºC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu lebih rendah dari 100°C. f. Waktu. Waktu perngeringan berhubungan erat dengan kadar air yang terkandung dalam kadar air. Dengan Kadar air yang tepat maka akan mempermudah pada proses pengempaan ataupun pencetakan. Jika granul yang dihasilkan terlalu basah, maka dapat menyebabkan lengketnya granul pada proses pencetakan. Sebaliknya jika granul yang dihasilkan terlalu kering, maka dapat menyebabkan capping pada proses pencetakan. Selama pengeringan dan lamanya waktu pengeringan dikontrol karena kedua faktor ini dapat berpengaruh terhadap kandungan air dalam granul kering. Kandungan air sisa dalam granul untuk setiap bahan aktif tidak sama, air sisa ini berguna untuk mengaktifkan kembali sifat/fungsi bahan pengikat disamping untuk mencegah timbulnya muatan elektrostatik sewaktu pencetakan Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan. 6. Pencetakan Parameter kritis dari tahapan proses ini yang perlu divalidasi adalah tekanan dan kecepatan pencetakan. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/ disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. Pengujian parameter kritis yang dilakukan adalah kekerasan, ketebalan, keseragaman bobot, waktu hancur, friability, penetapan kadar zat berkhasiat dan disolusi. Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan validasi proses tersebut adalah tidak ada perbedaan bermakna dari hasil pengujian parameter kritis dari tiap tahapan proses ketiga batch berturutturut. Tekanan kompresi adalah aplikasi daya, tekanan, atau tenaga terhadap suatu objek yang menyebabkan ia menjadi diperas, terjepit, atau dipadatkan. Tahap kompresi dari proses kompresi tablet membentuk tablet. Tahap ini melibatkan menyatukan pukulan atas dan bawah di bawah tekanan dalam die untuk membentuk tablet. Sebagai pukulan memasuki tahap kompresi, pukulan atas dan bawah bergerak di antara dua roda besar yang disebut tekanan gulungan. Tekanan ini gulungan mendorong pukulan bersama untuk membentuk tablet. Jarak antara pukulan atas dan bawah menentukan ketebalan dan kekerasan tablet. Ketika pukulannya berdekatan, dihasilkan tablet yang tipis dan keras. Ketika pukulannya jauh dan terpisah, tablet yang dibuat lebih lembut dan lebih tebal. Keseimbangan yang tepat dari ketebalan dan kekerasan menentukan roll jarak optimal untuk setiap produk tertentu. Penyesuaian ini dilakukan sambil menjaga berat tablet tetap konstan. 7. Pengemasan Primer (Strip) Bagian mesin strip yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin, berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuksealing. Bagian sealing berfungsi untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan panas tinggi sehingga rapat. Metode Pengujian I. Pemeriksaan Fisik a. Pemerian Organoleptik 1. Parameter Spesifikasi Organoleptik Cairan jernih, homogen, tidak berbau Hasil b. Viskositas 1. Parameter Spesifikasi Viskositas 1-100 cps Hasil Kesimpulan: Memenuhi Spesifikasi (MS)/Tidak Memenuhi Spesifikasi (TMS)* FI V <1051> c. Osmolaritas 1. Parameter Spesifikasi Osmolaritas 260-330 mOsm/kg Hasil Kesimpulan: Memenuhi Spesifikasi (MS)/Tidak Memenuhi Spesifikasi (TMS)* FI V <941> d. Keseragaman kandungan 1. Parameter Spesifikasi Keseragaman Kandungan 10 unit sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1% (15%) Hasil Kesimpulan: Memenuhi Spesifikasi (MS)/Tidak Memenuhi Spesifikasi (TMS)* USP 39 <905> II. Pemeriksaan Kimia a. Penetapan Kadar 1. Parameter Spesifikasi Hasil Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5% Kadar C18H20FN3O4dari jumlah yang tertera pada etiket Kesimpulan: Memenuhi Spesifikasi (MS)/Tidak Memenuhi Spesifikasi (TMS)* (USP 39: 5123) b. Uji pH Parameter Spesifikasi pH 6 –7 Hasil Kesimpulan: Memenuhi Spesifikasi (MS)/Tidak Memenuhi Spesifikasi (TMS)* FI V <1071> c. Kandungan Pengawet 1. Ukur dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (panjang gelombang maksimum 215 nm). Parameter Spesifikasi Kandungan Pengawet Tidak lebih dari 20 %dari jumlah yang tertera pada etiket Hasil Kesimpulan: Memenuhi Spesifikasi (MS)/Tidak Memenuhi Spesifikasi (TMS)* (E-Journal of Chemistry) III. Pemeriksaan Mikrobiologi a. Uji Sterilisasi Parameter Spesifikasi Uji Sterilisasi Bebas dari mikroorganisme (steril) Hasil Kesimpulan: Memenuhi Spesifikasi (MS)/Tidak Memenuhi Spesifikasi (TMS)* FI V <71> DAFTAR PUSTAKA Badan POM, 2012, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta: BPOM RI. Badan POM RI, 2013, Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2012 Jilid I, Jakarta: Badan POM RI Badan POM RI, 2013, Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2012 Jilid II, Jakarta: Badan POM RI Badan POM, 2018, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta: BPOM RI. DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Kurniasari. Linda, 2010,EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN TETES TELINGA PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP KIMIA FARMA RSUP, Sanjoyo, R., 2010, Obat (Biomedik Farmakologi), http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf, diakses tanggal 14 Oktober 2020. Simpson, K.L. (2004). Ofloxacin otic solution: A review of its use in the management of ear infections. Drugs. New Zealand. United States Pharmacopea 39 Warkad Pr, Joshi, Wagdakir M, Kakad. 2014. Procces Validation pf Steril Product.International Journal for Pharmaceutical Research Scholar. ISSN No. 2277-7873