PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN B) Jika kau datang belajar dengan bergembira, Maka ilmu akan menyambutmu dengan tertawa... Outline Fasilitas di Bidang PPN PPnBM Restitusi PPN Pemungut PPN FASILITAS PPN Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN Barang/Jasa Kena PPN BKP dan JKP Non-BKP dan Non-JKP Tidak Dipungut Tidak Kena PPN Dibebaskan Fasilitas di Bidang PPN (Pasal 16B UU PPN) PAJAK TERUTANG TIDAK DIPUNGUT SEBAGIAN/SELURUHNYA PAJAK TERUTANG DIBEBASKAN SEMENTARA WAKTU/SELAMANYA Pajak Masukan atas perolehannya dapat dikreditkan Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan 1 Fasilitas PPN di Kawasan Berikat 2 Proyek Pemerintah yang dananya berasal dari hibah/bantuan luar negeri 1 Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP Tertentu 2 Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu yang bersifat Strategis 3 Fasilitas PPN di Kawasan Bebas (Batam, Bintan, Karimun) KAWASAN BERIKAT PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdtd PMK Nomor 44/PMK.04/2012 Tempat Penimbunan Berikat TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT Suatu bangunan tempat kawasan Yg memenuhi persyaratan tertentu Untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu Dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk PMK No 147/PMK.04/2011 stdd PMK No 44/PMK.04/2012 Tempat Penimbunan Berikat PP Nomor 32 tahun 2009 Tempat Penimbunan Berikat dapat berbentuk: • Gudang Berikat; • Kawasan Berikat; • Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat; • Toko Bebas Bea; • Tempat Lelang Berikat; atau • Kawasan Daur Ulang Berikat. Pengawasan sepenuhnya merupakan wewenang DJBC Kawasan Berikat KAWASAN BERIKAT Tempat Penimbunan Berikat Untuk menimbun barang impor Dan/atau barang yg berasal dari TLDDP Diolah atau digabungkan Hasilnya terutama utk diekspor PMK No 147/PMK.04/2011 stdd PMK No 44/PMK.04/2012 Definisi Umum Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) Pengusaha Kawasan Berikat Pengusaha di Kawasan berikat merangkap Penyelenggara di Kawasan Berikat (PDKB) adalah badan hukum yang melakukan kegiatan menyediakan dan mengelola kawasan untuk kegiatan pengusahaan Kawasan Berikat badan hukum yang melakukan kegiatan pengusahaan Kawasan Berikat badan hukum yang melakukan kegiatan pengusahaan Kawasan Berikat yang berada di dalam Kawasan Berikat milik Penyelenggara Kawasan Berikat yang statusnya sebagai badan hukum yang berbeda Fasilitas Perpajakan di Kawasan Berikat (Pasal 14 ayat (1) PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdd PMK Nomor 44/PMK.04/2012) PPN dan PPh Pasal 22 Impor tidak dipungut atas: 1. Impor Bahan Baku dan Bahan Penolong untuk diolah lebih lanjut; 2. Impor Barang Modal yang dipergunakan di Kawasan Berikat; 3. Impor Peralatan perkantoran; 4. Pemasukan Barang Hasil Produksi Kawasan Berikat lain untuk diolah lebih lanjut 5. Impor kembali barang hasil produksi Kawasan Berikat 6. Pemasukan kembali barang hasil produksi Kawasan Berikat dari Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat (TPPB) 7. Impor barang jadi untuk digabungkan dengan barang hasil produksi Kawasan Berikat yang semata-mata untuk diekspor; 8. Impor pengemas dan alat bantu pengemas untuk menjadi satu kesatuan dengan barang hasil produksi Kawasan Berikat. Fasilitas Perpajakan di Kawasan Berikat (Pasal 14 ayat (2) PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdd PMK Nomor 44/PMK.04/2012) PPN dan PPnBM tidak dipungut atas pemasukan barang dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP), yaitu: 1. Pemasukan barang ke Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut; 2. Pemasukan kembali barang dan Hasil Produksi Kawasan Berikat dalam rangka subkontrak dari Kawasan Berikat lain atau perusahaan industri di TLDDP ke Kawasan Berikat; 3. Pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding) dalam rangka peminjaman dari Kawasan Berikat lain atau perusahaan di TLDDP ke Kawasan Berikat; 4. Pemasukan Hasil Produksi Kawasan Berikat lain, atau perusahaan di TLDDP yang Bahan Baku untuk menghasilkan hasil produksi berasal dari tempat lain dalam daerah pabean, untuk diolah lebih lanjut oleh Kawasan Berikat; 5. Pemasukan hasil produksi yang berasal dari Kawasan Berikat lain, atau perusahaan di TLDDP yang Bahan Baku untuk menghasilkan hasil produksi tersebut berasal dari TLDDP, yang semata-mata akan digabungkan dengan barang Hasil Produksi Kawasan Berikat untuk diekspor; atau 6. Pemasukan pengemas dan alat bantu pengemas dari TLDDP. Mandatory Fasilitas PPN Mandatory/wajib Pengusaha Kawasan Berikat BKP PKP di TLDDP Dalam hal fasilitas PPN tidak digunakan (PPN dibayar/dipungut) maka PPN yang dibayar tersebut tidak dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kawasan Berikat Pengusaha Kawasan Berikat yang juga berstatus sebagai WP Patuh atau PKP Berisiko Rendah tidak dapat memanfaatkan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (1) X Co. Pengusaha Kawasan Berikat PK 0 PM 0 Nihil 0 Impor BKP mendapat fasilitas PPN tidak dipungut Y Co PKP di TLDDP Pembelian BKP mendapat fasilitas PPN tidak dipungut PK PM LB 0 8 8 restitusi Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (2) X Co. Impor BKP mendapat fasilitas PPN tidak dipungut Pengusaha Kawasan Berikat Pembelian BKP mendapat fasilitas PPN tidak dipungut Pembeli PKP di TLDDP Apabila hasil produksi Kawasan Berikat dijual ke dalam negeri, maka Fasilitas PPN tidak dipungut atas impor dan pembelian barang harus dibayar Atas penjualan tersebut tetap dipungut PPN dalam negeri (Pajak Keluaran) HIBAH LUAR NEGERI PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI IMPOR BKP BKP TDK BERWUJUD JKP FP PPN & PPnBM TDK DIPUNGUT BANTUAN LN FP BKP/JKP SUBKONTRAKTOR KONSULTAN PEMASOK BKP/JKP PPN PM YANG DAPAT DIKREDITKAN KONTRAKTOR UTAMA PEMERINTAH FP dibubuhi cap : PPN & PPnBM TDK DIPUNGUT SESUAI PP NO. 42 TAHUN1995 DASAR HUKUM & JUKLAK PP No.42/1995 jo Kepmenkeu No.239/KMK.04/1995, 1- 4- 1995 ; SE-19/PJ.53/1996, 4 - 6 - 1996 (SERI PPN 34-95) 18 PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI DANA PENDAMPING APBN PROYEK PEMERINTAH YG DANANYA DARI BANTUAN LUAR NEGERI DAN DANA PENDAMPING APBN/APBD/DANA LAIN (Kepmenkeu Nomor 239/KMK.01/1996, 1-4-1996) Penyerahan/Pembayaran Termijn Proyek Yang Dananya Dari Luar Negeri : 1. PPN & PPnBM TDK DIPUNGUT 2. FP Dibuat & Dibubuhi Cap : “PPN & PPnBM Tidak Dipungut Sesuai PP No. 42 Tahun 1995” 3. SSP Tidak Perlu Dibuat Penyerahan/Pembayaran Termijn Proyek Dengan Dana Pendamping Dari APBN/APBD/Sumber Dana Lainnya : 1. PPN & PPnBM WAJIB DIPUNGUT 2. Faktur Pajak Dibuat 3. SSP Dibuat KAWASAN BEBAS PP Nomor 10 Tahun 2012 dan PMK Nomor 62 Tahun 2012 Kawasan Bebas di Indonesia Pasal 1 angka 1 UU No. 36 Tahun 2000 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Cukai Sabang Batam Perpu No. 2 Tahun 2000 PP No.46 Tahun 2007 Bintan Karimun PP No.47 Tahun 2007 PP No.48 Tahun 2007 Pengaturan Fasilitas Fiskal PP 10 Tahun 2012 • Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas wajib dilakukan di Pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, yakni yang telah mendapatkan izin dari Menteri Perhubungan dan telah mendapatkan penetapan sebagai Kawasan Pabean (Pasal 2 ayat (2) dan (3)) • Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 ayat (1)) ; • Penyerahan barang di Kawasan Bebas dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 4 ayat(2)); • Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean diberikan pembebasan bea masuk, pembebasan PPN, tidak dipungut PPh Pasal 22 UU PPh, dan/atau pembebasan cukai ; Perlakuan Perpajakan di Kawasan Bebas Daerah Pabean Luar Daerah Pabean Kawasan Bebas (KB) Lainnya PPN/PPnBM Dibebaskan Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP) PPN/PPnBM Dibebaskan Kawasan Bebas (KB) PPN/PPnBM tidak Dipungut B A contoh: jakarta PPN/PPnBM Dibebaskan PPN Dibebaskan PPN/PPnBM DN dikenakan BM, PPh Psl 22 dibayar PPN/PPnBM tidak dipungut PPN/PPnBM tidak dipungut TPB/KEK Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (1) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (1)) Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (2)) Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya, dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (3)) Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean, dikenai PPN (Pasal 33 ayat (4)) Dikecualikan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk penyerahan Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (5)) Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (6)) Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (2) Penyerahan Jasa Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas yang penyerahannya dilakukan di tempat lain dalam Daerah Pabean, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (7)) Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (8)) Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan PPN, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (9)) Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tertentu dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (10)) Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (11)) Pengaturan Jasa Angkutan Udara (Pasal 34 PP 10/2012 dan Pasal 7 PMK 62/2012) 1. Atas penyerahan jasa angkutan udara di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN 2. Atas penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, dikenai PPN 3. Atas penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean, dikenai PPN Pengaturan Jasa Telekomunikasi (Pasal 35 PP 10/2012 dan Pasal 8 PMK 62/2012) 1. Atas penyerahan jasa telekomunikasi di dalam kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN 2. Atas penyerahan jasa telekomunikasi dari tempat lain dalam Daerah Pabean atau Tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas, dikenai PPN 3. Atas penyerahan jasa telekomunikasi dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean atau Tempat Penimbunan Berikat, dikenai PPN 4. Dikecualikan dari ketentuan pengenaan PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (2), atas penyerahan jasa telekomunikasi dengan menggunakan jaringan berkabel (fixed line) di Kawasan Bebas Pokok-Pokok Perubahan PMK Nomor 62/PMK.03/2012 Merupakan pengganti PMK Nomor 45/PMK.03/2009 jo PMK Nomor 240/PMK.03/2009 Perubahan batas waktu pengeluaran/pemasukan kembali BKP untuk transaksi tertentu yang semula paling lama 6 bulan menjadi 12 bulan sejak tanggal Pemberitahuan Pabean (Pasal 3 ayat 2 dan 3 PMK) Pengecualian dari pengenaan PPN untuk pengeluaran BKP dengan tujuan angkut terus atau angkut lanjut dari TLDDP ke Kawasan Bebas (Pasal 4 PMK) Pengaturan lebih lanjut atas jasa angkutan udara (Pasal 7 PMK) dan jasa telekomunikasi (Pasal 8 PMK) yang dikenakan dan tidak dikenakan PPN. Pengaturan atas Jasa Kena Pajak yang dikenai PPN dan Jasa Kena Pajak tertentu yang tidak dipungut PPN (Pasal 10 PMK) BKP/JKP TERTENTU PP Nomor 146 tahun 2000 stdtd PP Nomor 38 Tahun 2003 Impor BKP Tertentu Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Senjata, amunisi, alat angkutan di air, bawah air, udara, darat, kend lapis baja, kend patroli & angkutan khusus lainnya serta suku cadang yg diimpor oleh Dephan, TNI, Polri, atau pihak lain yg ditunjuk dan Komponen/bahan yg belum dibuat di dlm negeri yg diimpor oleh PT Pindad untuk pembuatan senjata & amunisi untuk Dephan, TNI atau Polri Vaksin polio dalam rangka PIN buku pelajaran umum, agama dan kitab suci Kapal laut, kapal angkut sungai, danau, penyeberangan sungai, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang; dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran/ keselamatan manusia, yg diimpor & digunakan oleh perusahaan: a) pelayaran niaga nasional; b) penangkapan ikan nasional; c) penyelenggara jasa kepelabuhanan nasional; d) penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, & penyeberangan nasional Pswt udara & sk cadang serta alat keselamatan penerbangan/ keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan/pemeliharaan yg digunakan oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional, dan suku cadang serta peralatan perbaikan/ pemeliharaan pesawat udara yg diimpor oleh pihak yg ditunjuk oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional Kereta api & sk cadang serta peralatan untuk perbaikan/ pemeliharaan serta prasarana yg diimpor oleh PT Kereta Api Indonesia, dan komponen/bahan yang diimpor oleh pihak yg ditunjuk oleh PT KAI yg digunakan untuk pembuatan kereta api, sk cadang untuk perbaikan/ pemeliharaan serta prasaranana yg digunakan oleh PT KAI Peralatan berikut suku cadang yg digunakan oleh Dephan, TNI untuk penyediaan data batas & photo udara wilayah NKRI untuk mendukung pertahanan nasional, yg diimpor oleh Dephan, TNI atau pihak lain yg ditunjuk Penyerahan BKP Tertentu Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Senjata, amunisi, alat angkutan di air, bawah air, udara, darat, kend lapis baja, kend patroli & angkutan khusus lainnya serta suku cadang yg diimpor oleh Dephan, TNI, Polri, atau pihak lain yg ditunjuk dan komponen/bahan yg belum dibuat di dlm negeri yg diimpor oleh PT Pindad untuk pembuatan senjata & amunisi untuk Dephan, TNI atau Polri Vaksin polio dalam rangka PIN buku pelajaran umum, agama dan kitab suci Kapal laut, kapal angkut sungai, danau, penyeberangan sungai, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang; dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran/ keselamatan manusia, yg diimpor & digunakan oleh perusahaan: a) pelayaran niaga nasional; b) penangkapan ikan nasional; b) penyelenggara jasa kepelabuhanan nasional; d) penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, & penyeberangan nasional Pswt udara & sk cadang serta alat keselamatan penerbangan/ keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan/pemeliharaan yg digunakan oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional, dan suku cadang serta peralatan perbaikan/ pemeliharaan pswt udara yg diimpor oleh pihak yg ditunjuk oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional Kereta api & sk cadang serta peralatan untuk perbaikan/ pemeliharaan serta prasarana yg diimpor oleh PT Kereta Api Indonesia, dan komponen/bahan yang diimpor oleh pihak yg ditunjuk oleh PT KAI yg digunakan untuk pembuatan kereta api, sk cadang untuk perbaikan/ pemeliharaan serta prasaranana yg digunakan oleh PT KAI Peralatan berikut sk cadang yg digunakan oleh Dephan, TNI untuk penyediaan data batas & photo udara wilayah NKRI untuk mendukung hanas, yg diimpor oleh Dephan, TNI atau pihak lain yg ditunjuk Rumah sederhana, RSS, Rumah Susun sederhana, Pondok Boro, asrama mahasiswa & pelajar serta perum lainnya yang batasannya ditetapkan oleh Menkeu setelah mendengar pertimbangan Menkimpraswil Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya (PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 125/PMK.011/2012) Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah rumah yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan: 1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi); 2. harga jual tidak melebihi: a. Rp 88.000.000 yg meliputi wilayah Sumatera, Jawa, dan Sulawesi, tidak termasuk Batam, Bintan, Karimun, Jabodetabek; b. Rp 95.000.000 yg meliputi wilayah Kalimantan, Maluku, NTT, dan NTB; c. Rp 145.000.000 yg meliputi wilayah Papua dan Papua Barat; dan d. Rp 95.000.000 yg meliputi wilayah Jabodetabek, Bali, Batam, Bintan, Karimun. 3. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki. Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya (PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 125/PMK.011/2012) • Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan: a) harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah); b) luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh satu meter persegi); c) pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; dan d) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki. • Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh. Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya (PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 125/PMK.011/2012) • Asrama Mahasiswa dan Pelajar yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh universitas atau sekolah, perorangan dan atau Pemerintah Daerah yang diperuntukkan khusus untuk pemondokan pelajar atau mahasiswa, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh. • Perumahan Lainnya yang dibebaskan dari pengenaan PPN meliputi: • Rumah Pekerja, yaitu tempat hunian, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh suatu perusahaan, diperuntukkan bagi karyawannya sendiri dan bersifat tidak komersil, yang memenuhi ketentuan RS, RSS, atau Rusuna, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh; • Bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam nasional Penyerahan JKP Tertentu Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional, yang meliputi: a.Jasa persewaan kapal; b. Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; c. Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:a.Jasa persewaan pesawat udara; b. Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan (RS, RSS, Rusuna, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa/Pelajar, & Perumahan Lainnya) dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana; dan Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional BKP STRATEGIS PP Nomor 12 Tahun 2001 stdtd PP Nomor 31 Tahun 2007 Impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN a. b. c. d. e. f. g. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang; Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak barang hasil pertanian; Tidak Memerlukan SKB PPN bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan Tidak Memerlukan SKB PPN listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) watt; dan Tidak Memerlukan SKB PPN Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI). Tidak Memerlukan SKB PPN adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang: pertanian, perkebunan dan kehutanan; peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses lebih lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran PP ini PPnBM Barang Mewah • bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau • barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau • pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau • barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; Dasar Pertimbangan Pengenaan PPnBM DASAR PERTIMBANGAN PENGENAAN PPn BM Penjelasan Ps. 5 (1) ATAS PENYERAHAN BKP YANG TERGOLONG MEWAH OLEH PRODUSEN ATAU ATAS IMPOR BKP YANG TERGOLONG MEWAH, DI SAMPING DIKENAKAN PPN, JUGA DIKENAKAN PPn BM DENGAN PERTIMBANGAN PERLU KESEIMBANGAN PEMBEBANAN PAJAK ANTARA KONSUMEN YANG BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN KONSUMEN YANG BERPENGHASILAN TINGGI PERLU ADANYA PENGENDALIAN POLA KONSUMSI ATAS BKP YANG TERGOLONG MEWAH PERLU ADANYA PERLINDUNGAN TERHADAP PRODUSEN KECIL ATAU TRADISIONAL PERLU UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA Karakteristik PPnBM Karakteristik PPnBM pungutan tambahan disamping PPN dipungut hanya satu kali yaitu pada saat impor BKP atau penyerahan BKP oleh Pabrikan tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM yg dipungut Meskipun demikian, apabila eksportir mengekspor BKP yang tergolong mewah, PPnBM yang dibayar saat perolehan nya Dapat Diminta Kembali PPn BM yang dibayar menjadi unsur DPP (harga pokok) untuk penghitungan PPN berikutnya Objek PPnBM Ps. 5 (1) PPn BM DIKENAKAN ATAS PENYERAHAN BKP YANG TERGOLONG MEWAH IMPOR BKP YANG TERGOLONG MEWAH OLEH PENGUSAHA YANG MENGHASILKAN BKP YANG TERGOLONG MEWAH DALAM DAERAH PABEAN DALAM KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN PENGUSAHA PPn BM DIKENAKAN HANYA SATU KALI PADA WAKTU PENYERAHAN BKP YANG TRGOLONG MEWAH OLEH PKP YANG MENGHASILKAN BARANG MEWAH ATAU PADA WAKTU IMPOR Ps. 5 (2) 42 Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah Tarif PPn BM paling rendah 10% dan paling tinggi 200%. Pengelompokan Barang Mewah meliputi : -Kendaraan Bermotor, -Selain Kendaraan Bermotor, Sebelum 1 April 2010 tarif PPnBM sebesar 10% s.d 75% Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah Dengan PP ditetapkan kelompok BKP Yang Tergolong Mewah yang dikenakan PPnBM Macam dan jenis BKP Yang Tergolong Mewah ditetapkan dengan PMK Pengelompokan Barang yang tergolong mewah Kelompok BKP selain kendaraan bermotor Kelompok BKP kendaraan bermotor PMK-620/PMK.03/2004 sdtd. PMK-103/PMK.03/2009 KMK-355/KMK.03/2003 Dibagi dalam 6 kelompok tarif yaitu : 1. 10% 2. 20% 3. 30% 4. 40% 5. 50% 6. 75% Dibagi dalam 7 kelompok tarif yaitu : 1. 10% 2. 20% 3. 30% 4. 40% 5. 50% 6. 60% 7. 75% Kelompok kendaraan yang dikecualikan dr pengenaan PPnBM (dibebaskan) Pengenaan PPnBM Kendaraan Bermotor JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (KMK-355/KMK.03/2003) PPnBM dikenakan atas Impor Kendaraan CBU berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi, kendaraan Double Cabin, Kendaraan khusus, kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas silinder lebih dari 250 CC. Penyerahan kendaraan hasil perakitan/produksi di dalam Daerah Pabean berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi, kendaraan Double Cabin, kendaraan khusus, kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas silinder lebih dari 250 CC. Penyerahan kendaraan bermotor berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi dan kendaraan Double Cabin hasil pengubahan dari Kendaraan sasis atau Kendaraan pengangkutan barang. JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK DIKENAKAN PPnBM PPnBM tidak dikenakan IMPOR ATAU PENYERAHAN KBM DALAM BENTUK SASIS DALAM BENTUK CKD UNTUK ANGKUTAN BARANG BERODA DUA Dg. KAPASITAS ISI SILINDER 250 CC UTK PENGANGKUTAN > 16 ORANG JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIBEBASKAN DARI PPnBM DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPnBM IMPOR ATAU PENYERAHAN KBM YG. DIGUNAKAN UTK KENDARAAN : • AMBULAN ; • JENASAH ; • PEMADAM KEBAKARAN ; • TAHANAN ; • ANGKUTAN UMUM YG. DIGUNAKAN UTK KEPERLUAN PATROLI TNI/POLRI YG. DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN PROTOKOLER KENEGARAAN KBM Angkutan Orang Untuk 10 Orang atau Lebih TERMASUK Pengemudi dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (Diesel/Semi Diesel) Dg. Semua Kapasitas isi Silinder yg. digunakan utk Kend. Dinas TNI/POLRI. Pembebasan PPnBM PEMBEBASAN PPnBM WAJIB MEMILIKI SKB 5 Tahun DIPINDAHTANGANKAN/ DIUBAH PERUNTUKANNYA PPnBM wajib dibayar kembali 1 Bulan TERBIT SKPKB Jika Tidak Dibayar Penghitungan PPnBM PENYERAHAN DALAM NEGERI: PPnBM = TARIF PPnBM x HARGA JUAL IMPOR: PPnBM = TARIF PPnBM x NILAI IMPOR TERDAPAT HUBUNGAN ISTIMEWA: PPnBM = TARIF PPnBM x HARGA PASAR WAJAR PENGENAAN PPn BM ATAS KENDARAAN BERMOTOR (KEP-540/PJ./2000, 29 Desember 2000) PENGHITUNGAN PPN &/ PPnBM ATASIMPOR KBM ATAS PENY. KBM DI DPI (Non impor KBM) PPN = 10% X N.Impor PPnBM = tarif PPnBM x N.Impor DPP utk N.Impor TIDAK TMSK PPN & PPnBM Oleh Pabrikan or Pihak yg M’hsk. KBM PPN = 10% X HJ PPnBM = tarif PPnBM X HJ Berlaku untuk KBM Impor CBU DPP utk. HJ TIDAK TMSK PPN & PPnBM Untuk Impor CKD Belum Terhutang PPnBM HJ yg dipakai utk menghitung PPN atas peny.KBM yg tergolong mewah kepada pembeli yg mempunyai SKB PPnBM TIDAK termasuk PPnBM yg telah dipungut Oleh SELAIN Pabrikan or Pihak yg M’hsk. KBM PPN = 10% X HJ DPP utk. HJ TMSK PPnBM yg Dikenakan Atas Peny. Dr.Pabrikan/atas Impor KBM mewah Contoh Kasus PT Perkusi adalah pabrikan perlengkapan elektronik, antara lain produknya adalah AC yang atas penyerahannya terutang PPN 10% dan PPnBM 20%. PT Perkusi menyerahkan sejumlah AC-2½ PK kepada PT Ambara dengan Harga Jual per-unit Rp 4.000.000,00. Kemudian oleh PT Ambara sebagian dari AC tersebut diserahkan kepada toko elektronik “Kencana” dengan memperhitungkan nilai tambah sebesar Rp 300.000,00. Toko elektronik “Kencana” ketika menyerahkan kepada konsumen akhir mengambil laba sebesar Rp500.000,- Penghitungan Pajak Harga yang harus dibayar oleh Toko Kencana sebesar Rp 5.610.000 ( + PPN Rp 510.000) Contoh mekanisme pemungutan PPN dan PPn BM Untuk kendaraan impor dalam keadaan CBU: Importir Kendaraan Bermotor Distributor DEALER SUBDEALER Impor: -Nilai Impor: 200 -PPN (10%) : 20 -PPnBM (50%) : 100 -Harga : 320 Pembelian: -DPP: 320 -PPN (10%) : 32 -Harga : 352 Pembelian: -DPP: 340 -PPN (10%) : 34 -Harga : 374 Pembelian: -DPP: 360 -PPN (10%) : 36 -Harga : 396 Penyerahan: -Harga Beli: 200 -Keuntungan: 20 -PPnBM dibayar: 100 -Harga Jual : 320 -PPN (10%) : 32 -Harga : 352 Penyerahan: -Harga Beli: 320 -Keuntungan: 20 -Harga Jual : 340 -PPN (10%) : 34 -Harga : 374 Penyerahan: -Harga Beli: 340 -Keuntungan: 20 -Harga Jual : 360 -PPN (10%) : 36 -Harga : 396 Penyerahan: -Harga Beli: 360 -Keuntungan: 20 -Harga Jual : 380 -PPN (10%) : 38 -Harga : 418 Restitusi Pengkreditan Pajak Masukan Pasal 9 UU PPN jo PMK-72/PMK.03/2010 Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya Ayat (4) Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku Ayat (4a) kecuali a. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; b. PKP yang melakukan penyerahan BKPdan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN; c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut; d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor JKP, dan/atau f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) Ayat (4b) Pengembalian PPN Pasal 9 UU PPN jo PMK-72/PMK.03/2010 Pengembalian kelebihan PM kepada PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a sampai dengan huruf e, yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) UU 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya Ayat (4c) Ketentuan mengenai PKP berisiko rendah yang diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Ayat (4d) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4c) dan menerbitkan surat ketepan pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak Ayat (4e) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4e), Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya PKP Risiko Rendah Untuk ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah harus memenuhi syarat : a. PKP merupakan perusahaan terbuka yg paling sedikit 40 % dari seluruh saham disetornya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia b. PKP merupakan perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara langsung oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah c. Produsen selain PKP pada huruf a dan b, yang memenuhi persyaratan : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan dlm jangka waktu 24 bulan terakhir Tepat waktu dlm penyampaian SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir Nilai BKP yg dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75 % adalah produksi sendiri Laporan keuangan untuk 2 tahun pajak sebelumnya diaudit Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian Pengembalian Pendahuluan PKP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah PKP yang memenuhi ketentuan : Telah ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah WP Patuh (Pasal 17C UU KUP) PMK-71/PMK.03/2010 WP Kecil (Pasal 17D UU KUP) PMK-193/PMK.03/2007 stdd PMK54/PMK.03/2009 dan melakukan kegiatan: ekspor BKP; SPT Tepat waktu; Omzet < Rp400 juta; dan penyerahan BKP/JKP kpd Pemungut PPN; Tdk ada tunggakan pajak, kec ada izin angsur/tunda; LB < Rp28 juta penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya tidak dipungut; Hasil audit KAP WTP 3 tahun berturut; dan ekspor BKP TB; atau ekspor JKP Tdk dipidana pajak 5 tahun terakhir; Skema Restitusi PPN PM > PK KOMPENSASI (Psl 9 ayat (4)) Kriteria Resiko Kriteria Wajib Pajak PKP juga berstatus WP Patuh (17C) atau WP Kecil (17D) Restitusi akhir tahun buku, selain PKP: 1. Eksportir 2. Penyerahan kpd Pemungut 3. Penyerahan yg PPN-nya Tidak Dipungut 4. Ekspor JKP/ BKP Tidak Berwujud 5. Belum berproduksi PKP tidak berstatus WP Patuh (17C) atau WP Kecil (17D) (Psl 9 ayat (4a)) Produk Hukum Dalam hal diperiksa, terdapat KB Sanksi Dasar Hukum Proses Pengembalian Jangka Waktu Pengembalian Pendahuluan (Psl 17C/17D UU KUP) 1 bulan SKPPKP Kenaikan 100% SKPKB Psl 17C (5) atau 17D (5) UU KUP Pemeriksaan (Psl 17B (1) UU KUP) 12 bulan SKPLB Kenaikan 100% SKPKBT Psl 15 (2) UU KUP Pemeriksaan (Psl 17B (1) UU KUP) 12 bulan SKPLB Kenaikan 100% SKPKBT Psl 15 (2) UU KUP PKP tidak berstatus WP Patuh (17C) atau WP Kecil (17D) Pengembalian Bunga 2% Psl 9 (4f) UU Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan PPN (Psl 17C UU KUP) max 24 bulan PKP juga berstatus WP Patuh (17C) atau WP Kecil (17D) Pengembalian Bunga 2% Psl 9 (4f) UU Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan PPN (Psl 17C UU KUP) max 24 bulan PKP tidak berstatus WP Patuh (17C) atau WP Kecil (17D) Pemeriksaan (Psl 17B (1) UU KUP) 12 bulan SKPLB Kenaikan 100% SKPKBT Psl 15 (2) UU KUP Pengembalian Pendahuluan (Psl 17C/17D UU KUP) 1 bulan SKPPKP Kenaikan 100% SKPKB Psl 17C (5) atau 17D (5) UU KUP Pemeriksaan (Psl 17B (1) UU KUP) 12 bulan SKPLB Kenaikan 100% SKPKBT Psl 15 (2) UU KUP Resiko Rendah Restitusi setiap Masa Pajak, oleh PKP: 1. Eksportir 2. Penyerahan kpd Pemungut 3. Penyerahan yg PPN-nya Tidak Dipungut 4. Ekspor JKP/ BKP Tidak Berwujud 5. Belum berproduksi (Psl 9 ayat (4b)) Non Resiko Rendah PKP juga berstatus WP Patuh (17C) atau WP Kecil (17D) Pemungut PPN Skema Umum Pemungutan PPN NEGARA PPN Harga + PPN PENJUAL PKP Faktur Pajak PEMBELI Barang/ Jasa 61 Skema Pasal 16A UU PPN (Pemungut PPN) NEGARA PPN Harga tanpa PPN PENJUAL PKP Faktur Pajak PEMBELI PEMUNGUT PPN Barang/ Jasa 62 DALAM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP KEPADA PEMUNGUT PPN MAKA : Pemungut PPN wajib memungut menyetorkan melaporkan PPN yang dipungut Bendahara Pemerintah & KPPN KMK No. :563/KMK.03/2003 Kontraktor Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak & Gas Bumi PMK No. : 73/PMK.03/2010 BUMN PMK No. :85/PKM.03/2012 63 BENDAHARA PEMERINTAH PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN) OBJEK PEMUNGUTAN setiap pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP kecuali Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2 juta, dan tidak merupakan jumlah yang terpecah-pecah Pembayaran untuk pembebasan tanah Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan dari pengenaan PPN Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina Pembayaran atas rekening telepon Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN) Mekanisme pemungutan PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “02”) 0 2 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0 Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut Kode Status Kode FP Nomor Seri FP PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN) Mekanisme pemungutan Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran Penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN dilaporkan oleh PKP Rekanan dalam SPT Masa PPN pada masa sesuai dengan tanggal Faktur Pajak Penyetoran PPN dilakukan paling lambat : Untuk Bendahara : paling lambat 7 hari setelah bulan pembayaran (bila libur hari berikutnya Untuk KPPN : pada saat dicatat saat pembayaran Pelaporan oleh Pemungut PPN: Untuk KPPN : setiap hari kerja menyampaikan lb ke-3 Faktur Pajak Untuk Bendahara : dengan SPT Masa bagi Pemungut paling lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan pembayaran KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI Historis Penunjukan KPS sebagai Pemungut PPN Keppres 56 Tahun 1988 jo KMK 1289/KMK.04/1988 - Berlaku sejak 1 Januari 1989 - Kontraktor-kontraktor bagi Hasil dan Kontrak Karya di bidang Minyak dan Gas Bumi dan Pertambangan Umum lainnya Dicabut dengan KMK 547/KMK.04/2000 jo KMK 549/KMK.04/2000 - Berlaku sejak 1 Januari 2000 - Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Karya di bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi dan Pertambangan Umum lainnya Dicabut dengan KMK 563/KMK.03/2003 - Berlaku sejak 1 Januari 2004 - Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Karya di bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi dan Pertambangan Umum lainnya, tidak lagi ditunjuk sebagai Pemungut PPN 69 Penunjukan Kembali KPS Sebagai Pemungut PPN Permasalahan krn tiap kontrak KPS Migas menyebutkan kewajiban bagi KPS Migas untuk memungut PPN terutang PMK-11/PMK.03/2005 Berlaku sejak 1 Februari 2005 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas Ditunjuk Sebagai Pemungut PPN Dicabut dengan PMK-73/PMK.03/2010 Berlaku sejak 1 Februari 2012 1. kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan 2. kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber 70 daya panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya. PEMUNGUT PPN (KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI) Obyek Pemungutan setiap pembayaran yang dilakukan atas penyerahan BKP dan/atau JKP kecuali Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10 juta dan tidak merupakan jumlah yang terpecah-pecah Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas: PPN tidak dipungut / dibebaskan dari pengenaan PPN Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina Pembayaran atas rekening telepon Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN 71 PMK-73/2010 PEMUNGUT PPN (KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI) mekanisme pemungutan Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada KKS Migas dan Panas Bumi. FP dibuat saat : Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”) 0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0 Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut Kode Status Kode FP Nomor Seri FP PMK-73/2010 PEMUNGUT PPN (KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI) mekanisme pemungutan Tata cara pemungutan : Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh KKS Migas dan Panas Bumi adalah : • PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan • PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak (dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM). Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM, maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak. KKS Migas dan Panas Bumi yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap "Disetor Tanggal ......" dan menandatanganinya pada Faktur Pajak. PMK-73/2010 PEMUNGUT PPN (KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI) mekanisme pemungutan Penyetoran : Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh KKS Migas dan Panas Bumi sebagai penyetor atas nama Rekanan. 74 PMK-73/2010 PEMUNGUT PPN (KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI) mekanisme pemungutan Pelaporan : Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT) 75 BUMN Penunjukan Badan Usaha Milik Negara sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai Pemungut PPN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Historis Penunjukan BUMN sebagai Pemungut PPN Keppres 56 Tahun 1988 jo KMK 1289/KMK.04/1988 - Berlaku sejak 1 Januari 1989 - Pertamina, BUMN dan BUMD, Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah, ditunjuk sebagai Pemungut PPN Dicabut dengan KMK 547/KMK.04/2000 jo KMK 549/KMK.04/2000 - Berlaku sejak 1 Januari 2000 - Pertamina, BUMN dan BUMD, Bank Pemerintah dan Bank Daerah, dan Bank Indonesia, ditunjuk sebagai Pemungut PPN Dicabut dengan KMK 563/KMK.03/2003 - Berlaku sejak 1 Januari 2004 - Badan-badan tertentu, termasuk BUMN, tidak lagi ditunjuk sebagai Pemungut PPN 78 Penunjukan Kembali BUMN Sebagai Pemungut PPN PMK Nomor 85 /PMK.03/2012 Berlaku sejak 1 Juli 2012 BUMN Ditunjuk Sebagai Pemungut PPN 1. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 2. BUMN terdiri dari: a. Persero (minimal 51% sahamnya dimiliki Pemerintah); dan b. Perum (seluruh modalnya dimiliki Pemerintah). (Pasal 9 UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN) 79 1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Perum Perhutani(Persero) 2. Perum Prasarana Perikanan Samudera 3. PT Inhutani I(Persero) 4. PT Inhutani II (Persero) 5. PT Inhutani III (Persero) 6. PT Inhutani IV (Persero) 7. PT Inhutani V (Persero) 8. PT Perikanan Nusantara(Persero) 9. PT Perkebunan Nusantara I (Persero) 10. PT Perkebunan Nusantara II (Persero) 11. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) 12. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) 13. PT Perkebunan Nusantara V (Persero) 14. PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) 15. PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) 16. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) 17. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) 18. PT Perkebunan Nusantara X (Persero) 19. PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) 20. PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) 21. PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) 22. PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) 23. PT Pertani (Persero) 24. PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) 25. PT Sang Hyang Seri (Persero) 2) Pertambangan dan Penggalian 26. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 27. PT Bukit Asam (Persero) Tbk 28. PT Pertamina (Persero) 29. PT Sarana Karya(Persero) 30. PT Timah (Persero) Tbk 3) Industri Pengolahan 31. Perum Percetakan Negara Indonesia 32. Perum Percetakan Uang Republik Indonesia 33. PT Balai Pustaka (Persero) 34. PT Barata Indonesia (Persero) 35. PT Batan Teknologi (Persero) 36. PT Bio Farma (Persero) Di bawah Kemenkeu : D A F T A R B U M N 37. PT Boma Bisma Indra (Persero) 72. PT Nindya Karya (Persero) 105. Perum Produksi Film Negara 38. PT Cambrics Primissima (Persero) 73. PT Pembangunan Perumahan (Persero) 106. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 39. PT Dahana (Persero) 74. PT Pengerukan Indonesia (Persero) 40. PT Dirgantara Indonesia (Persero) 75. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 11) Jasa Keuangan dan Asuransi 41. PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) 107. Perum Jamkrindo 42. PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) 108. PT Asabri 7) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan(Persero) Motor 43. PT Garam (Persero) 76. Perum Bulog 109. PT Askrindo (Persero) 44. PT Indofarma (Persero) Tbk 77. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero)110. PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) 45. PT Industri Gelas (Persero) 78. PT PP Berdikari (Persero) 111. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) 46. PT Industri Kapal Indonesia (Persero) 79. PT Sarinah (Persero) 112. PT Asuransi Jasa Rahardja (Persero) 47. PT Industri Kereta Api (Persero) 113. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) 48. PT Industri Sandang Nusantara (Persero) 114. PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero) 8) Transportasi dan Pergudangan 49. PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)80. Perum DAMRI 115. PT Bahana PUI (Persero) 50. PT Kertas Kraft Aceh (Persero) 81. Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta 116. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 51. PT Kertas Leces (Persero) 82. PT Angkasa Pura I (Persero) 117. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 52. PT Kimia Farma (Persero) Tbk 83. PT Angkasa Pura II (Persero) 118. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 53. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 84. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) 119. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 54. PT LEN Industri (Persero) 85. PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) 120. PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) 55. PT PAL Indonesia (Persero) 86. PT Djakarta Lloyd (Persero) 121. PT Danareksa (Persero) 56. PT Pindad (Persero) 87. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 122. PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) 57. PT Pradnya Paramita (Persero) 88. PT Jasa Marga (Persero) Tbk 123. PT PANN Multi Finance (Persero) 58. PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero)89. PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) 124. PT Pegadaian(Persero) 59. PT Semen Baturaja (Persero) 90. PT Kawasan Industri Makasar (Persero) 125. PT Permodalan Nasional Madani (Persero) 60. PT Semen Gresik (Persero) Tbk 91. PT Kawasan Industri Medan (Persero) 126. PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) 61. PT Semen Kupang (Persero) 92. PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Persero) 127. PT Reasuransi Umum Indonesia (Persero) 93. PT Kereta Api Indonesia (Persero) 128. PT Taspen (Persero) PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) 4) Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara94. Dingin 62. PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk 95. PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) 12) Real Estate 63. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) 96. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) 129. PT Bali Tourism & Development Corporation (P 97. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) 130. PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko 98. PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) 5) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang, Pembuangan Pembersihan Limbah dan Sampah 64. Perum Jasa Tirta I 99. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 13) Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis 65. Perum Jasa Tirta II 100. PT Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam(Persero) 131. PT Bina Karya (Persero) 101. PT Pos Indonesia (Persero) 132. PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) 102. PT Varuna Tirta Prakasya (Persero) 133. PT Energy Management Indonesia (Persero) 6) Konstruksi 66. Perum Pembangunan Perumahan Nasional 134. PT Indah Karya (Persero) 67. PT Adhi Karya (Persero) Tbk 135. PT Indra Karya (Persero) 9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 68. PT Amarta Karya(Persero) 103. PT Hotel Indonesia Natour (Persero) 136. PT Sucofindo (Persero) 69. PT Brantas Abipraya (Persero) 137. PT Survey Udara Penas (Persero) 70. PT Hutama Karya (Persero) 138. PT Surveyor Indonesia (Persero) 10) Informasi dan Komunikasi 71. PT Istaka Karya(Persero) 104. Perum LKBN ANTARA 139. PT Virama Karya (Persero) 140. PT Yodya Karya (Persero) 1. PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) 2. PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PII) 3. PT. Sarana Multigriya Finansial (SMF) (Sumber: http://www.bumn.go.id per 11 Juni 2012) 80 PMK-85/2012 PEMUNGUT PPN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) OBJEK PEMUNGUTAN PPN&/PPnBM setiap pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP kecuali Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10juta, dan tidak merupakan jumlah yang terpecah-pecah Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan dari pengenaan PPN Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina Pembayaran atas rekening telepon Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN PMK-85/2012 PEMUNGUT PPN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) mekanisme pemungutan Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada BUMN. FP dibuat saat : Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”) 0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0 Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut Kode Status Kode FP Nomor Seri FP PMK-85/2012 PEMUNGUT PPN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) mekanisme pemungutan Tata cara pemungutan : Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh BUMN adalah : • PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan • PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak (dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM). Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM, maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak. BUMN yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap "Disetor Tanggal ......" dan menandatanganinya pada Faktur Pajak. PMK-85/2012 PEMUNGUT PPN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) mekanisme pemungutan Penyetoran : Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama Rekanan. PMK-85/2012 PEMUNGUT PPN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) mekanisme pemungutan Pelaporan : Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT) LOGO LOGO