MORFOLOGI PENGGUNAAN APLIKASI DISCORD SEBAGAI ALTERNATIF ELEARNING DALAM MASA PANDEMI COVID-19 Dosen Pengampu : Dra. Widyamitke Gede Mulawarman, M.Hum Disusun Oleh: ARIF FAKHRUDIN 1905076007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2020 1. Abstrak Pembelajaran online jarak jauh merupakan salah satu solusi yang dibutuhkan oleh tenaga pendidik dan mahasiswa di masa pandemi Covid-19 yang mulai marak pada tanggal 2 Maret 2020. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menggambarkan kondisi yang terjadi pada proses pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan Discord sebagai alternatif pemecahan masalah kegiatan kuliah online atau e-learning. Metode yang saya gunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian yang saya gunakan dengan menggunakan Discord mempermudah dalam mengumpulkan data kualitatif karena lebih efektif dan mudah. Key words: Discord, Pembelajaran, Online, Covid-19, E-learning 2. Pendahuluan Dewasa ini work from home saat ini dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda belahan dunia termasuk di Indonesia menjadikan banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dengan menggunakan ragam aplikasi yang menunjang pekerjaannya. Menurut Marius menyatakan bahwa Discord sebagai salah satu video conferencing yang banyak digunakan di berbagai kalangan seperti pembelajaran jarak jauh yang dilakukan dosen dengan mahasiswa. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan sangat besar, khususnya pada bidang Pendidikan terapan. Zaman yang terus berubah menjadikan pendidik di era modern harus melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Masalah yang umum dirasakan pendidik era modern ini adalah sulitnya menemukan metode yang tepat dan praktis dalam memanfaatkan tehnologi dalam pembelajaran kelas. Banyak kampus yang belum terbiasa melakukan perkuliahan secara daring terpaksa mengubah sistem tatap muka menjadi perkuliahan jarak jauh akibat Pendemi Covid-19 yang melansa Indonesia di tengah keterbatasan infrastruktur yang ada. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efisien, peserta didik lebih susah memahami materi yang diberikan dosen, kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa membuat mereka susah memahami materi yang diberikan, mahasiswa lebih susah menanyakan materi yang belum paham dan kurangnya konsentrasi mahasiswa jika dilakukan pembelajaran secara daring (Mastuti et al., 2020; Limbong & Simarmata, 2020). Berangkat dari pandemi covid-19 di awal Maret 2020, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Discord yang digunakan sebagai alternatif dari pertemuan tatap muka yang diganti dengan video dan audio conferencing yang dapat diakses oleh mahasiswa dan dosen untuk tetap menjaga kualitas sehingga proses pembelajaran tetap berjalan meskipun di tengah wabah yang melanda negeri ini. Beragam aplikasi atau media pembelajaran bertebaran di tengah pandemi covid-19, namun peneliti lebih tertarik dengan menggunakan Discord karena lebih terjaga keamanannya dan efektif dalam melakukan diskusi atau pembahasan materi dengan komunikasi yang didukung dengan fitur-fitur yang terdapat di Discord seperti pesan grup sehingga jika ada kendala secara audio dapat dibantu dengan fiturchat yang tersedia. 3. Kajian Teori Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini memberikan banyak kemudahan dan kemungkinan dalam membuat suatu perancangan dan pengembangan sistem pendidikan, khususnya konsep dan model pembelajaran online atau bayak yang menyebutkannya dengan E-Learning. Horton dalam bukunya E-Learning Tools and Technologies (2003) : E-Learning adalah segala pemanfaatan atau penggunaan teknologi internet dan web untuk menciptakan pengalaman belajar. E-Learning dapat dipandang sebagai suatu pendekatan yang inovatif untuk dijadikan sebuah desain media penyampaian yang baik, terpusat pada pengguna, interaktif dan sebagai lingkungan belajar yang memiliki berbagai kemudahan-kemudahan bagi siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Dengan memanfaatkan berbagai atribut dan sumber teknologi digital dengan bentuk lain dari materi dan bahan pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pada suatu lingkungan belajar yang terbuka, fleksibel dan terdistribusi. E-Learning adalah pembelajaran yang menggunakan TIK untuk mentransformasikan proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik. Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran. Di samping itu, suatu E-Learning juga harus mempunyai kemudahan bantuan 4rofessional isi pelajaran secara online. Dari uraian tersebut jelas bahwa E-Learning menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat; dengan tujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan kenyamanan belajar; dengan obyeknya adalah layanan pembelajaran yang lebih baik, menarik, interaktif, dan atraktif. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan prestasi dan kecakapan akademik peserta didik serta pengurangan biaya, waktu, dan tenaga untuk proses pembelajaran (Budi Murtiyasa, 2012). a. E-Learning sebagai salah satu bentuk alat pendukung SCL (Student Centered Learning) 1) Definisi SCL Gibbs dalam tulisan Sparrow dkk (2000:114) menyatakan bahwa SCL adalah suatu metode pembelajaran dimana guru dan penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukanmateri pelajaran, model pembelajaran dan cepat-lambat tahapan dalam pembelajaran. Hal tersebut akan sangat berharga dan bermanfaat sepanjang hidup siswa. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode SCL berarti guru perlu membantu siswa untuk menentukan tujuan yang dapat dicapai, mendorong siswa untuk dapat menilai hasil belajarnya sendiri, membantu mereka untuk bekerja sama dalam kelompok, dan memastikan agarmereka mengetahui bagaimana memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia. Jacobsen (2009:227) menyatakan bahwa yang menjadi fokus dalam metode ini adalah keterlibatan, inisiatif, dan interaksi 5rofes siswa dengan segenap pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhannya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar (hampir) semua siswa yang berada di dalamnya dapat meraih kesuksesan. Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa metode pembelajaran SCL adalah metode yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga mendorong untuk belajar lebih aktif (active learning), di mana siswa memiliki tanggung jawab yang lebih dalam proses belajarnya. 2) Desain Pembelajaran SCL Menurut Jacobsen (2009:230), desain atau strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa meliputi pembelajaran kooperatif, diskusi dan pembelajaran yang berbasis masalah. Adapun desain pembelajaran SCL pada penelitian ini (Rt. Nuqi B-BPPT, 2006) adalah sebagai berikut : a) Constructivisme. Pada tahapan ini guru membantu dalam membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal siswa. b) Cooperative Learning. Pembelajaran kooperatif sebagai lingkungan belajar dimana siswa bekerja dalam kelompok heterogen untuk menyelesaikan tujuan bersama. c) Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran berbasis PBL diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan proses penyelesaian masalah melalui diskusi kelompok. Dalam pembelajaran, guru memberikan kekuasaan pada siswa untuk dapat mencari dan mendiskusikan informasi secara 6rofessi dan dapat dipertanggungjawabkan. d) Presentation. Presentation adalah penyampaian informasi pengetahuan. Kegiatan ini dilakukan tiap kelompok tentang pokok bahasan masalah tertentu. e) Reflection. Pada tahapan ini guru me-review proses pembelajaran yang dilakukan serta siswa mencatat apa yang telah dipelajarinya. a. E-Learning sebagai Media Pembelajaran E-Learning termasuk model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan ini, peserta didik dituntut mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya, sebab ia dapat belajar di mana saja, kapan saja, yang penting tersedia alatnya. E-Learning menuntut keaktifan peserta didik. Melalui Elearning, peserta didik dapat mencari dan mengambil informasi atau materi pembelajaran berdasarkan silabus atau kriteria yang telah ditetapkan pengajar atau pengelola pendidikan. Peserta didik akan memiliki kekayaan informasi, sebab ia dapat mengakses informasi dari mana saja yang berhubungan dengan materi pembelajarannya. Peserta didik juga dapat berdiskusi secara online dengan pakarpakar pada bidangnya, melalui e-mail atau chatting. Dengan demikian, jelas bahwa keaktifan peserta didik dalam E-Learning sangat menentukan hasil belajar yang mereka peroleh. Semakin ia aktif, semakin banyak pengetahuan atau kecakapan yang akan diperoleh. Dengan sistem semacam ini diharapkan bahwa hasil akhir proses belajar dengan E-Learning akan lebih baik, sebab tuntutan belajar tuntas (mastery learning) dapat dipenuhi. Peserta didik juga bebas mengakses bahan pembelajaran E-Learning dari mana saja ia suka. Bahan pembelajaran E-Learning yang dirancang dengan baik dan professional akan memperhatikan dan menggunakan ciri-ciri multimedia. Artinya, dalam bahan pembelajaran tersebut di samping memuat teks, juga dapat memuat gambar, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Pemilihan warna yang baik dan tepat juga akan meningkatkan penampilan di layar monitor. Hal ini menjadikan bahan pembelajaran E-Learning menjadi lebih menarik, berkesan, interaktif dan atraktif. Dari keadaan semacam ini memungkinkan peserta didik selalu ingat tentang apa yang dipelajari. Model pengembangan TIK di pendidikan dapat dilakukan dalam empat tahapan, yaitu emerging, applying, infusing, dan transforming (Majumdar (2005) dalam Budi Murtiyasa (2012)). Emerging adalah tahap dimana semua insan pendidikan menjadi memiliki perhatian terhadap TIK. Hal ini ditandai dengan kebutuhan akan dukungan terhadap performa kerja. Applying adalah tahapan dimana para insan pendidikan mulai belajar menggunakan TIK. Pada tahapan ini kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tradisional dengan TIK mulai dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Infusing adalah tahap dimana para insan pendidikan mulai mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan TIK. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan menyediakan fasilitas belajar berbasis TIK bagi para peserta didik Akhirnya tahap transforming adalah secara spesifik dapat menggunakan TIK untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran yang dihadapinya. Dengan TIK dapat diciptakan lingkungan belajar yang inovatif, sehingga merangsang peserta didik untuk berpikir dan berkreasi untuk memecahkan masalah. 4. Metode Metode penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan peristiwa yang terjadi pada saat melakukan pembelajaran secara online. Sampel yang saya gunakan adalah 15 mahasiswa dari berbagai fakultas. Adapun langkahlangkah yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data yaitu 1) melakukan observasi kepada mahasiswa untuk melihat interaksi dan minat serta respon pada saat pembelajaran online berlangsung, 2) wawancara kepada mahasiswa sebagai objek penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. 5. Hasil Hasil penelitian ini yaitu penggunaan Discord dilakukan pada beberapa mahasiswa dari berbagai fakultas dari bulan Maret - Mei 2020. Penggunaan Discord menjadi alternatif pembelajaran jarak jauh bagi dosen dan mahasiswa. Melalui Discord menjadikan pembelajaran online jarak jauh menjadikan pembelajaran lebih efektif. Hal ini karena Discord menyediakan video konfrensi yang dapat dijangkau oleh seluruh partisipan atau mahasiswa dan dosen. Selain itu, rekaman video pun terjaga keamanannya dan memiliki fitur chatting sehingga jika ada yang mendapatkan pendengaran dengan baik pada saat video konferensi maka dapat berbicara melalui chatting. Dengan memanfaatkan pembelajaran online ini, tentunya menjadi solusi yang sangat inovatif di tengah pandemi Covid-19 yang menuntut masyarakat untuk work form home termasuk kegiatan pembelajaran di perkuliahan melalui online. Mahasiswa dalam menerima materi sebelumnya diberikan email oleh dosen untuk dipelajari terlebih dahulu lalu didiskusikan pada video konfrensi tersebut. Mahasiswa sangat tertarik belajar secara online karena mahasiswa dapat dengan santai menerima pembelajaran dirumah tanpa harus tatap muka dengan tetap fokus berdiskusi melalui Discord dengan dosen dan teman sejawat lainnya. Adapun kekurangan dari Discord yaitu mengurus kuota yang tidak sedikit, seperti halnya pada aplikasi meeting lainnya. Dengan berbagai kendala mahasiswa seperti, tidak jelasnya audio, visual, dan koneksi jaringan di awal menghambat pembelajaran di awal menggunakan Discord. Tetapi setelah semuanya hadir dan siap maka zoom pun dapat berjalan efektif. Mahasiswa dan dosen sangat bergantung pada jaringan internet dalam penggunaan Discord yang efektif. 6. Pembahasan Dari hasil penelitian di atas didukung pula seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan dengan penggunaan media pembelajaran yang dilakukan dari hasil penelitian Yohana Chandra dan Munoto bahwa Zooming user interface di SMKN 3 Surabaya pada mata pelajaran Perekayasaan Sistem Antena di kelas XI TAV, dilakukan dengan efektif dan praktis untuk mengembangkan bahan ajar, RPP dan indikator yang dicapai dalam pembelajaran. Selain itu, (Firda Ayu, dkk, 2016: 14) menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa mobile learning merupakan pengembangan dari e-learning yang dapat digunakan kapan dan dimana saja tanpa perlu tatap muka secara langsung. Melalui pembelajaran jarak jauh ini dapat memaksimalkan pembelajaran yang diterima oleh mahasiswa selain di dalam kelas, namun dapat dilakukan diluar kelas melalui aplikasi mobile learning yang mampu di akses oleh mahasiswa dan dosen. Dosen dan mahasiswa dapat melakukan diskusi dan tanya jawab melalui pembelajaran secara online. Discord merupakan layanan konferensi video berbasis cloud termasuk pertemuan online, pengiriman pesan grup dan perekaman sesi yang aman. 7. Penutup Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Discord menjadi alternatif media pembelajaran online ditengah pandemi Covid-19. Mahasiswa dan dosen tetap menjalankan kegiatan pembelajaran secara jarak jauh. Melalui Discord, dosen dan mahasiswa dapat melakukan video konferensi yang dijadikan sarana berkomunikasi dalam pembelajaran secara online. Melaui Discord, lebih terjaga kemanan rekaman yang dilakukan pada saat meeting berlangsung. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan diminati oleh mahasiswa karena media pembelajaran online yang digunakan sangat inovatif dan efektif sesuai dengan perkembangan zaman. Keberlangsungan video konferensi pada Discord ini bergantung pada jaringan internet sehingga dosen dan mahasiswa harus menggunakan akses internet agar dapat menggunakan aplikasi Discord. DAFTAR PUSTAKA Brahma, I. A. (2020). Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online Dalam Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN di STKIP Kusumanegara Jakarta. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 6(2), 97102. Hasanah, A., Lestari, A. S., Rahman, A. Y., & Daniel, Y. I. Analisis aktivitas belajar daring mahasiswa pada pandemi Covid-19. Hikmat, H., Hermawan, E., Aldim, A., & Irwandi, I. Efektivitas pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19: Sebuah survey online. LP2M. KEBUDAYAAN, K. P. D. Pengembangan dan Penyelenggaraan Kuliah Daring Indonesia Terbuka & Terpadu. Yohana chandra dan Munoto. 2018. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Dengan Media ZoomingUserInterface Pada Mata Pelajaran Perekayasaan Sistem Antena Kelas XI SMKN3 Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik ElektroVol.7 No. 1.Hal 87-93.