PERUMUSAN USULAN KEBIJAKAN (ALTERNATIF KEBIJAKAN) PERUMUSAN USULAN KEBIJAKAN Merupakan turunan dari perumusan masalah yang sudah masuk dalam agenda pem. Perumusan usulan kebij. tidak selalu menghasilkan peraturan atau keputusan Pembuat kebij. dapat memutuskan untuk tidak mengambil tindakan pada beberapa tetapi membiarkannya agar terselesaikan dengan sendirinya tanpa intervensi kebij publik Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas Dye bahwa kebij publik merupakan apapun yang dipilih pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu Perumusan usulan kebijakan publik adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk menyelesaikan masalah Perumusan kebijakan publik menyangkut upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi (Anderson, 1976) Perumusan kebijakan → sebagai alternatif kebijakan/ proses perumusan usulan kebijakan Perumusan usulan kebijakan yang baik dan komprehensif akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan para perumus kebij dalam merumuskan masalah kebijakan Terdiri dari tahap2: identifikasi alternatif → definisi dan rumuskan alternatif → penilaian alternatif → pemilihan alternatif “yang paling memungkinkan Untuk menghasilkan perumusan usulan kebijakan yang komprehensif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Jumlah dari masalah yang ditangani. Apakah usulan kebijakan akan menyampaikan seluruh masalah dalam suatu lingkup masalah?ataukah hanya ditujukan pada contohnya semata? Lingkup Analisis. Apakah lingkup analisis usulan kebijakan akan melayani semua aspek masalah? Ataukah hanya melayani aspek tertentu saja? Memperkirakan dampak. Apakah usulan kebijakan yang diformulasi sudah diuji semua dampaknya? Ataukah pengujian dibatasi pada dampak langsung dalam suatu lingkup issu saja? Kegiatan perumusan usulan: mengidentifikasi alternatif, mendefinisikan dan merumuskan alternatif, menilai alternatif, dan memilih alternatif yang paling baik Alternatif Kebijakan?? Alternatif kebijakan merupakan sejumlah alat atau cara yang dapat digunakan untuk mencapai, langsung ataupun tidak langsung sejumlah tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Mustopadijaja). William N. Dunn, alternatif kebijakan (policy alternatives) adalah arah tindakan yang secara potensial tersedia yang dapat memberi sumbangan kepada pencapaian nilai dan karena itu kepada pemecahan masalah kebijakan. Brewer dan De Leon menggambarkan alternatif kebijakan sebagai pilihan diantara alternatifalternatif kebijakan yang telah berhasil diusulkan bagi pemecahan masalah yang sudah diperkirakan Pada prinsipnya: Alternatif kebijakan adalah alat atau cara-cara dan juga merupakan pilihan-pilihan yang dipergunakan dalam perumusan kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat dilaksanakan oleh aktor-aktor kebijakan publik. Alternatif kebijakan dapat dikatakan sebagai tahapan politik dengan mengajukan berbagai solusi potensial bagi masalah yang dihadapi pembuat kebijakan publik. Pilihan yang paling mungkin diputuskan bukan untuk mengambil tindakan khusus, melainkan untuk penemuan penyelesaian masalah dengan jalan yang terbaik. Tahap I : Mengidentifikasi Alternatif Kebijakan Masalah-masalah yang telah dengan jelas dirumuskan dan dimasukkan dalam agenda kebijakan akan disusun pilihan pemecahannya dengan mengidentifikasi alternatif-alternatif yang berguna atau berhubungan dengan pemecahan masalah. Dalam situasi masalah yang sama, mungkin saja diidentifikasi alternatif yang pernah dibuat, tetapi diperlukan juga kreativitas analis kebijakan untuk menemukan alternatif-alternatif kebijakan yang baru dan diidentifikasi karakteristiknya secara jelas. Identifikasi yang benar dan jelas untuk setiap alternatif kebijakan akan mempermudah proses perumusan alternatif kebijakan tersebut SUMBER ????? Status Quo, perubahan incremental, Alternatif lain dari sumbersumber: • pengalaman negara atau daerah lain, • temuan penelitian, • analogi dari masalah yang sama, • pengalaman dan penghayatan, • keinginan pejabat, • “keinginan” atau keyakinan publik, • preskripsi legal, dan • pengetahuan teknis CARANYA ????? Analisis berdasarkan riset dan eksperimentasi; Analisis no-action; Quick survey; Reviu literatur; Perbandingan dengan pengalaman dunia nyata; Passive collection dan klasifikasi; Penyusunan tipologi; Pengembangan analogi; Pelaksanaan curah pendapat (Brainstorming); dan Melakukan perbandingan dengan ideal Tahap II: Pendefinisian dan Perumusan Alternatif TUJUAN Alternatif2 yang telah dikumpulkan oleh pembuat kebijakan nampak jelas pengertiannya PENDEFINISIAN ALTERNATIF “JELAS” mudah menilai dan mempertimbangkan aspek positif dan negatif dari setiap alternatif Cara Rumuskan Alternatif : Menurut S.Effendi: mempertahankan sistem yang sedang berjalan, memperbaiki sistem yang sedang berjalan, menggunakan desaindesain kemasan (prepackaged), ataupun menciptakan desain baru: idealized design, parallel situation Menurut: W.N. Dunn: Didapat dari para ahli atau pejabat publik, menggunakan metode ilmiah, memanfaatkan kasus yang paralel dengan masalah yang akan dianalisis dan menggunakan analogi Tahap III Penilaian Alternatif MENILAI ALTERNATIF adalah kegiatan pemberian bobot (harga) pada setiap alternatif, sehingga nampak jelas bahwa setiap alternatif mempunyai nilai bobot kelebihan atau kekurangannya masing-masing, atau dapat diketahui konsekuensi setiap alternatif (baik positif maupun negatif) TUJUAN Mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai tingkat efektivitas, efisiensi, dan visibilitas setiap alternatif yang diajukan dalam mencapai apa yang menjadi tujuan yang telah ditetapkan BAGAIMANA MENILAI ALTERNATIF KEBIJAKAN??????? suatu aturan atau standar untuk mengurutkan alternatif-alternatif menurut aturan yang paling diinginkan cara-cara menghubungkan tujuan-tujuan, alternatif-alternatif dan dampak-dampak Dapat mengukur apa yang akan diukur, atau indikator tersebut mempunyai kesesuaian dengan konsep yang diwakilinya Dapat menghasilkan skor yang sama untuk fenomena yang sama (dengan memperhatikan teknik atau cara pengukurannya) Kemampuan indikator untuk menyampaikan pengetahuan yang jelas dan sederhana Kriteria Penilaian → Bardach (Patton&Swicki,1993) EFEKTIVITAS (Pencapaian Tujuan), TECHNICAL FEASIBILITY ECONOMIC & FINANCIAL FEASIBILITY “Apakah Alternatif Kebijakan Mencapai Hasil (Akibat) Yang Diharapkan, Atau Mencapai Tujuan Dari Diadakan Tindakan” EFISIENSI (Biaya Dan Hasil), “Berkenaan jumlah usaha yang diperlukaan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu, yang umumnya diukur dengan biaya” POLITIK VIABILITY •Acceptability •Appropriateness •Responsiveness •Legal suitability •Equity ACCEPTABILITY, “Apakah alternatif kebijakan diterima oleh aktor kebijakan dan kelompok sasaran”. APPROPRIATENESS, “Apakah kebijakan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat”. RESPONSIVENESS, “Persepsi Masyarakat, Apakah Kebijakan Akan Memenuhi Kebutuhan Mereka”. LEGAL SUITABILITY, “Apakah Kebijakan Didukung Oleh Perangkat Hukum Yang Memadai”. EQUITY, “Apakah Efek Dan Dampak Kebijakan Sama Dan Seimbang Antar Kelompok Masyarakat”. ADMINISTRATIVE OPERABILITY • Dapat diimplementasikan pada konteks sosial, politik, dan administrasi yang berlaku. • Apakah tersedia staf yang cukup. • Apakah Instansi Terkait Akan Mendukung Implementasi Kebijakan Program. • Apakah Tersedia Sarana Untuk Melaksanakan Kebijakan Program • Apakah Kebijakan Dapat Dilaksanakan Tepat Waktu Kriteria Penilaian→ W.N. Dunn (1994) TECHNICAL RATIONALITY, menyangkut pilihan yang melibatkan perbandingan antar alternatif berdasarkan kemampuan dari masing-masing alternatif dalam mempromosikan pemecahan yang efektif terhadap masalah publik yang dihadapi ECONOMIC RATIONALITY, menyangkut pilihan yang melibatkan perbandingan antar alternatif berdasarkan kemampuan masingmasing alternatif dalam mempromosikan pemecahan masalah publik secara efisien, yang biasanya dihitung berdasarkan perbandingan antara biaya total (total cost) dengan manfaat yang diperoleh (benefits) bagi masyarakat LEGAL RATIONALITY, berkenaan dengan penilaian alternatif berdasarkan kemampuan dalam tingkat komformitas legal (sejalan tidaknya atau mendukung tidaknya) terhadap aturan perundang-undangan yang ada SOCIAL RATIONALITY, berkaitan dengan perbandingan alternatif berdasarkan kemampuannya dalam memelihara dan mempertahankan serta memperbaiki instutusi-institusi sosial, atau dengan kata lain, apakah suatu alternatif mempromosi institusionalisasi norma-norma atau nilai-nilai yang diakui masyarakat SUBSTANTIVE RATIONALITY, adalah suatu bentuk gabungan dari rasionalitas (multiple forms of rationality) yang menyangkut kriteria-kriteria sebelumnya yaitu kriteria teknis, ekonomis, hukum, dan sosial. Teknik ini memilih atau merekomendasikan suatu alternatif kebijakan secara rasional dengan sistem rangking, dimana total skor yang paling sedikit akan dianggap sebagai yang paling baik Tahap IV Pemilihan Alternatif Memilih alternatif yang “memuaskan” atau “yang paling mungkin dilaksanakan” setelah dilakukannya penilaian alternatifalternatif oleh para analis kebijakan Alternatif yang dipilih secara memuaskan akan menjadi usulan kebijakan (policy proposal) yang dianggap dapat dilaksanakan dan memberikan dampak positif