Makalah IPA Gangguan Sistem Produksi Manusia Nama : Otiz Reza Azefi Kelas : 9B No absen : 19 Gangguan Sistem Produksi Laki-Laki 1. Hernia inguinal Ini adalah kondisi yang terjadi pada alat reproduksi pria, ketika dinding perut bagian bawah melemah sehingga usus turun ke kantung testis atau bagian samping penis, yang menyebabkan testis terlihat lebih besar. Benjolan tersebut muncul ketika beraktivitas seperti mengangkat bendabenda berat. Namun umumnya ketika posisi terlentang akan kembali normal. 2. Hidrokel Penyakit pada alat reproduksi pria di mana kondisi kantong testis dipenuhi oleh cairan yang mengelilinginya. Biasanya hidrokel tidak terlalu membahayakan testis. Jika kamu mendapati bagian testis mengalami pembengkakan, segeralah periksakan diri ke dokter, terutama bila terjadi secara tiba-tiba dan disertai dengan nyeri. 3.HIV/AIDS HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita. 4. Kanker testis Testis adalah salah satu organ penting dalam sistem reproduksi pria yang terletak di bagian bawah penis. Testis berfungsi sebagai penghasil hormon testosteron, serta tempat produksi sel sperma yang berfungsi dalam kesuburan. Kanker testis adalah kanker yang jarang terjadi dan cenderung memengaruhi pria berusia antara 15 dan 35 tahun. Gejala kanker testis yang paling sering ditemukan adalah pembengkakan atau benjolan yang tidak nyeri di salah satu testis, atau perubahan bentuk atau tekstur buah zakar. 5. Pembengkakan skrotum Skrotum adalah kantong kulit yang berisi testis, bentuknya menggantung di belakang dan di bawah penis. Skrotum juga mengandung saraf dan pembuluh darah. Organ ini berperan sebagai pengontrol suhu testis. Skrotum dapat mengalami pembengkakan, yang sering diakibatkan oleh torsi testis (gangguan pada testis yang memicu tersumbatnya aliran darah). Selain itu, pembengkakan skrotum juga bisa dipicu oleh peradangan dan pertumbuhan yang tidak normal di dalam skrotum. 6. Disfungsi ereksi Disfungsi ereksi adalah kondisi di mana pria tidak bisa mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat dalam berhubungan seksual. Saat berhubungan seksual, pria mungkin memiliki masalah seksual seperti libido rendah, ejakulasi dini, dan ketidakmampuan untuk mencapai orgasme. Jika pria mengalami disfungsi ereksi secara berkelanjutan, hal ini bisa berdampak pada kepercayaan diri pria. Bahkan, kondisi ini bisa memicu timbulnya stres. 7. Gangguan prostat Penyakit pada alat reproduksi pria lainnya adalah gangguan prostat. Ini merupakan satu di antara beberapa penyakit yang banyak dialami oleh pria. Biasanya gangguan prostat menyerang pria yang berusia di atas 50 tahun. Prostat sendiri adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran kemih (uretra). Kelenjar prostat berfungsi mengeluarkan cairan yang menyuburkan dan melindungi sperma. Ukuran prostat normalnya sebesar biji kenari dan akan semakin besar seiring bertambahnya usia. Jika prostat terlalu besar atau mengalami masalah, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Pada tahap yang lebih serius gangguan pada prostat ini juga bisa berakibat kanker prostat. Kanker prostat sendiri adalah pertumbuhan sel secara tidak normal pada kelenjar prostat. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan pria mempunyai risiko terkena kanker prostat, yaitu faktor usia, riwayat keluarga, juga obesitas. Kanker prostat biasanya tidak menimbulkan gejala apapun saat stadium awal. Namun pada stadium lanjut dapat menyebabkan gejala, timbulnya bercak darah pada urine atau sperma, atau juga ditandai mengalami kesulitan saat buang air kecil. Gangguan Sistem Produksi Perempuan 1. Sindrom ovarium polikistik Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang cukup sering menyebabkan masalah kesuburan. Penyakit ini sering ditemukan pada wanita usia subur. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada ovarium atau kelenjar adrenal, sehingga hormon androgen (hormon seks laki-laki) berjumlah lebih banyak dari kadar normalnya di dalam tubuh wanita. Penyakit ini rentan terjadi pada wanita yang memiliki kelainan hormon dan diabetes. Wanita yang memiliki PCOS dapat mengalami beberapa tanda dan gejala, seperti: Haid tidak teratur. Banyak rambut atau bulu yang tumbuh di bagian tubuh tertentu. Nyeri panggul. Kulit berminyak dan mudah berjerawat. Kebotakan. 2. Infeksi menular seksual (IMS) Penyakit pada sistem reproduksi wanita yang mungkin muncul lainnya adalah infeksi menular seksual. Wanita yang berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita IMS akan tertular penyakit tersebut. Ketika diderita oleh perempuan hamil, maka IMS bisa menyebabkan dampak serius kepada janin. 3. Miom Penyakit pada sistem reproduksi wanita lainnya adalah fibroid rahim atau miom. Miom merupakan pertumbuhan tumor jinak pada dinding otot rahim yang menyerang perempuan pada usia subur. Meski penyebab pasti miom rahim masih belum diketahui, namun terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita untuk terkena penyakit ini, yaitu gangguan hormonal (perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron) dan faktor genetik atau keturunan. 4. Kanker pada sistem reproduksi wanita Kanker yang menyerang organ reproduksi wanita disebut juga kanker ginekologis. Beberapa jenis kanker yang termasuk dalam kelompok kanker ginekologi adalah kanker rahim, kanker serviks, kanker ovarium, kanker vagina, dan kanker vulva. 5. Endometriosis Salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang juga cukup sering didengar adalah endometriosis. Kondisi ini terjadi ketika lapisan jaringan di rahim tumbuh di organ atau bagian tubuh lain, misalnya di ovarium, saluran cerna, atau kandung kemih. Penyakit ini banyak menyerang wanita di usia 30 hingga 40an. Gejalanya bisa berupa nyeri pada panggul atau perut, menstruasi yang sangat menyakitkan, perdarahan di luar masa menstruasi, hingga nyeri saat BAB atau saat berhubungan intim. 6. Radang panggul Penyakit radang panggul disebabkan oleh infeksi yang menimbulkan peradangan pada organ reproduksi wanita. Penyakit ini biasanya terjadi akibat masuknya bakteri dari vagina ke panggul, lalu menimbulkan peradangan di daerah tersebut. Penyakit radang panggul ini juga bisa disebabkan oleh infeksi menular seksual, seperti gonore. Gejala radang panggul biasanya berupa nyeri panggul dan perut, nyeri saat berkemih atau berhubungan seksual, demam, dan munculnya cairan atau darah dari vagina. Jika tidak segera diobati, penyakit radang panggul ini bisa menyebabkan komplikasi berupa infertilitas. 7. Rahim turun (prolaps uteri) Ini adalah kondisi di mana posisi rahim turun hingga ke vagina atau keluar dari bagian tersebut. Rahim turun lebih banyak terjadi pada wanita yang sudah menopause, usia tua, pernah melahirkan secara normal lebih dari dua kali, dan wanita yang memiliki kelemahan otot panggul. Gejala penyakit ini bisa berupa munculnya rasa tidak nyaman di perut atau panggul, tampak adanya benda atau benjolan yang keluar dari vagina, nyeri saat berhubungan seks, dan susah menahan pipis (inkontinensia urine). 8. Interstitial cystitis Penyakit lain yang bisa menyerang organ reproduksi wanita adalah interstitial cystitis. Kondisi ini terjadi ketika kandung kemih atau daerah sekitar panggul mengalami nyeri kronis, sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan terus-menerus. Wanita yang menderita penyakit ini akan sering merasa ingin buang air kecil, ada ketidaknyamanan atau nyeri di perut atau panggul, nyeri perut (terutama saat ditekan), dan nyeri saat berkemih. Jika Anda merasakan salah satu atau beberapa tanda gejala yang kemungkinan mengarah pada salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita tersebut, maka hal yang harus dilakukan adalah segera berkonsultasi dengan dokter kandungan terdekat. Untuk mendiagnosis dan mencari penyebab gangguan pada organ reproduksi wanita, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti tes darah, tes urine, Pap smear, dan USG. Setelah penyakit tersebut terdeteksi, maka pengobatan akan disesuaikan dengan diagnosis dari dokter.