LITERASI MEDIA BERKEBHINNEKAAN DARI PEMUDA UNTUK MENCEGAH HOAX DAN DISINFORMASI COVID-19 DI MEDIA SOSIAL INDONESIA MELALUI KAJIAN DENGAN MODEL EMPOWERING 8 (E8) Pendahuluan Teknologi informasi dan komunikasi, akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman dengan munculnya beragam media, termasuk media online. Media online sangat mudah untuk digunakan dan efisien sehingga media ini dijadikan wadah atau sarana dalam penyebaran informasi yang sangat berpengaruh pada masyarakat melalui media sosial, yang merupakan salah satu contoh dari media online. Saat ini, hampir semua orang yang memiliki telepon pintar atau smartphone, juga memiliki akun media sosial, seperti Facebook, Twitter, Line, Instagram, WhatsApp, dan sebagainya. Kondisi ini seperti sebuah kelaziman yang mengubah cara masyarakat berkomunikasi. Jika dahulu perkenalan atau interaksi dengan orang lain dilakukan melalui saling bertukar kartu nama atau mengirim surat, sekarang perkenalan dilakukan dengan cara bertukar alamat akun ataupun membuat pertemanan di media sosial. Akibatnya, dunia seolah-olah tidak memiliki batasan atau tidak ada kerahasiaan yang bisa ditutupi. Media sosial bahkan menjadi ‘senjata baru’ pada berbagai bidang. Kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 lalu, banyak melibatkan peran media sosial. Perusahaan-perusahaan saat ini, banyak memberikan perhatian khusus untuk mengelola media sosial, terutama untuk berinteraksi dengan konsumen. Penyampaian iklan juga mengalami perubahan, dari cara konvensional menggunakan papan iklan atau baliho menjadi penyampaian secara online melalui media online, dengan media sosial dan situs web. Perubahan ini, pada akhirnya, akan menjadi sebuah tantangan sekaligus kenyataan yang tidak bisa dihindari. Media sosial, dalam bahasa inggris adalah social media, menurut tata bahasa terdiri dari kata ‘media’ yang diartikan sebagai alat komunikasi, sedangkan kata ‘sosial’ diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Menurut Fuchs, pernyataan tersebut menegaskan bahwa media dan semua perangkat lunak merupakan ‘sosial’ atau dalam makna, bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial. Menurut Kiertzman dan kawan-kawan serta Obar dan kawan-kawan, media sosial adalah teknologi interaktif yang dimediasi oleh komputer yang memfasilitasi pembuatan atau pembagian informasi, ide, ketertarikan karir, dan bentuk ekspresi lain lewat komunitas virtual dan jaringan. Kehadiran berbagai jenis pelayanan media sosial yang tersedia sekarang, telah menimbulkan tantangan terhadap definisi media sosial; Meskipun telah menimbulkan tantangan terhadap definisi, terdapat beberapa fitur umum yang dimiliki oleh semua media sosial, yaitu : 1. berbasis Web 2.0 berdasarkan cara individu berkomunikasi (human communication) dalam jaringan individu, 2. konten buatan pengguna, seperti postingan tulisan dan komentar, foto dan video digital, dan data dihasilkan melalui semua interaksi online, merupakan roda kehidupan media sosial, 3. pengguna membuat profil untuk layanan dari situs atau aplikasi yang dirancang dan dikelola oleh organisasi media sosial, 4. media sosial memfasilitasi pengembangan jaringan sosial secara online dengan cara menghubungkan profil pengguna dengan profil orang-orang ataupun kelompok lain. Kehadiran media sosial dan semakin berkembangnya jumlah pengguna, memberikan fakta menarik tentang betapa kuatnya kekuatan internet bagi kehidupan. Riset yang dilakukan dan dipublikasikan oleh Crowtap, Ipsos, MediaCT, dan The Wall Journal pada tahun 2014 yang melibatkan 839 responden, dengan rentang usia 16 hingga 36 tahun, menunjukkan bahwa jumlah waktu yang dihabiskan responden untuk mengakses internet dan media sosial adalah 6 jam 46 menit per hari, melebihi aktivitas untuk mengakses media tradisional, seperti media cetak (koran) dan media elektronik (TV dan radio). Hasil riset tersebut, menunjukkan bahwa media tradisional tidak lagi menjadi media yang dominan untuk diakses. Kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial di internet, menjadi alasan utama oleh masyarakat dalam mengakses media sosial atau online. Menurut survey yang dilakukan oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) 2018, pengguna internet di Indonesia terbanyak berada pada usia 15-19 tahun. Sementara itu, pengguna internet terbanyak kedua berada pada usia 20-24 tahun, terbanyak ketiga berada pada usia 25-29 tahun, dan terbanyak keempat berada pada usia 30-34 tahun. Data ini diperoleh dari 171,17 juta pengguna internet dan menunjukkan bahwa generasi muda (pemuda) Indonesia gemar untuk menggunakan internet, terutama untuk bermain media sosial. Pemuda, menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2009, adalah warga negara Indonesia yang berumur 16 hingga 30 tahun yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan. Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perkiraan jumlah pemuda Indonesia adalah sebesar 64,19 juta jiwa atau seperempat dari total penduduk Indonesia, dengan pemuda laki-laki lebih banyak daripada pemuda perempuan. Selain itu, presentase pemuda di perkotaan lebih besar daripada di pedesaan (57,94 persen berbanding 42,06 persen) dengan lebih dari separuh pemuda terkonsentrasi di Pulau Jawa (55,28 persen). Selain kuantitas, Susenas juga mencatat kualitas pemuda yang dilihat dari capaian pendidikan. Pada tahun 2019, hampir tidak ada pemuda yang tidak bisa menulis dan membaca. Mayoritas pemuda juga telah menamatkan pendidikan hingga sekolah menengah atas atau sederajat (37,59 persen) dan sekolah menengah pertama atau sederajat (34,87 persen), sedangkan pemuda yang menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi hanya sebesar 9,98 persen dan yang tamat sekolah dasar atau sederajat hanya sebesar 13,17 persen, sedangkan sisanya tidak tamat sekolah dasar atau tidak pernah bersekolah. Dari hasil survey tersebut, terlihat bahwa Indonesia memiliki pemuda dalam jumlah yang tidak sedikit. Sejatinya, pemuda memiliki peran dan fungsi strategis dalam akselerasi pembangunan termasuk dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara, dan juga dalam kehidupan sebagai masyarakat digital karena golongan pemuda (16-30 tahun) menempati empat posisi tertinggi dari pengguna internet di Indonesia. Pemuda dan masyarakat pengguna internet pasti akan menghadapi tantangan dari berkembangnya media sosial dan media online, yaitu penyebaran informasi hoax dan disinformasi (informasi yang kurang tepat). Hoax merupakan informasi atau berita yang berisi hal-hal yang belum pasti atau bukan merupakan fakta yang terjadi. Resiko penyebaran informasi hoax, baik secara individu ataupun kelompok, akan semakin tinggi akibat semakin berkembangnya penggunaan internet dan media sosial. Hoax dalam kamus Oxford, 2017, diartikan sebagai suatu bentuk penipuan yang bertujuan untuk membuat kelucuan atau membawa bahaya. Sedangkan menurut kamus bahasa Inggris, hoax diartikan sebagai olokolok, cerita bohong, dan memperdayakan alias menipu. Menurut Walsh, 2006, dalam bukunya yang berjudul “ Sins Against Science, The Scientific Media Hoaxes of Poe, Twain, and Others” istilah hoax sudah ada sejak tahun 1800 awal, pada era revolusi industri di Inggris. Namun, asal kata hoax diyakini telah ada sejak ratusan tahun sebelumnya, yakni hocus yang berasal dari frasa mantra hocus pocus, yang sering disebut oleh pesulap, serupa dengan simsalabim. Menurut Boese, 2002, dalam bukunya yang berjudul “Museum of Hoaxes”, istilah hoax pertama kali terpublikasi melalui almanak atau penanggalan palsu yang dibuat oleh Isaac Bickersaff pada tahun 1709 untuk meramalkan kematian astrolog John Partridge. Kemajuan dan ragam media komunikasi yang dimiliki oleh mayarakat, menyebabkan masyarakat dan negara menghadapi efek hoax sebagai communication jammed yang terjadi di masyarakat. Communication jammed disebabkan oleh perkembangan teknologi komunikasi yang tidak dapat dikontrol lagi. Survey Mastel 2019 mengungkapkan bahwa dari 941 responden 34,60 persen diantaranya menerima berita hoax setiap hari dan 14,70 persen menerima lebih dari satu kali dalam sehari, bahkan media massa arus utama seperti televisi dan media cetak juga terkontaminasi penyebaran hoax, masing-masing sebesar 8,10 persen (televisi/radio) dan 6,40 persen (media cetak). Kemudahan dalam penggunaan media online, terutama media sosial, menyebabkan media sosial (Facebook, Instagram, Twitter, dan, Path) menjadi saluran penyebaran informasi hoax tertinggi yaitu sebesar 87,50 persen, diikuti dengan aplikasi chatting (WhatsApp, Line, Telegeram) sebesar 67 persen, dan situs web sebesar 28,20 persen. Survey Mastel 2019 juga mengungkapkan bahwa 69,30 persen dari responden akan memeriksa kebenaran informasi ketika menerima berita heboh, dan hanya 1 persen yang langsung meneruskannya. Terdapat beberapa alasan dari responden yang meneruskan berita heboh tersebut, yaitu berita diperoleh dari orang yang dapat dipercaya (43,50 persen), mengira bahwa berita heboh tersebut bermanfaat (29,30 persen), mengira bahwa berita heboh tersebut benar (18,90 persen), ingin menjadi pertama yang memberitahu berita heboh tersebut (3,70 persen), dan iseng meneruskan berita tersebut agar lebih heboh (4,60 persen). Alasan terakhir ini perlu mendapatkan perhatian dari para pemangku kepentingan atau para pemerhati masalah sosial. Wabah hoax telah menjadi masalah nasional yang dapat menyebabkan perpecahan, instabilitas politik dan gangguan keamanan yang berpotensi menghambat pembangunan nasional. Presiden Jokowi, pada tahun 2017, menyatakan bahwa hoax merupakan bagian dari era keterbukaan yang harus dihadapi dan meminta seluruh pihak untuk menghentikan penyebaran hoax dan fitnah yang dapat memecah belah bangsa, terutama yang beredar melalui media sosial. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanaan (MENKO POLHUKAM), Wiranto (2017) mengatakan bahwa masyarakat akan dirugikan dengan banyaknya persebaran berita yang tidak jelas atau hoax, akan memunculkan keraguan di masyarakat terhadap segala informasi yang diterima, sehingga menimbulkan kebingungan. Kebingungan ini dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menanamkan kebencian, sehingga berpeluang terjadi perpecahan dan permusuhan yang pada akhirnya menyebabkan pembangunan nasional terganggu. Masifnya peredaran informasi palsu (hoax) dan disinformasi melalui media sosial hendaknya menyadarkan masyarakat bahwa literasi media perlu ditingkatkan untuk memutus rantai penyebaran informasi hoax dan disinformasi. Literasi media, menurut Lawrence Lessig, adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Pada sisi lain, aspek pendidikan literasi media merupakan bentuk pemberdayaan khalayak media. Hal ini sebenarnya terkait dengan tujuan literasi media yang tidak hanya bertujuan untuk melindungi khalayak media sebagai konsumen dari dampak negatif media, namun juga mempersiapkan khalayak media sebagai konsumen media untuk hidup di dunia yang dunia sosialnya sangat bergantung pada media massa, dalam konteks masa kini adalah media massa online dan media sosial. Secara operasional, aspek literasi media harus bisa memunculkan kesadaran tentang posisi dan peran media baru dalam kehidupan berbangsa. Dari sisi kompetensi, literasi media dalam pendidikan kewarganegaraan harus mampu melahirkan kemampuan literasi media yang tinggi ditandai oleh : 1. daya kritis dalam menerima dan memaknai pesan, 2. kemampuan untuk mencari dan memverifikasi pesan, 3. kemampuan untuk menganalisis pesan dalam sebuah diskursus, 4. memahami logika penciptaan realitas oleh media, 5. kemampuan untuk mengkonstruksi pesan positif dan mendistribusikannya kepada pihak lain. Di Indonesia, pendekatan kebhinnekaan atau kewarganegaraan yang memasukkan aspek literasi media, belum menjadi bagian dari kurikulum pembelajaran. Oleh karena itu, penting mensosialisasikan pendekatan ini mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Dengan melihat dampak dari kurangnya pemahaman media, sehingga menimbulkan peningkatan penyebaran berita hoax ataupun disinformasi di media sosial, maka pemerintah perlu untuk melakukan revisi isi pendidikan kewarganegaraan dengan memasukkan aspek-aspek yang berkaitan dengan berita hoax ataupun disinformasi. Meskipun target dari literasi media berkebhinnekaan ini terutama diarahkan untuk kalangan muda, untuk menghasilkan generasi yang paham literasi media, kalangan muda (pemuda) tetap dapat berperan untuk menjadi pelopor dalam pemberdayaan kelompok-kelompok yang rentan terhadap berita hoax dan disinformasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh akademisi dari New York University dan Princeton University terhadap perilaku masyarakat AS di media sosial (Facebook), pada beberapa bulan sebelum dan sesudah Pilpres tahun 2016, golongan usia 65 tahun ke atas (golongan tertua) menyebarkan hoax dua kali lebih banyak dibandingkan dengan pengguna usia 45 hingga 65 tahun, dan hampir tujuh kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pengguna usia 18 sampai 29 tahun. Baru-baru ini, dunia sedang digemparkan dengan kemunculan penyakit baru yang berasal dari Tiongkok. Desember 2019, sebuah penyakit sistem pernafasan yang menular ditemukan di pasar Hunan Seafood Wholesale Market, Kota Wuhan, Provinsi Hubei , Tiongkok. Pasar ini tidak hanya menjual seafood, namun juga menjual ayam, kodok, ular, tikus, landak, dan berbagai komoditas lain. Banyak pedagang pasar ini yang dilaporkan mengalami gejala mirip pneumonia. Kasus ini, kemudian dilaporkan kepada World Health Organisation (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan dinamai sebagai COVID-19 (coronavirus disease 2019) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2(severe acute respiratory syndrome coronavirus 2), sebelumnya bernama 2019-nCoV( 2019 novel coronavirus). Penyakit ini, menyebar dengan sangat cepat di Tiongkok dan ke berbagai negara, sehingga dinyatakan oleh WHO sebagai pandemi global, pada 11 Maret 2020. Berdasarkan data WHO, per tanggal 22 Juni 2020, total kasus atau terkonfirmasi COVID-19 di dunia sudah mencapai 8.844.171 kasus, dengan jumlah kasus kematian sebesar 465.460 dan jumlah kasus baru sebanyak 183.020. Sedangkan total kasus atau terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia, per tanggal 22 Juni 2020, sudah mencapai 46.845 kasus, dengan jumlah kasus kematian sebesar 2.500, dan jumlah kasus yang sembuh sebesar 18.735. Informasi seputar COVID-19 juga tersebar dengan sangat cepat melalui berbagai media sosial. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah modern, terutama akibat teknologi internet. Pada saat yang sama berbagai efek samping dari teknologi komunikasi modern bermunculan, yaitu menyebarnya informasi hoax dan disinformasi seputar COVID-19 dengan mudah. Di Indonesia, hingga pertengahan bulan April 2020, pemerintah telah mengidentifikasi 554 isu atau informasi atau berita hoax seputar COVID-19 yang tersebar di 1.209 platform media sosial, baik itu Facebook, Twitter, Instagram, maupun Youtube. Dari 1.209 platform media sosial tempat informasi hoax tersebut berada, sebanyak 893 informasi hoax telah di-takedown dari berbagai media sosial dan sisanya masih dalam proses untuk di-takedown. Oleh karena itu, pemuda di Indonesia dapat memberikan kontribusinya sebagai sebagai generasi yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi serta pemikiran yang terbuka dengan cara mensosialisasikan model literasi media berkebhinnekaan (mengutamakan toleransi dan persatuan bangsa) dengan kajian menggunakan instrumen model Empowering 8 melalui pendekatan pemecahan masalah untuk mengolah sumber informasi sebagai basis pembelajaran. Isi Dengan model Empowering 8 (E8), menurut Wijentunge dan Alahakoon (2009), kemampuan melakukan literasi informasi dengan penelusuran suatu berita hoax dan disinformasi dilakukan melalui 8 tahapan praktik. Pertama, melakukan identifikasi topik/subyek, sasaran audiens, format yang relevan, dan jenis-jenis sumber. Kedua, melakukan eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik; ketiga, melakukan seleksi dan merekam informasi yang relevan, serta mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai. Keempat, melakukan organisasi, evaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi. Kelima, melakukan penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit, dan pembuatan daftar pustaka. Keenam, melakukan presentasi, penyebaran atau display informasi yang dihasilkan sehingga menunjukkan perbandingan dari kedua kelompok pemberitaan sehingga dapat dinilai akurasinya. Ketujuh, melakukan penilaian output, berdasarkan masukan dari penilaian output dan masukan dari orang lain. Kedelapan, melakukan penerapan masukan, penilaian, dan pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang serta penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh dari berbagai situasi. Berikut ini akan disajikan tabel-tabel dalam mengembangkan model literasi media berkebhinnekaan berdasarkan tahapan dalam model Empowering 8 (E8) dengan contoh topik berita hoax “Indonesia dilockdown dunia.” Tabel 1. Tahapan identifikasi dan eksplorasi sumber berita yang tersebar melalui Media Sosial Facebook dan Aplikasi Chatting WhatsApp 1 Identifikasi dan Eksplorasi Sumber Berita (Tahapan 1 dan 2) Pesan berantai WhatsApp : “REZIM PLANGA PLONGO KRN PEMERINTAHNYA NGEYEL & RAKYATNYA BANDEL AKHIRNYA INDONESIA DILOCKDOWN DUNIA. Info Kedubes : 1. SINGAPURA Kedutaan Singapura Jkt, Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Singapura, saat ini tidak diperbolehkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. (pengisian form kesehatan dll , saat ini di tangguhkan sampai ada kebijakan baru dari pemerintah Singapura). 2. JEPANG Kedubes Jepang, Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Jepang, saat ini tidak di perbolehkan sampai dengan Awal Juni. 3. 4. 5. 6. 2 (namun larangan ini akan diperpanjang atau tidak, tergantung dari kebijakan pemerintah Jepang) KOREA SELATAN Bagian Korea Visa Application Center (KVAC) Jakarta, menginformasikan Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Korea, saat ini tidak di perbolehkan sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan. TAIWAN Konsulat Taiwan Jakarta, Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Taiwan, saat ini tidak di perbolehkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan HONGKONG Info dari CX, WNI tidak di perbolehkan transit ataupun masuk ke Hongkonh sampai batas waktu yang tidak ditentukan AUSTRALIA & NEW ZEALAND Info dari Kedubes Australia dan NZ Jkt, saat ini WNI Indonesia belum bisa berkunjung ke Australia & NZ sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Mana lagi negara yang akan menyusul melockdown Indonesia ?” Sumber : https://covid19.go.id/p/hoax-buster/salah-krn-pemerintahnyangeyel-rakyatnya-bandel-akhirnya-indonesia-dilockdown-dunia Facebook : Mores mengunggah foto (22 Mei 2020) keramaian orang yang berada di dalam bandara dan tangkapan layar data kasus positif COVID-19 di Indonesia dengan sebuah narasi sebagai berikut : “KRN RAKYATNYA BANDEL DILOCKDOWN DUNIA. AKHIRNYA INDONESIA Info Kedubes : 1. SINGAPURA Kedutaan Singapura Jkt, Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Singapura, saat ini tidak diperbolehkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. (pengisian form kesehatan dll , saat ini di tangguhkan sampai ada kebijakan baru dari pemerintah Singapura). 2. JEPANG Kedubes Jepang, Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Jepang, saat ini tidak di perbolehkan sampai dengan Awal Juni. 3. 4. 5. 6. (namun larangan ini akan diperpanjang atau tidak, tergantung dari kebijakan pemerintah Jepang) KOREA SELATAN Bagian Korea Visa Application Center (KVAC) Jakarta, menginformasikan Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Korea, saat ini tidak di perbolehkan sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan. TAIWAN Konsulat Taiwan Jakarta, Warga Negara Indonesia yang akan berkunjung ke Taiwan, saat ini tidak di perbolehkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan HONGKONG Info dari CX, WNI tidak di perbolehkan transit ataupun masuk ke Hongkonh sampai batas waktu yang tidak ditentukan AUSTRALIA & NEW ZEALAND Info dari Kedubes Australia dan NZ Jkt, saat ini WNI Indonesia belum bisa berkunjung ke Australia & NZ sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Noted : Credit just illustrated nothing directly connected with statements guys... thanks” Sumber : https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4262307/cek-faktatidak-benar-indonesia-di-lockdown-dunia-karena-rakyatnya-bandel (sumber data : covid19.go.id dan Liputan6.com) Tabel 2. Tahapan seleksi dan rekaman informasi 1 2 Seleksi dan Rekaman Informasi (Tahapan 3) “Cek Fakta : Tidak Benar Indonesia Di-lockdown Dunia karena Rakyatnya Bandel,” sumber : Liputan6.com pada 24 Mei 2020, 13:50 WIB Sumber : https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4262307/cek-faktatidak-benar-indonesia-di-lockdown-dunia-karena-rakyatnya-bandel “Indonesia Di-Lockdown Dunia karena Bandel Soal Corona, Cek Faktanya,” sumber : vivanews.com pada 27 Mei 2020, 13:21 WIB “Duta Besar RI untuk Singapura, Ngurah Swajaya, mengatakan ketentuan ini sudah lama dan masih berlaku. Kita sudah pernah sampaikan press release. Setiap negara (termasuk Indonesia) juga masih melarang kunjungan WNA, kecuali mereka sudah punya ijin tinggal di Indonesia.” Sumber : https://www.vivanews.com/viva-fakta/50438-indonesia-dilockdown-dunia-karena-bandel-soal-corona-cek-faktanya (sumber: Liputan6.com dan vivanews.com) Tabel 3. Tahapan evaluasi informasi 1 Evaluasi Informasi (Tahapan 4) “Cek Fakta : Tidak Benar Indonesia Di-lockdown Dunia karena Rakyatnya Bandel,” sumber : Liputan6.com pada 24 Mei 2020, 13:50 WIB “Pesan itu dipastikan misinformasi, sebab negara-negara yang disebutkan memang sedang membatasi kedatangan warga asing. Jadi, bukan hanya WNI yang kena lockdown." 2 Sumber : https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4262307/cek-faktatidak-benar-indonesia-di-lockdown-dunia-karena-rakyatnya-bandel “Indonesia Di-Lockdown Dunia karena Bandel Soal Corona, Cek Faktanya,” sumber : vivanews.com pada 27 Mei 2020, 13:21 WIB “Mengutip cekfakta.com, pelarangan sejumlah negara terhadap WNI yang akan masuk ke negaranya tidak hanya khusus untuk Indonesia. Misalnya Singapura sudah lama menolak pendatang internasional yang tak hanya bagi WNI untuk jangka pendek akibat pandemi corona.” 3 Sumber : https://www.vivanews.com/viva-fakta/50438-indonesia-dilockdown-dunia-karena-bandel-soal-corona-cek-faktanya [SALAH] “KRN PEMERINTAHNYA NGEYEL & RAKYATNYA BANDEL AKHIRNYA INDONESIA DILOCKDOWN DUNIA,” sumber : covid19.go.id pada 26 Mei 2020 “Berdasarkan penjelasan tersebut, maka klaim pesan berantai tersebut tidak benar. Oleh sebab itu, pesan berantai itu masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.” Sumber : https://covid19.go.id/p/hoax-buster/salah-krn-pemerintahnyangeyel-rakyatnya-bandel-akhirnya-indonesia-dilockdown-dunia (sumber : Liputan6.com, vivanews.com, dan covid19.go.id) Berdasarkan identifikasi, eksplorasi, seleksi dan evaluasi berita, maka tahapan berikutnya (tahapan 5) adalah menyusun rangkaian informasi baru. Berdasarkan contoh topik studi kasus mengenai “Indonesia dilockdown dunia,” maka informasi baru yang bisa disusun adalah sebagai berikut : Berita atau informasi mengenai Indonesia yang di-lockdown oleh beberapa negara di dunia adalah tidak benar, karena sejumlah negara di dunia sudah melarang masuknya warga asing, bukan hanya Warga Negara Indonesia (WNI), sejak menyebarnya COVID-19 ke luar Tiongkok. Menurut penelusuran fakta oleh tim Kanal Global Liputan6.com, pemerintah Singapura, sudah dari lama menolak kedatangan pendatang internasional dalam jangka pendek akibat pandemi COVID-19; pemerintah Jepang, berdasarkan situs Japan Guide, melarang masuk warga asing kepada lebih dari 100 negara, bukan hanya Indonesia, melainkan juga Singapura, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan hampir seluruh negara Eropa; pemerintah Korea Selatan sedang membatasi kedatangan warga asing dari berbagai negara, situs imigrasi Korsel menejelaskan bahwa visa short-term C-1 dan C-3 yang dikeluarkan sebelum 5 April telah disuspens; pemerintah Taiwan melarang masuknya warga asing sejak Maret lalu dan ini tak hanya berlaku bagi WNI saja; untuk Hongkong, jika melihat ketentuan di situs maskapai Cathay Pacific (CX), semua orang yang bukan warga Hongkong memang tidak boleh masuk ke wilayah Hongkong; situs pemerintah Australia menyatakan bahwa hanya warga Australia yang saat ini boleh masuk ke Australia; Perdana Menteri Selandia Baru mengumumkan dalam konferensi pers (18/3) bahwa Selandia Baru melarang masuk pendatang kecuali warga negara Selandia Baru. Setelah mengindentifikasi informasi baru, penting untuk melanjutkan ke tahapan berikutnya, yaitu tahapan 6 dengan membuat pemetaan mengenai sumber berita untuk mengetahui kebenaran atas informasi yang baru disusun. Tabel 4. Tahapan klarifikasi dan perbandingan sumber berita Klarifikasi dan Perbandingan Sumber Berita (Tahapan 6) Kelompok 1 Kelompok 2 Unggahan akun Facebook (Mores) dan Covid19.go.id, Liputan6.com, pesan berantai melalui WhatsApp vivanews.com Dari perbandingan 2 kelompok besar media yang menjadi sumber berita, yang pertama kelompok dengan sumber berita media berasal dari akun media sosial dan pesan berantai aplikasi chatting. Sedangkan kelompok kedua merupakan media yang berbadan hukum jelas, punya kredibilitas, dan format berita sesuai kaidah jurnalistik. Narasumber Meskipun menggunakan nama Duta besar RI untuk Singapura, situs kedutaan dan pemerintah suatu negara imigrasi Korea Selatan, Situs serta badan imigrasi suatu negara, maskapai Cathay Pacific (CX), situs sumber informasi yang disampaikan pemerintah Australia, Perdana tetap tidak meyakinkan. Menteri Selandia Baru. Dari perbandingan 2 kelompok besar media dalam memilih narasumber untuk memperkuat berita terlihat bahwa kelompok pertama, meskipun menggunakan nama kedutaan, pemerintah dan badan imigrasi suatu negara, sumber informasi yang disampaikan tetap tidak meyakinkan. Sedangkan kelompok kedua melakukan wawancara langsung dengan narasumber ataupun melihat situs resmi suatu pemerintah, maskapai penerbangan, dan imigrasi, serta melalui konferensi pers. Data yang disajikan Bagian Korea Visa Application Center Situs imigrasi Korsel menejelaskan (KVAC) Jakarta, menginformasikan bahwa visa short-term C-1 dan C-3 Warga Negara Indonesia yang akan yang dikeluarkan sebelum 5 April berkunjung ke Korea, saat ini tidak di telah disuspens. perbolehkan sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Info dari CX, WNI tidak di perbolehkan transit ataupun masuk ke Hongkonh sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Jika melihat ketentuan di maskapai Cathay Pacific semua orang yang bukan Hongkong memang tidak masuk ke wilayah Hongkong. situs (CX), warga boleh Dari perbandingan pemberitaan berdasarkan pengelompokan ini terlihat bahwa informasi dari kelompok pertama tidak menampilkan informasi sebenarnya (tidak sesuai dengan situs). Sedangkan, kelompok dua menampilkan informasi sesuai yang sebenarnya (sesuai dengan situs). (sumber : Liputan6.com) Hasil dari pemetaan ini perlu disajikan dalam tampilan yang menarik dan mudah dimengerti oleh masyarakat luas, sebagai contoh dapat ditampilkan dalam bentuk meme yang sering digunakan untuk menyalurkan selera humor. Proses penyajian ini seharusnya tak menjadi masalah untuk pemuda (generasi muda) karena meme merupakan salah satu budaya internet masa kini yang digunakan untuk berbagai hal. Penyajian dengan menggunakan meme dilakukan oleh pemerintah Taiwan dalam menangani berita dan informasi hoax seputar COVID-19. Menteri digital Taiwan, Audrey Tang, menjelaskan taktik ini sebagai humor diatas rumor dan terbukti efektif dalam menghentikan informasi dan berita hoax mengenai COVID-19. Berikut adalah beberapa contoh dari meme yang dibuat untuk menyajikan hasil analisis tahapan 6 : Gambar 1. Contoh Meme 1 (sumber gambar : Google image) Gambar 2. Contoh Meme 2 (sumber gambar : Google Image dan covid19.go.id) Gambar 3. Contoh Meme 4 (sumber gambar : Google image dan covid19.go.id) Gambar 5. Contoh Meme 5 (sumber gambar : Google image dan covid19.go.id) Selanjutnya adalah penilaian output (tahapan 7) yang menjadi langkah penting dalam membahas hasil framing literasi media, misalnya dengan membandingkan pendapat pakar atau ahli. Dalam contoh topik “Indonesia di-lockdown dunia,” media online jawapos.com menampilkan pernyataan pihak Kementrian Luar Negeri melalui juru bicara Kemenlu, Teuku Faizayah, yang membantah informasi hoax bahwa Indonesia dilockdown dunia. Pandangan pakar atau ahli, seperti Kemenlu, yang dimuat di dalam laman berita online jawapos.com, dikutip sebagai berikut : “Tidak benar karena peraturan tersebut berlaku umum. Misalnya untuk ke Singapura, ketentuan tersebut berlaku juga untuk semua Warga Negara Asing (WNA).” Selain itu, Teuku Faizayah juga mengungkapkan bahwa pesan berantai yang beredar, serupa dengan kebijakan visa ke Indonesia. Pernyataan tersebut, yang dimuat di dalam laman jawapos.com, adalah sebagai berikut : “Itu serupa dengan kebijakan visa ke Indonesia yang tidak membolehkan WNA terkecuali, tertentu, seperti diplomat dan pemegang Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS). Yang saya ketahui, ketentuan tersebut berlaku umum, tidak hanya WNI.” Dalam langkah berikutnya (tahapan 8), perlu dilakukan proses memperbaharui informasi dan mengikuti perkembangan pewacanaan atas pemberitaan yang menjadi polemik dan sumber berita hoax. Sejauh ini, belum ada pembaharuan informasi mengenai topik informasi hoax yang dijadikan contoh untuk dikaji menggunakan model instrumen E8, namun pembaharuan informasi tetap harus dilakukan. Sejauh ini juga, belum ada perkembangan wacana mengenai topik yang dijadikan contoh untuk dikaji menggunakan model instrumen E8. Namun, terdapat topik lain yang telah berhasil dikembangkan dengan wacana yang sama, yaitu mengenai “dokter Palestina penemu vaksin Corona.” Topik tersebut dimuat di situs asianmuslim.com pada 14 Maret 2020, dalam suatu artikel berjudul “China Akui Dokter Palestina Penemu Vaksin yang Terbukti Ampuh 100 Persen.” Artikel tersebut berisi klaim sebagai berikut : “China secara resmi mengumumkan, hanya beberapa jam yang lalu, keberhasilan serum Palestina yang diberikan kepada Dr. Manar Saadi AlShenawi. Melalui Kementerian Kesehatan China temuan ini di dedikasikan sebagai serum untuk mengobati virus Corona, yang telah terbukti 100% efektif pada lebih dari 7 kasus yang telah disembuhkan. Lebih lanjut Pemerintah China secara terang-terangan mengakui bahwa para ilmuwan medis Palestina telah membuktikan kepada seluruh dunia bahwa mereka adalah pembuat kehidupan. Dan hak untuk menciptakan serum Palestina telah menjadi 100% hak paten yang di ekspor ke semua negara di dunia, dan otoritas harga itu sesuai dengan harga yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan Palestina, yang tentu akan menjadi booming ekonomi dalam sejarah kedokteran Palestina, dan bahkan mungkin untuk menjual obat yang akan membayar hutang Palestina dan menjadi ekonomi Tiongkok dalam waktu dekat.” Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cekfakta liputan6.com, tidak ada artikel yang menjelaskan mengenai klaim “China Akui Dokter Palestina Penemu Vaksin yang Terbukti Ampuh 100 Persen,” begitu pula dengan nama dr. Manar Saadi Al-Shenawi yang juga tidak ditemukan di mesin pencari google. Ternyata ada warganet yang membantah klaim artikel tersebut melalui kolom komentar. Akun Facebook bernama Moh Sofwan Abbas, memberikan tautan artikel yang membantah klaim bahwa China mengakui dokter Palestina menemukan vaksin virus corona. Berikut adalah sebagian dari isi tautan artikel yang telah diterjemahkan : “Palestina, Mesir, atau Lebanon belum berhasil menciptakan perawatan Corona Akun-akun di media sosial telah melaporkan sejak 7 Maret, bahwa “China secara resmi mengumumkan, dan beberapa jam yang lalu, keberhasilan vaksin Palestina yang diserahkan dr. Manar Saadi Al-Shenawi kepada Kementerian Kesehatan China untuk mengobati virus Corona.” Mezbar kemudian memverifikasi berita yang diedarkan dan menemukan bahwa berita itu dibuat-buat dan diedarkan dari waktu ke waktu dalam formula yang sama, tetapi dengan perubahan nama negara dan dokter, kemudian diklaim bahwa serum itu adalah penemuan orang Mesir, orang Palestina, dan orang Lebanon. Melalui, situs web resmi Kementrian Kesehatan Palestina, tidak ditemukan bukti untuk klaim yang disampaikan berita tersebut, nama dokter yang tersebar juga tidak ditemukan di antara daftar staff Kementrian Kesehatan Palestina. Kementrian Kesehatan Mesir juga membantah berita tersebut ketika beredar sebagai keberhasilan Mesir. Dengan demikan, untuk contoh topik” dokter Palestina penemu vaksin Corona,” terlihat jelas bahwa berita atau informasi tersebut merupakan suatu desain yang dirancang, direproduksi, dengan nama dokter dan negara yang berbeda, dan disebar melalui media online “abal-abal” dan media sosial, sedangkan untuk topik “Indonesia di-lockdown dunia” terlihat jelas bahwa berita atau informasi tersebut merupakan konten yang menyesatkan. Penutup Oleh karena itu, di dalam merespon perkembangan pemberitaan yang informasinya menyesatkan dan dimanipulasi sehingga menjadi informasi palsu, upaya mengembangkan model literasi media melalui model Empowering 8 (E8) merupakan hal yang penting, mengingat masih banyak pengguna internet dan media sosial yang masih terpengaruh oleh pemberitaan informasi palsu (hoax) di media sosial, khususnya adalah golongan tua. Hal ini juga dapat menjadi bentuk aksi nyata pemuda melalui literasi media dalam menangani hoax seputar COVID-19 di Indonesia. Referensi Agustina, R., Rachmawati, Y., Silviliyana, M., Annisa, L., Wilson, H. 2019. STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2019. Badan Pusat Statistik. Boese, A. (2002). The Museum of Hoaxes. Hardcover Boyd, Danah M., Ellison, Nicole B. (2007). Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication. 13 (1): 210–30. Chakraborty, I., & Maity, P. 2020. COVID-19 outbreak : Migration, effects on sciety, global enviroment and prevention. Science of the Total Enviroment, 138882. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. [SALAH] “China Akui Dokter Palestina Penemu Vaksin Corona yang Terbukti Ampuh 100 Persen”. Diakses dari https://covid19.go.id/p/hoax- buster/salah-china-akui-dokter-palestina-penemu-vaksin-coronayang-terbukti-ampuh-100-persen pada tanggal 13 Juni 2020. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. [SALAH] “KRN PEMERINTHANYA NGEYEL & RAKYATNYA BANDEL AKHIRNYA INDONESIA DILOCKDOWN DUNIA”. Diakses dari https://covid19.go.id/p/hoax-buster/salah-krn-pemerintahnya-ngeyelrakyatnya-bandel-akhirnya-indonesia-dilockdown-dunia pada tanggal 13 Juni 2020. Judith, C. (2018). Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya Hoax Communication Interactivity in Social Media and Anticipation. Jurnal Pekommas, 3(1), 31-44. Juliswara, V. (2017). Mengembangkan model literasi media yang berkebhinnekaan dalam menganalisis informasi berita palsu (hoax) di media sosial. Jurnal Pemikiran Sosiologi. 4(2), 142-164. Kaplan, Andreas M., Haenlein Michael (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of social media. Business Horizons. 53 (1): 61. Khalisotussurur, L. 2020. Indonesia Di-Lockdown Dunia karena Bandel Soal Corona, Cek Faktanya. Diakses dari https://www.vivanews.com/viva-fakta/50438-indonesia-dilockdown-dunia-karena-bandel-soal-corona-cek-faktanya pada tanggal 13 Juni 2020. Kietzmann, Jan H.; Kristopher Hermkens (2011). Social media? Get serious! Understanding the functional building blocks of social media. Business Horizons. 54 (3): 241–251. Liputan6.com. 2020. Cek Fakta : Tidak Benar Indonesia Di-lockdown Dunia karena Rakyatnya Bandel. Diakses dari https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4262307/cek-fakta-tidak- benar-indonesia-di-lockdown-dunia-karena-rakyatnya-bandel pada tanggal 13 Juni 2020. Mastel. 2019. HASIL SURVEY WABAH HOAX NASIONAL 2019. Diakses dari http://mastel.id/press-release-survey-wabah-hoax- nasional-2019/ pada tanggal 10 Juni 2020. Nasrullah, R. 2015. Media sosial (perspektif komunikasi, budaya, dan sosioteknologi). Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. Newton, C. 2019. People older than 65 share the most fake news, a new study finds. Diakses dari https://www.theverge.com/2019/1/9/18174631/old-people-fakenews-facebook-share-nyu-princeton pada tanggal 14 Juni 2020. Obar, Jonathan A., Wildman, Steve (2015). Social media definition and the governance challenge: An introduction to the special issue. Telecommunications Policy. 39 (9): 745–750. Oxford Learner’s Dictionaries. n.d. Hoax. Diakses dari situs: https://en.oxforddictionaries.com/definition/hoax pada tanggal 10 Juni 2020. Quito, A. 2020. Taiwan is using humor as a tool against coronavirus hoaxes. Diakses dari www.google.com/amp/s/qz.com/1863931/taiwan-isusing-humor-to -quash-coronavirus-fake-news/amp/ pada tanggal 13 Juni 2020. Tamburaka, A. 2013. Literasi Media : Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Raja Garindo Persada. Tarigan, A., Burhani, R. 2017. Diakses https://m.antaranews.com/amp/berita/604730/menko-polhukamberita-hoax-buat-masyarakat-merugi pada tanggal 10 Juni 2020. dari Untari, P. H. 2019. 2018, Pengguna Internet Indonesia Paling Banyak di Usia 15-19 Tahun. Diakses dari https://techno-okezone com.cdn.ampproject.org/v/s/techno.okezone.com/amp/2019/05/21/2 07/2058544/2018-pengguna-internet-indonesia-paling-banyak-diusia-15-19tahun?amp_js_v=0.1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#origin=ht tps%3A%2F%2Fwww.google.com&prerenderSize=1&visibilityStat e=visible&paddingTop=32&p2r=0&horizontalScrolling=0&csi=1& aoh=15917215836342&viewerUrl=https%3A%2F%2Fwww.google. com%2Famp%2Fs%2Ftechno.okezone.com%2Famp%2F2019%2F0 5%2F21%2F207%2F2058544%2F2018-pengguna-internetindonesia-paling-banyak-di-usia-15-19tahun&history=1&storage=1&cid=1&cap=navigateTo%2Ccid%2Cf ullReplaceHistory%2Cfragment%2CreplaceUrl%2CiframeScroll pada tanggal 10 Juni 2020. Walsh, L. (2006). The Scientific Media Hoaxes of Poe, Twain, and Others. SUNNY Press. Wardani, A. S. 2019. 83 Persen Pengguna Internet Indonesia Pakai WhatsApp. Diakses dari https://m.liputan6.com/tekno/read/4113678/83-persen-penggunainternet-indonesia-pakai-whatsapp pada tanggal 14 Juni 2020. Wijetunge, P, dan Alahakoon, U. 2009. Empowering 8: The Information Literacy Model Developed in Sri Lanka to Underpin Changing Education Paradigms of Sri Lanka. Sri Lankan Journal of Librarianship and Information Management. 1(1): 31–41. World Health Organization. 2020. WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. Diakses dari https://covid19.who.int/ pada tanggal 22 Juni 2020. Lampiran Gambar 6. Distribusi Pemuda Indonesia, 2019 (Sumber Gambar : BPS, Susenas 2019) Gambar 7. Distribusi Pemuda Indonesia Menurut Pulau, 2004 dan 2019 (Sumber gambar : BPS, Susenas 2019) Gambar 8. Tangkapan Layar Pesan Berantai Berita Hoax”Indonesia Dilockdown Dunia” Melalui WhatsApp (sumber gambar : covid19.go.id) Gambar 9. Tangkapan Layar Unggahan Berita Hoax”Indonesia Dilockdown Dunia” Melalui Facebook (sumber gambar : Liputan6.com) Gambar 10. Tangkapan Layar Fakta Berita Hoax “Indonesia Di-lockdown lockdown Dunia” (sumber gambar : covid19.go.id) Gambar 11. Kondisi Demografi Indonesia Tahun 2019 (sumber gambar : BPS, Susenas 2019) Gambar 12. Kondisi Pendidikan Pemuda Indonesia Tahun 20199 (sumber gambar : BPS, Susenas 2019) Gambar 13. Hasil Survey Jumlah Berita Hoax yang Diterima oleh Responden (sumber gambar : Mastel, 2019) Gambar 14. Hasil Survey Saluran Penyebaran Berita Hoax Menurut Responden (sumber gambar : Mastel, 2019) Gambar 15. Hasil Survey Respon Ketika Menerima Berita Heboh (sumber gambar :Mastel, 2019) Gambar 16. Hasil Survey Penguna Internet Indonesia 2018 Berdasarkan Umur (sumber gambar: techno okezone) Tabel 5. Angka buta huruf pemuda Indonesia, 2019 a (sumber : BPS, Susenas 2019) Tabel 6. Presentase pemuda menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, 2019 (sumber : BPS, Susenas 2019) Tabel 7. Presentase kepemilikan dan pengunaan telepon seluler/nirkabel oleh pemuda Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok umur, 2019 (sumber : BPS, Susenas 2019) Tabel 8. Presentase penggunaan internet oleh pemuda Indonesia menurut kelompok umur, 2019 (sumber : BPS, Susenas 2019)