Uploaded by cathy.lee20

Perbedaan Akuntansi Biaya dan Manajemen

advertisement
Perbedaan Akuntansi BIaya dan Akuntansi Manajemen:
Skop
Tujuan
Teknik
yang
digunakan
Prinsip
yang
digunakan
Data yang
digunakan
Akuntansi Biaya
Menyajikan
informasi biaya
untuk keperluan
manajerial
(menyajikan
perhitungan biaya
produksi per unit
untuk
memberikan nilai
persediaan
perusahaan
&HPP)
Akurasi biaya dan
pengendalian
biaya untuk
maksimalisasi
profit
Standard costing,
analysis variance,
marginal cost, cost
volume profit
analysis
Beberapa prinsip
pencatatan biaya
Kuantitatif
Akunt. Manajemen
Skop lebih luas karna
meyajikan berbagai
jenis informasi
1.
Job Order Costing  sistem perhitungan biaya produksi
berdasarkan pesanan,



Perencanaan,
pengendalian dan
pembuatan
keputusan untuk
maksimalisasi profit
Semua Teknik dalam
akuntansi biaya
namun disertai
dengan analisis rasio,
analisis arus dana,
statistic, riset
operasi, ekonomi
Tidak terdapat
prinsip tertentu
Kuantitatif &
Kualitatif
Manajemen biaya : bagian dari akuntansi manajemen
dengan tujuan memberikan informasi bagi manajemen agar
dapat melakukan pengelolaan biaya atau efisiensi biaya
Kaplan dan Johnson (1987)  buku Relevant Cost
menceritakan ilmu akuntansi biaya berkembang sejak
revolusi industri  menyebabkan adanya kebutuhan untuk
perhitungan biaya per unit dari masing‐masing produk yang
dihasilkan perusahaan.
Menurut Kaplan dan Johnson sejarah awal perancangan
akuntansi biaya tidak mempermasalahkan keakuratan
perhitungan biaya produksi per unit karena sistem tersebut
hanya bertjuan untuk inventory costing (mementukan nilai
persediaan dan beban pokok penjualan) agar perusahaan
dapat menyusun laporan keuangan eksternal. Sistem
akuntansi biaya ini tidak dirancang untuk pengambilan
keputusan.  karena ketidak akuratan dalam perhitungan
biaya produksi.
Topik‐topik alokasi biaya yg tidak akurat dalam akuntansi
biaya :
1. Job order costing (sistem biaya pesanan)
2. Process Costing (sistem biaya proses)
3. Joint Cost
4. Alokasi biaya departemen penunjang (support
department allocation cost)
5. Perlakuan akuntansi untuk barang cacat (Scrap,
Rework and Spoilage)
Job Order Costing

produk antara satu pesanan dan pesanan lain bisa
dibedakan
perhitungan biaya produksi menggunakan job cost
sheet yang merupakan rincian perhitungan biaya :
bahan mentah, biaya buruh, biaya OH masing2
pesanan
alokasi Biaya OH berdasarkan metode tradisional 
angka OH tidak akurat  total biaya produksi tidak
akurat
kegunanaan: menyusun laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi perusahaan manufaktur  WIP :
untuk produk setengah jadi, barang jadi akhir untuk
yang pesanan sudah selesai, biaya produksi barang
sudah terjual ke Laba Rugi
2.
Process Costing Sytem (Sistem biaya proses)

digunakan untuk memproduksi barang secara masal 
produk tidak dapat dibedakan
perhitungan biaya produksi dilakukan per batch yang
diproduksi
biaya produksi dipisahkan berdasarkan departemen
yang produksi barang tersebut
biaya mentah langsung dan biaya buruh langsung
dapat ditelusuri dengan akurat untuk masing2 batch,
alokasi OH tetap tidak akurat karena perhitungan biaya
ekuivalen per unit.
Adanya biaya ekivalen per unit  membagi total biaya
produksi dari masing2 departemen menjadi total
biaya produksi yang mewakili produk yang sudah
diselesaikan pada departemen tersebut dan akan
ditransfer ke departemen berikutnya serta berapa
biaya produksi dari barang yang belom selesai diproses
pada departemen tersebut.
Total biaya produksi yang terdapat dalam persediaan
barang dalam proses akhir pada masing2 departemen,
nantinya dijumlahkan,  jadi total biaya produksi
barang dalam proses
Biaya produksi barang yang sudah selesai diproduksi
oleh seluruh departemen, kemudian akan dimasukkan
ke persediaan barang jadi, kalo sudah terjual ke Beban
Pokok Penjualan.






3.
Joint Cost
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan suatu
proses  dari proses tersebut dihasilkan beberapa jenis
produk  disebut Joint Product
Contoh : perusahaan peternakan ayam  ayam dijual
secara potongan : paha, dada, dll
Alokasi biaya pemeliharaan dan pemotongan ayam untuk
masing‐masing produk yang dihasilkan seperti paha dan
dada.  untuk tujuan pelaporan keuangan.
4.
Support department allocation cost (Alokasi biaya
departemen penunjang)
Alokasi biaya departemen penunjang memisahkan
biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan menjadi
biaya produksi untuk masing‐masing departemen.
Terdapat 2 jenis :
1. Departemen Produksi : terlibat langsung dalam
proses produksi ,cth : perakitan, pengecatan
2. Departemen penunjang (support department) 
tidak terlibat langsung namun dibentuk untuk
menunjang kelancaran kegiatan pada dept
produksi cth dept pemeliharaan mesin. Biaya
departemen penunjang ini dibebankan terlebih
dahulu ke dept. produksi baru kemudian
dibebankan ke produk.
Pembeban biaya departemen penunjang ke dept. produksi
dilakukan dengan 3 cara :
1. Direct method  sesama dept penunjang
dianggap tidak saling melayani –> semua biaya
dept penunjang lgs dibebankan ke dep produksi
2. Step down method  dept penunjang dianggap
melayani dept penunjang lainnya namun 1 arah.
3. Reciprocal method  departemen penunjang
dianggap saling melayani dan dilakukan 2 arah
Paling akurat : reciprocal method. Namun kenapa metode
lain diperbolehkan? Karena pembebanan support dept
cost akan dibebankan ke dept produksi yang
menggunkan alokasi OH tradisional cth jam mesin, unit
produksi hasilnya alokasi ke masing2 produk tidak
akurat maka sama juga ga akurat semua.
5.
Pelakukan akuntansi untuk barang cacat.
Barang cacat dibagi menjadi :
1. Rework : pengerjaan ulang barang yang tidak
sesuai dengan spesifikasinya dan setelah
dikerjakan ulang dapat dijual dengan harga normal
2. Spoilage : barang yang cacat atau rusak tidak dpat
diperbaiki lagi sehingga hrus dijual dengan harga
dibawah normal.
Ada juga Scrap: sisa‐sisa produksi misalkan potongan kain
dari pembuatan baju.  kalo scrap terlalu banyak adalah
bukti proses produksi yang tidak efisien.
Dalam akuntansi biaya, rework dan spoilage dapat
dikategorikan menjadi normal loss maupun abnormal loss
Normal Loss  meningkatkan biaya per unit produk
tersebut
Abnormal Loss  tidak mempengaruhi biaya per unit
produk dan langsung dibebankan menjadi beban pokok
penjualan sebagai abnormal loss.
Kesimpulan : Akuntansi biaya dirancang untuk inventory
costing  memperkirakan nilai biaya produksi yang masuk
ke dalam persediaan barang dalam proses, barang jadi dan
beban pokok penjualan.  tanpa membutuhkan
perhitungan biaya per unit yang akurat tidak digunakan
oleh manajemen untuk pengambilan keputusan.
Download