Uploaded by hanifauly93

96667324-Quest

advertisement
Modul 7 dan 8
Pengukuran
6.1. Tingkat Pengukuran (scales of measurement).
Variabel diturunkan dari teori yang didalamnya terdiri dari beberapa
konsep, yang mana konsep-konsep tersebut masih abtrak, sehingga perlu dibatasi
pengertiannya sesuai dengan obyek yang diteliti sehingga menjadi konstruk.
Proses menginterpretasikan dan mengunakan konsep yang abstrak menjadi
konstruk dalam mendekati masalah penelitian disebut dengan operasionalisasi
konsep.
Supaya dapat digunakan untuk meneliti opersionalisasi konsep tersebut
diikuti dengan pengukuran (measurement) sehingga menjadi variabel, sedangkan
operasionalisasi variabel dapat diterjemahkan sebagai gambaran hubungan antar
variabel, yang nantinya digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis.
Dengan mengetahui variabel penelitian (sub variabel kalau diperlukan)
dapat disusun dimensi, indikator, dan skala, sehingga dapat digunakan sebagai
dasar penyusunan instrumen penelitian (alat pengumpulan data; apakah kuesioner
atau pedoman observasi. Sedangkan mesurement (pengukuran) merupakan
kesepakatan yang digunakan untuk memberikan bobot dengan menetapkan
bilangan secara sistematis pada variabel penelitian. Misalnya meteran sebagai
instrumen untuk mengukur panjang dengan skala cm, termometer adalah
instrumen yang digunakan untuk mengukur suhu dengan skala derajat selcius dst.
Sedangkan untuk mengukur fenomena sosial digunakan suatu instrumen misalnya
skala Likert, skala sematik diferensial, skala Guttman, skala Borgadus, skala
Thurstone) dsb. Tahap selanjutnya menentukan populasi dan/atau sampel yang
mana observasi (baca: data terkumpul) sebagai tahap ketiga.
Variabel seperti apa yang harus ada, konsep seperti apa yang valid ?
Sebagai ilustrasi pendekatan biologik mungkin dapat membantu, apabila kita
ingin mengambarkan manusia hidup , maka setidaknya harus hidup dan
memiliki kepala, leher, badan, kaki, tangan, telingga, rambut, jari, mata, mulut
,
hidung dsb. Coba pikirkan apabila tidak ada leher, apakah disebut manusia hidup,
apabila tidak ada kepala apakah disebut dengan manusia hidup, apabila tidak
punya tangan apakah manusia masih hidup...dsb. Semakin lengkap kita
mengambarkan maka akan semakin mendekati fenomena yang sebenarnya, kalau
bagian-bagian diatas adalah konsep-hubungan antar konsep yang kita lakukan
maka semakin valid konsep tentang manusia hidup . Anda memiliki batas
minimal bagian apa saja yang harus ada supaya dikatakan manusia, itulah
gambaran konsep apa yang harus ada dalam mengambarkan fenomena-yang harus
kita konseptualisasikan.
Dalam melakukan pengukuran maka harus digunakan alat ukur yang
mampu mengukur apa yang akan diukur. Apabila kita mengukur panjang maka
akan velid jika mengunakan meteran, artinya tidak valid apabila diukur dengan
timbangan atau termometer dsb. Kesesuaian antara alat ukur dengan apa yang
diukur inilah yang disebut dengan validitas. Dalam ilmu sosial yang diukur adala
h
sikap-sikap sosial, opini, pendapat, mitivasi, perilaku, kiinerja, image dsb.
Sehingga apabila kita akan mengukur motivasi harus menggunakan alat ukur
yang dapat mengukur motivasi tersebut, yaitu teori atau konsep-konsep
motivasi. Apabila kita akan mengukur kinerja maka harus mengunakan teori atau
konsep kinerja.
Kalau membuat instrumen penelitian harus mengambarkan bagian-bagian
yang ada dalam fenomena tersebut, instrumen harus disusun dengan rapi dan baik
sehingga memotivasi orang untuk mengisi dengan baik. Apabila instrumen untuk
melakukan observasi maka instrumen tersebut tidak membingungkan apa yang
akan diobservasi dst.
Demikian juga instrumen penelitian misalnya sebagai alat ukur harus
memiliki konsistensi apabila digunakan ditempat lain, apabila digunakan berkalikali akan diperoleh hasil yang sama atau sedekat-dekatnya-mendekati sama.
Apabila ada alat ukur meteran yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena
panjang benda , apabila digunakan ditempat lain, oleh orang lain, digunakan
berkali-kali harusnya tetap mampu mengukur fenomena panjang , kecuali rusak
meteranya. Demikian juga apabila ada instrumen yang dapat mengukur
motivasi kerja, seharusnya memiliki konsistensi mengukur fenomena yang sama
ditenpat dan waktu yang berbeda. Apabila tidak ada hasil yang sama bisa jadi ala
t
ukur tersebut sudah tidak mampu mengukur apa yang harus diukur, tidak
memiliki konsistensi dalam pengukuran motivasi atau cara kita
mengoperasionalkan alat ukur tersebut salah.
Berbagai ilustrasi tersebut dalam metodologi penelitian berkaitan dengan
kualitas instrumen penelitian. Instrumen penelitian harus memenuhi aspek
validitas dan reliabilitas, sehingga akan menghasilkan data yang berkualitas pul
a.
Apabila hasil dari instrumen tersebut sudah valid dan reliabel, dan cara kita
mengukur sudah benar, maka akan menghasilkan data yang benar. Apabila kita
analisis, kesimpulan kita berdasar pada data yang benar. Apabila data tersebut
salah, maka kesimpulan tersebut akan salah pula. Bagaimana kita yakin instrumen
kita sudah berkualitas baik atau keyakinan kita saja sudah berkualitas baik pada
hal
belum ? Hal inilah yang harus dihindari yaitu kesalahan sistematis metodologis,
supaya benar maka harus kita teliti dan kita uji instrumen tersebut dengan uji
validitas dan reliabilitas.
Pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan untuk memberikan
bobot dengan menetapkan bilangan secara sistematis pada variabel penelitian.
Misalnya meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dengan skala cm,
termometer adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur suhu dengan skala
derajat selcius dst. Sedangkan untuk mengukur sikap digunakan instrumen
pengukuran sikap misalnya skala Likert, skala sematik diferensial, skala Guttman
,
skala Borgadus, skala Thurstone.
Jenis data:
Nominal adalah tingkat pengukuran yang gunakan hanya membedakan kategori
yang satu dengan kategori yang lain, dan tidak menunjukan jarak antar
kategori.Contoh : laki-laki = 1 Perempuan = 2 ( angka 1 dan 2 hanya
membedakan jenis kelamin)
Ordinal adalah tingkat pengukuran
memungkinkan peneliti mengurutkan
paling rendah sampai tingkat yang
setuju = 5, Setuju = 4, ragu-ragu
yang tidak hanya membedakan tetapi juga
pernyataan responden dari tingkat yang
paling tinggi dan sebaliknya. Contoh : Sangat
=3, Tidak setuju = 2, Sangat tidak setuju = 1.
Interval suatu tingkat pengukuran yang memungkinkan peneliti mengurutkan
responden dan jarak antar obyek. Contoh : skor 80 100 = A, 70
80 = B+, 60
70 = B, 50
60 = C, <50 =D
Rasio adalah suatu tingkat pengukuran yang memungkinkan mengurutkan dan
mengetahui jarak antar nilai dengan nilai nol mutlak.Contoh : Anak Aditya Murti
beratnya 16 Kg, Anak Hansa beratnya 8 Kg, maka berat anak Aditya Murti 2x
berat anak Hansa, Berat anak Aditya dan Hansa adalah 24 Kg dst ( dapat
diberlakukan operasi perkalian, pembagian, penambahan dan pengurangan).
7.2. Teknik Pengumpulan Data
7.2. 1. Observasi
Observasi; pengamatan dengan melakukan pencatatan/pengkodean perilaku
individu atau suasana (kondisi) dsb.
Menurut Jmes P. Chaplin, Observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan
dan pencatatan. Observasi ialah pengujian secara intensional atau
bertujuan sesuatu hal, khususnya untuk maksud pengumpulan data.
Merupakan suatu verbalisasi mengenai hal-hal yang diamati
(Kartini,Kartono,1996:157)
Sebagai metoda ilmiah observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang
luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Sutrisno Hadi,
1990:136).
Jenis observasi :
a. Observasi partisipatif;
b. Observasi sistematis (structured observation)
c. Observasi eksperimental
7.2. 2. Wawancara
Wawancara; Teknik pengalian data ini lebih banyak digunakan dalam penelitian
kualitatif, walaupun tidak menutup kemungkinan digunakan dalam
penelitian kuantitatif. Penggalian data dari responden ini dilakukan dengan
bertanya langsung sesuai dengan obyek yang diteliti, permasalahan atau
fokus penelitian. Wawancara berstruktur (dengan pedoman wawancara
sudah dibuat dahulu). Wawancara tak berstruktur jenis wawancara bebas
sesuai dengan tujuaan penelitian. Wawancara terarah, apabila pokok-pokok
pertanyaan telah disiapkan.
7.2.3. Dokumentasi
Berbagai data yang sudah tersusun sebagai informasi yang terbukukan,
terekam, atau tersimpan dapat digunakan sebagai sumber data. Hasil-hasil
riset, data BPS, data institusi, data perusahaan, dsb. Sebagai contoh dalam
marketing data penjualan bebepara tahun dapat dianalisis untuk menentukan
estimasi penjualan pada tertentu, atau pertumbuhan penduduk beberapa tahun
dapat digunakan untuk mengestimasikan jumlah penduduk pada tahun
tertentu, kalau dalam audit komunikasi data tentang data keluhan pelangan, email, surat, dsb.
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena
dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan. (Moleong,2004:161)
7.2.4. Kuesioner
Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan alat untuk
memperoleh/mengumpulkan data primer dari responden.
Kuesioner ada beberapa jenis;
a. kuesioner tertutup (jawaban telah disediakan, Misal: Jenis Kelamin : 1.
Perempuan 2. Laki-laki ),
b. kuesioner terbuka (jawaban disi sendiri oleh responden, Misalnya : Untuk
jenis isi berita Nasoinal melalui media televisi yang biasa di tonton sesuai
urutan adalah : 1...............2............3.............4............dst ),
c. kuesioner terbuka-tertutup, dan semi terbuka ( Misalnya alasan meonton TV =
1. mencari informasi 2. mengisi waktu luang, 3. mencari hiburan, 4.
menghilaangkan kejenuhan 5. Lainya........,.........,............(sebutkan dapat
lebih
dari satu).
7.2. 5. Focus Group Discution (FGD) dsb
FGD digunakan sebagai salah satu pengalian data (informasi) pada suatu
casus spefisik, kontemporer, lintas disiplin dsb yang dilakukan dengan diskusi
kelompok orang-orang yang kompeten/ahli dengan kasus tersebut atau berkaitan
langsung dengan maslah atau fokus tertentu. Misalnya: penanganan banjir, strateg
i
komunikasi, strategi periklanan, perencanaan restrukturisasi perusahaan,
managemen krisis dsb.
FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan
pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data dari
suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada permasalahan
tertentu (Bungin,2005:225). Lebih lanjut dikemukakan bahwa ...pertimbangan
menentukan siapa yang terlibat dalam FGD berkaitan dengan bebepara hal;
a. keahlian atau kepakaran seseorang dalam kasus yang akan didiskusikan;
b) pengalaman praktis dan kepedulian terhadap fokus masalah
(c).
pribadi terlibat dalam fokus masalah
(d). Tokoh otoritas terhadap kasus yang didiskusikan
(e) masyarakat awam yang tidak tahu menahu dengan masalah tersebut,
namun ikut merasakan persoalan sebenarnya....Pelaksanaan diskusi
dipimpin oleh seorang pimpinan diskusi dan juga bisa dibantu oleh
sekretaris yang akan mencatat jalanya diskusi. Namun, bisa saja pimpinan
diskusi mencatat sendiri jalanya diskusi...(Bungin, 226-2327)
7.3. Data Primer dan Data Sekunder
7.3.1.a Data Primer Pertama adalah berbagai informasi tentang responden
berkaitan dengan obyek penelitian. Data responden ini dapat dengan
pertanyaan/pernyataan terbuka, tertutup atau gabungan tertutup terbuka.
Data responden ini dapat digunakan untuk mengali informasi lebih dalam,
fleksibel dan bervariasi tentang obyek penelitian pada responden yang
tidak memungkinkan digali. Hal ini karena pada data primer kedua yang
lazimnya untuk uji hipotesis terikat oleh pengukuran (penskalaan) yang
kita gunakan, sehingga kuesioner terkesan kaku dan terbatas. Hasil data
responden tentang obyek penelitian pertama ini lazimnya diolah dengan
statistik diskriptif untuk bahan pembahasan (diskusi) temuan penelitian.
7.3.1.b. Dengan demikian, Data primer yang ke-dua adalah data primer yang
merupakan item-item pernyataan responden yang diturunkan dari
indikator, dimensi dan variabel penelitian yang biasanya digunakan untuk
uji hipotesis. Berdasarkan indikator dan pengukuran (penskalaan) inilah
kita susun kuesioner, yang mana setiap indikator minimal menjadi satu
item pertanyaan/pernyataan. Lazimnya untuk memudahkan item berupa
pertanyaan dikumpulkan dengan item pertanyaan, demikian juga item
pernyataan.
Catatan :
1. Untuk penelitian diskriptif kuantitatif yang mungkin tidak ada
hipotesisnya, maka data primer ke-dua adalah item-item pernyataan
responden yang diturunkan dari indikator, dimensi dan variabel penelitian
yang akan didiskripsikan).
2. Untuk penelitian kualitatif juga dapat mengunakan kuesioner terbukatertutup untuk melengkapi alat pengumpulan data lainnya, misalnya
wawancara, dokumentasi, observasi dsb, hanya saja kuesioner dalam
penelitian kualitatif tersebut tidak digunakan untuk menguji hipotesis dan
tidak diturunkan dari variabel, karena dalam penelitian kualitatif tidak
menguji hipotesis apalagi variabel.
7.3.2. Data sekunder adalah data pendukung yang berhubungan dengan tujuaan
dan obyek penelitian, baik dari kepustakaan, instansi (Pemda, BPS,
data Perusahaan, Kliping Koran, Internet, hasil riset peneliti lain dsb)
atau yang terdokumentasikan.
8.1. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
8.1.1. Pengantar
Validitas internal (Internal validity) berkaitan dengan instrumen itu
sendiri, apakah instrumen tersebut diturunkan dari teori-konsep yang valid, apak
ah isi
intrumen tersebut telah mengambarkan fenomena yang akan diukur, apakah
instrumen tersebut telah tampak meyakinkan, apakah mampu mengali informasi yang
tersembunyi bahkan memprediksikan susuatu dsb.
Validitas eksternal (eksternal validity) berkaitan dengan apakah instrumen
yang kita buat disusun berdasarkan data empiris, atau membandingkan antara suatu
standart yang ditetapkan dengan data empiris instrumen yang akan kita gunakan.
Misalnya kita membuat kuesioner, kuesioner tersebut kita uji cobakan pada minima
l
30 responden dengan karakteristik sama/mendekati sama dengan responden
penelitian kita. Hasilnya kita korelasikan dengan korelasi Product Moment (baca
contoh
cara menghitung dibawah), sedangkan hasil korelasi tersebut kita bandingkan deng
an
nilai tabel-signifikan atau tidak . Cara yang lain misalnya Azwar mengatakan kriter
ia
minimal skor korelasi 0,3 diangap item layak digunakan untuk meneliti, kalau kur
ang
direvisi atau tidak dipakai. Atau kalau peneliti menghendaki kualitas penelitian
yang
lebih baik dapat dengan kriteria lebih tinggi, misalnya 0,7 atau 0,8.
Alat ukur dalam ilmu sosial yaitu Instrumen penelitian yang diturunkan
dari variabel, dimensi, indikator dan skala yang digunakan. Sebagai alat
pengumpulan data maka apakah kuesioner, observasi, wawancara, FGD, dsb
berkaitan dengan ketepatan dan kecermatan mengukur apa yang kita ukur, dan
memiliki konsistensi apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama pada
waktu yang berbeda atau oleh peneliti lainnya.
Uji validitas reliabilitas saya ambil contoh instrumen penelitian :
kuesioner, sedangkan validitas-reliabilitas observasi dalam pembahasan analisis
isi (content analisys) atau eksperimen. Sedangkan validitas reliabilitas
wawancara, FGD seharusnya dibahas dalam metode penelitian kualitatif
8.1.2. Validitas
Ciri penelitian kuantitatif dengan langkah yang sistematis, terkontrol,
terencana dsb. Kontrol metodologis atas instrumen kita yaitu dengan uji validita
s
reliabilitas. Apa bedanya dengan penelitrian kualitatif ? Penelitian kualitatif
instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, lalu bagaimana peneliti
menguji validitas dan reliabilitas dirinya sendiri ? dalam penelitian kualitatif
lebih mengenal keabsahan data , yang dapt diperoleh dengan: standart
kredibilitas (mengikutkan peneliti lain, melakukan observasi sungguh-sungguh,
trianggulasi, diskusi teman sejawat, dsb, sandart tranferabilitas, standart
dependabilitas (konsistensi peneliti dalam proses pengumpulan data, standart
konfirmabilitas (pemeriksaan kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar
data tersebut memang benar-benar dari lapangan).
Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang secara logis berhubungan
dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang
mempunyai arti dalam menguji hipotesis (M. Nazir, 1988 : 248). Sedangkan
setiap alat ukur (baca:kuesioner) senantiasa berhadapan dengan sejauh mana alat
ukur tersebut mengukur apa yang diukur (validitas) dan konsistensi alat ukur
(reliabilitas) tersebut bila digunakan dapat dipercaya.
Menurut Azwar (1997,4-5) validitas berasal dari validity, yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsinya. Selanjutnya dikemukakan walaupun reliabilitas
mempunyai berbagai nama lain, seperti : keterpercayaan, keterandalan, keajekan,
konsistensi, dsb, ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Sugiyono (2006:115) mengemukakan ...instrumen-instrumen dalam
bidang sosial walaupun telah teruji validitas analisis reliabilitasnya, tetapi b
ila
digunakan untuk tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin valid dan
realiabel lagi. Hal ini perlu dimaklumi karena gejala/fenomena sosial itu cepat
berubah dan sulit dicari kesamaannya. Instrumen tentang kepemimpinan mungkin
valid untuk kondisi Amerika, tetapi mungkin tidak valid untuk Indonesia.
Validitas Konstruk (construct validity) adalah tipe validitas yang menunjukkan
sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau kontruk teoritis yang hendak diukurn
ya,
Alen & Yen (1979) dalam Azwar (1997:48). Apakah konstruk yang kita turunkan dari
konsep tersebut sudah valid, sudah lengkap dan mampu menggambarkan fenomena
yang akan kita teliti ?
Cara pertama, cara yang dapat dilakukan oleh peneliti, bahwa peneliti tersebut
mengetahui perkembangan teori/konsep yang dioperasionalisasikan,
dengan membaca buku atau jurnal-jurnal ilmiah nasional atau
internasional.
Cara kedua, meminta pendapat ahli yang kompeten dibidangnya, apakah
konseptualisasi yang dilakukan pada fenomena tersebut telah lengkap
dan valid, perlu tidak penambahan atau pengurangan dsb.
Cara ketiga, gabungan keduanyya akan lebih meyakinkan. Hal ini mungkin penajaman
pemahaman perbedaan penelitian kuantitatif dengan kualitatif tentang
posisi teori dalam penelitian, apabila peneliti mengunakan pendekatan
kuantitatif harus mengetahui deduksi teori-menguasai teori apa yang
digunakan untuk mendekati fenomena atau problematika penelitian.
Validitas isi (content validity) merupakan validitas yang diperkirakan secara
rasional bahwa isi tes tersebut telah mencakup keseluruhan elemen yang akan diuk
ur,
disajikan dengan bahasa yang singkat, jelas-mudah dipahami, sederha dsb.
Pemahaman siapa yang akan mengisi kuesioner menjadi pertimbangan. Validitas Isi
dapat dilakukan dengan pendapat ahli (profesional jugment).
Validitas Muka (appearance validity), sesuai dengan namanya test-test yang
tampaknya meyakinkan akan menarik memotivasi orang yang akan mengisinya.
Kemasan kuesioner yang baik tampilan dan sistematikanya berarti memenuhi kriteri
a
validitas muka.
Validitas Logik (Logig validity/sampling validity), instrumen yang dapat
diterima akal dan hanya item-item pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan
atribut yang akan diukur, sedangkan atribut yang akan diukur berkaitan dengan ob
yek
penelitian pada atribut sampel, sehingga sering disebut dengan sampling validity
.
Validitas berdasar Kriteria (Criterion validity), validitas ini dapat dilakukan
dengan mengkorelasikan antara skor tes dengan skor kriteria atau ukuran tertentu
yang ditetapkan sebelumnya.
Validitas berdasar Kriteria (Criterion validity) ada dua, yaitu :
a. validitas Prediktif (prediction validity) yaitu sejauh mana test-test mampu
memprediksi kejadian yang akan datang. Misalnya sejauh mana tes UTS dan
UAS dapat memprediksi kemampuan mahasiswa dalam menyusun Usulan
Penelitian. Test performan kerja, sejauh mana test tersebut dapat
memprediksi kemampuan dalam bekerja dsb
b. Validitas Konkuren, apabila skor test dan skor kriteria diperoleh pada waktu
yang sama. Misalnya untuk mengukur kepuasan komunikasi karyawan kita
gunakan instrumen ICA s Communication Satisfaction Questionnaire (CSQ) dan
kriteria mengunakan instrumen Critical Incident Technique (CIT), hasilnya
dikorelasikan, jika valid mana memenuhi aspek validitas konkuren Contoh:
baca at
8.1.2.1. Jenis skala dan Jenis Alat analisa Data
Contoh skala yang digunakan adalah skala Likert:
Sangat setuju, setuju; ragu-ragu tidak setuju; sangat tidak setuju. Skor yang
diberikan pada setiap jawaban responden adalah :
SS = 5; S = 4; R = 3; TS = 2; STS = 1,
Untuk pernyataan (item) yang positif. Apabila pernyataan bersifat negatif, maka
skornya dibalik menjadi :
SS = 1; S = 2; R = 3; TS = 4; STS = 5.
Supaya memperoleh pengujian hipotesis yang valid dan obyektif, diperlukan data
yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas dilakukan
dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi
product moment ( Ancok, dalam
Singarimbun dan Effendi, 1989 : 138 ) yang rumusnya sebagai berikut :
) ) Y( YN ( ) )X ( - X N (
) Y X ( - ) XY (
r2222S-SSSSSS=
N
Keterangan : r = korelasi
X = skor setiap item
Y = Skor total item X.
N = jumlah responden, Contoh berikut ini:
Contoh Menghitung validitas dengan program Excel :
Hasil korelasi product moment diatas menunjukan validitas kuesioner
apakah vaditas tinggi atau rendah. Menurut Azwar (1995 : 153) korelasi minimal
setiap item lebih besar atau sama dengan 0,30 (= 0,30) dengan demikian
pernyataan yang memiliki skor korelasi lebih kecil dari 0,30 tidak digunakan.
Sedangkan Jamaludin Ancok (1989:139) angka hasil korelasi bandingkan
dengan r tabel, df = n-k ( n = jumlah responden, k=jumlah variabel), jadi df = 1
0 2 = 8, dengan derajad kepercayaan 10%, maka r tabel diperoleh 0,5494 . Kiesioner
yang valid jika nilai r hitung > r tabel, dengan demikian yang tidak valid adala
h
kuesioner dengan korelasi r3, r4,r5, r6, r8. Yang tidak valid tidak dipakai, yan
g
vali disusun kembali dan dihitung reliabilitasnya.
8.1.2.2. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen penelitian dapat mengunakan teknik
split half dengan langkah sebagai berikut :
belah dua /
1. Membagi item yang valid ke dalam dua belahan yaitu item ganjil dalam
belahan pertama dan item genap dalam belahan kedua.
2. Menjumlahkan masing-masing skor dalam belahan, sehingga diperoleh
skor total masing-masing belahan.
3. Skor total ganjil dan genap dikorelasikan dengan korelasi product
moment.
Mencari reliabilitas semua item yang valid dengan cara menguji angka
reliabilitas metode Belah Dua-Spearman Brown (Ancok, dalam Singgarimbun dan
Effendi, 1989 : 144 ) yang diperoleh dengan rumus :
ttttrr.
.
tot1
) (2
r.
+
=
Keterangan :
r.tot = angka reliabilitas item.
r.tt = angka korelasi belahan pertama dengan belahan kedua.
Jadi Reliabilitas sebesar 0.9348, hasil tersebut konsultasikan dengan
kriteria Guilford sehingga diperoleh informasi tentang reliabilitasnya. Kriteria
Guilford yang dimaksud yaitu :
< 0,20 = tidak ada korelasi.
0,20 -< 0,40 = korelasi rendah
0,40 - < 0,80 = korelasi sedang
0,80 -< 0,90 = korelasi tinggi
0,90- < 1,00 = korelasi tinggi sekali
1,00 = korelasi sempurna.
Apabila hasil reliabilitas menurut Kriteria Guilford dalam rentang korelasi
rendah atau bahkan tidak ada korelasi maka rata-rata korelasi masing-masing
item (validitasnya cenderung rendah), artinya alat pengalian data / kuesioner dat
a
primer ke-dua (pengkuantitatifan pernyataan responden yang sebenarnya
kualitatif ) kurang lengkap atau kurang dapat dipahami oleh responden.
Validitas dan reliabilitas jenis pen-skalaan yang lain :
- Skala Semantic differensial, biasanya lebih cocok untuk mengukur sifat-sifat
subyek (baik.....buruk, senang.....tidak senang, kuat......lemah,
sabar......pemarah dsb) .. skala interval
- Skala dikotomis (ya
tidak, benar
salah) validitas dengan Korelasi Point
Biserial (rpb) .
..Uji Reliabilitasnya dengan data sekurang-kurangnya ordinal teknik
belah dua
/ split half (genap-ganjil) , Pembelahan dua secara random (jika item-item
cenderung homogen), Matched - Random Subsets (item dengan tingkat kesukaran
dan r dekat dipasangkan dalam 1 belahan), formula Rulon, Koefisien alfa.
.. Uji Reliabilitasnya dengan data dikotomis skor 1 dan 0, dengan rumus Kuder
Richarson atau Kr-20 (formula alfa yang disesuaikan).
Pustaka
Muler, J.Daniel, 1998, Mengukur sikap-sikap sosial,Lemlit Press,UNPAS,
Bandung
Singarimbun, Masri,1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Afbaeta,
bandung
Azwar,Saifudin,1997, Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Jogyakarta
Download