Januari, 2018 PASKINAWA 24 25 Adila, Alvis, Anjar, Annisa, Alika,… Adila Charis Yang sdh di sekolah sapa aja dek, rekk? 04.00 Feri Simanjuntak Siap ini msh otw kak 04.05 Toni F Sek dil, iki aku sek nyiapno perlengkapan gae engkok 04.06 Aku udh ndek sekolah dil, ada detdo, nazira, yulia, nindi, rudi. Seng laine gurung teko 04.06 √ :D Ketik Pesan Setelah mengirim pesan WhatsApp, aku menatap teknologi layar sentuh yang sedang kugenggam ini dengan nanar selama beberapa detik. Tak kunjung mendapat balasan, kemudian kumasukkan benda tersebut ke dalam saku jeans hitam ku. Menurut apa yang barusan kulihat di layar smartphone ku, waktu menunjukkan pukul 04.20 WIB. Cinta sekolah? Yah yah kalian bisa menyimpulkannya seperti itu. Bagaimana tidak? Jika pada saat hari efektif sekolah, kami berusaha mati-matian banting tulang meminta surat dispen hanya sekedar untuk mbolos dari pelajaran yang berlangsung selama 9 jam setiap harinya. Tapi tetap saja, kami bukanlah anak nakal, tentu saja surat dispen tersebut tidak bisa dipakai bermainmain, kami mempunyai tujuan tersendiri. Sedangkan pada saat hari libur semester atau hari besar atau apalah itu, kami diharuskan datang ke sekolah tercinta untuk latihan, menghadiri rapat, dan lain sebagainya. Kalian pasti berpikir kami anak rajin kan? Ah tidak kok, tidak. Sungguh, andai aku bukan bagian dari organisasi ini aku lebih memilih tidur manja dengan kasur empuk tercinta dirumah , bermain game, dan menonton film. “Hoahm…” Sontak mulutku terbuka lebar seketika menahan kantuk yang teramat sangat. Otakku mulai berpikir liar bahwa aku telah memilih organisasi yang salah. Lagipula siapa juga yang mau datang ke sekolah pagi-pagi buta begini? Kalian sependapat denganku kan? Kutekankan sekali lagi, ini hanya karena tuntutan organisasi. Uh sialan. “He njel, ngantuk ae penggaweanmu,” sebuah suara mengagetkanku dari belakang. Oh ternyata seorang remaja 16 tahun berperawakan anak SMP, Yulia. “Babah babah yul, karepku a,” balasku tak kalah sinis. “Wah makasih ya njel udah njagain HP ku,” Yah dan satu lagi, remaja 16 tahun berperawakan bongsor anak kuliahan, Nazira. “Sama-sama,” jawabku singkat. “Oh iyo ayo ndang mbalik, engkok arek2 ngroweng gj” tambahku kemudian.