Uploaded by yayi dwina

BRP PATOLOGI SALURAN NAFAS DAN KARDIOVASKULAR 2016

advertisement
BUKU RANCANGAN PEMBELAJARAN
Program Pendidikan Dokter Spesialis
Patologi Anatomik
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
2016
BUKU RANCANGAN PENGAJARAN
PROGRAM SPESIALIS 1
PATOLOGI ANATOMIK
MODUL
PATOLOGI SALURAN NAPAS, MEDIASTINUM,
KARDIOVASKULAR,
KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, APRIL 2016
0
DAFTAR ISI
PENGANTAR .......................................................................................................... 2
BAB 1 INFORMASI UMUM .............................................................................. 3
BAB 2 PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
BAB 3 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK...................................................... 6
BAB 4 RUMUSAN KOMPETENSI, TUJUAN DAN SASARAN
PEMBELAJARAN ..................................................................................... 7
BAB 5 LINGKUP BAHASAN .............................................................................. 12
BAB 6 METODE PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN .............................. 17
BAB 7 SUMBER DAYA ....................................................................................... 20
BAB 8 RANCANGAN TUGAS DAN LATIHAN ................................................ 21
BAB 9 EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN ................................................... 24
BAB 10 EVALUASI MODUL................................................................................. 28
LAMPIRAN.............................................................................................................. 30
1
PENGANTAR
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Rancangan Pembelajaran
(BRP) ini akhirnya dapat selesai pada waktu yang ditentukan. Buku ini merupakan
panduan pengajaran bagi pengajar Program Pendidikan Dokter Spesialis I Patologi
Anatomik untuk sistem organ payudara.
Panduan ini mencakup materi yang
disampaikan yang wajib dikuasai hingga cara penilaian.
Dalam pelaksanaan pengajaran dibutuhkan komunikasi yang terjalin erat
antara peserta didik dan staf pengajar. Pendekatan pembelajaran sebagian besar
menggunakan work-based approach sehingga peserta didik dapat belajar dari kasuskasus baru yang setiap hari diperiksa di Departemen Medik Patologi Anatomik
RSCM. Selain itu, untuk memperkaya dan mempercepat peserta didik dalam memenuhi
kebutuhan minimal kompetensi, tersedia pula teaching slides dan kasus- kasus lama di
arsip Departemen Medik Patologi Anatomik RSCM. Semoga buku ini dapat menjadi
standar pengajaran ilmu patologi payudara, serta membantu pengajar dalam
mengefektifkan dan mengefisiensi proses pembelajaran sistem organ yang cukup
rumit ini.
2
BAB 1
INFORMASI UMUM
1.
Nama Program
Studi/Jenjang
: Patologi Anatomik/Spesialis I
2.
Nama Mata Kuliah/Topik
: Patologi Saluran Napas, Mediastinum, Kardiovaskular,
Kepala dan Leher.
3.
Kode Mata Kuliah/Modul
: MD27802314
4.
Semester Ke
: 5
5.
Jumlah SKS
: 4
6.
Metode Pemelajaran
: Self-directed learning(Case-based learning, work-based
learning), diskusi
7.
Mata Kuliah/Modul
Prasyarat
: Filsafat ilmu pengetahuan&etika profesi, metodologi
penelitian, biostatistik dan komputer stasistik,
epidemiologi klinik dan evidence based medicine, biologi
molekular, quality&safety, patobiologi, dasar patologi
organ, teknik lab patologi anatomik dasar, teknik lab
patologi anatomik lanjut, tinjauan pustaka patologi
: -
8.
Menjadi Prasyarat Untuk
Mata Kuliah
9.
Integrasi antara mata kuliah
10. Deskripsi mata
kuliah/modul
: : Modul Patologi Saluran Napas, Mediastinum,
Kardiovaskular, Kepala dan Leher merupakan modul
pemelajaran bagi peserta program yang dibuat
berdasarkan sistem organ Modul ini diharapkan dapat
mengakomodasi pencapaian area kompetensi I, III dan VI
yang ditetapkan Kolegium Patologi Indonesia. Setelah
melewati modul ini
jika dihadapkan dengan data klinis dan spesimen
histopatologik, peserta mampu menegakkan diagnosis
patologi anatomik pada pemeriksaan histopatologik rutin,
potong beku maupun imunohistokimia. Metode
pembelajaran dilakukan dengan cara self-directed
learning (case-based learning, work-based learning),
dan diskusi. Ruang lingkup bahan kajian adalah teori
pemeriksaan makroskopik dan teknik pemotongan
Saluran Napas, Mediastinum, Kardiovaskular, Kepala
3
dan Leher keterampilan diagnostik kasus patologi ,
Interpretasi imunohistokimia, penerapan komunikasi
efektif saat menyampaikan ekspertise patologi anatomik
dalam forum konferensi klinikopatologik. Bahasa yang
digunakan sebagai bahasa pengantar adalah bahasa
Indonesia.
4
BAB 2
PENDAHULUAN
Modul patologi saluran napas, mediastinum, kardiovaskular, kepala dan leher
dikembangkan untuk memberikan gambaran kepada peserta pendidikan dokter spesialis
(PPDS) patologi anatomik tahap magang agar mampu menegakkan diagnosis patologi
anatomik baik histopatologik rutin, potong beku maupun sitopatologik dari bahan atau
organ tubuh yang diperiksa. Kelainan yang dipelajari meliputi kelainan neoplastik
dan non neoplastik saluran respirasi (Kavum Nasi, Sinus Paranasal, dan Nasofaring),
kardiovaskular, mediastinum, kepala dan leher. Setelah melewati modul ini, peserta
didik diharapkan mampu menegakkan diagnosis. Modul ini memiliki 4 sks, ditempuh
dalam waktu 8 minggu.
5
BAB 3
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Prasyarat peserta didik agar dapat mengikuti modul ini adalah PPDS Sp1 semester 5
tahap magang, yang telah menyelesaikan Filsafat ilmu pengetahuan&etika profesi,
metodologi penelitian, biostatistik dan komputer stasistik, epidemiologi klinik dan
evidence based medicine, biologi molekular, quality&safety, patobiologi, dasar patologi
organ, teknik lab patologi anatomik dasar, teknik lab patologi anatomik lanjut,
tinjauan pustaka patologi
6
BAB 4
RUMUSAN KOMPETENSI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBELAJARAN
Tabel 4.1. Capaian Pembelajaran dan Sasaran Pembelajaran
Area
kompetensi
Komponen
kompetensi
(kolegium)
1
(kolegium
bila ada)
2
Area
Kompetensi III
Kolegium
Patologi
Indonesia:
menegakkan
diagnosis
patologi
anatomik baik
histopatologik
rutin, potong
beku maupun
sitopatologik
dari bahan atau
organ tubuh
yang diperiksa.
Keterampilan
pemeriksaan
makroskopik
dan
pemotongan
jaringan
Keterampilan
diagnostik
potong beku
dan parafin
Learning
outcome*
(Capaian
pembelajaran)
(lebih general)
UI kompetensi
terminal
3
Setelah melewati
modul ini, jika
dihadapkan
dengan data klinis
(keterangan klinik,
pemeriksaan
laboratorium,
radiologi) dan
spesimen
histopatologik,
peserta mampu
menegakkan
diagnosis patologi
anatomik organ
Saluran Napas,
Mediastinum,
Kardiovaskular,
Kepala dan Leher
pada pemeriksaan
histopatologik
rutin, potong beku
maupun
imunohistokimia;
untuk mencapai
kompetensi area I,
III dan VI yang
ditetapkan
Kolegium Patologi
Indonesia (C6, A5,
P4).
7
Learning objective
(Sasaran pembelajaran)*
(uraian dari learning outcome,
sesuai kriteria ABCD
UI kompetensi penunjang
4
Saat dihadapkan dengan
sediaan praktikum dan simulasi
kasus, peserta didik diharapkan
mampu:
1. Menilai kelengkapan data
padaformulir permintaan
pemeriksaan patologi
anatomik (C5, A5, P2).
2. Peserta program mampu
mendeskripsikan
makroskopik dan melakukan
pengambilan sampel
(grossing) organ-organ
saluran napas, mediastinum,
kardiovaskular, kepala dan
leher sesuai standard
berdasarkan kepentingan
diagnostik dan penentuan
staging (pT). (C6, A5, P4)
Level
kompetensi**
2
3
√
√
√
3. Menilai mutu sediaan
histopatologik disertai
saran/tindakan korektif
untuk memperbaiki kualitas
sediaan tersebut (C6, A5,
P4).
4. Mendeskripsikan kelainankelainan mikroskopik dari
suatu spesimen/kasus secara
teliti. (C6, A4, P2)
5. Menentukan dan
menginterpretasi jenis
pulasan tambahan
(histokimia dan
imunohistokimia) yang
dibutuhkan untuk
√
√
menegakkan diagnosis dan
menginterpretasikan
laporan hasil pada kasus
tertentu (C6, A5, P4).
Area
Kompetesi I
Kolegium
Patologi
Indonesia:
menerapkan
etika profesi
dokter spesialis
patologi dalam
menjalankan
tugas atau
tanggung jawab
sebagai dokter
spesialis
patologi
Komunikasi
efektif
Area
Kompetensi VI
Kolegium
8
6. Menegakkan diagnosis
histopatologik dan potong
beku dengan
memperhatikan aspek klinik
dan gambaran mikroskopik
(C6, A5, P4).
√
7. Memberikan saran/anjuran
kepada dokter pengirim,
yang diperlukan untuk
kepentingan diagnostik,
terapi, maupun prognostik
pasien (C6, A5, P4).
√
8. Mengklasifikasikan
diagnosis dalam sistem
pengkodean International
Code of Disease-Oncology
(ICD-O) dan International
Code of Disease 10 (ICD 10),
serta menjelaskan
kepentingan pengkodean
diagnosis untuk registrasi
penyakit (C6, A5, P4).
√
9. Mempersiapkan kasus yang
diperlukan untuk konferensi
klinikopatologik (C6, A5, P4).
√
10. Mempresentasikan kasus
dalam forum konferensi
klinikopatologik (C6, A5,
A4).
√
Patologi
Indonesia:
berperan aktif
dalam tim
medik rumah
sakit sebagai
spesialis
patologi.
anatomik dalam
pengelolaan
pasien.
Sasaran pembelajaran (sesuai seluruh sasaran
pembelajaran semua tahap di suatu divisi/bagian)
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Bila dihadapkan pada pasien di rawat jalan,
peserta didik mampu ….
Bila dihadapkan pada pasien di rawat inap, peserta
didik mampu ….
Bila dihadapkan pada pasien di gawat darurat,
peserta didik mampu ….
Bila dihadapkan pada pasien di ruango perasi,
peserta didik mampu ….
Dst
Catatan: Perlu diperhatikan bahwa makin tinggi tahapnya, maka kompetensi yang
dicapai makin terintegrasi dan kompleks, dan dilandasi oleh pencapaian
kompetensi di tahapsebelumnya.
*Capaian kompetensi Cognitive, Affective, Psikomotor berdasarkan Bloom
Anderson
Cognitive: 1. Mengetahui, 2. Memahami, 3.Mengaplikasikan 4. Menganalisis 5.
Mensistesis 6. mengevaluasi
Affective: 1.Penerimaan, 2. Penanggapan, 3. Perhitungan/penilaian, 4.
Pengaturan/pengelolaan, 5. Bermuatan nilai/internalisasi
Psikomotor: 1. Gerakan refleks, 2. Gerakan dasar, 3. Gerakan tanggap, 4. Kegiatan fisik, 5,
Komunikasi tidak berwacana
** Capaian kompetensi merujuk pada segitiga miller:
Tingkat kemampuan 1 (knows):
Mengetahui dan Menjelaskan. Lulusan dokter spesialis PA diharapkan mampu
menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial
keterampilan tersebut sehingga sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya (atas permintaan klinisi), teman sejawat, serta profesi lainnya tentang
prinsip, indikasi, serta komplikasi yang mungkin timbul. Contoh asesmen: true/false,
MCQ.
9
Tingkat kemampuan 2 (Knows how):
Pernah Melihat atau Didemonstrasikan. Lulusan dokter spesialis PA diharapkan
mampu menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada
clinical reasoning dan problem solving dan berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada pasien/masyarakat. Contoh asesmen: MCQ dengan kasus, presentasi
kasus, essay, extended matching question.
Tingkat kemampuan 3 (Shows):
Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi. Lulusan dokter
spesialis PA diharapkan dapat menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk
latar belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut,
berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/ masyarakat, serta berlatih
keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient. Contoh
asesmen: OSCE.
Tingkat kemampuan 4 (Does):
Mampu melakukan secara mandiri. Lulusan dokter spesialis PA dapat
memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip,
indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi
di bawah supervisi. Contoh asesmen: observasi langsung, workplace based
assessment.
4.2. Bagan Alur Kompetensi
Setelah melewati modul ini diharapkan peserta didik mampu menegakkan diagnosis patologi anatomik organ saluran napas,
mediastinum, kardiovaskular, kepala dan leherpada pemeriksaan potong beku, histopatologi dan imunohistokimia,
berdasarkan pemahaman embryogenesis, anatomi, histologi dan pathogenesis sesuai dengan standard Kolegium Patologi
Indonesia.
Mempresentasikan kasus dalam forum konferensi klinikopatologik (C6, A5, A4).
Mempersiapkan kasus yang diperlukan untuk konferensi klinikopatologik (C6, A5, P4)
Mengklasifikasikan diagnosis dalam sistem pengkodean International Code of Disease-Oncology (ICD-O) dan International
Code of Disease 10 (ICD 9) dan menjelaskan kepentingan pengkodean diagnosis untuk registrasi penyakit. (C6, A5, P4)
Memberikan saran/anjuran yang diperlukan untuk kepentingan diagnostik, terapi, maupun
prognostik pasien. (C6, A
10
Membuat analisa dan sintesis dari kelainan-kelainan tersebut serta menuliskan dalam laporan. (C6, A5, P4)
Melakukan pemeriksaan makroskopik dan memilih sampel yang representatif sesuai standard berdasarkan kepentingan diagnostik
dan penentuan staging (pT) (C6, A5, P4).
Mendeskripsikan kelainan-kelainan mikroskopik dari suatu spesimen/kasus secara teliti. (C6, A4, P2)
Menilai kualitas sediaan disertai saran/tindakan korektif untuk memperbaiki kualitas sediaan tersebut. (C6, A5, P4)
Menilai kelengkapan data pada formulir permintaan pemeriksaan patologi anatomik (C5, A5, P2).
Peserta program mampu mendeskripsikan makroskopik dan melakukan pengambilan sampel (grossing) organ-organ saluran
napas, mediastinum, kardiovaskular, kepala dan leher sesuai standard berdasarkan kepentingan diagnostik dan penentuan staging
(pT). (C6, A5, P4)
11
BAB 5
LINGKUP BAHASAN
Area
Learning objective
kompetensi
(Sasaran
1
pembelajaran) 4
Area
1. Menilai
kompetensi
kelengkapan data
III kolegium
padaformulir
patologi
permintaan
anatomi
pemeriksaan
indonesia:
patologi anatomik
mampu
(C5, A5, P2).
menegakkan
diagnosis
patologi
2. Melakukan
anatomic
pemeriksaan
baik
makroskopik dan
histopatologi
memilih sampel
k rutin,
yang representatif
potong beku
sesuai standar
maupun
berdasarkan
sitopatologik
kepentingan
dari bahan
diagnostik dan
atau organ
penentuan staging
tubuh yang
(pT) (C6, A5, P4).
diperiksa
3. Menilai mutu
sediaan
histopatologik
disertai
saran/tindakan
korektif untuk
memperbaiki
kualitas sediaan
tersebut (C6, A5,
P4).
lingkup bahasan
sub lingkup
bahasan
Menilai
kelengkapan
identitas pasien,
jenis tindakan
riwayat penyakit
data klinik relevan,
Nama pasien, DOB, no MR, tanggal
tindakan, tanggal
diterima di lab PA,
data imaging,
laboratorik,
pemeriksaan PA
terdahulu.
Teori pemeriksaan
makroskopik dan
teknik pemotongan
Kondisi fiksasi,
jenis jaringan,
ukuran, warna,
kelainan2
makroskopik
Pemotongan lesi
utama beserta
bagian2 pelengkap
yang harus
dilaporkan dalam
ekspertisi, sesuai
jenis jaringan yang
diterima.
Menilai tahap2
pra- analitik
sampai analitik
pada sediaan.
Menilai efek
fiksasi, prosesing,
mikrotomi, pulasan
dan “mounting”
Referensi/guidelines
Kumar V, Abbas
AK, Fausto N, Aster
J, editors. Robbins
and Cotran
pathologic basis of
disease. 8th edition.
Philadelphia;
Saunders: 2010.
-
Barnes L, Eveson
JW, Reichart P,
Sidransky D,
editors. Pathology
and genetics head
and neck tumor.
Lyon: IARC press;
2005.
Travis WD, Brambilla
E, Muller-Hermelink
HK, Harris CC, editors.
Pathology and genetics
tumours of the lung,
pleura, thymus and
heart. Lyon: IARC
press; 2004.
Daftar Rujukan
12
4. Mendeskripsikan
gambaran
mikroskopik dari
suatu sediaan
patologi anatomik
secara teliti dan
menentukan arah
diagnosis untuk
spesimen tersebut,
sesuai tenggat
waktu (C6, A4, P2).
Kelainan
neoplastik saluran
respirasi (Kavum
Nasi, Sinus
Paranasal, dan
Nasofaring)
Papiloma
Schnederiandan
Papiloma
Skuamosa
(endofitik dan
eksofitik),
karsinoma sel
skuamosa,
karsinoma
nasofaring,
karsinoma tidak
berdiferensiasi
sinonasal,
olfactory
neuroblastoma
(small round blue
cell tumors),
granuloma
piogenikum,
angiofibroma,
adenocarcinoma
sinonasal (salivary
gland type dan nonsalivary gland
type),
Salivary gland
tumors
glomangiopericyto
ma,
angiosarkoma,
solitary fibrous
tumor,
retikulosis
polimorfik,
limfoma malignum
non Hodgkin,
rhabdomyosarcoma
,
neuroendocrine
tumor
Kelainan non
neoplastik bronkus,
bronkiolus, paru
dan mediastinum
Tuberkulosis,
Pneumonia
interstisialis,
infeksi jamur,
bullae di paru
atelectasis
emfisema
Kelainan
Small cell lung
13
Tambahan
- Wenig BM, editors.
Atlas of Head and
Neck Pathology.
Beijing: Saunders
Elsevier; 2008.
Thomson LDR, editors.
Head and neck
pathology.2nd edition.
Beijing: Saunders
Elsevier; 2013.
Pulmonary Pathology
Neoplastik
bronkus,
bronkiolus, Paru
dan Mediastinum
Kelainan
Neoplastik
bronkus,
bronkiolus, Paru
dan Mediastinum
Kelainan nonneoplastik
pembuluh darah
dan kardiovaskular
Kelainan
neoplastik
pembuluh darah
dan kardiovaskular
Kelainan nonneoplastik telinga,
kepala dan leher
Kelainan
neoplastik telinga,
kepala dan leher
14
carcinoma
non-small cell lung
carcinoma(Karsino
ma sel skuamosa,
adenokarsinoma,
karsinoma sel
besar),
Large-cell
neuroendocrine
carcinoma
Atypical
Adenomatous
Hyperplasia,
Timoma,
Limfoma malignum
Hodgkin dan nonHodgkin,
germ cell
tumor(seminoma,
karsinoma
embrional, yolk sac
tumor, teratoma,
mixed germ cell
tumor),
Vaskulitis,
aneurisma,
endokarditis,
atherosklerosis,
infeksi CMV,
Hemangioma,
hemangioendotelio
ma,
Kaposi sarcoma,
angiosarkoma,
myxoma,
metastasis ke
jantung,
Kolesteatoma,
Jaringan granulasi
Granuloma
kolesterol
Hipertrofi tonsil
dan adenoid
Tonsilitis kronik,
Otic polyp
Vocal cord polyp
Papilloma,
karsinoma sel
skuamosa,
adenokarsinoma
tipe kelenjar liur
dan non-kelenjar
liur,
limfoma malignum
non-Hodgkin
5. Menentukan dan
menginterpretasi
jenis pulasan
tambahan
(histokimia dan
imunohistokimia)
yang dibutuhkan
untuk menegakkan
diagnosis dan
menginterpretasika
n laporan hasil pada
kasus tertentu (C6,
A5, P4).
Mengetahui jenis
panel diagnostik
dan terapi
6. Memahami
pemeriksaan potong
beku negakkan
diagnosis
histopatologik dan
potong beku dengan
memperhatikan
aspek klinik dan
gambaran
mikroskopik (C6, A5,
P4).
7. Memberikan
saran/anjuran
kepada dokter
pengirim, yang
diperlukan untuk
kepentingan
diagnostik, terapi,
maupun prognostik
pasien (C6, A5, P4).
Mengetahui
indikasi,
keterbatasan dan
cara membuat
ekspertisi potong
beku.
8. Mengklasifikasikan
diagnosis dalam
sistem pengkodean
International Code
of Disease-Oncology
(ICD-O) dan
ICD-O dan ICD 9
Indikasi potong
beku
Saran diagnostik
dan terapeutik
15
ICD-O dan ICD 9
organ saluran
napas,
mediastinum,
kardiovaskular,
kepala dan leher
International Code
of Disease 9 (ICD 9),
serta menjelaskan
kepentingan
pengkodean
diagnosis untuk
registrasi penyakit
(C6, A5, P4).
Area
9. Mempersiapkan
Kompetensi I
kasus yang
Kolegium
diperlukan untuk
Patologi
konferensi
Indonesia
klinikopatologik (C6,
A5, P4).
Area
Kompetensi
1
VI Kolegium 0. Mempresentasikan
kasus dalam forum
Patologi
konferensi
Indonesia
klinikopatologik (C6,
A5, A4).
Penerapan
komunikasi efektif
saat
menyampaikan
ekspertise patologi
anatomik dalam
forum konferensi
klinikopatologik
Menyarikan
informasi yang
relevan dan
sistimatik, agar
mudah dipahami
dalam bentuk ppt
sederhana
Menyiapkan data
pendukung dan
referensi terkait
16
BAB 6
METODE PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Tabel. 6.1. Metode pengajaran dan pembelajaran
Area
kompetensi
Learning objective
Lingkup bahasan
(Sasaran pembelajaran)
Metode pengajaran
dan pembelajaran
Area
kompetensi
III kolegium
patologi
anatomi
indonesia
1. Menilai kelengkapan
data pada formulir
permintaan
pemeriksaan patologi
anatomik (C5, A5, P2).
Menilai
kelengkapan
identitas pasien,
jenis tindakan
riwayat penyakit
data klinik relevan
O: Penjelasan materi
diawal modul
L: menilai formulir
permohonan
pemeriksaan PA
U: masukan dan
klarifikasi dari
narasumber
,
2. Melakukan
pemeriksaan
makroskopik dan
memilih sampel yang
representatif sesuai
standar berdasarkan
kepentingan
diagnostik dan
penentuan staging
(pT) (C6, A5, P4).
Teori pemeriksaan
makroskopik dan
teknik pemotongan
Kegiatan jaga potong
makros
3. Menilai mutu sediaan
histopatologik disertai
saran/tindakan
korektif untuk
memperbaiki kualitas
sediaan tersebut (C6,
A5, P4).
Menilai tahap2 pra- O: Penjelasan materi
analitik sampai
diawal modul
analitik pada
sediaan.
L: menilai sejumlah
sediaan yang digunakan
dalam pembelajaran
O: Penejlasan materi di
awal modul dan
observasi pemeriksaan
dan pemotongan
makroskopik
L: Melakukan
pemeriksaan dan
pemotongan
makroskopik
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
narasumber
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
17
Estimasi
waktu
(total 7 jam x 5
hari x 2
minggu = 70
jam)
QBD 3 jam
3/20 = 0.15 sks
QBD 8 jam
Praktikum 23
jam
8/20 = 0.4 sks
23/40 = 0.575
sks
QBD 3 jam
Praktikum 20
jam
3/20 = 0.15sks
20/40 = 0.5 sks
narasumber
4. Mendeskripsikan
gambaran mikroskopik
dari suatu sediaan
patologi anatomik
secara teliti dan
menentukan arah
diagnosis untuk
spesimen tersebut,
sesuai tenggat waktu
(C6, A4, P2).
Keterampilan
diagnostik kasus
non-neoplastik dan
neoplastic organ
saluran napas,
mediastinum,
kardiovaskular,
kepala dan leher
Mempelajari sediaan
arsip/teaching slide/
kasus CPC dan sediaan
baru
Praktikum 10
jam
10/40 = 0.25
sks
O: kuliah awal modul
dasar patologi organ
L: Self directed
learning
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
narasumber
Mengetahui jenis
5. Menentukan dan
menginterpretasi jenis panel diagnostik
dan terapi
pulasan tambahan
(histokimia dan
imunohistokimia) yang
dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis
dan
menginterpretasikan
laporan hasil pada
kasus tertentu (C6, A5,
P4).
O: kuliah awal modul
patologi organ
6. Menegakkan diagnosis
histopatologik dan
potong beku dengan
memperhatikan aspek
klinik dan gambaran
mikroskopik (C6, A5,
P4).
Mengetahui
indikasi ,
keterbatasan dan
cara membuat
ekspertisi potong
beku.
O: kuliah awal modul
teknik laboratorium PA
dasar
7. Memberikan
Saran diagnostik
L: Self directed
learning
1.5/20 = 0.075
sks
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
narasumber
L: Self directed
learning
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
narasumber
18
PBL 1.5 jam
O: kuliah awal modul
PBL 1.5 jam
1.5/20 = 0.075
sks
saran/anjuran kepada
dokter pengirim, yang
diperlukan untuk
kepentingan
diagnostik, terapi,
maupun prognostik
pasien (C6, A5, P4).
8. Mengklasifikasikan
diagnosis dalam
sistem pengkodean
International Code of
Disease-Oncology
(ICD-O) dan
International Code of
Disease 9 (ICD 9),
serta menjelaskan
kepentingan
pengkodean diagnosis
untuk registrasi
penyakit (C6, A5, P4).
Area
9. Mempersiapkan
Kompetensi I
kasus yang diperlukan
Kolegium
untuk konferensi
Patologi
klinikopatologik (C6,
Indonesia
A5, P4).
10. Mempresentasikan
Area
kasus dalam forum
Kompetensi
konferensi
VI Kolegium
klinikopatologik (C6,
Patologi
A5, A4).
Indonesia
dan terapeutik
patologi organ
L: Self directed
learning
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
narasumber
ICD-O dan ICD 9
Payudara
O: Penejlasan materi di
awal modul
L: Self directed
learning
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
narasumber
Penerapan
komunikasi efektif
dalam forum
konferensi
klinikopatologik
Diskusi
klinikopatologik
O: kuliah awal modul
patologi organ
L: Self directed
learning,mencari data
pendukung dan
referensi terkait.
Meringkas informasi
relevan, menyusun
secara sistematik dalam
powerpoint
U: Masukan dan
klarifikasi dalam
diskusi dengan
narasumber
Total kegiatan 2 minggu
70 jam ,2 .2sks
19
BAB 7
SUMBER DAYA
7.1. SARANA DAN PRASARANA
-
Ruang laboratorium
-
Ruang pertemuan Sutomo
-
Formulir dan slaid arsip, teaching slide
-
Formulir dan slaid kasus baru
-
Mikroskop bimanual
-
Perpustakaan (buku teks, tesis, jurnal)
-
Akses internet dan jurnal online
7.2 STAF PENGAJAR
-
DPJP harian yang bertugas
7.3 ANGGARAN 1 SEMESTER
No
Nama Barang
Banyaknya
Harga
Jumlah
Satuan
1
Pembuatan blok paraffin
1
Rp.35.000
Rp. 35.000
8
Rp.100.000
Rp
800.000
15 box
Rp 30.000,-
Rp
450.000
untuk pewarnaan IHK
2
Antibodi sekunder IHK
3
Konsumsi ujian
Jumlah anggaran
Rp. 1.285.000.000
20
BAB 8
RANCANGAN TUGAS DAN LATIHAN
8.1. Tujuan Tugas (Kemampuan Akhir yang Diharapkan)
Setelah menyelesaikan tugas, Peserta PPDSp 1 Patologi Anatomik semester 2, tahap
pembekalan mampu menilai kelayakan hasil pemeriksaan teknik laboratorium patologi
seluler dan subseluler untuk menentukan diagnosis, prognosis, dan terapi sesuai dengan area
kompetensi V patologi anatomik, saat dihadapkan dengan sediaan praktikum dan simulasi
kasus.
8.1. Tabel Uraian Tugas
Penugasan*
Ruang Lingkup
1. Menilai kelengkapan
data pada formulir
permintaan
pemeriksaan patologi
anatomik (C5, A5,
P2).
Telaah
formulir
permintaan
pemeriksaan
PA
Menilai
kelengkapan
identitas pasien,
jenis tindakan
riwayat penyakit
data klinik relevan,
2. Melakukan
pemeriksaan
makroskopik dan
memilih sampel yang
representatif sesuai
standar berdasarkan
kepentingan
diagnostik dan
penentuan staging (pT)
(C6, A5, P4).
Melakukan
pemeriksaan
dan
pemotongan
gross
Kompetensi/
Subkompetensi
Cara
Pengerjaan
Luaran Tugas
yang
Dihasilkan
Akhir
minggu
pertama
Tabel telaah
formulir
permintaan
pemeriksaan
dengan
melampirkan
fotokopi form
permintaan
Teori pemeriksaan Dikerjakan
makroskopik dan secara
teknik
individu atau
pemotongan
share
Sampai
tercapai
minimal
mastektomi
5,
lumpektomi
5
Tabel telaah
pemeriksaan
dan
pemotongan
gross dengan
melampirkan
copy TUP
3. Menilai mutu sediaan
Penilaian
histopatologik disertai sediaan
saran/tindakan korektif
untuk memperbaiki
kualitas sediaan
tersebut (C6, A5, P4).
Menilai tahap2
pra- analitik
sampai analitik
pada sediaan.
Dikerjakan
secara
individu
Akhir modul
Tabel telaah
penilain
sediaan
4. Mendeskripsikan
Keterampilan
Dikerjakan
Akhir modul
Copy deskripsi
Deskripsi
21
Dikerjakan
secara
individu
Batas Waktu
gambaran mikroskopik kasus baru
dari suatu sediaan
patologi anatomik
secara teliti dan
menentukan arah
diagnosis untuk
spesimen tersebut,
sesuai tenggat waktu
(C6, A4, P2).
diagnostik kasus
non-neoplastik
dan neoplastic
payudara
secara
individu
mikroskopik
5. Menentukan dan
menginterpretasi jenis
pulasan tambahan
(histokimia dan
imunohistokimia)
yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis
dan
menginterpretasikan
laporan hasil pada
kasus tertentu (C6, A5,
P4).
Menentukan
panel
diagnostik
dan terapi
serta
penilaian
hasil pulasan
Mengetahui jenis
panel diagnostik
dan terapi
Dikerjakan
secara
individual
Akhir modul
Copy deskripsi
dan
kesimpulan
hasil pulasan
6. Menegakkan diagnosis
histopatologik dan
potong beku dengan
memperhatikan aspek
klinik dan gambaran
mikroskopik (C6, A5,
P4).
Melakukan
kegiatan
potong beku
Mengetahui
indikasi,
keterbatasan dan
cara membuat
ekspertisi potong
beku.
Dikerjakan
secara
individu
Akhir modul
Copy penilaian
ketepatan
indikasi,
kesimpulan
dan cara
pelaporan
potong beku
7. Memberikan
saran/anjuran kepada
dokter pengirim, yang
diperlukan untuk
kepentingan
diagnostik, terapi,
maupun prognostik
pasien (C6, A5, P4).
Melakukan
Saran diagnostik
dan terapeutik
analisa
komprehensi
f kasus-kasus
pemeriksaan
PA payudara
Dikerjakan
secara
individu
Akhir modul
Copy analisa
kasus yang
memerlukan
saran dan
pemberian
saran
8. Mengklasifikasikan
diagnosis dalam sistem
pengkodean
International Code of
Disease-Oncology
(ICD-O) dan
International Code of
Disease 9 (ICD 9),
serta menjelaskan
Melakukan
coding
diagnosis
kasus
Dikerjakan
secara
individu
Akhir modul
Copy lembar
jawaban
ICD-O dan ICD 9
Payudara
22
kepentingan
pengkodean diagnosis
untuk registrasi
penyakit (C6, A5, P4).
9. Mempersiapkan kasus
yang diperlukan untuk
konferensi
klinikopatologik (C6,
A5, P4).
10. Mempresentasikan
kasus dalam forum
konferensi
klinikopatologik (C6,
A5, A4).
Mempersiap
kan kasus
lengkap
untuk CPC
dan
mempresenta
sikan
Penerapan
komunikasi
efektif saat
menyampaikan
ekspertise
patologi anatomik
dalam forum
konferensi
klinikopatologik
Dikerjakan
secara
individu
Bila ada
Borang
penilaian
8.2. Kriteria Penilaian
1. Tabel penilaian Small group discussion berupa problem based learning:
no
Aspek yang dinilai
bobot
1
Keaktifan dalam diskusi
30%
2
Ketepatan argumentasi
30%
3
Pemakaian bahasa/istilah yang sesuai
10%
4
Sikap dalam berdiskusi
30%
23
Laporan
pelaksanaan
(log book)
BAB 9
EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN
9.1 Tabel Evaluasi hasil pembelajaran
Area
kompetensi
Learning objective
(Sasaranpembelajaran)
Area
Kompetensi
I Kolegium
Patologi
Indonesia

Menilai kelengkapan
data pada formulir
permintaan
pemeriksaan patologi
anatomik (C5, A5,
P2).
Area
Kompetensi
III
Kolegium
Patologi
Indonesia

Melakukan
pemeriksaan
makroskopik dan
memilih sampel yang
representatif sesuai
standar berdasarkan
kepentingan
diagnostik dan
penentuan staging
(pT) (C6, A5, P4).
Menilai mutu sediaan Ujian akhir
histopatologik disertai (OSCE)
saran/tindakan
korektif untuk
memperbaiki kualitas
sediaan tersebut (C6,
A5, P4).
Mendeskripsikan
gambaran
mikroskopik dari
suatu sediaan patologi
anatomik secara teliti
dan menentukan arah
diagnosis untuk
spesimen tersebut,
sesuai tenggat waktu
(C6, A4, P2).
Menentukan dan
menginterpretasi jenis
pulasan tambahan
(histokimia dan
imunohistokimia)
yang dibutuhkan
untuk menegakkan
Area
Kompetensi
VI Kolegium
Patologi
Indonesia



Metode
evaluasi hasil
pembelajaran
Tabel telaah
formulir
permintaan
pemeriksaan
dengan
melampirkan
fotokopi form
permintaan
Menilai hasil
pemeriksaan
makroskopis
dan
pemotongan
24
Tujuan
formatif
/sumatif
Formatif
Instrumen
Freku
ensi
Bobot
(%)
1
10 %
Sumatif
Tabel telaah
formulir
permintaan
pemeriksaan
dengan
melampirkan
fotokopi form
permintaan
Tabel telaah
pemeriksaan
dan
pemotongan
gross dengan
melampirkan
copy TUP
1
70%
Sumatif
Kasus OSCE
1



diagnosis dan
menginterpretasikan
laporan hasil pada
kasus tertentu (C6,
A5, P4).
Menegakkan
diagnosis
histopatologik dan
potong beku dengan
memperhatikan aspek
klinik dan gambaran
mikroskopik (C6, A5,
P4).
Memberikan
saran/anjuran kepada
dokter pengirim, yang
diperlukan untuk
kepentingan
diagnostik, terapi,
maupun prognostik
pasien (C6, A5, P4).
Mengklasifikasikan
diagnosis dalam
sistem pengkodean
International Code of
Disease-Oncology
(ICD-O) dan
International Code of
Disease 10 (ICD 10),
serta menjelaskan
kepentingan
pengkodean diagnosis
untuk registrasi
penyakit (C6, A5,
P4).
9.2. KRITERIA PENILAIAN
Kriteria Penilaian (syarat kelulusan minimal B)
Nilai Angka
Nilai Huruf
Nilai Mutu
85-100
A
4
80-84
A-
3,7
75-79
B+
3,3
25
70-74
B
3
65-69
B-
2,7
60-63
C+
2,3
55-59
C
2,0
50-54
C-
1,7
40-49
D
1,0
<40
F
0,0
9.3 Borang - borang penilaian
9.3.1 Form penilaian diskusi problem based learning
Topik diskusi:
Tanggal:
Waktu:
Nama staff pengajar:
no
Nama PPDSp 1
Aspek yang dinilai (nilai 0 - 10 untuk tiap kolom)
Keaktifan
dalam
diskusi
(bobot
30%)
Ketepatan
argumenta
si ( bobot
30%)
Pemakaia
n bahasa
/istilah
yang
sesuai
(bobot
10%)
Sikap dalam
berdiskusi
(bobot 30%)
9.3.2. Form penilaian tabel telaah formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium patologi lanjut, tabel laporan praktikum, dan kertas kerja
laboratorium
Kegiatan:
Tanggal:
26
Total
nilai
Waktu:
Nama staff pengajar:
no
Nama PPDSp 1
Aspek yang dinilai (nilai 0 - 10 untuk tiap kolom)
Kelengkap
an data
(bobot
20%)
Ketepatan
data (
bobot
30%)
27
Komentar
terhadap
kualitas
sediaan
/teknik
(bobot
50%)
Total
nilai
BAB 10
EVALUASI MODUL
10.1 Evaluasi modul dan kriteria keberhasilan
10.1.1 Kepuasan peserta didik
Kepuasan peserta didik dianalisa setiap setelah menyelesaikan modul dengan
pengisian kuesioner sebagai berikut:
Kuesioner kepuasan peserta didik modul seluler sub seluler
no
Pernyataan
1
Materi sudah mencakup semua learning objective yang harus
dicapai
2
Waktu yang diberikan cukup untuk menyelesaikan semua materi
3
Staf pengajar sudah memfasilitasi proses pembelajaran dengan
baik
4
Staf pengajar memiliki waktu yang cukup untuk memfasilitasi
proses pembelalajaran
5
Keterampilan laboratorium yang didapat dirasa sudah cukup
6
Demo praktikum yang didapatkan sudah memberikan gambaran
teknis pemeriksaan
7
Sarana laboratorium sudah memadai
8
Fasilitas pembelajaran non laboratorium sudah tersedia dengan
baik
9
Saran:
Keterangan:
28
SS
S
TS
STS
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak Setuju
10.1.2 Persentase kelulusan dalam modul
Persentase kelulusan dalam modul adalah 100%, karena modul ini diperlukan sebagai
prasarat modul - modul selanjutnya, terutama modul patologi organ.
10.2 Metode evaluasi
- Metode evaluasi kepuasan peserta didik dilakukan dengan pengisian kuesioner
diakhir modul
- Metode evaluasi kepuasan staf pengajar dilakukan melalui rapat staf dengan cara
diskusi
- Metode evaluasi keberhasilan program dilakukan melalui raker pendidikan
sedikitnya 1 tahun sekali
29
Lampiran
1. Contoh pemicu Problem based learning pengaruh tahapan pre analitik dan
processing terhadap hasil pemeriksaan imunopatologi dan patologi molekuler.
- Seorang Sp.PA melakukan pemeriksaan imunohistokimia pulasan her2 pada
preparat ca mamae, namun saat melihat sediaan mikroskopik dr. tersebut merasa
kesulitan untuk melakukan interpretasi karena hanya tersisa sedikit jaringan yang
terekatkan ke kaca obyek (jaringan rontok). Proses - proses apa saja yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas sediaan imunohistokimia?
- Seorang Sp.PA mendapat raw data hasil RT PCR pemeriksaan k-rass sediaan ca colon,
ternyata didapatkan hasil yang invalid, walaupun kontrol positif dan negatif valid, apa
yang harus dilakukan oleh dr tersebut? Hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi
validitas sebuah pemeriksaan deteksi mutasi dengan menggunakan metode RT-PCR?
2. Berbagai kertas kerja untuk laporan praktikum
2.1 Kertas kerja Pulasan Imunohistokimia
Antibodi primer:
Kontrol (+):
Kontorl (-):
Pengenceran Ab primer:
Metode antigen retrieval:
Inkubasi Ab primer:
Ab sekunder:
Komentar hasil pulasan:
Trouble shooting:
2.2. Kertas kerja Ekstraksi DNA
Formulir PA:
No Blok:
Metode pemilihan jaringan tumor: micro-disection/whole-dissection
Kit ekstraksi:
Lama inkubasi lysis:
Konsentrasi DNA hasil ekstraksi
2.3. Kertas Kerja PCR
Nama sample:
Nama primer:
Nama kit:
30
Perhitungan volume reagen:
2.4. Kertas Kerja Elektroforesis
Produk PCR: Berat
bubuk agar: Volume
buffer TAE:
Konsentrasi gel:
Loading dye:
DNA ladder/marker:
3. Tabel telaah formulir pengiriman sampel
Nama PPDS:
No.
No.
PA
Jenis
pemeriksaan
yang diminta
Diagnosis Jenis jaringan
yang dikirim/
klinis
akan diperiksa
Bermasalah
Ya
Tidak
Masalah
Saran
perbaikan
4. Tabel laporan demo praktikum imunopatologi (IF dan ISH)
Nama PPDS:
No.
No.
PA
Identitas
Pasien
Jenis
pemeriksaan
Diagnosis/ hasil
pembacaan
31
Komentar mengenai
hasil pulasan
Saran
perbaikan
32
33
Download