MAKALAH TENTANG FUNGSI DOA KEPADA SESAMA MUSLIM Disusun oleh: (Kelompok 8) 1. Muh. Algifari (191309) 2. Wahyudi (191297) JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER DIPANEGARA MAKASSAR 2020 PENDAHULUAN Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sempurnalah segala kebaikan. Juga tak lupa semoga rahmat dan salam sejahtera selalu dicurahkan kepada nabi yang paling mulia, panutan kita Muhammad SAW. Tetapi penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kehilafan dalam penyusunan makalah ini, karena masih dalam proses belajar. Oleh karena itu kami berharap para pembaca berkenan memberikan kritik konstruktif demi memperbaiki dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya. Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, juga teman-teman yang telah mamberikan sumbangsih berupa ide, gagasan, pemikiran dll. Semoga makalah ini bisa menambah khazanah keilmuan khususnya bagi kami sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca sekalian. Amin. Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1 1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Do’a ........................................................................................ 2 2.2 Dasar Hukum Tentang Do’a ..................................................................... 4 2.3 Makna dan Hakekat Do’a ......................................................................... 4 2.4 Fungsi Berdo’a ......................................................................................... 6 2.5 Waktu Berdo’a ......................................................................................... 7 2.6 Rahasia Do’a Makbul ............................................................................... 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern saat ini, selalu saja ada satu waktu dimana manusia merasa tidak mengerti, tidak tahu serta tidak mampu mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapinya. Bahkan, orang yang mengedepankan rasional atau seorang yang sudah berhasil menempuh pendidikan jenjang tertinggi sekalipun suatu saat mengalami kondisi saat dirinya tidak tahu dan tidak mampu (jawa: menthok).Ketika seseorang merasa tidak tahu dan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan membutuhkan kekuatan dari luar dirinya yang diyakini akan bisa membantu mengatasi permasalahannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa Sang Pencipta atau hal-hal lain yang dianggap mampu dan diyakini mampu membantu mengatasi permasalahan.Sebagai Insan yang beriman tentu saja dalam mangatasi problematika kehidupan selalu disandarkan pada kekuatan Tuhan, tidak dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan Agama. Apalagi sebagai umat islam dituntunkan untuk meminta pertolangan hanya kepadanya.Do’a merupakan harapan munculnya kekuatan dari Tuhan agar bisa memecahkan permasalahan, Do’a juga sebagai sugesti sesorang agar mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup yang diahadapi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka untuk memudahkan pembahasan penyusun mencoba membuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian Do’a? 2. Bagaimana Dasar Hukum Tentang Do’a? 3. Bagaimana Makna Dan Hakekat Do’a? 4. Apa Fungsi Do’a? 5. Kapan Waktunya Berdo’a? 6. Bagaimana Rahasia Do’a? 1 1.3 Tujuan Pembahasan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa dapat memahami : 1. Mengetahui tentang pengertian Do’a 2. Mengetahui Dasar Hukum Tentang Do’a 3. Mengetahui Bagaimana Makna Dan Hakekat Do’a 4. Mengetahui Apa Fungsi Do’a 5. Mengetahui Kapan Waktunya Berdo’a 6. Mengetahui Bagaimana Rahasia Do’a 2 BAB II PEMBAHASAN DO’A 2.1 Pengertian Do’a Dalam Al-Quran banyak sekali kata-kata do'a dalam pengertian yang bebeda. Abû Al-Qasim Al-Naqsabandî dalam kitab syarah Al-Asmâ'u al- Husnâ menjelaskan beberapa pengertian dari kata doa. Pertama, do'a dalam pengertian "Ibadah” Maksud kata berdo'a di atas adalah ber-"ibadah" (menyembah). Yaitu jangan menyembah selain daripada Allah, yakni sesuatu yang tidak memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan madarat kepadamu. Kedua, doa dalam pengertian "Istighatsah" (memohon bantuan dan pertolongan). Maksud kata ber-"doa" (wad'u) dalam ayat ini, adalah "Istighatsah" (meminta bantuan, atau pertolongan). Yaitu mintalah bantuan atau pertolongan dari orangorang yang mungkin dapat membantu dan memberikan pertolongan kepada kamu. Ketiga, Doa dalam pengertian "permintaan" atau "permohonan." Seperti dalam Maksud kata "Doa" (ud'ûnî) dalam ayat ini adalah, "memohon" atau "meminta." Yaitu, mohonlah (mintalah) kepada Aku (Allah) nisscaya Aku (Allah) akanperkenankan permohonan (permintaan) kamu itu. Keempat, Doa dalam pengertian "percakapan". Kelima, Doa dalam pengertian "memanggil." Maksud kata "doa" (yad'û) dalam ayat ini adalah "memanggil." Yaitu, pada suatu hari, dimana la (Tuhan) menyeru (memanggil) kamu. Keenam, Doa dalam pengertian "memuji." Maksud kata "doa " (qulid'û) dalam ayat ini adalah "memuji". Yaitu, pujilah olehmu Muhammad akan Allah atau pujilah olehmu Muhammad akan Al-Rahmân. 2.2 Dasar Hukum Tentang Do’a Do’a adalah ibadah surat Yunus ayat 106: 3 Artinya: "Dan janganlah kamu beribadah, kepada selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepada engkau dan tidak pula mendatangkan madarat kepada engkau." Do’a adalah Istighatsah surat Al-Baqoroh ayat 23: Artinya: "Dan berdo'alah kamu (mintalah bantuan) kepada orang-orang yang dapat membantumu." Do’a adalah permintaan atau permohonan dalam surat Al-Mu'minûn ayat 60 dibawah ini. Artinya: "Mohonlah (mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku perkenankan (permintaan) kamu itu." Do’a dalam pengertian percakapan Artinya: "Doa (percakapan) mereka di dalamnya (surga), adalah Subhânakallâhumma (Mahasuci Engkau wahai Tuhan). Do’a dalam pengertian memanggil daam surat al quran Artinya: "Pada hari, dimana la mendoa (memanggil) kamu." 2.3 Makna dan Hakekat Do’a Bagaimana mungkin permintaanmu yang baru datang belakangan akan bisa mengubah anugerahNya yang terdahulu?” Inilah ketegasan tauhid kita untuk memahami hubungan antara doa dan takdir. Banyak para hamba Allah Swt yang merasa ada kontradiksi yang mempengaruhi batin mereka, gara-gara belum tuntasnya antara ikhtiar, doa dan takdir. Dengan sejumlah pertanyaan, apakah takdir itu bisa diubah dengan doa dan usaha? Kalau bisa berarti Allah Swt tergantung pada hambaNya. Kalau tidak bisa apakah makna dibalik perintah doa dan ikhtiar itu? Dalam bahasa Sufistik, soal ikhtiar, doa dan takdir dilihat dari dimensi hakikatnya. Bahwa secara hakikat, upaya dan doa itu tidak akan menjadi sebab terwujudnya 4 takdir, dan tidak akan mengubah takdir. Mengapa demikian? Karena takdir Allah Swt, dengan semua ketentuanNya telah mendahului ikhtiar dan doa kita. Bagaimana mungkin, sesuatu yang baru (berupaya upaya dan doa kita) bisa mengubah sesuatu yang mendahului (ketentuan Allah Swt)? Jadi cara memahami hakikat doa dan ikhtiar adalah: Doa dan ikhtiar itu sesungguhnya juga takdir. Bila Allah Swt hendak memberi anugerah seseorang, maka si hamba juga ditakdirkan dan diberi kemampuan untuk berdoa dan berikhtiar. Doa dan ikhtiar hanyalah tanda-tanda takdir itu sendiri. Allah memerintahkan kita berupaya dan berdoa agar kita memahami bahwa kita sangat terbatas dan tak berdaya, sehingga doa dan upaya adalah bentuk kesiapan kehambaan belaka agar kita siap menyongsong takdirNya. Aturan syariat mengharuskan kita berikhtiar dan berdoa, karena syariat adalah aturan bagi keterbatasan manusia, dengan bahasa dan tugas manusiawi (taklifi), maka seseorang akan berdoa dan beriktiar dengan penuh kepasrahan dan kerelaan pada ketentuan dan pilihan terbaikNya. Bukannya berdoa untuk memaksaNya mengubah takdirNya. Maka Ibnu Athaillah menegaskan dengan ucapan beliau:“Maha Besar (jauh) bila hukum AzaliNya harus disandarkan pada sebab akibat yang baru.” Allah Swt adalah sebab segalanya dan segalanya bergantung semua kepada Allah Swt. Allah Swt tidak pernah menjadi akibat; seperti akibat kita berdoa Allah menuruti apa yang kita mau, akibat kita berusaha Allah mengubah takdirNya.Berdoa kita lakukan semata untuk ‘ubudiyah, manifestasi kehambaan kita akan terwujud ketika kita berdoa. Sebab dengan berdoa manusia merasa hina dina, merasa butuh, merasa tak berdaya dan merasa lemah di hadapanNya. Dan itulah hakikat ubudiyah dibalik doa, agar kita tetap menjaga rasa hina, rasa fakir, rasa tak berdaya dan rasa lemah. Karena dengan nuansa seperti itu kita akan cukup bersama Allah, mulia bersamaNya, mampu bersamaNya, kuat bersamaNya. Wallahu A’lam. 2.4 Fungsi Do’a 5 Ada beberapa keutamaan yang akan kita peroleh dalam berdoa. 1. Allah menyertai hamba-nya yang berdoa. Muhammad Rosulullah saw. bersabda,"Sesungguhnya Allah berfirman: Aku selalu dalam persangkaan hambaKu kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku." (HR. Bukhori Muslim dari Abu Huroiroh ra) 2. Doa senjata orang mukmin. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Doa adalah senjata orang mukmin, dan tiang agama, serta cahaya langit dan bumi". (HR. Hakim dari Ali bin Abi Tholib ra.) 3. Doa datangkan keselamatan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Janganlah engkau merasa lemah untuk berdoa, sebab sesungguhnya tidak seorang pun yang binasa selama ia tetap berdoa". (HR. Ibnu Hiban dan Hakim dari Anas ra.) 4. Doa menolak bencana, dan menolak tipu daya musuh. Muhammad Rosulullah saw. bersabda,"Doa berguna terhadap apa saja yang telah menimpa seseorang, dan halhal yang belum turun kepadanya. Sesungguhnya bencana pasti akan turun, dan akan ditemui oleh, doa. Lalu keduanya selalu bersaingan sampai hari kiamat". (HR. Bazaar dan Thobroni dari Aisyah ra.) Maksudnya, bencana senantiasa mengintai manusia, dan semua itu dapat ditolak hanya dengan doa. Memanjatkan doa kepada Allah SWT, pertanda beriman kepada- Nya. Itulah sebabnya doa dikatakan sebagai tiang agama. Doa yang dipanjatkan oleh orangorang beriman tersebut, jika diawali atau diakhiri dengan bacaan sholawat, akan dibawa naik oleh para malaikat. Maka tidak salah jika doa itu diibaratkan cahaya langit dan bumi. 2.5 Waktu Berdo’a Selayaknya kita memperhatikan waktu-waktu khusus tersebut. Berikut ini adalah waktu-waktu istimewa yang tidak selayknya kita lewatkan dan kita gunakan sebaik-baiknya untuk berdoa. 1. Setiap akhir sholat (sebelum salam) 6 Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, doa apakah yang didengarkan (dikabulkan)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: «ت ِ ت ْال َم ْكتُوبَا ِ صلَ َوا ِ ف اللَّ ْي ِل َّ اآلخ ُر َودُب َُر ال ُ » َج ْو “Doa yang dipanjatkan di tengah malam yang akhir dan di akhir shalat wajib.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i dalam Al-Kubra) 2. Satu waktu di malam hari Jabir radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: َ اآلخ َرةِ ِإالَّ أَ ْع َّ سا َعةً الَ ي َُوافِقُ َها َر ُج ٌل ُم ْس ِل ٌم يَ ْسأ َ ُل « طاهُ ِإيَّاهُ َوذَلِكَ ُك َّل ِ َّللاَ َخي ًْرا ِم ْن أ َ ْم ِر الدُّ ْنيَا َو َ َِإ َّن فِى اللَّ ْي ِل ل » لَ ْيلَة. “Sesungguhnya pada malam hari ada satu waktu yang tidaklah bersamaan dengan itu seorang muslim meminta kepada Allah kebaikan dari perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah akan mengabulkan permintaan tersebut, dan itu ada di setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad) 3. Ketika terbangun di waktu malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang terbangun di waktu malam lalu mengucapkan: َّ س ْب َحا َّ َّالَ إِلَهَ إِال َ َوه َُو َعلَى ُك ِِّل، ُ َولَهُ ْال َح ْمد، ُ لَهُ ْال ُم ْلك، َُّللاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِريكَ لَه ُ َو، َلِل ٌ ش ْىء قَد َِّللا ِ َّ ِ ُ ْال َح ْمد. ِير َّ َو، َُّللا َّ َّ َوالَ إِ َلهَ إِال، اَلِل ِ َّ ِ َوالَ َح ْو َل َوالَ قُ َّوة َ إِالَّ ب، َّللاُ أ َ ْكبَ ُر “Laa ilaaha illalloh, wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu, wa huwa ‘ala kuli syaiin qodiir; Alhamdulillah, wa subhanalloh, wa laa ilaaha illalloh, wallohu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illa billah” Kemudian mengucapkan: اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلي “Allohummagh firlii” Atau berdoa, maka dikabulkan (doanya). Dan jika berwudhu’ kemudian melaksanakan shalat maka shalatnya diterima.” (HR. Al-Bukhari) 4. Ketika dikumandangkannya adzan dan berada di medan perang 5. Suatu waktu pada hari Jum’at 7 Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tentang hari Jum’at, beliau bersabda: َ َّللاَ َخي ًْرا إِالَّ أ َ ْع َّ ص ِلِّى َي ْسأ َ ُل « طاهُ إِيَّاهُ َوقَا َل بِيَ ِد ِه يُقَ ِلِّلُ َها يُزَ ِ ِّهدُهَا َ َ»إِ َّن فِى ْال ُج ُمعَ ِة ل. َ ُسا َعةً الَ ي َُوافِقُ َها ُم ْس ِل ٌم قَائِ ٌم ي “Sesungguhnya di hari Jum’at itu ada suatu waktu yang tidaklah waktu tersebut bertepatan dengan seorang muslim yang sedang melaksanakan shalat, lalu meminta kepada Allah suatu kebaikan, kecuali pasti Allah akan mengabulkannya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan singkatnya waktu tersebut. (Muttafaqun ‘alaihi). 6 dan 7. Tatkala berbuka puasa bagi orang yang berpuasa dan menjadi pemimpin yang adil Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak”. [Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da'watuhu 1/321 No. 1775. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: ثالث ال ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر واإلمام العادل و المظلوم ‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no. 1752, Ibnu Hibban no. 2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi) 8. Pada saat turun hujan Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, 4/342 mengatakan,”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ْ ُا ِ ِ َونُ ُزو ِل ْالََ ْي، ِص َالة ِ َاء ِع ْندَ ث َ َالث ِع ْندَ ْالتِق ِ طلُبُوا ا ْستِ َجابَةَ الدُّ َع َّ َوإِقَا َم ِة ال، ُِو ِ اء ْال ُجي Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.” (Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shohihul Jami’) 9. Pada saat ajal tiba 8 Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda. 10. Ketika mendengar ayam berkokok Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda: َ ش ْي َّ اَلِلِ ال ْ َ ض ِل ِه فَإِنَّ َها َرأ َّ ار فَت َ َع َّوذُوا ِب َّ ص َيا َح ال ِدِّ َي َك ِة فَا ْسأَلُوا ان ْ ََّللاَ ِم ْن ف َ ت َملَ ًكا َو ِإذَا ِ س ِم ْعت ُ ْم َ ِإذَا ِ س ِم ْعت ُ ْم َن ِهيقَ ْال ِح َم ِ ط َ ش ْي طانًا َ فَإِنَّهُ َرأَى “Apabila kalian mendengar kokokan ayam maka mohonlah anugerah kepada Allah karena ayam itu melihat malaikat. Apabila kalian mendengar ringkihan keledai berlindunglah kepada Allah dari gangguan syaithan karena keledai itu melihat syaithan.” [HR Al Bukhari (3303) dan Muslim (2729)] 11. Doa seseorang kepada saudaranya ketika tidak dihadapannya. Dari Ummu Ad Darda` radhiyallahu ‘anha, Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda: دعوة المسلم ألخيه بظهر الَيب مستجابة عند رأسه ملك موكل كلما دعا ألخيه بخير قال الملك الموكل به آمين ولك بمثل “Doa seorang muslim kepada saudaranya yang dilakukan tidak dihadapannya adalah mustajab. Di sisi kepalanya ada seorang malaikat yang diberikan tugas setiap kali dia mendoakan kebaikan kepada saudaranya maka malaikat yang bertugas tadi mengucapkan: “Amin, semoga bagimu juga mendapatkan demikian.” [HR Muslim) 12. Hari rabu antara dzuhur dan ashar Sunnah ini pun mungkin belum diketahui oleh kebanyakan ikhwan yang sudah ngaji, yaitu dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar di hari Rabu. Hal ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu: فاستُجيب، ويوم األربعاء، ويوم الثالثاء،أن النبي صلى هللا عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثالثا يوم االثنين وجهه في البِ ْش ُر ف الصالتين بين األربعاء َ فعُ ِر قال جابر فلم ينزل بي أمر مه ٌّم غليظ ِإالِّ تو َّخيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف اإلجابة يوم له “Nabi shallallahu ‘alahi Wasallam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa, dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : 9 ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘” Dalam riwayat lain: فاستجيب له يوم األربعاء بين الصالتين الظهر والعصر “Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185) 13. Ketika meminum air zam-zam Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ماء زمزم لما شرب له “Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502) 14. Ketika dalam kesempitan dan kesusahan Allah Ta’ala berfirman, َ ض ِف الس ُّْو َء ْ أ َ َّم ْن ي ُِجيْبُ ْال ُم ُ ط َّر ِإذَا دَ َعاهُ َويَ ْكش “Siapakah yang mengijabahi (menjawab/ mengabulkan) permintaan orang yang dalam kesempitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan (siapakah) Dia yang menghilangkan kejelekan?” (An-Naml: 62) 15. Saat safar Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى هللا عليه وسلمbersabda: ثالث دعوات مستجابات ال شك فيهن دعوة المظلوم ودعوة المسافر ودعوة الوالد على ولده “Tiga macam doa yang pasti terkabul tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizhalimi, doa seorang musafir, doa kedua orang tua atas anaknya.” [HR Abu Daud (1536) dan At Tirmidzi (1905). Hadits hasan] 2.6 Rahasia Do’a Makbul Ada 3 tahapan yang harus kita lakukan agar do’a kita maqbul, bahkan dijamin pasti insya Alloh manjur ; 1. Syukur 10 Mungkin kita bertanya, hidup saja susah apa yang mau disyukuri? Inilah kesalahan kita. Coba kita renungkan ! andai kita mempunyai anak, anak kita minta mobilmobilan, karena kita sayang kita kasih, tapi anak itu lupa membawa pulang mainannya ketika bermain dengan kawan-kawannya. Hilanglah mainan itu. Keesokan harinya dia merengek minta dibelikan lagi,kita pun membelikannya, dan kejadian pertama terulang lagi. Lantas jika anak kita itu minta lagi apa jawab kita? Apa akan langsung membelikannya? Tentu kita akan marah bukan? Memang Alloh tidak seperti kita, namun kita hendaknya tahu diri, bagaimana Alloh akan mengabulkan do’a kita jika nikmat yang sudah ada saja tidak pernah disyukuri, ini namanya tidak tahu berterima kasih.Dan yang paling penting adalah ; do’a itu bisa di ijabah atau ditolak oleh Alloh, tapi syukur pasti akan diterima ( bagaimana syukur yang benar? akan dilanjutkan dalam tulisan berikutnya , insya Alloh). 2. Malu Sepantasnya kita malu, mungkin kita tidak diberi harta lebih, tapi kita masih diberi akal, tangan, kaki dan yang lebih penting kita masih hidup, tapi kenikmatankenikmatan itu sekan tidak berarti apa-apa bagi kita, kita mendefinisikan nikmat itu hanya berupa harta,tahta,wanita. 3. Istighfar Mohonlah ampun kepada Alloh, atas kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan dengan sebenar-benarnya. Insya Alloh dengan di awali dan dilandasi 3 hal tersebut do’a kita akan di kabulkan oleh Alloh. 11 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Do’a adalah otaknya (sumsum / inti nya) ibadah. (HR. Tirmidzi) selain itu. Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la) Pengembalian diri seseorang hanyalah kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan melakukan ibadah,karena do’a termasuk ibadah maka dapat dipanjatkan tatkala tidak dalam menghadapi permasalahan yang rumit. Ketika seseorang merasa tidak tahu dan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan membutuhkan kekuatan dari luar dirinya yang diyakini akan bisa membantu mengatasi permasalahannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa Sang Pencipta atau hal-hal lain yang dianggap mampu dan diyakini mampu membantu mengatasi permasalahan. Sebagai Insan yang beriman tentu saja dalam mangatasi problematika kehidupan selalu disandarkan pada kekuatan Tuhan, tidak dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan Agama. Apalagi sebagai umat islam dituntunkan untuk meminta pertolangan hanya kepada-Nya. Segala puji Hanya milik Allah, Tuhan semesta Alam 12 DAFTAR PUSTAKA Drs. Alfat, Masan. Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah. PT. Karya Toha Putra Semarang. 1994 Kitab Al-Hikam,Ibnu Ato'illah Al-Asykandari Tafsir Ibnu Katsir 6/203, Dar Thayyibah, cet, II, 1420 H, syamilah http://islamqa.info/ar/ref/155990 http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/doa/allsub/95/definisi-doa.html http://b420k.blogspot.com/2013/02/pengertian-doa-dalam-kitab-al-hikam.html hudawadinilhaq.wordpress.com/2012/06/15/pengertian-doa-3/ jiwareformasi.blogspot.com/2012/06/pengertian-doa.html http://muslimafiyah.com/ketika-melahirkan-adalah-waktu-berdoa-yangmustajab.html http://almanhaj.or.id/content/101/slash/0/waktu-waktu-yang-mustajab 13