Uploaded by Andi Yuliarto

Catatan Yos Sutiyoso - Google Docs

advertisement
Catatan Yos Sutiyoso
https://www.facebook.com/yos.sutiyoso
disusun oleh https://www.facebook.com/fadjar.nurswanto
HIDROPONIK, Hidro=air, ponos=daya, hidroponik = memberdayakan air.
Jangan ditulis dan diucapkan sebagai HIDROPHONIK, karena phonos = suara, sehingga
menjadi suara air. Ngilu mendengarnya!
Definisi=nya rupa-rupa ! Soilless culture, Budidaya dalam greenhouse, Budidaya anorganik,
accchhh, peduli amat, sich, yang penting hasilnya unggul dalam kualitas dan kuantitas, hemat
air, hemat energi, versatility/kelincahan-nya tinggi, bersahabat dengan lingkungan, tidak ada
pencemaran oleh bakteri E. Coli, dan menghasilkan produk yang sehat, hygienis, aromatis,
dengan protein dan vitamin yang melimpah, dan berpenampilan yang menarik dan menimbulkan
selera untuk mengkonsumsinya.
Memang diakui memerlukan pemodalan yang besar, managerial skill yang tinggi, marketing
network yang canggih, dan sumber daya manusia yang handal! Kerjakan !
BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA HIDROPONIK.
1. Menggunakan media, misalnya :
a) Tanah. Kelemahannya ialah banyak mengandung bibit penyakit cendawan dan bakteri atau
cyste/kista-nya, yang setelah beberapa bulan akan meledak penyakitnya. Juga banyak
mengandung benih gulma, yang sewaktu-waktu akan muncul. Kadang mengandung bibit hama,
misalnya ulat tanah Agrotis, dan beberapa jenis nematoda, a.l. Meloidogyne.
b) Pasir. Sudah ditinggalkan, karena mahal, sukar didapat, mahal transportasinya, tinggi biaya
penyebarannya di kebun, berat, padat, kecil rongga udaranya, kompak padat menyulitkan
pertumbuhan akar.
c) Humus, Kompos. Hanya baik bagi tanaman yang ditumbuhkan secara vegetatif saja, misalnya
sayuran daun : bayam, caysim, kangkung, pakchoy, kailan, selada.
d) Cocopeat, gambut bubuk sabut kelapa. Kandungan saponinnya tinggi, kadang2 > EC 3,0
mS/cm, sehingga kurang peluang untuk memberi pupuk, tanpa melampaui batas
phyto-toksisitas. Harus dicuci dgn air mengalir, hingga EC saponin-nya 0,0 - 0,5, tergantung
tanaman yang akan ditanam apakah tanamannya sukulen atau berkayu.
2. Menggunakan media air.
a) NFT – Nutrient Film Technic – Hidroponik Talang Landai. Menyontek NFT dan greenhouse,
buatan Belgia, yang diimpor siap-pakai, milik almarhum Ir Sunarto di Jln Semboja, Margonda,
Depok, thn 1983, saya membuat versi lokal dengan menggunakan talang hujan rumah tangga.
Talang dengankelandaian tangens 5 %, larutan nutrisi mengalir dengan ketebalan 3 – 4 mm,
menjadikannya kaya oksigen-terlarut, karena riak yang bergulung-gulung berhubungan langsung
dengan udara. Sistem NFT ini sangat populer!
b) DFT – Deep Flow Technic – Hidroponik Talang Datar. Kedalaman air dipertahankan pada
kedalaman tidak lebih dari 8 cm, supaya beban tidak terlampau berat bagi talang. Air masuk
pada ujung yang satu dan keluar melalui lubang pada ketinggian 8 cm pada ujung yang lain.
Aerasi pada sistem ini kurang sempurna, sehingga sulit untuk mencapai produksi yang tinggi.
Antara styrofoam yang dipasang pada ketinggian 10 cm, dengan permukaan air pada ketinggian
8 cm, ada rongga udara setebal 2 cm, untuk aerasi.
c). Floating Raft Technic – Hidroponik Rakit Apung. Kolam dengan kedalaman 40 cm, diisi
larutan nutrisi setebal 30 cm, diapungi styrofoam tebal 3 cm, diberi berpuluh lubang tanam,
ditanami anak semai sayuran daun, dengan akarnya menjuntai ke dalam larutan nutrisi. Dengan
blower ditambahkan udara ke dalam tandon, untuk meningkatkan kadar oksigen-terlarut.
Pengelolaan instalasi sangat mudah.
3. Menggunakan media air dan tanah/lumpur.
a) Hidroponik Pasang Surut – Ebb and Flood. Biasanya digunakan dalam produksi tanaman hias
dalam pot. Pot diletakkan dalam bak dan kaki pot digenang oleh larutan nutrisi setinggi 4 – 8 cm,
selama beberapa menit, kemudian larutan dialirkan keluar kembali secara gravitasi, dilakukan
sekali dalam beberapa hari. Pot berisi media, biasanya tanah bercampur bahan organis. Tinggi
larutan perendaman harus dibatasi, untuk mencegah media mengapung dan merubuhkan
tanaman.
b) Hidroponik perendaman. Sawah adalah suatu sistem hidroponik perendaman, dengan air
mengalir lambat-lambat, didorong oleh debit air pada inlet sebesar 1 liter/hektar/detik, suatu
jumlah yang besar. (Dikecualikan : Sawah tadah hujan, yang mendapat pasokan air dari hujan,
dan air dipertahankan di lahan itu selama mungkin.)
4. Menggunakan udara sebagai media
Aeroponik . Anak semai yang ditancapkan ke dalam lubang tanam, yang dibuat pada sehelai
styrofoam, akarnya bergelayutan bebas ke bawah. Diliput oleh kabut butiran halus larutan nutrisi,
melalui sprinklers yang digerakkan oleh pompa tekanan tinggi, secara terus menerus tanpa
henti, akar bermandikan butiran halus, yang kandungan oksigen-terlarutnya sangat tinggi, yang
sangat menunjang proses respirasi. Larutan yang tidak mengenai akar dikumpulkan dan
dialirkan kembali ke tandon/reservoir larutan nutrisi, untuk re-sirkulasi. Dihari depan sistem
aeroponik akan banyak diterapkan unuk memproduksi bibit induk kentang, dan karenanya kita
sudah harus mulai fokus pada teknik aeroponik. Percobaan yang berhasil baik telah pula
dilakukan terhadap aeroponik produksi bunga potong Chrysanthemum/krisan dan Lily. Umur
tanaman dapat direduksi dari 12 minggu menjadi 8 minggu. Jumlah kuntum bunga yang mekar
serempak dapat ditingkatkan dari dua menjadi tiga kuntum. Kecerahan warna dan aroma dapat
pula ditingkatkan sedikit.
GARAM ANORGANIS UNTUK MERAMU PUPUK HIDROPONIK.
Garam anorganis yang dipakai dalam meramu pupuk hidroponik dipilih yang mengandung unsur
hara makro N, P, K, Ca, Mg, S, yang esensial, mutlak dibutuhkan dalam jumlah banyak, untuk
membentuk tubuh tanaman, dalam rangka produksi yang tinggi kuantitas dan kualitasnya.
Diperlukan pula unsur hara mikro Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, yang juga esensial, mutlak dibutuhkan
walau dalam jumlah kecil, dan kebanyakan berperan sebagai enzym.
Deretan unsur itu ditambah Na, Si, dan Cl, dan dianggap sebagai “beneficial elements”, unsur
yang menguntungkan. Na dapat menjadi pengganti K, pada lahan yang miskin K, dengan gejala
pelepah daun kelapa terkulai. Petani memupuknya dengan garam dapur NaCl, supaya pelepah
yang berikutnya tegak. Si, silikat, memperkuat jaringan tumbuhan, sehingga penyakit cendawan
tidak bisa menyerang. Cl, chlor, patut ditakuti dan dihindari, karena dapat mengganggu
rumah-tangga-air jaringan tanaman, terbentuknya sel-sel raksasa, penuh dengan air, merusak
konsistensi sel, menyebabkan produk hambar tanpa rasa.
Unsur-unsur hara itu setelah masuk ke dalam tubuh tanaman, selalu berubah bentuk, menjadi
protein, lemak, dsbnya, dan jangan disangka mereka bergentayangan lepas sebagai unsur
individual. Biasanya unsur-unsur itu dikumpulkan di vakuola didalam sel, menanti diproses oleh
ribosom yang juga berada dalam sel, untuk menjadi protein, jaringan/tissue, organ/alat tubuh,
dsbnya.
JENIS BAHAN KIMIA YANG DIPAKAI SEBAGAI SUMBER UNSUR HARA MAKRO
Yang paling populer ialah konsep A-B mix, dengan membuat pekatan/konsentrat A dan B, untuk
kemudian diencerkan dengan perbandingan 1 : 100, untuk menjadi larutan pupuk A-B mix yang
siap pakai. Di grup A ada unsur kation kalsium Ca + +, dan di grup B ada anion sulfat SO4 - dan anion fosfat PO4 - - -. Dalam keadaan pekat Ca tidak boleh bertemu dengan sulfat, karena
terbentuknya gips CaSO4, yang mengendap dan praktis tidak larut, sehingga unsur Ca, maupun
sulfatnya, tidak dapat diserap oleh akar. Juga dalam keadaan pekat Ca tidak boleh bertemu
dengan fosfat, karena terbentuknya triple super fosfat TSP, yang mengendap dan praktis tidak
larut, sehingga unsur Ca maupun fosfatnya, tidak dapat diserap olah akar. Tetapi dalam keadaan
diencerkan, misalnya 1 : 100, maka Ca + sulfat, maupun Ca + fosfat, bisa larut dengan baik.
Kemudian Ca, sulfat, dan fosfat, bisa diserap dengan leluasa oleh akar. Gips CaSO4 walau
rendah sekali, masih mempunyai daya larut, walau hanya sebesar1.25 %. TSP Ca3(PO4)2
walau rendah sekali, juga masih mempunyai daya larut, walau hanya sebesar 1,75 %. Itulah
sebabnya, dalam keadaan encer, Ca boleh bertemu dengan sulfat, maupun fosfat, tanpa
kekhawatiran akan terjadi endapan. Inilah siasat untuk memasukkan unsur Ca dalam ramuan
pupuk hidroponik, mengingat pentingnya peran Ca dalam percaturan pemupukan hidroponik.
BAHAN KIMIA KOMPONEN PUPUK HIDROPONIK A-B MIX
Garam-garam, bahan kimia komponen pupuk hidroponik, semuanya anorganis yang merupakan
elektrolit, yang bila dilarutkan akan terurai menjadi kation dan anion, seingga bisa diserap oleh
tanaman.
Dipilihkan bahan kimia yang mudah didapat, secara umum banyak dipakai, miring harganya,
grade-nya teknis, tidak terlalu hygroskopis, dan sebaiknya easy to handle.
Angka persen kandungan unsur-unsur utama dinyatakan sebagai N, dan P, K, Ca, Mg, S. Hal ini
harus dibedakan dengan pupuk tabur untuk pertanian konvensional, yang menggunakan sebutan
P2O5, K2O, CaO, MgO, SO2. Para pelaku hidroponik memerlukan “mental switch” dalam
perhitungan membuat formula pupuk hidroponik.
Digunakan konsep kerja pekatan/konsentrat A dan B, untuk kemudian disatukan menjadi A-B
mix. Untuk menjadikannya larutan siap pakai, dilakukan pengenceran 1 : 100. Sebagai contoh
ialah group A, yang terdiri atas 3 komponen, jumlah bobot 1250 g. Group B, yang terdiri atas 4
komponen, jumlah bobot dibuat juga sama, yaitu 1250 g, sehingga jumlah bobot total A + B =
2.500 g. Nanti semua komponen group A dimasukkan ke dalam kontainer A kapasitas 5 liter dan
ditambahi air, hingga volumenya mencapai 5 liter. Hal yang sama diperlakukan terhadap group B,
hingga tercapai pekatan B yang juga 5 liter.
Dalam mempersiapkan larutan siap pakai, maka sediakanlah kontainer yang diisi 1.000 liter air
bersih, dituangi 5 liter pekatan A, diaduk semenit hingga rata, dan ditambahi lagi 5 liter pekatan B,
diaduk lagi. Tersiapkanlah sekitar 1.000 liter larutan siap pakai A-B mix, dengan kepekatan sesuai
dengan EC (electro conductivity) sekitar 2,5 mS/cm.
ISI PEKATAN GROUP A DAN GROUP B
Sudah diterangkan di atas bahwa pupuk hidroponik A-B mix, terdiri atas group A dengan
kandungan Ca + +, dan group B dengan kandungan SO4 - - dan PO4 - - -, dan tidak boleh
dipertemukan dalam keadaan pekat, karena kekhawatiran terjadinya endapan kalsium sulfat,
gips, CaSO4, dan tripple super fosfat, TSP, Ca3(PO4)2.
Kandungan group A, a.l. ialah kalsium nitrat 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O, dan merupakan
sumber Ca sebesar 19 %, yang mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman. Dikandung pula
N-nitrat sebesar 14,4 % dan N-amonium 1,1 %. Karena kecilnya N-amonium, maka kompon ini
disebut kalsium nitrat saja, dan kata amonium ditelan, karena ukurannya kecil.
Group A juga mengandung kompon kalium nitrat, KNO3, dengan kandungan K sebesar 38 %
dan N-nitrat 13 %. Group A juga dimuati unsur-unsur mikro esensial, yang sebagian dalam
bentuk chelate/kelat, yaitu FeEDTA, MnEDTA, CuEDTA, ZnEDTA, dan asam borat H3BO3, serta
Na-molybdat, yang terutama berperan sebagai enzym.
Kandungan group B ialah mono-kalium phosphat, MKP, KH2PO4, dengan K sebesar 28 % dan P
23 %. MKP ini dapat berperan sebagai buffer, untuk menstabilkan pH pada suatu angka tertentu,
dengan bersifat asam dalam kondisi basa, dan bersifat basa dalam kondisi asam. Juda ada
amonium sulfat, ZA (zwavel amonicus, bahasa Belanda), (NH4)2SO4, dengan kandungan
N-amonium sebesar 21 % dan sulfur S 24 %. Yang ketiga adalah kalium sulfat, ZK, K2SO4,
dengan kandunga K 45 % dan sulfur S 18 %. Yang ke-empat ialah magnesium sulfat, garam
Inggris, Epsom salt (Inggris), bitterzout (Belanda), bittersalz (Jerman) MgSO4.7H2O.
FORMULA PUPUK HIDROPONIK A-B MIX UNTUK SEMUA STADIA
Menurut teori, persemaian memerlukan formula yang berbeda dengan masa
vegetatif/pertumbuhan dan berdeda pula dengan masa generatif/pembungaan/pembuahan.
Dalam praktek di lapangan, hal ini sulit dilaksanakan, karena lahan berproduksi dan tandon
larutan pupuknya hanya sebuah, jadi tidak bisa dibeda-bedakan.
Diambillah kebijaksanaan untuk menggunakan satu formula saja, dan membedakan kepekatan
dan volume pemberiannya untuk stadia-stadia persemaian, vegetatif, dan generatif. Misalnya,
untuk persemaian digunakan EC 1,0 mS/cm, untuk masa vegetatif 2,0 mS, dan untuk generatif
3,0. Yang dimaksud EC ialah “Electro Conductivity”, pengantaran listrik, dan datuannya untuk
berhidroponik ialah mS/cm, karena katoda dan anoda-nya berjarak 1 cm, sedangkan mS
dibacanya milli Siemens, milli berarti seribu, dengan S ditulis dengan huruf besar.
Kalau melakukan fertigasi, misalnya menanam melon pada polybag dengan kapasitas arang
sekam 5 liter, dengan sistem irigasi tetes/drip irrigation, ketika kecil aplikasi adalah 2 X 200 = 400
ml/hari; medium besar 3 X 300 = 900 ml/hari; stadia produksi 4 X 300 = 1.200 ml/hari. Kalau
satu tanaman dijadikan dua cabang, maka pada stadia produksi harus 4 X 400 = 1.600 ml/hari.
Kalau menggunakan polybag berkapasitas 7 liter arang sekam, diisi 2 tanaman/polybag, satu
tanaman di-dua-cabang-kan, sehingga ada 4 cabang, maka diperlukan 5 X 400 = 2.000
ml/polybag/hari.
FORMULA PUPUK HIDROPONIK UNTUK TIAP GROUP TANAMAN
Diyakini formula pupuk untuk tanaman yang dibudidayakan untuk mendapatkan hasil panen
berupa daun, misalnya bayam, akan berbeda dengan formula untuk tanaman dengan hasil
panen berupa buah, misalnya tomat.
Kalau dibulak-balik, akan mendapatkan hasil yang mengecewakan. Bila pupuk bayam digunakan
pada tanaman tomat, maka akan tercipta daun tomat yang panjang dan lebar, melengkung
karena beratnya yang besar. Tetapi mana bunga, pentil, dan buah tomatnya? Terbukti tanaman
terus menerus tumbuh secara vegetatif, dan tidak ada tanda-tanda beralih ke fase generatif.
Sebaliknya menanam bayam dengan pupuk khusus tomat, maka akan menghasilkan tanaman
yang serba pendek dan kompak, kecil-kecil sudah mulai berbunga, dan daun yang diharapkan
hijau rimbun, terbukti tidak banyak terlihat.
Tidak terlampau sulit untuk mengatur perumusan formula pupuk hidroponik, bila kita kuasai
fisiologi tumbuhan. Tentunya beberapa ilmu dan ketrampilan lainnya harus diketahui pula,
terutama kimia anorganis. Untuk memudahkan kerja, maka tanaman yang dihidroponikkan dibagi
dalam 5 gugusan, yaitu :
1. Sayuran daun : Bayam, Caysim, dsbnya.
2. Sayuran daun dan batang : Kangkung, Kailan, dsbnya.
3. Sayuran bunga : Brocolli, Bloemkool, dsbnya.
4. Sayuran buah : Tomat, Cabai, dsbnya, dimasukkan juga Melon.
5. Sayuran umbi : Biet, Radish dsbnya.
Formula untuk no.1, tidak banyak berbeda dengan no. 2. Formula no. 3, tidak banyak berbeda
dengan no. 4. Masing-masing jenis tanaman dapat pula dibuatkan formula khas untuk jenis
tanaman tersebut saja.
REKAYASA FORMULASI PUPUK HIDROPONIK KHAS TANAMAN TERTENTU.
Ambil contoh tanaman tomat. Disamping persyaratan umum bahwa produksinya tinggi,
penampilannya baik, rasanya nikmat, diinginkan pula syarat tambahan seebagai berikut :
1. Bebas gejala BER (blossom end rot), gejala defisiensi kalsium, Ca. Disebabkan pasokan
Ca memang kurang, berat atom Ca yang memang tinggi, sehingga mobilitasnya payah,
tanaman kurang mempunyai “power”, karena selama seminggu intensitas cahaya
matahari rendah, “exposure time”-nya pendek, sehingga asimilasi karbohidratnya hanya
sekedarnya
2. Disyaratkan, tanaman tidak menunjukkan gejala serangan penyakit cendawan Alternaria,
Phytophthora, Fusarium, yang dapat menghancurkan produksi.
3. Karena jenis tomat ini adalah tomat-buah dan bukan tomat-sayur, maka derajat
sweetness/kemanisan-nya harus lebih menonjol dari derajat
accidity-freshness/kesegaran-nya.
Untuk menjawab tantangan itu, maka kegiatan tambahan dalam meramu pupuk hidroponik A-B
mix, adalah :
1. Meningkatkan kadar Ca > 150 ppm, sehingga BER dapat tercegah. Peran matahari
ditingkatkan untuk menambah energi bagi tanaman, supaya Ca dapat terangkat dan
terangkut ke pentil buah.
2. Meningkatkan kadar Ca > 150 ppm (seperti di atas), untuk memperkuat dinding sel,
supaya lebih toleran terhadap serangan penyakit cendawan. Disamping Ca, juga asupan
P ditingkatkan, untuk meningkatkan dan memperkuat “crude fiber”/serat kasar-nya pada
inding sel.
3. Manis disenafaskan dengan karbohidrat, dengan fotosintesa, dengan kesanggupan P
merubah gelombang cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat, gula yang
manis. Asupan hara P perlu ditingkatkan, dan paling cocok ialah dengan peningkatan
MKP, mono-kalium phosphat, KH2PO4, di mana penambahan unsur K dapat membantu
perbaikan distribusi, transportasi dan penumpukan hasil asimilat.
Komentar selanjutnya adalah : Literatur luar negeri, entah mengapa, jarang berani membahas
interaksi antara pupuk/meramu pupuk, EC dengan angka yang besar, volume yang tinggi,
dengan pencegahan serangan penyakit cendawan. Interaksi-nya kuat, sehingga dapat digunakan
untuk mengatasi banyak masalah yang ditimbulkan oleh penyakit cendawan.
PENTINGNYA NILAI AMBANG PHYTO-TOKSISITAS TIAP JENIS TANAMAN
Kita bernafsu untuk menggunakan EC yang tinggi untuk punjulnya produksi, kualitas, dan
penampilan hasil panen. Di lain fihak kita dihadang batas ambang keracunan tanaman,
phyto-toksisitas, yang sering muncul dalam bentuk “malformasi”, “ngaco”-nya bentuk tanaman
sehingga lain dari biasanya, gosong daunnya sebelah, terlalu lama berada dalam fase vegetatif
tanpa memperlihatkan akan beralihnya ke fase generatif, dsbnya.
Pada sayuran yang sukulen/berair-banyak, misalnya Bayem, Caysim, Pakchoy, batasnya pada
budidaya hidroponik ialah EC 3,0 mS/cm. Jadi kita beroperasinya sam-pai EC 2,5 saja. Bila
tiba-tiba temperatur udara naik, realative humidity/kelembaban nisbah udara turun, tanaman
berkeringat dan menguap lebih banyak, sehingga EC larutan meningkat, ada “keleluasaan”
sebesar EC 0,5 untuk meredam gejolak EC, hingga terhindarlah tanaman dari keracunan.
Dilain fihak, perlu disadari bahwa bila kita menaikkan EC, maka semakin tinggi EC yang dicapai,
semakin berkuranglah efisiensi penyerapannya oleh tanaman, karena faktor jenuh kemudian
muncul. Hukum “Law of deminishing return” muncul, dan derajat pertumbuhan tanaman
mendekati stagnasi/mandek!
Memang akan aman, bila kita main di angka rendah, jauh dari nilai ambang phyto-toksisitas,
tetapi tanaman tumbuhnya lambat, rasa dan aroma produk menurun, “shelf-life” pendek, berada
di fase vegetatif terlalu lama tanpa ada tanda-tanda akan beralih ke fase generatif, dan sayuran
timbangannya enteng, sehingga usaha kurang menguntungkan.
MENGUKUR KEPEKATAN LARUTAN PUPUK HIDROPONIK
Mengukur kepekatan larutan pupuk, dilakukan dengan mengukur pengantaran listrik di antara dua
kutub, yaitu Katoda dan Anoda, yang berjarak satu cm, dari suatu alat yang disebut EC meter,
Electro Conductivity meter, alat ukur pengantaran listrik. Satuannya ialah mS/cm, dituliskannya
m kecil, dan S besar, milli Siemens per cm, karena jarak katoda dan anoda ialah satu cm.
Beberapa pabrik menambahkan suatu alat kecil di dalamnya, yang membaca satuan
pengantaran listrik itu, mengkonversi-nya untuk menjadi ppm (parts per million), pengukurannya
terhadap TDS, total dissolved solids, jumlah bahan padat yang terlarutkan. Penambahan alat
kecil ini tentunya meningkatkan biaya produksi sedikit.
Rumitnya ialah bahwa tiap pabrik memakai angka faktor konversi sendiri-sendiri, dan tidak ada
yang mau mengalah untuk hanya memakai satu angka saja. Angka faktor konversi yang pernah
terlihat ialah 500, 630, 640, 650, 670, 700. Hal ini membingungkan, dan kadang menimbulkan
prasangka dan pertentangan, karena setiap pemakai bebas memakai angka konversi yang
diinginkannya. Saya pribadi memilih menggunakan EC, yang angka satuannya hanya semacam,
jadi tidak membingungkan.
KETRAMPILAN MENGGUNAKAN EC METER.
Kalau menanam cabe merah besar dengan sistem hidroponik, maka digunakan petunjuk :
Persemaian : menggunakan EC 1,0 mS/cm. Fase vegetatif : EC 2,0 mS. Fase generatif : EC
3,0. (Cara menulis tanpa menyebutkan lagi satuannya, kawan-kawan sudah dapat mengerti
kepekatan pupuk yang dimaksud).
EC meter bertenaga baterei kancing, bila sudah lama dan banyak dipakai, tenaganya berkurang,
menunjukkan angka secara “erratik”, naik-turun terus menerus, seolah tidak ada hentinya.
Baterei yang sudah lemah, harus diganti dengan yang segar.
Setelah membuka tutupnya, ujung EC meter dicelup ke dalam larutan yang akan diukur
kepekatannya, sedalam garis batas. Setelah selesai, hendaknya di-off-kan sesegera mungkin
untuk menghemat baterei-nya.
EC meter juga sangat berguna untuk mencegah kita melampaui nilai ambang phyto-toksisitas,
misalnya bila kita melihat pada monitor, bahwa angka EC sudah sangat tinggi, sehingga besar
kemungkinan batas keracunan akan terlewati, maka dengan segera kita bisa bertindak
menurunkan kepekatan larutan pupuk. Terhindarlah kita dari gejala gosong pada tanaman,
karena EC yang terlampau tinggi itu.
Pun EC meter bisa dipakai untuk mensegerakan peralihan fase vegetatif ke generatif, dengan
menaikkan angka EC, tetapi tetap jangan nyerempet-rempet nilai ambang phyto-toksisitas,
karena terkandung bahaya jatuhnya produksi.
PENTINGNYA PENGERTIAN MENGENAI pH DAN PEMILIKAN pH METER.
pH digunakan untuk menggambarkan derajat keasaman suatu larutan, dan kisarannya adalah
dari angka 0 hingga 14, dengan angka 7 sebagai derajat asam yang netral. Pada titik itu, kation H
+ ada satu, dan di fihak lain anion OH – juga ada satu, sehingga muatan listriknya seri. Di bawah
angka 7, jumlah kation H + bertambah banyak semakin kita bergerak ke kiri, angka pH semakin
mengecil, dan dinamakan asam sekali. Di atas angka 7, jumlah anion OH – bertambah banyak,
semakin kita bergerak ke kanan, angka pH semakin membesar, dan dinamakan alkalis atau
basa sekali.
Biasanya kita berhidroponik dengan kisaran pH antara minimum 5,5 – maksimum 6,5, dengan
optimum 6,0. Di bawah pH 5,5 beberapa unsur mulai mengendap, tidak dapat diserap oleh akar,
menunjukkan gejala defisiensi unsur tertentu. Di atas pH 6,5, beberapa unsur mulai pula
mengendap, tidak dapat diserap oleh akar, menunjukkan gejala defisiensi unsur tertentu pula.
Sebaiknya kita berada pada pH optimum, di mana semua unsur berada dalam kelarutan yang
sempurna, semua unsur mudah diserap oleh akar, dan tidak akan terlihat gejala defisiensi unsur
yang manapun.
Kisaran tetap diperlukan, karena misalnya oleh peningkatan temperatur udara, maka pH larutan
akan naik, tetapi masih dapat diliput oleh kisaran tersebut. Apalagi kita selalu memasukkan
bahan kimia anorganis yang bersifat buffer, semisal MKP, mono-kalium phosphat, KH2PO4,
yang dapat menstabilkan pH larutan, jadi bersifat basa dalam kondisi asam, dan bersifat asam
dalam kondisi basa. Semua unsur berada dalam keadaan larut sempurna, tidak akan
menunjukkan gejala defisiensi unsur hara manapun, sehingga produksi tinggi kuantitas dan
kualitasnya.
BAHAN KIMIA UNTUK MENURUNKAN DAN MENAIKKAN pH.
Pertumbuhan tanaman pada budidaya hidroponik yang baik dapat dicapai bila air atau larutan
derajat asamnya, atau pH, berada antara pH 5,5 – 6,5, dengan optimal pH 6,0. Kisaran pH ialah
antara 0 hingga 14, dengan angka netral 7,0. Dibawah angka 7,0 disebut asam. Di atas angka
7,0 disebut basa atau alkalis.
Untuk menurunkan pH air diperlukan asam anorganis kuat, sedangkan untuk menaikkan
diperlukan basa atau alkali kuat.
Untuk menurunkan pH tidak dianjurkan menggunakan asam organis, misalnya cuka CH3COOH,
atau asam semut HCOOH, karena asam organis adalah asam lemah, yang diperlukan dalam
jumlah besar untuk menurunkan pH sedikit, jadi jatuhnya mahal. Lagi pula daya kerjanya tidak
lama, dalam beberapa jam pH sudah naik kembali, seolah-olah asam organis tersebut tidak
pernah ditambahkan.
Pilihan berkisar antara asam-asam anorganis kuat. Ambil contoh asam nitrat HNO3, yang
digunakan pada budidaya sayuran daun, mengingat unsur N-nya, walau hanya sedikit, lumayan
dapat menyumbang untuk pertumbuhan sayuran daun. Asam fosfat H3PO4 digunakan pada
budidaya sayuran buah, mengingat unsur P-nya, walau hanya sedikit, lumayan dapat
menyumbang untuk perkembangan generatif sayuran buah. Dapat pula menggunakan asam
sulfat H2SO4, yang dapat dibeli di pompa bensin SBPU, dalam botol plastik warna merah. Unsur
S-nya, walaupun hanya sedikit, lumayan untuk menunjang pembentukan protein.
Bahaya mengancam, misalnya uap asam nitrat, yang dapat membutakan mata. Untuk
mengurangi bahayanya, asam nitrat harus diencerkan menjadi hanya 10 %. Begitu pula dengan
asam fosfat. Baju bolong, kulit melepuh, kerongkongan kering, sering dialami pekerja yang
kecipratan atau menghirup uap asam kuat.
PENGUKURAN EC, Electro Conductivity, PENGANTARAN LISTRIK.
Kepekatan larutan nutrisi diukur dengan menggunakan EC meter, yang mengukur electro
conductivity, pengantaran listrik, dengan satuan mS/cm, karena katoda dan anoda-nya berjarak 1
cm.
Beberapa pabrik EC meter menambahkan padanya suatu alat tambahan kecil yang
menterjemahkan mS/cm menjadi satuan ppm (parts per million), dan alatnya berubah nama
menjadi TDS meter (Total Dissolved Solids). Penambahan alat itu tentunya meningkatkan biaya
produksi alat. Digunakanlah faktor konversi, dan setiap pabrik menggunakan faktor konversinya
sendiri-sendiri, a.l. 500, 630, 640, 650, 670, dan 700 ppm, untuk tiap mS/cm. Hal ini
membingungkan, hingga diambil keputusan untuk menggunakan EC saja, dengan satu satuan,
yaitu mS/cm.
Untuk persemaian digunakan EC 1,0 mS/cm, fase pertumbuhan vegetatif EC 2,0 mS, dan fase
generatif EC 3,0. Tiga cara menulis satuan EC ini, sering kita dapati dalam tulisan di majalah
atau di Facebook. Di lain fihak, angka EC juga digunakan untuk membatasi kita supaya tidak
semena-mena menaikkan EC, karena ada batas “phytotoksisitas”, kebanyakan dengan gejala
gosong. Misalnya caysim, bayam, dan beberapa sayuran daaun lainnya terlihat mulai gosong
bila > EC 3,0, tetapi untuk kangkung, kailan, yang sedikit lebih kuat, mungkin angka keracunan >
EC 3.5. Untuk tomat, terong, paprika, yang bisa dianggap tanaman perennial, tahunan, dan
berkayu, “phytotoxicity level” diduga > EC 7,0. Hal ini membuka kemungkinan untuk
menggunakan EC yang tinggi, yang banyak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, a.l.
perpendekan umur hingga layak panen, perpanjangan umur “shelf life” di supermarket,
meningkatkan produktivitas, penampilan, rasa, aroma, kadar protein dan vitamin.
KEBUTUHAN NUTRISI SESUAI PERTUMBUHAN TANAMAN.
Tanaman tumbuh makin lama makin besar, dan pertumbuhannya mengikuti deret ukur dan
bukan deret hitung. Pemupukan hendaknya juga mengikuti deret tersebut, supaya semua
kebutuhannya dapat terpenuhi, produksi tinggi, hasil panen berkualitas, harga jual tinggi,
menempati market share yang unggul.
Sayuran buah, misalnya tomat, ketimun, terong, mengalami 3 masa pertumbuhan, yaitu :
persemaian, masa vegetatif/pertumbuhan, dan masa generatif/pembungaan & pembuahan.
Formula pupuk hidroponik A-B mix-nya, menurut teori, seyogyanya berbeda untuk
masing-masing stadia.
Dalam prakteknya, kebun hanya satu blok, satu instalasi NFT, satu tandon/reservoir larutan
pupuk, satu sistem irigasi, sehingga tidak memungkinkan membuat 3 sistem sebagaimana
disyaratkan. Maka "di-mainkan"-lah EC, electro conductivity, dan dipilih angka yang bisa "all
round" melayani ketiga sistem, tanpa "melukai" ketiga anggota sistem tersebut. Dipilihlah angka
EC 2,5 mS/cm, yang sebenarnya "makanan orang tua", tetapi menurut pengalaman masih
ditolerir oleh persemaian atau tanaman yuvenil/kecil,muda. Dengan dalih : "Lebih baik si anak
kecil diberi makanan orang tua, daripada kakek-nenek diberi makanan anak kecil, lalu tidak
beranak!".
Akhirnya tercapailah suatu stadia kerja, di mana persemaian, tanaman kecil baru pindah tanam,
tanaman yang sedang tumbuh pesat, tanaman yang mulai beralih dari masa vegetatif ke
generatif, atau sedang berbuah lebat, semuanya hanya memakai satu formula generatif saja,
dengan satu ukuran kepekatan saja, yaitu dengan EC 2 1/2 mS/cm. Titik! Pada awalnya
memang ketar-ketir, apakah tanaman akan phytotoxic, atau tidak? Terbukti : Tidak! Kemudian hal
itu menjadi SOP, standard operating procedure dan kebiasaan, hingga sekarang, tanpa pernah
mengalami kegagalan secuilpun.
KEBUTUHAN AIR OLEH TANAMAN.
Hidroponik terkenal sebagai pengguna air yang sangat efisien, Hanya sebatas yang dibutuhkan
untuk proses hidup tanaman dan yang diuapkan oleh tanaman. Ditambah dengan yang dibuang
sedikit, ketika sebulan sekali tandon larutan pupuk dikuras. Itupun tidak dibuang percuma, tetapi
disiramkan ke tanaman hias, tanaman buah-buahan yang tumbuh di pekarangan, atau dialirkan
ke sawah, untuk penambahan pupuk menanam padi.
Penggunaan air tergantung pada :
● Jenis tanaman yang dibudidayakan.
● Ukuran tanaman, persemaian membutuhkan air sedikit, tanaman dewasa membutuhkan
air sangat banyak.
● Radiasi matahari; semakin terik, semakin banyak air dibutuhkan.
● Temperatur; semakin tinggi, semakin banyak membutuhkan air.
● Kelembaban nisbi; semakin rendah RH, relative humidity, semakin banyak diperlukan air.
● Angin; semakin keras tiupan angin, semakin banyak diperlukan air.
EBB AND FLOOD, HIDROPONIK PASANG SURUT,
Hidroponik pasang surut jarang disebut, padahal mempunyai beberapa sifat yang baik, a.l.
oksigenasi yang lancar, dengan mengalirnya udara segar ke rongga-rongga yang ditinggal oleh
larutan A-B mix, yang sebelumnya menggenang pot beserta media-tanamnya sedalam 4 - 8 cm,
selama 5 - 20 menit, 1 - 4 hari/1 - 2 X, sesuai dengan ketinggian dan umur tanaman, yang
ditanam dalam bak-bak datar water-pas, dalam media tanam yang tidak mengambang.
Satu hal yang dikhawatirkan, adalah bila satu tanaman akarnya sakit terserang suatu penyakit
cendawan, penyakit itu akan menyebar meluas, dengan di-sirkulasi larutan hara, dari bak tanam
ke tangki/tandon/reser- voir, bolak-balik. Dalam kenyataannya hal ini jarang terjadi, karena
ramuan A-B mix yang jitu, dengan EC yang tinggi, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan penyakit cendawan yang menyebar melalui aliran air.
Bak-bak tanam yang diletakkan lebih tinggi dari pompa dan tandon larutan hara, bila larutan yang
menggenangnya secara gravitasi dialirkan kembali ke tandon, maka udara segar akan
memasuki rongga-rongga udara dalam media, membawa oksigen segar untuk respirasi akar.
PENYERBUKAN TEPUNG SARI KE BAKAL BUAH DALAM GREENHOUSE.
Karena ketiadaan lebah penyerbuk dalam greenhouse yang tertutup, maka pada pertanaman
tomat dilakukan pemukulan dengan tongkat kecil pada batang tomat, dan getaran yang
ditimbulkannya sudah cukup untuk menyebabkan tepung sari dari kepala sari berterbangan dan
mendarat di kepala putik.
Pada Cucurbitaceae, misalnya melon, ketimun, bunga jantan terpisah dari bunga betina,
sehingga ketukan pada batang belum tentu menjamin setiap bunga betina akan terpolinasi oleh
tepung sari yang terlepas dari bunga jantan.
Biasanya disewa nenek-nenek yang setiap pagi berkeliling dan dengan kwas kecil yang
dicocolkan ke tepung sari di bunga jantan, dan mencocolkannya kembali ke kepala putik pada
bunga betina. Bunga betina yang sudah diserbuk kemudian dirusak helai bunga mahkotanya,
sebagai pertanda sudah diserbuki.
Tanpa kwas pun bisa mengadakan polinasi, yaitu dengan memetik bunga jantan dan
mencocolkan kepala sarinya ke kepala putik bunga betina. Satu bunga jantan dapat digunakan
untuk menyerbuk 2 - 3 bunga betina. Perbandingannya boleh pula dijadikan 1 : 1, karena bunga
jantan banyak jumlahnya.
Tetapi hati2!. Bila temperatur greenhouse terlampau tinggi, kadang yang keluar bunga jantan
melulu, dan tidak satupun ada bunga betina! Itu memang salah urus, membuat greenhouse
tanpa memikirkan temperatur tinggi yang bisa timbul untuk waktu lama.
REKAYASA PEMUPUKAN DAPAT MERUBAH WARNA BUAH.
Tanaman melon yang warna asli buahnya merah, dapat dibuat berwarna pucat-pasi, bila diberi
pupuk amonium yang banyak, misalnya yang berasal dari pupuk ZA, amonium sulfat,
(NH4)2SO4, atau dari pupuk Urea, CO(NH2)2.
Bila banyak diberi fosfat, misalnya dalam bentuk MKP, mono-kalium phosphat, KH2PO4, yang
juga kaya akan kandungan K, kalium, maka warna merah melon akan semakin semarak dan
menarik.
Jumlah pemberian harus benar-benar banyak, supaya perubahan warna itu semakin kontras.
Download