APRI FARHAN PEBRIAN ARDIN HIA : 1910003510070 : 1910003510052 DENI HESNI : 1910003510119 MELI NOFRIANTI M YUSUF : 1910003510023 MONIKA :1910003510088 Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya yang berjudul “Perilaku Etika dalam Profesi Akuntansi ”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Etika Bisnis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dosen pengampu, Ibu Yulia Syafitri S.E, AK, MS.I atas bimbingan beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan wawasan bagi para pembaca tentang bagaimana Perilaku Etika dalam Profesi Akuntansi. . Padang, 03 Mei 2019 Penulis Judul ` i Kata Pengantar ii Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang 1 B.Rumusan Masalah. C.Tujuan 2. BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP A.Kesimpulan iii 2 3 1.1 Latar Belakang Etika adalah prinsip moral yang memberikan pegangan bagi tingkah laku seseorang. Seseorang bertindak secara etis bila memperhatikan dampak dari tindakannya terhadap lingkungan sosialnya.Etikamerupakan sebuah nilai luhur yang wajib dimiliki olehsetiap individu. Berbicara perihal etika, apapun bentuknya pasti berkaitan dengan nilai. Etika memang tak kasat mata, namun memiliki pengaruh yang luar biasadalam segala segi kehidupan. Ketika etika itu dikaitkan dengan perpajakan, maka akanbanyak sekali pihak yang terlibat di dalamnya. Bahkan bisa dikatakan semua pihak adadi dalamnya. Secara subyektif seluruh warga Negara adalah wajib pajak. Dengan demikian artinya etika perpajakan ini wajib dimiliki, dimengerti dan diamalkan oleh setiap individu. Pendapatan terbesar Negara ini didapatkan dari sektor pajak, Pajak inilah yang digunakan untuk pembangunan baik sektor infrastukrtur maupun pembangunandibidang lainnya.Belakangan ini topik perpajakan banyak disoroti oleh berbagai pihak dalam berbagai perspektif.Bagaimana pembangunan dinegara ini akan maju jikapendapatan untuk pembangunan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Apalagi penyimpangan ini sudah dianggap menjadi sebuah tradisi. Namun sangatlah tidak bijak ketika membicarakan etika perpajakan, hanya menunjuk satu pihak saja, misalnya pemerintah yang bertindak sebagai fiskus.Tidak dapat dipungkiri bahwa fiskus merupakan salah satu aktor utama dalamperpajakan. Namun ada dua aktor utama lainnya, yaitu konsultan pajak dan wajib pajak itu sendiri. Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apa Saja Tanggung Jawab Akuntan Pajak? 2. Bagaimana Etika Akuntan Pajak?. 3. Bagaimana Kompleksitas Aturan Perpajakan Vs Tuntutan Klien? 1.3 Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk: 1. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Akuntan Pajak 2. Untuk MengetahuiEtika Akuntan Pajak. 3. Menguraikan Kompleksitas Aturan Perpajakan Vs Tuntutan Klien 2.1 Tanggung Jawab Akuntan Pajak Akuntansi perpajakan adalah bidang akuntansi yang mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi perpajakan sehubungan dengan kejadiankejadian ekonomi (transaksi) yang terjadi dalam suatu organisasi. Tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Suatu sistem pajak yang baik dan kuat harus terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas praktisi. Selain itu praktisi pajak juga harus mempunyai kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga sebagai tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.Praktisi pajak membantu dalam mengatur hukum pajak secara jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan kepercayaan klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak. Praktisi pajak lebih baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap. Aturan etika yang fundamental dalam praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Disamping itu praktisi harus bertanggung jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah. AKUNTAN PAJAK MEMILIKI TANGGUNGJAWAB PUBLIK YANG BESAR Jujur dalam melaporkan kewajiban pajak. Tidak menjadi bagian dari pelaku konspirasi kejahatan pajak. Tanda tangan akuntan adalah bukti pernyataan, yang siap di meja hijaukan, bahwa kewajiban pajak telah dihitung dengan ketelitian tinggi, berdasarkan bukti pendukung yang valid dan lengkap. 2.1 Etika Akuntan Pajak Statements on Standards for Tax Services merupakan pertimbangan etika umum yang mendasari standar yang dibuat oleh Tax Executive Committee of the AICPA dalam sebuah pamflet yang bertajuk. Pernyataan ini, yang disebut SSTS, dan interpretasinya menggantikan SRTP dan interpretasinya sejak 1 Oktober 2000. Yang menarik adalah pada kalimat pembukaannya: “Standar praktek adalah hallmark dari penyebutan diri sebagai seorang profesional. Anggota harus memenuhi tanggungjawabnya sebagai profesional dengan mendukung dan mempertahankan standar yang dengan itu kinerja profesionalnya bisa diukur”. Dalam kasus tersebut, indikasi terbaik dari standar etika yang bisa dipenuhi oleh akuntan pajak bisa ditemukan dalam standar tersebut. Ada 6 (enam) standar yang ditunjukkan dalam SSTS, yaitu: 1. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi kecuali ada kemungkinan realistik untuk kebaikan yang berkelanjutan. 2. Seorang akuntan pajak tidak boleh membuat atau menandatangani return jika ini berada dalam posisi yang tidak boleh disarankan menurut point 1. 3. Seorang akuntan pajak dapat menyarankan sebuah posisi yang menurutnya tidak ceroboh selama ini bisa didisklosur. 4. Seorang akuntan pajak berkewajiban untuk menasehati klien tentang potensi hukuman di beberapa posisi, dan menyarankan disklosur. 5. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi yang “mengeksploitasi” proses seleksi audit IRS atau; 6. Dilarang bertindak sekadar dalam posisi “membantah”. 2.3 Kompleksitas Aturan Perpajakan Vs Tuntutan Klien Pajak secara klasik memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi budgetair. Kedua, fungsi reguleren. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2, disebutkan bahwa “segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.” Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai sumber pendapatan negara yang utama, pengatur kegiatan ekonomi, pemerataan pendapatan masyarakat, dan sebagai sarana stabilisasi ekonomi. Kalau kita lihat APBN, pajak selalu dituntut untuk bertambah dan bertambah. Pemerintah harus memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara. Dalam struktur anggaran negara, seperti halnya negara kita bisa mencapai 75% diperoleh dari pajak. Kondisi inilah yang memicu pemerintah untuk membuat aturan-aturan perpajakan. Aturan perpajakan merupakan masalah yang sebaiknya menjadi prioritas bagi pemerintah supaya tidak terjadi tax avoidance. Berikut ini beberapa kasus yang mencerminkan kompleksitas aturan perpajakan vs tuntutan klien : 1. Secara teori Indonesiamenganut klasikal sistem. Artinya, ada pembedaan subyek pajak yaitu subyek pajak badan dan subjek pajak perseorangan. Yang bermasalah dalam pajak dividen adalah terjadi economic double taxation yang artinya ialah bahwa sebelum dividen dibagi kepada pengusaha, laba tersebut merupakan laba perusahaan yang dikenakan pajak, atau disebut Pajak Korporat. Namun, ketika dibagi lagi kepada pemegang saham di korporat, pemegang saham itu harus dikenakan pajak lagi. Inilah yang disebut sebagai pajak ganda. Sebagai perbandingan,Malaysia dan Singapura tidak lagi menggunakan pajak atas dividen. Mereka menggunakan kredit sistem yakni pajak yang bisa dikreditkan kepada para pemegang saham di korporat. Sehingga, korporat hanya dimaknai sebagai sarana. Subyek pajak tetap melekat pada pribadi. Tak ada lagi pajak ganda yang membebani. Pajak Ganda pada Dividen 3.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan di atas adalah sebagai berikut: Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang mengatur tentang etika profesi. Dalam menjalankan profesi apapun itu, sangat diperlukan ketaatan terhadap etika dan prinsip– prinsip yang sudah diatur dalam setiap profesi agar tugas pokok dan fungsi dari profesi itu sendiri dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan agar semua pihak yang terkait dengan profesi itu sendiri baik masyarakat maupun para penyedia layanan tidak ada yang dirugikan sebagai akibat dari ketidaktaatan para penyedia layanan pada kode etik profesi mereka sendiri. Adapun profesi sebagai praktisi pajak yang secara langsung melayani masyarakat di bidang perpajakan memiliki tanggung jawab untuk menjalankan sistem pajak yang baik dan kuat yang terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas praktisi. Selain itu juga praktisi pajak memiliki tanggung jawab untuk melayani publik dengan penuh loyalitas dan tetap menjaga kerahasiaan kliennya, serta tidak menyajikan informasi yang salah pada pemerintah. Etika akuntan pajak menurut AICPA di atur dalam Statemet on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). 3.2 Rekomendasi Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan lagi masalah – masalah yang terkait dengan Kompleksitas Aturan Perpajakan agar tidak menyebabkan kerugian terhadap pihak – pihak yang terkait. Selain itu juga diharapkan kepada Dirjen Pajak, Badan Pengawas Keuangan, para penegak hukum, beserta seluruh pihak yang berwenang agar mengawasi dengan sebaik–baiknya jalannya pelaksanaan pembayaran pajak agar tidak terjadi pelanggaran–pelanggaran yang tentunya akan sangat merugikan negara dan masyarakat, dan juga agar bersikap tegas terhadap para penggelap–penggelap pajak yang memakan uang rakyat tersebut, dan jalankanlah hukum sesuai dengan aturan dan Undang– undang yang berlaku tanpa pandang bulu.