PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Agatha Asih Widiningrum 129114006 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO Dunia tidak akan berubah untukmu tetapi kamu yang harus memberanikan diri untuk mengubah dunia -tha- STOP LOOKING FOR PEOPLE TO CLAP FOR YOU. CLAP FOR YOURSELF -the good quote- iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini secara khusus dipersembahkan untuk Tuhan Yesus, keluarga, dan sahabat Ibu dan Bapak, my loving parents Kakak-kakakku tercinta : mbak yeni, mas andi, mas anton Para sahabat Dan orang-orang yang telah memberikan segala pelajaran, pengalaman, kebahagian maupun kesedihan bagiku terima kasih untuk segala yang diberikan v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN Agatha Asih Widiningrum ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada dewasa awal yang sedang berpacaran. Hipotesis penelitian ini, yaitu (1) ada hubungan positif antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative (2) ada hubungan positif antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling (3) hubungan positif antara perfeksionisme socially prescribed dengan manajemen conflik non confrontation. Subjek penelitian sebanyak 101 orang dengan rentang usia mulai dari 18 tahun sampai dengan 25 tahun. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan google doc yang disebarkan melalui media online. Koefisien reliabilitas dari skala perfeksionisme adalah 0,82 pada selforiented, 0,62 pada other-oriented, dan 0,71 pada socially prescribed perfectionism dan koefisien reliabilitas dari skala manajemen konflik adalah 0,90 pada gaya manajemen konflik cooperative, 0,82 pada gaya manajemen konflik nonconfrontation, dan 0,85 pada gaya manajemen konflik controlling. Koefisien korelasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) 0,208 (p=0,019) pada perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative (2) 0,185 (p=0,032) pada perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling dan (3) 0,304 (p=0,001) pada perfeksionisme socially priscribed dengan manajemen konflik nonconfrontative. Hal ini menunjukan bahwa : (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling (3) terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme socially prescribed dengan manajemen conflik non confrontation. Kata kunci : Perfeksionisme, Manajemen konflik, Dewasa awal, Hubungan Pacaran vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI THE RELATION BETWEEN TYPE OF PERFECTIONISM AND STYLE OF CONFLICT MANAGEMENT OF EARLY ADULTS WHO ARE IN DATING RELATIONS Agatha Asih Widiningrum ABSTRACT The research aimed to know the signification relation between type of perfectionism and style of conflict management of early adult who are in dating relationships. The hypotheses of the research are (1) there is a positive relation between the self oriented perfectionism and the cooperative conflict management, (2) there is a positive relation between the other oriented perfectionism and the controlling conflict management, (3) there is a positive relation between the socially prescribed perfectionism and the non-confrontational conflict management. The subjects of the research are 101 people whose range of aged is from 18 until 25 years old. The type of the research is a correlational research. The data of the research is collected through Google doc that is spread through the online media. The reliabilities coefficient of the perfectionism scale shows 0.82 on the self oriented, 0.62 on the other oriented, and 0.71 on the socially prescribed perfectionism. On the other hand, the reliability coefficient of the conflict management scale shows 0.90 on cooperative type of management conflict, 0.82 on non-confrontation type of management conflict, and 0.85 on controlling type of management conflict. The correlations coefficient gained from the research are (1) 0.208 (p=0,019) on the self oriented perfectionism and the cooperative management conflict, (2) 0.185 (p=0,032) on the other oriented perfectionism and the controlling management conflict, (3) 0.304 (p=0,001) on the socially prescribe perfectionism and the non-confrontational conflict management. The result shows that (1) there is a significant positive relation between self oriented perfectionism and cooperative conflict management, (2) there is a significant positive relation between other oriented perfectionism and controlling conflict management, (3) there is a significant positive relation between socially prescribe perfectionism and non-confrontational conflict management. Key words: Perfectionism, Conflict Management, Early Adults Who Are in Dating Relationship viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karuniaNya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para pembaca. Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus yang telah menginspirasi penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir, juga yang telah memberikan hikmat, pengertian, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang turut memberikan motivasi selama penulisan skripsi ini. 3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing dan memotivasi penulis menyusun skripsi dari tahap ke tahap. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Ratri Sunar Astuti M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi proses kuliah dari awal hingga akhir, memberikan nasihatnasihat, dan motivasi untuk mengembangkan diri. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah berbagi ilmu, pengalaman, dan memberikan inspirasi untuk berkarya di dunia psikologi. 7. Bapak dan ibu, terima kasih untuk dukungan dan kepercayaan padaku, juga terimakasih selalu memberikan kasih sayang yang sangat berlimpah untukku, I’m nothing without you, you’re my everything. 8. Mbak Yeni, mas Andi, mas Anton yang selalu menjaga dan bisa diandalkan kapanpun dan dimanapun untuk adik kecilnya ini thankyou, I love you all. 9. Tephi, Melani, Gaby, Rezky terima kasih untuk canda, tawa, dan dukungannya selama ini. Masa-masa kuliahku tidak akan spesial tanpa kalian 10. Theo, sahabatku yang bisa diandalkan dikala susah dan senang, tong sampahku yang bisa membuatku nyaman berbagi cerita apapun tanpa merasa dinilai. Thankyou so much 11. Sahabat-sahabatku dari masa alay sampai sekarang : pipin, lupi, M.U, oksa, ria, akhirnya aku menyusul kalian lulus “yeeyyy” Thankyou buat semua xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Manajemen Konflik .................................................................................... 19 1. Pengertian Konflik ................................................................................ 19 2. Pengertian Manajemen Konflik ............................................................ 20 3. Gaya Manajemen Konflik ..................................................................... 21 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Konflik ...................... 26 C. Dewasa Awal .............................................................................................. 32 1. Pengertian Dewasa Awal ................................................................ 32 2. Hubungan Romantis pada Dewasa Awal ........................................ 33 D. Hubungan Romantis .................................................................................... 36 1. Periode Hubungan Romantis .......................................................... 36 E. Kecenderungan Konflik Dalam Hubungan ................................................. 38 F. Hubungan Antara Tipe Perfeksionis dengan Gaya Manajemen Konflik pada Individu Dewasa Awal yang Berpacaran ........................................... 40 G. Hipotesis...................................................................................................... 48 BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 49 A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 49 B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 49 C. Definisi Operasional.................................................................................... 50 1. Perfeksionisme ...................................................................................... 50 2. Manajemen Konflik .............................................................................. 51 D. Subjek Penelitian ......................................................................................... 53 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .......................................................... 54 1. Metode .................................................................................................. 54 2. Alat Pengumpulan Data ........................................................................ 55 3. Reliabilitas ............................................................................................ 56 F. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................ 59 1. Validitas .......................................................................................... 59 2. Seleksi Item ..................................................................................... 59 3. Reliabilitas ...................................................................................... 65 G. Metode Analisis Data .................................................................................. 67 1. Uji Asumsi ............................................................................................ 67 a. Uji Normalitas ................................................................................. 67 b. Uji Linieritas ................................................................................... 68 2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 68 H. Pelaksanaan Uji Coba ................................................................................. 68 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 71 A. PELAKSANAAN PENELITIAN ............................................................... 71 B. DESKRIPSI SUBJEK ................................................................................. 71 C. HASIL PENELITIAN................................................................................. 76 1. Uji Asumsi ............................................................................................ 76 a. Uji Normalitas ................................................................................. 76 b. Uji Linieritas ................................................................................... 78 c. Uji Hipotesis ................................................................................... 79 D. PEMBAHASAN ......................................................................................... 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 90 A. Kesimpulan ................................................................................................. 90 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 91 C. Saran............................................................................................................ 92 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 93 LAMPIRAN ............................................................................................................ 98 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 1Persebaran Item Skala Multidimentional Perfectionism Scale.................... 98 Tabel 2 Persebaran Item Skala Manajemen Konflik ............................................... 58 Table 3 Blue Print Skala Perfeksionisme ................................................................ 61 Table 4 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Uji Coba ............................ 63 Table 5 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Penyusunan Ulang............. 64 Tabel 6 Deskripsi usia subjek penelitian ................................................................. 72 Tabel 7 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian .................................................. 72 Tabel 8 Deskripsi lama subjek manjalani hubungan pacaran ................................. 73 Tabel 9 Deskripsi status pacaran subjek penelitian ................................................. 73 Tabel 10 Deskripsi data penelitian .......................................................................... 74 Tabel 11 Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris ................................................... 75 Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik ..... 77 Tabel 13 Hasil Uji Lineritas .................................................................................... 78 Tabel 14 Hasil skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik cooperative ................................................................................................. 79 Tabel 15 Hasil skor korelasi antara perfeksionis other oriented, socially prescribed dengan manajemen konflik controlling, non confrontation... 80 xvi . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Skala Perfeksionisme ..................................................................... 98 LAMPIRAN 2. Skala Manajemen Konflik dalam relasi romantis........................ 108 LAMPIRAN 3. Reliabilitas Skala ......................................................................... 126 LAMPIRAN 4. Uji Deskriptif Mean Empiris ....................................................... 127 LAMPIRAN 5. Uji Normalitas Data ..................................................................... 131 LAMPIRAN 6. Uji Linieritas ................................................................................ 133 LAMPIRAN 7.Uji Hipotesis ................................................................................. 135 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I LATAR BELAKANG Berpacaran merupakan kebutuhan penting terutama bagi dewasa awal, hal ini karena berpacaran merupakan salah satu bentuk dari relasi romantis yang menjadi tugas utama bagi dewasa awal. Hubungan pacaran bertujuan untuk membentuk hubungan asmara dengan pasangan. Dalam tahap ini, individu dewasa awal mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. (Santrock, 2012). Akan tetapi, dalam berpacaran terdapat berbagai konflik yang dapat menyebabkan rusaknya suatu hubungan. Hal ini dapat dilihat dari survey yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 24 individu dewasa awal yang sedang berpacaran dimana terdapat beberapa hal yang menjadi konflik dalam berpacaran. Konflikkonflik yang paling sering disebutkan oleh responden adalah tidak adanya pengertian, berbeda pendapat, kepedulian yang kurang, dan komunikasi yang buruk. Hal ini juga diperkuat dengan sebuah penelitian yang dinyatakan oleh Brandenberger (2002) bahwa jenis konflik yang paling umum muncul dalam hubungan intim salah satunya 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 adalah ketidaksepakatan, dan tidak memiliki waktu bersama yang cukup (Brandenberger, Amanda, 2007). Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas hubungan yang buruk. Padahal, baik-buruknya suatu kualitas hubungan sangat penting dalam pembentukan identitas individu dewasa awal (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009, dalam Papalia,2014). Untuk menangani konflik tersebut maka diperlukan adanya suatu cara penyelesaian. Hal ini karena konflik dalam suatu hubungan sesungguhnya dapat berpengaruh positif atau negatif tergantung pada cara penyelesaian konflik tersebut. Jika konflik ditangani dengan cara yang baik maka hal ini akan berpengaruh baik bagi perkembangan pribadi dan juga membuat seseorang lebih memahami diri sendiri dan orang lain (Wood, 2007). Namun, apabila konflik tidak ditangani dengan cara yang tepat maka dapat merusak suatu hubungan (Supratiknya, 1995). Cara yang dipilih oleh seseorang dalam menghadapi suatu konflik disebut manajemen konflik (Winardi, 1994). Jika seseorang tidak memiliki manajemen konflik yang baik, maka masalah sekecil apapun akan menjadi persoalan yang besar (Wood,2007). Hal ini juga diperkuat dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa manajemen konflik yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 mempengaruhi tingkat stress dalam hubungan, keintiman dan kepuasan dalam hubungan tersebut (Stolarski, Maciej, Slawomir, Postek, Magdalena, Smieja, 2011). Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga yang menyusun dan menerapkan strategi konflik untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan hasil yang diinginkan (Wirawan, 2010). Manajemen konflik dibagi menjadi tiga gaya, yaitu gaya cooperative, gaya nonconfrontation dan gaya controlling. Ketiga gaya tersebut dikelompokan menjadi manajemen konflik yang bersifat destruktif dan manajemen konflik yang bersifat konstruktif. Seseorang yang memiliki manajemen konflik konstruktif cenderung akan menggunakan penyelesaian konflik yang positif dan berusaha untuk menjaga hubungan dengan pihak yang berkonflik sehingga tetap dapat membangun hubungan yang harmonis (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti, 2000). Gaya manajemen konflik yang bersifat konstruktif adalah gaya cooperative. Seseorang yang memiliki gaya ini dapat menyelesaikan konflik yang ada dengan menggunakan pandangan orang lain dan menggunakan win-win solution sebagai teknik selanjutnya (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rusbult (1991) menyatakan bahwa hubungan akan menjadi kuat ketika individu menggunakan gaya cooperative dan perilaku aktif untuk mengelola perbedaan pendapat. Para peneliti juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 menyatakan bahwa pemecahan masalah secara positif yang melibatkan perilaku aktif dan konstruktif, adalah prediksi yang baik dari kualitas relasional dan stabilitas (Kurdek, 1994, dalam A. J. Merrola, 2014). Sebaliknya, manajemen konflik destruktif mengacu pada satu pihak yang berusaha untuk mengubah struktur hubungan dan membatasi pilihan pihak lain untuk mendapatkan keuntungan yang sepihak. Konflik dapat menjadi destruktif ketika orang melihat perbedaan mereka dari pandangan kalah menang (win-lose) daripada melihat dari solusi yang memungkinkan setiap individu untuk mendapat keuntungan. Jika individu menganggap bahwa satu orang akan kalah, maka iklim kompetitif yang dihasilkan akan menghalangi kerjasama dan fleksibilitas (Beebe, 1996). Selain itu, konflik menjadi tidak terselesaikan disebabkan salah satu pihak menarik diri. Hal ini dilakukan dengan pikiran bahwa pihak yang lain akan dirugikan dengan keputusan ini (Chandra, Robby I, 1992). Dalam hal ini, gaya nonconfrontation dan gaya controlling termasuk dalam manajemen konflik destruktif. Gaya nonconfrontation adalah gaya pendekatan untuk manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari konflik atau memberikannya kepada orang lain, salah satu bentuk dari gaya ini adalah menarik diri dan menghindar (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Sedangkan gaya controlling adalah manajemen konflik yang dilakukan dengan cara mendominasi orang lain dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 membuat keputusan berdasarkan penilaiannya. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kurdek (1994) menyatakan bahwa gaya manajemen konflik yang termasuk dalam sifat destruktif ini berkorelasi signifikan negative dengan kepuasan hubungan. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi gaya manajemen konflik ini maka akan semakin rendah kepuasan hubungan yang dimiliki. Manajemen konflik sendiri memiliki peran penting dalam menyelesaikan konflik dalam hubungan pacaran. Salah satu hal yang berkontribusi menimbulkan konflik dalam hubungan pacaran adalah sifat perfeksionisme (Barbato & D’Avanzo, 2009, dalam Mackinon, Sean P & Simon B. Sherry, martin, Dayna, 2012). Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki harapan kesempurnaan pada dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Perfeksionisme dibagi menjadi dua bagian, yaitu perfeksionisme interpersonal dan perfeksionisme intrapersonal. Pada perfeksionisme interpersonal terdapat dua tipe perfeksionisme, yaitu other oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism. Sedangkan pada perfeksionisme intrapersonal terdapat satu tipe, yaitu self oriented perfectionism. Seseorang yang memiliki perfeksionisme interpersonal other oriented memiliki kecenderungan untuk menuntut orang lain agar memenuhi standar- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 standarnya. Hal ini membuat orang dengan other oriented perfectionism cenderung memperhatikan kesalahan orang lain secara berlebihan, mengevaluasi dan bereaksi berlebihan terhadap kegagalan orang lain (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991). Oleh karena itu, individu perfeksionis memiliki sikap kurang percaya, menyalahkan orang lain, dan membangun rasa permusuhan terhadap orang lain. Selanjutnya pada individu yang memiliki socially prescribed perfectionism akan cenderung merasa bahwa orang lain menuntut dan mengharapkan dirinya untuk selalu berhasil mencapai prestasi dengan standar yang tidak realistis (Blatt, 1995 dalam Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati, 2004). Hal ini membuat individu dengan socially prescribed perfectionism juga merasa tuntutan atau harapan tersebut harus dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungan. Oleh karena itu, mereka memiliki ketakutan yang besar terhadap evaluasi negatif dari orang lain dan cenderung menghindari penolakan dari orang lain (Hewitt & Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015). Akan tetapi, hal ini dapat berbeda ketika seseorang memiliki perfeksionisme intrapersonal self oriented. Hal ini karena individu ini akan memiliki potensi adaptif sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar. Selain itu, mereka yang memiliki self oriented perfectionism juga memiliki motivasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 untuk mencapai kesempurnaan serta berusaha untuk menghindari kegagalan (Paul, L. Hewitt., & Goldon, L. Flett, 1991). Hal tersebut juga membuat self oriented perfectionism tidak memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku intrapersonal (Michelle, Haring., & Paul, L. Hewitt, 2003). Individu dengan self oriented perfectionism memiliki kaitan dengan sikap altruisme sosial, kemampuan untuk mengerti pesan nonverbal dari oranglain dan mengajak atau melibatkan orang lain dalam percakapan (Flett & Hewitt & De Rosa, 1990 dalam Flett, Gordon L, 2003). Hal ini mungkin dapat memudahkan individu perfeksionisme self oriented dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan membantunya dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Dengan demikian, peneliti melihat bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan karena pada penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak membahas tentang permasalahan yang dihadapi oleh individu perfeksionis dalam hubungan mereka. Hal ini tampak pada beberapa penelitian tentang perfeksionisme yang menyatakan bahwa individu perfeksionisme memiliki keintiman dan kepuasan hubungan yang rendah dalam hubungan (Stober, Joachim, 2012). Selain itu individu perfeksionisme juga memiliki kepercayaan dan penyesuaian diri yang rendah dalam hubungan mereka (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman. 2001). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Akan tetapi peneliti belum menemukan penelitian yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara perfeksionisme dengan manajemen konflik terutama pada hubungan pacaran. Padahal, manajemen konflik sangatlah penting dalam membangun dan mempertahankan suatu hubungan, terutama dalam hubungan pacaran pada individu perfeksionisme. Hal ini karena konflik dalam hubungan dapat membahayakan atau malah menguntungkan tergantung pada manajemen konfliknya (Gottman, 1994). Berdasarkan penjelesan yang sudah dijabarkan tersebut hal ini mendorong peneliti untuk mencari tahu hubungan perfeksionisme dengan manajemen konflik pada dewasa awal yang sedang menjalani hubungan pacaran. A. Rumusan masalah 1. Apakah terdapat hubungan antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal yang sedang menjalani hubungan pacaran? B. Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikan antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal yang menjalani hubungan pacaran? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi kepribadian dan psikologi sosial. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai managemen konflik dan perfeksionisme pada individu dewasa awal yang menjalani hubungan pacaran. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran tentang sifat perfeksionisme dan gaya manajemen konflik yang digunakan individu dewasa awal pada hubungan pacaran yang mereka jalani. b. Dapat memberikan wawasan pada individu dewasa awal tentang manajemen konflik yang digunakan oleh individu perfeksionisme dalam menangani konflik di dalam hubungan mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Perfeksionisme 1. Pengertian Perfeksionisme Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Yang (2012) berpendapat bahwa perfeksionisme merupakan suatu disposisi kepribadian yang ditandai dengan berjuang untuk mencapai kesempurnaan dan standar pribadi yang sangat tinggi disertai dengan terlalu kritis mengevaluasi diri sendiri serta kekhawatiran tentang penilaian dari individu lain (Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S, 2014). Menurut Cheng (2001) perfeksionisme adalah standar yang cukup tinggi dari perbuatan individu yang diikuti dengan kecenderungan evaluasi diri yang kritis (Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S, 2014). 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perfeksionis merupakan kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan yang diikuti dengan standar yang tidak realistis. Dengan demikian, peneliti menggunakan teori menurut Hewit dan Flett untuk mendefinikan Perfeksionisme, yaitu kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi (Pranungsari, Dessy, 2010). 2. Tipe Perfeksionisme Dalam Multidimentional Perfectionism Scale, terdapat tiga tipe perfeksionisme yang terbagi atas dua bagian, yaitu intrapersonal dan interpersonal. Intrapersonal (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991) yaitu self-oriented perfectionism, dan dua tipe lainnya yaitu other-oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism merupakan interpersonal (Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa, 1996). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Menurut Hewit dan Flett, perfeksionisme dibagi menjadi tiga tipe, yaitu : a. Perfeksionisme Self Oriented Perfeksionisme self-oriented terkait dengan kecenderungan untuk menetapkan standar yang amat tinggi terhadap diri dan kritik dan pengawasan diri berlebihan yang membuat seseorang tidak bisa menerima kesalahan atau kegagalan. Tipe perfeksionisme ini mengandung hasrat untuk terus-menerus berusaha agar tidak pernah salah atau gagal. Perfeksionisme self oriented memiliki potensi adaptif sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar. Penetapan standar pribadi yang terlalu tinggi dan kaku juga menuntut kesempurnaan dari diri sendiri tidak terkait dengan permasalahan relasi dengan orang lain (Mackinnon, Sean., Simon, Sherry., Martin. Antony., Sherry. Stewart., Dayna. Sherry., Nikola Hartling, 2012). Perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan berfikir secara konstruktif dam memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif. Selain itu, seseorang dengan perfeksionisme self oriented memiliki kemungkinan untuk mampu menyesuaikan diri ketika menghadapi masalah serta kamampuan belajar yang baik (Dunkley PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 ,David. M., Kirk, Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., & Gary Winkworth, 2000). b. Perfeksionisme other-oriented Perfeksionisme other-oriented terkait dengan kecenderungan individu menuntut agar orang lain memenuhi standar-standar yang amat tinggi. Selain itu, ia memiliki perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain, dan mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991). Individu yang memiliki other oriented perfectionism tinggi akan memiliki harapan sangat tinggi atau tidak realistis pada orang lain, mengharapkan orang lain untuk berusaha kompulsif, otoriter, mendominasi, termotivasi oleh kebutuhan untuk mengurangi nilai orang lain sehingga meningkatkan diri mereka (Hewitt & Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015). c. Perfeksionisme yang socially prescribed Perfeksionisme yang socially prescribed adalah kecenderungan merasa bahwa orang lain menuntut dan mengharapkan dirinya untuk selalu berhasil mencapai prestasi dengan standar yang tidak realistis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Tuntutan yang datang dari orang lain ini terkait dengan perasaan individu perfeksionis yang merasa bahwa hal itu harus dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungannya (Blatt, 1995 dalam Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati, 2004). Dalam hal ini, emosi negatif dapat terjadi ketika individu perfeksionis merasa tidak mampu memenuhi harapan orang lain dan keyakinan bahwa orang lain tidak realistis dalam harapan mereka atupun keduanya. Hal ini karena individu dengan tingkat socially prescrbed perfectionism yang tinggi fokus pada memenuhi standar orang lain sehingga mereka menunjukan rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negatif dan menempatkan perhatian yang lebih besar untuk memperoleh perhatian dari orang lain tetapi berusaha menghindari penolakan orang lain (Hewitt & Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015). 3. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang perfeksionisme telah banyak dilakukan oleh para peneliti, penelitian yang juga banyak diteliti yaitu mengenai relasi interpersonalnya. Hal ini karena perfeksionime memiliki kaitan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 berbagai gangguan interpersonal yang mempengaruhi kehidupan sosial mereka sehari-hari (Stoeber, J, 2012). Berikut ini adalah beberapa kaitan antara perfeksionisme dalam relasi interpersonal : Dalam studi yang melibatkan sekumpulan mahasiswa juga menjelaskan bahwa other oriented perfectionism dikaitkan dengan gaya interpersonal, seperti sombong, dominan, perhitungan, dan pendendam (Hill, Zrull, & Turlington, 1997 dalam Stoeber, J, 2012). Penelitian lain menyatakan bahwa socially prescribed perfectionism dan other oriented perfectionism juga berasosiasi dengan penyesuaian psikososial yang buruk (Stoeber, Joachim, 2012). Hal ini membuat perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh perfeksionis (Flett, Gordon L, 2003). Sedangkan self-oriented perfectionism lebih terkait dengan gangguan intrapersonal, yaitu standar personal yang menyebabkan tipe ini lebih berinteraksi dengan stresor-stresor prestasi (Hewitt & Flett, 2004). Self-oriented perfectionism memiliki asosiasi dengan kemampuan sosial, seperti kemampuan untuk mengerti pesan nonverbal orang lain dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 dapat melibatkan orang lain dalam percakapannya, selain itu self oriented perfectionism memiliki sikap altuisme sosial (Flett, Hewitt & De Rosa, 1991 dalam Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., & Gary Winkworth, 2000). Selain itu, penelitian lainnya yang meneliti tentang personal standar perfeksionis yang memiliki kesamaan dengan self oriented perfectionism menemukan bahwa tipe ini memiliki kemampun dalam membangun dan mempertahankan hubungan (Dunkley ,David. M., Kirk, 2000). Burns (1983) mendiskusikan tentang emosional individu perfeksionis (socially prescribed perfectionism) yang menyatakan bahwasanya mereka memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan perasaaan negatif/perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek oleh orang lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka dan pengungkapan emosi yang rendah (Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa, 1996). Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa socially prescribed perfectionism berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 malu/segan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negative, juga harga diri sosial yang rendah. Temuan lainnya menyatakan bahwa socially prescribed perfectionism cenderung sensitif dan individu yang menghindar mencoba untuk menampilkan kesan palsu dengan cara pengontrolan emosi. Hal ini terjadi karena socially prescribed perfectionism berfokus pada emosi dan kurangnya penerimaan diri didalam situasi yang menyebabkan stress (Dunkley ,David. M, 2000). Sedangkan pada other oriented perfectionism memperlihatkan tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan permusuhan pada orang lain. tipe ini juga memiliki banyak stress dan konflik dalam hubungan interpersonal (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman. 2001). Adanya hal tersebut juga mempengaruhi penyesuaian diri dan dukungan yang rendah antar pasangan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Flett, Gordon L (2003) menyatakan bahwa other oriented perfectionism dan socially prescrbed perfectionism memiliki kaitan dengan berbagai gangguan interpersonal yang mempengaruhi kehidupan sosial mereka sehari-hari. Keduanya juga berkaitan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 dengan berbagai perilaku yang mungkin dapat mengganggu dan merusak hubungan intrapersonal. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan bahwa hubungan romantis pada individu perfeksionisme memiliki tingkat kepuasan hubungan yang rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga menyebabkan tingkat komitmen yang rendah dalam hubungan romantis (Stober, Joachim, 2012). Penelitian lainnya yang dilakukan pada 58 pasangan mahasiswa memberikan hasil bahwa individu yang memiliki harapan perfeksionisme pada pasangan mereka memiliki kualitas hubungan yang rendah dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya (Arcuri Anna, 2013). Menurut Hable, Hewitt & Flett (1999) yang meneliti tentang tipe perfeksionis dan tingkat kepuasan seksual pada 74 pasangan suami istri dan pasangan cohabiting menemukan bahwa pasangan dengan socially prescribed perfectionism memiliki kepuasan seksual yang rendah (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman, 2001). Menurut sebuah penelitian kekhawatiran pada evaluasi yang dialami oleh perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah terhadap kepercayaan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 kepedulian, ketergantungan, keintiman dan juga seksualitas ( Dunkley, David M, Kirk, R.B, Jennifer, H, Meredith, W, Gary, W, 2000). Selain itu, perfeksionisme memiliki kontribusi untuk terjadinya konflik dalam hubungan. Hal ini karena permasalahan perfeksionisme menyebabkan permusuhan, tidak pengertian, keinginan untuk menolak konflik dan menyebabkan peningkatan gejala depresi pada kedua belak pihak (Barbato & D’Avanzo, 2009, dalam Mackinon, Sean P & Simon B. Sherry, martin, Dayna, 2012). B. Manajemen Konflik 1. Pengertian Konflik Menurut Minnery, konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap hal tersebut. Konflik adalah proses yang terjadi ketika tindakan satu orang mengganggu tindakan orang lain. Potensi konflik meningkat apabila interaksi antar individu sering terjadi dan mencakup lebih banyak aktivitas dan isu, dan ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan pendapat. Konflik biasanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 akan semakin meningkat dalam hubungan pacaran yang lebih serius (Brakier & Kelley, 1979). Konflik dapat membahayakan atau mungkin malah menguntungkan suatu hubungan, tergantung pada cara penyelesaiannya. Rusaknya suatu hubungan sesungguhnya disebabkan oleh kegagalan mengelola konflik secara konstruktif (Supratiknya, 1995). 2. Pengertian Manajemen Konflik Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan (Wirawan, 2010). Sedangkan, menurut Winardi (1994) manajemen konflik adalah gaya atau pendekatan seseorang dalam menghadapi suatu situasi konflik. Menurut Wood (2007) manajemen konflik didefinisikan sebagai keterampilan dalam hubungan interpersonal yang dianggap sangat penting karena jika seseorang tidak memiliki manajemen konflik maka masalah sekecil apapun dengan orang lain akan menjadi besar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 Dalam penelitian ini dapat disumpulkan bahwa manajemen konflik adalah suatu gaya yang digunakan oleh pihak yang berkonflik dalam upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. 3. Gaya Manajemen Konflik Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Kurdek, Lawrence A, 1994) terdapat dua jenis manajemen konflik, yaitu manajemen konflik yang konstruktif dan manajemen konflik yang destruktif. Manajemen konflik konstruktif adalah pengelolaan konflik yang membantu membangun pengertian baru dan membentuk pola baru di dalam hubungan (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Memperlihatkan suatu perbedaan dapat membuat hubungan yang lebih memuaskan dalam jangka panjang. Manajemen konflik disebut konstruktif apabila dalam upaya untuk menyelesaikan konflik, individu berusaha untuk menjaga hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik sehingga masih memungkinkan pihak-pihak yang berkonflik untuk berinteraksi secara harmonis (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih, 2000). Sedangkan, manajemen konflik deskruktif adalah membongkar hubungan tanpa memulihkannya. Jika kedua individu tidak puas akan hasil dari suatu konflik, maka hal tersebut lebih destruktif daripada konstruktif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Tanda dari konflik destruktif yaitu kurang fleksibel dalam merespon orang lain. Konflik dapat menjadi destruktif ketika orang melihat perbedaan mereka dari pandangan kalah menang (win-lose) daripada melihat dari solusi yang memungkinkan setiap individu untuk mendapat keuntungan. jika individu menganggap bahwa satu orang akan kalah, maka iklim kompetitif yang dihasilkan akan menghalangi kerjasama dan fleksibilitas (Beebe, 1996). Pada manajemen konflik destruktif, satu pihak akan berusaha untuk mengubah struktur hubungan dan membatasi pilihan pihak lain untuk mendapatkan keuntungan yang sepihak. Selain itu, adanya konflik menjadi tidak terselesaikan disebabkan salah satu pihak menarik diri. Hal ini dilakukan dengan pengetahuan bahwa pihak yang lain akan dirugikan dengan keputusan ini (Chandra, Robby I, 1992). Manajemen konflik konstruktif merupakan bentuk penyelesaian masalah dengan cara positive problem solving. Sedangkan Manajemen konflik destruktif menekankan pada penyelesaian konflik dengan cara menyerang atau lepas kontrol, withdrawl (menarik diri), dan compliance (menyerah dan tidak membela diri) purnamaningsih, 2000). (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Menurut Beebe, Steven A, dkk (1996) manajemen konflik terbagi menjadi tiga gaya, yaitu : a. Gaya Nonconfrontation Gaya nonconfrontation merupakan gaya pendekatan untuk manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari konflik atau memberikannya kepada orang lain (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Menurut Chandra, Robby I (1992) gaya ini merupakan gaya seseorang menyadari konflik yang ada tetapi memilih untuk menghindar atau menekan kenyataan konflik tersebut. Salah satu bentuk dari gaya ini adalah withdrawing (manarik diri) dan menghindar. Individu dengan gaya manajemen konflik ini selalu menyerah ketika berhadapan dengan konflik. Mereka merasa tidak nyaman dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum konflik meningkat. Respon membujuk, menarik diri, dan memberikan sebuah respon yang melambangkan gaya non konfrontatif (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Orang yang menggunakan gaya ini tidak pernah memperlihatkan kemarahan mereka, begitu dikendalikan sehingga mereka terlihat tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 responsif dengan intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk menghindari konflik, dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa mungkin. Mereka terlihat seperti orang yang memiliki orientasi pada orang lain (other-orientated) tetapi faktanya mereka hanya sedang melindungi diri mereka sendiri. b. Gaya Controlling Controlling style merupakan manajemen konflik dengan cara mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan penilaiannya. Individu yang memiliki controlling style pada umumnya memanajemen konfliknya dengan filosofi win-lose solution. Gaya controlling dikenal juga sebagai gaya kompetisi, yaitu gaya yang digunakan seseorang bila ia berusaha untuk mencapai sasarannya atau tetap meneruskan minatnya tanpa melihat akibatnya pada orang lain yang terlibat konfli. Ia cenderung untuk bersaing dan mendominasi (Chandra, Robby I, 1992). Mereka yang memiliki gaya ini memiliki keinginan untuk menang dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain. Orang dengan gaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikan daripada bertanggungjawab terhadap konflik (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Jika strategi ini tidak berjalan, para pengontrol ini akan mencari cela untuk kekuasaan koersif. Mereka mungkin mencoba melakukan serangan pribadi, ancaman dan peringatan. Contoh : pacar yang mengatakan “ jika kamu tidak berhenti memanggil namaku, aku akan pergi meninggalkanmu” dia menggunakan ancaman dengan kekuatannya untuk dapat pergi (Beebe, Steven A, dkk, 1996). c. Gaya Cooperative Cooperative style, pendekatan cooperative dalam memanajemen konflik mereka menggunakan pada other-orientation strategies dan menggunakan win-win solution sebagai teknik selanjutnya. Gaya ini juga diartikan sebagai gaya yang digunakan apabila seseorang ingin menyelesaikan konflik dengan memuaskan semua pihak dan mencari hasil yang saling menguntungkan (Chandra, Robby I, 1992). Individu dengan gaya cooperative fokus pada kepentingan bersama dan mendorong orang lain untuk menghasilkan opsi untuk memecahkan masalah (Beebe, Steven A, dkk, 1996).. Individu dengan gaya ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 mendeskripikan masalah tanpa membuat penilaian atau evaluasi tentang kepribadian, fokus pada kepentingan bersama yang menekankan pada kepentingan umum, nilai, dan tujuan. Selain itu, mereka mencoba melihat berbagai pilihan untuk memecahkan masalah dan mencari solusi yang dapat memuaskan kedua pelah pihak. Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokan ketiga gaya tersebut menjadi manajemen konflik yang konstruktif dan manajemen konflik yang destruktif. Gaya cooperative masuk kedalam menajemen konflik konstruktif. Sedangkan, gaya controlling dan gaya nonconfrontation masuk kedalam manajemen konflik destruktif. (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih, 2000). 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Konflik Gaya manajemen konflik dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti kepribadian kita, siapa lawan kita dalam berkonflik, waktu dan tempat terjadinya konfrontasi, dan faktor situasi lainnya (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Menurut Wirawan (2010), manajemen konflik, antara lain : faktor-faktor yang mempengaruhi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 a. Asumsi mengenai konflik : Asumsi orang mengenai konflik akan berpengaruh pada pola prilakunya dalam menghadapi konflik. Seseorang yang menganggap konflik sebagai suatu hal yang buruk akan menekan lawan konfliknya dengan menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi. Sebaliknya, seseorang yang menganggap bahwa konflik merupakan hal yang baik dan toleran terhadap konflik maka ia akan menggunakan gaya manajemen konflik konflik kompromi dan kolaborasi. b. Persepsi mengenai penyebab konflik : Persepsi seseorang yang menganggap penyebab konflik menentukan kehidupan dan harga dirinya akan berupaya untuk memenangkan konflik. Sebaliknya ketika orang menganggap penyebab konflik tidak penting kehidupan dan harga dirinya maka ia akan menggunakan pola perilaku menghindar dalam memanajemen konfliknya. c. Ekspektasi atas reaksi lawan konflik : Seseorang yang menyadari bahwa ia menghadapi konflik akan menyusun strategi konflik untuk menghadapi lawan konfliknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 Jika ia memprediksikan bahwa lawan konfliknya akan menggunakan strategi kompetisi dan agresi maka ia akan menghadapi lawannya dengan manajemen konflik kompetisi da melawan agresi lawan konfliknya. d. Pola komunikasi dalam interaksi konflik : Dalam menghadapi suatu konflik diperlukan interaksi komunikasi antara pihak yang terlibat konflik. Jika proses komunikasi berjalan baik maka pesan kedua belah pihak akan saling dimengerti dan diterima secara persuasive. Hal ini menunjukan kemungkinan bahwa pihak yang berkonflik akan menggunakan manajemen konflik kolaborasi dan kompromi tinggi. Sebaliknya, jika komunikasi berjalan buruk dengan menggunakan kata-kata keras dan kotor, serta agresif, ada kemungkinan kedua belah pihak akan menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi. e. Kekuasaan yang dimiliki : Jika pihak yang terlibat konflik merasa mempunyai kekuasaan lebih besar dari lawan konflik, maka ia akan memiliki kemungkinan yang besar untuk tidak mengalah dalam interaksi konflik. Terlebih jika masalah konfliknya sangat esensial bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 kehidupannya. Sebaliknya, jika ia mempunyai kekuasaan lebih rendah dan memprediksikan bahwa dirinya tidak bisa menang dalam konflik, ia akan menggunakan gaya manajemen konflik kompromi, akomodasi atau menghindar. f. Pengalaman dalam menghadapi situasi konflik : Proses interaksi konflik dan gaya manajemen konflik yang digunakan dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam menghadapi konflik dan menggunakan gaya manajemen konflik tertentu. Contoh : seorang avokat yang menggunakan manajemen konflik dalam membela kliennya dipengaruhi oleh pengalaman yang sudah ia dapatkan sehingga ia dapat membela kliennya dengan manajemen konflik kompetisi, walaupun mungkin kliennya salah. g. Sumber yang dimiliki : Salah satu hal yang mempengaruhi gaya manajemen konflik yang digunakan seseorang. Sumber-sumber tesebut antara lain kekuasaan, pengetahuan, pengalaman, dan uang. Gaya manajemen kompetisi memiliki kemungkinan yang kecil untuk digunakan oleh seseorang yang tidak mempunyai sumber-sumber tersebut. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 karena ia kemungkinan besar akan menggunakan gaya menghindar atau akomodasi. h. Jenis kelamin : Sejumlah penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan gaya manajemen konflik yang digunakan oleh wanita dan laki-laki. i. Kecerdasan emosional : Hal yang diperlukan dalam memanajemen konflik. Hal ini diperkuat oleh Lee Fen Ming (2003) dalam desertasinya yang mengemukakan bahwa kesuksesan manajemen konflik memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional. j. Kepribadian : Salah satu hal yang juga mempengaruhi manajemen konflik. Seseorang yang memiliki kepribadian pemberai, garang, tidak sabaran, dan berambisi untuk menang akan cenderung memilih gaya kepemimpinan berkompetisi. Sedangkan orang yang penakut dan pasif cenderung untuk menghindari konflik. k. Budaya dan sistem sosial : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 Organisasi tentara, tim olah raga, pondok pesantren, dan biara dengan norma perilaku yang berbeda menyebabkan para anggotanya memiliki kecenderungan untuk memilih gaya manajemen konflik yang berbeda. Dalam masyarakat Barat, anak semenjak kecil diajarkan untuk berkompetisi. Disisi lain, di masyarakat Indonesia, anak diajarkan untuk berkompetisi atau menghindari konflik. l. Prosedur dalam pengambilan keputusan saat konflik terjadi : Organisasi yang sudah mapan umumnya mempunyai prosedur untuk menyelesaikan konflik. Dalam prosedur tersebut, gaya manajemen konflik pimpian dan anggota organisasi akan tercermin. m. Situasi konflik dan posisi dalam konflik : Seseorang dengan kecenderungan gaya manajemen konflik berkompetisi akan mengubah gaya manajemen konfliknya jika menghadapi situasi konflik yang tidak mungkin ia menangkan. Gaya manajemen konflik dapat berubah tergantung pada situasi dan orang yang dihadapi. n. Pengalaman menggunakan salah satu gaya manajemen konflik: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Seseorang yang terlibat konflik akan cenderung untuk menggunakan manajemen konflik yang sama pada orang yang sama atau pada oranglain. Peluang tersebut akan lebih besar ketika ia menang terhadap orang tersebut ketika menggunakan manajemen konflik tertentu. o. Keterampilan komunikasi : Seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi yang buruk akan mengalami kesulitan jika menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi, kolaborasi, atau kompromi. Hal ini karena ketiga gaya tersebut memerlukan kemampuan komunikasi yan tinggi untuk berdebat dengan lawan konflik. Di sisi lain, gaya manajemen konflik menghindar dan akomodasi tidak akan memerlukan banyak deat dan argumentasi. C. Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal Masa dewasa awal merupakan masa transisi antara masa remaja menuju masa dewasa (Santrock, 2011). Masa dewasa awal terjadi dari usia 18-25 tahun (Arnett, 2006, dalam Santrock, 2011). Tahap ini juga memberikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 kesempatan untuk merubah hidup mereka ke arah yang lebih positif (Santrock, 2003). Menurut Erikson masa dewasa memasuki tahap keenam perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi (Santrock, 2003). Pada tahap ini dewasa awal dituntut untuk saling berkomitmen atau menghadapi rasa pengasingan diri dan keterpakuan pada diri sendiri (selfabsorption). 2. Hubungan Romantis pada Dewasa Awal Salah satu ciri seseorang dikatakan dewasa yaitu adanya keinginan untuk mengekprorasi identitas, terutama relasi romantis. Hal ini membuat perkembangan hubungan intimasi menjadi tugas penting dari masa dewasa awal. Intimasi menjadi persoalan utama pada dewasa awal karena emosi dalam hubungan romantis juga dikaitkan dengan pencapaian identitas pada dewasa awal (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009, dalam Papalia,2014). Unsur penting dari keintiman adalah pengungkapan diri (selfdisclosure), yaitu membuka informasi penting tentang diri sendiri kepada orang lain (Collins & Miller, 1994 dalam Papilia Olds Feldman, 2009). Keintiman dan tetap intim dapat tercipta melalui sikap saling terbuka, dan responsif terhadap kebutuhan orang lain, serta adanya rasa menerima dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 hormat yang timbal balik ( Harvey & Omarzu, 1997; Reis & Patrick, 1996, dalam Papilia Olds Feldman, 2009). Pasangan yang memiliki intimasi yang tinggi akan sangat memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan pihak lain, menghormati dan menghargai satu sama lain, dan memiliki saling pengertian. Mereka juga saling berbagi dan merasa saling memiliki, saling memberi dan menerima dukungan emosional dan berkomunikasi secara intim. Namun, bila dewasa awal tidak dapat menjalin komitmen pribadi dengan orang lain, maka mereka beresiko menjadi terlalu terisolasi dan terpaku pada diri sendiri (selfabsorbed). Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka, saling mendukung, dan merasa bisa berbicara mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Mereka juga akan berusaha menyelaraskan nilai dan keyakinan tentang hidup, meskipun tentu saja ada perbedaan pendapat dalam beberapa hal. Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat atau berbuat kesalahan (Santrock, 2008). Hal ini membuat dewasa awal memerlukan keterampilan tertentu, seperti kepekaan, empati, dan kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 mengomunikasikan emosi, menyelesaikan konflik, mempertahankan dan komitmen. Ketika dewasa awal memiliki ketidakmampuan mengembangkan relasi yang bermakna dengan orang lain dapat melukai kepribadian dewasa awal. Hal ini dapat mendorong mereka untuk tidak mau mengakui, mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap menimbulkan frustasi. Kadangkala prilaku ini juga dapat mengarah pada depresi dan isolasi, sehingga menyebabkan individu memiliki sikap tidak mempercayai orang lain (Santrock, 2011). Kualitas hubungan romantis sangat berpengaruh pada pencapaian pembentukan rasa identitas. Dalam sebuah studi dari 710 individu peralihan dewasa, status pencapaian identitas diasosiasikan dengan perasaan kuat akan persahabatan, penghargaan, efeksi, dan dukungan emosi terhadap hubungan romantis (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009, dalam Papalia, 2014). Sebuah penelitian yang menemukan bahwa dalam situasi yang membuat stress, dewasa awal yang memiliki hubungan dengan orang lain lebih mungkin gaya hidup yang lebih teratur dan memiliki kemungkinan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 lebih kecil untuk mengalami distress, cemas, depresi, atau bahkan meninggal (Cohen, 2004 dalam Papalia, 2009). Menurut beberapa psikolog dimulainya kedewasaan tidak ditandai oleh kriteria eksternal, tetapi oleh indikator internal seperti otonomi, kontrol diri, dan tanggung jawab pribadi (Papila, 2009). Menurut Erikson, resolusi pada tahap ini menghasilkan kekuatan cinta: pengabdian timbal balik antara pasangan yang telah memilih dan membagi kehidupan mereka secara bersama-sama (Papila ,2009). D. Hubungan Romantis 1. Periode Hubungan Romantis Menurut Reese-Weber & Johnson, (2012) Terdapat tiga tahap pengembangan hubungan romantis, yaitu : a. Honeymoon Phase Fase bulan madu mencakup tingkat gairah dan kegembiraan tinggi saat pasangan saling mengenal satu sama lain. Pada fase ini, hubungan terjalin cukup santai dan melibatkan sebagian besar interaksi positif karena pasangan mempresentasikan diri mereka dengan baik. Pasangan melihat hubungan pada fase ini sebagai hubungan yang masih baru dan menarik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 Pada fase ini mereka akan menggambarkan dirinya secara positif dan mengabaikan kesalahan pasangan mereka. Dalam fase ini pasangan mulai menentukan sifat hubungan seperti memberi label satu sama lain sebagai pacar (Fletcer, Garth, dkk, 2000). Periode pacaran 1-3 bulan merupakan fase awal dalam perkembangan hubungan. Pada tahap ini kepercayaan secara konsisten mendapat rating tertinggi. Hasil ini menyiratkan bahwa tingkat kepercayaan yang cukup tinggi bisa jadi merupakan prasyarat untuk kencan pertama bahkan terjadi. Namun, kepercayaan pada tahap awal pengembangan hubungan lebih berpusat pada prediktabilitas dan ketergantungan (bukan pada keyakinan). Periode 3 bulan dalam suatu hubungan juga cenderung memiliki penilaian dan persepsi ideal tentang pasangan dan hubungan yang stabil (Weber, Marla, 2015). b. Defining Phase Fase ini pasangan sudah menentukan keseriusan dan umur panjang hubungan. Negosiasi harapan untuk hubungan dapat menghasilkan peningkatan tingkat keintiman dan konflik, termasuk agresi, selama fase ini. Pada fase ini pasangan akan merasa nyaman satu sama lain, mereka tidak lagi hanya berusaha untuk menyenangkan satu sama lain seperti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 sebelumnya tetapi masih diinvestasikan dalam hubungan. Selain itu pasangan pada fase ini lebih rela mendiskusikan isi-isu yang tidak mereka setujui (Fletcer, Garth, dkk, 2000). c. Established Phase Fase ini yang mencakup hubungan yang lebih berkomitmen dan berorientasi pada masa depan. Meskipun demikian, keintiman mungkin akan terus meningkat pada fase yang lebih mapan lagi. Pada tahap ini pasangan akan lebih memikirkan tentang harapan bersama akan hubungan mereka. Mereka akan mereasa lebih mengenal pasangannya dengan baik dan memiliki arah pada hubungan tersebut (Fletcer, Garth, dkk, 2000). E. Kecenderungan Konflik Dalam Hubungan Menurut Brandenberger (2002) terdapat beberapa jenis konflik yang paling umum muncul dalam hubungan intim, ketidaksepakatan, dan tidak memiliki waktu yaitu bersama kecemburuan, yang cukup (Brandenberger, Amanda, 2007). Menurut Guerrero, Andersen, & Afifa (2001) terdapat 4 tingkatan konflik dalam sebuah hubungan (Brandenberger, Amanda, 2007), yaitu : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 a. Tingkat pertama, pasangan berdebat tentang hal yang spesifik seperti perilaku-perilaku yang konkrit. Salah satunya ketika pasangan marah dikarenakan cara anda dalam menangani Sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya, seperti cara membersihkan atau menata barang. b. Tingkat kedua, ketika pasangan berdebat tentang peraturan dan norma relasional. Salah satunya masalah yang sering terjadi dalam hal ini adalah melupakan hari ulang tahun pasangan atau hari yang penting bagi pasangan. Selain itu, tidak memberi kabar pada pasanagn juga menjadi salah satu persoalan. c. Tingkat konflik ketiga, pasangan memperdebatkan tentang berbagai ciri kepribadian. Misalnya perbedaan kepribadian antara anda dan pasangan karena umur yang terpaut jauh. d. Tingkat konflik yang terakhir, memperbedatkan tentang proses konflik itu sendiri (metakonflik). Dalam hal ini menuduh pasangan anda mengomel atau cemberut, mengamuk, tidak mendengarkan, dan tidak adil saat konflik (Guerrero, dkk, 2001 dalam ) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 F. Hubungan Antara Tipe Perfeksionisme Dengan Gaya Manajemen Konflik Pada Individu Dewasa Awal Yang Berpacaran Perfeksionisme merupakan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dengan standar yang tinggi untuk dirinya, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Perfeksionis dibagi menjadi dua, yaitu perfeksionis interpersonal dan perfeksionis intrapersonal. Perfeksionis interpersonal dilihat dari adanya keinginan untuk menetapkan standar yang tinggi bagi orang lain (other oriented perfectionism) dan merasa orang lain menetapkan standar yang tinggi untuk dirinya (socially perceived perfectinisme). Perfeksionis interpersonal sendiri seringkali dikaitkan dengan berbagai permasalahan dalam relasi romantis, seperti permasalahan terhadap keintiman, kepercayaan, dan kepedulian (Dunkley David M, dkk, 2000). Padahal, hal-hal tersebut sangat diperlukan dalam membangun sebuah hubungan romantis yang juga merupakan salah satu kebutuhan penting dalam masa perkembangan dewasa awal (Santrock, 2012). Seseorang dengan gaya other oriented perfectionism akan memiliki harapan sangat tinggi atau tidak realistis sehingga menimbulkan tendensi untuk permusuhan, otoriter, dominasi, dan termotivasi oleh kebutuhan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 meningkatkan nilai diri mereka dengan cara mencari kesalahan dari pasangannya (Hewitt & Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015). Hal ini memungkinkan seseorang dengan tipe other oriented perfectionism memiliki gaya controlling dalam memanajemen konflik mereka. Manajemen konflik dengan gaya controlling menekankan pada cara mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan penilaiannya. Individu yang memiliki controlling style pada umumnya memanajemen konflik dalam hubunganya dengan filosofi win-lose solution. Individu dengan gaya ini memiliki keinginan untuk menang dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari pasangannya (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Sedangkan, pada perfeksinisme socially prescribed perfectionism yang didominasi oleh perasaan bahwa orang lain memiliki harapan yang berlebihan pada dirinya akan membuat ia merasa bahwa orang lain memberikan kritik negatif terhadap dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Hal ini membuat individu perfeksionis memiliki standar yang kaku dan tidak realistis, meragukan kemampuan mereka untuk sukses terutama pada peran standar sosial yang menyebabkan kecemasan sosial (Hewitt, Paul L, 1991). Hal ini juga dikaitkan dengan distress interpersonal dan merasa mendapatkan dukungan sosial yang rendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 (Hill, Zrull, & Turlington, 1997; Hewitt & Flett, 2004; Sherry, Hukum, Hewitt, Flett, & Besser, 2008). Individu dengan tipe socially prescribed perfectionism akan fokus untuk memenuhi standar dari pasangannya sehingga mereka menunjukan rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negatif dan menempatkan perhatian yang lebih besar untuk memperoleh perhatian dari pasangan tetapi berusaha menghindari penolakan dari pasangannya tersebut. Hal ini membuat individu dengan socially prescribed perfectionism memiliki kemungkinan untuk menggunakan gaya manajemen konflik nonconfrontation yang merupakan gaya pendekatan untuk manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan cara withdrawing (manarik diri) atau menghindar. Hal ini membuat mereka cenderung merasa tidak nyaman dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum konflik meningkat. Respon-respon yang muncul pada gaya ini adalah membujuk, menarik diri, dan memberikan sebuah respon yang melambangkan gaya non konfrontatif (Beebe, Steven A, 1996). Kedua gaya manajemen konflik ini membuat individu perfeksionisme cenderung untuk menggunakan manajemen konflik yang destruktif, yaitu manajemen konflik dengan cara yang negatif (Mardiato, Adi, 2000). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 Hal ini berbeda dengan seseorang yang memiliki perfeksionisme intrapersonal yaitu self-oriented perfectionism, seseorang dengan pefeksionisme self oriented akan cenderung memiliki potensi adaptif sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar. Selain itu, seseorang dengan self oriented perfectionism memiliki kemampuan sosial, seperti kemampuan untuk mengerti pesan nonverbal orang lain dan dapat melibatkan orang lain dalam percakapannya. Hal ini membuatnya memiliki kemampun dalam membangun dan mempertahankan hubungan (Dunkley ,David. M, 2000). Hal-hal tersebut memungkinkan individu perfeksionis intrapersonal self oriented untuk menyelesaikan konflik yang ada dengan menciptakan winwin solution dan fokus pada kepentingan bersama dengan gaya cooperative (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Dengan gaya ini maka penyelesaian masalah dalam hubungan romantisnya dapat diselesaikan dengan manajemen konflik konstruktif, yaitu berusaha untuk melakukan positive problem solving dan manjaga hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik agar tetap harmonis (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih, 2000) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 Berikut adalah skema hubungan antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal yang sedang menjalani hubungan pacaran : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Perfeksionisme Interpersonal Perfeksionisme Other Oriented Melihat Kesalahan Orang Lain Secara Berlebihan Otoriter Menetapkan Standar yang Tinggi pada Orang Lain Keinginan untuk Menang dari Orang lain Membuat Keputusan sepihak Dominasi Gaya Controlling Manajemen Konflik Destruktif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Perfeksionisme Interpersonal Perfeksionisme Socially Prescribed Merasa Orang lain Menetapkan standar yang tinggi Meragukan Kemampuannya Takut pada Evaluasi dari orang lain Menghindar dari masalah Menyerah Sebelum Masalah menjadi Besar Menarik Dirii Gaya Nonconfrontation Manajemen Konflik Destruktif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Perfeksionisme Intrapersonal Perfeksionisme Self Orientation Kemampuan Sosial yang Baik Mengerti Orang Lain Kemampuan Mempertahankan Hubungan Mendeskripsikan Masalah dengan Baik Fokus pada Kepentingan Bersama Memecahkan Masalah yang Memuaskan Kedua Belah Pihak Gaya Cooperatif Manajemen Konflik Konstruktif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 G. Hipotesis Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif antara tipe perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik gaya controlling. 2. Ada hubungan positif antara tipe perfeksionisme socially prescribed dengan manajemen konflik gaya nonconfrontatif. 3. Ada hubungan positif antara tipe perfeksonisme self oriented dengan manajemen konflik gaya cooperative. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian dengan menggunakan karakteristik yang berupa hubungan antara dua variabel atau lebih ( Supratiknya, 1998 ). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyelidiki variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2007). Penelitian ini tergolong penelitian korelasi karena peneliti mencoba untuk mengetahui hubungan antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal yang berpacaran. Data diperoleh melalui angket yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistika. B. Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Dengan menggunakan variabel, konsep yang menggambarkan realitas atau fenomena 49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 sosial yang netral akan diberikan nilai tinggi atau rendah (Purwanto, E.A & Dyah, RS, 2007). Sesuai dengan judul “Hubungan Antara Perfeksionisme dengan Manajemen Konflik pada Dewasa Awal yang Menjalin Relasi Romantis “, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas : Tipe Perfeksionisme 2. Variabel tergantung : Gaya Manajemen Konflik C. Definisi Operasional 1. Perfeksionisme Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya. Perfeksionis dapat diukur dengan skala perfeksionisme berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Hewitt Perfeksionis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : a. Perfeksionisme self-oriented ditunjukan dengan adanya potensi adaptif sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 karya besar, memiliki kemampuan untuk berfikir secara kostruktif dam memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif b. Other-oriented Perfectionisme ditunjukan dengan adanya perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain, mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain, serta memiliki sifat otoriter, mendominasi. c. Perfeksionisme yang socially prescribed ditunjukan dengan adanya perasaan bahwa tuntutan yang datang dari orang lain harus dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungannya dan adanya rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negative dari orang lain. 2. Manajemen Konflik Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan (Wirawan, 2010), yang diukur menggunakan skala manajemen konflik yang dibuat oleh peneliti. Terdapat 3 gaya manajemen konflik, yaitu : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 a. Gaya Nonconfrontation Gaya nonconfrontation merupakan gaya pendekatan untuk manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari konflik atau memberikannya kepada orang lain. (Beebe, Steven A, 1996). Individu dengan gaya ini akan cenderung menghindari konflik, mudah menyerah ketika terjadi konflik, tidak nyaman dengan adanya konflik, memilih untuk diam, dan memiliki respon membujuk b. Gaya Controlling Controlling style merupakan manajemen konflik dengan cara mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan penilaiannya. Individu yang memiliki gaya controlling pada umumnya memanajemen konfliknya dengan filosofi win-lose solution. Individu dengan gaya ini akan cenderung mendominasi orang lain, menyalahkan orang lain, keinginan untuk menang dalam konflik, fokus pada diri sendiri, mengabaikan perasaan/pendapat orang lain, mengancam c. Gaya Cooperatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Cooperative style, pendekatan cooperative dalam memanajemen konflik mereka menggunakan pada other-orientation strategies dan menggunakan win-win solution sebagai teknik selanjutnya. Individu dengan gaya ini akan cenderung mempertimbangkan orang lain dalam mengambil keputusan, berusaha membuat strategi yang menguntungkan kedua belak pihak, fokus pada kepentingan bersama dan fokus pada masalah, dapat melihat berbagai pilihan solusi yang ada D. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah individu dengan rentang umur yang termasuk dalam kriteria dewasa awal dan sedang menjalin hubungan pacaran. Metode sampling yang digunakan adalah convience sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih subjek yang tersedia yang dianggap sesuai dengan persyaratan dari tujuan penelitian yang mudah dijangkau atau didapatkan (Nurimawati & Munandar, 2008). Selain itu, peneliti juga menggunakan metode snowball sampling, yaitu teknik pengambilan sampling yang bermula dari jumlah yang kecil kemudian besar. Dalam penentuan sampling, peneliti mula-mula memberikan skala kepada beberapa orang, lalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 orang-orang tersebut juga akan menyebarkan skala tersebut kepada orang lain yang sesuai dengan kriteria penelitian dan begitu seterusnya (Sugiyono, 2013). Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi subjek penelitian ini, adalah : 1. Dewasa awal dengan rentang umur antara 18 sampai 25 tahun (Santrock, 2011). 2. Sedang menjalin hubungan berpacaran minimal 3 bulan. Hal ini disaran perlu dengan pertimbangan bahwa pasangan kekasih yang sudah menjalin hubungan pacaran 3 bulan maka mereka sudah menghadapi konflik dalam relasi meraka. E. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Peneliti menggunakan skala yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah disusun sedemikian rupa sehingga respon individu terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor dan diinterpretasikan. Alat yang digunakan oleh peneliti meliputi 2 skala, yaitu skala pertama mengenai perfeksionisme dan skala kedua mengenai manajemen konflik dalam hubungan romantis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 Pada uji coba skala, peneliti melakukan penyebaran skala secara langsung kepada subjek. namun, saat pada penelitian yang sesungguhnya peneliti menggunakan survey melalui google drive, hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mencari subjek dan menjaga kerahasian subjek sehingga subjek lebih merasa nyaman dalam mengisi skala. 2. Alat Pengumpulan Data a. Perfeksionisme Untuk melihat perfeksionisme, peneliti menggunakan skala Multidimensional Perfectionism Scale (MPS). Skala ini dibuat dalam bentuk bahasa Inggris yang kemudian diadaptasi kedalam bahasa Indonesia oleh peneliti. Skala ini mengukur tiga tipe perfeksionisme yang dikemukakan oleh Hewitt & Flett, 1991, yaitu: Variabel ini akan menggunakan skala Likert, yaitu angka/skor 1 (sangat tidak setuju), angka/skor 2 (tidak setuju), angka/skor 3 (agak tidak setuju), angka/skor 4 (netral), angka/skor 5 (agak setuju), angka/skor 6 (setuju) dan angka/skor 7 (sangat setuju). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Tabel 1. Persebaran Item Skala Multidimentional Perfectionism Scale Dimensi Perfeksionisme Self Oriented Perfectionism Other Oriented Perfeksionis Socially Prescribed Perfectionism Item Proporsi Jumlah 1, 6, 8 12, 14, 15, 17, 20, 23, 28, 32, 34, 36, 33.33 % 15 40, 42 2, 3, 4, 7, 10,16,19, 22, 24, 26, 27, 29, 38, 43, 33.33 % 15 45 5, 9, 11, 13, 18, 21, 25, 30, 31, 33, 35, 37, 33.33 % 15 39, 41, 44 b. Manajemen Konflik Skala manajemen konflik diukur menggunakan skala manajemen konflik yang disusun oleh peneliti berdasarkan gaya manajemen konflik. Variabel manajemen konflik akan diukur menggunakan jenis penskalaan subjek. Jenis penskalaan ini berorientasi pada subjek yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 bertujuan meletakkan individu-individu pada suatu kontinum penelitian sehingga kedudukan relative individu menurut suatu atribut yang diukur dapat diperoleh (Azwar, 2007). Dalam proses pembuatan skala ini, peneliti melakukan survey kecil kepada beberapa mahasiswa yang termasuk dalam katagori dewasa awal dan sedang menjalani hubungan pacaran untuk menuliskan bentukbentuk konflik yang sering terjadi dalam hubungan pacaran mereka. Dari hasil survey tersebut peneliti mengelompokan konfllik-konflik yang sering terjadi dan menjadikannya sebagai pedoman dalam membuat pertanyaan skala manajemen konflik ini. Bentuk dari skala ini berupa soal yang memiliki 3 pilihan A, B, dan C yang masing-masing mewakili ketiga gaya manajemen konflik. Peneliti juga melakukan pengacakan gaya manajemen konflik pada pilihan A, B,C disetiap soal. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjek memilih jawaban yang sama pada setiap soal tanpa membacanya terlebih dahulu. Penskoringan dilakukan dengan cara mengelompokan pilihan subjek kedalam masing-masing gaya manajemen konflik. Selanjutnya, peneliti akan memberi skor/nilai 1 pada jawaban yang dipilih oleh subjek dan skor/nilai 0 pada jawaban yang tidak dipilih oleh subjek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Tabel 2. Persebaran Item Skala Manajemen Konflik Dimensi Manajemen Item Propo rsi Konflik 1a, 2b, 3c, 4b, 5a, 6c, 7b, 8c, 9a, 10a, 11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a, 18c, Manajemen Konflik Kooperatif 19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c, 26b, 27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c, 34b, 35a, 36a, 37a, 38a, 39c, 40b, 41b, 42a, 43b, 44a, 45a, 46c, 47c, 48b, 49b, 50b, 51c, 52c 1b, 2c, 3a, 4c, 5b, 6a, 7c, 8a, 9b, 10b, 11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b, 18a, Manajemen 19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a, 26c, Konflik 27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a, 34c, 100% (52 35b, 36b, 37b, 38b, 39a, 40c, 41c, 42b, soal) 43c, 44b, 45b, 46a, 47a, 48c, 49c, 50c, Nonkonfrontatif 51a, 52a 1c, 2a, 3b, 4a, 5c, 6b, 7a, 8b, 9c, 10c, 11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c, 18b, Manajemen Konflik Kontrol 19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b, 26a, 27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b, 34a, 35b, 36b, 37b, 38b, 39b, 40a, 41a, 42c, 43a, 44c, 45c, 46b, 47b, 48a, 49a, 50a, 51b, 52b jumlah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana alat ukur sungguh-sungguh mengukur atribut yang hendak diteliti (Supratiknya, 2014). Uji validitas bertujuan untuk mengukur apakah pernyataan-pernyataan atau itemitem yang disajikan sudah dengan tepat mengukur konstrak atau apa yang ingin diukur oleh peneliti (Santosa, 2014). Validitas dibedakan menjadi tiga, yaitu validitas isi, validitas yang berorientasi pada kriteria, dan validitas konstruk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi. Validitas ini memiliki kemampuan untuk menelaah isi tes terkait ketepatan konstruk dan relevansi isi item-item (Supratiknya, 2014). Penelitian item-item pada alat ukur melalui proses penilaian dengan menggunakan metode expert judgement, yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing (Azwar, 2012). 2. Seleksi Item Dalam proses penskalaan diperlukan adanya seleksi item. Parameter yang paling panting dalam seleksi item adalah daya diskriminasi item (daya beda). Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item yang digunakan oleh peneliti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 dapat membedaan individu kedalam kelompok yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2007). Pengujian daya diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi yang akan menghasilkan koefisien korelasi aitem tptal (rix) atau parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan item berdasar korelasi aitem total, basanya digunakan batasan (rit) ≥ 0,30. Hal ini diartikan semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dapat diartikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah. Namun, apalibila item yang memiliki indeks daya diskriminasi = atau ≥ 0,30 tidak mencukupi masa diperbolehkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria menjadi 0,25 asalkan tidak menurunkan batas kriteria rix dibawah 0,20. a. Skala Perfeksionisme Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan kepada 40 responden didapatkan hasil bahwa pada skala perfeksionisme terdapat 41 item yang lolos seleksi dari 45 item dengan koefisien korelasi item total (rix) ≥ 0,25. Dalam penelitian ini peneliti tetap mempertahankan semua item. Adapun item yang tidak lolos adalah item nomer 3, 21, 38, 43, item-item tersebut tersebar pada tipe other PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 oriented perfectionism (3, 38, 43) dan pada tipe socially priscribed perfectionism (21). Distribusi item sebagai berikut : Tabel 3 Blue print skala perfeksionisme Dimensi Favorable Perfeksionisme Self Oriented 1, 6, 14, 15, 17, 20, 23, 8, 12, 34, Perfectionism Other Perfeksionis Socially Unfavorable Jumlah 28, 32, 40, 42 Oriented 36, 15 2,3,4,10, 7, 16, 22, 26, 27, 29 19,24,38,43, 15 45 Prescribed 5, 11, 13, 18, 25, 31, 9,21,30, Perfectionism 33, 35, 39, 41 37,44 Total 27 18 15 45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 b. Skala Manajemen Konflik Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan kepada 40 responden didapatkan hasil bahwa pada skala manajemen konflik terdapat 52 item yang lolos seleksi dari 60 item dengan koefisien korelasi item total (rix) ≥ 0,30. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Tabel 4 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Uji Coba Dimensi Manajemen Konflik Item 1a, 2c*, 3b, 4c, 5c*, 6a*, 7b, 8c, 9a, 10a, 11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a, 18c, 19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c, Manajemen 26b, 27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c, Konflik Kooperatif 34b, 35a, 36a, 37a, 38a, 39a*, 40b, 41b, 42a, 43b, 44a, 45a*, 46c*, 47c, 48b*, 49b, 50b, 51c, 52c, 53a, 54c, 55b, 56c, 57c, 58b, 59a, 60a 1b, 2b*, 3c, 4a, 5b*, 6c*, 7c, 8a, 9b, 10b, 11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b, 18a, 19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a, Manajemen 26c, 27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a, Konflik 34c, 35b, 36b, 37b, 38b, 39b*, 40c, 41c, Nonkonfrontatif 42b, 43c, 44b, 45b*, 46a*, 47a, 48c*, 49c, 50c, 51a, 52a, 53b, 54b, 55a, 56a, 57b, 58c, 59c, 60b 1c, 2a*, 3a, 4b, 5a*, 6b*, 7a, 8b, 9c, 10c, 11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c, 18b, 19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b, Manajemen 26a, 27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b, Konflik Kontrol 34a, 35b, 36b, 37b, 38b, 39c*, 40a, 41a, 42c, 43a, 44c, 45c*, 46b*, 47b, 48a*, 49a, 50a, 51b, 52b, 53c, 54a, 55c, 56b, 57a, 58a, 59b, 60c Jumlah 60 soal Item yang dicetak tebal dan bertanda * merupakan item-item yang gugur. Pengguguran item tersebut sesuai dengan standar koefisien korelasi item total PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 yang (rit) ≥ 0,30. Setelah melalukan pengguguran, skala final manajemen konflik sebagai berikut : Tabel 5 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Penyesunan Ulang Dimensi Manajemen Konflik Item Jumlah 1a, 2b, 3c, 4b, 5a, 6c, 7b, 8c, 9a, 10a, 11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a, 18c, 19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c, 26b, Manajemen 27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c, 34b, Konflik Kooperatif 35a, 36a, 37a, 38a, 39c, 40b, 41b, 42a, 43b, 44a, 45a, 46c, 47c, 48b, 49b, 50b, 51c, 52c 1b, 2c, 3a, 4c, 5b, 6a, 7c, 8a, 9b, 10b, 11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b, 18a, Manajemen 19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a, 26c, Konflik 27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a, 34c, 52soal Nonkonfrontatif 35b, 36b, 37b, 38b, 39a, 40c, 41c, 42b, 43c, 44b, 45b, 46a, 47a, 48c, 49c, 50c, 51a, 52a 1c, 2a, 3b, 4a, 5c, 6b, 7a, 8b, 9c, 10c, 11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c, 18b, 19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b, 26a, Manajemen 27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b, 34a, Konflik Kontrol 35b, 36b, 37b, 38b, 39b, 40a, 41a, 42c, 43a, 44c, 45c, 46b, 47b, 48a, 49a, 50a, 51b, 52b Total 52 soal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 3. Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan pengukuran tanpa menghiraukan atribut apa yang diukur (Nunnally, 1974 dalam Supratiknya, 2014). Koefisien reliabilitas berada pada rentang 0,00 sampai 1,00. Semakin mendekati nilai 1,00 maka reliabilitasnya dinyatakan semakin baik, begitu pula sebaliknya (Supratiknya, 2014). Nilai koefisien alpha cronbach dinyatakan baik apabila memiliki skor antara 0,60-0,75 dan nilai koefisien antara 0,75 -1,00 dianggap sangat baik (Cicchetti, 1994). a. Perfeksionisme Skala perfeksionisme merupakan skala adaptasi. Oleh karena itu penerjemahan skala ini menjadi hal yang dibutuhkan. Dalam proses penerjemahan tersebut, peneliti menggunakan metode back translation. Penerjemahan dengan metode back translation hingga uji coba skala merupakan validitas isi dari skala ini. Penerjemahana dilakukan oleh orang yang professional dalam bidangnya. Selanjutnya, beberapa orang yang menguasai ilmu psikologi menerjemahkan kembali skala tersebut. Hasil dari terjemahan tersebut dibandingkan dengan skala asli untuk mendapatkan item terbaik. Skala juga disajikan kepada 5 orang dewasa awal untuk mengetahui pemahaman dari sampel subjek. skala diuji coba pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 beberapa subjek dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman subjek terhadap item-item yang ada dalam skala. Apabila kalimat kurang dipahami, maka peneliti mendiskusikannya kembali dengan moderator supata kalimatnya mudah dipahami. Dalam hal realibilitas, skala asli Multidimensional Perfectionism Scale (MPS) yang dikemukakan oleh Hewitt & Flett (1991) sesungguhnya sudah menunjukan realibilitas yang baik, hal ini dapat dilihat dari skor Alpha Cronbach yang memiliki nilai 0,88 pada self-oriented, 0,85 pada otheroriented, dan 0,75 pada socially prescribed perfectionism. Setelah diadaptasi dilakukan pengukuran realibilitas kembali pada skala MPS. Pada pengukuran tersebut diketahui bahwa realibilitas pada skala adaptasi juga memiliki realibilitas yang tergolong baik, yaitu 0,82 pada self-oriented, 0,62 pada other-oriented, dan 0,71 pada socially prescribed perfectionism. b. Manajemen Konflik Validitas skala manajemen konflik yang digunakan yaitu validitas isi (content validity). Validitas isi ditentukan oleh professional judgment dalam proses menelaah (Azwar, 2007). Item-item dalam skala ini diperiksa terlebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 dahulu oleh professional judgment. Kemudian, peneliti membagikan skala ini kepada lima orang yang memenuhi kriteria sebagai subjek untuk mengetahui pemahaman subjek terhadap item-item yang disajikan dalam skala tersebut. Dalam hal realibilitas, skala gaya manajemen konflik diuji dengan pendekatan Alpha Cronbach. Skor yang diperoleh dari pengujian ini adalah 0,90 pada gaya manajemen konflik cooperative, 0,82 pada gaya manajemen konflik nonconfrontation, dan 0,85 pada gaya manajemen konflik controlling. Hal ini menjelaskan bahwa skala gaya manajemen konflik memiliki realibilitas yang tergolong sangat baik. G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari 0,05 (p>0.05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis data ini peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan program SPSS 21.00 for windows (Santoso, 2015). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 b. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar variabel bersifat linier atau tidak. Uji linieritas perlu dilakukan karena teknik produk momen dan turunannya cenderung melakukan underestimasi kekuatan hubungan antara dua variabel apabila hubungannya tidak linier (Santoso, 2010). Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka dapat dikatakan bahwa variable bebas dan variable tergatung memiliki hubungan linier sehingga dapat diuji dengan statistika parametik. Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari 0.05 (p>0,05) maka harus diuji dengan statistika nonparametrik (Santoso, 2010). 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan pengujian menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan SPSS 21.00 for windows (Santoso, 2010). H. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian ini terlebih dahulu melakukan uji coba skala atau tryout guna melihat apakah item-item atau pernyataan-pernyataan dalam skala sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 memenuhi kriteria atau belum. Tryout dilakukan pada tanggal 14 November 2016 sampai dengan 30 November 2016. Peneliti menyebarkan 50 skala kepada subjek penelitian. Namun, dari 50 skala yang dibagikan oleh peneliti, terdapat 10 skala yang tidak kembali kepada peneliti. Sehingga subjek dalam tryout ini sebanyak 40 mahasiswa usia 18-25 tahun dan sedang menjalani hubungan pacaran minimal selama 3 bulan. Peneliti memberikan skala kepada subjek secara langsung. Dalam proses pengisian skala, peneliti tidak menemani subjek saat mengisi skala tetapi memberikan skala tersebut untuk diisi subjek dirumahnya. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan pada subjek agar tidak merasa sedang dinilai saat mengisi skala yang berhubungan dengan relasi romantis mereka. Sehingga diharapkan subjek akan lebih jujur dalam menjawab setiap pernyataan yang tersedia. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan uji reliabilitas melalui SPSS 21.00 for windows. Berdasarkan uji coba tersebut, skala perfeksionisme memiliki 4 item yang gugur dari 45 item namun dengan berbagai pertimbangan dan ijin dari expert judgement melalui dosen pengampu maka peneliti tetap menggunakan keempat item tersebut dalam skala final. Pada skala manajemen konflik terdapat 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 item yang gugur dari 60 soal sehingga tersisa 52 soal yang digunakan pada skala final. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian dilakukan pada tanggal 7 Desember 2016 sampai dengan 20 Desember 2016. Koesioner ini disebarkan secara online dengan google drive dan disebarkan melalui line, whatsapp, dan e-mail. Hal ini juga dilakukan agar memudahkan peneliti dalam mendapatkan subjek, selain itu juga bertujuan untuk membuat subjek lebih leluasa dan tidak merasa dinilai oleh peneliti saat mengisi skala. Dalam penyebarannya peneliti telah memberikan kriteria tertulis yang harus dipenuhi oleh subjek sebelum mengisi skala penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini terdapat subjek sebanyak 101 yang telah mengisi. B. DESKRIPSI SUBJEK Subjek penelitian ini berjumalah 101 orang. Semua subjek yang ada telah memenuhi kriteria penelitian yang telah ditentukan, yaitu berusia 18-25 tahun yang sedang menjalin hubungan pacaran : berpacaran minimal selama 3 71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 bulan. Berikut data mengenai demografis subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Tabel 6 Deskripsi usia subjek penelitian Usia Jumlah Presentase 18 tahun 10 9.9% 19 tahun 6 5.9% 20 tahun 10 9.9% 21 tahun 31 30.7% 22 tahun 29 28.7% 23 tahun 9 8.9% 24 tahun 3 3.0% 25 tahun 3 3.0% Jumlah usia terbanyak subjek penelitian, yaitu pada usia 21 tahun dengan presentase 30,7%. Usia subjek terbanyak kedua, yaitu pada usia 22 tahun dengan presentasi 28,7%. Selanjutnya, usia 18 dan 20 tahun merupakan urutan ketiga usia subjek penelitian, diurutan keempat adalah usia 23 tahun dengan presentase sebanyak 8,9%, pada urutan kelima yaitu usia 19 tahun dengan presentase 5,9%. Di urutan keenam adalah usia 24 dan 25 tahun dengan presentase 3.0% Tabel 7 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian Jenis Kelamin Jumlah Presentase Laki-laki 17 16.8% Perempuan 84 83.2% Subjek pada penelitian ini terdiri dari 101 subjek dengan proporsi 16.8% lakilaki dan 83,2% perempuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Tabel 8 Deskripsi lama subjek manjalani hubungan pacaran Lama Jumlah Presentase 3 - 16 bulan 42 41.6% 17 - 46 bulan 41 40.6% 47 - 76 bulan 13 12.9% 77 - 98 bulan 5 5.0% Sebanyak 41,6% subjek penelitian sudah menjalani hubungan pacaran selama 3 sampai dengan 16 bulan. Subjek yang telah menjalani hubungan pacaran selama 17 sampai dengan 46 bulan sebanyak 40,6% dan sebanyak 12,9% subjek penelitian sudah menjalani hubungan pacaran selama 47 sampai dengan 76 bulan. Selanjutnya 5,0% subjek telah menajalani hubungan pacaran selama 77 sampai dengan 98 bulan. Tabel 9 Deskripsi status pacaran subjek penelitian Status Jumlah Tidak pacaran 61 jarak jauh Pacaran jarak jauh 40 Subjek penelitian yang tidak menjalani hubungan Presentase 60.4% 39.6% jarak jauh sebanyak 60,4% sedangkan subjek penelitian yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh sebanyak 39,6%. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Tabel 10 Deskripsi data penelitian Variabel N Perfeksionisme 101 self oriented Perfeksionisme 101 other oriented Perfeksionisme 101 socially prescribed Manajemen 101 konflik cooperative Manajemen 101 konflik controlling Manajemen 101 konflik non confrontation Min 58 Max 97 Mean 78.02 SD 10.163 51 90 67.15 8.183 33 88 67.13 8.983 13 51 34.56 8.810 0 30 8.58 5.990 0 29 8.91 5.597 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Tabel 11 Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala Mean Teoritis Mean Empiris Perfeksionisme self oriented Perfeksionisme other oriented Perfeksionisme socially prescribed Manajemen konflik cooperative Manajemen konflik controlling Manajemen konflik non confrontation SD 60 78.02 10.163 Sig. (2-tailed) 0.000 60 67.15 8.183 0.000 60 67.13 8.983 0.000 30 34.56 8.810 0.000 30 8.58 5.990 0.000 30 8.91 5.597 0.000 Pada tabel tersebut diketahui bahwa masing-masing dari perfeksionisme dan manajemen konflik memiliki signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Dapat dilihat pada ketiga tipe perfeksionisme, yaitu perfeksionisme self oriented, perfeksionisme other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini mununjukan bahwa subjek penelitian memiliki perfeksionisme perfeksionisme self oriented, perfeksionisme other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed yang cenderung tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Pada manjemen konflik juga dapat dilihat bahwa manajemen konflik cooperative memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik cooperative cenderung tinggi. Sedangkan manajemen konflik controlling, manajemen konflik non confrontation memiliki mean empiris yang lebih rendah dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik controlling, manajemen konflik non confrontation yang cenderung rendah. C. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari 0,05 (p>0.05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis data ini peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan program SPSS 21.00 for windows. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik Kolmogorov Smirnov Statistic Df Sig Self oriented .078 101 .137 Other oriented .050 101 .200 Socially .084 101 .074 prescribed Cooperative .074 101 .191 Controlling .139 101 .000 Non .139 101 .000 confrontation Dari hasil pengujian normalitas dengan teknik tersebut, didapatkan nilai Kolmogoriv Smirnov pada perfeksionis self oriented sebesar 0,137, other oriented sebesar 0.200, dan untuk socially prescribed sebesar 0,074. Selanjutnya pada manajemen konflik cooperative didapatkan nilai sebesar 0,191, sedangkan pada manajemen konflik controlling dan manajemen konflik non confrontative didapatkan nilai sebesar 0,000. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bawa data yang terdistribusi normal adalah pada skala perfeksionisme dan skala manajemen konflik cooperative. Sedangkan pada manajemen konflik controlling dan manajemen konflik nonconfrontative data yang didapat tidak terdistribusi normal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 b. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar variabel bersifat linier atau tidak. Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka dapat dikatakan bahwa variable bebas dan variable tergatung memiliki hubungan linier sehingga dapat diuji dengan statistika parametik. Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari 0.05 (p>0,05) maka harus diuji dengan statistika nonparametrik. Tabel 13 Hasil Uji Lineritas ANOVA TABLE cooperative * self oriented Between Groups controlling * other oriented Between Groups Non confrontation * socially prescribed Between Groups (Combined) Linearity Deviation from Linearity (Combined) Linearity Deviation from Linearity (Combined) Linearity Deviation from Linearity F 1.868 5.745 1.763 Sig. .014 .020 .024 2.007 6.929 1.848 .008 .010 .018 .848 7.610 .643 .696 .008 .917 Dari hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa perfeksionisme memiliki hubungan linier dengan manajemen konflik. Hal ini tampak pada taraf signifikansi (p) antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 konflik cooperative yang memiliki taraf sig (p) sebesar 0,020, perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling sebesar 0,010, dan perfeksionisme socially priscribed dengan manajemen konflik nonconfrontative sebesar 0,008. c. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan pengujian menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan SPSS 21.00 for windows. Tabel 14 Hasil skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik cooperative Correlations Pearson Perfeksionisme Pearson .208* Self oriented Correlation dengan Manajemen Sig. (1-tailed) .019 Konflik N 101 Cooperative *Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 Tabel 15 Hasil skor korelasi antara perfeksionis other oriented, socially prescribed dengan manajemen konflik controlling, non confrontation Correlations Perfeksionis Correlation .185* Other oriented Coefficient dengan Sig. (1-tailed) .032 Manajemen N 101 Spearman’s rho Konflik Controlling Perfeksionisme socially presribed dengan Manajemen Konflik Non confrontation Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N .304** .001 101 Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik cooperative. Hal ini ditunjukan dengan skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik cooperative yang menunjukan angka sebesar 0,208 dan skor signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) yaitu sebesar 0,019. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis self oriented maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik cooperative oleh individu dan sebaliknya. Pada hasil antara perfeksionis other oriented dengan manajemen konflik controlling diperoleh skor korelasi sebesar 0,185 dengan skor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling. Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme other oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling. Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non confrontation yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation. D. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil korelasi antara kedua variabel perfeksionisme dengan manajemen konflik pada individu dewasa awal yang berpacaran. Pemilihan manajemen konflik dalam menangani konflik dalam hubungan pacaran pada dewasa awal dianggap penting. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa awal hubungan romantis merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan pada individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 dewasa awal. Baik atau buruknya kualitas hubungan yang dijalani oleh individu dewasa awal sangat berpengaruh pada pencapaian pembentukan rasa identitas. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan juga tampak pada perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non confrontation yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada individu. Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially prescribed maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation. Burns (1983) mengungkapkan bahwa individu socially prescribed perfectionism memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan perasaaan negatif atau perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek oleh orang lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka dan memiliki pengungkapan emosi yang cenderung rendah (Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa, 1996). Hal ini akan membuat individu perfeksionisme socially prescribed cenderung untuk memanajemen konfliknya dengan gaya non confrontation. Orang yang menggunakan gaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 ini tidak pernah memperlihatkan kemarahan mereka dan cenderung untuk mengendalikan emosi mereka sehingga terlihat tidak responsif dengan intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk menghindari konflik, dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa mungkin. Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa socially prescribed perfectionism berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan malu/segan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negatif, juga harga diri sosial yang rendah. Hal ini membuat individu dengan socially prescribed perfectionism yang tinggi memiliki pola respon untuk mengantisipasi kritikan dari harapan orang lain yang tidak realistis dengan cara menarik diri (withdrawn). Dalam hubungan pacaran mengekspresikan perasaan merupakan bagian dari keintiman. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan merasa bisa berbicara mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Ketika individu tidak mampu untuk mengekspresikan perasaaannya maka hal tersebut akan menimbulkan permasalahan pada hubungan pacaran mereka. Ketika individu yang menajalani hubungan pacaran memiliki manajemen konflik non PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 confrontation maka dimungkinkan hubungan yang dijalani menjadi kurang baik. Hal ini karena masalah yang terjadi tidak benar-benar terselesaikan. Hal ini diperkuat oleh Beebe (1996) yang menyatakan bahwa individu dengan gaya manajemen konflik non confrontation ini selalu menyerah ketika berhadapan dengan konflik. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum konflik meningkat (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Pada hasil korelasi antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative menunjukan hasil korelasi sebesar 0,208 dan skor signifikansi sebesar 0,019 dengan (p<0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionisme self oriented maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik cooperative oleh individu dan sebaliknya. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa perfeksionis self oriented yang dimiliki seseorang memiliki hubungan dengan manajemen konflik konstruktif yaitu manajemen konflik cooperative dalam menghadapi permasalahan di dalam hubungan pacaran mereka. Hal ini didukung oleh Hewit dan Flett yang menyatakan bahwa perfeksionisme self-oriented memiliki potensi adaptif yang sehat, salah satunya adalah kemampuan sosial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 individu perfeksionis self oriented dalam hal mengerti pesan nonverbal orang lain dan kemampuan melibatkan orang lain dalam percakapan. Selain itu, perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri ketika menghadapi masalah. Hal ini dapat menjadi kemampuan yang positif dalam penyelesaian konflik dengan pasangan. Konflik sesungguhnya dapat menguntungkan suatu hubungan ketika individu memanajemen konflik yang ada dengan manajemen konflik konstruktif. Perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan berfikir secara kostruktif dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif (Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., & Gary Winkworth, 2000). Hal ini membuat individu perfeksionisme self oriented cenderung untuk menggunakan gaya cooperative dalam memanajemen konfliknya. Sehingga mereka cenderung berorientasi pada orang lain dalam menyelesaikan konflik yang ada dan tidak hanya berfokus pada dirinya sendiri. Mereka juga cenderung berusaha untuk manjaga komunikasi tetap harmonis dan fokus pada kepentingan bersama dalam menyelesaikan konflik dengan pasangannya. Hal ini dapat terjadi karena seseorang dengan perfeksionisme self oriented memiliki kemampuan menyesuaikan diri saat menghadapi masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 Selain itu, kamampuan belajar yang dimiliki oleh individu perfeksionisme self oriented membantu ia dalam membuat penilaian ketika menghadapi masalah sehingga dapat mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak dengan melihat berbagai pilihan solusi dalam memecahkan masalah. Hal ini juga juga diperkuat dengan pernyataan Pierce dkk (1997) bahwa individu dengan perfeksionisme self oriented memiliki kemampuan dalam membangun dan mempertahankan hubungan (Williams, Meredith, Gary W, 2000). Dengan demikian, pengelolaan konflik dapat berjalan dengan baik sehingga dapat berpengaruh baik pada pengembangan pribadi dan membuat seseorang lebih memahami diri sendiri dan orang lain (Wood,2007). Hasil lain dari penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ada hubungan positif antara perfeksionisme interpersonal, yaitu other oriented perfectionism dengan manajemen konflik controlling. Penelitian ini menunjukan bahwa perfeksionisme interpersonal, yaitu perfeksionisme other oriented memiliki hubungan dengan manajemen konflik destruktif. Manajemen konflik yang destruktif dapat menyebabkan rusaknya suatu hubungan (Supratiknya, 1995). Hal ini juga didukung oleh sebuah penelitian yang menyatakan bahwa other oriented perfectionism juga berasosiasi dengan penyesuaian psikososial yang buruk (Stoeber, Joachim, 2012). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Adanya penyesuaian psikososial yang buruk membuat individu perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh individu perfeksionis (Flett, Gordon L, 2003). Pada penelitian lainnya yang melibatkan 58 pasangan mahasiswa memberikan hasil bahwa individu yang memiliki harapan-harapan perfeksionisme pada pasangan mereka memiliki kualitas hubungan yang rendah dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya (Arcuri Anna, 2013). Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling dengan skor signifikansi sebesar 0,032 dengan (p<0,05) menunjukan arti bahwa semakin tinggi perfeksionis other oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling. Individu dengan perfeksionisme other oriented akan cenderung untuk menuntut orang lain memenuhi standar-standarnya. Selain itu, ia juga memiliki perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain, dan mengevaluasi orang lain juga bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991). Hal ini membuat individu tersebut cenderung mengelola konflik mereka dengan gaya controlling, yaitu mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan atas penilaiannya sendiri. Keinginan untuk mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain juga menyebabkan mereka umumnya memanajemen konfliknya dengan berpatokan pada solusi yang membenarkan satu pihak dan membuat pihak lain salah (win-lose solution). Hal ini akan membuat hubungan mereka menjadi bermasalah, seperti dinyatakan pada sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan bahwa pacaran pada individu perfeksionisme memiliki tingkat kepuasan hubungan yang rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga menyebabkan tingkat komitmen yang rendah dalam hubungan pacaran mereka (Stober, Joachim, 2012). Selain itu, adanya kekhawatiran terhadap evaluasi pada individu perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah kepercayaan dan kepedulian, (Dunkley ,David. M, 2000). Other oriented perfectionism juga memperlihatkan tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan permusuhan pada orang lain. Hal ini membuat mereka memiliki keinginan untuk menang dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sendiri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain dalam menyelesaikan konflik yang ada. Orang dengan gaya manajemen konflik ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikannya daripada bertanggungjawab terhadap konflik (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Hal ini membuat tipe perfeksionisme other oriented memiliki banyak konflik dalam hubungan interpersonal (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman, 2001). Adanya hal tersebut juga mempengaruhi penyesuaian diri dan dukungan yang rendah antar pasangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dibahas tentang hubungan perfeksionisme dengan manajemen konflik pada dewasa awal yang menjalin relasi romantis maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : a. Ada hubungan positif signifikan antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis self oriented maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik cooperative oleh individu dan sebaliknya. b. Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis other oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling. c. Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non confrontation. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada individu. Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially prescribed maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation. B. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan, yaitu dalam membuat skala manajemen konflik jumlah soal yang diberikan terlalu banyak sehingga membuat subjek jenuh saat mengerjakannya. Hal ini juga menjadi hal yang sering kali dikeluhkan oleh beberapa subjek dalam mengerjakan skala manajemen konflik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 C. Saran 1. bagi penelitian yang akan datang : a. Peneliti selanjutnya permasalahan yang diharapkan terkait untuk dalam meneliti dengan berbagai hubungan pacaran dengan perfeksionisme karena penelitian tentang perfeksionis dalam hubungan pacaran di Indonesia masih sangat sedikit. b. Dalam pembuatan skala sebaiknya para peneliti selanjutnya dapat memperhatikan jumlah item dalam pembuatan alat ukur supaya tidak terlalu banyak. 2. Bagi individu perfeksionis yang menjalin hubungan romantis a. Individu yang memiliki kecenderungan perfeksionisme diharapkan untuk memperhatikan manajemen konflik yang digunakan dalam mengatasi konflik yang ada dalam hubungannya dengan cara konstruktif sehingga hubungan tersebut dapat terjaga/terjalin dengan baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati. (2004). Perfeksionisme, harga diri, dan kecenderungan depresi pada remaja akhir. Jurnal Psikologi, 1, 1 – 14 A.M.P, Monks F.J., Knoers., & Siti, Rahayu H. (1989). Psikologi perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Arcuri, Anna. (2013). Dyadic perfectionism, communication patterns and relationship quality in couples. Electronic Theses and Dissertations. Aswar, Saifuddin. (2007). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Chandra, Robby I. (1992). Konflik dalam hidup sehari-hari. Yogyakarta, Kanisius. Beebe, Steven. A., Susan J. Beebe., Mark V. Redmond. (1996). Interpersonal communication : relating to others. Needham Height, Simon & Schuster Company. Braiker, H., & Kelley, H. H. (1979). Conflict in the development of close relationships. In R. L. Burgess & T. L. Huston (Eds.), Social exchange in developing relationships. New York: Academic. Brandenberger, Amanda, J. (2001). Relationship conflict : the good and the ugly. Advences in Communication Theory & Research. Cicchetti, Domenic V. (1994). Guidelines, Criteria, and Rules of Thumb for Evaluating Normed and Standarduzed Assessment Instruments in Psychology. Psychological Assessment, 6 (4), 284-290. 93 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 Detik news. 2011. Tingkat Perceraian di Indonesia Meningkat. http://news.detik.com/berita/1696402/tingkat-perceraian-di-indonesiameningkat. Diakses 10 Februari 2017. Dunkley, David M., Tobey, Mandel., & Denise Ma. (2014). Perfectionism, neuroticism, and daily stress reactivity and coping effectiveness 6 months and 3 years later. Journal of Counseling Psychology, 61, 616–633. Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., & Gary Winkworth. (2000). The relation between perfectionism and distress : daily stress. coping, and perceived social support as mediators and moderators. Journal of Counseling Psychology. 47, 437-453. Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S. (2014). Kecenderungan pembelian kompulsif: Peran perfeksionisme dan gaya hidup hedonisme. Psikologia, 9(3), 103-112. Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman. (2001). Perfectionism, beliefs, and adjustment in dating relationships. Current Psychology : Development. 20, 289-311. Fletcher, Garth, J., Geoff, Thomas., Jefry, A. Simpson. (2000). Ideals, perceptions, and evaluatins in early relationship development. Journal of Personality and Social Psychology, 79, 933-940. Fox, Anne. (2009). Mengendalian konflik. Surabaya, Selaras Surabaya Publishing. Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa. (1996). Dimensions of perfectionism, psychosocial adjustment, and social skills. Personality Individual Differences, 20, 143-150. Ibrahim, Yuliani., Jamaluddin, Idris., & Nasir, Usman. (2012). Manajemen konflik dalam peningkatan Produktivitas di akademi kebidanan Muhammadiyah Banda aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 1, 70- 81. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 John W Santrock. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup. Jakarta, Erlangga. John, W Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga. Kurdek, Lawrence A. (1994). Conflict resolution styles in gay, lesbian, heterosexual nonparent, and heterosexual perent couples. Journal of Marriage and the Family, 705-722. Mackinnon, Sean .P., Simon, B. Sherry., Martin, M. Antony., Sherry, H. Stewart., Dayna, L. Sherry., Nikola Hartling. (2012). Caught in a bad romance: perfectionism, conflict, and depression in romantic relationships. Journal of Family Psychology. 26, 215–225. Mee, Foo Fatt., Siti, Aishah Hassan., Maznah, Baba., Mansor, Abu Talib., Noor, Syamilah Zakaria. (2015). Relationship between Perfectionism and Marital Satisfaction among Graduate Students. International Journal of Education and Research.3. Michelle, Haring., & Paul, L. Hewitt. (2003). Perfectionism, coping, and quality of intimate relationships. Journal of Marriage and Family, 65, 143-158. Narimawati, Umi., Dan Munandar, Dadang. (2008). Teknik Sampling : Teori dan prakik dengan SPSS 15. Yogyajakarta. Gava Media. Papalia, Diane, E., dkk. (2008). Human Development Psikologi perkembangan. Jakarta. Prenada Media group. Papilia, Diane. E., Sally Wendkos. O., & Ruth, Duskin. F. (2009). Human development : perkembangan manusia. Jakarta, Salemba Humanika. Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. (2014). Meyelami Perkembangan Manusia : Experience Human Development. Jakarta. Salemba Humanika. Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail. (1991). The multidimensional Perfectionism Scale : Reliability validity, and psychometric properties in psychiatric samples. Journal of Consulting Clinical Psychology, 3, 464-468. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 Paul, L. Hewitt., & Goldon, L. Flett. (1991). Perfectionism in the self and social contexts: Conceptualization, assessment, and association with psychopathology. Journal of Personality and Social Psychology, 60, 456-470. Paul, L. Hewitt., & Goldon, L. Flett. (1991). Dimensions of perfectionism in unipolar depression. Journal of Abnormal Psychology, 1, 98-101. Pranungsari, Dessy. (2010). Kecenderungan dan perfeksionisme pada anak gifted dikelas ekselerasi. Humanitas. 7. Purwanto, E. A., dan Dyah, R. S. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta. Santoso, Agung. (2010). Statistika untuk psikologi : dari blog menjadi buku. Yogyakarta, Penerbit Universitas Sanata Dharma. Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah Genis B) Jakarta: Erlangga. Sarwono Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta, Graha Ilmu. Sumanto. (2014). Psikologi Perkembangan (Fungsi dan Teori). Jakarta, PT Buku Seru. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antarprigooi. Yogyakarta, Kanisius. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologi. Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma Stober, Joachim. (1998). The fost multidimensional perfectionism scale revisited : more perfectionism with four (intead of six) dimensions. Personality and Individual Differences, 24 (4), 481-491. Stoeber, J. (2012). Dyadic perfectionism in romantic relationships: Predicting relationship satisfaction and longterm commitment. Personality and Individual Differences, 53(3), 300-305. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 Sugiyono, Prof. Dr. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta. Weber, Marla, Reese. (2015). Intimacy, communication, and aggressive behaviors : variations by phases of romantic relationship development. Journal of Personal Relationships. Winardi. (1994). Manajemen konflik : konflik perubahan dan pengembangan. Bandung, Mandar Maju. Wood, Julia T. (2007). Interpersonal communication encounters. United State Of America, Thomson Higher Education. Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, aplikasi, dan penelitian. Jakarta, Selemba Humanika. Taylor Shelley E., et al. (2009). Psikologi Sosial edisi kedua Belas. Jakarta, Kencana. Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih. (2000). Penggunaan manajemen konflik Ditinjau dari status keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan pecinta alam di universitas gadjah mada Yogyakarta. Jurnal Psikologi, 2, 111 – 119. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 1 Skala Perfeksionisme SKALA PENELITIAN Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan Perkenalkan, saya adalah Agatha Asih Widiningrum, mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saya ingin lebih memahami dinamika pengalaman dalam relasi romantis. Untuk itu kami meminta partisipasi teman-teman untuk mengisi angket yang telah kami siapkan ini. Jika teman-teman mengisi angket ini, maka teman-teman memberikan sumbangsih pada pemahaman tentang relasi romantis saat ini. Informasi yang teman-teman berikan menjadi informasi yang berharga apabila temanteman memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pengisian angket ini. Semua jawaban yang diberikan teman-teman adalah jawaban yang baik dan benar apabila teman-teman mengerjakan sesuai dengan keadaan teman-teman yang sesungguhnya. Kami sangat memahami bahwa informasi yang teman-teman berikan mungkin bersifat pribadi dan sangat privasi, oleh karena itu kami menjaga kerahasiaan jawaban teman-teman. Angket ini bersifat anonim atau tanpa nama sehingga kami tidak mengetahui identitas teman-teman. Kami sangat berterima kasih apabila teman-teman bersedia untuk membaca dan mengisi setiap pernyataan yang ada dalam skala ini sesuai dengan keadaan dan kondisi sesungguhnya teman-teman saat ini. Tidak ada jawaban benar ataupun salah, baik ataupun buruk dalam pengisian skala ini. Semua jawaban yang diberikan teman-teman adalah jawaban yang baik dan benar apabila teman-teman mengerjakan sesuai dengan keadaan teman-teman yang sesungguhnya. 98 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Jika teman-teman sudah jelas dengan penjelasan kami, dan bersedia mengisi angket, silakan teman-teman memberikan tanda tangan sebagai tanda persetujuan bahwa kalian bersedia mengisi angket ini. _______________________________________________________________ Saya telah membaca dan memahami penjelasan tentang pengisian angket ini, dan saya bersedia mengisi angket ini. Ttd, IDENTITAS Inisial : .................... Usia : .................... tahun Jenis Kelamin Suku : L / P (lingkari jawaban yang betul) : .......................... Berapa lama kamu telah berpacaran? ……………………………. Apakah hubunganmu dengan pasanganmu termasuk pacaran jarak jauh? a. YA b. TIDAK PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 BAGIAN 1 Di bawah ini, ada beberapa pernyataan yang teman-teman alami dalam kehidupan. Silahkan baca dan perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama dan berilah tanda silang (X) pada kolom yang berada di sebelah kanan pernyataan sesuai dengan keadaan teman-teman yang sesungguhnya. STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju ATS : Agak Tidak Setuju N : Netral AS : Agak Setuju S : Setuju SS : Sangat Setuju Di bawah ini adalah contoh pernyataan dan contoh jawabannya: No. 1. PERNYATAAN Ketika saya mengerjakan sesuatu, saya tidak STS TS ATS N AS S SS X bisa bersantai sampai hal tersebut selesai dengan sempurna. Mohon jawab setiap pernyataan yang ada pada angket ini dan jangan sampai ada yang terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi teman-teman yang sesungguhnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 No. 1. PERNYATAAN Saya tidak bisa bersantai sebelum hal yang saya kerjakan selesai dengan sempurna 2. Saya tidak akan mengkritik seseorang yang gampang menyerah. 3. Bukan merupakan hal yang penting jika orang-orang yang dekat dengan saya sukses. 4. Ketika teman saya tidak berusaha mengerjakan sesuatu sebaik mungkin maka saya tidak akan mengomentari dan mengkritiknya 5. Saya merasa kesulitan memenuhi harapan yang orang lain inginkan dari diri saya 6. Salah satu tujuan saya adalah untuk menjadi sempurna dalam segala hal yang saya lakukan. 7. Segala hal yang dilakukan orang lain harus sempurna 8. Dalam pekerjaan saya tidak pernah ingin sempurna STS TS ATS N AS S SS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 9. Orang-orang tidak mempermasalahkan ketika saya membuat kesalahan 10. Tidak masalah ketika seseorang yang dekat dengan saya tidak melakukan yang terbaik. 11. Jika saya mengerjakan sesuatu dengan baik maka oranglain akan menuntut saya lebih banyak 12. Saya jarang merasakan kebutuhan untuk menjadi sempurna. 13. Apa pun yang saya lakukan yang kurang dari sempurna akan terlihat seperti pekerjaan yang buruk oleh orang-orang di sekitar saya. 14. Saya berusaha untuk menjadi sesempurna yang saya bisa. 15. Sangatlah penting bahwa saya sempurna dalam segala hal yang saya coba. 16. Saya memiliki harapan yang tinggi untuk orang-orang yang penting bagi saya. 17. Saya berusaha untuk melakukan segala hal sesempurna mungkin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 18. Orang-orang di sekitar saya mengharapkan saya untuk sukses di segala sesuatu yang saya lakukan. 19. Saya tidak mengharapkan orang-orang disekitar saya selalu melakukan segala sesuatu dengan sangat baik 20. Saya menuntut kesempurnaan dari diri saya 21. Orang lain akan menyukai saya bahkan jika saya tidak unggul dalam segalanya. 22. Saya tidak suka berurusan dengan orang yang tidak mau memperbaiki dirinya 23. Saya merasa tidak nyaman ketika melihat kesalahan di dalam pekerjaan saya. 24. Saya tidak mengharapkan teman-teman saya untuk menjadi yang terbaik dalam banyak hal 25. Saya merasa sukses ketika pekerjaan saya berhasil menyenangkan orang lain 26. Jika saya meminta seseorang untuk melakukan sesuatu, saya berharap hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 tersebut dilakukan dengan sempurna. 27. Saya tidak tahan melihat orang-orang yang dekat dengan saya membuat kesalahan. 28. Saya perfeksionis dalam menetapkan tujuan saya. 29. Orang-orang yang berarti untuk saya seharusnya tidak pernah mengecewakan saya. 30. Walaupun saya tidak sukses, orang lain akan berfikir saya baik-baik saja 31. Saya merasa bahwa orang-orang terlalu menuntut saya. 32. Saya harus bekerja sebaik mungkin setiap saat. 33. Saya merasa orang lain akan sangat marah pada saya ketika saya membuat kesalahan 34. Saya tidak harus menjadi yang terbaik di dalam apa pun yang saya lakukan. 35. Keluarga saya mengharapkan saya untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 selalu menjadi yang terbaik 36. Saya tidak memiliki cita-cita yang sangat tinggi untuk diri saya 37. Orang tua saya tidak mengharapkan saya untuk selalu unggul dalam segala hal 38. Saya tidak masalah bergaul dengan orangorang yang tidak selalu unggul dalam banyak hal 39. Orang-orang mengharapkan kesempurnaan dari saya. 40. Saya menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri. 41. Orang-orang mengharapkan lebih dari yang saya mampu. 42. Saya harus selalu sukses di sekolah atau dalam pekerjaan. 43. Tidak masalah bagi saya ketika teman dekat saya tidak mencoba sebaik yang mereka bisa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 44. Saya merasa orang-orang masih menganggap saya kompeten walaupun saya membuat kesalahan 45. Saya jarang mengharapkan orang lain untuk unggul dalam apa pun yang mereka lakukan. Silahkan periksa kembali jawaban teman-teman, jangan sampai ada yang terlewat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 LAMPIRAN 2 Skala Manajemen Konflik pada Dewasa Awal Berpacaran BAGIAN 2 Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai penyelesaian masalah dalam hubungan berpacaran. Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban dari tiap pernyataan dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut teman-teman paling sesuai atau mendekati keadaan teman-teman. Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, serta tidak ada jawaban benar dan salah. Silahkan memberikan jawaban untuk setiap pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewat. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda. Dibawah ini adalah contoh pernyataan dan jawaban Ketika kamu ingin pergi ketempat makan A tetapi pasanganmu ingin ke tempat makan B maka kamu akan... A. Memilih tempat makan yang mendekati keinginan kita berdua B. Mengikuti pilihan pasangan C. Mengajak pasangan untuk ke tempat makan pilihan saya Mohon menjawab setiap pernyataan yang ada pada angket ini dan jangan sampai ada yang terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi teman-teman yang sesungguhnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 1. Ketika kamu ingin pergi ketempat makan A tetapi pasanganmu ingin ke tempat makan B maka kamu akan... A. Memilih tempat makan yang mendekati keinginan kita berdua B. Mengikuti pilihan pasangan C. Mengajak pasangan untuk ke tempat makan pilihan saya 2. Ketika pasangan saya terlalu sibuk dengan kegiatannya dan tidak memiliki waktu untuk saya, maka saya akan.... A. Memintanya untuk mengurangi kegiatannya jika tidak ingin bertengkar terus menerus karena hal tersebut hingga merusak hubungan kami B. Mencoba mengatasinya dengan mencari solusi yang tidak merugikan kami berdua C. Mencoba mengatasinya dengan mengalah dan mengerti keadaannya 3. Ketika pasangan saya salah paham dengan saya sehingga ia menjadi marah pada saya, maka saya akan.... A. meminta maaf terlebih dahulu agar pasangan saya lebih tenang lalu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi B. menjelaskan kesalahpahaman tersebut dan menyalahkan pasangan karena marah sebelum mendengarkan penjelasan saya C. Memahami kenapa pasangan bersikap seperti itu dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 4. Saat saya sedang sangat membutuhkan pasangan saya, namun ia tidak dapat menemani saya, maka saya akan... A. Meminta secara terus menerus hingga ia mau menemani saya B. Saling mengungkapkan alasan kami terkait keiginan saya dan ketidakbisaan ia tanpa membahas masalah lain yang tidak terkait hal ini C. Memilih tidak banyak berkomentar pada penolakannya supaya kami tidak berdebat panjang tentang hal tersebut 5. Saat pendapat saya dan pasangan berbeda dalam menyelesaikan suatu permasalahan, maka saya akan.... A. Mendiskusikan perbedaan tersebut hingga kami sepakat memilih sebuah solusi untuk menyelesaikan permasalah kami B. Membiarkan pasangan yang memilih solusi dari masalah kami dan berusaha menyesuaikan diri dengan pemikiran pasangan saya C. Berusaha untuk membuat pasangan saya menyetujui pendapat saya karena solusi yang saya pilih lebih tepat untuk menyelsaikan masalah yang ada 6. Saat pasangan saya bersikukuh pada keinginannya dan tidak mau mendengarkan pendapat saya, maka saya akan.... A. Berusaha untuk diam sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar B. Mencari solusi yang terbaik dan menyakinkan pasangan untuk menggunakan solusi yang telah saya buat C. Mencari solusi bersama yang sekiranya tidak menyakiti perasaan saya dan pasangan saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 7. Ketika pasangan saya bertemu dengan mantan pacarnya tanpa sepengetahuan saya, maka saya akan..... A. Memintanya berjanji untuk tidak akan menyulanginya lagi jika tidak maka saya akan meminta putus dengannya B. Mencari solusi yang berfokus pada hubungan kami tanpa membahas kesalahan-kesalahan yang yang pernah pasangan saya lakukan sebelumnya C. Menanyakan padanya tetapi saat ia menjadi sangat marah maka saya akan mengalah 8. Ketika saya mengetahui bahwa pasangan saya sering pergi bersama dengan salah satu teman lawan jenisnya yang tidak saya sukai, maka saya akan.... A. Menunda untuk membicarakan hal tersebut karena malas bertengkar dengan pasangan saya B. Melarang pasangan untuk tidak pergi lagi dengan temannya tersebut C. Mendiskusikan tanpa menyinggung tentang permasalahan lainnya 9. Ketika saya merasa salah satu sifat pasangan mengganggu saya, maka yang saya lakukan adalah.... A. Menyampaikan keluh kesah tanpa membuat penilaian B. Tidak mempermasalahkan hal tersebut C. Menyuruhnya untuk berubah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 10. Saya mendapati pasangan saya berbohong pada saya bahwa ia sedang berada di rumahnya padahal saat saya berkunjung ke rumahnya ia tidak ada disana, lalu saya akan... A. Mencoba bersikap tenang dan menanyakan alasan kebohongannya juga mencari solusi bersama untuk hal tersebut B. Menunda membicarakan hal tersebut hingga emosi saya mereda C. Langsung menghubunginya dan menyatakan kebohongannya sehingga ia merasa bersalah kepada saya 11. Ketika pasangan saya selalu melibatkan temannya untuk menyelesaikan permasalahan kami saat bertengkar, maka saya akan.... A. Membiarkannya ia melakukannya B. Berbicara dan mengarahkan pasangan saya pada hal yang saya mau untuk menyelesaikan masalah tersebut C. Menyampaikan ketidaksukaan saya terhadap sikapnya tersebut 12. Saat saya menjadi lebih emosional karena tidak bisa mengungkapkan rasa rindu sama terhadap pasangan saya, maka saya akan.... A. Menyalahkan pasangan yang tidak peka pada perasaan saya B. Menjelaskan kepada pasangan sebelum hal tersebut terjadi sehingga ketika hal itu terjadi pasangan saya dapat mengerti kenapa saya bersikap demikian C. Memilih untuk diam hingga perasaan saya dapat terkendali PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 13. Ketika saya melihat pasangan saya sedang berada di suatu tempat dengan temantemannya padahal sebelumnya ia mengatakan bahwa ia sedang dirumah, maka saya akan.... A. Memilih untuk tidak membicarakan dengan pasangan dan berpura-pura tidak tau agar kami tidak bertengkar B. Mengancam untuk putus dengannya jika ia sampai berbohong lagi C. Saling menjelaskan apa yang kami rasakan secara bergantian dan mencari solusi yang terbaik bagi kami berdua 14. Saat pasangan saya marah tanpa alasan yang jelas pada saya, maka saya akan.... A. Berbalik marah kepada pasangan B. Mengajaknya bicara berdua C. Membujuknya untuk tidak marah lagi 15. Saat pasangan saya marah karena salah menangkap arti dari kata-kata saya, maka saya akan... A. Menjelaskan dan meluruskan permasalahan tersebut B. Mengaku salah dan langsung meminta maaf C. Mengancam akan meninggalkan pasangan saya jika ia tetap marah 16. Ketika pasangan saya tidak mau menerima alasan apapun saat saya tidak bisa menepati janji untuk menemuinya, maka saya akan.... A. Berbalik mendebat pasangan tentang sikapnya tersebut hingga ia mengalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 B. Menunggu agar ia lebih tenang setelah itu mengajaknya bicara dan menjelaskan alasan saya hingga ia mengerti C. Berusaha meminta maaf bagaimanapun caranya agar pasangan saya tidak marah lagi 17. Ketika kami memiliki masalah dan pasangan saya lebih percaya pada perkataan orang lain daripada saya, maka saya akan.... A. Menanyakan alasan kenapa ia lebih mempercayai orang lain dan memberitahu pendapat saya tentang hal tersebut B. Membujuk pasangan saya agar tidak mempercayai pendapat orang lain dan mencoba meredam emosinya C. Menyakinkan pasangan saya bahwa hal yang dilakukannya adalah salah dan hal tersebut menyakiti perasaan saya 18. Saat pasangan saya sudah berjanji menemani saya pergi kesuatu tempat tetapi tibatiba ia membatalkan janji tersebut, maka saya akan.... A. Mencoba menerima perilakunya tersebut walaupun saya merasa kesal B. Memintanya menjelaskan kemudian memutuskan apakah pendapatnya bisa saya terima atau tidak sebelum saya mengambil keputusan C. Meminta penjelasannya terlebih dahulu tentang alasannya dan bersama-sama membicarakan hal tersebut 19. Ketika pasangan saya mudah menyatakan kata putus saat kami bertengkar, maka saya akan.... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 A. Menyetujuinya agar saya tidak kalah darinya dan membuat ia merasa berkuasa B. Mengajaknya untuk fokus pada permasalahan yang dihadapi C. Membujuk dan meminta maaf saat pasangan saya terlihat sudah sangat marah 20. Ketika pasangan saya mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan saya, maka saya akan.... A. Memendamnya dalam hati B. Memintanya untuk merenung dan merubah perilakunya tersebut C. Membicarakannya dengan tenang dan saling mengungkapkan perasaan tentang kejadian tersebut hingga kami bisa memikirkan solusi yang tepat 21. Saya tidak suka ketika pasangan saya sering menceritakan permasalahan pribadi kami kepada orang lain, oleh karena itu saya akan... A. Membicarakan pada pasangan saya tentang hal tersebut dan saling memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan B. Berusaha untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut C. Marah dan meminta pasangan untuk merubah perilakunya tersebut 22. Ketika saya dan pasangan sudah memiliki janji tetapi pasangan saya tidak tepat waktu, maka saya akan... A. Mengungkapkan perasaan saya dan mendiskusikannya B. Memilih diam untuk menghindari konflik yang lebih besar C. Marah kepadanya hingga ia mengaku salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 23. Ketika pasangan saya melarang saya mengikuti beberapa kegiatan yang ingin saya ikuti, maka saya akan... A. Menanyakan alasannya dan berusaha mencari solusi yang tidak menyakiti perasaan kami berdua B. Menuruti kemauan pasangan agar tidak membuat masalah tersebut menjadi lebih besar C. Tetap melakukan kegiatan tersebut tanpa memperdulikan larangan pasangan saya 24. Ketika pasangan saya selalu mengecek chat di handphone saya saat kami sedang bersama, maka saya akan.... A. Membiarkannya saja untuk menghindari perdebatan yang panjang antara kami B. Secara langsung menyatakan ketidaksukaan saya tentang hal tersebut dan memintanya untuk mengubah perilakunya tersebut C. Berusaha mencari solusi yang tepat tanpa menyakiti perasaan pasangan saya 25. Saat pasangan saya tidak memperbolehkan saya untuk chatting dengan teman lawan jenis saya, maka saya akan.... A. Menuruti kemauan pasangan saya agar kami tidak bertengkar B. Berdebat tentang hal tersebut dengan pasangan hingga ia mau mengalah pada saya C. Mengajaknya bicara pelan-pelan dan mencari solusi yang terbaik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 26. Saya seringkali merasa curiga dengan pasangan saya ketika ia tidak sedang bersama saya, karena hal itu maka saya.... A. Selalu memeriksa apa yang sedang pasangan saya lakukan B. Menjelaskan perasaan saya sehingga kami bisa mencari solusi akan hal tersebut C. Mencoba menekan perasaan tersebut agar tidak menjadi masalah bagi hubungan kami 27. Ketika saya dan pasangan saya bertengkar, pasangan saya sering kali membandingkan sikap saya dengan mantan pacarnya, karena itu saya akan.... A. Memintanya untuk tidak melakukannya lagi atau saya akan kehilangan kesabaran dan meninggalkannya B. Mengatakan ketidaksukaan saya terhadap perilakunya dan memberikan dia waktu untuk menjelaskan alasan dari sikapnya C. Diam dan tidak mendebatnya kembali agar pertengkaran cepat selesai 28. Ketika saya mengetahui bahwa pasangan saya selingkuh dengan orang lain, maka saya akan... A. Meminta penjelasan dan mempertimbangkan dengan baik sebelum mengambil keputusan B. Tidak membahasnya dan berpura-pura tidak tahu C. Langsung memutuskan hubungan dengan pasangan saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 29. Saya merasa sulit terbuka dengan pasangan saya mengenai permasalahan yang sedang saya hadapi, oleh karena itu saya.... A. Menunggu pasangan saya menanyakan permasalahan ini pada saya agar saya bisa mencoba terbuka B. Tetap melakukan hal yang sama karena hal itu urusan saya dan saya merasa bahwa pasangan saya tidak perlu mengetahuinya C. Mencoba memberitahu pasangan tentang masalah saya ini dan menanyakan pendapatnya untuk apa yang harus kami lakukan jika situasi terjadi 30. Ketika saya ingin mengenal pasangan saya lebih jauh tetapi pasangan saya tidak menunjukan antusiasme yang sama dengan saya, maka saya akan.... A. Membahas hal tersebut berkali-kali hingga pasangan saya sadar dan mau merubah sikapnya menjadi lebih antusias B. Membicarakan keinginan saya tentang hal tersebut dan meminta pendapat pasangan tentang hal tersebut juga C. Menghindari pembicaraan tentang hal tersebut karena pasangan saya tidak menyukainya 31. Ketika saya merasa tema pembicaraan saya dan pasangan seringkali tidak nyambung satu sama lain, maka saya akan.... A. Mengomentari tema pembicaraan yang dipilih oleh pasangan dan berusaha merubah tema pembicaraan B. Mengutarakan yang sesungguhnya sehingga pasangan saya juga tau apa yang saya rasakan dan mencoba beberapa hal untuk mengatasi hal tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 C. Bersikap seolah mengerti dengan apa yang pasangan saya katakan 32. Saat saya menganggap kekhawatiran pasangan saya berlebihan pada saya, maka saya akan.... A. Tidak mempermasalahkan hal tersebut agar kami tidak bertengkar kerena hal tersebut B. Menyalahkan perilakunya yang berlebihan dan memintanya untuk berhenti khawatir berlebihan pada saya C. Menenangkan dan memberikan penjelasan bahwa ia tidak perlu terlalu khawatir kepada saya 33. Saat saya ingin pasangan saya terbuka pada setiap kegiatannya tetapi ia merasa sikap saya tersebut mengganggunya, maka saya akan.... A. Berhenti menanyakan kegiatan-kegiatannya sesuai keinginan pasangan saya B. Berusaha membuatnya untuk terbuka pada saya bagaimanapun caranya C. Mencari penyelesaian dimana kami saling mentoleransi dan menekan ego kami demi hubungan ini 34. Saat pasangan saya tidak mendukung impian-impian saya, maka saya akan.... A. Menyalahkan sikap pasangan saya dan mengancam untuk mengakhiri hubungan ini B. Mengajaknya berdiskusi tentang alasan saya memilih impian tersebut dan alasan ia tidak mendukung impian tersebut C. Menyerah pada impian saya demi hubungan saya dengan pasangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 35. Ketika saya merasa bahwa tidak perlu untuk mengabari tentang keadaan saya setiap saat tetapi pasangan saya merasa hal tesebut perlu, maka saya akan.... A. Mencoba menemukan solusi yang baik untuk kami berdua B. Menuruti keinginannya C. Mempersuasi pasangan agar mengikuti keinginan saya untuk tidak mengabari setiap hari 36. Saat saya merasa permintaan pasangan saya untuk memberitahu semua kegiatan saya mengganggu privasi saya, maka saya akan... A. Membicarakannya dan mencari jalan tengah untuk permasalahan ini B. Mengajaknya bicara dan saat ia tetap marah maka saya akan menuruti kemauannya C. Mencoba membujuknya untuk tidak melakukan hal tersebut 37. Ketika saya sakit tetapi pasangan saya tidak menanyakan keadaan saya dan terkesan tidak peduli, maka saya akan.... A. Menjelaskan perasaan saya dan keinginan saya tanpa menghakimi kekasih saya tentang perilakunya B. Bersikap diam dan berusaha untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut C. Mengemukakan pendapat dan mengarahkan pasangan saya untuk mengubah perilakunya seperti yang saya mau 38. Ketika pasangan saya tidak pernah berinisiatif untuk menanyakan masalah saya dan selalu saya yang harus bercerita terlebih dulu, maka saya akan.... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 A. Saling menyatakan pendapat terhadap hal tersebut dan mencari solusi bersama B. Mencoba untuk mengerti sifat pasangan dan tidak mempermasalahkanya C. Memintanya untuk lebih berinisiatif menanyakan masalah saya dan memperhatikan saya 39. Saat pasangan saya lebih mengutamakan teman-temannya dan kegiatannya daripada saya, maka saya akan.... A. Pasrah karena sikap pasangan saya memang seperti itu B. Menunjukan bahwa saya terganggu dengan sikapnya hingga pasangan saya sadar dan mengubah sikapnya C. Mencari jalan keluar untuk masalah ini dengan tidak mengungkit masalah yang lalu 40. Ketika pasangan saya sering curhat di media sosial tentang permasalahan dalam hubungan kami sehingga diketahui oleh banyak orang, maka saya akan.... A. Mengatakan bahwa tindakannya tersebut memalukan dan membuat saya tidak suka sehingga ia harus mengubahnya B. Saling menjelaskan pendapat kami tentang hal tersebut sehingga kami saling memahami dan membuat solusi bersama C. Membiarkannya saja saja dan mencoba memahami karakter pasangan saya tersebut 41. Ketika kami sedang bersama tetapi pasangan saya lebih sibuk dengan HPnya maka saya akan.... A. Merebut hpnya sehingga ia lebih fokus pada saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 B. Membicarakan bahwa akan lebih baik jika kami fokus pada satu sama lain ketika bersama saja C. Bermain hp juga untuk menghindari kebosanan 42. Ketika saya merasa bahwa kami tidak perlu bertemu setiap hari tetapi pasangan saya merasa bahwa bertemu setiap hari adalah hal yang diperlukan, maka saya akan.... A. Mengajaknya mencari solusi yang tepat B. Menuruti keinginannya C. Mengabaikan keinginan pasangan karena saya tidak setuju dengan hal tersebut 43. Ketika pasanganmu mengungkit tentang kesalahanmu dimasa lalu saat bertengkar, maka kamu akan.... A. Ikut mengungkit masalah yang telah dilakukan pasangan saya di masa lalu hingga ia akhirnya yang meminta maaf pada saya B. Mengajaknya membicarakan hal tersebut dan bergantian menyampaikan keluh kesah kami terhadap hal tersebut C. Bersikap membantahnya dan membujuknya untuk tidak marah sebelum masalah menjadi lebih besar 44. Ketika saya merasa diri saya tidak sebanding dengan pasangan saya, maka saya akan.... A. Membicarakan tentang perasaan saya tersebut pada pasangan dan juga meminta masukan dari pasangan tentang hal tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 B. Berusaha untuk mengikuti setiap keputusan yang dibuat pasangan saya terkait hubungan kami C. Berusaha untuk meningkatkan diri agar pasangan saya tidak bisa meremehkan saya 45. Saat marah pasangan saya terkadang mengatakan kata-kata kasar yang menyakiti hati saya, oleh karena itu saya akan.... A. Membicarakan permasalahan ini tanpa mengungkit masalah yang lalu B. Menghiraukannya agar kemarahan pasangan saya cepat mereda C. Melawan balik dengan melakukan hal yang sama hingga pasangan saya meminta maaf lebih dulu pada saya 46. Ketika pasangan saya meremehkan pencapaian-pencapaian saya, maka saya akan.... A. Memilih mengalihkan perasaan saya dengan hal lain agar saya melupakan komentarnya yang menyakiti hati saya B. Memutuskannya karena ia menyakiti hati saya dengan hal tersebut C. Mengajaknya berdiskusi dan sama-sama menyampaikan perasaan kami tentang hal tersebut 47. Ketika pasangan saya merasa diabaikan karena saya lebih memprioritaskan pekerjaan saya, maka saya akan.... A. Langsung meminta maaf sebelum pasangan saya bertambah kesal pada saya B. Memintanya untuk mengerti saya C. Mendengarkan alasan dia merasa seperti itu dan berjanji untuk mencoba membagi waktu lebih baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 48. Ketika cara saya menunjukan rasa sayang kepada pasangan tidak sesuai dengan persepsi pasangan saya dan membuat kami bertengkar, maka saya akan.... A. Mengemukakan alasan saya tentang cara menunjukan rasa cinta yang menurut saya benar hingga pasangan saya berhenti mendebat saya B. Saling mengungkapkan pendapat tentang hal tersebut dan mendiskusikan apa yang sebaiknya kami lakukan C. Meminta maaf segera mungkin pada pasangan saya 49. Ketika pasangan saya mengejek selera saya dalam berpenampilan, maka saya akan.... A. Mengatakan untuk jangan melakukan hal tersebut dan memojokkannya dengan berbagai pendapat yang tidak bisa ia elakan B. Mengajaknya berdiskusi tentang hal tersebut C. Memilih untuk tidak berkomentar tentang ucapannya tersebut 50. Ketika pasangan saya tidak menyukai dan menghina perilaku atau sifat teman dekat saya, maka saya akan.... A. Balas menghina teman-teman pasangan saya sehingga ia sadar perilakunya tersebut menyakiti saya B. Memikirkannya dengan baik terlebih dahulu sebelum membicarakannya dengan pasangan C. Mengalihkan topik pembicaraan agar ia tidak mengungkit hal tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 51. Saat pasangan saya sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya tetapi ia tetap sama mengulanginya, maka saya akan.... A. Menolak membicarakannya agar tidak terjadi pertengkaran B. Memberikan peringatan terakhir dan akan memutuskannya jika ia mengulanginya sekali lagi C. Mendiskusikan dan mencari solusi yang terbaik 52. Ketika pasangan saya tidak konsisten dengan ucapannya pada saya, maka saya akan.... A. Langsung memafkannya B. membuatnya merasa bersalah pada saya sehingga ia akan meminta maaf pada saya C. Membahas persoalan ini dengan tenang tanpa mengungkit kesalahan pasangan yang lain Silahkan periksa kembali jawaban teman-teman, jangan sampai ada yang terlewat. Terimakasih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 LAMPIRAN 3 REALIBILITAS SKALA Realibilitas skala Perfeksionisme self-oriented perfectionism Manajemen Konflik Controlling Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha Reliability Statistics Cronbach's .819 15 Alpha .854 other-oriented perfectionism Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .623 15 socially prescribed perfectionism Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .706 14 Manajemen konflik cooperation Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items N of Items 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 .905 60 Manajemen Konflik Nonconfrontatif Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha .824 60 LAMPIRAN 4 Uji Deskriptif Mean Empiris Deskripsi data penelitian Variabel N Min Max Mean SD Perfeksionisme 101 58 97 78.02 10.163 101 51 90 67.15 8.183 101 33 88 67.13 8.983 101 13 51 34.56 8.810 self oriented Perfeksionisme other oriented Perfeksionisme socially prescribed Manajemen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 konflik cooperative Manajemen 101 0 30 8.58 5.990 101 0 29 8.91 5.597 konflik controlling Manajemen konflik non confrontation PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 Mean Teoritis Jumlah item : 15 Nilai minimal : 15 x 1 = 15 Nilai maksimal : 15 x 7 = 105 Rentang nilai : 15 - 105 Jarak : 105 – 15 = 90 Mean teoritik : (min+max)/2 = (15+105) : 2 = 120 : 2 = 60 Jumlah item : 60 Nilai minimal : 60 x 0 = 0 Nilai maksimal : 60 x 1 = 60 Rentang nilai : 0 - 60 Jarak : 60 – 0 = 60 Mean teoritik : (min+max)/2 = (0 + 60) : 2 = 60 : 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 = 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 LAMPIRAN 5 UJI NORMALITAS DATA self-oriented perfectionism Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df VAR00021 .078 101 .137 .969 101 a. Lilliefors Significance Correction Sig. .019 other-oriented perfectionism Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df * TOTAL .050 101 .200 .988 101 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Sig. .477 socially prescribed perfectionism Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df TOTAL .084 101 .074 .975 101 a. Lilliefors Significance Correction Sig. .048 Manajemen konflik cooperative Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df TOTAL .074 101 .191 .981 101 a. Lilliefors Significance Correction Sig. .142 Manajemen Konflik Controlling Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Total .139 101 .000 .925 101 a. Lilliefors Significance Correction Sig. .000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 Manajemen Konflik Nonconfrontation Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df TOTAL .139 101 .000 .925 101 a. Lilliefors Significance Correction Sig. .000 self-oriented perfectionism other-oriented perfectionism socially prescribed perfectionism Manajemen konflik cooperative Manajemen Konflik Nonconfrontation Manajemen Konflik Controlling PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 LAMPIRAN 6 UJI LINIERITAS ANOVA Table Sum of df Mean Squares (Combined) controlling * F Sig. Square 1742.987 32 54.468 2.007 .008 188.063 1 188.063 6.929 .010 1554.924 31 50.159 1.848 .018 Within Groups 1845.548 68 27.140 Total 3588.535 100 Between Linearity Groups Deviation from other Linearity ANOVA Table Sum of df Mean Squares nonconfrontatif * F Sig. Square (Combined) 952.285 34 28.008 .848 .696 Between Linearity 251.350 1 251.350 7.610 .008 Groups Deviation from 700.935 33 21.240 .643 .917 Within Groups 2179.913 66 33.029 Total 3132.198 100 soccially Linearity ANOVA Table Sum of df Mean Squares cooperatif * Between (Combined) self Groups Linearity F Sig. Square 4142.665 38 109.018 1.868 .014 335.288 1 335.288 5.745 .020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134 Deviation from 3807.377 37 102.902 Within Groups 3618.167 62 58.358 Total 7760.832 100 Linearity 1.763 .024 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 LAMPIRAN 7 UJI HIPOTESIS Correlations controlling 1.000 .185* . .032 101 101 Correlation Coefficient .185* 1.000 Sig. (1-tailed) .032 . N 101 101 Correlation Coefficient Controlling Sig. (1-tailed) N Spearman's rho Other other Correlations soccially 1.000 .304** . .001 101 101 .304** 1.000 Sig. (1-tailed) .001 . N 101 101 Correlation Coefficient Socially Sig. (1-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient nonconfrontatif nonconfrontatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Correlations self Pearson Correlation self 1 Sig. (1-tailed) N cooperatif cooperatif .208* .019 101 101 * 1 Pearson Correlation .208 Sig. (1-tailed) .019 N 101 *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). 101