Uploaded by elviraalinda24

129114006 full

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG
SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Agatha Asih Widiningrum
129114006
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Dunia tidak akan berubah untukmu tetapi kamu yang harus memberanikan diri
untuk mengubah dunia
-tha-
STOP LOOKING FOR PEOPLE TO CLAP FOR YOU. CLAP FOR
YOURSELF
-the good quote-
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini secara khusus dipersembahkan untuk
Tuhan Yesus, keluarga, dan sahabat
Ibu dan Bapak, my loving parents
Kakak-kakakku tercinta : mbak yeni, mas andi, mas anton
Para sahabat
Dan orang-orang yang telah memberikan segala pelajaran, pengalaman,
kebahagian maupun kesedihan bagiku
terima kasih untuk segala yang diberikan
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG
SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN
Agatha Asih Widiningrum
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi antara tipe
perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada dewasa awal yang sedang berpacaran.
Hipotesis penelitian ini, yaitu (1) ada hubungan positif antara perfeksionisme self oriented dengan
manajemen konflik cooperative (2) ada hubungan positif antara perfeksionisme other oriented
dengan manajemen konflik controlling (3) hubungan positif antara perfeksionisme socially
prescribed dengan manajemen conflik non confrontation. Subjek penelitian sebanyak 101 orang
dengan rentang usia mulai dari 18 tahun sampai dengan 25 tahun. Jenis penelitian ini adalah
penelitian korelasional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan google doc yang disebarkan
melalui media online. Koefisien reliabilitas dari skala perfeksionisme adalah 0,82 pada selforiented, 0,62 pada other-oriented, dan 0,71 pada socially prescribed perfectionism dan koefisien
reliabilitas dari skala manajemen konflik adalah 0,90 pada gaya manajemen konflik cooperative,
0,82 pada gaya manajemen konflik nonconfrontation, dan 0,85 pada gaya manajemen konflik
controlling. Koefisien korelasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) 0,208 (p=0,019) pada
perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative (2) 0,185 (p=0,032) pada
perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling dan (3) 0,304 (p=0,001)
pada perfeksionisme socially priscribed dengan manajemen konflik nonconfrontative. Hal ini
menunjukan bahwa : (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme self
oriented dengan manajemen konflik cooperative (2) terdapat hubungan positif yang signifikan
antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling (3) terdapat
hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme socially prescribed dengan manajemen
conflik non confrontation.
Kata kunci : Perfeksionisme, Manajemen konflik, Dewasa awal, Hubungan Pacaran
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE RELATION BETWEEN TYPE OF PERFECTIONISM AND STYLE
OF CONFLICT MANAGEMENT OF EARLY ADULTS WHO ARE IN
DATING RELATIONS
Agatha Asih Widiningrum
ABSTRACT
The research aimed to know the signification relation between type of perfectionism and
style of conflict management of early adult who are in dating relationships. The hypotheses of the
research are (1) there is a positive relation between the self oriented perfectionism and the
cooperative conflict management, (2) there is a positive relation between the other oriented
perfectionism and the controlling conflict management, (3) there is a positive relation between the
socially prescribed perfectionism and the non-confrontational conflict management. The subjects
of the research are 101 people whose range of aged is from 18 until 25 years old. The type of the
research is a correlational research. The data of the research is collected through Google doc that
is spread through the online media. The reliabilities coefficient of the perfectionism scale shows
0.82 on the self oriented, 0.62 on the other oriented, and 0.71 on the socially prescribed
perfectionism. On the other hand, the reliability coefficient of the conflict management scale
shows 0.90 on cooperative type of management conflict, 0.82 on non-confrontation type of
management conflict, and 0.85 on controlling type of management conflict. The correlations
coefficient gained from the research are (1) 0.208 (p=0,019) on the self oriented perfectionism
and the cooperative management conflict, (2) 0.185 (p=0,032) on the other oriented perfectionism
and the controlling management conflict, (3) 0.304 (p=0,001) on the socially prescribe
perfectionism and the non-confrontational conflict management. The result shows that (1) there is
a significant positive relation between self oriented perfectionism and cooperative conflict
management, (2) there is a significant positive relation between other oriented perfectionism and
controlling conflict management, (3) there is a significant positive relation between socially
prescribe perfectionism and non-confrontational conflict management.
Key words: Perfectionism, Conflict Management, Early Adults Who Are in Dating Relationship
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karuniaNya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para pembaca.
Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus yang telah menginspirasi penulisan skripsi ini dari awal hingga
akhir, juga yang telah memberikan hikmat, pengertian, dan dorongan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang turut memberikan motivasi selama
penulisan skripsi ini.
3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma
4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., Psi selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu sabar membimbing dan memotivasi penulis menyusun skripsi
dari tahap ke tahap.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ratri Sunar Astuti M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
mendampingi proses kuliah dari awal hingga akhir, memberikan nasihatnasihat, dan motivasi untuk mengembangkan diri.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
berbagi ilmu, pengalaman, dan memberikan inspirasi untuk berkarya di dunia
psikologi.
7. Bapak dan ibu, terima kasih untuk dukungan dan kepercayaan padaku, juga
terimakasih selalu memberikan kasih sayang yang sangat berlimpah untukku,
I’m nothing without you, you’re my everything.
8. Mbak Yeni, mas Andi, mas Anton yang selalu menjaga dan bisa diandalkan
kapanpun dan dimanapun untuk adik kecilnya ini thankyou, I love you all.
9. Tephi, Melani, Gaby, Rezky terima kasih untuk canda, tawa, dan
dukungannya selama ini. Masa-masa kuliahku tidak akan spesial tanpa kalian
10. Theo, sahabatku yang bisa diandalkan dikala susah dan senang, tong
sampahku yang bisa membuatku nyaman berbagi cerita apapun tanpa merasa
dinilai. Thankyou so much
11. Sahabat-sahabatku dari masa alay sampai sekarang : pipin, lupi, M.U, oksa,
ria, akhirnya aku menyusul kalian lulus “yeeyyy” Thankyou buat semua
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Manajemen Konflik .................................................................................... 19
1. Pengertian Konflik ................................................................................ 19
2. Pengertian Manajemen Konflik ............................................................ 20
3. Gaya Manajemen Konflik ..................................................................... 21
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Konflik ...................... 26
C. Dewasa Awal .............................................................................................. 32
1. Pengertian Dewasa Awal ................................................................ 32
2. Hubungan Romantis pada Dewasa Awal ........................................ 33
D. Hubungan Romantis .................................................................................... 36
1. Periode Hubungan Romantis .......................................................... 36
E. Kecenderungan Konflik Dalam Hubungan ................................................. 38
F. Hubungan Antara Tipe Perfeksionis dengan Gaya Manajemen Konflik
pada Individu Dewasa Awal yang Berpacaran ........................................... 40
G. Hipotesis...................................................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 49
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 49
B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 49
C. Definisi Operasional.................................................................................... 50
1. Perfeksionisme ...................................................................................... 50
2. Manajemen Konflik .............................................................................. 51
D. Subjek Penelitian ......................................................................................... 53
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .......................................................... 54
1. Metode .................................................................................................. 54
2. Alat Pengumpulan Data ........................................................................ 55
3. Reliabilitas ............................................................................................ 56
F. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................ 59
1. Validitas .......................................................................................... 59
2. Seleksi Item ..................................................................................... 59
3. Reliabilitas ...................................................................................... 65
G. Metode Analisis Data .................................................................................. 67
1. Uji Asumsi ............................................................................................ 67
a. Uji Normalitas ................................................................................. 67
b. Uji Linieritas ................................................................................... 68
2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 68
H. Pelaksanaan Uji Coba ................................................................................. 68
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 71
A. PELAKSANAAN PENELITIAN ............................................................... 71
B. DESKRIPSI SUBJEK ................................................................................. 71
C. HASIL PENELITIAN................................................................................. 76
1. Uji Asumsi ............................................................................................ 76
a. Uji Normalitas ................................................................................. 76
b. Uji Linieritas ................................................................................... 78
c. Uji Hipotesis ................................................................................... 79
D. PEMBAHASAN ......................................................................................... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 90
A. Kesimpulan ................................................................................................. 90
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 91
C. Saran............................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 93
LAMPIRAN ............................................................................................................ 98
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1Persebaran Item Skala Multidimentional Perfectionism Scale.................... 98
Tabel 2 Persebaran Item Skala Manajemen Konflik ............................................... 58
Table 3 Blue Print Skala Perfeksionisme ................................................................ 61
Table 4 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Uji Coba ............................ 63
Table 5 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Penyusunan Ulang............. 64
Tabel 6 Deskripsi usia subjek penelitian ................................................................. 72
Tabel 7 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian .................................................. 72
Tabel 8 Deskripsi lama subjek manjalani hubungan pacaran ................................. 73
Tabel 9 Deskripsi status pacaran subjek penelitian ................................................. 73
Tabel 10 Deskripsi data penelitian .......................................................................... 74
Tabel 11 Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris ................................................... 75
Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik ..... 77
Tabel 13 Hasil Uji Lineritas .................................................................................... 78
Tabel 14 Hasil skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen
konflik cooperative ................................................................................................. 79
Tabel 15 Hasil skor korelasi antara perfeksionis other oriented, socially
prescribed dengan manajemen konflik controlling, non confrontation... 80
xvi
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Skala Perfeksionisme ..................................................................... 98
LAMPIRAN 2. Skala Manajemen Konflik dalam relasi romantis........................ 108
LAMPIRAN 3. Reliabilitas Skala ......................................................................... 126
LAMPIRAN 4. Uji Deskriptif Mean Empiris ....................................................... 127
LAMPIRAN 5. Uji Normalitas Data ..................................................................... 131
LAMPIRAN 6. Uji Linieritas ................................................................................ 133
LAMPIRAN 7.Uji Hipotesis ................................................................................. 135
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
LATAR BELAKANG
Berpacaran merupakan kebutuhan penting terutama bagi dewasa awal, hal ini
karena berpacaran merupakan salah satu bentuk dari relasi romantis yang menjadi
tugas utama bagi dewasa awal. Hubungan pacaran bertujuan untuk membentuk
hubungan asmara dengan pasangan. Dalam tahap ini, individu dewasa awal
mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. (Santrock,
2012).
Akan tetapi, dalam berpacaran terdapat berbagai konflik yang dapat
menyebabkan rusaknya suatu hubungan. Hal ini dapat dilihat dari survey yang telah
dilakukan oleh peneliti kepada 24 individu dewasa awal yang sedang berpacaran
dimana terdapat beberapa hal yang menjadi konflik dalam berpacaran. Konflikkonflik yang paling sering disebutkan oleh responden adalah tidak adanya pengertian,
berbeda pendapat, kepedulian yang kurang, dan komunikasi yang buruk. Hal ini juga
diperkuat dengan sebuah penelitian yang dinyatakan oleh Brandenberger (2002)
bahwa jenis konflik yang paling umum muncul dalam hubungan intim salah satunya
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
adalah ketidaksepakatan, dan tidak memiliki waktu bersama yang cukup
(Brandenberger, Amanda, 2007).
Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas hubungan yang buruk.
Padahal, baik-buruknya suatu kualitas hubungan sangat penting dalam pembentukan
identitas individu dewasa awal (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009,
dalam Papalia,2014).
Untuk menangani konflik tersebut maka diperlukan adanya suatu cara
penyelesaian. Hal ini karena konflik dalam suatu hubungan sesungguhnya dapat
berpengaruh positif atau negatif tergantung pada cara penyelesaian konflik tersebut.
Jika konflik ditangani dengan cara yang baik maka hal ini akan berpengaruh baik bagi
perkembangan pribadi dan juga membuat seseorang lebih memahami diri sendiri dan
orang lain (Wood, 2007). Namun, apabila konflik tidak ditangani dengan cara yang
tepat maka dapat merusak suatu hubungan (Supratiknya, 1995).
Cara yang dipilih oleh seseorang dalam menghadapi suatu konflik disebut
manajemen konflik (Winardi, 1994). Jika seseorang tidak memiliki manajemen
konflik yang baik, maka masalah sekecil apapun akan menjadi persoalan yang besar
(Wood,2007). Hal ini juga diperkuat dengan sebuah penelitian yang menyatakan
bahwa manajemen konflik yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mempengaruhi tingkat stress dalam hubungan, keintiman dan kepuasan dalam
hubungan tersebut (Stolarski, Maciej, Slawomir, Postek, Magdalena, Smieja, 2011).
Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau pihak
ketiga yang menyusun dan menerapkan strategi konflik untuk mengendalikan konflik
agar menghasilkan hasil yang diinginkan (Wirawan, 2010). Manajemen konflik
dibagi menjadi tiga gaya, yaitu gaya cooperative, gaya nonconfrontation dan gaya
controlling. Ketiga gaya tersebut dikelompokan menjadi manajemen konflik yang
bersifat destruktif dan manajemen konflik yang bersifat konstruktif.
Seseorang yang memiliki manajemen konflik konstruktif cenderung akan
menggunakan penyelesaian konflik yang positif dan berusaha untuk menjaga
hubungan dengan pihak yang berkonflik sehingga tetap dapat membangun hubungan
yang harmonis (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti, 2000). Gaya manajemen konflik
yang bersifat konstruktif adalah gaya cooperative. Seseorang yang memiliki gaya ini
dapat menyelesaikan konflik yang ada dengan menggunakan pandangan orang lain
dan menggunakan win-win solution sebagai teknik selanjutnya (Beebe, Steven A,
dkk, 1996).
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rusbult (1991) menyatakan
bahwa hubungan akan menjadi kuat ketika individu menggunakan gaya cooperative
dan perilaku aktif untuk mengelola perbedaan pendapat. Para peneliti juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menyatakan bahwa pemecahan masalah secara positif yang melibatkan perilaku aktif
dan konstruktif, adalah prediksi yang baik dari kualitas relasional dan stabilitas
(Kurdek, 1994, dalam A. J. Merrola, 2014).
Sebaliknya, manajemen konflik destruktif mengacu pada satu pihak yang
berusaha untuk mengubah struktur hubungan dan membatasi pilihan pihak lain untuk
mendapatkan keuntungan yang sepihak. Konflik dapat menjadi destruktif ketika
orang melihat perbedaan mereka dari pandangan kalah menang (win-lose) daripada
melihat dari solusi yang memungkinkan setiap individu untuk mendapat keuntungan.
Jika individu menganggap bahwa satu orang akan kalah, maka iklim kompetitif yang
dihasilkan akan menghalangi kerjasama dan fleksibilitas (Beebe, 1996). Selain itu,
konflik menjadi tidak terselesaikan disebabkan salah satu pihak menarik diri. Hal ini
dilakukan dengan pikiran bahwa pihak yang lain akan dirugikan dengan keputusan ini
(Chandra, Robby I, 1992).
Dalam hal ini, gaya nonconfrontation dan gaya controlling termasuk dalam
manajemen konflik destruktif. Gaya nonconfrontation adalah gaya pendekatan untuk
manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari konflik atau
memberikannya kepada orang lain, salah satu bentuk dari gaya ini adalah menarik diri
dan menghindar (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Sedangkan gaya controlling adalah
manajemen konflik yang dilakukan dengan cara mendominasi orang lain dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
membuat keputusan berdasarkan penilaiannya. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Kurdek (1994) menyatakan bahwa gaya manajemen konflik yang
termasuk dalam sifat destruktif ini berkorelasi signifikan negative dengan kepuasan
hubungan. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi gaya manajemen konflik ini
maka akan semakin rendah kepuasan hubungan yang dimiliki.
Manajemen konflik sendiri memiliki peran penting dalam menyelesaikan
konflik dalam hubungan pacaran. Salah satu hal yang berkontribusi menimbulkan
konflik dalam hubungan pacaran adalah sifat perfeksionisme (Barbato & D’Avanzo,
2009, dalam Mackinon, Sean P & Simon B. Sherry, martin, Dayna, 2012).
Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah keinginan untuk mencapai
kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang
tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki harapan
kesempurnaan pada dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Perfeksionisme dibagi
menjadi dua bagian, yaitu perfeksionisme interpersonal dan perfeksionisme
intrapersonal. Pada perfeksionisme interpersonal terdapat dua tipe perfeksionisme,
yaitu other oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism. Sedangkan
pada perfeksionisme intrapersonal terdapat satu tipe, yaitu self oriented perfectionism.
Seseorang yang memiliki perfeksionisme interpersonal other oriented
memiliki kecenderungan untuk menuntut orang lain agar memenuhi standar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
standarnya. Hal ini membuat orang dengan other oriented perfectionism cenderung
memperhatikan kesalahan orang lain secara berlebihan, mengevaluasi dan bereaksi
berlebihan terhadap kegagalan orang lain (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy,
Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991). Oleh karena itu, individu
perfeksionis memiliki sikap kurang percaya, menyalahkan orang lain, dan
membangun rasa permusuhan terhadap orang lain.
Selanjutnya pada individu yang memiliki socially prescribed perfectionism
akan cenderung merasa bahwa orang lain menuntut dan mengharapkan dirinya untuk
selalu berhasil mencapai prestasi dengan standar yang tidak realistis (Blatt, 1995
dalam Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati, 2004). Hal ini membuat individu
dengan socially prescribed perfectionism juga merasa tuntutan atau harapan tersebut
harus dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungan.
Oleh karena itu, mereka memiliki ketakutan yang besar terhadap evaluasi negatif dari
orang lain dan cenderung menghindari penolakan dari orang lain (Hewitt & Armada
2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015).
Akan tetapi, hal ini dapat berbeda ketika seseorang memiliki perfeksionisme
intrapersonal self oriented. Hal ini karena individu ini akan memiliki potensi adaptif
sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar.
Selain itu, mereka yang memiliki self oriented perfectionism juga memiliki motivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
untuk mencapai kesempurnaan serta berusaha untuk menghindari kegagalan (Paul, L.
Hewitt., & Goldon, L. Flett, 1991). Hal tersebut juga membuat self oriented
perfectionism tidak memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku intrapersonal
(Michelle, Haring., & Paul, L. Hewitt, 2003). Individu dengan self oriented
perfectionism memiliki kaitan dengan sikap altruisme sosial, kemampuan untuk
mengerti pesan nonverbal dari oranglain dan mengajak atau melibatkan orang lain
dalam percakapan (Flett & Hewitt & De Rosa, 1990 dalam Flett, Gordon L, 2003).
Hal ini mungkin dapat memudahkan individu perfeksionisme self oriented dalam
menjalin hubungan dengan orang lain dan membantunya dalam menyelesaikan
permasalahan yang mereka hadapi.
Dengan demikian, peneliti melihat bahwa penelitian ini penting untuk
dilakukan karena pada penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak membahas
tentang permasalahan yang dihadapi oleh individu perfeksionis dalam hubungan
mereka. Hal ini tampak pada beberapa penelitian tentang perfeksionisme yang
menyatakan bahwa individu perfeksionisme memiliki keintiman dan kepuasan
hubungan yang rendah dalam hubungan (Stober, Joachim, 2012). Selain itu individu
perfeksionisme juga memiliki kepercayaan dan penyesuaian diri yang rendah dalam
hubungan mereka (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill
Rayman. 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Akan tetapi peneliti belum menemukan penelitian yang secara spesifik
membahas tentang hubungan antara perfeksionisme dengan manajemen konflik
terutama pada hubungan pacaran. Padahal, manajemen konflik sangatlah penting
dalam membangun dan mempertahankan suatu hubungan, terutama dalam hubungan
pacaran pada individu perfeksionisme. Hal ini karena konflik dalam hubungan dapat
membahayakan atau malah menguntungkan tergantung pada manajemen konfliknya
(Gottman, 1994).
Berdasarkan penjelesan yang sudah dijabarkan tersebut hal ini mendorong
peneliti untuk mencari tahu hubungan perfeksionisme dengan manajemen konflik
pada dewasa awal yang sedang menjalani hubungan pacaran.
A. Rumusan masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen
konflik pada individu dewasa awal yang sedang menjalani hubungan pacaran?
B. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikan antara tipe
perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal yang
menjalani hubungan pacaran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
ilmu psikologi kepribadian dan psikologi sosial.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
managemen konflik dan perfeksionisme pada individu dewasa awal yang
menjalani hubungan pacaran.
2.
Manfaat Praktis
a. Memberikan gambaran tentang sifat perfeksionisme dan gaya manajemen
konflik yang digunakan individu dewasa awal pada hubungan pacaran yang
mereka jalani.
b. Dapat memberikan wawasan pada individu dewasa awal tentang manajemen
konflik yang digunakan oleh individu perfeksionisme dalam menangani
konflik di dalam hubungan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perfeksionisme
1. Pengertian Perfeksionisme
Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah kecenderungan untuk
mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri,
standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki
pengharapan kesempurnaan untuk dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010).
Yang (2012) berpendapat bahwa perfeksionisme merupakan suatu
disposisi kepribadian yang ditandai dengan berjuang untuk mencapai
kesempurnaan dan standar pribadi yang sangat tinggi disertai dengan terlalu
kritis mengevaluasi diri sendiri serta kekhawatiran tentang penilaian dari
individu lain (Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S, 2014).
Menurut Cheng (2001) perfeksionisme adalah standar yang cukup
tinggi dari perbuatan individu yang diikuti dengan kecenderungan evaluasi
diri yang kritis (Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S, 2014).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perfeksionis
merupakan kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan yang diikuti
dengan standar yang tidak realistis. Dengan demikian, peneliti menggunakan
teori menurut Hewit dan Flett untuk mendefinikan Perfeksionisme, yaitu
kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang
tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya
bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan
memotivasi (Pranungsari, Dessy, 2010).
2. Tipe Perfeksionisme
Dalam Multidimentional Perfectionism Scale, terdapat tiga tipe
perfeksionisme yang terbagi atas dua bagian, yaitu intrapersonal dan
interpersonal. Intrapersonal (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy,
Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991) yaitu self-oriented
perfectionism, dan dua tipe lainnya yaitu other-oriented perfectionism dan
socially prescribed perfectionism merupakan interpersonal (Gordon, L. Flett.,
Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Menurut Hewit dan Flett, perfeksionisme dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Perfeksionisme Self Oriented
Perfeksionisme self-oriented terkait dengan kecenderungan untuk
menetapkan standar yang amat tinggi terhadap diri dan kritik dan
pengawasan diri berlebihan yang membuat seseorang tidak bisa menerima
kesalahan atau kegagalan. Tipe perfeksionisme ini mengandung hasrat
untuk terus-menerus berusaha agar tidak pernah salah atau gagal.
Perfeksionisme self oriented memiliki potensi adaptif sebagai hasrat
yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar.
Penetapan standar pribadi yang terlalu tinggi dan kaku juga menuntut
kesempurnaan dari diri sendiri tidak terkait dengan permasalahan relasi
dengan orang lain (Mackinnon, Sean., Simon, Sherry., Martin. Antony.,
Sherry. Stewart., Dayna. Sherry., Nikola Hartling, 2012).
Perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan berfikir secara
konstruktif dam memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara
positif. Selain itu, seseorang dengan perfeksionisme self oriented
memiliki kemungkinan untuk mampu menyesuaikan diri ketika
menghadapi masalah serta kamampuan belajar yang baik (Dunkley
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
,David. M., Kirk, Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., &
Gary Winkworth, 2000).
b. Perfeksionisme other-oriented
Perfeksionisme other-oriented terkait dengan kecenderungan individu
menuntut agar orang lain memenuhi standar-standar yang amat tinggi.
Selain itu, ia memiliki perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain,
dan mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan pada kegagalan
orang lain (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull
Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991).
Individu yang memiliki other oriented perfectionism tinggi akan
memiliki harapan sangat tinggi atau tidak realistis pada orang lain,
mengharapkan
orang
lain
untuk
berusaha
kompulsif,
otoriter,
mendominasi, termotivasi oleh kebutuhan untuk mengurangi nilai orang
lain sehingga meningkatkan diri mereka (Hewitt & Armada 2004, dalam
Mee, Foo Fatt, 2015).
c. Perfeksionisme yang socially prescribed
Perfeksionisme yang socially prescribed adalah kecenderungan
merasa bahwa orang lain menuntut dan mengharapkan dirinya untuk
selalu berhasil mencapai prestasi dengan standar yang tidak realistis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tuntutan yang datang dari orang lain ini terkait dengan perasaan individu
perfeksionis yang merasa bahwa hal itu harus dipenuhi untuk
mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungannya (Blatt,
1995 dalam Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati, 2004).
Dalam hal ini, emosi negatif dapat terjadi ketika individu perfeksionis
merasa tidak mampu memenuhi harapan orang lain dan keyakinan bahwa
orang lain tidak realistis dalam harapan mereka atupun keduanya. Hal ini
karena individu dengan tingkat socially prescrbed perfectionism yang
tinggi fokus pada memenuhi standar orang lain sehingga mereka
menunjukan rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negatif dan
menempatkan perhatian yang lebih besar untuk memperoleh perhatian dari
orang lain tetapi berusaha menghindari penolakan orang lain (Hewitt &
Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015).
3. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang perfeksionisme telah banyak dilakukan
oleh para peneliti, penelitian yang juga banyak diteliti yaitu mengenai relasi
interpersonalnya. Hal ini karena perfeksionime memiliki kaitan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
berbagai gangguan interpersonal yang mempengaruhi kehidupan sosial
mereka sehari-hari (Stoeber, J, 2012).
Berikut ini adalah beberapa kaitan antara perfeksionisme dalam relasi
interpersonal :
Dalam
studi
yang
melibatkan
sekumpulan
mahasiswa
juga
menjelaskan bahwa other oriented perfectionism dikaitkan dengan gaya
interpersonal, seperti sombong, dominan, perhitungan, dan pendendam (Hill,
Zrull, & Turlington, 1997 dalam Stoeber, J, 2012).
Penelitian lain menyatakan bahwa socially prescribed perfectionism
dan other oriented perfectionism juga berasosiasi dengan penyesuaian
psikososial yang buruk (Stoeber, Joachim, 2012). Hal ini membuat
perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin
dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh
perfeksionis (Flett, Gordon L, 2003). Sedangkan self-oriented perfectionism
lebih terkait dengan gangguan intrapersonal, yaitu standar personal yang
menyebabkan tipe ini lebih berinteraksi dengan stresor-stresor prestasi
(Hewitt & Flett, 2004).
Self-oriented perfectionism memiliki asosiasi dengan kemampuan
sosial, seperti kemampuan untuk mengerti pesan nonverbal orang lain dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dapat melibatkan orang lain dalam percakapannya, selain itu self oriented
perfectionism memiliki sikap altuisme sosial (Flett, Hewitt & De Rosa, 1991
dalam Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith,
Williams., & Gary Winkworth, 2000). Selain itu, penelitian lainnya yang
meneliti tentang personal standar perfeksionis yang memiliki kesamaan
dengan self oriented perfectionism menemukan bahwa tipe ini memiliki
kemampun dalam membangun dan mempertahankan hubungan (Dunkley
,David. M., Kirk, 2000).
Burns (1983) mendiskusikan tentang emosional individu perfeksionis
(socially prescribed perfectionism) yang menyatakan bahwasanya mereka
memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan perasaaan
negatif/perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek oleh orang
lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka dan
pengungkapan emosi yang rendah (Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., &
Tessa De Rosa, 1996).
Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan
kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa socially prescribed
perfectionism berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
malu/segan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negative, juga harga diri
sosial yang rendah.
Temuan lainnya menyatakan bahwa socially prescribed perfectionism
cenderung sensitif
dan individu
yang
menghindar
mencoba
untuk
menampilkan kesan palsu dengan cara pengontrolan emosi. Hal ini terjadi
karena socially prescribed perfectionism berfokus pada emosi dan kurangnya
penerimaan diri didalam situasi yang menyebabkan stress (Dunkley ,David.
M, 2000).
Sedangkan pada other oriented perfectionism memperlihatkan
tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan permusuhan pada orang
lain. tipe ini juga memiliki banyak stress dan konflik dalam hubungan
interpersonal (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill
Rayman. 2001). Adanya hal tersebut juga mempengaruhi penyesuaian diri dan
dukungan yang rendah antar pasangan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Flett, Gordon L (2003)
menyatakan bahwa other oriented perfectionism dan socially prescrbed
perfectionism memiliki kaitan dengan berbagai gangguan interpersonal yang
mempengaruhi kehidupan sosial mereka sehari-hari. Keduanya juga berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan berbagai perilaku yang mungkin dapat mengganggu dan merusak
hubungan intrapersonal.
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan
bahwa hubungan romantis pada individu perfeksionisme memiliki tingkat
kepuasan hubungan yang rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga
menyebabkan tingkat komitmen yang rendah dalam hubungan romantis
(Stober, Joachim, 2012).
Penelitian lainnya yang dilakukan pada 58 pasangan mahasiswa
memberikan hasil bahwa individu yang memiliki harapan perfeksionisme
pada pasangan mereka memiliki kualitas hubungan yang rendah dibandingkan
dengan individu yang tidak memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya
(Arcuri Anna, 2013).
Menurut Hable, Hewitt & Flett (1999) yang meneliti tentang tipe
perfeksionis dan tingkat kepuasan seksual pada 74 pasangan suami istri dan
pasangan cohabiting menemukan bahwa pasangan dengan socially prescribed
perfectionism memiliki kepuasan seksual yang rendah (Flett, Gordon. L.,
Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman, 2001).
Menurut sebuah penelitian kekhawatiran pada evaluasi yang dialami
oleh perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah terhadap kepercayaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kepedulian, ketergantungan, keintiman dan juga seksualitas ( Dunkley, David
M, Kirk, R.B, Jennifer, H, Meredith, W, Gary, W, 2000). Selain itu,
perfeksionisme memiliki kontribusi untuk terjadinya konflik dalam hubungan.
Hal ini karena permasalahan perfeksionisme menyebabkan permusuhan, tidak
pengertian, keinginan untuk menolak konflik dan menyebabkan peningkatan
gejala depresi pada kedua belak pihak (Barbato & D’Avanzo, 2009, dalam
Mackinon, Sean P & Simon B. Sherry, martin, Dayna, 2012).
B. Manajemen Konflik
1. Pengertian Konflik
Menurut Minnery, konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua
atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan
oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut
menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap hal tersebut.
Konflik adalah proses yang terjadi ketika tindakan satu orang
mengganggu tindakan orang lain. Potensi konflik meningkat apabila interaksi
antar individu sering terjadi dan mencakup lebih banyak aktivitas dan isu, dan
ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan pendapat. Konflik biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
akan semakin meningkat dalam hubungan pacaran yang lebih serius (Brakier
& Kelley, 1979).
Konflik dapat membahayakan atau mungkin malah menguntungkan
suatu hubungan, tergantung pada cara penyelesaiannya. Rusaknya suatu
hubungan sesungguhnya disebabkan oleh kegagalan mengelola konflik secara
konstruktif (Supratiknya, 1995).
2. Pengertian Manajemen Konflik
Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau
pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk
mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan
(Wirawan, 2010). Sedangkan, menurut Winardi (1994) manajemen konflik
adalah gaya atau pendekatan seseorang dalam menghadapi suatu situasi
konflik.
Menurut Wood (2007) manajemen konflik didefinisikan sebagai
keterampilan dalam hubungan interpersonal yang dianggap sangat penting
karena jika seseorang tidak memiliki manajemen konflik maka masalah
sekecil apapun dengan orang lain akan menjadi besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dalam penelitian ini dapat disumpulkan bahwa manajemen konflik
adalah suatu gaya yang digunakan oleh pihak yang berkonflik dalam upaya
untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
3. Gaya Manajemen Konflik
Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Kurdek, Lawrence A, 1994)
terdapat dua jenis manajemen konflik, yaitu manajemen konflik yang
konstruktif dan manajemen konflik yang destruktif. Manajemen konflik
konstruktif adalah pengelolaan konflik yang membantu membangun
pengertian baru dan membentuk pola baru di dalam hubungan (Beebe, Steven
A, dkk, 1996). Memperlihatkan suatu perbedaan dapat membuat hubungan
yang lebih memuaskan dalam jangka panjang.
Manajemen konflik disebut konstruktif apabila dalam upaya untuk
menyelesaikan konflik, individu berusaha untuk menjaga hubungan antara
pihak-pihak yang berkonflik sehingga masih memungkinkan pihak-pihak
yang berkonflik untuk berinteraksi secara harmonis (Mardianto, Adi.,
Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih, 2000).
Sedangkan, manajemen konflik deskruktif adalah membongkar
hubungan tanpa memulihkannya. Jika kedua individu tidak puas akan hasil
dari suatu konflik, maka hal tersebut lebih destruktif daripada konstruktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tanda dari konflik destruktif yaitu kurang fleksibel dalam merespon orang
lain. Konflik dapat menjadi destruktif ketika orang melihat perbedaan mereka
dari pandangan kalah menang (win-lose) daripada melihat dari solusi yang
memungkinkan setiap individu untuk mendapat keuntungan. jika individu
menganggap bahwa satu orang akan kalah, maka iklim kompetitif yang
dihasilkan akan menghalangi kerjasama dan fleksibilitas (Beebe, 1996).
Pada manajemen konflik destruktif, satu pihak akan berusaha untuk
mengubah struktur hubungan dan membatasi pilihan pihak lain untuk
mendapatkan keuntungan yang sepihak. Selain itu, adanya konflik menjadi
tidak terselesaikan disebabkan salah satu pihak menarik diri. Hal ini dilakukan
dengan pengetahuan bahwa pihak yang lain akan dirugikan dengan keputusan
ini (Chandra, Robby I, 1992).
Manajemen konflik konstruktif merupakan bentuk penyelesaian
masalah dengan cara positive problem solving. Sedangkan Manajemen konflik
destruktif menekankan pada penyelesaian konflik dengan cara menyerang
atau lepas kontrol, withdrawl (menarik diri), dan compliance (menyerah dan
tidak
membela
diri)
purnamaningsih, 2000).
(Mardianto,
Adi.,
Koentjoro.,
&
Esti
hayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Menurut Beebe, Steven A, dkk (1996) manajemen konflik terbagi
menjadi tiga gaya, yaitu :
a. Gaya Nonconfrontation
Gaya nonconfrontation merupakan gaya pendekatan untuk manangani
konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari konflik atau
memberikannya kepada orang lain (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Menurut
Chandra, Robby I (1992) gaya ini merupakan gaya seseorang menyadari
konflik yang ada tetapi memilih untuk menghindar atau menekan kenyataan
konflik tersebut.
Salah satu bentuk dari gaya ini adalah withdrawing (manarik diri) dan
menghindar. Individu dengan gaya manajemen konflik ini selalu menyerah
ketika berhadapan dengan konflik. Mereka merasa tidak nyaman dengan
adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum konflik
meningkat. Respon membujuk, menarik diri, dan memberikan sebuah respon
yang melambangkan gaya non konfrontatif (Beebe, Steven A, dkk, 1996).
Orang yang menggunakan gaya ini tidak pernah memperlihatkan
kemarahan mereka, begitu dikendalikan sehingga mereka terlihat tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
responsif dengan intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk
menghindari konflik, dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa
mungkin. Mereka terlihat seperti orang yang memiliki orientasi pada orang
lain (other-orientated) tetapi faktanya mereka hanya sedang melindungi diri
mereka sendiri.
b. Gaya Controlling
Controlling style merupakan manajemen konflik dengan cara
mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan penilaiannya.
Individu yang memiliki controlling style pada umumnya memanajemen
konfliknya dengan filosofi win-lose solution.
Gaya controlling dikenal juga sebagai gaya kompetisi, yaitu gaya yang
digunakan seseorang bila ia berusaha untuk mencapai sasarannya atau tetap
meneruskan minatnya tanpa melihat akibatnya pada orang lain yang terlibat
konfli. Ia cenderung untuk bersaing dan mendominasi (Chandra, Robby I,
1992).
Mereka yang memiliki gaya ini memiliki keinginan untuk menang
dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sehingga mereka
mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain. Orang dengan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikan daripada
bertanggungjawab terhadap konflik (Beebe, Steven A, dkk, 1996).
Jika strategi ini tidak berjalan, para pengontrol ini akan mencari cela
untuk kekuasaan koersif. Mereka mungkin mencoba melakukan serangan
pribadi, ancaman dan peringatan. Contoh : pacar yang mengatakan “ jika
kamu tidak berhenti memanggil namaku, aku akan pergi meninggalkanmu”
dia menggunakan ancaman dengan kekuatannya untuk dapat pergi (Beebe,
Steven A, dkk, 1996).
c. Gaya Cooperative
Cooperative style, pendekatan cooperative dalam memanajemen
konflik mereka menggunakan pada other-orientation strategies dan
menggunakan win-win solution sebagai teknik selanjutnya.
Gaya ini juga diartikan sebagai gaya yang digunakan apabila
seseorang ingin menyelesaikan konflik dengan memuaskan semua pihak dan
mencari hasil yang saling menguntungkan (Chandra, Robby I, 1992).
Individu dengan gaya cooperative fokus pada kepentingan bersama
dan mendorong orang lain untuk menghasilkan opsi untuk memecahkan
masalah (Beebe, Steven A, dkk, 1996).. Individu dengan gaya ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mendeskripikan masalah tanpa membuat penilaian atau evaluasi tentang
kepribadian, fokus pada kepentingan bersama yang menekankan pada
kepentingan umum, nilai, dan tujuan. Selain itu, mereka mencoba melihat
berbagai pilihan untuk memecahkan masalah dan mencari solusi yang dapat
memuaskan kedua pelah pihak.
Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokan ketiga gaya tersebut
menjadi manajemen konflik yang konstruktif dan manajemen konflik yang
destruktif. Gaya cooperative masuk kedalam menajemen konflik konstruktif.
Sedangkan, gaya controlling dan gaya nonconfrontation masuk kedalam
manajemen konflik destruktif. (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu
purnamaningsih, 2000).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Konflik
Gaya manajemen konflik dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti
kepribadian kita, siapa lawan kita dalam berkonflik, waktu dan tempat
terjadinya konfrontasi, dan faktor situasi lainnya (Beebe, Steven A, dkk,
1996).
Menurut
Wirawan
(2010),
manajemen konflik, antara lain :
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Asumsi mengenai konflik :
Asumsi orang mengenai konflik akan berpengaruh pada pola
prilakunya
dalam
menghadapi
konflik.
Seseorang
yang
menganggap konflik sebagai suatu hal yang buruk akan menekan
lawan konfliknya dengan menggunakan gaya manajemen konflik
kompetisi. Sebaliknya, seseorang yang menganggap bahwa konflik
merupakan hal yang baik dan toleran terhadap konflik maka ia
akan menggunakan gaya manajemen konflik konflik kompromi
dan kolaborasi.
b. Persepsi mengenai penyebab konflik :
Persepsi
seseorang
yang
menganggap
penyebab
konflik
menentukan kehidupan dan harga dirinya akan berupaya untuk
memenangkan konflik. Sebaliknya ketika orang menganggap
penyebab konflik tidak penting kehidupan dan harga dirinya maka
ia
akan
menggunakan
pola
perilaku
menghindar
dalam
memanajemen konfliknya.
c. Ekspektasi atas reaksi lawan konflik :
Seseorang yang menyadari bahwa ia menghadapi konflik akan
menyusun strategi konflik untuk menghadapi lawan konfliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Jika
ia
memprediksikan
bahwa
lawan
konfliknya
akan
menggunakan strategi kompetisi dan agresi maka ia akan
menghadapi lawannya dengan manajemen konflik kompetisi da
melawan agresi lawan konfliknya.
d. Pola komunikasi dalam interaksi konflik :
Dalam menghadapi suatu konflik diperlukan interaksi komunikasi
antara pihak yang terlibat konflik. Jika proses komunikasi berjalan
baik maka pesan kedua belah pihak akan saling dimengerti dan
diterima secara persuasive. Hal ini menunjukan kemungkinan
bahwa pihak yang berkonflik akan menggunakan manajemen
konflik kolaborasi dan kompromi tinggi. Sebaliknya, jika
komunikasi berjalan buruk dengan menggunakan kata-kata keras
dan kotor, serta agresif, ada kemungkinan kedua belah pihak akan
menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi.
e. Kekuasaan yang dimiliki :
Jika pihak yang terlibat konflik merasa mempunyai kekuasaan
lebih besar dari lawan konflik, maka ia akan memiliki
kemungkinan yang besar untuk tidak mengalah dalam interaksi
konflik. Terlebih jika masalah konfliknya sangat esensial bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kehidupannya. Sebaliknya, jika ia mempunyai kekuasaan lebih
rendah dan memprediksikan bahwa dirinya tidak bisa menang
dalam konflik, ia akan menggunakan gaya manajemen konflik
kompromi, akomodasi atau menghindar.
f. Pengalaman dalam menghadapi situasi konflik :
Proses interaksi konflik dan gaya manajemen konflik yang
digunakan
dipengaruhi
oleh
pengalaman
mereka
dalam
menghadapi konflik dan menggunakan gaya manajemen konflik
tertentu. Contoh : seorang avokat yang menggunakan manajemen
konflik dalam membela kliennya dipengaruhi oleh pengalaman
yang sudah ia dapatkan sehingga ia dapat membela kliennya
dengan manajemen konflik kompetisi, walaupun mungkin
kliennya salah.
g. Sumber yang dimiliki :
Salah satu hal yang mempengaruhi gaya manajemen konflik yang
digunakan
seseorang.
Sumber-sumber
tesebut
antara
lain
kekuasaan, pengetahuan, pengalaman, dan uang. Gaya manajemen
kompetisi memiliki kemungkinan yang kecil untuk digunakan oleh
seseorang yang tidak mempunyai sumber-sumber tersebut. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
karena ia kemungkinan besar akan menggunakan gaya menghindar
atau akomodasi.
h. Jenis kelamin :
Sejumlah penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan gaya
manajemen konflik yang digunakan oleh wanita dan laki-laki.
i. Kecerdasan emosional :
Hal yang diperlukan dalam memanajemen konflik. Hal ini
diperkuat oleh Lee Fen Ming (2003) dalam desertasinya yang
mengemukakan
bahwa
kesuksesan
manajemen
konflik
memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan
emosional.
j. Kepribadian :
Salah satu hal yang juga mempengaruhi manajemen konflik.
Seseorang yang memiliki kepribadian pemberai, garang, tidak
sabaran, dan berambisi untuk menang akan cenderung memilih
gaya kepemimpinan berkompetisi. Sedangkan orang yang penakut
dan pasif cenderung untuk menghindari konflik.
k. Budaya dan sistem sosial :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Organisasi tentara, tim olah raga, pondok pesantren, dan biara
dengan norma perilaku yang berbeda menyebabkan para
anggotanya
memiliki
kecenderungan
untuk
memilih
gaya
manajemen konflik yang berbeda. Dalam masyarakat Barat, anak
semenjak kecil diajarkan untuk berkompetisi. Disisi lain, di
masyarakat Indonesia, anak diajarkan untuk berkompetisi atau
menghindari konflik.
l. Prosedur dalam pengambilan keputusan saat konflik terjadi :
Organisasi yang sudah mapan umumnya mempunyai prosedur
untuk menyelesaikan konflik. Dalam prosedur tersebut, gaya
manajemen konflik pimpian dan anggota organisasi akan
tercermin.
m. Situasi konflik dan posisi dalam konflik :
Seseorang dengan kecenderungan gaya manajemen konflik
berkompetisi akan mengubah gaya manajemen konfliknya jika
menghadapi situasi konflik yang tidak mungkin ia menangkan.
Gaya manajemen konflik dapat berubah tergantung pada situasi
dan orang yang dihadapi.
n. Pengalaman menggunakan salah satu gaya manajemen konflik:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Seseorang
yang
terlibat
konflik
akan
cenderung
untuk
menggunakan manajemen konflik yang sama pada orang yang
sama atau pada oranglain. Peluang tersebut akan lebih besar ketika
ia
menang
terhadap
orang
tersebut
ketika
menggunakan
manajemen konflik tertentu.
o. Keterampilan komunikasi :
Seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi yang buruk
akan mengalami kesulitan jika menggunakan gaya manajemen
konflik kompetisi, kolaborasi, atau kompromi. Hal ini karena
ketiga gaya tersebut memerlukan kemampuan komunikasi yan
tinggi untuk berdebat dengan lawan konflik. Di sisi lain, gaya
manajemen konflik menghindar dan akomodasi tidak akan
memerlukan banyak deat dan argumentasi.
C. Dewasa Awal
1. Pengertian Dewasa Awal
Masa dewasa awal merupakan masa transisi antara masa remaja menuju
masa dewasa (Santrock, 2011). Masa dewasa awal terjadi dari usia 18-25
tahun (Arnett, 2006, dalam Santrock, 2011). Tahap ini juga memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kesempatan untuk merubah hidup mereka ke arah yang lebih positif
(Santrock, 2003). Menurut Erikson masa dewasa memasuki tahap keenam
perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi (Santrock, 2003).
Pada tahap ini dewasa awal dituntut untuk saling berkomitmen atau
menghadapi rasa pengasingan diri dan keterpakuan pada diri sendiri (selfabsorption).
2. Hubungan Romantis pada Dewasa Awal
Salah satu ciri seseorang dikatakan dewasa yaitu adanya keinginan
untuk mengekprorasi identitas, terutama relasi romantis. Hal ini membuat
perkembangan hubungan intimasi menjadi tugas penting dari masa dewasa
awal. Intimasi menjadi persoalan utama pada dewasa awal karena emosi
dalam hubungan romantis juga dikaitkan dengan pencapaian identitas pada
dewasa awal (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009, dalam
Papalia,2014). Unsur penting dari keintiman adalah pengungkapan diri (selfdisclosure), yaitu membuka informasi penting tentang diri sendiri kepada
orang lain (Collins & Miller, 1994 dalam Papilia Olds Feldman, 2009).
Keintiman dan tetap intim dapat tercipta melalui sikap saling terbuka, dan
responsif terhadap kebutuhan orang lain, serta adanya rasa menerima dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
hormat yang timbal balik ( Harvey & Omarzu, 1997; Reis & Patrick, 1996,
dalam Papilia Olds Feldman, 2009).
Pasangan
yang
memiliki
intimasi
yang
tinggi
akan
sangat
memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan pihak lain, menghormati dan
menghargai satu sama lain, dan memiliki saling pengertian. Mereka juga
saling berbagi dan merasa saling memiliki, saling memberi dan menerima
dukungan emosional dan berkomunikasi secara intim. Namun, bila dewasa
awal tidak dapat menjalin komitmen pribadi dengan orang lain, maka mereka
beresiko menjadi terlalu terisolasi dan terpaku pada diri sendiri (selfabsorbed).
Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional manakala
kedua pihak saling mengerti, terbuka, saling mendukung, dan merasa bisa
berbicara mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Mereka juga
akan berusaha menyelaraskan nilai dan keyakinan tentang hidup, meskipun
tentu saja ada perbedaan pendapat dalam beberapa hal. Mereka mampu untuk
saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat
atau berbuat kesalahan (Santrock, 2008). Hal ini membuat dewasa awal
memerlukan keterampilan tertentu, seperti kepekaan, empati, dan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengomunikasikan emosi, menyelesaikan konflik, mempertahankan dan
komitmen.
Ketika dewasa awal memiliki ketidakmampuan mengembangkan
relasi yang bermakna dengan orang lain dapat melukai kepribadian dewasa
awal. Hal ini dapat mendorong mereka untuk tidak mau mengakui,
mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap menimbulkan
frustasi. Kadangkala prilaku ini juga dapat mengarah pada depresi dan isolasi,
sehingga menyebabkan individu memiliki sikap tidak mempercayai orang lain
(Santrock, 2011).
Kualitas hubungan romantis sangat berpengaruh pada pencapaian
pembentukan rasa identitas. Dalam sebuah studi dari 710 individu peralihan
dewasa, status pencapaian identitas diasosiasikan dengan perasaan kuat akan
persahabatan, penghargaan, efeksi, dan dukungan emosi terhadap hubungan
romantis (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009, dalam Papalia,
2014).
Sebuah penelitian yang menemukan bahwa dalam situasi yang
membuat stress, dewasa awal yang memiliki hubungan dengan orang lain
lebih mungkin gaya hidup yang lebih teratur dan memiliki kemungkinan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
lebih kecil untuk mengalami distress, cemas, depresi, atau bahkan meninggal
(Cohen, 2004 dalam Papalia, 2009).
Menurut beberapa psikolog dimulainya kedewasaan tidak ditandai
oleh kriteria eksternal, tetapi oleh indikator internal seperti otonomi, kontrol
diri, dan tanggung jawab pribadi (Papila, 2009). Menurut Erikson, resolusi
pada tahap ini menghasilkan kekuatan cinta: pengabdian timbal balik antara
pasangan yang telah memilih dan membagi kehidupan mereka secara
bersama-sama (Papila ,2009).
D. Hubungan Romantis
1. Periode Hubungan Romantis
Menurut Reese-Weber & Johnson, (2012) Terdapat tiga tahap
pengembangan hubungan romantis, yaitu :
a. Honeymoon Phase
Fase bulan madu mencakup tingkat gairah dan kegembiraan tinggi saat
pasangan saling mengenal satu sama lain. Pada fase ini, hubungan terjalin
cukup santai dan melibatkan sebagian besar interaksi positif karena
pasangan mempresentasikan diri mereka dengan baik. Pasangan melihat
hubungan pada fase ini sebagai hubungan yang masih baru dan menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pada fase ini mereka akan menggambarkan dirinya secara positif dan
mengabaikan kesalahan pasangan mereka. Dalam fase ini pasangan mulai
menentukan sifat hubungan seperti memberi label satu sama lain sebagai
pacar (Fletcer, Garth, dkk, 2000).
Periode pacaran 1-3 bulan merupakan fase awal dalam perkembangan
hubungan. Pada tahap ini kepercayaan secara konsisten mendapat rating
tertinggi. Hasil ini menyiratkan bahwa tingkat kepercayaan yang cukup
tinggi bisa jadi merupakan prasyarat untuk kencan pertama bahkan terjadi.
Namun, kepercayaan pada tahap awal pengembangan hubungan lebih
berpusat pada prediktabilitas dan ketergantungan (bukan pada keyakinan).
Periode 3 bulan dalam suatu hubungan juga cenderung memiliki penilaian
dan persepsi ideal tentang pasangan dan hubungan yang stabil (Weber,
Marla, 2015).
b. Defining Phase
Fase ini pasangan sudah menentukan keseriusan dan umur panjang
hubungan. Negosiasi harapan untuk hubungan dapat menghasilkan
peningkatan tingkat keintiman dan konflik, termasuk agresi, selama fase
ini. Pada fase ini pasangan akan merasa nyaman satu sama lain, mereka
tidak lagi hanya berusaha untuk menyenangkan satu sama lain seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sebelumnya tetapi masih diinvestasikan dalam hubungan. Selain itu
pasangan pada fase ini lebih rela mendiskusikan isi-isu yang tidak mereka
setujui (Fletcer, Garth, dkk, 2000).
c. Established Phase
Fase ini yang mencakup hubungan yang lebih berkomitmen dan
berorientasi pada masa depan. Meskipun demikian, keintiman mungkin
akan terus meningkat pada fase yang lebih mapan lagi. Pada tahap ini
pasangan akan lebih memikirkan tentang harapan bersama akan hubungan
mereka. Mereka akan mereasa lebih mengenal pasangannya dengan baik
dan memiliki arah pada hubungan tersebut (Fletcer, Garth, dkk, 2000).
E. Kecenderungan Konflik Dalam Hubungan
Menurut Brandenberger (2002) terdapat beberapa jenis konflik yang
paling umum muncul dalam hubungan intim,
ketidaksepakatan,
dan
tidak
memiliki
waktu
yaitu
bersama
kecemburuan,
yang
cukup
(Brandenberger, Amanda, 2007).
Menurut Guerrero, Andersen, & Afifa (2001) terdapat 4 tingkatan
konflik dalam sebuah hubungan (Brandenberger, Amanda, 2007), yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. Tingkat pertama, pasangan berdebat tentang hal yang spesifik seperti
perilaku-perilaku yang konkrit. Salah satunya ketika pasangan marah
dikarenakan cara anda dalam menangani Sesuatu yang tidak sesuai
dengan dirinya, seperti cara membersihkan atau menata barang.
b. Tingkat kedua, ketika pasangan berdebat tentang peraturan dan
norma relasional. Salah satunya masalah yang sering terjadi dalam
hal ini adalah melupakan hari ulang tahun pasangan atau hari yang
penting bagi pasangan. Selain itu, tidak memberi kabar pada
pasanagn juga menjadi salah satu persoalan.
c. Tingkat konflik ketiga, pasangan memperdebatkan tentang berbagai
ciri kepribadian. Misalnya perbedaan kepribadian antara anda dan
pasangan karena umur yang terpaut jauh.
d. Tingkat konflik yang terakhir, memperbedatkan tentang proses
konflik itu sendiri (metakonflik). Dalam hal ini menuduh pasangan
anda mengomel atau cemberut, mengamuk, tidak mendengarkan,
dan tidak adil saat konflik (Guerrero, dkk, 2001 dalam )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
F.
Hubungan Antara Tipe Perfeksionisme Dengan Gaya Manajemen Konflik
Pada Individu Dewasa Awal Yang Berpacaran
Perfeksionisme merupakan keinginan untuk mencapai kesempurnaan
dengan standar yang tinggi untuk dirinya, standar yang tinggi untuk orang
lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan
untuk dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Perfeksionis dibagi menjadi dua,
yaitu perfeksionis interpersonal dan perfeksionis intrapersonal. Perfeksionis
interpersonal dilihat dari adanya keinginan untuk menetapkan standar yang
tinggi bagi orang lain (other oriented perfectionism) dan merasa orang lain
menetapkan standar
yang tinggi
untuk dirinya
(socially
perceived
perfectinisme). Perfeksionis interpersonal sendiri seringkali dikaitkan dengan
berbagai permasalahan dalam relasi romantis, seperti permasalahan terhadap
keintiman, kepercayaan, dan kepedulian (Dunkley David M, dkk, 2000).
Padahal, hal-hal tersebut sangat diperlukan dalam
membangun sebuah
hubungan romantis yang juga merupakan salah satu kebutuhan penting dalam
masa perkembangan dewasa awal (Santrock, 2012).
Seseorang dengan gaya other oriented perfectionism akan memiliki
harapan sangat tinggi atau tidak realistis sehingga menimbulkan tendensi
untuk permusuhan, otoriter, dominasi, dan termotivasi oleh kebutuhan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
meningkatkan nilai diri mereka dengan cara mencari kesalahan dari
pasangannya (Hewitt & Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015). Hal ini
memungkinkan seseorang dengan tipe other oriented perfectionism memiliki
gaya controlling dalam memanajemen konflik mereka.
Manajemen konflik dengan gaya controlling menekankan pada cara
mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan penilaiannya.
Individu yang memiliki controlling style pada umumnya memanajemen
konflik dalam hubunganya dengan filosofi win-lose solution. Individu dengan
gaya ini memiliki keinginan untuk menang dalam suatu konflik dan hanya
fokus pada dirinya sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat
dari pasangannya (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Sedangkan, pada
perfeksinisme socially prescribed perfectionism yang didominasi oleh
perasaan bahwa orang lain memiliki harapan yang berlebihan pada dirinya
akan membuat ia merasa bahwa orang lain memberikan kritik negatif terhadap
dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Hal ini membuat individu perfeksionis
memiliki standar yang kaku dan tidak realistis, meragukan kemampuan
mereka untuk sukses terutama pada peran standar sosial yang menyebabkan
kecemasan sosial (Hewitt, Paul L, 1991). Hal ini juga dikaitkan dengan
distress interpersonal dan merasa mendapatkan dukungan sosial yang rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(Hill, Zrull, & Turlington, 1997; Hewitt & Flett, 2004; Sherry, Hukum,
Hewitt, Flett, & Besser, 2008). Individu dengan tipe socially prescribed
perfectionism akan fokus untuk memenuhi standar dari pasangannya sehingga
mereka menunjukan rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negatif dan
menempatkan perhatian yang lebih besar untuk memperoleh perhatian dari
pasangan tetapi berusaha menghindari penolakan dari pasangannya tersebut.
Hal ini membuat individu dengan socially prescribed perfectionism
memiliki kemungkinan untuk menggunakan gaya manajemen konflik
nonconfrontation yang merupakan gaya pendekatan untuk manangani konflik
dengan cara mundur, baik dengan cara withdrawing (manarik diri) atau
menghindar. Hal ini membuat mereka cenderung merasa tidak nyaman
dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum
konflik meningkat. Respon-respon yang muncul pada gaya ini adalah
membujuk, menarik diri, dan memberikan sebuah respon yang melambangkan
gaya non konfrontatif (Beebe, Steven A, 1996). Kedua gaya manajemen
konflik ini membuat individu perfeksionisme cenderung untuk menggunakan
manajemen konflik yang destruktif, yaitu manajemen konflik dengan cara
yang negatif (Mardiato, Adi, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Hal ini berbeda dengan seseorang yang memiliki perfeksionisme
intrapersonal
yaitu
self-oriented
perfectionism,
seseorang
dengan
pefeksionisme self oriented akan cenderung memiliki potensi adaptif sebagai
hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar.
Selain itu, seseorang dengan self oriented perfectionism memiliki kemampuan
sosial, seperti kemampuan untuk mengerti pesan nonverbal orang lain dan
dapat melibatkan orang lain dalam percakapannya. Hal ini membuatnya
memiliki kemampun dalam membangun dan mempertahankan hubungan
(Dunkley ,David. M, 2000).
Hal-hal tersebut memungkinkan individu perfeksionis intrapersonal
self oriented untuk menyelesaikan konflik yang ada dengan menciptakan winwin solution dan fokus pada kepentingan bersama dengan gaya cooperative
(Beebe, Steven A, dkk, 1996). Dengan gaya ini maka penyelesaian masalah
dalam hubungan romantisnya dapat diselesaikan dengan manajemen konflik
konstruktif, yaitu berusaha untuk melakukan positive problem solving dan
manjaga hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik agar tetap harmonis
(Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih, 2000)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berikut adalah skema hubungan antara tipe perfeksionisme dengan gaya
manajemen konflik pada individu dewasa awal yang sedang menjalani hubungan
pacaran :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Perfeksionisme
Interpersonal
Perfeksionisme
Other Oriented
Melihat Kesalahan
Orang Lain Secara
Berlebihan
Otoriter
Menetapkan
Standar yang
Tinggi pada Orang
Lain
Keinginan untuk
Menang dari
Orang lain
Membuat
Keputusan sepihak
Dominasi
Gaya Controlling
Manajemen
Konflik Destruktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Perfeksionisme
Interpersonal
Perfeksionisme
Socially Prescribed
Merasa Orang lain
Menetapkan
standar yang
tinggi
Meragukan
Kemampuannya
Takut pada
Evaluasi dari orang
lain
Menghindar dari
masalah
Menyerah
Sebelum Masalah
menjadi Besar
Menarik Dirii
Gaya
Nonconfrontation
Manajemen
Konflik Destruktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Perfeksionisme
Intrapersonal
Perfeksionisme
Self Orientation
Kemampuan
Sosial yang Baik
Mengerti Orang
Lain
Kemampuan
Mempertahankan
Hubungan
Mendeskripsikan
Masalah dengan
Baik
Fokus pada
Kepentingan
Bersama
Memecahkan
Masalah yang
Memuaskan
Kedua Belah Pihak
Gaya Cooperatif
Manajemen
Konflik Konstruktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya
sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif antara tipe perfeksionisme other oriented dengan
manajemen konflik gaya controlling.
2. Ada hubungan positif antara tipe perfeksionisme socially prescribed dengan
manajemen konflik gaya nonconfrontatif.
3. Ada hubungan positif antara tipe perfeksonisme self oriented dengan
manajemen konflik gaya cooperative.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian dengan
menggunakan karakteristik yang berupa hubungan antara dua variabel atau lebih (
Supratiknya, 1998 ). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyelidiki
variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel
lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2007). Penelitian ini tergolong
penelitian korelasi karena peneliti mencoba untuk mengetahui hubungan antara
tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal
yang berpacaran. Data diperoleh melalui angket yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode statistika.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Dengan
menggunakan variabel, konsep yang menggambarkan realitas atau fenomena
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sosial yang netral akan diberikan nilai tinggi atau rendah (Purwanto, E.A & Dyah,
RS, 2007).
Sesuai dengan
judul “Hubungan
Antara Perfeksionisme
dengan
Manajemen Konflik pada Dewasa Awal yang Menjalin Relasi Romantis “, maka
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas
: Tipe Perfeksionisme
2. Variabel tergantung : Gaya Manajemen Konflik
C. Definisi Operasional
1. Perfeksionisme
Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah keinginan untuk mencapai
kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang
tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan
kesempurnaan
untuk
dirinya.
Perfeksionis
dapat
diukur
dengan
skala
perfeksionisme berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Hewitt
Perfeksionis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Perfeksionisme self-oriented ditunjukan dengan adanya potensi adaptif
sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
karya besar, memiliki kemampuan untuk berfikir secara kostruktif dam
memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif
b. Other-oriented Perfectionisme ditunjukan dengan adanya perhatian
berlebihan terhadap kesalahan orang lain, mengevaluasi orang lain dan
bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain, serta memiliki sifat
otoriter, mendominasi.
c. Perfeksionisme yang socially prescribed ditunjukan dengan adanya
perasaan bahwa tuntutan yang datang dari orang lain harus dipenuhi
untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungannya
dan adanya rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negative dari
orang lain.
2. Manajemen Konflik
Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau
pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk
mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan
(Wirawan, 2010), yang diukur menggunakan skala manajemen konflik yang
dibuat oleh peneliti.
Terdapat 3 gaya manajemen konflik, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
a. Gaya Nonconfrontation
Gaya nonconfrontation merupakan gaya pendekatan untuk
manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari
konflik atau memberikannya kepada orang lain. (Beebe, Steven A,
1996).
Individu dengan gaya ini akan cenderung menghindari konflik,
mudah menyerah ketika terjadi konflik, tidak nyaman dengan adanya
konflik, memilih untuk diam, dan memiliki respon membujuk
b. Gaya Controlling
Controlling style merupakan manajemen konflik dengan cara
mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan
penilaiannya. Individu yang memiliki gaya controlling pada umumnya
memanajemen konfliknya dengan filosofi win-lose solution. Individu
dengan
gaya
ini
akan
cenderung
mendominasi
orang
lain,
menyalahkan orang lain, keinginan untuk menang dalam konflik,
fokus pada diri sendiri, mengabaikan perasaan/pendapat orang lain,
mengancam
c. Gaya Cooperatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Cooperative
style,
pendekatan
cooperative
dalam
memanajemen konflik mereka menggunakan pada other-orientation
strategies dan menggunakan win-win solution sebagai teknik
selanjutnya.
Individu
dengan
gaya
ini
akan
cenderung
mempertimbangkan orang lain dalam mengambil keputusan, berusaha
membuat strategi yang menguntungkan kedua belak pihak, fokus pada
kepentingan bersama dan fokus pada masalah, dapat melihat berbagai
pilihan solusi yang ada
D. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah individu dengan rentang umur yang
termasuk dalam kriteria dewasa awal dan sedang menjalin hubungan pacaran.
Metode sampling yang digunakan adalah convience sampling, yaitu pengambilan
sampel yang dilakukan dengan cara memilih subjek yang tersedia yang dianggap
sesuai dengan persyaratan dari tujuan penelitian yang mudah dijangkau atau
didapatkan (Nurimawati & Munandar, 2008). Selain itu, peneliti juga
menggunakan metode snowball sampling, yaitu teknik pengambilan sampling
yang bermula dari jumlah yang kecil kemudian besar. Dalam penentuan
sampling, peneliti mula-mula memberikan skala kepada beberapa orang, lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
orang-orang tersebut juga akan menyebarkan skala tersebut kepada orang lain
yang sesuai dengan kriteria penelitian dan begitu seterusnya (Sugiyono, 2013).
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi subjek penelitian ini, adalah :
1. Dewasa awal dengan rentang umur antara 18 sampai 25 tahun
(Santrock, 2011).
2. Sedang menjalin hubungan berpacaran minimal 3 bulan. Hal ini
disaran perlu dengan pertimbangan bahwa pasangan kekasih yang
sudah menjalin hubungan pacaran 3 bulan maka mereka sudah
menghadapi konflik dalam relasi meraka.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Metode
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey.
Peneliti menggunakan skala yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah
disusun sedemikian rupa sehingga respon individu terhadap pernyataan
tersebut dapat diberi skor dan diinterpretasikan. Alat yang digunakan oleh
peneliti meliputi 2 skala, yaitu skala pertama mengenai perfeksionisme dan
skala kedua mengenai manajemen konflik dalam hubungan romantis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada uji coba skala, peneliti melakukan penyebaran skala secara
langsung kepada subjek. namun, saat pada penelitian yang sesungguhnya
peneliti menggunakan survey melalui google drive, hal ini dilakukan untuk
memudahkan peneliti dalam mencari subjek dan menjaga kerahasian subjek
sehingga subjek lebih merasa nyaman dalam mengisi skala.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Perfeksionisme
Untuk
melihat
perfeksionisme,
peneliti
menggunakan
skala
Multidimensional Perfectionism Scale (MPS). Skala ini dibuat dalam bentuk
bahasa Inggris yang kemudian diadaptasi kedalam bahasa Indonesia oleh
peneliti. Skala ini mengukur tiga tipe perfeksionisme yang dikemukakan oleh
Hewitt & Flett, 1991, yaitu:
Variabel ini akan menggunakan skala Likert, yaitu angka/skor 1
(sangat tidak setuju), angka/skor 2 (tidak setuju), angka/skor 3 (agak tidak
setuju), angka/skor 4 (netral), angka/skor 5 (agak setuju), angka/skor 6
(setuju) dan angka/skor 7 (sangat setuju).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 1.
Persebaran Item Skala Multidimentional Perfectionism Scale
Dimensi
Perfeksionisme
Self
Oriented
Perfectionism
Other
Oriented
Perfeksionis
Socially Prescribed
Perfectionism
Item
Proporsi
Jumlah
1, 6, 8 12, 14, 15, 17,
20, 23, 28, 32, 34, 36, 33.33 %
15
40, 42
2, 3, 4, 7, 10,16,19, 22,
24, 26, 27, 29, 38, 43, 33.33 %
15
45
5, 9, 11, 13, 18, 21,
25, 30, 31, 33, 35, 37, 33.33 %
15
39, 41, 44
b. Manajemen Konflik
Skala manajemen konflik diukur menggunakan skala manajemen
konflik yang disusun oleh peneliti berdasarkan gaya manajemen konflik.
Variabel manajemen konflik akan diukur menggunakan jenis
penskalaan subjek. Jenis penskalaan ini berorientasi pada subjek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
bertujuan meletakkan individu-individu pada suatu kontinum penelitian
sehingga kedudukan relative individu menurut suatu atribut yang diukur
dapat diperoleh (Azwar, 2007).
Dalam proses pembuatan skala ini, peneliti melakukan survey
kecil kepada beberapa mahasiswa yang termasuk dalam katagori dewasa
awal dan sedang menjalani hubungan pacaran untuk menuliskan bentukbentuk konflik yang sering terjadi dalam hubungan pacaran mereka. Dari
hasil survey tersebut peneliti mengelompokan konfllik-konflik yang
sering terjadi dan menjadikannya sebagai pedoman dalam membuat
pertanyaan skala manajemen konflik ini.
Bentuk dari skala ini berupa soal yang memiliki 3 pilihan A, B,
dan C yang masing-masing mewakili ketiga gaya manajemen konflik.
Peneliti juga melakukan pengacakan gaya manajemen konflik pada
pilihan A, B,C disetiap soal. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjek
memilih jawaban yang sama pada setiap soal tanpa membacanya terlebih
dahulu. Penskoringan dilakukan dengan cara mengelompokan pilihan
subjek kedalam masing-masing gaya manajemen konflik. Selanjutnya,
peneliti akan memberi skor/nilai 1 pada jawaban yang dipilih oleh subjek
dan skor/nilai 0 pada jawaban yang tidak dipilih oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 2.
Persebaran Item Skala Manajemen Konflik
Dimensi
Manajemen
Item
Propo
rsi
Konflik
1a, 2b, 3c, 4b, 5a, 6c, 7b, 8c, 9a, 10a,
11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a, 18c,
Manajemen
Konflik Kooperatif
19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c, 26b,
27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c, 34b,
35a, 36a, 37a, 38a, 39c, 40b, 41b, 42a,
43b, 44a, 45a, 46c, 47c, 48b, 49b, 50b,
51c, 52c
1b, 2c, 3a, 4c, 5b, 6a, 7c, 8a, 9b, 10b,
11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b, 18a,
Manajemen
19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a, 26c,
Konflik
27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a, 34c, 100%
(52
35b, 36b, 37b, 38b, 39a, 40c, 41c, 42b, soal)
43c, 44b, 45b, 46a, 47a, 48c, 49c, 50c,
Nonkonfrontatif
51a, 52a
1c, 2a, 3b, 4a, 5c, 6b, 7a, 8b, 9c, 10c,
11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c, 18b,
Manajemen
Konflik Kontrol
19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b, 26a,
27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b, 34a,
35b, 36b, 37b, 38b, 39b, 40a, 41a, 42c,
43a, 44c, 45c, 46b, 47b, 48a, 49a, 50a,
51b, 52b
jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
sungguh-sungguh mengukur atribut yang hendak diteliti (Supratiknya, 2014). Uji
validitas bertujuan untuk mengukur apakah pernyataan-pernyataan atau itemitem yang disajikan sudah dengan tepat mengukur konstrak atau apa yang ingin
diukur oleh peneliti (Santosa, 2014). Validitas dibedakan menjadi tiga, yaitu
validitas isi, validitas yang berorientasi pada kriteria, dan validitas konstruk.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi. Validitas ini memiliki
kemampuan untuk menelaah isi tes terkait ketepatan konstruk dan relevansi isi
item-item (Supratiknya, 2014). Penelitian item-item pada alat ukur melalui
proses penilaian dengan menggunakan metode expert judgement, yang dalam hal
ini adalah dosen pembimbing (Azwar, 2012).
2. Seleksi Item
Dalam proses penskalaan diperlukan adanya seleksi item. Parameter yang
paling panting dalam seleksi item adalah daya diskriminasi item (daya beda).
Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item yang digunakan oleh peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dapat membedaan individu kedalam kelompok yang memiliki dan yang tidak
memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2007).
Pengujian daya diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi
koefisien korelasi yang akan menghasilkan koefisien korelasi aitem tptal (rix)
atau parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan item berdasar korelasi aitem
total, basanya digunakan batasan (rit) ≥ 0,30. Hal ini diartikan semua item yang
mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap
memuaskan. Item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dapat diartikan
sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah. Namun, apalibila item
yang memiliki indeks daya diskriminasi = atau ≥ 0,30 tidak mencukupi masa
diperbolehkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria menjadi 0,25 asalkan
tidak menurunkan batas kriteria rix dibawah 0,20.
a. Skala Perfeksionisme
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan kepada 40 responden didapatkan
hasil bahwa pada skala perfeksionisme terdapat 41 item yang lolos seleksi
dari 45 item dengan koefisien korelasi item total (rix) ≥ 0,25. Dalam penelitian
ini peneliti tetap mempertahankan semua item. Adapun item yang tidak lolos
adalah item nomer 3, 21, 38, 43, item-item tersebut tersebar pada tipe other
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
oriented perfectionism (3, 38, 43) dan pada tipe socially priscribed
perfectionism (21). Distribusi item sebagai berikut :
Tabel 3
Blue print skala perfeksionisme
Dimensi
Favorable
Perfeksionisme
Self
Oriented 1, 6, 14, 15, 17, 20, 23, 8, 12, 34,
Perfectionism
Other
Perfeksionis
Socially
Unfavorable Jumlah
28, 32, 40, 42
Oriented
36,
15
2,3,4,10,
7, 16, 22, 26, 27, 29
19,24,38,43,
15
45
Prescribed 5, 11, 13, 18, 25, 31, 9,21,30,
Perfectionism
33, 35, 39, 41
37,44
Total
27
18
15
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
b. Skala Manajemen Konflik
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan kepada 40 responden didapatkan
hasil bahwa pada skala manajemen konflik terdapat 52 item yang lolos seleksi
dari 60 item dengan koefisien korelasi item total (rix) ≥ 0,30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 4
Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Uji Coba
Dimensi
Manajemen
Konflik
Item
1a, 2c*, 3b, 4c, 5c*, 6a*, 7b, 8c, 9a,
10a, 11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a,
18c, 19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c,
Manajemen
26b, 27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c,
Konflik Kooperatif 34b, 35a, 36a, 37a, 38a, 39a*, 40b, 41b,
42a, 43b, 44a, 45a*, 46c*, 47c, 48b*,
49b, 50b, 51c, 52c, 53a, 54c, 55b, 56c,
57c, 58b, 59a, 60a
1b, 2b*, 3c, 4a, 5b*, 6c*, 7c, 8a, 9b,
10b, 11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b,
18a, 19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a,
Manajemen
26c, 27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a,
Konflik
34c, 35b, 36b, 37b, 38b, 39b*, 40c, 41c,
Nonkonfrontatif
42b, 43c, 44b, 45b*, 46a*, 47a, 48c*,
49c, 50c, 51a, 52a, 53b, 54b, 55a, 56a,
57b, 58c, 59c, 60b
1c, 2a*, 3a, 4b, 5a*, 6b*, 7a, 8b, 9c,
10c, 11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c,
18b, 19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b,
Manajemen
26a, 27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b,
Konflik Kontrol
34a, 35b, 36b, 37b, 38b, 39c*, 40a, 41a,
42c, 43a, 44c, 45c*, 46b*, 47b, 48a*,
49a, 50a, 51b, 52b, 53c, 54a, 55c, 56b,
57a, 58a, 59b, 60c
Jumlah
60 soal
Item yang dicetak tebal dan bertanda * merupakan item-item yang gugur.
Pengguguran item tersebut sesuai dengan standar koefisien korelasi item total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
yang (rit) ≥ 0,30. Setelah melalukan pengguguran, skala final manajemen
konflik sebagai berikut :
Tabel 5
Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Penyesunan Ulang
Dimensi
Manajemen
Konflik
Item
Jumlah
1a, 2b, 3c, 4b, 5a, 6c, 7b, 8c, 9a, 10a,
11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a, 18c,
19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c, 26b,
Manajemen
27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c, 34b,
Konflik Kooperatif
35a, 36a, 37a, 38a, 39c, 40b, 41b, 42a,
43b, 44a, 45a, 46c, 47c, 48b, 49b, 50b,
51c, 52c
1b, 2c, 3a, 4c, 5b, 6a, 7c, 8a, 9b, 10b,
11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b, 18a,
Manajemen
19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a, 26c,
Konflik
27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a, 34c,
52soal
Nonkonfrontatif
35b, 36b, 37b, 38b, 39a, 40c, 41c, 42b,
43c, 44b, 45b, 46a, 47a, 48c, 49c, 50c,
51a, 52a
1c, 2a, 3b, 4a, 5c, 6b, 7a, 8b, 9c, 10c,
11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c, 18b,
19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b, 26a,
Manajemen
27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b, 34a,
Konflik Kontrol
35b, 36b, 37b, 38b, 39b, 40a, 41a, 42c,
43a, 44c, 45c, 46b, 47b, 48a, 49a, 50a,
51b, 52b
Total
52 soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan pengukuran tanpa menghiraukan atribut apa
yang diukur (Nunnally, 1974 dalam Supratiknya, 2014). Koefisien reliabilitas
berada pada rentang 0,00 sampai 1,00. Semakin mendekati nilai 1,00 maka
reliabilitasnya dinyatakan semakin baik, begitu pula sebaliknya (Supratiknya,
2014). Nilai koefisien alpha cronbach dinyatakan baik apabila memiliki skor
antara 0,60-0,75 dan nilai koefisien antara 0,75 -1,00 dianggap sangat baik
(Cicchetti, 1994).
a. Perfeksionisme
Skala perfeksionisme merupakan skala adaptasi. Oleh karena itu
penerjemahan skala ini menjadi hal yang dibutuhkan. Dalam proses
penerjemahan tersebut, peneliti menggunakan metode back translation.
Penerjemahan dengan metode back translation hingga uji coba skala
merupakan validitas isi dari skala ini. Penerjemahana dilakukan oleh orang
yang professional dalam bidangnya. Selanjutnya, beberapa orang yang
menguasai ilmu psikologi menerjemahkan kembali skala tersebut.
Hasil dari terjemahan tersebut dibandingkan dengan skala asli untuk
mendapatkan item terbaik. Skala juga disajikan kepada 5 orang dewasa awal
untuk mengetahui pemahaman dari sampel subjek. skala diuji coba pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
beberapa subjek dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pemahaman subjek terhadap item-item yang
ada dalam skala. Apabila kalimat kurang dipahami, maka peneliti
mendiskusikannya kembali dengan moderator supata kalimatnya mudah
dipahami.
Dalam hal realibilitas, skala asli Multidimensional Perfectionism Scale
(MPS) yang dikemukakan oleh Hewitt & Flett (1991) sesungguhnya sudah
menunjukan realibilitas yang baik, hal ini dapat dilihat dari skor Alpha
Cronbach yang memiliki nilai 0,88 pada self-oriented, 0,85 pada otheroriented, dan 0,75 pada socially prescribed perfectionism.
Setelah diadaptasi dilakukan pengukuran realibilitas kembali pada
skala MPS. Pada pengukuran tersebut diketahui bahwa realibilitas pada
skala adaptasi juga memiliki realibilitas yang tergolong baik, yaitu 0,82
pada self-oriented, 0,62 pada other-oriented, dan 0,71 pada socially
prescribed perfectionism.
b. Manajemen Konflik
Validitas skala manajemen konflik yang digunakan yaitu validitas isi
(content validity). Validitas isi ditentukan oleh professional judgment dalam
proses menelaah (Azwar, 2007). Item-item dalam skala ini diperiksa terlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dahulu oleh professional judgment. Kemudian, peneliti membagikan skala ini
kepada lima orang yang memenuhi kriteria sebagai subjek untuk mengetahui
pemahaman subjek terhadap item-item yang disajikan dalam skala tersebut.
Dalam hal realibilitas, skala gaya manajemen konflik diuji dengan
pendekatan Alpha Cronbach. Skor yang diperoleh dari pengujian ini adalah
0,90 pada gaya manajemen konflik cooperative, 0,82 pada gaya manajemen
konflik nonconfrontation, dan 0,85 pada gaya manajemen konflik controlling.
Hal ini menjelaskan bahwa skala gaya manajemen konflik memiliki
realibilitas yang tergolong sangat baik.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable
penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari
0,05 (p>0.05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis
data ini peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan
program SPSS 21.00 for windows (Santoso, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar
variabel bersifat linier atau tidak. Uji linieritas perlu dilakukan karena teknik
produk momen dan turunannya cenderung melakukan underestimasi kekuatan
hubungan antara dua variabel apabila hubungannya tidak linier (Santoso, 2010).
Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka dapat dikatakan bahwa
variable bebas dan variable tergatung memiliki hubungan linier sehingga dapat
diuji dengan statistika parametik. Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari
0.05 (p>0,05) maka harus diuji dengan statistika nonparametrik (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi
normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan pengujian
menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan SPSS 21.00 for
windows (Santoso, 2010).
H. Pelaksanaan Uji Coba
Penelitian ini terlebih dahulu melakukan uji coba skala atau tryout guna
melihat apakah item-item atau pernyataan-pernyataan dalam skala sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
memenuhi kriteria atau belum. Tryout dilakukan pada tanggal 14 November 2016
sampai dengan 30 November 2016. Peneliti menyebarkan 50 skala kepada subjek
penelitian. Namun, dari 50 skala yang dibagikan oleh peneliti, terdapat 10 skala
yang tidak kembali kepada peneliti. Sehingga subjek dalam tryout ini sebanyak 40
mahasiswa usia 18-25 tahun dan sedang menjalani hubungan pacaran minimal
selama 3 bulan.
Peneliti memberikan skala kepada subjek secara langsung. Dalam proses
pengisian skala, peneliti tidak menemani subjek saat mengisi skala tetapi
memberikan skala tersebut untuk diisi subjek dirumahnya. Hal ini dilakukan
untuk memberikan kenyamanan pada subjek agar tidak merasa sedang dinilai saat
mengisi skala yang berhubungan dengan relasi romantis mereka. Sehingga
diharapkan subjek akan lebih jujur dalam menjawab setiap pernyataan yang
tersedia.
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan uji reliabilitas melalui SPSS
21.00 for windows. Berdasarkan uji coba tersebut, skala perfeksionisme memiliki
4 item yang gugur dari 45 item namun dengan berbagai pertimbangan dan ijin
dari expert judgement melalui dosen pengampu maka peneliti tetap menggunakan
keempat item tersebut dalam skala final. Pada skala manajemen konflik terdapat 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
item yang gugur dari 60 soal sehingga tersisa 52 soal yang digunakan pada skala
final.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 7 Desember 2016 sampai dengan 20
Desember 2016. Koesioner ini disebarkan secara online dengan google drive
dan disebarkan melalui line, whatsapp, dan e-mail. Hal ini juga dilakukan
agar memudahkan peneliti dalam mendapatkan subjek, selain itu juga
bertujuan untuk membuat subjek lebih leluasa dan tidak merasa dinilai oleh
peneliti saat mengisi skala. Dalam penyebarannya peneliti telah memberikan
kriteria tertulis yang harus dipenuhi oleh subjek sebelum mengisi skala
penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini terdapat subjek sebanyak 101 yang
telah mengisi.
B. DESKRIPSI SUBJEK
Subjek penelitian ini berjumalah 101 orang. Semua subjek yang ada
telah memenuhi kriteria penelitian yang telah ditentukan, yaitu berusia 18-25
tahun yang sedang menjalin hubungan pacaran : berpacaran minimal selama 3
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
bulan. Berikut data mengenai demografis subjek penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3
Tabel 6
Deskripsi usia subjek penelitian
Usia
Jumlah
Presentase
18 tahun
10
9.9%
19 tahun
6
5.9%
20 tahun
10
9.9%
21 tahun
31
30.7%
22 tahun
29
28.7%
23 tahun
9
8.9%
24 tahun
3
3.0%
25 tahun
3
3.0%
Jumlah usia terbanyak subjek penelitian, yaitu pada usia 21 tahun dengan
presentase 30,7%. Usia subjek terbanyak kedua, yaitu pada usia 22 tahun
dengan presentasi 28,7%. Selanjutnya, usia 18 dan 20 tahun merupakan
urutan ketiga usia subjek penelitian, diurutan keempat adalah usia 23 tahun
dengan presentase sebanyak 8,9%, pada urutan kelima yaitu usia 19 tahun
dengan presentase 5,9%. Di urutan keenam adalah usia 24 dan 25 tahun
dengan presentase 3.0%
Tabel 7
Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
Laki-laki
17
16.8%
Perempuan
84
83.2%
Subjek pada penelitian ini terdiri dari 101 subjek dengan proporsi 16.8% lakilaki dan 83,2% perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 8
Deskripsi lama subjek manjalani hubungan pacaran
Lama
Jumlah
Presentase
3 - 16 bulan
42
41.6%
17 - 46 bulan
41
40.6%
47 - 76 bulan
13
12.9%
77 - 98 bulan
5
5.0%
Sebanyak 41,6% subjek penelitian sudah menjalani hubungan pacaran selama
3 sampai dengan 16 bulan. Subjek yang telah menjalani hubungan pacaran
selama 17 sampai dengan 46 bulan sebanyak 40,6% dan sebanyak 12,9%
subjek penelitian sudah menjalani hubungan pacaran selama 47 sampai
dengan 76 bulan. Selanjutnya 5,0% subjek telah menajalani hubungan pacaran
selama 77 sampai dengan 98 bulan.
Tabel 9
Deskripsi status pacaran subjek penelitian
Status
Jumlah
Tidak
pacaran 61
jarak jauh
Pacaran jarak jauh
40
Subjek penelitian yang tidak menjalani hubungan
Presentase
60.4%
39.6%
jarak jauh sebanyak 60,4%
sedangkan subjek penelitian yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh
sebanyak 39,6%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 10
Deskripsi data penelitian
Variabel
N
Perfeksionisme 101
self oriented
Perfeksionisme 101
other oriented
Perfeksionisme 101
socially
prescribed
Manajemen
101
konflik
cooperative
Manajemen
101
konflik
controlling
Manajemen
101
konflik
non
confrontation
Min
58
Max
97
Mean
78.02
SD
10.163
51
90
67.15
8.183
33
88
67.13
8.983
13
51
34.56
8.810
0
30
8.58
5.990
0
29
8.91
5.597
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 11
Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris
Skala
Mean Teoritis Mean Empiris
Perfeksionisme
self oriented
Perfeksionisme
other oriented
Perfeksionisme
socially
prescribed
Manajemen
konflik
cooperative
Manajemen
konflik
controlling
Manajemen
konflik
non
confrontation
SD
60
78.02
10.163
Sig.
(2-tailed)
0.000
60
67.15
8.183
0.000
60
67.13
8.983
0.000
30
34.56
8.810
0.000
30
8.58
5.990
0.000
30
8.91
5.597
0.000
Pada tabel tersebut diketahui bahwa masing-masing dari perfeksionisme dan
manajemen konflik memiliki signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Dapat
dilihat pada ketiga tipe perfeksionisme, yaitu perfeksionisme self oriented,
perfeksionisme other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed memiliki
mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini mununjukan bahwa subjek
penelitian memiliki perfeksionisme perfeksionisme self oriented, perfeksionisme
other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed yang cenderung tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada manjemen konflik juga dapat dilihat bahwa manajemen konflik
cooperative memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti
bahwa manajemen konflik cooperative cenderung tinggi. Sedangkan manajemen
konflik controlling, manajemen konflik non confrontation memiliki mean empiris
yang lebih rendah dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik
controlling, manajemen konflik non confrontation yang cenderung rendah.
C. HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable
penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari
0,05 (p>0.05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis data
ini peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan
program SPSS 21.00 for windows.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik
Kolmogorov Smirnov
Statistic
Df
Sig
Self oriented
.078
101
.137
Other oriented
.050
101
.200
Socially
.084
101
.074
prescribed
Cooperative
.074
101
.191
Controlling
.139
101
.000
Non
.139
101
.000
confrontation
Dari hasil pengujian normalitas dengan teknik tersebut, didapatkan
nilai Kolmogoriv Smirnov pada perfeksionis self oriented sebesar 0,137, other
oriented sebesar 0.200, dan untuk socially prescribed sebesar 0,074.
Selanjutnya pada manajemen konflik cooperative didapatkan nilai sebesar
0,191, sedangkan pada manajemen konflik controlling
dan manajemen
konflik non confrontative didapatkan nilai sebesar 0,000.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bawa data yang
terdistribusi normal adalah pada skala perfeksionisme dan skala manajemen
konflik cooperative. Sedangkan pada manajemen konflik controlling dan
manajemen konflik nonconfrontative data yang didapat tidak terdistribusi
normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar
variabel bersifat linier atau tidak. Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05
(p<0,05) maka dapat dikatakan bahwa variable bebas dan variable tergatung
memiliki hubungan linier sehingga dapat diuji dengan statistika parametik.
Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari 0.05 (p>0,05) maka harus
diuji dengan statistika nonparametrik.
Tabel 13
Hasil Uji Lineritas
ANOVA TABLE
cooperative *
self oriented
Between
Groups
controlling *
other
oriented
Between
Groups
Non
confrontation
*
socially
prescribed
Between
Groups
(Combined)
Linearity
Deviation
from Linearity
(Combined)
Linearity
Deviation
from Linearity
(Combined)
Linearity
Deviation
from Linearity
F
1.868
5.745
1.763
Sig.
.014
.020
.024
2.007
6.929
1.848
.008
.010
.018
.848
7.610
.643
.696
.008
.917
Dari hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa perfeksionisme memiliki
hubungan linier dengan manajemen konflik. Hal ini tampak pada taraf
signifikansi (p) antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
konflik cooperative yang memiliki taraf sig (p) sebesar 0,020, perfeksionisme
other oriented dengan manajemen konflik controlling sebesar 0,010, dan
perfeksionisme
socially
priscribed
dengan
manajemen
konflik
nonconfrontative sebesar 0,008.
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi
normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan
pengujian menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan
SPSS 21.00 for windows.
Tabel 14
Hasil skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen
konflik cooperative
Correlations
Pearson
Perfeksionisme Pearson
.208*
Self oriented Correlation
dengan
Manajemen
Sig. (1-tailed)
.019
Konflik
N
101
Cooperative
*Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 15
Hasil skor korelasi antara perfeksionis other oriented, socially prescribed
dengan manajemen konflik controlling, non confrontation
Correlations
Perfeksionis
Correlation
.185*
Other oriented Coefficient
dengan
Sig. (1-tailed)
.032
Manajemen
N
101
Spearman’s rho
Konflik
Controlling
Perfeksionisme
socially
presribed
dengan
Manajemen
Konflik
Non
confrontation
Correlation
Coefficient
Sig. (1-tailed)
N
.304**
.001
101
Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik
cooperative. Hal ini ditunjukan dengan skor korelasi antara perfeksionis self
oriented dengan manajemen konflik cooperative yang menunjukan angka
sebesar 0,208 dan skor signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) yaitu
sebesar 0,019. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis
self oriented maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen
konflik cooperative oleh individu dan sebaliknya.
Pada hasil antara perfeksionis other oriented dengan manajemen
konflik controlling diperoleh skor korelasi sebesar 0,185 dengan skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
positif signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen
konflik controlling. Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme other
oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan
manajemen konflik controlling.
Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada
perfeksionisme
socially
precribed
dengan
manajemen
konflik
non
confrontation yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor
signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi
perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat
penggunaan manajemen konflik non confrontation.
D. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil korelasi
antara kedua variabel perfeksionisme dengan manajemen konflik pada
individu dewasa awal yang berpacaran. Pemilihan manajemen konflik dalam
menangani konflik dalam hubungan pacaran pada dewasa awal dianggap
penting. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa awal hubungan romantis
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan pada individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dewasa awal. Baik atau buruknya kualitas hubungan yang dijalani oleh
individu dewasa awal sangat berpengaruh pada pencapaian pembentukan rasa
identitas.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang
signifikan juga tampak pada perfeksionisme socially precribed dengan
manajemen konflik non confrontation yang menunjukan angka korelasi
sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan
bahwa semakin tinggi perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi
pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada individu.
Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially prescribed maka semakin
rendah tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation.
Burns (1983) mengungkapkan bahwa individu socially prescribed
perfectionism memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan
perasaaan negatif atau perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek
oleh orang lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka
dan memiliki pengungkapan emosi yang cenderung rendah (Gordon, L. Flett.,
Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa, 1996). Hal ini akan membuat individu
perfeksionisme
socially
prescribed
cenderung
untuk
memanajemen
konfliknya dengan gaya non confrontation. Orang yang menggunakan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ini tidak pernah memperlihatkan kemarahan mereka dan cenderung untuk
mengendalikan emosi mereka sehingga terlihat tidak responsif dengan
intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk menghindari konflik,
dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa mungkin.
Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan
kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa socially prescribed
perfectionism berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan
malu/segan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negatif, juga harga diri
sosial yang rendah. Hal ini membuat individu dengan socially prescribed
perfectionism yang tinggi memiliki pola respon untuk mengantisipasi kritikan
dari harapan orang lain yang tidak realistis dengan cara menarik diri
(withdrawn).
Dalam hubungan pacaran mengekspresikan perasaan merupakan
bagian dari keintiman. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional
manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan merasa bisa berbicara
mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Ketika individu tidak
mampu untuk mengekspresikan perasaaannya maka hal tersebut akan
menimbulkan permasalahan pada hubungan pacaran mereka. Ketika individu
yang menajalani hubungan pacaran memiliki manajemen konflik non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
confrontation maka dimungkinkan hubungan yang dijalani menjadi kurang
baik. Hal ini karena masalah yang terjadi tidak benar-benar terselesaikan. Hal
ini diperkuat oleh Beebe (1996) yang menyatakan bahwa individu dengan
gaya manajemen konflik non confrontation ini selalu menyerah ketika
berhadapan dengan konflik. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman
dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum
konflik meningkat (Beebe, Steven A, dkk, 1996).
Pada hasil korelasi antara perfeksionisme self oriented dengan
manajemen konflik cooperative menunjukan hasil korelasi sebesar 0,208 dan
skor signifikansi sebesar 0,019 dengan (p<0,05). Hal tersebut menunjukan
bahwa semakin tinggi perfeksionisme self oriented maka semakin tinggi pula
tingkat penggunaan manajemen konflik cooperative oleh individu dan
sebaliknya.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa perfeksionis self oriented
yang dimiliki seseorang memiliki hubungan dengan manajemen konflik
konstruktif yaitu manajemen konflik cooperative dalam menghadapi
permasalahan di dalam hubungan pacaran mereka. Hal ini didukung oleh
Hewit dan Flett yang menyatakan bahwa perfeksionisme self-oriented
memiliki potensi adaptif yang sehat, salah satunya adalah kemampuan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
individu perfeksionis self oriented dalam hal mengerti pesan nonverbal orang
lain dan kemampuan melibatkan orang lain dalam percakapan. Selain itu,
perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan
diri ketika menghadapi masalah. Hal ini dapat menjadi kemampuan yang
positif dalam penyelesaian konflik dengan pasangan. Konflik sesungguhnya
dapat menguntungkan suatu hubungan ketika individu memanajemen konflik
yang ada dengan manajemen konflik konstruktif.
Perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan berfikir secara
kostruktif dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif
(Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith,
Williams., & Gary Winkworth, 2000). Hal ini membuat individu
perfeksionisme self oriented cenderung untuk menggunakan gaya cooperative
dalam memanajemen konfliknya. Sehingga mereka cenderung berorientasi
pada orang lain dalam menyelesaikan konflik yang ada dan tidak hanya
berfokus pada dirinya sendiri. Mereka juga cenderung berusaha untuk
manjaga komunikasi tetap harmonis dan fokus pada kepentingan bersama
dalam menyelesaikan konflik dengan pasangannya.
Hal ini dapat terjadi karena seseorang dengan perfeksionisme self
oriented memiliki kemampuan menyesuaikan diri saat menghadapi masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Selain itu, kamampuan belajar yang dimiliki oleh individu perfeksionisme self
oriented membantu ia dalam membuat penilaian ketika menghadapi masalah
sehingga dapat mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak
dengan melihat berbagai pilihan solusi dalam memecahkan masalah. Hal ini
juga juga diperkuat dengan pernyataan Pierce dkk (1997) bahwa individu
dengan perfeksionisme self oriented memiliki kemampuan dalam membangun
dan mempertahankan hubungan (Williams, Meredith, Gary W, 2000).
Dengan demikian, pengelolaan konflik dapat berjalan dengan baik sehingga
dapat berpengaruh baik pada pengembangan pribadi dan membuat seseorang
lebih memahami diri sendiri dan orang lain (Wood,2007).
Hasil lain dari penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ada
hubungan positif antara perfeksionisme interpersonal, yaitu other oriented
perfectionism dengan manajemen konflik controlling. Penelitian ini
menunjukan bahwa perfeksionisme interpersonal, yaitu perfeksionisme other
oriented
memiliki
hubungan
dengan
manajemen
konflik
destruktif.
Manajemen konflik yang destruktif dapat menyebabkan rusaknya suatu
hubungan (Supratiknya, 1995). Hal ini juga didukung oleh sebuah penelitian
yang menyatakan bahwa other oriented perfectionism juga berasosiasi dengan
penyesuaian psikososial yang buruk (Stoeber, Joachim, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Adanya penyesuaian psikososial yang buruk membuat individu
perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin
dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh
individu perfeksionis (Flett, Gordon L, 2003). Pada penelitian lainnya yang
melibatkan 58 pasangan mahasiswa memberikan hasil bahwa individu yang
memiliki harapan-harapan perfeksionisme pada pasangan mereka memiliki
kualitas hubungan yang rendah dibandingkan dengan individu yang tidak
memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya (Arcuri Anna, 2013).
Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other
oriented dengan manajemen konflik controlling dengan skor signifikansi
sebesar 0,032 dengan (p<0,05) menunjukan arti bahwa semakin tinggi
perfeksionis other oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat
penggunakan manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah
perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah pula tingkat
penggunakan manajemen konflik controlling.
Individu dengan perfeksionisme other oriented akan cenderung untuk
menuntut orang lain memenuhi standar-standarnya. Selain itu, ia juga
memiliki
perhatian
berlebihan
terhadap
kesalahan
orang
lain,
dan
mengevaluasi orang lain juga bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F.
Mikail, 1991). Hal ini membuat individu tersebut cenderung mengelola
konflik mereka dengan gaya controlling, yaitu mendominasi orang lain dan
membuat keputusan berdasarkan atas penilaiannya sendiri.
Keinginan untuk mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan
pada
kegagalan
orang
lain
juga
menyebabkan
mereka
umumnya
memanajemen konfliknya dengan berpatokan pada solusi yang membenarkan
satu pihak dan membuat pihak lain salah (win-lose solution). Hal ini akan
membuat hubungan mereka menjadi bermasalah, seperti dinyatakan pada
sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan bahwa pacaran
pada individu perfeksionisme memiliki tingkat kepuasan hubungan yang
rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga menyebabkan tingkat
komitmen yang rendah dalam hubungan pacaran mereka (Stober, Joachim,
2012). Selain itu, adanya kekhawatiran terhadap evaluasi pada individu
perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah kepercayaan dan kepedulian,
(Dunkley
,David.
M,
2000).
Other
oriented
perfectionism
juga
memperlihatkan tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan
permusuhan pada orang lain. Hal ini membuat mereka memiliki keinginan
untuk menang dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain
dalam menyelesaikan konflik yang ada. Orang dengan gaya manajemen
konflik ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikannya
daripada bertanggungjawab terhadap konflik (Beebe, Steven A, dkk, 1996).
Hal ini membuat tipe perfeksionisme other oriented memiliki banyak konflik
dalam hubungan interpersonal (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley,
Shapiro., & Jill Rayman, 2001). Adanya hal tersebut juga mempengaruhi
penyesuaian diri dan dukungan yang rendah antar pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dibahas tentang hubungan
perfeksionisme dengan manajemen konflik pada dewasa awal yang menjalin
relasi romantis maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Ada hubungan positif signifikan antara perfeksionisme self
oriented dengan manajemen konflik cooperative. Hal tersebut
menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis self oriented maka
semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
cooperative oleh individu dan sebaliknya.
b. Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other
oriented dengan manajemen konflik controlling. Hal tersebut
menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis other oriented
pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah
perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah
pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling.
c. Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada
perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non
confrontation. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi
perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula
tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada
individu. Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially
prescribed maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen
konflik non confrontation.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa
keterbatasan, yaitu dalam membuat skala manajemen konflik jumlah soal
yang diberikan terlalu banyak sehingga membuat subjek jenuh saat
mengerjakannya. Hal ini juga menjadi hal yang sering kali dikeluhkan oleh
beberapa subjek dalam mengerjakan skala manajemen konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
C. Saran
1. bagi penelitian yang akan datang :
a. Peneliti
selanjutnya
permasalahan
yang
diharapkan
terkait
untuk
dalam
meneliti
dengan
berbagai
hubungan
pacaran
dengan
perfeksionisme karena penelitian tentang perfeksionis dalam hubungan
pacaran di Indonesia masih sangat sedikit.
b. Dalam pembuatan skala sebaiknya para peneliti selanjutnya dapat
memperhatikan jumlah item dalam pembuatan alat ukur supaya tidak
terlalu banyak.
2. Bagi individu perfeksionis yang menjalin hubungan romantis
a. Individu yang memiliki kecenderungan perfeksionisme diharapkan untuk
memperhatikan manajemen konflik yang digunakan dalam mengatasi
konflik yang ada dalam hubungannya dengan cara konstruktif sehingga
hubungan tersebut dapat terjaga/terjalin dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati. (2004). Perfeksionisme, harga diri, dan
kecenderungan depresi pada remaja akhir. Jurnal Psikologi, 1, 1 – 14
A.M.P, Monks F.J., Knoers., & Siti, Rahayu H. (1989). Psikologi perkembangan :
pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta, Gajah Mada University
Press.
Arcuri, Anna. (2013). Dyadic perfectionism, communication patterns and relationship
quality in couples. Electronic Theses and Dissertations.
Aswar, Saifuddin. (2007). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Chandra, Robby I. (1992). Konflik dalam hidup sehari-hari. Yogyakarta, Kanisius.
Beebe, Steven. A., Susan J. Beebe., Mark V. Redmond. (1996). Interpersonal
communication : relating to others. Needham Height, Simon & Schuster
Company.
Braiker, H., & Kelley, H. H. (1979). Conflict in the development of close
relationships. In R. L. Burgess & T. L. Huston (Eds.), Social exchange in
developing relationships. New York: Academic.
Brandenberger, Amanda, J. (2001). Relationship conflict : the good and the ugly.
Advences in Communication Theory & Research.
Cicchetti, Domenic V. (1994). Guidelines, Criteria, and Rules of Thumb for
Evaluating Normed and Standarduzed Assessment Instruments in Psychology.
Psychological Assessment, 6 (4), 284-290.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Detik
news.
2011.
Tingkat
Perceraian
di
Indonesia
Meningkat.
http://news.detik.com/berita/1696402/tingkat-perceraian-di-indonesiameningkat. Diakses 10 Februari 2017.
Dunkley, David M., Tobey, Mandel., & Denise Ma. (2014). Perfectionism,
neuroticism, and daily stress reactivity and coping effectiveness 6 months and
3 years later. Journal of Counseling Psychology, 61, 616–633.
Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., &
Gary Winkworth. (2000). The relation between perfectionism and distress :
daily stress. coping, and perceived social support as mediators and
moderators. Journal of Counseling Psychology. 47, 437-453.
Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S. (2014). Kecenderungan pembelian
kompulsif: Peran perfeksionisme dan gaya hidup hedonisme. Psikologia, 9(3),
103-112.
Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman. (2001).
Perfectionism, beliefs, and adjustment in dating relationships. Current
Psychology : Development. 20, 289-311.
Fletcher, Garth, J., Geoff, Thomas., Jefry, A. Simpson. (2000). Ideals, perceptions,
and evaluatins in early relationship development. Journal of Personality and
Social Psychology, 79, 933-940.
Fox, Anne. (2009). Mengendalian konflik. Surabaya, Selaras Surabaya Publishing.
Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa. (1996). Dimensions of
perfectionism, psychosocial adjustment, and social skills. Personality
Individual Differences, 20, 143-150.
Ibrahim, Yuliani., Jamaluddin, Idris., & Nasir, Usman. (2012). Manajemen konflik
dalam peningkatan Produktivitas di akademi kebidanan Muhammadiyah
Banda aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala, 1, 70- 81.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
John W Santrock. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup.
Jakarta, Erlangga.
John, W Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga.
Kurdek, Lawrence A. (1994). Conflict resolution styles in gay, lesbian, heterosexual
nonparent, and heterosexual perent couples. Journal of Marriage and the
Family, 705-722.
Mackinnon, Sean .P., Simon, B. Sherry., Martin, M. Antony., Sherry, H. Stewart.,
Dayna, L. Sherry., Nikola Hartling. (2012). Caught in a bad romance:
perfectionism, conflict, and depression in romantic relationships. Journal of
Family Psychology. 26, 215–225.
Mee, Foo Fatt., Siti, Aishah Hassan., Maznah, Baba., Mansor, Abu Talib., Noor,
Syamilah Zakaria. (2015). Relationship between Perfectionism and Marital
Satisfaction among Graduate Students. International Journal of Education
and Research.3.
Michelle, Haring., & Paul, L. Hewitt. (2003). Perfectionism, coping, and quality of
intimate relationships. Journal of Marriage and Family, 65, 143-158.
Narimawati, Umi., Dan Munandar, Dadang. (2008). Teknik Sampling : Teori dan
prakik dengan SPSS 15. Yogyajakarta. Gava Media.
Papalia, Diane, E., dkk. (2008). Human Development Psikologi perkembangan.
Jakarta. Prenada Media group.
Papilia, Diane. E., Sally Wendkos. O., & Ruth, Duskin. F. (2009). Human
development : perkembangan manusia. Jakarta, Salemba Humanika.
Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. (2014). Meyelami Perkembangan Manusia :
Experience Human Development. Jakarta. Salemba Humanika.
Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail.
(1991). The multidimensional Perfectionism Scale : Reliability validity, and
psychometric properties in psychiatric samples. Journal of Consulting
Clinical Psychology, 3, 464-468.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Paul, L. Hewitt., & Goldon, L. Flett. (1991). Perfectionism in the self and social
contexts:
Conceptualization,
assessment,
and
association
with
psychopathology. Journal of Personality and Social Psychology, 60, 456-470.
Paul, L. Hewitt., & Goldon, L. Flett. (1991). Dimensions of perfectionism in unipolar
depression. Journal of Abnormal Psychology, 1, 98-101.
Pranungsari, Dessy. (2010). Kecenderungan dan perfeksionisme pada anak gifted
dikelas ekselerasi. Humanitas. 7.
Purwanto, E. A., dan Dyah, R. S. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif untuk
Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta.
Santoso, Agung. (2010). Statistika untuk psikologi : dari blog menjadi buku.
Yogyakarta, Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah
Genis B) Jakarta: Erlangga.
Sarwono Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta,
Graha Ilmu.
Sumanto. (2014). Psikologi Perkembangan (Fungsi dan Teori). Jakarta, PT Buku
Seru.
Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antarprigooi. Yogyakarta, Kanisius.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologi. Yogyakarta, Universitas Sanata
Dharma
Stober, Joachim. (1998). The fost multidimensional perfectionism scale revisited :
more perfectionism with four (intead of six) dimensions. Personality and
Individual Differences, 24 (4), 481-491.
Stoeber, J. (2012). Dyadic perfectionism in romantic relationships: Predicting
relationship satisfaction and longterm commitment. Personality and
Individual Differences, 53(3), 300-305.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Sugiyono, Prof. Dr. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung, Alfabeta.
Weber, Marla, Reese. (2015). Intimacy, communication, and aggressive behaviors :
variations by phases of romantic relationship development. Journal of
Personal Relationships.
Winardi. (1994). Manajemen konflik : konflik perubahan dan pengembangan.
Bandung, Mandar Maju.
Wood, Julia T. (2007). Interpersonal communication encounters. United State Of
America, Thomson Higher Education.
Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, aplikasi, dan penelitian.
Jakarta, Selemba Humanika.
Taylor Shelley E., et al. (2009). Psikologi Sosial edisi kedua Belas. Jakarta, Kencana.
Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih. (2000). Penggunaan
manajemen konflik Ditinjau dari status keikutsertaan dalam mengikuti
kegiatan pecinta alam di universitas gadjah mada Yogyakarta. Jurnal
Psikologi, 2, 111 – 119.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
Skala Perfeksionisme
SKALA PENELITIAN
Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan
Perkenalkan, saya adalah Agatha Asih Widiningrum, mahasiswa dari Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saya ingin lebih memahami dinamika pengalaman
dalam relasi romantis. Untuk itu kami meminta partisipasi teman-teman untuk mengisi angket
yang telah kami siapkan ini. Jika teman-teman mengisi angket ini, maka teman-teman
memberikan sumbangsih pada pemahaman tentang relasi romantis saat ini.
Informasi yang teman-teman berikan menjadi informasi yang berharga apabila temanteman memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban yang
benar atau salah dalam pengisian angket ini. Semua jawaban yang diberikan teman-teman
adalah jawaban yang baik dan benar apabila teman-teman mengerjakan sesuai dengan
keadaan teman-teman yang sesungguhnya. Kami sangat memahami bahwa informasi yang
teman-teman berikan mungkin bersifat pribadi dan sangat privasi, oleh karena itu kami
menjaga kerahasiaan jawaban teman-teman. Angket ini bersifat anonim atau tanpa nama
sehingga kami tidak mengetahui identitas teman-teman.
Kami sangat berterima kasih apabila teman-teman bersedia untuk membaca dan
mengisi setiap pernyataan yang ada dalam skala ini sesuai dengan keadaan dan kondisi
sesungguhnya teman-teman saat ini. Tidak ada jawaban benar ataupun salah, baik ataupun
buruk dalam pengisian skala ini. Semua jawaban yang diberikan teman-teman adalah
jawaban yang baik dan benar apabila teman-teman mengerjakan sesuai dengan keadaan
teman-teman yang sesungguhnya.
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Jika teman-teman sudah jelas dengan penjelasan kami, dan bersedia mengisi angket,
silakan teman-teman memberikan tanda tangan sebagai tanda persetujuan bahwa kalian
bersedia mengisi angket ini.
_______________________________________________________________
Saya telah membaca dan memahami penjelasan tentang pengisian angket ini, dan saya
bersedia mengisi angket ini.
Ttd,
IDENTITAS
Inisial
: ....................
Usia
: .................... tahun
Jenis Kelamin
Suku
: L / P (lingkari jawaban yang betul)
: ..........................
Berapa lama kamu telah berpacaran?
…………………………….
Apakah hubunganmu dengan pasanganmu termasuk pacaran jarak jauh?
a. YA
b. TIDAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
BAGIAN 1
Di bawah ini, ada beberapa pernyataan yang teman-teman alami dalam kehidupan. Silahkan
baca dan perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama dan berilah tanda
silang (X) pada kolom yang berada di sebelah kanan pernyataan sesuai dengan keadaan
teman-teman yang sesungguhnya.
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
ATS
: Agak Tidak Setuju
N
: Netral
AS
: Agak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
Di bawah ini adalah contoh pernyataan dan contoh jawabannya:
No.
1.
PERNYATAAN
Ketika saya mengerjakan sesuatu, saya tidak
STS
TS
ATS
N
AS
S
SS
X
bisa bersantai sampai hal tersebut selesai
dengan sempurna.
Mohon jawab setiap pernyataan yang ada pada angket ini dan jangan sampai ada yang
terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan dan
kondisi teman-teman yang sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
No.
1.
PERNYATAAN
Saya tidak bisa bersantai sebelum hal yang
saya kerjakan selesai dengan sempurna
2.
Saya tidak akan mengkritik seseorang yang
gampang menyerah.
3.
Bukan merupakan hal yang penting jika
orang-orang yang dekat dengan saya sukses.
4.
Ketika teman saya tidak berusaha
mengerjakan sesuatu sebaik mungkin maka
saya tidak akan mengomentari dan
mengkritiknya
5.
Saya merasa kesulitan memenuhi harapan
yang orang lain inginkan dari diri saya
6.
Salah satu tujuan saya adalah untuk menjadi
sempurna dalam segala hal yang saya
lakukan.
7.
Segala hal yang dilakukan orang lain harus
sempurna
8.
Dalam pekerjaan saya tidak pernah ingin
sempurna
STS
TS
ATS
N
AS
S
SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
9.
Orang-orang tidak mempermasalahkan
ketika saya membuat kesalahan
10. Tidak masalah ketika seseorang yang dekat
dengan saya tidak melakukan yang terbaik.
11. Jika saya mengerjakan sesuatu dengan baik
maka oranglain akan menuntut saya lebih
banyak
12. Saya jarang merasakan kebutuhan untuk
menjadi sempurna.
13. Apa pun yang saya lakukan yang kurang
dari sempurna akan terlihat seperti pekerjaan
yang buruk oleh orang-orang di sekitar saya.
14. Saya berusaha untuk menjadi sesempurna
yang saya bisa.
15. Sangatlah penting bahwa saya sempurna
dalam segala hal yang saya coba.
16. Saya memiliki harapan yang tinggi untuk
orang-orang yang penting bagi saya.
17. Saya berusaha untuk melakukan segala hal
sesempurna mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
18. Orang-orang di sekitar saya mengharapkan
saya untuk sukses di segala sesuatu yang
saya lakukan.
19. Saya tidak mengharapkan orang-orang
disekitar saya selalu melakukan segala
sesuatu dengan sangat baik
20. Saya menuntut kesempurnaan dari diri saya
21. Orang lain akan menyukai saya bahkan jika
saya tidak unggul dalam segalanya.
22. Saya tidak suka berurusan dengan orang
yang tidak mau memperbaiki dirinya
23. Saya merasa tidak nyaman ketika melihat
kesalahan di dalam pekerjaan saya.
24. Saya tidak mengharapkan teman-teman saya
untuk menjadi yang terbaik dalam banyak
hal
25. Saya merasa sukses ketika pekerjaan saya
berhasil menyenangkan orang lain
26. Jika saya meminta seseorang untuk
melakukan sesuatu, saya berharap hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
tersebut dilakukan dengan sempurna.
27. Saya tidak tahan melihat orang-orang yang
dekat dengan saya membuat kesalahan.
28. Saya perfeksionis dalam menetapkan tujuan
saya.
29. Orang-orang yang berarti untuk saya
seharusnya tidak pernah mengecewakan
saya.
30. Walaupun saya tidak sukses, orang lain akan
berfikir saya baik-baik saja
31. Saya merasa bahwa orang-orang terlalu
menuntut saya.
32. Saya harus bekerja sebaik mungkin setiap
saat.
33. Saya merasa orang lain akan sangat marah
pada saya ketika saya membuat kesalahan
34. Saya tidak harus menjadi yang terbaik di
dalam apa pun yang saya lakukan.
35.
Keluarga saya mengharapkan saya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
selalu menjadi yang terbaik
36. Saya tidak memiliki cita-cita yang sangat
tinggi untuk diri saya
37. Orang tua saya tidak mengharapkan saya
untuk selalu unggul dalam segala hal
38. Saya tidak masalah bergaul dengan orangorang yang tidak selalu unggul dalam
banyak hal
39. Orang-orang mengharapkan kesempurnaan
dari saya.
40. Saya menetapkan standar yang sangat tinggi
untuk diri sendiri.
41. Orang-orang mengharapkan lebih dari yang
saya mampu.
42. Saya harus selalu sukses di sekolah atau
dalam pekerjaan.
43. Tidak masalah bagi saya ketika teman dekat
saya tidak mencoba sebaik yang mereka
bisa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
44. Saya merasa orang-orang masih
menganggap saya kompeten walaupun saya
membuat kesalahan
45. Saya jarang mengharapkan orang lain untuk
unggul dalam apa pun yang mereka lakukan.
Silahkan periksa kembali jawaban teman-teman, jangan sampai ada yang terlewat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN 2
Skala Manajemen Konflik pada Dewasa Awal Berpacaran
BAGIAN 2
Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai penyelesaian masalah dalam hubungan
berpacaran.
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban dari tiap pernyataan dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut teman-teman paling sesuai
atau mendekati keadaan teman-teman. Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan
buruk, serta tidak ada jawaban benar dan salah. Silahkan memberikan jawaban untuk
setiap pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewat. Kami sangat menghargai kejujuran
dan keterbukaan anda.
Dibawah ini adalah contoh pernyataan dan jawaban
Ketika kamu ingin pergi ketempat makan A tetapi pasanganmu ingin ke tempat
makan B maka kamu akan...
A.
Memilih tempat makan yang mendekati keinginan kita berdua
B.
Mengikuti pilihan pasangan
C.
Mengajak pasangan untuk ke tempat makan pilihan saya
Mohon menjawab setiap pernyataan yang ada pada angket ini dan jangan sampai ada yang
terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan dan
kondisi teman-teman yang sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
1. Ketika kamu ingin pergi ketempat makan A tetapi pasanganmu ingin ke tempat
makan B maka kamu akan...
A.
Memilih tempat makan yang mendekati keinginan kita berdua
B.
Mengikuti pilihan pasangan
C.
Mengajak pasangan untuk ke tempat makan pilihan saya
2. Ketika pasangan saya terlalu sibuk dengan kegiatannya dan tidak memiliki waktu
untuk saya, maka saya akan....
A.
Memintanya untuk mengurangi kegiatannya jika tidak ingin bertengkar terus
menerus karena hal tersebut hingga merusak hubungan kami
B.
Mencoba mengatasinya dengan mencari solusi yang tidak merugikan kami
berdua
C.
Mencoba mengatasinya dengan mengalah dan mengerti keadaannya
3. Ketika pasangan saya salah paham dengan saya sehingga ia menjadi marah pada saya,
maka saya akan....
A.
meminta maaf terlebih dahulu agar pasangan saya lebih tenang lalu
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi
B.
menjelaskan kesalahpahaman tersebut dan menyalahkan pasangan karena
marah sebelum mendengarkan penjelasan saya
C.
Memahami kenapa pasangan bersikap seperti itu dan menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
4. Saat saya sedang sangat membutuhkan pasangan saya, namun ia tidak dapat
menemani saya, maka saya akan...
A.
Meminta secara terus menerus hingga ia mau menemani saya
B.
Saling mengungkapkan alasan kami terkait keiginan saya dan ketidakbisaan ia
tanpa membahas masalah lain yang tidak terkait hal ini
C.
Memilih tidak banyak berkomentar pada penolakannya supaya kami tidak
berdebat panjang tentang hal tersebut
5. Saat pendapat saya dan pasangan berbeda dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
maka saya akan....
A.
Mendiskusikan perbedaan tersebut hingga kami sepakat memilih sebuah solusi
untuk menyelesaikan permasalah kami
B.
Membiarkan pasangan yang memilih solusi dari masalah kami dan berusaha
menyesuaikan diri dengan pemikiran pasangan saya
C.
Berusaha untuk membuat pasangan saya menyetujui pendapat saya karena
solusi yang saya pilih lebih tepat untuk menyelsaikan masalah yang ada
6. Saat pasangan saya bersikukuh pada keinginannya dan tidak mau mendengarkan
pendapat saya, maka saya akan....
A.
Berusaha untuk diam sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar
B.
Mencari solusi yang terbaik dan menyakinkan pasangan untuk menggunakan
solusi yang telah saya buat
C.
Mencari solusi bersama yang sekiranya tidak menyakiti perasaan saya dan
pasangan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
7. Ketika pasangan saya bertemu dengan mantan pacarnya tanpa sepengetahuan saya,
maka saya akan.....
A.
Memintanya berjanji untuk tidak akan menyulanginya lagi jika tidak maka
saya akan meminta putus dengannya
B.
Mencari solusi yang berfokus pada hubungan kami tanpa membahas
kesalahan-kesalahan yang yang pernah pasangan saya lakukan sebelumnya
C.
Menanyakan padanya tetapi saat ia menjadi sangat marah maka saya akan
mengalah
8. Ketika saya mengetahui bahwa pasangan saya sering pergi bersama dengan salah satu
teman lawan jenisnya yang tidak saya sukai, maka saya akan....
A.
Menunda untuk membicarakan hal tersebut karena malas bertengkar dengan
pasangan saya
B.
Melarang pasangan untuk tidak pergi lagi dengan temannya tersebut
C.
Mendiskusikan tanpa menyinggung tentang permasalahan lainnya
9. Ketika saya merasa salah satu sifat pasangan mengganggu saya, maka yang saya
lakukan adalah....
A.
Menyampaikan keluh kesah tanpa membuat penilaian
B.
Tidak mempermasalahkan hal tersebut
C.
Menyuruhnya untuk berubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
10. Saya mendapati pasangan saya berbohong pada saya bahwa ia sedang berada di
rumahnya padahal saat saya berkunjung ke rumahnya ia tidak ada disana, lalu saya
akan...
A.
Mencoba bersikap tenang dan menanyakan alasan kebohongannya juga
mencari solusi bersama untuk hal tersebut
B.
Menunda membicarakan hal tersebut hingga emosi saya mereda
C.
Langsung menghubunginya dan menyatakan kebohongannya sehingga ia
merasa bersalah kepada saya
11. Ketika pasangan saya selalu melibatkan temannya untuk menyelesaikan permasalahan
kami saat bertengkar, maka saya akan....
A.
Membiarkannya ia melakukannya
B.
Berbicara dan mengarahkan pasangan saya pada hal yang saya mau untuk
menyelesaikan masalah tersebut
C.
Menyampaikan ketidaksukaan saya terhadap sikapnya tersebut
12. Saat saya menjadi lebih emosional karena tidak bisa mengungkapkan rasa rindu sama
terhadap pasangan saya, maka saya akan....
A.
Menyalahkan pasangan yang tidak peka pada perasaan saya
B.
Menjelaskan kepada pasangan sebelum hal tersebut terjadi sehingga ketika hal
itu terjadi pasangan saya dapat mengerti kenapa saya bersikap demikian
C.
Memilih untuk diam hingga perasaan saya dapat terkendali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
13. Ketika saya melihat pasangan saya sedang berada di suatu tempat dengan temantemannya padahal sebelumnya ia mengatakan bahwa ia sedang dirumah, maka saya
akan....
A.
Memilih untuk tidak membicarakan dengan pasangan dan berpura-pura tidak
tau agar kami tidak bertengkar
B.
Mengancam untuk putus dengannya jika ia sampai berbohong lagi
C.
Saling menjelaskan apa yang kami rasakan secara bergantian dan mencari
solusi yang terbaik bagi kami berdua
14. Saat pasangan saya marah tanpa alasan yang jelas pada saya, maka saya akan....
A.
Berbalik marah kepada pasangan
B.
Mengajaknya bicara berdua
C.
Membujuknya untuk tidak marah lagi
15. Saat pasangan saya marah karena salah menangkap arti dari kata-kata saya, maka saya
akan...
A.
Menjelaskan dan meluruskan permasalahan tersebut
B.
Mengaku salah dan langsung meminta maaf
C.
Mengancam akan meninggalkan pasangan saya jika ia tetap marah
16. Ketika pasangan saya tidak mau menerima alasan apapun saat saya tidak bisa
menepati janji untuk menemuinya, maka saya akan....
A.
Berbalik mendebat pasangan tentang sikapnya tersebut hingga ia mengalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
B.
Menunggu agar ia lebih tenang setelah itu mengajaknya bicara dan
menjelaskan alasan saya hingga ia mengerti
C.
Berusaha meminta maaf bagaimanapun caranya agar pasangan saya tidak
marah lagi
17. Ketika kami memiliki masalah dan pasangan saya lebih percaya pada perkataan orang
lain daripada saya, maka saya akan....
A.
Menanyakan alasan kenapa ia lebih mempercayai orang lain dan memberitahu
pendapat saya tentang hal tersebut
B.
Membujuk pasangan saya agar tidak mempercayai pendapat orang lain dan
mencoba meredam emosinya
C.
Menyakinkan pasangan saya bahwa hal yang dilakukannya adalah salah dan
hal tersebut menyakiti perasaan saya
18. Saat pasangan saya sudah berjanji menemani saya pergi kesuatu tempat tetapi tibatiba ia membatalkan janji tersebut, maka saya akan....
A.
Mencoba menerima perilakunya tersebut walaupun saya merasa kesal
B.
Memintanya menjelaskan kemudian memutuskan apakah pendapatnya bisa
saya terima atau tidak sebelum saya mengambil keputusan
C.
Meminta penjelasannya terlebih dahulu tentang alasannya dan bersama-sama
membicarakan hal tersebut
19. Ketika pasangan saya mudah menyatakan kata putus saat kami bertengkar, maka saya
akan....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
A.
Menyetujuinya agar saya tidak kalah darinya dan membuat ia merasa berkuasa
B.
Mengajaknya untuk fokus pada permasalahan yang dihadapi
C.
Membujuk dan meminta maaf saat pasangan saya terlihat sudah sangat marah
20. Ketika pasangan saya mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan saya, maka
saya akan....
A.
Memendamnya dalam hati
B.
Memintanya untuk merenung dan merubah perilakunya tersebut
C.
Membicarakannya dengan tenang dan saling mengungkapkan perasaan
tentang kejadian tersebut hingga kami bisa memikirkan solusi yang tepat
21. Saya tidak suka ketika pasangan saya sering menceritakan permasalahan pribadi kami
kepada orang lain, oleh karena itu saya akan...
A.
Membicarakan pada pasangan saya tentang hal tersebut dan saling
memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan
B.
Berusaha untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut
C.
Marah dan meminta pasangan untuk merubah perilakunya tersebut
22. Ketika saya dan pasangan sudah memiliki janji tetapi pasangan saya tidak tepat
waktu, maka saya akan...
A.
Mengungkapkan perasaan saya dan mendiskusikannya
B.
Memilih diam untuk menghindari konflik yang lebih besar
C.
Marah kepadanya hingga ia mengaku salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
23. Ketika pasangan saya melarang saya mengikuti beberapa kegiatan yang ingin saya
ikuti, maka saya akan...
A.
Menanyakan alasannya dan berusaha mencari solusi yang tidak menyakiti
perasaan kami berdua
B.
Menuruti kemauan pasangan agar tidak membuat masalah tersebut menjadi
lebih besar
C.
Tetap melakukan kegiatan tersebut tanpa memperdulikan larangan pasangan
saya
24. Ketika pasangan saya selalu mengecek chat di handphone saya saat kami sedang
bersama, maka saya akan....
A.
Membiarkannya saja untuk menghindari perdebatan yang panjang antara kami
B.
Secara langsung menyatakan ketidaksukaan saya tentang hal tersebut dan
memintanya untuk mengubah perilakunya tersebut
C.
Berusaha mencari solusi yang tepat tanpa menyakiti perasaan pasangan saya
25. Saat pasangan saya tidak memperbolehkan saya untuk chatting dengan teman lawan
jenis saya, maka saya akan....
A.
Menuruti kemauan pasangan saya agar kami tidak bertengkar
B.
Berdebat tentang hal tersebut dengan pasangan hingga ia mau mengalah pada
saya
C.
Mengajaknya bicara pelan-pelan dan mencari solusi yang terbaik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
26. Saya seringkali merasa curiga dengan pasangan saya ketika ia tidak sedang bersama
saya, karena hal itu maka saya....
A.
Selalu memeriksa apa yang sedang pasangan saya lakukan
B.
Menjelaskan perasaan saya sehingga kami bisa mencari solusi akan hal
tersebut
C.
Mencoba menekan perasaan tersebut agar tidak menjadi masalah bagi
hubungan kami
27. Ketika saya dan pasangan saya bertengkar, pasangan saya sering kali membandingkan
sikap saya dengan mantan pacarnya, karena itu saya akan....
A.
Memintanya untuk tidak melakukannya lagi atau saya akan kehilangan
kesabaran dan meninggalkannya
B.
Mengatakan ketidaksukaan saya terhadap perilakunya dan memberikan dia
waktu untuk menjelaskan alasan dari sikapnya
C.
Diam dan tidak mendebatnya kembali agar pertengkaran cepat selesai
28. Ketika saya mengetahui bahwa pasangan saya selingkuh dengan orang lain, maka
saya akan...
A.
Meminta penjelasan dan mempertimbangkan dengan baik sebelum mengambil
keputusan
B.
Tidak membahasnya dan berpura-pura tidak tahu
C.
Langsung memutuskan hubungan dengan pasangan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
29. Saya merasa sulit terbuka dengan pasangan saya mengenai permasalahan yang sedang
saya hadapi, oleh karena itu saya....
A.
Menunggu pasangan saya menanyakan permasalahan ini pada saya agar saya
bisa mencoba terbuka
B.
Tetap melakukan hal yang sama karena hal itu urusan saya dan saya merasa
bahwa pasangan saya tidak perlu mengetahuinya
C.
Mencoba memberitahu pasangan tentang masalah saya ini dan menanyakan
pendapatnya untuk apa yang harus kami lakukan jika situasi terjadi
30. Ketika saya ingin mengenal pasangan saya lebih jauh tetapi pasangan saya tidak
menunjukan antusiasme yang sama dengan saya, maka saya akan....
A.
Membahas hal tersebut berkali-kali hingga pasangan saya sadar dan mau
merubah sikapnya menjadi lebih antusias
B.
Membicarakan keinginan saya tentang hal tersebut dan meminta pendapat
pasangan tentang hal tersebut juga
C.
Menghindari pembicaraan tentang hal tersebut karena pasangan saya tidak
menyukainya
31. Ketika saya merasa tema pembicaraan saya dan pasangan seringkali tidak nyambung
satu sama lain, maka saya akan....
A.
Mengomentari tema pembicaraan yang dipilih oleh pasangan dan berusaha
merubah tema pembicaraan
B.
Mengutarakan yang sesungguhnya sehingga pasangan saya juga tau apa yang
saya rasakan dan mencoba beberapa hal untuk mengatasi hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
C.
Bersikap seolah mengerti dengan apa yang pasangan saya katakan
32. Saat saya menganggap kekhawatiran pasangan saya berlebihan pada saya, maka saya
akan....
A.
Tidak mempermasalahkan hal tersebut agar kami tidak bertengkar kerena hal
tersebut
B.
Menyalahkan perilakunya yang berlebihan dan memintanya untuk berhenti
khawatir berlebihan pada saya
C.
Menenangkan dan memberikan penjelasan bahwa ia tidak perlu terlalu
khawatir kepada saya
33. Saat saya ingin pasangan saya terbuka pada setiap kegiatannya tetapi ia merasa sikap
saya tersebut mengganggunya, maka saya akan....
A.
Berhenti menanyakan kegiatan-kegiatannya sesuai keinginan pasangan saya
B.
Berusaha membuatnya untuk terbuka pada saya bagaimanapun caranya
C.
Mencari penyelesaian dimana kami saling mentoleransi dan menekan ego
kami demi hubungan ini
34. Saat pasangan saya tidak mendukung impian-impian saya, maka saya akan....
A.
Menyalahkan sikap pasangan saya dan mengancam untuk mengakhiri
hubungan ini
B.
Mengajaknya berdiskusi tentang alasan saya memilih impian tersebut dan
alasan ia tidak mendukung impian tersebut
C.
Menyerah pada impian saya demi hubungan saya dengan pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
35. Ketika saya merasa bahwa tidak perlu untuk mengabari tentang keadaan saya setiap
saat tetapi pasangan saya merasa hal tesebut perlu, maka saya akan....
A.
Mencoba menemukan solusi yang baik untuk kami berdua
B.
Menuruti keinginannya
C.
Mempersuasi pasangan agar mengikuti keinginan saya untuk tidak mengabari
setiap hari
36. Saat saya merasa permintaan pasangan saya untuk memberitahu semua kegiatan saya
mengganggu privasi saya, maka saya akan...
A.
Membicarakannya dan mencari jalan tengah untuk permasalahan ini
B.
Mengajaknya bicara dan saat ia tetap marah maka saya akan menuruti
kemauannya
C.
Mencoba membujuknya untuk tidak melakukan hal tersebut
37. Ketika saya sakit tetapi pasangan saya tidak menanyakan keadaan saya dan terkesan
tidak peduli, maka saya akan....
A.
Menjelaskan perasaan saya dan keinginan saya tanpa menghakimi kekasih
saya tentang perilakunya
B.
Bersikap diam dan berusaha untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut
C.
Mengemukakan pendapat dan mengarahkan pasangan saya untuk mengubah
perilakunya seperti yang saya mau
38. Ketika pasangan saya tidak pernah berinisiatif untuk menanyakan masalah saya dan
selalu saya yang harus bercerita terlebih dulu, maka saya akan....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
A.
Saling menyatakan pendapat terhadap hal tersebut dan mencari solusi bersama
B.
Mencoba untuk mengerti sifat pasangan dan tidak mempermasalahkanya
C.
Memintanya untuk lebih berinisiatif menanyakan masalah saya dan
memperhatikan saya
39. Saat pasangan saya lebih mengutamakan teman-temannya dan kegiatannya daripada
saya, maka saya akan....
A.
Pasrah karena sikap pasangan saya memang seperti itu
B.
Menunjukan bahwa saya terganggu dengan sikapnya hingga pasangan saya
sadar dan mengubah sikapnya
C.
Mencari jalan keluar untuk masalah ini dengan tidak mengungkit masalah
yang lalu
40. Ketika pasangan saya sering curhat di media sosial tentang permasalahan dalam
hubungan kami sehingga diketahui oleh banyak orang, maka saya akan....
A.
Mengatakan bahwa tindakannya tersebut memalukan dan membuat saya tidak
suka sehingga ia harus mengubahnya
B.
Saling menjelaskan pendapat kami tentang hal tersebut sehingga kami saling
memahami dan membuat solusi bersama
C.
Membiarkannya saja saja dan mencoba memahami karakter pasangan saya
tersebut
41. Ketika kami sedang bersama tetapi pasangan saya lebih sibuk dengan HPnya maka
saya akan....
A.
Merebut hpnya sehingga ia lebih fokus pada saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
B.
Membicarakan bahwa akan lebih baik jika kami fokus pada satu sama lain
ketika bersama saja
C.
Bermain hp juga untuk menghindari kebosanan
42. Ketika saya merasa bahwa kami tidak perlu bertemu setiap hari tetapi pasangan saya
merasa bahwa bertemu setiap hari adalah hal yang diperlukan, maka saya akan....
A.
Mengajaknya mencari solusi yang tepat
B.
Menuruti keinginannya
C.
Mengabaikan keinginan pasangan karena saya tidak setuju dengan hal tersebut
43. Ketika pasanganmu mengungkit tentang kesalahanmu dimasa lalu saat bertengkar,
maka kamu akan....
A.
Ikut mengungkit masalah yang telah dilakukan pasangan saya di masa lalu
hingga ia akhirnya yang meminta maaf pada saya
B.
Mengajaknya membicarakan hal tersebut dan bergantian menyampaikan keluh
kesah kami terhadap hal tersebut
C.
Bersikap membantahnya dan membujuknya untuk tidak marah sebelum
masalah menjadi lebih besar
44. Ketika saya merasa diri saya tidak sebanding dengan pasangan saya, maka saya
akan....
A.
Membicarakan tentang perasaan saya tersebut pada pasangan dan juga
meminta masukan dari pasangan tentang hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
B.
Berusaha untuk mengikuti setiap keputusan yang dibuat pasangan saya terkait
hubungan kami
C.
Berusaha untuk meningkatkan diri agar pasangan saya tidak bisa meremehkan
saya
45. Saat marah pasangan saya terkadang mengatakan kata-kata kasar yang menyakiti hati
saya, oleh karena itu saya akan....
A.
Membicarakan permasalahan ini tanpa mengungkit masalah yang lalu
B.
Menghiraukannya agar kemarahan pasangan saya cepat mereda
C.
Melawan balik dengan melakukan hal yang sama hingga pasangan saya
meminta maaf lebih dulu pada saya
46. Ketika pasangan saya meremehkan pencapaian-pencapaian saya, maka saya akan....
A.
Memilih mengalihkan perasaan saya dengan hal lain agar saya melupakan
komentarnya yang menyakiti hati saya
B.
Memutuskannya karena ia menyakiti hati saya dengan hal tersebut
C.
Mengajaknya berdiskusi dan sama-sama menyampaikan perasaan kami
tentang hal tersebut
47. Ketika pasangan saya merasa diabaikan karena saya lebih memprioritaskan pekerjaan
saya, maka saya akan....
A.
Langsung meminta maaf sebelum pasangan saya bertambah kesal pada saya
B.
Memintanya untuk mengerti saya
C.
Mendengarkan alasan dia merasa seperti itu dan berjanji untuk mencoba
membagi waktu lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
48. Ketika cara saya menunjukan rasa sayang kepada pasangan tidak sesuai dengan
persepsi pasangan saya dan membuat kami bertengkar, maka saya akan....
A.
Mengemukakan alasan saya tentang cara menunjukan rasa cinta yang menurut
saya benar hingga pasangan saya berhenti mendebat saya
B.
Saling mengungkapkan pendapat tentang hal tersebut dan mendiskusikan apa
yang sebaiknya kami lakukan
C.
Meminta maaf segera mungkin pada pasangan saya
49. Ketika pasangan saya mengejek selera saya dalam berpenampilan, maka saya akan....
A.
Mengatakan untuk jangan melakukan hal tersebut dan memojokkannya
dengan berbagai pendapat yang tidak bisa ia elakan
B.
Mengajaknya berdiskusi tentang hal tersebut
C.
Memilih untuk tidak berkomentar tentang ucapannya tersebut
50. Ketika pasangan saya tidak menyukai dan menghina perilaku atau sifat teman dekat
saya, maka saya akan....
A.
Balas menghina teman-teman pasangan saya sehingga ia sadar perilakunya
tersebut menyakiti saya
B.
Memikirkannya dengan baik terlebih dahulu sebelum membicarakannya
dengan pasangan
C.
Mengalihkan topik pembicaraan agar ia tidak mengungkit hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
51. Saat pasangan saya sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya tetapi ia
tetap sama mengulanginya, maka saya akan....
A.
Menolak membicarakannya agar tidak terjadi pertengkaran
B.
Memberikan
peringatan
terakhir
dan
akan
memutuskannya
jika
ia
mengulanginya sekali lagi
C.
Mendiskusikan dan mencari solusi yang terbaik
52. Ketika pasangan saya tidak konsisten dengan ucapannya pada saya, maka saya akan....
A.
Langsung memafkannya
B.
membuatnya merasa bersalah pada saya sehingga ia akan meminta maaf pada
saya
C.
Membahas persoalan ini dengan tenang tanpa mengungkit kesalahan pasangan
yang lain
Silahkan periksa kembali jawaban teman-teman, jangan sampai ada yang terlewat.
Terimakasih 
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN 3
REALIBILITAS SKALA
Realibilitas skala Perfeksionisme
self-oriented perfectionism
Manajemen Konflik Controlling
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
Reliability Statistics
Cronbach's
.819
15
Alpha
.854
other-oriented perfectionism
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.623
15
socially prescribed perfectionism
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.706
14
Manajemen konflik cooperation
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
N of Items
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
.905
60
Manajemen Konflik Nonconfrontatif
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.824
60
LAMPIRAN 4
Uji Deskriptif Mean Empiris
Deskripsi data penelitian
Variabel
N
Min
Max
Mean
SD
Perfeksionisme
101
58
97
78.02
10.163
101
51
90
67.15
8.183
101
33
88
67.13
8.983
101
13
51
34.56
8.810
self oriented
Perfeksionisme
other oriented
Perfeksionisme
socially
prescribed
Manajemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
konflik
cooperative
Manajemen
101
0
30
8.58
5.990
101
0
29
8.91
5.597
konflik
controlling
Manajemen
konflik non
confrontation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Mean Teoritis
Jumlah item
: 15
Nilai minimal : 15 x 1 = 15
Nilai maksimal
: 15 x 7 = 105
Rentang nilai : 15 - 105
Jarak
: 105 – 15 = 90
Mean teoritik : (min+max)/2
= (15+105) : 2
= 120 : 2
= 60
Jumlah item
: 60
Nilai minimal : 60 x 0 = 0
Nilai maksimal
: 60 x 1 = 60
Rentang nilai : 0 - 60
Jarak
: 60 – 0 = 60
Mean teoritik : (min+max)/2
= (0 + 60) : 2
= 60 : 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
= 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
LAMPIRAN 5
UJI NORMALITAS DATA
self-oriented perfectionism
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
VAR00021
.078
101
.137
.969
101
a. Lilliefors Significance Correction
Sig.
.019
other-oriented perfectionism
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
*
TOTAL
.050
101
.200
.988
101
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sig.
.477
socially prescribed perfectionism
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
TOTAL
.084
101
.074
.975
101
a. Lilliefors Significance Correction
Sig.
.048
Manajemen konflik cooperative
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
TOTAL
.074
101
.191
.981
101
a. Lilliefors Significance Correction
Sig.
.142
Manajemen Konflik Controlling
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
Total
.139
101
.000
.925
101
a. Lilliefors Significance Correction
Sig.
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Manajemen Konflik Nonconfrontation
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
TOTAL
.139
101
.000
.925
101
a. Lilliefors Significance Correction
Sig.
.000
self-oriented perfectionism other-oriented perfectionism socially prescribed perfectionism
Manajemen konflik cooperative Manajemen Konflik Nonconfrontation Manajemen Konflik
Controlling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 6
UJI LINIERITAS
ANOVA Table
Sum of
df
Mean
Squares
(Combined)
controlling *
F
Sig.
Square
1742.987
32
54.468
2.007
.008
188.063
1
188.063
6.929
.010
1554.924
31
50.159
1.848
.018
Within Groups
1845.548
68
27.140
Total
3588.535
100
Between
Linearity
Groups
Deviation from
other
Linearity
ANOVA Table
Sum of
df
Mean
Squares
nonconfrontatif *
F
Sig.
Square
(Combined)
952.285
34
28.008
.848
.696
Between
Linearity
251.350
1
251.350
7.610
.008
Groups
Deviation from
700.935
33
21.240
.643
.917
Within Groups
2179.913
66
33.029
Total
3132.198
100
soccially
Linearity
ANOVA Table
Sum of
df
Mean
Squares
cooperatif *
Between
(Combined)
self
Groups
Linearity
F
Sig.
Square
4142.665
38
109.018
1.868
.014
335.288
1
335.288
5.745
.020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Deviation from
3807.377
37
102.902
Within Groups
3618.167
62
58.358
Total
7760.832
100
Linearity
1.763
.024
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 7
UJI HIPOTESIS
Correlations
controlling
1.000
.185*
.
.032
101
101
Correlation Coefficient
.185*
1.000
Sig. (1-tailed)
.032
.
N
101
101
Correlation Coefficient
Controlling
Sig. (1-tailed)
N
Spearman's rho
Other
other
Correlations
soccially
1.000
.304**
.
.001
101
101
.304**
1.000
Sig. (1-tailed)
.001
.
N
101
101
Correlation Coefficient
Socially
Sig. (1-tailed)
N
Spearman's rho
Correlation Coefficient
nonconfrontatif
nonconfrontatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Correlations
self
Pearson Correlation
self
1
Sig. (1-tailed)
N
cooperatif
cooperatif
.208*
.019
101
101
*
1
Pearson Correlation
.208
Sig. (1-tailed)
.019
N
101
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
101
Download