Identifikasi Perkembangan Deforetasi Tambang PT.Semen Padang dengan Menggunakan Citra Multi Spektral dan Multi Temporal Identify Development of Mining Deforetation PT.Semen Padang use Multi Spectral and Temporal Imagery 1. Beben Graha Putra, Latifa Annur, Isra Haryati Diva Prodi Geografi Universitas Negeri Padang ABSTRAK – Tujuan penelitian ini mengidentifikasi deforestasi dari aktivitas semen padang, menentukan pola deforestasi, menghitung akurasi citra dan analisis deforestasi. Didalam penelitian ini menggunakan citra Landsat 7 & 8, Sentinel 2 dan peta kadastral pertambangan. Metode yang digunakan 1. Klasifikasi citra multispektral, maximum likelihood dan NDVI, 2. Uji akurasi menggunakan confusion matrix. Hasil penelitian ini ditemukan tipe tutupan lahan yaitu hutan, perairan, lahan terbangun, lahan terbuka, belukar. Dari semua kelas tutupan lahan yang diklasifikasikan pada area pertambangan didominasi oleh Hutan. Hasil transformasi indeks Vegetasi pada area pertambangan berkisar pada rentang -0.306475 - 0.378938. Area deforestasi lahan terbuka tahun 2007 yaitu 148 Ha dan tahun 2018 yaitu 197 Ha. Arahnya yang bergerak ke selatan. Izin pertambangan dari ESDM seluas 618 Ha dan lahan deforestasi pertambangan 33,10% . Hasil uji akurasi citra 80.1326% Kata Kunci : Deforestasi,Pertambangan,NDVI ABSTRACT - The purpose of this study to identified the deforestation of PT Semen Padang activity, to determination of deforestation patterns, to calculate of image accuracy and to analysis deforestation. In this research using Landsat 8, Sentinel 2 and cadastral mining map. Methods used 1. Multispectral image classification, maximum likelihood and NDVI, 2. accuracy assasment using confusion matrix. The results of this study found the type of land cover that is forest, water, wake land, bare land, grass. From all of land cover classified in mining areas are dominated by forests land cover. The transformation of Vegetation index on mining area ranges from -0.306475 0.378938. Deforestation area of bare land in 2007 is 148 Ha and in 2018 is 197 Ha. The land expantion has direction moving to south. Mining permits from ESDM covering 618Ha and mining deforestation area 33,10%. Image accuracy test result 80.1326%. Keywords: Deforestation, Mining, NDVI 1.Pendahuluan Deforestasi merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia,Deforestasi sendiri adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara diambil kayunya atau mengubah lahan hutan menjadi lahan non hutan. Deforestasi bisa disebabkan kebakaran,pembalakan,atau pembukaan lahan yang mana ini bisa diidentifikasi karena desakan konversi lahan untuk pemukiman,infrastruktur,dan permanen industri maupun kegiatan tambang. Deforestasi pertambangan menjadi contoh disaat kebutuhan akan mineral dengan semakin pesatnya kegiatan industri menuntut deforestasi terjadi. PT.Semen Padang yang menjadi perusahaan BUMN bergerak dibidang industri semen melakukan penambangan dikawasan Indarung. Batu kapur yang ditambang dibukit Karang Putih digunakan sebanyak 81%,Batu Silika yang depositnya berada dibukit ngalau yang masih satu kawasan dengan bukit Karang Putih digunakan sebanyak 9%. Dilihat dari persentase nya maka kegiatan penambangan terus berlangsung dan kegiatan Deforestasi terus berjalan yang mana ini akan dilihat dan dikaji menggunakan citra satelit yang biasa disebut dengan teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembalikan untuk perolehan dan analisis informasi tentang Bumi. Infromasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan Bumi (Lindgren, 1985). Analisis tutupan lahan dengan menggunakan penginderaan jauh juga banyak diaplikasikan untuk mendeteksi degredasi hutan. Metode melakukan identifikasi Vegetasi sehingga bisa membedakan obyek Hutan dan Non Hutan. Dengan menggunakan Citra dari Satelit Landsat 5 dan 8 serta Citra Sentinel yang mempunyai Resolusi 10m sehingga kita dapat melihat berapa besarnya luas Deforestasi dari tahun 2007-2018. Penggunaan Citra Multispectral dapat menghasilkan berbagai saluran, Citra dengan saluran yang berbeda tersebut dapat untuk mengidentifikasi kenampakankenampakan tertentu,karena saluran-saluran tersebut memiliki kepekaan terhadap suatu kenampakan Penggunaan metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan kombinasi antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra,NDVI mampu menonjolkan aspek kerapatan Vegetasi. Indeks vegetasi atau NDVI adalah indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman. Indeks Vegetasi merupakan kombinasi matematis antara band merah dan band NIR yang telah lama digunakan sebagai indikator keberadaan dan kondisi Vegetasi (Lillesand dan Kiefer, 1997). NDVI dapat digunakan sebagai indikator biomasa dan tingkat kehijauan (greenness) relatif (Sutanto, 1986). Indeks Vegetasi merupakan nilai yang diperoleh dari gabungan beberapa spektral band spesifik dari citra penginderaan jauh. Gelombang indeks Vegetasi diperoleh dari energi yang dipancarkan oleh Vegetasi pada citra penginderaan jauh untuk menunjukkan ukuran kehidupan dan jumlah dari suatu tanaman. Tanaman memancarkan dan menyerap gelombang yang unik sehingga keadaan ini dapat di hubungakan dengan pancaran gelombang dari objek-objek yang lain sehingga dapat di bedakan antara Vegetasi dan objek selain Vegetasi (Horning, 2004). Transformasi NDVI memanfaatkan beberapa saluran dari citra satelit Landsat ETM + antara lain ; band 3 (TM 3) yang lebih dikenal dengan saluran merah dan band 4 yang lebih dikenal dengan saluran inframerah dekat. Kelebihan kedua saluran ini untuk identifikasi Vegetasi adalah obyek akan memberikan tanggapan spektral yang tinggi (Swain, 1978) . Perhitungan perbandingan sifat respon obyek terhadap pantulan sinar merah dan NIR dapat menghasilkan nilai dengan karakteristik khas yang dapat digunakan untuk memperkirakan kerapatan atau kondisi kanopi/kehijauan tanaman. Tanaman yang sehat berwarna hijau mempunyai nilai indeks Vegetasi tinggi. Hal ini disebabkan oleh hubungan terbalik antara intensitas sinar yang dipantulkan vegetasi pada spektral sinar merah dan NIR (Purwadhi dan Sri, 2001). Ada banyak metode yang digunakan untuk menghitung indeks Vegetasi, yang bisa digunakan adalah NDVI. NDVI merupakan suatu pembagian dari gelombang yang dipantulkan oleh Vegetasi dengan gelombang yang diserap oleh tanaman yaitu gelombang infrared dekat dengan gelombang merah, dan penjumlahan dan pengurangannya dari tiap-tiap gelombang merupakan suatu normalisasi dari irradians (Shorts, 2006). Konsep multi yang digunakan yaitu pencitraan multitemporal dan multispectral. Pencitraan multitemporal merupakan cara yang digunakan pada system penginderaan jauh dengan memanfaatkan waktu perekaman yang berbeda-beda. Obyek yang tergambar dalam citra menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang berbeda-beda. Tujuan pemanfaatan citra multitemporal untuk mengetahui obyek yang tergambar dalam citra yang menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang berbeda-beda. Pencitraan multispectral merupakan cara pengambilan objek menggunakan seluruh spectrum gelombang elektromagnetik. Pencitraan spektral dapat memungkinkan ekstraksi informasi tambahan mata manusia gagal untuk menangkap dengan reseptor untuk merah, hijau dan biru. Ini pada awalnya dikembangkan untuk pencitraan berbasis ruang angkasa. Klasifikasi multispektral ini hanya bisa dilakukan pada citra satelit format digital dengan bantuan sistem komputer dan .mengandalkan nilai kecerahan untuk membedakan obyek-obyek yang terekam pada citra. Karakteristik spektral merupakan besaran terukur yang dimiliki suatu objek pada satu atau beberapa julat panjang gelombang (Reeves, 1975). Informasi mengenai karakteristik spektral pada suatu objek dapat diidentifikasi melalui kurva pantulan spektral. Adanya kandungan air di tanah akan mengurangi pantulannya, sehingga pada kondisi tanah yang berbeda yaitu tanah yang kering dan basah akan mempengaruhi amplitudo dari kurva pantulan tanah tersebut. Selanjutnya, Sifat spektral tanah yang dikorelasikan pada masing – masing saluran citra Landsat TM digunakan untuk memperoleh saluran terbaik yang merepresentasikan kelembaban tanah permukaan dan hubungannya dengan kelembaban tanah permukaan di lapangan. PT Semen Padang menyatakan berkomitmen menjaga lingkungan dengan mengelola bekas tambang untuk mengembalikan fungsi lahan. Direktur Utama Semen Padang Benny Wendry menyebutkan perseroan memperhatikan pengelolaan lingkungan dalam setiap operasionalnya sehingga menghasilkan produksi tambang yang ramah lingkungan (28 Maret 2017). Contohnya lahan tambang tanah liat atau clay sekitar 90 hektare, yang dikerjakan perseroan di kawasan Indarung, Kota Padang, direklamasi sejak 1993 serta dijadikan sarana olahraga dan konservasi. Benny mengungkapkan, di area bekas tambang clay yang dinamai Taman Reklamasi Indarung itu, tumbuh 293 jenis tumbuhan. Enam di antaranya tergolong dilindungi undang-undang. Tumbuhan itu sebagian besar ditanami, tapi ada juga yang tumbuh secara alami. Selain itu, terdapat 47 jenis hewan yang mendiami kawasan bekas tambang tersebut. Untuk lahan yang dikerjakan saat ini, anak usaha PT Semen Indonesia (persero) Tbk itu sudah menyiapkan perencanaan pascatambang seluas 242 hektare agar kelestarian lingkungan sekitarnya tetap terjaga. Proses reklamasi tambang batu kapur baru bisa dilakukan saat ketinggian bukit kapur sudah mencapai level tidak bisa ditambang lagi atau sekitar 200 meter dari permukaan laut. Adapun tahapan pemulihan area bekas tambang adalah melakukan reklamasi lahan yang tidak digunakan dan penutupan tambang. Untuk penutupan tambang, direncanakan pengembalian kawasan menjadi hijau kembali dan melengkapinya dengan sarana pendukung, seperti waduk dan tata ruang, agar tidak terjadi erosi. 2.Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data citra Landsat 5 & 8 dengan wilayah menjadi objek penelitian yaitu daerah pertambangan PT. Semen Padang. Metode penelitian menggunakan klasifikasi citra multispektral, Maximum Likelihood,dan NDVI serta Uji akurasi menggunakan Confusion matrix. Ditambah dengan penggunaan citra multi temporal untuk melihat Deforestasi dari tahun 2007-2018. Tahap penelitian digambarkan pada bentuk diagram alir seperti dibawah ini : Data citra Landsat 7 dan 8 Koreksi Radiometrik Klasifikasi Multispektral Perhitungan Luas Klasifikasi Temporal Maximum Likelihood dan NDVI Deforestasi Perhitungan akurasi Informasi Spasial Deforestasi tahun 2007-2018 Confusion matrix Untuk lokasi penelitian ditunjuk kan pada gambar dibawah ini: 2.1 Koreksi Radiometrik Hal pertama yang dilakukan adalah koreksi radiometrik dan pemotongan citra sesuai dengan daerah penelitian. Dengan daerah yang difokus kan maka akan didapatkan keakuratan penelitian,dilakukan Koreksi Radiometrik untuk mengnetralkan hamburan yang terjadi ketika pengambilan gambar oleh Satelit. Menurut Menurut Catur, et al rumusan untuk koreksi radiometrik adalah sebagai berikut: πΏπ = ππΏ π₯ ππππ + π΄πΏ (1) di mana; πΏπ = ToA reflektansi ππΏ = Reflectance_Mult_Band_x π΄πΏ = Reflectance_Add_Band_x ππππ = Nilai digital number (DN) 2.2 Klasifikasi Citra Multispektral Klasifikasi multispektral sendiri adalah algoritma yang dirancang untuk menyajikan informasi tematik dengan cara mengelompokkan fenomena berdasarkan satu kriteria yaitu nilai Spektral. Cara kerja algoritma klasifikasi multispektral pada prinsipnya adalah menandai tiap jenis objek hingga terlihat berbeda satu dari yang lain,berdasarkan ciri-ciri nilai spektral nya sekaligus pada beberapa saluran. Cara kerja algoritma klasifikasi adalah menerjemahkan kenampakan visual tersebut menjadi parameter-parameter statistik yang dimengerti oleh komputer,dan kemudia dieksekusi Klasifikasi dalam penelitian ini dibagi 2 yaitu : 1. Maximum Likelihood (Supervised) Pada metode ini,analisis terlebih dahulu menentukan daerah training area pada citra sebagai kelas kenampakan objek tertentu. Penetapan ini berdasarkan pengamatan analisis terhadap wilayah dalam citra mengenai daerah tutupan lahan. Danoedoro (2012) menyebutkan bahwa Algoritma maximum likehood merupakan algoritma yang secara statistik mapan, dengan asumsi bahwa objek homogen selalu menampilkan histogram yang terdistribusi normal. Setelah dilakukan pengolahan citra dengan metode Maximum Likelihood maka akan didapatkan hasil tutupan lahan disekitar kawasan penambangan PT.Semen Padang. Tutupan lahan terdiri atas Lahan terbangun,Lahan terbuka,Perairan,Sawah,Belukar,Padang Rumput,Hutan. Hasil Citra dengan Supervised tahun 2007 Pengolahan Citra Landsat 7 dengan menggunakan metode supervised mengasil kan pixels yang diklasifikasikan dengan teratur dari perhitungan per pixels maka akan dikelompokkan sesuai jenis nya yang telah kita tentuin. Adapun data yang dihasilkan ketika pengolahan training Citra dibawah ini : 2.2.1 Tabel ROI Name Lahan Terbuka Belukar Perairan Sawah Padang Rumput Lahan Terbangun Hutan Pixels 3.177 2.449 2.451 4.348 991 8.084 73.072 Polygons 29/3.177 24/2.449 49/2.451 25/4.348 2/991 49/8.084 57/73.072 Tabel 1. Nilai Pengolahan Citra dengan ROI tool tahun 2007 Setelah melakukan Klasifikasi terbimbing atau Supervised selanjut nya dilakukan pengukuran luas melalui pixels yang telah dikelompokkan. Dari hasil pengelompokkan pixels tersebut didapatkan lah luas daerah Deforestasi yaitu sebesar 148 Ha dengan arah pergerakannya ke selatan. Sebagai pembanding dari hasil Deforestasi dibutuhkan analisis tahun diatas nya dan dalam penelitian ini menggunakan rentang 11 tahun yang dimulai dari 2007-2018. Penggunaan Landsat 8 pada tahun 2018 dengan akurasi 30 meter membuat perhitungan lebih akurat hasil nya bisa diamati pergerakan Deforestasi 2018 bertambah dari tahun sebelumnya. Alur Deforestasi baru mengarah kearah tenggara serta perluasan area lahan pertambangan juga terjadi dibagian utara seperti yang terlihat pada hasil klasifikasi dibawah ini. Hasil Citra dengan supervised tahun 2018 Pengolahan Supervised Maximum Likelihood mendapatkan hasi l bahwa selama jarak 11 tahun terjadi kenaikan dari luas Deforestasi sebelumnya di tahun 2007 sebesar 148 Ha menjadi 197 Ha. 2.2.1 Tabel ROI Name Lahan Terbuka Belukar Perairan Sawah Padang Rumput Lahan Terbangun Hutan Pixels 3.141 1.192 2.059 3.871 865 7.499 86.860 Polygons 45/3.141 13/1.192 45/2.059 16/3.871 2/865 32/7.499 97/86.860 Tabel 1. Nilai Pengolahan Citra dengan ROI tool tahun 2018 Dengan adanya 2 peta ini kita bisa melihat langsung pergerakan Deforestasi yang terjadi dan dapat menyimpulkan besaran luas area nya. Penelitian ini juga menggunakan Uji akurasi klasifikasi atau perhitungan matriks dari setiap kesalahan (confusion matrix) pada setiap penggunaan lahan dari interpretasi citra. Ketelitian pemetaan (MA) dibuat dalam beberapa kelas X serta ketelitian keseluruhan hasil klasifikasi (KH) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ππ΄ π π π₯ π ππ π₯ π ππ π₯ π π₯ π π π π₯ π π π₯ π ππ Nilai klasifikasi yang didapat dari metode Confusion matrix sebesar 80.1326% sehingga ketelitian klasifikasi memenuhi toleransi dan klasifikasi dianggap benar. 2. Normalize Difference Vegetation Index (NDVI) NDVI merupakan kombnasi antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra. Transformasi NDVI ini merupakan salah satu produk standar NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), satelit cuaca yang berorbit polar namun memberi perhatian khusus pada fenomena globa vegetasi dan cuaca. Menurut Curran , nilai NDVI dapat menunjukkan parameter yang berhubungan dengan parameter vegetasi, antara lain, biomass dedaunan hijau, daerah dedaunan hijau yang merupakan nilai yang dapat diperkirakan untuk pembagian vegetasi. NDVI pada dasarnya menghitung seberapa besar penyerapan radiasi matahari oleh tanaman terutama bagian daun. Nilai NDVI merupakan perbedaan reflektansi dari kanal inframerah dekat dan kanal cahaya tampak (merah). Algoritma yang digunakan adalah sebagai berikut : π π π Peta NDVI kawasan PT. Semen Padang tahun 2018 Hasil transformasi indeks Vegetasi pada area pertambangan berkisar pada rentang -0.306475 - 0.378938. Diklasifikasikan menjadi 5 kelas yaitu daerah yang cukup rapat bisa terdiri dari semak belukar serta areal pertanian,kelas rapat tersusun didalam nya terdapat hutan daerah ini terdapat di aral perbukitan yang mengeliling daerah pertambangan,kelas sangat rapat merupakan daerah dengan indeks vegetasi sangat lebat atau bisa dikatakan sangat rapat,serta yang terakhir merupakan daerah tidak bervegatasi dengan kisaran nilai -1 s/d -0,32 terdiri atas Perumahan/Lahan terbangun dan Lahan terbuka. 2.3 Klasifikasi Citra Multitemporal Model klasifikasi multitemporal dipenelitian untuk menekan lebih jelas perubahan serta gerak deforestasi yang terhitung dari pengklasifikasian Supervised. Ditahun 2007 seluas 148 Ha di bukit karang putih serta ditahun 2018 seluas 197 Ha apabila dihitung terjadi kenaikan sebesar 33,10%. Sementara itu daerah yang diizinkan untuk di tambang oleh Kementerian ESDM pada daerah penelitian ini sebesar 618 Ha maka lahan yang telah terpakai sebesar 31,87%. Perkembangan deforestasi dari peta yang dibawah ini menunjukkan perbandingan dengan jelas deforestasi tahun 20072018 dengan sisa izin yang ada maka pergerakan deforestasi akan terus terjadi. Apabila dilihat mungkin akan bergerak kearah timur sesuai izin yang diberikan hingga akan dilakukan pertambangan sampai 2048 sesuai yang disampaikan oleh PT.Semen Padang pada Harian Singgalang serta target reklamasi yang rampung pada tahun tersebut. Peta Perkembangan Pertambangan PT.Semen Padang.