Identifikasi Perkembangan Deforetasi Tambang PT.Semen Padang dengan Menggunakan Citra Multi Spektral dan Multi Temporal Identify Development of Mining Deforetation PT.Semen Padang use Multi Spectral and Temporal Imagery 1. Beben Graha Putra, Latifa Annur, Isra Haryati Diva Prodi Geografi Universitas Negeri Padang ABSTRAK – Tujuan penelitian ini mengidentifikasi deforestasi dari aktivitas semen padang, menentukan pola deforestasi, menghitung akurasi citra dan analisis deforestasi. Didalam penelitian ini menggunakan citra Landsat 7 & 8, dan peta kadastral pertambangan. Metode yang digunakan 1. Klasifikasi citra multispektral, maximum likelihood dan NDVI, 2. Uji akurasi menggunakan confusion matrix. Hasil penelitian ini ditemukan tipe tutupan lahan yaitu hutan, perairan, lahan terbangun, lahan terbuka, belukar,padang rumput. Dari semua kelas tutupan lahan yang diklasifikasikan pada area pertambangan didominasi oleh Hutan. Hasil transformasi indeks Vegetasi pada area pertambangan berkisar pada rentang -0.306475 - 0.378938. Area deforestasi lahan terbuka tahun 2007 yaitu 148 Ha dan tahun 2018 yaitu 197 Ha. Arahnya yang bergerak ke selatan. Izin pertambangan dari ESDM seluas 618 Ha dan lahan deforestasi pertambangan 33,10% . Hasil uji akurasi citra 80.1326% Kata Kunci : Deforestasi,Pertambangan,NDVI ABSTRACT - The purpose of this study to identified the deforestation of PT Semen Padang activity, to determination of deforestation patterns, to calculate of image accuracy and to analysis deforestation. In this research using Landsat 8, and cadastral mining map. Methods used 1. Multispectral image classification, maximum likelihood and NDVI, 2. accuracy assasment using confusion matrix. The results of this study found the type of land cover that is forest, water, wake land, bare land, grass, meadow. From all of land cover classified in mining areas are dominated by forests land cover. The transformation of Vegetation index on mining area ranges from -0.306475 - 0.378938. Deforestation area of bare land in 2007 is 148 Ha and in 2018 is 197 Ha. The land expantion has direction moving to south. Mining permits from ESDM covering 618 Ha and mining deforestation area 33,10%. Image accuracy test result 80.1326%. Keywords: Deforestation, Mining, NDVI 1.Pendahuluan Deforestasi merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia,Deforestasi sendiri adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara diambil kayunya atau mengubah lahan hutan menjadi lahan non hutan. Deforestasi bisa disebabkan kebakaran,pembalakan,atau pembukaan lahan yang mana ini bisa diidentifikasi karena desakan konversi lahan untuk pemukiman,infrastruktur,dan permanen industri maupun kegiatan tambang. Deforestasi pertambangan menjadi contoh disaat kebutuhan akan mineral dengan semakin pesatnya kegiatan industri menuntut deforestasi terjadi. PT.Semen Padang yang menjadi perusahaan BUMN bergerak dibidang industri semen melakukan penambangan dikawasan Indarung. Batu kapur yang ditambang dibukit Karang Putih digunakan sebanyak 81%,Batu Silika yang depositnya berada dibukit ngalau yang masih satu kawasan dengan bukit Karang Putih digunakan sebanyak 9%. Dilihat dari persentase nya maka kegiatan penambangan terus berlangsung dan kegiatan Deforestasi terus berjalan yang mana ini akan dilihat dan dikaji menggunakan citra satelit yang biasa disebut dengan teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembalikan untuk perolehan dan analisis informasi tentang Bumi. Infromasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan Bumi (Lindgren, 1985). Perubahan fungsi kawasan yang terus tergerus oleh pertambangan tentu melahirkan masalah untuk daerah disekitar kawasan tersebut,mulai dari dampak lingkungan,polusi ditambah lagi daerah tersebut merupakan hutan dengan kerapatan yang sangat tinggi menjadi kan nya ekosistem flora fauna yang berada dikawasan tersebut. Jika diambil contoh sungai yang melintasi kawasan pertambangan tentu akan terkontaminasi oleh bahan bahan tambang dikawasan tersebut ini bisa jadi masalah lingkungan selain dari dampak deforestasi yang terjadi. Hilang nya hutan tentu akan meningkatkan efek rumah kaca dan menaikkan iklim global masalah seperti ini harus lah mendapatkan perhatian ekstra agar tidak terjadi kerusakan kerusakan yang membahayakan dimasa depan. Maka pada penelitian dilakukan analisis deforestasi yang terjadi sehingga bisa melihat setiap kerusakan dan perkiraan deforestasi yang terus terjadi seiring meningkatnya permintaan industri. Analisis tutupan lahan menggunakan penginderaan jauh juga banyak diaplikasikan untuk mendeteksi degredasi hutan. Metode melakukan identifikasi Vegetasi sehingga bisa membedakan obyek Hutan dan Non Hutan. Dengan menggunakan Citra dari Satelit Landsat 7 dan 8 yang mempunyai Resolusi 30m sehingga kita dapat melihat berapa besarnya luas Deforestasi dari tahun 2007-2018. Penggunaan Citra Multispektral dapat menghasilkan berbagai saluran, Citra dengan saluran yang berbeda tersebut dapat untuk mengidentifikasi kenampakan-kenampakan tertentu,karena saluran-saluran tersebut memiliki kepekaan terhadap suatu kenampakan Penggunaan metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan kombinasi antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra,NDVI mampu menonjolkan aspek kerapatan Vegetasi. Indeks vegetasi atau NDVI adalah indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman. Indeks Vegetasi merupakan kombinasi matematis antara band merah dan band NIR yang telah lama digunakan sebagai indikator keberadaan dan kondisi Vegetasi (Lillesand dan Kiefer, 1997). NDVI dapat digunakan sebagai indikator biomasa dan tingkat kehijauan (greenness) relatif (Sutanto, 1986). Indeks Vegetasi merupakan nilai yang diperoleh dari gabungan beberapa spektral band spesifik dari citra penginderaan jauh. Gelombang indeks Vegetasi diperoleh dari energi yang dipancarkan oleh Vegetasi pada citra penginderaan jauh untuk menunjukkan ukuran kehidupan dan jumlah dari suatu tanaman. Tanaman memancarkan dan menyerap gelombang yang unik sehingga keadaan ini dapat di hubungkan dengan pancaran gelombang dari objek-objek yang lain sehingga dapat di bedakan antara Vegetasi dan objek selain Vegetasi (Horning, 2004). Transformasi NDVI memanfaatkan beberapa saluran dari citra satelit Landsat ETM + antara lain ; band 3 (TM 3) yang lebih dikenal dengan saluran merah dan band 4 yang lebih dikenal dengan saluran inframerah dekat. Kelebihan kedua saluran ini untuk identifikasi Vegetasi adalah obyek akan memberikan tanggapan spektral yang tinggi. Perhitungan perbandingan sifat respon obyek terhadap pantulan sinar merah dan NIR dapat menghasilkan nilai dengan karakteristik khas yang dapat digunakan untuk memperkirakan kerapatan atau kondisi kanopi/kehijauan tanaman (Swain, 1978). Tanaman yang sehat berwarna hijau mempunyai nilai indeks Vegetasi tinggi. Hal ini disebabkan oleh hubungan terbalik antara intensitas sinar yang dipantulkan vegetasi pada spektral sinar merah dan NIR (Purwadhi dan Sri, 2001). Ada banyak metode yang digunakan untuk menghitung indeks Vegetasi, yang bisa digunakan adalah NDVI. NDVI merupakan suatu pembagian dari gelombang yang dipantulkan oleh Vegetasi dengan gelombang yang diserap oleh tanaman yaitu gelombang infrared dekat dengan gelombang merah, dan penjumlahan dan pengurangannya dari tiap-tiap gelombang merupakan suatu normalisasi dari irradians (Shorts, 1982). Konsep multi yang digunakan yaitu pencitraan multitemporal dan multispektral. Pencitraan multitemporal merupakan cara yang digunakan pada system penginderaan jauh dengan memanfaatkan waktu perekaman yang berbeda-beda. Obyek yang tergambar dalam citra menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang berbeda-beda. Tujuan pemanfaatan citra multitemporal untuk mengetahui obyek yang tergambar dalam citra yang menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang berbeda-beda. Pencitraan multispektral merupakan cara pengambilan objek menggunakan seluruh spectrum gelombang elektromagnetik. Pencitraan spektral dapat memungkinkan ekstraksi informasi tambahan mata manusia gagal untuk menangkap dengan reseptor untuk merah, hijau dan biru. Ini pada awalnya dikembangkan untuk pencitraan berbasis ruang angkasa. Klasifikasi multispektral ini hanya bisa dilakukan pada citra satelit format digital dengan bantuan sistem komputer dan .mengandalkan nilai kecerahan untuk membedakan obyek-obyek yang terekam pada citra. Karakteristik spektral merupakan besaran terukur yang dimiliki suatu objek pada satu atau beberapa julat panjang gelombang (Reeves, 1975). Informasi mengenai karakteristik spektral pada suatu objek dapat diidentifikasi melalui kurva pantulan spektral. Adanya kandungan air di tanah akan mengurangi pantulannya, sehingga pada kondisi tanah yang berbeda yaitu tanah yang kering dan basah akan mempengaruhi amplitudo dari kurva pantulan tanah tersebut. Selanjutnya, Sifat spektral tanah yang dikorelasikan pada masing – masing saluran citra Landsat TM digunakan untuk memperoleh saluran terbaik yang merepresentasikan kelembaban tanah permukaan dan hubungannya dengan kelembaban tanah permukaan di lapangan. Phinn (2002) menyebutkan klasifikasi multispektral mengasumsikan: (a) resolusi spasial tinggi, dimana setiap piksel merupakan piksel murni yang tersususun atas satu macam objek penutup lahan, (b) piksel-piksel yang menyusun satu jenis penutup lahan mempunyai kesamaan spectral, (c) setiap penutup lahan yang berbeda juga mempunyai perbedaan spektral yang signifikan. Cara kerja algoritma klasifikasi multispektral pada prinsipnya adalah menandai tiap jenis objek hingga terlihat berbeda berdasarkan ciri-ciri nilai spektral pada beberapa saluran. Cara kerja algoritma klasifikasi adalah menerjemahkan kenampakan visual tersebut menjadi parameter-parameter statistik yang dimengerti oleh computer dan kemudian dieksekusi ( Projo Danoedoro. 2012). System klasifikasi menurut NOAA dan USGS mencampurkan konse penutup dan penggunaan lahan karena berangkat dari asumsi bahwa penutup lahan lebih dapat diindera langsung dan aspek aspek penggunaan lahan dalam beberapa hal dapat dideduksi dari penutup lahannya. Maximum likelihood merupakan algoritma yang menggunakan dasar perhitungan probabilitas. Asumsi algoritma ini adalah bahwa objek homogeny selalu menampilkan histogram yang yang terdistribusi normel (Bayesian ). Piksel dikelaskan sebagai objek tertentu bukan karena jarak euklidiannya, melainkan bentuk, ukuran dan orientasi sampel pada feature space ( Shresta, 1991). Untuk metode uji akurasi, terdapat 2 metode: (a) mengandalkan data sampel yang telah diambil sebagai sumber referensi penilaian akurasi, (b) mengandalkan sumber independen, yang tidak pernah digunakan dalam pengambilan sampel. Dalam penginderaan jauh, metode pertama tidak pernah direkomendasikan karena pada metode ini hanya biasa digunakan dalam uji coba algoritma klasifikasi oleh para pengembang perangkat lunak. Metode yang kedua lebih sesuai untuk studi penginderaan jauh. Jumlah kelas dalam klasifikasi multispektral juga berpengaruh terhadap akurasi yang dihasilkan penelitian Danoedoro (2006) menemukan bahwa jumlah kelas yang lebih banyak cenderung menghasilkan tingkat akurasi yang lebih rendah. Semakin banyak kelas menyebabkan tuntutan pengelompokkan objek secara spesifik semakin meningkat. Jumlah kelas yang banyak juga harus diimbangi dengan tingkat separabilitas antarkelas yang juga tinggi. Untuk persentase akurasi yang dapat diterima bervariasi tergantung para ilmuwan masing masing seperti ahli geologi atau ahli tanaman, dll. . Hasil uji akurasi adalah merupakan rerata ( overall accuracy). Langkah awal yang dilakukan adalah koreksi radiometri citra. Koreksi radiometri citra diperlukan atas dua dasar yaitu untuk memperbaiki kualitas visual citra dan memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektspectralk yang sebenarnya. Koreksi radiometri meliputi 2 kelompok besar: (a) koreksi bertumpu pada informasi dari citra sendiri, (b) koreksi yang mempertimbangkan factor-faktor luar yang berpengaruh terhadap kesalahan informasi yang ada pada citra. PT Semen Padang menyatakan berkomitmen menjaga lingkungan dengan mengelola bekas tambang untuk mengembalikan fungsi lahan. Direktur Utama Semen Padang Benny Wendry menyebutkan perseroan memperhatikan pengelolaan lingkungan dalam setiap operasionalnya sehingga menghasilkan produksi tambang yang ramah lingkungan (28 Maret 2017). Contohnya lahan tambang tanah liat atau clay sekitar 90 hektare, yang dikerjakan perseroan di kawasan Indarung, Kota Padang, direklamasi sejak 1993 serta dijadikan sarana olahraga dan konservasi. Benny mengungkapkan, di area bekas tambang clay yang dinamai Taman Reklamasi Indarung itu, tumbuh 293 jenis tumbuhan. Enam di antaranya tergolong dilindungi undang-undang. Tumbuhan itu sebagian besar ditanami, tapi ada juga yang tumbuh secara alami. Selain itu, terdapat 47 jenis hewan yang mendiami kawasan bekas tambang tersebut. Untuk lahan yang dikerjakan saat ini, anak usaha PT Semen Indonesia (persero) Tbk itu sudah menyiapkan perencanaan pascatambang seluas 242 hektare agar kelestarian lingkungan sekitarnya tetap terjaga. Proses reklamasi tambang batu kapur baru bisa dilakukan saat ketinggian bukit kapur sudah mencapai level tidak bisa ditambang lagi atau sekitar 200 meter dari permukaan laut. Adapun tahapan pemulihan area bekas tambang adalah melakukan reklamasi lahan yang tidak digunakan dan penutupan tambang. Untuk penutupan tambang, direncanakan pengembalian kawasan menjadi hijau kembali dan melengkapinya dengan sarana pendukung, seperti waduk dan tata ruang, agar tidak terjadi erosi. Gambar 1 Lokasi penelitian 2.Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data citra Landsat 7 untuk tahun 2007 & Landsat 8 untuk tahun 2018,wilayah menjadi objek penelitian yaitu daerah pertambangan PT. Semen Padang. Metode penelitian menggunakan klasifikasi citra Multispektral, Maximum Likelihood,dan NDVI serta Uji akurasi menggunakan Confusion matrix dan diperjelas dengan klasifikasi citra Temporal untuk melihat perkembangan deforestasi selama 11 tahun dengan sample diambil dari 2007-2018 serta ditambahkan RTRW Sumatera Barat sebagai acuan lokasi peneltian. 2.1 Koreksi Radiometrik Hal pertama yang dilakukan adalah koreksi radiometrik dan pemotongan citra sesuai dengan daerah penelitian. Dengan daerah yang difokuskan maka akan didapatkan keakuratan penelitian,dilakukan Koreksi Radiometrik untuk menetralkan hamburan yang terjadi ketika pengambilan gambar oleh Satelit. Menurut Catur, et al rumusan untuk koreksi radiometrik adalah sebagai berikut: πΏπ = ππΏ π₯ ππππ + π΄πΏ (1) di mana; πΏπ = ToA reflektansi ππΏ = Reflectance_Mult_Band_x π΄πΏ = Reflectance_Add_Band_x ππππ = Nilai digital number (DN) Koreksi radiometri ditujukan untuk memperbaiki nilai piksel agar sesuai dengan yang seharusnya dengan mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama. Dapat diasumsikan bahwa nilai piksel terendah pada suatu kerangka liputan (scene) seharusnya nol, sesuai dengan bit-coding sensor. Apabila nilai terendah piksel pada kerangka liputan bukan nol, maka nilai penambah (offset) tersebut dipandang sebagai hasil dari hamburan atmosfer 2.2 Klasifikasi Citra Multispektral Klasifikasi multispektral sendiri adalah algoritma yang dirancang untuk menyajikan informasi tematik dengan cara mengelompokkan fenomena berdasarkan satu kriteria yaitu nilai Spektral. Cara kerja algoritma klasifikasi multispektral pada prinsipnya adalah menandai tiap jenis objek hingga terlihat berbeda satu dari yang lain,berdasarkan ciri-ciri nilai spektral nya sekaligus pada beberapa saluran. Cara kerja algoritma klasifikasi adalah menerjemahkan kenampakan visual tersebut menjadi parameter-parameter statistik yang dimengerti oleh komputer,dan kemudian dieksekusi. Klasifikasi dalam penelitian ini dibagi 2 dan ditambah Ujiakurasi : 1. Maximum Likelihood (Supervised) Pada metode ini,analisis terlebih dahulu untuk menentukan daerah training area pada citra sebagai kelas kenampakan objek tertentu. Penetapan ini berdasarkan pengamatan analisis terhadap wilayah dalam citra mengenai daerah tutupan lahan. Danoedoro (2012) menyebutkan bahwa Algoritma maximum likehood merupakan algoritma yang secara statistik mapan, dengan asumsi bahwa objek homogen selalu menampilkan histogram yang terdistribusi normal. Piksel dikelaskan sebagai objek tertentu bukan karena jarak euklidiannya, melainkan bentuk, ukuran, dan orientasi sampel pada feature space ( berupa elipsoida) (shresta, 1991) Pengolahan Citra Landsat 7 dan 8 dengan menggunakan metode supervised menghasilkan pixels yang diklasifikasikan dengan teratur dari perhitungan per pixels maka akan dikelompokkan sesuai jenis nya yang telah kita tentukan. Adapun data yang dihasilkan ketika pengolahan training Citra dibawah ini : 2.2.1 Tabel ROI Name Lahan Terbuka Belukar Perairan Sawah Padang Rumput Lahan Terbangun Hutan Pixels 3.177 2.449 2.451 4.348 991 8.084 73.072 Polygons 29/3.177 24/2.449 49/2.451 25/4.348 2/991 49/8.084 57/73.072 Tabel 1. Nilai Pengolahan Citra dengan ROI tool tahun 2007 2.2.2 Tabel ROI Name Lahan Terbuka Belukar Perairan Sawah Padang Rumput Lahan Terbangun Hutan Pixels 3.141 1.192 2.059 3.871 865 7.499 86.860 Polygons 45/3.141 13/1.192 45/2.059 16/3.871 2/865 32/7.499 97/86.860 Tabel 2. Nilai Pengolahan Citra dengan ROI tool tahun 2018 2. Normalize Difference Vegetation Index (NDVI) NDVI merupakan kombinasi antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra. Transformasi NDVI ini merupakan salah satu produk standar NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), satelit cuaca yang berorbit polar namun memberi perhatian khusus pada fenomena globa vegetasi dan cuaca. Menurut Curran , nilai NDVI dapat menunjukkan parameter yang berhubungan dengan parameter vegetasi, antara lain, biomass dedaunan hijau, daerah dedaunan hijau yang merupakan nilai yang dapat diperkirakan untuk pembagian vegetasi. NDVI pada dasarnya menghitung seberapa besar penyerapan radiasi matahari oleh tanaman terutama bagian daun. Nilai NDVI merupakan perbedaan reflektansi dari kanal inframerah dekat dan kanal cahaya tampak (merah). Algoritma yang digunakan adalah sebagai berikut : π π π 2.2.3 Tabel Tingkat kerapatan Vegetasi No Kisaran Nilai NDVI Klasifikasi Tingkat Kerapatan 1. -1 s/d -0,32 Tidak Bervegetasi 2. -0,32 s/d 0.25 Jarang 3. 0,25 s/d 0,42 Cukup Rapat 4. 0,42 s/d 0,50 Rapat 5. 0,50 s/d 1 Sangat Rapat Tabel 3 Sumber : (Modifikasi, Careca, 2013) 3. Uji Akurasi (Confusion Matrix) Penelitian ini menggunakan Uji akurasi klasifikasi atau perhitungan matriks dari setiap kesalahan (confusion matrix) pada setiap penggunaan lahan dari interpretasi citra. Ketelitian pemetaan (MA) dibuat dalam beberapa kelas X serta ketelitian keseluruhan hasil klasifikasi (KH) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ππ΄ π π π₯ π ππ π₯ π ππ π₯ π π₯ π π π π₯ π π π₯ π ππ 2.3 Klasifikasi Citra Multi temporal Multi Temporal merupakan cara memperoleh dan menganalisis data citra dengan memanfaatkan waktu perekaman yang berbeda. Obyek yang tergambar dalam citra menggambarkan kondisi dan waktu perekeman yang berbeda. Perekaman dalam penelitian ini yang dimulai dari tahun 2007 mengambil citra dari landsat 7 dan citra landsat 8 untuk perekaman tahun 2018. Olahan data overlay setelah mendapatkan hasil dari pengklasifikasian multispektral,dengan didapatnya luasan tiap tahun maka akan nampak jelas deforestasi yang terjadi pada kawasan tersebut selama 11 tahun terakhir. Tahap penelitian digambarkan pada bentuk diagram alir seperti dibawah ini : Data citra Landsat 7 dan 8 Koreksi Radiometrik Perhitungan Luas Klasifikasi Multispektral Maximum Likelihood dan NDVI Klasifikasi Temporal Perhitungan akurasi Deforestasi Informasi Spasial Deforestasi tahun 2007-2018 Confusion matrix Gambar 2 Diagram alir 3.Hasil dan analisis Klasifikasi Multispektral (Maximum likelihood) Setelah dilakukan pengolahan citra dengan metode Maximum Likelihood maka akan didapatkan hasil tutupan lahan disekitar kawasan penambangan PT.Semen Padang. Tutupan lahan terdiri atas Lahan terbangun,Lahan terbuka,Perairan,Sawah,Belukar,Padang Rumput,Hutan. Setelah melakukan Klasifikasi terbimbing atau Supervised selanjutnya dilakukan pengukuran luas melalui pixels yang telah dikelompokkan. Dari hasil pengelompokkan pixels tersebut didapatkan lah luas daerah Deforestasi yaitu sebesar 148 Ha dengan arah pergerakannya ke selatan. Sebagai pembanding dari hasil Deforestasi dibutuhkan analisis tahun diatas nya dan dalam penelitian ini menggunakan rentang 11 tahun yang dimulai dari 2007-2018. Penggunaan Landsat 8 pada tahun 2018 dengan akurasi 30 meter membuat perhitungan lebih akurat hasil nya bisa diamati pergerakan Deforestasi 2018 bertambah dari tahun sebelumnya. Alur Deforestasi baru mengarah kearah tenggara serta perluasan area lahan pertambangan juga terjadi dibagian utara seperti yang terlihat pada hasil klasifikasi dibawah ini. Gambar 3 Peta hasil klasifikasi Supervised Pengolahan Supervised Maximum Likelihood mendapatkan hasil bahwa selama jarak 11 tahun terjadi kenaikan dari luas Deforestasi sebelumnya di tahun 2007 sebesar 148 Ha menjadi 197 Ha. Dengan adanya 2 peta ini bisa dianalisis langsung pergerakan Deforestasi yang terjadi dan dapat menyimpulkan besaran luas areanya. Persentasi besaran luas area pada tahun 2018 tersebut sebesar 33.11 % dari luas area sebelumnya pada tahun 2007. Dapat dikatakan telah terjadinya perluasan area tambang oleh PT. SEMEN PADANG sepanjang 11 tahun ini. Untuk memperkuat keakuratan klasifikasi maka dilakukan Uji akurasi yang mana nilai klasifikasi yang didapat dari metode Confusion matrix sebesar 80.1326% sehingga ketelitian klasifikasi memenuhi toleransi dan klasifikasi dianggap benar. Normalize Difference Vegetation Index (NDVI) Langkah selanjutnya klasifikasi menggunakan NDVI yang mampu menonjolkan aspek kerapatan vegetasi. Pada penelitian ini mengambil sample tahun 2018 untuk melihat indeks vegetasi pada kawasan sekitar pertambangan. Hasil transformasi indeks Vegetasi pada area pertambangan berkisar pada rentang -0.306475 - 0.378938. Diklasifikasikan menjadi 5 kelas yaitu daerah yang cukup rapat bisa terdiri dari semak belukar serta areal pertanian, kelas rapat tersusun didalam nya terdapat hutan daerah ini terdapat di areal perbukitan yang mengeliling daerah pertambangan,kelas sangat rapat merupakan daerah dengan indeks vegetasi sangat lebat atau bisa dikatakan sangat rapat yang berada pada kawasan hutan di perbukitan, serta yang terakhir merupakan daerah tidak bervegatasi dengan kisaran nilai -1 s/d -0,32 terdiri atas Perumahan/Lahan terbangun dan Lahan terbuka. Dengan melihat indeks vegetasi didapatkan analisis daerah deforestasi adalah daerah hutan yang kerapatan tinggi tentu ini menjadi masalah terhadap efek hilang nya fungsi kawasan hutan,dimulai dari pemanasan global serta naiknya suhu permukaan bumi. Selain efek terhadap iklim kawasan yang hilang fungsinya yang dahulu merupakan daerah resapan air serta penyangga air limpasan yang mengalir melewati daerah perbukitan tersebut membawa dampak berkelanjutan bisa didapat pada sungai yang tercemar dan dasarnya dipenuhi bahan bahan erosi sebagai bentuk efek dari deforestasi. Gambar 4 peta NDVI kawasan pertambangan PT Semen Padang Klasifikasi Citra Multi temporal Model klasifikasi multitemporal dipenelitian ini untuk menekan lebih jelas perubahan serta gerak deforestasi yang terhitung dari pengklasifikasian Supervised. Ditahun 2007 seluas 148 Ha di bukit karang putih serta ditahun 2018 seluas 197 Ha apabila dihitung terjadi kenaikan sebesar 33,10%. Sementara itu daerah yang diizinkan untuk di tambang oleh Kementerian ESDM pada daerah penelitian ini sebesar 618 Ha maka lahan yang telah terpakai sebesar 31,87%. Perkembangan deforestasi dari peta yang dibawah ini menunjukkan perbandingan dengan jelas deforestasi tahun 20072018 dengan sisa izin yang ada maka pergerakan deforestasi akan terus terjadi. Apabila dilihat mungkin akan bergerak kearah timur sesuai izin yang diberikan hingga akan dilakukan pertambangan sampai 2048 sesuai yang disampaikan oleh PT.Semen Padang pada Harian Singgalang serta target reklamasi yang rampung pada tahun tersebut. Gambar 5 Peta Perkembangan Pertambangan PT.Semen Padang 4.Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan mengenai “Identifikasi Perkembangan Deforetasi Tambang PT.Semen Padang dengan Menggunakan Citra Multi Spektral dan Multi Temporal” , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perkembangan Deforestasi pada kawasan tambang yang terhitung dari 2007 seluas 148 Ha dan bertambah sebesar 33,10% ditahun 2018 menjadi 197 Ha. 2. Deforestasi dimulai dari Utara yang bergerak keselatan mengikuti batas izin tambang kementerian ESDM 3. Indeks vegetasi kawasan tersebut berada pada rentang -0.306475 – 0.378938 dengan dilakukan nya klasifikasi menggunakan NDVI dan memakai kisaran nilai klasifikasi -1 s/d 1. 4. Lahan yang telah terpakai seluas 31.87% dari luas izin kementerian ESDM sebesar 618 Ha khusus daerah penelitian yang berada dibukit karang putih. 5. Keakuratan pada penelitian ini dilakukan metode uji akurasi (confusion matrix) yang didapat persentase keakuratan sebesar 80.1326%. 5.Daftar Pustaka [1] Andimanwno wordpress. 08 januari 2010. Konsep Multi pada Kegiatan (https://andimanwno.wordpress.com/2010/01/08/konsep-multi-pada-kegiatan-interpretasi-citra/, 29/05/2018, 17.03 WIB ) [2] Interpretasi Citra. diakses tanggal Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: C.V Andi Offset. [3] Phinn SR. (2002) GEOS 3301/7322 Advanced Remote Sensing. Lecture notes. StLucia, Brisbane: School of Geography, Planning and Architecture,T he University of Queensland. [4] Lindgren.D.T, 1985., Land Use Planning and Remote Sensing, Martinus Nijhoff Publishers, Doldrecht. [5] Lillesand, T.M., dan kiefer, R.W., 1997, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra ( Terjemahan ), Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. [6] Sutanto.1986. Penginderaan Jauh Jilid 1 dan 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. [7] Horning, N., 2004. Global Land Vegetation; An Electronic Textbook. NASA Goddard Space Flight Center Earth Sciences Directorate Scientifix and Educational Endeavors (SEE). http://www.ccpo.odu.edu/ SEES/ veget/ vg_class.htm. Diakses: tanggal 28/06/2018. [8] Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Grasindo (Gramedia Widiasarana Indonesia). [9] Swain, P. H., and Davis, S.M (Ed.). 1978. Remote Sensing – The Quantitative Approch.New York: McGraw Hill [10] Short, N. M. 1982 Landsat Tutorial Workbook – Basics of Satellite Remote Sensing. Washington DC: NASA. [11] Shresta, D. P. 1991. Digital Image Processing. Enschede: Internasional Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences. [12] Darwin. Pembahasan Materi Analisis Citra Digital. http://dharwienchoppel.blogspot.co.id/2012/12/pembahasanmateri-analisis-citra-digital.html. Diakses: tanggal 29/05/2018, 17.03 WIB [13] Dirgahayu, Dede., Heru Noviar, Silvia Anwar. 2014. Model Pertumbuhan Tanaman Padi di Pulau Sumatera Menggunakan Data EVI Modis Multitemporal. Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 333 [14] F. Aninda Nurry M. dan Ira Mutiara Anjasmara. Kajian perubahan tutupan lahan daeah aliran sungai Brantas Bagian Sungai Hilir Menggunakan Citra Satelit Multi Temporal ( Studi Kasus: Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo) [15] Fatmaraga, M. Adi. Pemanfaatan citra penginderaan jauh multi temporal untuk kajian tingkat bahaya erosi ( kasus di Syb das Mumus, Kalimantan Timur). [16] Frahma, Yazella Feni., Bowo Eko Cahyono, Agung Tjahjo Nugroho. Analisis Tingkat Kehijauan Hutan Daerah Pertambangan Sawahlunto Metode NDVI Berdasarkan Citra Landsat Tahun 2006-2016. 2018. Jurnal Fisika dan Aplikasinya Volume 3 Nomor 1, April 2018. p-ISSN: 2541-3384 e-ISSN: 2541-3392. http://doi.org/10.21009/SPEKTRA [17] Kajian Kelayakan Penambangan Batugamping di Area 412 HA, PT. Semen Padang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang-Provinsi Sumatera Barat. [18] Mulyanto, Lukman dan I NENGAH SURATI JAYA. Analisis Spasial Degradasi Hutan dan Deforestasi : Studi Kasus di PT. Duta Maju Timber, Sumatera Barat. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. X No. 1 : 29-42. 2004 Purwanto, Taufik Hery. Pemanfaatan Citra Digital Multispektral Landsat TM untuk Identifikasi Karakteristik Pantulan Spektral Kelembaban Tanah Permukaan, Studi Kasus: Sebagian KAbupaten Klaten. [19] [20] Shafitri, Luluk Dita., Yudo Prasetyo, Hani’ah. Analisis Deforestasi Hutan di Provinsi Riau dengan Metode Polarimetrik dalam Penginderaan Jauh. Jurnal Geodesi Undip Januari 2018 Volume 7, Nomor 1 (ISSN : 2337-845X) 212. [21] Singgalang, harian. 24 Januari 2018. Lingkungan Semen Padang Sulap Bekas Tambang jadi Area Konservasi. ( https://hariansinggalang.co.id/hijaukan-lingkungan-semen-padang-sulap-bekas-tambang-jadi-area-konservasi/. Diakses 23 Juli 2018, 20:16 Wib )