Uploaded by Ester Hartina Ria Sinaga

Sri Nur Afrida PascaA Layoutlab

advertisement
Pengelolaan dan Pengembangan Praktikum di Perguruan Tinggi
LAYOUT LABORATORIUM KIMIA
Oleh:
Nama
: Sri Nur Afrida
NIM
: 8196141008
Kelas
: A Kimia
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Nurfajriani, M.Si
PROGRAM MAGISTER KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
A. PENDAHULUAN
Sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam berdasarkan observasi
dan eksperimen secara ilmiah. Hampir semua orang percaya bahwa laboratorium memiliki peran
yang sangat penting dalam pendidikan sains. Di dalam laboratorium, siswa dapat melakukan
kegiatan penelitian, pengamatan dan berbagai aktivitas lainnya sehingga pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran menjadi lebih baik. Oleh karena itu di dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Republik Indonesia No 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 42 ayat 2
mewajibkan setiap sekolah untuk memiliki laboratorium guna menun jang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Peranan laboratorium sangat besar dalam menentukan mutu pendidikan karena
laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah yang membanggakan, yang tak dapat
dihasilkan oleh institusi lainnya. Sehingga bagi perguruan tinngi yang bermutu, laboratorium
menjadi bagian yang dikedepankan (Padmawinata dkk, 1983).
Laboratorium sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat dilakukannya percobaan
atau penelitian. Pada pembelajaran sain termasuk kimia di dalamnya keberadaan laboratorium
menjadi sangat penting. Pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali
istilah laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya
terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum. Atas dasar inilah pembahasan kita tentang
pengelolaan laboratorium akan dibatasi pada laboratorium yang berupa ruang tertutup.
B. TATA RUANG LABORATORIUM
I.
Standar Laboratorium Sains
Desain suatu laboratorium harus memenuhi tiga sayarat, yaitu kesehatan dan keamanan
kerja, rasa nyaman dan efisien energi (TSI Incorporated, 2010). Laboratorium harus didesain
untuk memenuhi keamanan dan kesehatan kerja bagi orang-orang yang bekerja di
laboratorium tersebut. Banyak bahan-bahan kimia atau bahan bahan biologi yang berbahaya
dan digunakan dalam kegiatan laboratorium. Oleh karena itu keamanan dan keselamatan kerja
harus menjadi prioritas utama. Kenyamanan laboratorium juga harus menjadi perhatian karena
laboratorium yang pengap dan panas karena kurang udara juga dapat mengganggu kesehatan
para pekerja disamping tidak membuat betah para pekerja. Oleh karena itu laboratorium harus
memiliki ventilasi yang baik sehingga membuat para pekerja menjadi nyaman.
1
Standar
laboratorium berikut dapat digunakan
sebagai
referensi
dalam
mendesain laboratorium sains.
1. Ukuran dan Lokasi
Ruangan laboratorium sebaiknya berbentuk persegi empat atau yang mendekati dengan
ukuran tertentu. Standar yang berlaku di Inggris menyebutkan bahwa setiap siswa
membutuhkan ruang seluas sekitar 3 m2. Oleh karena itu ukuran standar laboratorium yang
diperuntukkan bagi 30 siswa seluas 90 m2 dengan rasio perbandingan panjang dan lebar antara
1: 0,8 atau 1: 1,1 (Piggott, 2011). Departemen pendidikan Hong Kong mewajibkan setia
laboratorium sains memiliki ukuran sekitar 120 m2 dengan lebar minimal dari 7 m di setiap
sisinya.
Setiap laboratorium wajib memiliki ruang persiapan (preparation room) yang dapat
digunakan untuk menyiapkan kegiatan praktikum, perbaikan peralatan maupun penyimpanan
alat dan bahan. Satu ruang persiapan dapat digunakan untuk satu atau dua laboratorium yang
berdekatan. Ruang persiapan disarankan memiliki ukuran sekitar 45 m2 (Education Department,
1995).
Lokasi laboratorium sangat disarankan untuk berdekatan satu dengan yang lain sehingga
memudahkan administrasi dan penge- lolaannya. Apabila banguna laboratorium bertingkat,
maka tempat penyimpanan bahan kimia atau laboratorium kimia perlu mendapat perhatian
khusus. Laboratorium tersebut harus ditempat kan pada bagian paling atas untuk menjaga
bahaya gas atau debu yang keluar dari bahan kimia atau lemari asam.
2. Pintu Masuk
Setiap laboratorium sebaiknya memiliki dua pintu masuk yang berlokasi di ujung
ruangan (Education Department, 1995). Salah satu pintu tersebut harus berfungsi sebagai pintu
darurat yang harus bisa dibuka dari dalam. Semua pintu dan jalan harus tidak terhalangi dari
apapun seperti meja dan kursi sehingga tidak mengganggu jika terjadi kondisi darurat. Salah
satu dari pintu masuk tersebut sebaiknya merupakan pintu dengan dua daun pintu sehingga
memudahkan akses keluar masuk jika ada peralatan laboratorium yang berukuran besar.
2
3. Ventilasi
Laboratorium harus didesain untuk kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Ruangan laboratorium yang terlalu pengap dan panas akan menurunkan produktivitas para
pekerja di laboratorium. Oleh karena itu ventilasi yang menjadi tempat keluar masuknya udara ke
dalam laboratorium memiliki peran penting dalam menjaga suhu laboratorium agar tetap
nyaman. Prinsip dasarnya adalah jumlah udara yang masuk ke dalam laboratorium harus sama
dengan jumlah udara yang keluar dari laboratorium .
Gambar. Semua udara yang masuk ke dalam laboratorium harus sebanding dengan
semua udar yang keluar dari laboratoium (TSI Incorporated, 2010).
II.
Standar Ruang Persiapan (Preparation Room)
Ruang persiapan memiliki fungsi mendukung kegiatan praktikum yang dilakukan di
laboratorium. Ruangan ini berfungsi untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam kegiatan praktikum, pemeliharaan dan perbaikan peralatan laboratorium, serta untuk
menyimpan bahan-bahan yang telah digunakan. Apabila ruangan yang sangat terbatas maka
ruang preparasi juga digunakan untuk menyimpan ruang penyimpanan alat dan bahan.
1.
Ukuran dan Lokasi
Ruang persiapan sangat dianjurkan memiliki ukuran yang memadai sebagai tempat
menyiapkan praktikum dan menyimpan alat dan bahan. Rekomendasi umum yang digunakan
untuk ruang preparasi adalah minimal 0,5 m2 per siswa (Piggott, 2011). Jadi kalau ada dua buah
laboratorium masing-masing untuk 30 siswa (90 m2), maka ruang persiapan memiliki luas
minimal 0,5 x 30 siswa x 2 lab = 30 m2. Peruntukan ruang tersebut umumnya 30 % digunakan untuk
area kerja, 40 % untuk penyimpanan alat dan 30 % untuk sirkulasi (Piggott, 2011).
3
2.
Peralatan
Ruang persiapan harus didesain secara cermat sehingga perabot, peralatan dan bahan
yang disimpan dapat tertata dengan baik. Meja pada ruangan ini sebaiknya setinggsi sekitar 90
cm sehingga memudahkan para laboran atau guru untuk bekerja.
III.
Perabot dan Peralatan Laboratorium
Beberapa fasilitas yang direkomendasikan harus ada di laboratorium sains adalah
sebagai berikut:
1.
Meja dan Kursi
Setiap siswa diharuskan memiliki satu buah kursi yang ergonomis sehingga tidak
menggangu pertumbuhan siswa. Dalam hal jarak antara meja satu dengan meja yang lain juga
harus mendapat perhatian yang serius agar aktivitas setiap siswa tidak saling mengganggu dan
memudahkan siswa siswa untuk bergerak. Area kerja (meja) yang direkomendasikan untuk
digunakan per siswa adalah adalah minimal 0.36 m2 per siswa (Piggott, 2011). Ketinggian meja
yang digunakan oleh siswa sekitar 80 cm. penempatan meja dan kursi harus diatur sedemikian
rupa sehingga guru bisa mengawasi seluruh aktivitas siswa secara maksimal.
2.
Meja Demonstrasi
Meja yang digunakan untuk demonstrasi memiliki ketinggian yang sama dengan meja siswa
dan memiliki semua fasilitas seperti air dan listrik. Di tempat ini juga bisa ditempatkan meja
untuk menyimpan laptop atau tas milik guru selama guru melakukan aktivitas. Di dekat
tempat ini juga bisa ditempatkan papan tulis maupun LCD projector yang dipasang secara
permanen untuk mendukung kegiatan laboratorium.
3.
Lemari asam (Fume hood)
Lemari asam (Gambar 2.12) adalah peralatan yang wajib tersedia di semua laboratorium
yang menggunakan bahan kimia. Lemari asambukanmerupakan alat untuk melindungi para
siswa dan guru dari bahan kimia tetapi hanya merupakan tempat bekerja jika menggunakan
bahan-bahan kimia berbahaya seperti asam kuat atau basa kuat.
Lemari asam sebaiknya tidak ditempatkan di sudut laboratorium atau di dekat pintu
masuk utama. Hal-hal yang harus diperhatikan jika memilih lemari asam antara lain bahan
4
yang digunakan. Sebaiknya meja yang digunakan untuk membuat lemari asam berasal dari bahan
yang tahan asam atau basa kuat. Demikian pula kipas penghisap (blower) yang digunakan untuk
menghisap udara dari dalam lemari asam dan dikeluarkan ke luar laboratorium.
Ditegaskan bahwa lemari asam bukan tempat menyimpan bahan kimia yang berbahaya
atau mudah menguap. Penggunaan lemari asam untuk keperluan tersebut disamping menyalahi
aturan, membahayakan pihak pengguna yang lain, maupun menyebabkan cepat ausnya lemari
asam khususnya blower akibat terjadinya korosi. Lemari asam harus selalu dijaga
kebersihannya.
4.
Lemari tas
Siswa biasanya membawa barang-barang seperti buku atau- pun tas ke dalam ruang
laboratorium. Buku atau tas tersebut tidak diijinkanuntuk ditempatkan di atas meja kerja atau
diletakkan di loker atau lantai. Hal ini akan menyebabkan bahaya yang serius serta risiko terhadap
keselamatan yang tinggi. Oleh karena itu tambahan perabot yang dapat digunakan untuk
menyimpan barang-barang tersebut sangat dibutuhkan untuk kenyamanan kerja di
laboratorium. Pada umumnya perabot tersebut ditempatkan di dekat pintu utama tetapi tidak
mengganggu pintu utama tersebut.
5. Listrik
Socket (stop contact/colokan) harus ditempatkan di tempat yang jauh dari air dengan
jumlah yang memadai. Setiap siswa sebaiknya memiliki satu buah socket di dalam
laboratorium sains. Oleh karena itu jumlah stop kontak yang ada di dalam laboratorium harus
melebihi jumlah siswa yang paktikum di laboratorium tersebut. Disamping itu socket juga
harus tersedia di meja untuk demonstrasi. Tegangan listrik yang ada di dalam laboratorium
harus seragam sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam penggunaan daya untuk alat-alat
tertentu. Listrikdi laboratorium juga harus terhubung dengan sirkuit utama sehingga apabila
terjadi kecelakan kerja di laboratorium, maka mematikan listrik di seluruh laboratorium
menjadi mudah dan kecelakaan dapat diisolasi.
6. Air dan bak cuci
Supply air di laboratorium harus dengan volume yang memadai dan tekanan yang
cukup besar. Tekanan air yang cukup besar sangat penting untuk kondisi darurat misalnya
5
untuk membasuh mata jika terjadi kecelakaan. Oleh karena itu tendon air yang disambung
dengan pompa air sangat dianjurkan untuk digunakan di laboratorium sehingga tekanan air
menjadi cukup besar.
Bak cuci (sink) direkomendasikan untuk tersedia di laboratorium dalam jumlah cukup.
Setiap enam siswa direkomendasikan memiliki satu buah bak cuci (Piggott, 2011). Rekomendasi
bak cuci berupa stainless stell dengan ukuran 20 cm x 30 cm dengan kedalaman 15 cm. Setiap
bak cuci dilengkapi dengan satu buah kran air. Tidak direkomendasikan bahan untuk bak cuci
menggunakan proselin atau batu cor arena sangat riskan menyebabkan alat gelas pecah
sewaktu dicuci.
Di dekat pintu keluar dari laboratorium harus tersedia wastafel untuk mencuci
tangan bagi seluruh orang yang telah selesai bekerja di laboratorium atau keluar dari
laboratorium. Bak cuci ini harus khusus dan tidak boleh digunakan untuk mencuci alat
laboratorium. Di dekat wastafel harus dilengkapi dengan sabun cuci cair dan tissue pengering.
7.
Fasilitas emergency
Beberapa fasilitas darurat yang harus tersedia di dalamlaboratorium adalah kotak P3K
yang memiliki isi minimal berupa antiseptik, cotton wool, palstik, bandages dengan beberapa
ukuran, pisau, gunting dan obat-obatan ringan.
6
C. LAYOUT DESAIN LABORATORIUM KIMIA b
9m
2m
2m
5m
N
M
M
6m
M: Ruang Diskusi
N: Ruang Baca
7
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,I., (2019), Managemen Pengelolaan Alat dan Bahan di Laboratorium Mikrobiologi,
Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 1(1), 19-25.
Hera, R., 2017, Studi Kasuspengelolaan Laboratorium SMA Lab School Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Jurnal Bionatural, Vol. 4, No.1.
Marliana,L., (2016), Manajemen Laboratorium Kimia, Manajer Pendidikan, Vol 10. No 4, Hal
374-380.
Sisunandar, (2015), Perancangan, Pengembangan Dan Safety Laboratorium IPA, Pustaka
Belajar, Yogyakarta.
8
Download