Uploaded by anisetiyowati

58794952-referat-diuretik

advertisement
Referat
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Diuretika
Disusun oleh
DM FK UNMUL
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Samarinda
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Diuretik merupakan salah satu obat yang bekerja di ginjal. Diuretik banyak
digunakan di praktek klinik terutama untuk mengobati edema. Pemakaian diuretik
sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16. HgCl2 diperkenalkan oleh
Paracelcus sebagai diuretik. 1930 Swartz menemukan bahwa sulfanilamide
sebagai antimikrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien
payah jantung, yaitu dengan meningkatkan eksresi dari Na+. Diuretik modern
semakin berkembang sejak ditemukannya efek samping dari obat-obat
antimikroba yang mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine.
Terkecuali spironolakton, diuretik kebanyakan berkembang secara empiris, tanpa
mengetahui mekanisme sistem transpor spesifik di nephron. (1)
Diuretik adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif,
namun memiliki efek samping yang banyak pula. Oleh karena itu sebagai dokter
umum perlu untuk mengetahui jenis obat diuretik agar pemberian terapi diuretik
menjadi rasional.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal dengan menambah
kecepatan pembentukan urine Diuretika meningkatkan ekskresi air dan
natrium klorida. (2)
B. Fisiologi ginjal
Ginjal merupakan sebuah organ tubuh
yang berfungsi
mengekskresi produk hasil metabolisme seperti urea, asam urat, dan
kreatinin. Disamping itu, ginjal juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai
pengatur homeostasis dan regulasi elektrolit dan volum ekstraseluler dan
keseimbangan asam basa. Darah mengalami filtrasi, di mana semua
komponennya melintasi „saringan‟ ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel
darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil
(glomeruli) dan setiap 50 menit se;uruh darah tubuh (k.l. 5 liter) sudah
„dimurnikan‟ melewati saringan tersebut. Fungsi penting lainnya adalah
meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ
terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu keseimbangan dinamis
antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan
susunan cairan ekstrasel. Homeostasis sangat dipengaruhi oleh jumlah ion
Na+, yang sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan intrasel, dan di
plasma darah. Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH
di neurohipofisis.
Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah kedalam
glumeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex).
Dinding glumeruli inilah yang berkerja sebagai saringan halus yang secara
pasif dapat dilintasi air, garam, dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh
dari filtrasi dan mnegandung banyak air serta elektrolit ditampung di
wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul
bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini terdiri dari bagian
proksimal dan distal, yang dihubungi oleh sebuah lengkungan (Henle’s
loop). Air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa
dan garam-garam, antara lain ion Na+, ditarik kembali secara aktif di
ginjal. Zat-zat tersebut dikembalikan pada darah melalui kapiler yang
mengelilingi tubuli. Sisanya yang tidak berguna seperti perombakan
metabolism protein untuk sebagian besar tidak diserap kembali.
Filtrate dari semua tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul
(ductuscolligens), dimana air di serap kembali. Filtrate akhir disalurkan
kekandung kemih dan ditimbun sebagai urine. Ultrafiltrat bagi orang
dewasa, setiap harinya dihasilkan rata-rata 180 liter yang dipekatkan
sampai lebih kurang 1 liter air kemih. 99% lainnya dirabsosi dan
dikembalikan pada darah. Suatu obat hanya diperlukan sedikit untuk
mengurangi
reabsosi
tubuler,
misalnya
dengan
melipatgandakan volume urine (menjadi k.l 2,6 liter).
1%
mampu
Gambar 1. Anatomi nefron ginjal. (3)
C. Klasifikasi diuretik
Diuretika terdiri dari bermacam-macam golongan obat
1. Inhibitor karbonik anhidrase
2. Loop diuretics
3. Thiazide
4. Diuretik hemat kalium
5. Diuretik osmotik
6. Antagonis ADH (4)
Gambar 2. Tempat kerja berbagai jenis diuretika. (4)
Diuretika bekerja di sepanjang tubulus ginjal dimana masingmasing tempat kerja berbeda-beda, yakni di:
 Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang
disini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70 % antara lain untuk
ion-Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi
berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrate tidak berubah dan
tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manitol, sorbitol)
bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium. (5)
 Lengkungan henle. Di bagian menaik dari Henle’s Loop ini k.l. 25% dari
semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan
reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrate menjadi
hipotonis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetanida, dan
etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transport Cl- dan
demikian reabsorpsi Na+. pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak. (5)
 Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara
aktif pula tanpa air hingga filtrate menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.
Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan
memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian kedua
segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+; proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron
(spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren)
bertitik kerja disini dengan mengakibatkan ekskresi Na+ dan retensi K+. (5)
 Saluran pengumpul. Hormone antidiuretik ADH (vasopresin) dari
hipofisis bertitik kerja di sini dengan jalan memengaruhi permeabilitas
bagi air dari sel-sel saluran ini. (5)
1. Loop Diuretik (Diuretik Kuat/High-ceiling diuretics)
Farmakodinamik
Loop dieuretik terutama bekerja dengan menghambat reabsorbsi elektrolit
Na+/K+/2Cl- di ansa henle ascenden bagian epitel tebal; tempat kerjanya di
permukaan sel epitel bagian luminal (yang menghadap ke lumen tubuli). Pada
pemberian IV obat ini cenderung menigkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai
peningkatan filtrasi glomerulus. Peningkatan aliran darah ginjal ini relative hanya
berlangsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan ekstra sel akibat dieresis,
maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnya
reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal. Hal terakhir ini merupakan
suatu mekanisme kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut yang mencapai
bagian epitel tebal Henle ascendens sehingga mengurangi dieresis. (6)
Farmakokinetik
Absorbsi
loop diuretic mudah diserap melelui saluran cerna, dengan derajat yang
berbeda-beda. Bioavalabilitas furosemid 65% sedangkan bumetenid hampir
100%.
Distribusi
Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak
difiltrasi glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport
asam organic di tubulus proksimal.
Metabolism
Obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali di tempat kerja
didaerah yang lebih distal lagi.
Eksresi
Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan IV diekskresi melalui ginjal
dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidil terutama
sistein dan N-asetil sistein. (6)
Tabel 1. Bioavailabilitas, waktu paruh, dan rute eliminasi berbagai jenis loop
diuretika. (1)
Nama obat
Furosemide LASIX)
Bumetanide (BUMEX)
Ethacrynic acid (EDECRIN)
Torsemide (DEMADEX)
Axosemide*
Piretanide*
Bioavailabilitas
oral
60%
80%
100%
80%
12%
80%
T½ (jam)
1.5
0.8
1
3.5
2.5
0.6–1.5
Rute eliminasi
65% R, 35% M‡
62% R, 38% M
67% R, 33% M
20% R, 80% M
27% R, 63% M
50% R, 50% M
R: ekskresi renal
M: metabolism
Indikasi atau Penggunaan klinik (6)
Gagal jantung
Furosemid merupakan obat standar untuk gagal jantung yang disertai edem
dan tanda-tanda bendungan sirkulasi seperti peninggian tekanan vena jugular,
edema paru, edema tungkai, dan asites. Furosemid lebih banyak digunakan
dari pada asam etakrinat, karena gangguan saluran cerna lebih ringan dan
kurva dosis respons kurang curam. Untuk edema paru akut diperlukan
pemberian secara intravena. Pada keadaan ini perbaikan klinik dicapai karena
terjadi perubahan hemodinamik dan penurunan volume cairan ekstrasel
dengan cepat, sehingga alir balik vena dan curah ventrikel kanan berkurang.
Edema refrakter
Untuk mengatasi edema refrakter diuretic loop biasanya diberikan bersama
diuretic lain, misalnya thiazid atau diuretic hemat kalium. Pemakaian dua
macam obat diuretic loop secara bersamaan merupakan tindakan tidak
rasional.
Asites dan edema akibat gagal ginjal
Diuretic loop merupakan obat efektif untuk asites akibat penyakit sirosis
hepatis. Dan edema akibat gagal ginjal.
Gagal ginjal akut
Loop diuretic diberikan pada pasien gagal ginjal akut yang masih awal baru
terjadi namun hasilnya tidak konsisiten.
Menurunkan kadar kalsium plasma
Diuretic loop dapat menurunkan kadar kalsium plasma pada pasien
hiperkalsemia simptomatis dengan cara meningkatkan ekskresi kalsium
melalui urin. Bila digunakan untuk tujuan ini, maka perlu pula diberika
suplemen Na+ dan Cl- untuk menggantikan kehilangan Na+ dan Cl- melalui
urin.
Cara pemberian dan dosis
Sebaiknya diberikan secara oral, kecuali bila diperlukan untuk dieresis segera,
maka dapat diberikan IM satu IV. Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik
maka diperlukan dosis furosemid jauh lebih besar daripada dosis biasa. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya protein dalam cairan tubuli yang akan mengikat
furosemid sehingga menghambat dieresis. Selain itu pada pasien dengan
uremia, sekresi furosemid melalui tubuli menurun. (5)
Dosis obat
Table . Sediaan, Dosis, Dan Efek Diuretic Loop (6)
Obat
Furosemid
Torsemid
Sediaan
Dosis
Tab.20&40 mg  10-40 mg oral 2x sehari
Injeksi 20
(HT)
mg/ampl 2 ml  20-80 mg iv, 2-3 x sehari
(CHF)
 Sampai 250-2000 mg
oral/iv
 5-10 mg oral, 1 x sehari
Efek
 Diuresis dalam
10-20 menit
 Efek maksimal
1,5 jam
 Lama kerja 4-5
jam
 Onset 10 menit
Butenamid Tab.0,5&1mg
Inj. 5 mg
(HT)
 10-20 mg (CHF), oral
atau iv, dapat naik sampai
200 mg
 0,5-2 mg, oral 1-2x sehari
 Maksimum 10 mg/hari
Asam
etakrinat
 50-200mg/hari
 0,5-1 mg/kg BB
Tab 25& 50
mg
Injeksi
50mg/amp
 Efek maksimal 60
menit
 Lama kerja 6-8
jam
 Onset 75-90 menit
 Lama kerja 4-5
jam

Efek samping (5)
o Gangguan cairan elektrolit
Sebagian efek berkaitan dengan gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan
antara lain: hipotensi, hiponatremia, hipokalemia, hipokloremia, hipokalsemia,
dan hipomagnesia
o Ototoksisitas
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan
ini merupakan efek samping serius. Ketulian sementara juga dapat terjadi pada
furosemid dan jarang pada butenamid. Ketulian disebabkan oleh perubahan
komposisi elektrolit cairan endolimf.
o Efek metabolik
Hiperuresemia, hiperglikemia, penigkatan kolesterol LDL dan trigliserida
serta penurunan HDL.
o Reaksi alergi
Berkaitan dengan struktur model yang menyerupai sulfonamide, sehingga
dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi sulfonamide.
o Nefritis intersisialis alergik
Furosemid dapt menyebabkan nefritis intersisialis alergik yang menyebabkan
gagal ginjal reversible.
Kontraindikasi dan perhatian
Gagal ginjal yang disertai anuria, Hati-hati pada pasien yang dicurigai
hipokalemia, gout, hiperkalsemia, pengguna digitalis dan sirosis hepatik Tidak
dianjurkan pada wanita hamil.
Interaksi obat (5)
o Pemberian diuretic loop dapat meningkatkan risiko aritmia pada pasien yang
juga mendapat digitalis atau obat antiaritmia.
o Pemberian bersama obat yang bersifat nefrotoksik seperti amininoglikosida
dan anti kanker sispaltin akan meningkatkan risiko nefrositotoksisitas.
o Probenesid mengurangi sekresi diuretic ke lumen tubulus sehingga efek
diuresisnya berkurang.
o Berinteraksi dengan warfarin dan klofibrat melalui penggeseran ikatannya
dengan protein.
o Pada penggunaan jangka lama diuretic loop dapat menurunkan klirens litium.
o Penggunaan
bersama
sefalosporin
dapat
menigkatkan
nefrotoksisitas
sefalosporin
o Anti inflamasi non steroid terutama indometasin dan kortikosteroid melawan
kerja furosemid.
2. Thiazid atau Benzotiazid
Sejarah
Tiazid atau benzotiazid disintesis dalam rangka penelitian zat penghambat
enzim karbonik anhidrase. Komposisi yang terbentuk setelah pemberian obat ini
ternyata banyak mengandung ion klorida, efek sangat berbeda dengan senyawa
induknya yaitu benzene disulfonamid. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa
tiazid berefek langsung terhadap transport Na+ dan Cl- di tubuli ginjal, lepas dari
efek penghambatannnya terhadap enzim karbonik anhidrase.
Protoipe golongan tiazid, yang merupakan obat tandingan pertama
golongan Hg-organik, yang telah mendominasi selama lebih dari 30 tahun.
Farmakodinamik
Diuretic tiazid bekerja dengan menghambat simporter Na+ dan Cl- di hulu
tubulus distal. System transport ini dalam keadaan normal berfungsi membawa
Na+ dan Cl- dari lumen ke dalam sel epitel tubulus. Na+ selanjutya dipompakan ke
luar tubulus dan ditukar dengan K+ , sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kanal
klorida.
Efek farmakodinamik tiazid yang utama adalah meningkatkan sekresi
natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natrieresis dan klouresis ini disebabkan
oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit ada hulu tubuli distal (early
distal tubule). Laju ekskresi Na+ maksimal ditimbulkan oleh tiazid relative lebih
rendah dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh beberapa diuretic lain, hal ini
disebabkan 90% Na+ dalam cairan filtrate telah direabsorpsi lebih dahulu sebelum
ia mencapai tempat kerja. (6)
Derivate tiazid memperlihatkan efek penghambatan karbonik anhidrase
dengan potensi yang berbeda-beda. Zat yang aktif sebgai penghambat karbonik
anhidrase, dalam dosis yang mencukupi, memperlihatkan
efek sama seperti
asetazolamid dalam ekskresi bikarbonat. Efek penghambatan karbonik anhidrase
ini tidak berarti secara klinis. Efek penghambatan karbonik anhidrase di luar
ginjal praktis tidak terlihat karena tiazid tidak tertimbun di sel lain.
Pada pasien hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena
efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol seingga terjadi
vasodilatasi. (5)
Pada pasien diabetes insipidus, tiazid justu mengurangi dieresis. Efek ini
kita jumpai baik pada diabetes insipidus nefrogen maupun yang disebabkan oleh
kerusakan hipofise posterior. Efek ini berdasarkan pengurangan volume plasma
yang diikuti oleh penurunan laju filtrasi glomerulus sehingga meningkatkan
reabsorpsi Na dan air di tubulis proksimal. Akibatnya jumlah air dan Na yang
melewati segmen distal berkurang sehingga volume maksimal urin yang encer
juga berkurang. Hasil akhirnya adalah pengurangan poliuria secara signifikan. (6)
Fungsi ginjal
Tiazid dapat mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus, terutama bila
diberikan secara intravena. Efek ini mungkin disebabkan oleh pengurangan
aliran darah ginjal. Namun berkurangnya filtrasi ini sedikit sekali pengaruhnya
terhadap efek diuretic tiazid, dan hanya mempunyai arti klinis bila fungsi
ginjal memang sudah kurang. (6)
Asam urat
Tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah dengan 2 mekanisme:
1.Tiazid meninggikan reabsorpsi asam urat di tubuli proksimal
2.Tiazid menghambat sekresi asam urat oleh tubuli.
Peninggian kadar asam urat ini kurang begitu berarti karena insiden serangan
akut gout terutama berhubunga dengan asam urat dalam plasma sebelum
pengobatan tiazid. (5)
Cairan ekstrasel
Tiazid dapat meninggikan ekskresi ion K+ terutama pemberian jangka pendek,
mungkin efek ini menjadi kecil bila penggunaannya berlangsung dalam jangka
panjang. Ekskresi natrium yang berlebihan tanpa disertai jumlah air yang
sebanding, dapat menyebabkan hiponatremi dan hipokloremia, terutama bila
pasien mendapat diet rendah garam. Namun secara keseluruhan golongan
tiazid cenderung menimbulkan gangguan komposisi cairan ekstrasel yang
lebih ringan dibandingkan diuretic loop, karena intensitas dieresis yang
ditimbulkan
lebih rendah. Ekskresi Mg2+ meningkat, sehingga dapat
menimbulkan hipomagnesia. (5)
Ekskresi yodida dan bromide secara kualitatif sama dengan ekskresi
klorida. Diuretic yang menyebabkan klouresis juga akan meningkatkan
ekskresi kedua ion halogen lain. Dengan demikian semua obat yang bersifat
klouresis dapat digunakan untuk menanggulangi keracunan bromide. Selain
itu penggunaan diuretic yang berkepanjangan dapat menigkatkan sekresi
yodida dengan akibat dapat terjadi deplesi yodida ringan.
Farmakokinetik (6)
Absorpsi
Absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik. Umumnya efek obat tampak
setelah 1 jam.
Distribusi
Klortiazid didistribusikan ke seluruh ruang intrasel dan dapat melewati sawar
uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam jaringan ginjal saja.
Metabolisme dan Ekskresi
Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam
cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar sekali, biasanya dalam 3-6 jam
sudah diekskresi dari tubuh.
Obat
Bendroflumethiazide
(NATURETIN)
Chlorothiazide (DIURIL)
T½ jam
Bioavailabilitas oral
Eliminasi
100%
3–3.9
9–56% (dosedependent)
70%
1.5
30% R, 70%
M
R
2.5
R
50%
17
Methyclothiazide (ENDURON)
Polythiazide (RENESE)
ID
100%
ID
25
Trichlormethiazide (NAQUA)
Chlorthalidone (HYGROTON)
ID
65%
2.3–7.3
47
Indapamide (LOZOL)
93%
14
40–80% R,
20–60% M
M
25% R, 75%
U
R
65% R, 10%
B, 25% U
M
Hydrochlorothiazide
(HYDRODIURIL)
Hydroflumethiazide (SALURON)
Metolazone (MYKROX,
ZAROXOLYN)
Quinethazone (HYDROMOX)
65%
ID
ID
ID
80% R, 10%
B, 10% M
ID
R: ekresi renal
M: metabolism
ID: insufficient data
Indikasi (1)

Hipertensi. Tiazid merupakan salah satu obat penting pada pengobatan
hipertensi baik tunggal maupun dalam kombinasi dengan obat antihipertensi
lain. Selain sebagai diuretic, tiazid member efek anti hipertensi berdasarkan
efek penurunan resistensi pembuluh darah.

Gagal jantung. Tiazid merupakan obat terpilih untuk pengobatan edema
akibat gagal jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi
dengan diuretic hemat kalium pada pasien yang juga mendapat pengobatan
digitalis untuk mencegah terjaidnya hipokalemiaa yang memudahkan
terjadinya intoksikasi digitalis. Hasil yang baik juga didapat pada
pengobatan tiazid untuk edema akibat penyakit hati dan ginjal kronis.
Pemberian tiazid pada pasien gagal jantung atau hipertensi yang disertai
gangguan fungsi ginjal harus dilakukan hati-hai, karena obat in dapat
memperhebat gangguan fungsi ginjal akibat penurunan kecepatan filtrasi
glonerulus dan hilangnya natrium, klorida dan kalium yang terlalu banyak.

Pengobatan jangka panjang edema kronik. Pasien jangan terlalu dibatasi
garam.

Diabetes insipidus. Terutama yang berfifat nefrogenik. Masih mempunyai
manfaat walaupun bukan obat pilihan.

Hiperkalsiuria. Pasien dengan batu kalsium pada saluran kemih mendapat
manfaat dari pengobatan tiazid karena dapat mengurangi sekresi kalsium ke
saluran kemih sehingga mengurangi risiko pembentukan batu.
Dosis dan Sediaan Obat
Table. Sedian dan dosis tiazid (1)
Obat
Sediaan
Hidroklortiazid
HCT
Klorotiazid
Hidroflumetazid
Bendroflumetazid
Politiazid
Benztiazid
Siklotiazid
Metiklotiazid
Klortalidon
Kuenitazon
Indapamid
Metolazon


Tab 250 & 500mg 
Tab 50mg

Tab 2,5;5 &10mg 

Tab.1,2 & 4 mg

Tab.50 mg

Tab 2mg

Tab 2,5&5mg

Tab.25,50&100mg 
Tab 50 mg

Tab 2,5 mg


Tab. 5 mg

Inj. 10 mg

Tab.25&50mg
Dosis
12,5-25 mg (HT)
25-100 (CHF)
250-1000
12,5-25 mg(HT)
1,25(HT)
10 (CHF)
1-4 (HT)
50-200
1-2mg
2,5-10 mg
12,5-50 mg
50-200
1,25 (HT)
2,5-5 (CHF)
2,5-5 (HT)
5-20 (CHF)
Lama kerja
jam
 6-12
 6-12
 12-24
 6-12







24-48
18-24
6-24
24-72
48-72
24-36
16-36
 18-25
Efek samping dan Perhatian (5)
1.
Gangguan
elektrolit.
Hipokalemia,
hipovolumia,
hipokloremia,
hipomagnesia. Hipokalemi mempermudah terjadinya aritmia terutama pada
pasien yang juga mendapat digitalis atau antiaritmia lain. Pemberian diuretic
pada pasien sirosis dengan asites perlu dilakukan ahti-hati, gangguan
pembentukan H+ menyebabkan amoniak tidak dapat diubah menjadi ion
ammonium dan memasuki darah, ini merupakan faktro penyebab terjadinya
depresi mental dan koma pada pasien sirosis hepatis.
2.
Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid langsung mengurangi
aliran darah ginjal, suatu reaksi idiosinkrasi yang jarang sekali timbul sperti
hepatitis kloestatik.
3.
Hiperkalsemia. Merupakan efek samping yang menguntungkan terutama
untuk orang tua dengan resiko osteoporosis karena dapat mengurangi risiko
fraktur.
4.
Hiperuresemia. Dapat meningkatkan kadar asam urat darah karena efeknya
menghambat sekresi dan meningkatkan reabsorpsi asam urat. Efek samping
ini perlu mendapat perhatian pada pasien gout arthritis karena dapat
mencetuskan serangan gout akut.
5.
Penurunan toleransi glukosa dan efektivitas obat hipoglikemik oral. Hal ini
terjadi karena kurangnya sekresi insulin terhadap peniggian kadar glukosa
plasma, meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis.
6.
Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida plasma dengan mekanisme
yang tidak diketahui.
7.
Gangguan fungsi seksual, mekanismenya tidak jelas.
Kontraindikasi
Hati-hati pada pasien yang dicurigai hipokalemia, gout, hiperkalsemia, pengguna
digitalis dan sirosis hepatik
Interaksi obat (1)

Indometasin dan AINS lain dapat mengurangi efek tiazid karena kedua obat
ini menghambat sintesis prostaglandin vasodilator di ginjal.

Probenesid menghambat sekresi tiazid dalam lumen tubulus, akibatnya efek
tiazid berkurang.

Hipokalemi yang terjadi akibat pemberian tiazid dapat meningkatkan risiko
aritmia oleh digitalis dan obat anti aritmia lain, sehingga pemantauan kadar
kalium sangat penting pada pasien uyang mendapat digitalis atau antiaritmia
lain. Kehilangan kalium lebih lanjut dapat memperbesar bahaya intoksikasi
digitalis.

Kombinasi dengan KCL dapat menimbulkan iritasi local di usus halus
sehingga tidak digunakan lagi
1. Tiazid menghambat ekskresi litium sehingga kadar litium dalam darah
meningkat.
Diuretik Hemat kalium
Yang tergolong dalam kelompok ini ialah antagonis aldosteron, triamteren dan amilorid.
Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
1.
Antagonis aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama
aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli distal serta
memperbesar ekskresi kalium. Jadi pada hipoaldosteronisme, akan terjadi penurunan
kadar kalium dan alkalosis metabolik karena reabsorbsi HCO3- dan sekresi H+ yang
bertambah.
Kadaan dan tindakan yang dapat menyebabkan bertambahnya sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal adalah sekresi glukokortikoid yang meninggi
misalnya pembedahan, rasa takut, trauma fisik dan perdarahan, asupan kalium yang
tinggi, asupan natrium yang rendah, bendungan pada vena cava inferior, sirosis
hepatis, nefrotis dan payah jantung akan meningkatkan sekresi aldosteron tanpa
peningkatan sekresi glukokortikoid. Keadaan tersebut di atas sering disertai adanya
edema, sehingga pemberian antagonis aldosteron yaitu sebagai diuretik sangat
bermanfaat.
Saat ini dikenal dua macam antagonis aldosteron, yaitu spironolakton dan eplerenon.
a. Spironilakton
- Morfologi
Spironolakton merupakan molekul dengan tatanama 7α-Acetylthio-3-oxo-17αpregn-4-ene-21,17-carbolactone OR (1' S,2R,2' R,9' R,10' R,11' S,15' S)-9'(acetylsulfanyl)-2',15'-dimethylspiro[oxolane-2,14' tetracyclo [8.7.0.02, 7.011,
15] heptadecan]-6'-ene-5,5'-dione, dengan rumus molekul C24H32O4S dan
memiliki berat molekul 416.574 g/mol.
Spironolakton dikenal dengan nama dagang Aldactone, Carpiaton, Letonal,
Spirola, Spiralacton serta Aldazid yang merupakan kombinasi spironolakton
dengan thiabutazid.
Gambar molekul spironolakton
- Farmakodinamik
Spironolakton menghambat pengaruh aldosteron secara kompetitif pada
reseptor aldosteron intraseluler di duktus koligentes. Hal ini menyebabkan
penurunan reabsorpsi natrium dan air, sehingga sekresi kalium juga
berkurang.
- Farmakokinetik
Absorbsi
: pada pemberian oral, 70% diserap di saluran cerna
Distribusi
: Ikatan dengan protein cukup tinggi
Metabolisme
:
mengalami
metabolisme
sirkulasi
dihati.
enterohepatik
Metabolit
dan
utamanya,
first
pass
kanrenon,
memperlihatkan aktivitas antagonis aldosteron dan turut
berperan dalam aktivitas biologik spironolakton. Kanrenon
mengalami interkonversi enzimatik menjadi kanrenoat yang
tidak aktif. Spironolakton menginduksi CP450 hati.
Ekskresi
: melalui urin dan cairan empedu.
- Indikasi
Digunakan secara luas untuk pengbatan hipertensi dan edema yang refrakter.
Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi
sekresi kalium, di samping memperbesar diuresis. Pada gagal jantung kronik
spironolakton digunakan untuk mencegah remodeling (pembentukan jaringan
fibrosis di miokard). Spironolakton merupakan obat pilihan untuk hipertensi
hiperaldosteronisme primer dan sangat bermanfaat pada kondisi-kondisi yang
disertai hiperaldosteronisme sekunder seperti asites pada sirosis hepatik dan
sindrom nefrotik.
- Kontraindikasi
Insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, kehamilan.
- Efek samping
Efek toksik yang utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering
terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang
berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengan tiazid pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat. Efek samping lain yang ringan dan reversibel di antaranya
ginekomastia, efek samping mirip androgen dan gejala saluran cerna., sakit
kepala, diare, kram, mengantuk, ruam, impotensi, menstruasi tidak teratur, dan
pertumbuhan rambut tidak teratur. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(misalnya, natrium rendah, magnesium yang rendah, dan kalium tinggi) dapat
terjadi, sehingga pasien harus dimonitor secara hati-hati.
- Interaksi obat
Spironolactone
dapat
menurunkan
kadar
natrium
darah
sekaligus
meningkatkan kadar potassium darah. Kalium darah yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan kelainan irama jantung yang berpotensi mengancam jiwa
dalam. Oleh karena itu, spironolactone biasanya tidak diberikan dengan agen
lain yang dapat meningkatkan kadar kalium darah, seperti suplemen kalium,
angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, indometasin, atau diuretik
hemat kalium lainnya. Spironolactone dapat menyebabkan peningkatan kadar
digoxin darah menjadi toksik sehingga membutuhkan penyesuaian dosis
digoksin.
- Sediaan
Tersedia dalam bentuk tablet 25mg, 50mg, dan 100mg. Sediaan kombinasi
tetap antara spironolakton 25mg dan hidrochlorothiazid 25mg, serta antara
spironolakton 25mg dan tiabutazid 2,5mg (Aldazide tab 100mg)
- Dosis
Pada dewasa diberikan 25-200 mg/hari, tetapi dosis efektif sehari rata-rata
100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.
- Perhatian
Pemakaian bersama dengan suplemen kalium, ibu menyusui, kerusakan fungsi
ginjal.
b. Epleron
- Morfologi
Merupakan analog spironolakton yang baru digunakan sejak tahun 2003,.
Eplerenon
merupakan
molekul
dengan
tatanama
pregn-4-ene-7,21-
dicarboxylic acid, 9,11-epoxy-17-hydroxy-3-oxo, γ-lactone, methyl ester (7α,
11α, 17α) dengan rumus molekul C24H30O6 dan berat molekul 414,49. Obat ini
dipasarkan dengan nama dagang Inspra namun belum beredar di Indonesia.
Gambar molekul epleron
Eepleron berwarna putih, tidak berbau dan sangat sedikit larut dalam air,
dimana kelarutannya tidak tergantung pada pH.
- Farmakodinamik
Epleron memiliki cara kerja yang sama dengan spironolakton. Namun
dibandingkan dengan spironolakton, eplerenon memiliki afinitas yang lebih
lemah terhadap reseptor meniralokortikoid, androgen, dan progesteron. Obat
ini dipasarkan khusus untuk mengurangi resiko kardiovaskular pada pasien
infark miokard.
- Farmakokinetik
Absorbsi
: diabsorbsi di saluran cerna dan mencapai konsentrasi puncak
1,5 jam setelam pemberian oral. Bioavailabilitas absolut
sekitar 69%.
Distribusi
: terikat dengan protein plasma sekitar 50%.
Metabolisme
: mengalami metabolisme dihati, yang dimediasi oleh enzim
CYP3A4
Ekskresi
: di ekskresi melalui urin (67%) dan feses (32%). Waktu paruh
4-6 jam.
- Indikasi
Eplerenon digunakan sebagai antihipertensi dan sebagai terapi tambahan pada
gagal jantung. Eplerenone khusus diindikasikan untuk mengurangi risiko
kematian kardiovaskular pada pasien dengan gagal jantung dan disfungsi
ventrikel kiri dalam waktu 3-14 hari dari serangan infark miokard akut.
- Kontraindikasi
Dikontraindikasikan
pada pasien dengan hiperkalemia, gagal ginjal berat
(creatinin klirens < 30 ml/menit), atau kerusakan hati yang berat (skor ChildPugh C), pengobatan bersamaan dengan diuretik hemat kalium ketoconazole,
itraconazole atau lainnya (kontraindikasi relatif)
- Efek samping
Efek samping penggunaan eplerenone meliputi:. hiperkalemia, hipotensi,
pusing, perubahan fungsi ginjal, dan peningkatan kadar kreatinin
- Interaksi obat
Eplerenone terutama dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 CYP3A4.
Dengan demikian ada potensi untuk interaksi obat yang merugikan dengan
obat lain yang menginduksi atau menghambat CYP3A4. Secara khusus,
penggunaan bersamaan dari inhibitor CYP3A4 seperti ketokonazol dan
itraconazole merupakan kontraindikasi. Inhibitor CYP3A4 lainnya termasuk
eritromisin, saquinavir, dan verapamil harus digunakan dengan hati-hati. Obat
lain yang meningkatkan konsentrasi kalium dapat meningkatkan resiko
hiperkalemia yang terkait dengan terapi eplerenone, termasuk pengganti
garam, suplemen kalium dan potassium-sparing diuretic lainnya.
- Sediaan
Tablet salut film 25 mg dan 50 mg, namun belum beredar di Indonesia
- Dosis
Eplerenon diberikan dalam dosis50-100mg/hari.
- Perhatian
Hiperkalemi, gangguan fungsi hati dan ginjal. Harus disimpan pada suhu 250C
2.
Triamteren dan Amilorid
a. Triamteren
- Morfologi
Triamteren merupakan diuretik hemat kalium dengan tatanama molekul 2,4,7triamino-6-fenil-pteridine dan berat molekul 253,27. Pada 50°C, triamteren
sedikit larut dalam air. Triamteren juga larut dalam larutan amonia, natrium
hidroksida dan dimetilformamida serta sedikit larut dalam methanol.
Obat ini dipasarkan dengan nama dagang Dyrenium, Maxzide (Triamterenhidroklorotiazid), dan Dyazide (Triamteren-hidroklorotiazid)
Gambar molekul triamteren
- Farmakodinamik
Meningkatkan ekskresi natrium dan klorida sedangkan ekskresi kalium
berkurang den eksresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Efek hambatan
reabsorbsi natrium dan klorida oleh triamteren agaknya suatu efek langsung,
tidak melalui penghambatan aldosteron karena obat ini memperlihatkan efek
obat yang sama baik pada keadaan normal, maupun setelah adrenalektomi.
Triamteren menurunkan ekskresi kalium dengan menghambat sekresi kalium
di sel tubuli distal. Berkurangnya reabsorbsi natrium di tempat tersebut
mengakibatkan turunnya perbedaan potensial listrik transtubular, sedangkan
hal ini diperlukan untuk berlangsungnya proses sekresi kalium oleh sel tubuli
distal.
- Farmakokinetik
Absorbsi
: triamterene dengan cepat diserap di saluran cerna dan
mencapai onset of action 2-4jam setelah pemberian oral.
Pada keadaan normal, kadar puncak rata-rata serum 30
ng/mL pada 3 jam. Rata-rata persentase obat yang terkumpul
dalam urin (0 sampai 48 jam) adalah 21%.
Distribusi
: lebih dari 50% dari pemberian oral ditemukan di urin
Metabolisme
: triamterene terutama dimetabolisme menjadi konjugasi
sulfat-hydroxytriamterene. Baik di tingkat plasma dan urin
dari metabolit ini jauh melampaui kadar triamterene
Ekskresi
: diekskresi melalui urin.
Massa kerja
: Kebanyakan pasien akan merespon Dyrenium (triamterene)
selama hari pertama pengobatan. Maksimum efek terapi,
kadang-kadang, tidak dapat dilihat selama beberapa hari.
Durasi diuresis tergantung pada beberapa faktor, terutama
fungsi ginjal, tetapi umumnya menurun sekitar 7-9 jam
setelah pemberian.
- Indikasi
Triamteren ditujukan sebagai pengobatan terhadap edema yang berkaitan
dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati dan sindrom nefrotik; juga di
steroid-induced
edema,
aldosteronism sekunder.
edema
idiopatik
dan
edema
akibat
hyper-
- Kontraindikasi
Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami anuri, penyakit
ginjal yang berat atau progresif, penyakit hati yang berat, hipersensitivitas
terhadap obat tersebut. Triamterene tidak boleh digunakan pada pasien
hiperkalemi, seperti yang kadang-kadang terlihat pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal atau azotemia. Tidak boleh diberikan kepada pasien
yang menerima agen potassium-sparing lain seperti spironolakton, amilorid
hidroklorida atau formula lain yang mengandung triamterene.
- Efek samping
Hiperkalemia, reaksi hipersensitifitas, azotemia, peningkatan BUN dan
kreatinin, batu ginjal, gagal ginjal akut, gangguan saluran cerna, pusing,
kelemahan, sakit kepala.
- Interaksi obat
Sebuah interaksi yang mungkin mengakibatkan gagal ginjal akut telah
dilaporkan dalam beberapa mata pelajaran ketika indometasin, agen antiinflammatory drugs, diberikan dengan triamterene.Efek potensiasi jika
diberikan bersama: obat antihipertensi, diuretik lain, agen preanesthetic dan
anestesi, relaksan otot rangka (nondepolarizing). Agen potassium-sparing
harus digunakan dengan hati-hati bersama angiotensin-converting enzyme
(ACE) inhibitor karena peningkatan risiko hiperkalemia.
- Dosis
Dosis awal 100mg, 2 kali/hari setelah makan. Maksimal 300mg/hari.
- Sediaan
Dyrenium kapsul 50 mg dan 100 mg, Maxzide (Triamteren-hidroklorotiazid)
25 mg dan 50 mg, dan Dyazide (Triamteren-hidroklorotiazid) kapsul 25mg.
Namun obat-obat ini belum beredar di Indonesia.
- Perhatian
Peningkatan abnormal kadar kalium serum (lebih besar dari atau sama dengan
5,5 mEq / liter) dapat terjadi dengan semua kombinasi diuretik hemat kalium,
termasuk triamteren. Hiperkalemia lebih cenderung terjadi pada pasien dengan
kerusakan ginjal dan diabetes (bahkan tanpa bukti kerusakan ginjal), dan pada
usia lanjut atau sakit berat. Kadar kalium serum harus dimonitor pada interval
yang sering terutama pada pasien yang baru pertama kali mendapat terapi
triamteren, ketika dosis berubah atau pada penyakit yang dapat mempengaruhi
fungsi ginjal.
b. Amilorid
- Morfologi
Amiloride merupakan diuretik hemat kalium dengan tatanama molekul 3,5diamino-6-chloro-N-(diaminomethylene)pyrazine-2-carboxamide dan rumus
molekul C6H8CIN7O serta berat molekul 229,627 g/mol. Amilorid merupakan
kelompok guanidinium yang mengandung derivat pyrazine. Dipasarkan
dengan nama dagang Midamor (Amiloride Hydrochloride) dan Moduretic
(Amiloride Hydrochloride-Hydrochlorothiazide).
Gambar molekul amilorid
- Farmakodinamik
Amilorid bekerja dengan langsung memblokir saluran natrium epitel (ENaC)
sehingga menghambat reabsorpsi natrium di akhir tubulus distal, tubulus
conectivus, dan ductus colecticus pada ginjal (mekanisme ini adalah sama
untuk triamterene).Hal ini mendorong hilangnya natrium dan air dari tubuh,
tetapi
tanpa
menghabiskan
kalium.
Sebuah
efek
amiloride
adalah
penghambatan kanal kation siklik GMP-gated pada lapisan dalam ductus
colectivus di medula. Amiloride bekerja pada jantung, menghambat Na +/H +
exchanger antiporter Sodium-hidrogen 1 atau NHE-1. Ini meminimalkan
cedera reperfusi dalam serangan iskemik.
- Farmakokinetik
Absorbsi
: diabsorbsi di saluran cerna, dengan onset kerja dalam waktu
2 jam setelah dosis oral. Kadar plasma puncak diperoleh
dalam 3 sampai 4 jam dan waktu paruh bervariasi 6-9 jam.
Efek dari kenaikan elektrolit dengan dosis tunggal amiloride
HCl sampai kira-kira 15 mg.
Distribusi
: didistribusi ke hati dan ginjal.
Metabolisme
: tidak mengalami metabolisme dihati
Ekskresi
: diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang tidak berubah,
50% dari dosis 20mg diekskresikan dalam urin dan 40%
pada feses dalam waktu 72 jam
- Indikasi
Diindikasikan sebagai pengobatan tambahan bersama diuretik thiazide atau
agen kaliuretic-diuretik lain pada gagal jantung kongestif atau hipertensi.
- Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada keadaan hiperkalemia, pasien yang mendapat terapi
antikaliuretik ataupun supllemen potasium, gangguan fungsi ginjal dan
hipersensitifitas.
- Efek samping
Amilorid biasanya ditoleransi dengan baik dan, kecuali untuk hiperkalemia
(kadar kalium serum lebih besar dari 5,5 mEq per liter ), mual/anoreksia, nyeri
perut, perut kembung, dan ruam kulit ringan telah dilaporkan dan mungkin
berhubungan dengan amiloride.
- Interaksi obat
Sebuah interaksi yang mungkin mengakibatkan gagal ginjal akut telah
dilaporkan dalam beberapa mata pelajaran ketika indometasin, agen antiinflammatory drugs, diberikan dengan triamterene.Efek potensiasi jika
diberikan bersama: obat antihipertensi, diuretik lain, agen preanesthetic dan
anestesi, relaksan otot rangka (nondepolarizing). Agen potassium-sparing
harus digunakan dengan hati-hati bersama angiotensin-converting enzyme
(ACE) inhibitor karena peningkatan risiko hiperkalemia.
- Sediaan
Midamor (Amiloride Hydrochloride) tablet 5mg dan Moduretic (Amiloride
Hydrochloride-Hydrochlorothiazide) 5mg/50mg.
- Dosis
Dosis 5-10mg/hari setelah makan.dosis maksimal 10mg/hari
- Perhatian
Hiperkalemia, Diabetes melitus, asidosi metabolik dan asidosis respiratorik
Pengahambat karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat antara lain dalam sel korteks
renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam
plasma. Enzim ini yang berperan mengkatalisis reaksi CO2 + H2O   H2CO3. Dalam
tubuh, H2CO3 berada dalam keseimbangan dengan ion H+ dan HCO3- yang sangat
penting dalam sistem buffer darah. Ion ini juga penting pada proses reabsorbsi ion tetap
(fixed ion) dalam tubuli ginjal, sekresi asam lambung dan beberapa proses lain dalam
tubuh. Sebenarnya, tanpa enzim tersebut reaksi di atas dapat berjalain tetapi sangat
lambat.
Karbonik anhidrase merupakan protein dengan berat molekul kira-kira 30.000
dan mengandung satu atom Zn dalam setiap molekul. Enzim ini dapat dihambat
aktivitasnya oleh sianida, azida dan sulfida. Derivat sulfonamid yang juga dapat
menghambat kerza enzim ini adalah asetazolamid dan diklorofenamid.
1.
Asetazolamid
- Morfologi
Asetazolamid merupakan penghambat karbonik anhidrase, memiliki tatanama
molekul N-(5-sulfamoyl-1,3,4-thiadiazol-2-yl)acetamide dan rumus molekul
C4H6N4O3S2 dengan berat molekul 222,245 g/ml
Gambar molekul Asetazolamid
- Farmakodinamik
Efek farmakodinamik yang utama dari esetazolamid adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik
dan perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.
- Farmakokinetik
Absorbsi
: asetazolamid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar
maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan.
Distribusi
: asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga
terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Obat penghambat
karbonik anhidrase tidak dapat masuk ke dalam eritrosit, jadi
efeknya hanya terbatas pada ginjal saja. Distribusi
penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh
ada tidaknya enzim karbonik anhidrsi dalam sel yang
bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam
sel
Metabolisme
: asetazolamid tidak dimetabolisme
Ekskresi
: ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat
ini mengalami proses ekskresi aktif melalui tubuli dan
sebagian direabsorbsi secara pasif. Waktu paruh 3-9jam
- Indikasi
Penggunaan asetazolamid yang utama ialah untuk menurunkan tekanan
intraokular pada penyakit glaukoma, mengatasi paralisis periodik bahkan yang
disertai hipokalemia. mengurangi gejala acute mountain sickness, sebagai
diuretik, penghambat karbonik anhidrase bermanfaat untuk mengatasi alkalosis
metabolik terutama yang disebabkan oleh ekskresi H+ berlebihan karena
pemberian diuretik.
- Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada pasein dengan sickle cell anemia, alergi terhadap obat
sulfa, penyakit hati dan ginjal, Addison‟s disease serta ibu hamil dan menyusui.
- Efek samping
Efek samping yang umum dari penggunaan obat ini termasuk mati rasa dan
kesemutan pada jari tangan dan kaki, dan perubahan rasa (parageusia), terutama
untuk minuman berkarbonasi. Beberapa juga mungkin mengalami penglihatan
kabur tetapi ini biasanya hilang segera setelah menghentikan obat. Asetazolamide
juga meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat.
- Interaksi obat
Asetazolamide memodifikasi metabolisme fenitoin dengan peningkatan kadar
serum
fenitoin,
mengurangi
penyerapan
primidone
di
gastrointestinal,
menurunkan konsentrasi serum primidone dan metabolitnya, menyebabkan
penurunan ekskresi amfetamin dan meningkatkan efek durasinya, meningkatkan
kadar siklosforin.
- Dosis

Dosis umum antara 250-500 mg/kali,

Chronic simple glaucoma : 250-1.000 mg/ hari,

Acute mountain sickness : 2 kali sehari 250 mg, dimulai 3-4 hari sebelum
mencapai ketinggian 3.000m atau lebih, dan dilanjutkan untuk beberapa
waktu sampai sesudah dicapai ketinggian tersebut,

Paralisis periodik familial : 250-750 mg sehari dibagi dalam 2-3 dosis;
sedangkan untuk anak-anak 2 atau 3 kali sehari 125 mg.
- Sediaan
Glauseta tab 250mg, Diamox capsul 500mg (tidak beredar di Indonesia)
- Perhatian
Batu ginjal, obstruksi paru, emfisema, kehamilan dan laktasi
5. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik bekerja dengan memanfaatkan prinsip perbedaan
tekanan osmotik antara cairan lumen dan plasma darah.
a. Manitol
1) Farmakodinamik
Manitol difiltrasi secara bebas di glomerolus ke dalam lumen
saluran kemih. Manitol kemudian akan meningkatkan tekanan
osmotik cairan lumen sehingga akan menarik air dari plasma
darah ke dalam lumen saluran kemih. Manitol memberikan efek
osmotik di sepanjang nefron tetapi terutama pada tubulus
kontortus proksimal dan duktus kolektivus.
2) Farmakokinetik
A : manitol harus diberikan secara IV, jika diberikan secara oral
dapat menyebabkan diare osmotik. Onset kerja 30-60 menit. D :
distribusi di seluruh cairan tubuh tetapi tidak menembus sawar
darah otak. M: manitol tidak dimetabolisme. Durasi kerja 6-8 jam.
E: 80% diekskresikan melalui ginjal dan 20% sisanya
dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui empedu. Waktu
paruh ¼ jam dan 1,7 jam pada gagal ginjal. (7)
3) Indikasi
Sering digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan
intraokuler dan gagal ginjal akut. Mengatasi sindrom dialisis
disequilibrium. Mengurangi edema serebral sebelum dan setelah
operasi otak. Memicu diuresis pada pencegahan dan terapi fase
oliguri gagal ginjal akut.
4) Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien perdarahan intrakranial aktif.
Hipersensitivitas, gangguan elektrolit, dehidrasi berat, dan anuria.
(3)
5) Efek samping
Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah), dan
dapat menyebabkan edema pulmoner karena cepat memasuki
kompartemen
ekstraselular
dan
menarik
air
keluar
sel.
Penglihatan kabur, diare.
6) Peringatan
Pasien dengan gagal jantung atau kongesti pulmoner dapat
mengakibatkan edema pulmoner. Kehamilan kategori C.
7) Interaksi obat
Peningkatan efek hipotensi jika diberikan bersama obat
antihipertensi atau nitrat. (3)
8) Dosis dan sediaan
Untuk meningkatkan volum urin 50-200 g/24 jam IV atau 12,5-25
gram tiap 1-2 jam. Untuk penurunan tekanan intraokuler dan
intrakranial 1,5-2 g/kgBB IV. Sediaan injeksi (Osmitrol) 5, 10,
15, 20, 25%. (3; 4)
b. Urea
1) Farmakodinamik
Urea
diekskresikan
seluruhnya
oleh
glomerolus
dan
meningkatkan osmolaritas cairan ultrafiltrat sehingga menarik air
ke lumen saluran kencing.
2) Farmakokinetik
A: tidak ada sesiaan oral. Diberikan melalui injeksi intravena.
Onset kerja 30-45 menit. D : tidak terikat protein plasma. M :
tidak dimetabolisme, durasi kerja 5-6 jam. E: diekskresikan
seluruhnya melalui ginjal. (7)
3) Indikasi
Mengatasi sindrom dialisis disequilibrium. Mengurangi edema
serebral sebelum dan setelah operasi otak. Menurunkan tekanan
intraokuler pada glaukoma.
4) Kontraindikasi
Penderita gangguan hati karena akan meningkatkan kadar amonia
darah. Tidak boleh diberikan pada pasien perdarahan intrakranial
aktif.
5) Peringatan
Kehamilan kategori C. Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit
diberikan dengan hati-hati.
6) Efek samping
Trombosis dan nyeri jika terjadi ekstravasasi. Hipovolemia,
hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah),
7) Interaksi obat
Peningkatan efek hipotensi jika diberikan bersama obat
antihipertensi atau nitrat. (3)
8) Dosis dan sediaan
Sampai dengan 120 g/hari IV. Sediaan injeksi (Ureaphil)
c. Gliserin
1) Farmakodinamik
Gliserin meningkatkan osmolaritas cairan lumen saluran kemih
sehingga menarik air ke dalam lumen dan meningkatkan jumlah
urin.
2) Farmakokinetik
A: diabsorpsi di usus. D :tidak berikatan dengan protein plasma
M : dimetabolisme di hati oleh enzim gliserol kinase dan diubah
menjadi glukosa, dimetabolisme di sel lemak untuk sintesis
triasilgliserol dan fosfolipid. E : bentuk utuh diekskresikan
melalui ginjal.
3) Indikasi
Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma dan sebelum
atau setelah operasi mata. (3)
4) Peringatan
Kehamilan kategori C. Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit
diberikan dengan hati-hati.
5) Efek samping
Hiperglikemia. Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala, mual,
muntah),
6) Interaksi obat
Peningkatan efek hipotensi jika diberikan bersama obat
antihipertensi atau nitrat. (3)
7) Dosis dan sediaan
1-2 g/kgBB peroral. Sediaan oral (Osmoglyn)
d. Isosorbid
1) Farmakodinamik
Isosorbid meningkatkan osmolaritas cairan lumen saluran kemih
sehingga menarik air ke dalam lumen dan meningkatkan jumlah
urin.
2) Farmakokinetik
A : diabsorpsi di usus. D : tidak berikatan dengan protein plasma.
M: tidak dimetabolisme. E : diekskresikan seluruhnya melalui
ginjal. Waktu paruh obat 5-9,5 jam. (7)
3) Indikasi
Menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma dan sebelum
atau setelah operasi mata. (3)
4) Peringatan
Kehamilan kategori B. Gangguan ginjal dan gangguan elektrolit
diberikan dengan hati-hati.
5) Efek samping
Hipovolemia, hipernatremia (nyeri kepala, mual, muntah),.
6) Interaksi obat
Peningkatan efek hipotensi jika diberikan bersama obat
antihipertensi atau nitrat. (3)
7) Dosis dan sediaan
1-3 mg/kgBB peroral. Sediaan oral (Ismotic)
6. Antagonis ADH
ADH meningkatkan reabsorpsi air di tubulus ginjal dengan akibat
berkurangnya produksi urin. Penghambatan pada ADH akan menignkatkan
volume urin. Obat antagonis ADH tersedia hanya untuk keperluan
penelitian dan tidak digunakan secara umum dalam praktek klinik sebagai
diuretik.
Dua
macam
obat
antagonis
ADH
adalah
lithium
dan
demeclocycline (turunan tetracycline). (4)
a. Lithium
1)Farmakodinamik
Menghambat
efek
ADH
pada
duktus
kolektivus
dengan
menurunkan pembentukan cyclic adenosine monophospate (cAMP)
sebagai respon ADH dan berinterferensi dengan kerja cAMP pada
sel tubulus kolektivus. Efek untuk mengatasi gangguan maniak
depresi
melalui
transport
ion
dan
elektrolit,
pelepasan
neurotransmiter, second messenger dan enzim intraseluler. (4)
2)Farmakokinetik
A : diabsorpsi oleh usus dengan bioavailabilitas 100%. Kadar
puncak plasma dicapai dalam waktu 30 menit-2 jam. D : distribusi
pada cairan tubuh dan sedikit masuk ke kompartemen intraseluler.
Terikat dengan protein 0%. Volum distribusi 0,5 L/kg. Dapat
ditimbun dalam tulang M : tidak dimetabolisme. E : diekskresikan
ginjal 95%. Waktu paruh 20-22 jam.
3)Indikasi
Syndrome of Inappropiate ADH Secretion (SIADH) dan penyakit
lain yang menngkatkan ADH seperti gagal jantung atau penyakit
hati. Obat antagonis ADH diberikan pada penyakit-penyakit
tersebut jika terapi restriksi cairan gagal. Gangguan maniak
depresi. (4)
4)Kontraindikasi
Pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat menyebabkan
Ebstein`s cardiac anomaly.
5)Peringatan
Kehamilan meningkatkan klirens lithium. Diekskresikan ke air susu
ibu dengan kadar 1/3 -1/2 kadar plasma.
6)Efek samping
Hipernatremia dan diabetes insipidus nefrogenik. Penggunaan
lithium sebagai gangguan afektif, diabetes insipidus nefrogenik
dapat diatasi dengan diuretik tiazid dan amiloride. Kardiotoksik
(“sick sinus syndrome”), penurunan fungsi tiroid, tremor, dan
leukositosis.
Gagal
ginjal
akut.
Penggunaan
jangka
lama
menyebabkan nefritis interstitial kronis. (4)
7)Interaksi obat
Penggunaan bersamaan dengan diuretik menurunkan klirens
lithium sampai 25% sehingga perlu penurunan dosis. Pernggunaan
bersamaan dengan obat neuroleptik meningkatkan resiko terjadinya
sindrom ekstrapiramidal.
8)Dosis dan sediaan
0,5 mEq/kgBB/hari dalam dosis terbagi. Kadar serum plasma darah
target 1 mmol/L atau 0,6-1,4 mEq/L dengan kadar toksik >2
mEq/L. Sediaan oral dalam bentuk lithium karbonat yaitu Eskalith
kapsul 150, 300, 600 mg, Lithobid SR 300 mg, dan Eskalith CR
450 mg.
b. Demeclocycline
Demeclocycline merupakan antibiotik golongan tetracycline
yang juga memiliki efek sebagai penghambat ADH.
1)Farmakodinamik
Menghambat
efek
ADH
pada
duktus
kolektivus
dengan
menurunkan pembentukan cyclic adenosine monophospate (cAMP)
sebagai respon ADH dan berinterferensi dengan kerja cAMP pada
sel tubulus kolektivus. (4)
2)Farmakokinetik
A : diabsorpsi di usus dengan bioavailabilitas 60-70%. D : terikat
protein 40-80%. Terdistribusi secara luas pada jaringan dan cairan
tubuh kecuali cairan serebrospinal. M : dimetabolisme di hati. E :
diekskresikan melalui urin 50%, feses 40%, dan empedu 10%.
3)Indikasi
Syndrome of Inappropiate ADH Secretion (SIADH) dan penyakit
lain yang menngkatkan ADH seperti gagal jantung atau penyakit
hati. Obat antagonis ADH diberikan pada penyakit-penyakit
tersebut jika terapi restriksi cairan gagal. Antibiotik golongan
intermediate acting tetracycline untuk infeksi mikoplasma,
klamidia, riketsia, dan spirochaeta. (4)
4)Kontraindikasi
Pasien dengan penyakit hati dan anak kurang dari 12 tahun
(ditimbun di dalam gigi menyebabkan perubahan warna dan
displasia enamel). Kehamilan karena melewati sawar darah
plasenta.
5)Efek samping
Gagal ginjal akut. Mual, anoreksia, diare (4)
6)Interaksi obat
Demeclocycline berikatan dengan kation seperti kalsium, besi, dan
magnesium sehingga dihindari pemberian secara oral dengan
sumber kation tersebut (susu dan antasida).
7)Dosis dan sediaan
600-1200 mg/hari dengan kadar plasma darah pada 2 μg/mL.
Sediaan oral (Declomycin, Declostatin, Ledermycin) tablet 150 mg
dan 300 mg, kapsul 150 mg.
Efek Samping
Penggunaan diuretik dapat menyebabkan gangguan elektrolit dan cairan tubuh.
Oleh karena itu selama pemberian diuretik harus memantau tanda dan gejala dari
gangguan elektrolit dan cairan tubuh.
Tabel 1. Tanda dan gejala gangguan elektrolit dan cairan tubuh

Haus

Turgor kulit menurun

Mukosa kering

Kelemahan

Pusing

Demam

Pengeluaran urin sedikit
Hiponatremia

Dingin
(natrium normal

Penurunan turgor kulit
132-145 mEq/L)

Bingung

Rewel, mudah marah

Takikardi
Hipomagnesemia

Kaku tungkai dan kaki
(magnesium

Hipertensi
normal 1,5-2,5

Takikardi
mEq/L atau 1,8-

Tremor
3 mg/dL)

Refleks tendon dalam hiperaktif

Bingung

Halusinasi visual atau pendengaran

Parastesia
Hipokalemia

Anoreksia
(kalium normal

Mual muntah
3,5-5 mEq/L)

Depresi
Dehidrasi
Hiperkalemia

Bingung

Aritmia jantung

Perasaan hanyut

Rewel dan mudah marah

Gelisah atau cemas

Mual

Diare

Aritmia jantung

Gangguan abdomen
Efek samping paling sering dan mengancam nyawa adalah hipokalemia.
Daging
Ikan
Buah
Sayuran
sumber lain
•Sapi
•Ayam
•Babi
•Kalkun
•Veal
•Flounder
•Haddock
•Halibut
•Salmon
•Sardines,
canned
•Scallops
•Tuna
•Apricots
•Pisang
•Kurma
•Plums
•Raisins
•jeruk
•Tomat
•Dried fruit
•Cantaloupe
•Peaches
•Prunes
•Alpukat
•wortel
•Lima beans
•kentang
•Radishes
•bayam
•Gingersnaps
•crackers
•Molasses
•kacang
•kopi
•Teh
Gambar 5. Bagan sumber kalium. (3)
KESIMPULAN
Diuretik merupakan obat yang bekerja di ginjal untuk meningkatkan
volume urin. Diuretik dibagi menjadi Inhibitor karbonik anhidrase, Loop
diuretics, Thiazide, Diuretik hemat kalium, Diuretik osmotik, Antagonis ADH.
Masing-masing memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Efek samping
penggunaan diuretik bermacam-macam salah satunya adalah gangguan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosfanty. Obat diuretik. dokterrosfanty. [Online] 2009. [Cited: April 4, 2011.]
http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/obatdiuretik.html.
2. Neal, MJ. Medical Pharmacology at a Glance Fourth Edition. London : Blackwell
Science, 2002.
3. Beggs, S. Introductory Clinical Pharmacology, 7th Edition. New York : Mc Graw Hill
Companies, 2006.
4. Katzung, BG. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta : EGC, 1998.
5. Tjay, TH and Rahardja, K. Obat-obat penting edisi VI. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2008.
6. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan Terapi. Edisi V.
Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007.
7. Brunton, L and dkk. Goodman & Gilman`s Manual of Pharmacology and
Therapeutics. New York : Mc Graw Hill Medical, 2008.
Download