PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN PENGUASAAN KONSEP MATEMATIKA SISWA TESIS Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Magister Disusun Oleh : NAMA : Aminah Zuhriyah NPM : 20117270106 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MIPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI 2013 i LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS Nama : Aminah Zuhriyah, S.Pd NPM : 20117270106 Program Pasca Sarjana : Fakultas MIPA Program Studi : Matematika Judul Tesis : Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika Siswa. Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pada tanggal 17 Juni 2013 Pembimbing Materi Pembimbing Teknik Dr. Supardi U.S. MM., M.Pd. Dr. Suparman Ibrahim A., M.Sc. ii LEMBAR PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini adalah karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis ini bukan hasil karya saya sendiri saya bersedia menerima sanksi sesuai Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 25 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, Juni 2013 materai Aminah Zuhriyah, S.Pd. iii ABSTRAK A B. C. D. E. Aminah Zuhriyah, NPM : 20117270106 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran dan Penguasaan konsep Matematika siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 34 se- kecamatan Jatiasih) x, 5 BAB, 110 halaman Kata Kunci : Metode Pembelajaran Kooperatif, Kemampuan penalaran, Penguasaan Konsep matematika siswa, Manova Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. (2) Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran siswa. (3) Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika siswa. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Eksperimen. Analisis inferensial dilakukam dengan statistik Manova (Multivariat Analisis of varians). Hasil penelitian menyimpulkan : (1) Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa secara multivariat. Hasil uji statistik Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s largest Root memberikan nilai sig sebesar 0.000 (< 0.05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. (2) Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika. Hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subject diketahui nilai p-value untuk kategori kemampuan penalaran matematika (Y1) adalah sig = 0.000 ( < 0.05 ). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan penalaran matematika pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika siswa. Hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subject Effects diketahui nilai p-value untuk kategori penguasaan konsep matematika siswa (Y2) adalah 0,000 ( < 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata penguasaan konsep pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Implikasi Untuk meningkatkan kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika siswa adalah guru selalu beri tugas atau kuis setelah pemberian materi baru yang telah dipelajari, memberi dorongan kepada siswa agar jangan segan untuk selalu bertanya, bila belum mengerti kepada teman atau guru, dan guru sebaiknya menerapkan belajar kooperatif tipe STAD minimal sebulan sekali, karena tipe STAD adalah metode yang mudah diterapkan pada siswa dan hasilnya mendapat nilai yang memuaskan secara merata. F. Daftar Pustaka : 1. Buku 40 buah ( tahun 2000 s/d tahun 2012) 2. Internet G. Pembimbing : 1. Dr. Supardi US., M.M. M.Pd. 2. Dr. Suparman Ibrahim A., M.Sc. iv MOTTO “Jangan tunggu sampai hari esok Apa yang dapat kamu kerjakan hari ini “ Tesis ini kupersembahkan untuk : Orang tuaku, suamiku dan anak-anakku tercinta dan tersayang, Segala pengorbanan dan dorongan mereka akan kukenang sepanjang masa. v KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika Siswa”. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 34 Bekasi, Tesis ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar magister pada Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, terutama kepada : 1. Dr. Supardi US., M.M, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Materi Universitas Indraprsta PGRI. 2. Dr. Suparman Ibrahim A., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing Teknik dan selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. 3. Bapak dan Ibu dosen serta Staff TU Program Pascasarjana Universitas Indra prasta PGRI. vi 4. Kepala Sekolah SMP Negeri 9 dan Kepala Sekolah SMP Negeri 34 Bekasi yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. 5. Ibunda Robiah yang telah melahirhan dan membesarkan ananda dengan kasih sayang yang tulus. 6. Suami dan anak-anak penulis yang tercinta, yang telah memberi waktu dan pengertiannya. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak, penulis terima dengan tangan terbuka dan sangat diharapkan. Semoga Kehadiran tesis ini memenuhi sasarannya. Jakarta, Juni 2013 Aminah Zuhriyah. S. Pd vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS ii .................................................. LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv MOTTO............................................................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .............................................................. 8 C. Pembatasan Masalah ............................................................. 10 D. Perumusan Masalah .............................................................. 11 E. Tujuan Penelitian .................................................................. 11 F. Kegunaan Penelitian ............................................................. 12 G. Sistematika Penulisan Tesis ................................................... 14 BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ......................................................... 16 A. Deskripsi Teori .................................................................... 16 1. Kemampuan Penalaran Matematika ............................... 16 viii 2. Teori Penguasaan Konsep Matematika .......................... 23 3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif ..................... 41 B. Kerangka Berpikir ................................................................ 60 1. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika Siswa ......................................................... 60 2. Pengaruh Metode Pembelajaraan Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa ..................... 63 3. Pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif terhadap peguasaan konsep matematika siswa ............... 64 C. Hipotesis Penelitian .............................................................. 66 BAB III : METODOLOGI PENULISAN ................................................... 67 A. Tempat Dan Waktu Penelitian .............................................. 67 B. Metode Penelitian .................................................................. 67 C. Validasi Penelitian ................................................................ 69 D. Populasi Dan Sampel ............................................................. 71 1. Populasi Target .............................................................. 71 2. Populasi Terjangkau ....................................................... 71 3. Sampel ............................................................................ 72 4. Teknik Sampling ............................................................ 72 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 73 1. Teknik Mendapatkan Data .............................................. 73 2. Variabel Penelitian .......................................................... 74 F. Pengembangan Instrumen Penelitian ..................................... 75 1. Instrumen Kemampuan Penalaran Matematika .............. 75 ix 2. Instrumen Penguasaan Konsep Matematika ................... 79 G. Teknik Analisis Data .............................................................. 85 1. Teknik Analisis Deskriptif .............................................. 85 2. Uji Prasyarat Analisis Data ............................................. 85 3. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian .......................... 88 H. Hipotesis Statistik .................................................................. 90 BAB IV : HASIL PENELITIAN ................................................................. 92 A. Deskripsi Data Penelitian Skor Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika ................................... 92 1. Data Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pembelajaran Tipe STAD................................................. 93 2. Data Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pembelajaran Tipe Jigsaw ............................................... 94 3. Data Penguasaan Konsep Matematika Pada Metode Pembelajaran Tipe STAD .............................................. 94 4. Data Penguasaan Konsep Matamatika Pada Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw .............................................. 94 B. Pengujian Prasyaratan Analisis .............................................. 95 1. Uji Normalitas ................................................................ 95 2. Pengujian Homogenitas Matrik Varian Kovarian ........... 97 3. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian .......................... 88 C. Pengujian Hipotesis Penelitian .............................................. 99 1. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika Secara Multivariat ....................................... 100 2. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika .............................. 101 x 3. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan konsep Matematika ................................... 101 C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................. 102 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 108 A. Kesimpulan ........................................................................... 108 B. Saran ..................................................................................... 109 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 111 LAMPIRAN ...................................................................................................... 114 xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1. 6 Langkah Pembelajaran Kooperatif .......................................... 46 Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelirian ........................................................ 67 Tabel 3.2. Desain Penelitian ........................................................................ 68 Tabel 3.3. Kisi–kisi Instrumen Kemampuan Penalaran Matematika .......... 76 Tabel 3.4. Kriteria Indeks Kesukaran .......................................................... 78 Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep Matematika ................ 81 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika ....................................... 93 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ............................................... 96 Tabel 4.3. Tabel Box’s Test of Equality of Covariance Matrices .............. 97 Tabel 4.4. Tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances .................. 98 Tabel 4.5. Tabel Multivariate Test ............................................................... 99 Tabel 4.6. Tabel Test of Between-Subjects ............................................... 100 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Diagram Venn .......................................................................... 34 Gambar 2.2. Pembagian Garis ......................................................................... 36 Gambar 2.3. Perbandingan Garis .................................................................... 37 Gambar 2.4. Sudut Saling Berpelus ................................................................ 39 Gambar 2.5. Sudut Saling Berpenyiku .......................................................... 39. Gambar 2.6. Sudut Saling Bertolak Belakang ............................................... 40 Gambar 2.7. Hubungan Antara Sudut Jika Dua Garis sejajar Dipotong Oleh Garis Lain ......................................................................... xiii 40 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini mendapat tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang mampu hidup di alam Globalisasi. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya insani sepatutnyalah mendapat perhatian secara terus menerus untuk meningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006:4). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum secara dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bergerak cepat. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah sebagai lembaga pendidikan dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya. 1 Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus berusaha secara terus menerus mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh. Upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi juga bergantung pada faktor lain yang mempunyai saling keterkaitan sebagai sebuah sistem untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pendidikan yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur utama yang paling menentukan mempengaruhi hasil pendidikan. Matematika selain sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan juga merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi peserta didik maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia pendidikan sangat besar manfaatnya karena matematika adalah alat dalam pendidikan perkembangan dan kecerdasan akal. Matematika berasal dari bahasa latin ”manhenern” atau ”mathema” yang berarti belajar atau hal yang harus dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut ”wiskunde” atau ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran. Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pemikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan-aturan yang ada yang harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari (Hamzah, 2000 : 60). Matematika itu berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), strukturstruktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Karena matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan 2 penalarannya deduktif, maka konsep-konsep matematika harus dipahami dan dikuasasi lebih dahulu sebelum manipulasi simbol-simbol itu. Materi matematika disusun secara teratur dalam urutan yang logis (hirarkis) dalam arti bahwa suatu topik matematika akan merupakan prasyarat bagi topik berikutnya. Karena itu untuk mempelajari suatu topik matematika yang baru pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut. Karena kehirarkisan matematika, belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Ini berarti bahwa belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinu. Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dikemas dalam bentuk soal yang lebih menekankan pada penalaran dan penguasaan konsep suatu pokok bahasan tertentu. Sebagaimana mengacu pada pedoman penilaian Puskur-PLP (2004), penilaian hasil belajar matematika siswa meliputi 3 aspek yaitu: pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah. Kemampuan siswa yang rendah dalam aspek penalaran dan penguasaan konsep merupakan hal penting yang harus ditindaklanjuti. Matematika secara umum sangat sulit dipahami oleh siswa, karena matematika memiliki obyek yang sifatnya abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup tinggi untuk memahami setiap konsep-konsep matematika yang sifatnya hirarkis, sehingga perlu menerapkan model-model pengajaran yang lebih baik dan tepat membantu penguasaan siswa sedini mungkin di tingkat sekolah 3 terhadap matematika. Tetapi perlu kita garis bawahi pula sebuah pengajaran yang baik tidak cukup untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang optimal, karena yang menjadi salah satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan pengajaran matematika adalah bagaimana menumbuhkan dan merangsang kemampuan penalaran (logika) serta penguasaan konsep dengan benar oleh siswa. Fakta di lapangan guru matematika sekolah kebanyakan mengajar dengan cara tradisional dengan pola : informasi-contoh soal-latihan sesuai contoh. Paradigma pembelajaran matematika di Indonesia selama bertahun-tahun adalah paradigma mengajar dan banyak dipengaruhi oleh psikologi tingkah laku, bukan paradigma belajar. Menurut Ratumanan yang dikutip oleh Rochmadi (2008 : 2) bahwa : Pembelajaran matematika di Indonesia beracuan behaviorisme dengan penekanan pada transfer pengetahuan dan hukum latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan, kurang memperhatikan aktivitas aktif siswa, interaksi siswa, negosiasi makna, dan konstruksi pengetahuan. Guru yang memegang kendali memainkan peran aktif, sementara siswa duduk menerima secara pasif informasi pengetahuan dan keterampilan siswasiswa cenderung diam dan kurang berani menyatakan gagasannya. Kreativitas dan kemandirian siswa mengalami hambatan dan bahkan tidak berkembang. Banyak siswa yang tadinya kreatif dan kritis menjadi apatis karena suasana belajar dalam kelas kurang mendukung. Tidak sedikit siswa merasa terlambat proses kedewasaan karena gaya-gaya pembelajaran melemahkan semangat belajar siswa, karena kurang demokratif, kurang kolaboratif dan lain-lain. 4 Sebagaimana kita ketahui bahwa fondasi dari matematika adalah penalaran (reasoning). Ross sebagaimana dikutip oleh Rochmadi (2008 : 2) menyatakan bahwa salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah mengajarkan kepada siswa penalaran logika (logical reasoning). Bila kemampuan bernalar tidak dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contohcontoh tanpa mengetahui maknanya. Ciri utama penalaran dalam matematika adalah deduktif, atau dengan perkataan lain matematika bersifat deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan matematika bersifat konsisten. Rochmadi (2008 : 1) juga mengatakan bahwa pada prinsipnya dalam pembelajaran matematika pola pikir induktif dan deduktif keduanya dapat digunakan untuk mempelajari konsep-konsep matematika. Namun demikian, pembelajaran matematika dengan fokus pada pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah dapat diawali menggunakan pola pikir induktif melalui pengalaman-pengalaman khusus yang dialami siswa. Pertama-tama siswa dapat diajak mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan menggunakan pola pikir induktif. Misalnya kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan menyajikan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat-sifat yang muncul, memperkirakan hasil yang mungkin, dan kemudian siswa dapat diarahkan menyusun generalisasi secara deduktif. 5 Secara umum dalam memecahkan masalah siswa menggunakan pola pikir induktif-deduktif. Dalam pemecahan masalah,memecahkannya kadang hanya menggunakan salah satu pola pikir induktif atau deduktif, namun banyak masalah dalam memecahkannya menggunakan keduanya pola pikir induktif dan deduktif secara bergantian. Untuk itu pembelajaran matematika memerlukan keterampilan dari seorang guru untuk mendorong dan merangsang anak didiknya menggunakan kemampuan penalaran yang dimilikinya untuk memahami materi yang diberikan guru secara utuh. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Oleh karena itu guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai bentuk metode dan keterampilan mengajar dalam mengajarkan matematika guna membangkitkan kemampuan berfikir siswa agar mereka belajar dengan antusias. Lebih dari itu siswa juga merasa ambil bagian dan berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azis Wahab (dalam Solihatin, 2007:1) yang menyatakan model pembelajaran yang digunakan guru akan berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar. 6 Oleh karena itu penyajian materi perlu mendapat perhatian guru, dan hendaknya dalam pembelajaran di sekolah guru memilih dan menggunakan strategi pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik mental, fisik, maupun sosial. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan di antaranya adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Jigsaw. Kedua model pengajaran ini pada hakekatnya adalah menggali dan mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar dan ini sangat baik untuk diterapkan pada mata pelajaran yang dirasakan guru sangat sulit dipahami siswa sebagaimana yang sering dialami siswa pada mata pelajaran matematika. Dari sini dapat dilihat bahwa secara umum peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran) apabila ia melihat bahwa situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai kebutuhannya. Guru sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning). Berdasarkan uraian sebelumnya maka salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang 7 sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ingin mengetahui: ”Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 34 Sekecamatan Jatiasih Bekasi”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya terdapat beberapa permasalahan yang menjadi perhatian penulis untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu: metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Selanjutnya, dalam penelitian ini diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah guru dapat melaksanakan metode pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika ? 2. Bagaimana reaksi siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw? 8 3. Apakah ada kesulitan dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif pada saat proses belajar berlangsung? 4. Apakah guru masih kurang perhatian mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika? 5. Apakah ada perbedaan hasil tes kemampuaan penalaran Matematika siswa yang belajar menggunakan metode kooperatif tipe STAD dengan tipe Jigsaw? 6. Apakah ada perbedaan hasil tes penguasaan konsep Matematika siswa yang belajar menggunakan metode kooperatif tipe STAD dengan tipe Jigsaw? 7. Faktor apakah yang dapat mempengaruhi kemampuan penalaran Matematika siswa? 8. Faktor apakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep Matematika siswa? 9. Manakah yang lebih baik Kemampuan penalaran Matematika antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe Jigsaw? 10. Manakah yang lebih baik penguasaan konsep Matematika antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau Jigsaw? 11. Apakah ada kesulitan dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif pada jenjang Sekolah Menengah Pertama? 9 12. Apakah metode pembelajaran kooperatif dapat merangsang kemampuan penalaran dan penguasaan konsep Matematika siswa? 13. Apakah ada perbedaan hasil tes kemampuan penalaran dan penguasaan konsep Matematika siswa yang belajar dengan tipe STAD dan tipe Jigsaw? 14. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep Matematika siswa secara multivariat? 15. Apakah ada pengaruh metode pembelajaraan kooperatif terhadap kemampuan penalaran Matematika siswa ? 16. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep Matematika siswa? C. Pembatasan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Metode pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Untuk tingkat kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan penalaran dan penguasaan 10 konsep tinggi dan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep rendah, yang ditunjukkan pada nilai tes formatif. Adapun pokok bahasan dalam penelitian ini adalah konsep himpunan dan diagram Venn, kedudukan dua garis, garis-garis sejajar, membagi garis, satuan sudut, penjumlahan dan pengurangan satuan sudut, memberi nama sudut, menggambar dan mengukur sudut, jenis-jenis sudut dan hubungan antarsudut. D. Perumusan Masalah Setelah memperhatikan identifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini begitu banyak sehingga perlu adanya perumusan masalah, yaitu: 1. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa secara multivariat? 2. Apakah ada pengaruh metode pembelajaraan kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika siswa ? 3. Apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika siswa? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat secara empiris dan deskriptif dari pembatasan masalah yaitu: 11 1. Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep Matematika siswa secara multivariat. 2. Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaraan kooperatif terhadap kemampuan penalaran Matematika siswa. 3. Mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep Matematika siswa. F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritik maupun praktik dalam bidang kependidikan matematika, terutama pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Manfaat atau kegunaan secara teoritik Secara teoritik hasil penelitian ini bermanfaat antara lain : a. Untuk dijadikan rujukan teori bagi penelitian lanjutan, khususnya yang terkait dengan penelitian dalam bidang metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika. b. Untuk menambah literatur kepustakaan bidang pendidikan matematika pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. 2. Manfaat atau kegunaan secara praktik. 12 Dalam kehidupan praktik, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan positif dan masukan kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, khususnya pada pendidikan matematika SMP, antara lain : a. Pemerintah, yaitu : 1) Bagi pemerintah khususnya pengembangan dan penelaahan kurikulum untuk mempertimbangkan aspek metode pembelajaran khususnya pembelajaran kooperatif dalam proses kegiatan pembelajaran penalaran dan matematika penguasaan konsep terhadap kemampuan matematika dalam pembelajaran matematika. 2) Sebagai referensi atau bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya para praktisi atau pakar dunia pendidikan untuk memperhatikan pergembangan dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika yang memerlukan penalaran dan penguasaan konsep melalui metode pembelajaran kooperatif. b. Sekolah, yaitu : 1) Bagi para guru bagaimana untuk menumbuhkan atau merangsang kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika melalui metode pembelajaran kooperatif, agar tercapainya prestasi belajar yang memuaskan. 2) Bagi calon guru SMP, khususnya yang akan mengajar praktek mengajar bagi mahasiswa jurusan matematika sehingga dapat memberikan contoh dalam proses belajar mengajar dengan 13 melibatkan keaktifan siswa dalam metode pembelajaran kooperatif, selain itu dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para guru matematika tentang mengajarkan konsep-konsep matematika. Bagaimana cara menumbuhkan atau merangsang kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Sehingga sebagai wujud belajar bermakna, efisien, dan efektif. 3) Bagi para siswa lebih menyadari arti pentingnya kemampuan penalaran dan penguasaan konsep, dalam proses belajar berlangsung hendaknya siswa selalu memperhatikan guru pada saat memberi meteri. 4) Bagi para peneliti untuk menjadi bahan pembanding mengenai topik peranan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep dalam pembelajaran matematika. G. Sistematika Penulisan Tesis Tesis ini disusun sebagai laporan hasil penelitian yang terdiri dari lima bab yaitu : Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini dijelaskan berbagai alasan tentang penulisan judul penelitian yang didasarkan atas kondisi real yang ada di tempat penelitian dan 14 disampaikan berbagai hal tentang perbedaan dan kenyataan dengan kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung. Bab II : Landasan Teori Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang mendukung dan berkenaan dengan variabel penelitian, diantaranya teori tentang metoda pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw, terhadap kemampuan penalaran, dan penguasaan konsep matematika. Bab ini menjelaskan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Bab III : Metodologi Penelitian Dalam bab ini dijelaskan tentang metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian, dalam hali ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Sedangkan analisis datanya dengan menggunakan Analisis Multivariat (Manova), yaitu hubungan di antara variabel independen dengan dua variabel dependen. Bab IV : Hasil Penelitian Dalam bab ini disampaikan tentang hasil penelitian menyangkut kondisi real yang ada dan sedang berlangsung serta pencapaian hasil belajar siswa, yang dibedakan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Bab V : Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan dan asaran atas hasil penelitian, sehingga diperoleh suatu rekomendasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 15 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematika a. Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Menurut Soedjadi (2000:11) pergertian matematika dapat disajikan sebagai berikut : 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang garis dan sudut. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur logik. 16 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Hudoyo (1989:3) mengemukakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberikan simbol-simbol yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif, jelas belajar matematika itu merupakan kegiatan mental tinggi. Menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya : a) Matematika sebagai struktur yang terorganisir Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma atau postulat, pengertian pangkal atau primitif, dan dalil atau teprima (termasuk di dalamnya lemma (teorima pengantar atau kecil) dan corolly atau sifat). b) Matematika sebagai alat (tool) Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. c) Matematika sebagai pola pikir deduktif Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam 17 matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum). d) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thingking) Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika, matematik cara pembuktian yang shahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis. e) Matematika sebagai bahasa artifisial Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. f) Matematika sebagai seni yang kreatif Penalaran logis dan efesien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa matematika adalah penalaran logis dari ide-ide dan pola-pola yang abstrak. Dengan matematika pula dipandang sebagai cara bernalar dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan sehari-hari. 18 b. Penalaran Matematika Fondasi dari matematika adalah penalaran (reasoning), salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah mengajarkan kepada siswa penalaran logika (logical reasoning). Banyak penelitian yang dilakukan para psikolog dan pendidik berkaitan dengan penalaran. Penalaran yang mula-mula dikenalkan oleh Aristotle adalah penalaran silogisme yang idenya muncul ketika orang ingin mengetahui “apa yang terjadi dibenak” dalam memecahkan masalah yang memuat logika. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Aristotle mengenalkan suatu sistem penalaran atau validasi argumen yang disebut silogisme. Silogisme memuat tiga urutan argumen: sebuah premis utama (a major premise); sebuah premis minor (a minor premise); dan sebuah kesimpulan (a conclusion). Suatu kesimpulan yang dicapai berdasarkan penalaran silogisme dinilai “benar” atau “valid”, jika premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar dan disusun dalam bentuk yang benar. Sementara itu Arifin (2008:139) dalam bukunya mengartikan penalaran sebagai berikut : Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar boleh benar dan boleh tidak benar. Disinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Dalam belajar matematika memerlukan penalaran induktif dan deduktif. Copeland seperti dikutip oleh Rochmadi (2008:3) 19 mengklasifikasikan penalaran dalam penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif digunakan bila dari kebenaran suatu kasus khusus kemudian disimpulkan kebenaran untuk semua kasus. Penalaran deduktif digunakan berdasarkan konsistensi pikiran dan konsistensi logika yang digunakan. Jika premis-premis dalam suatu silogisme benar dan bentuknya (format penyusunannya) benar, maka kesimpulannya benar. Proses penarikan kesimpulan seperti ini dinamakan deduktif atau sering disebut penalaran deduktif. Perissini dan Webb (dalam Rochmadi, 2008:3) di samping memandang penalaran matematika sebagai konseptualisasi dinamik dari daya matematika (mathematically powerful) siswa, juga memandang penalaran matematika sebagai aktivitas dinamik yang melibatkan keragaman mode berpikir. Daya matematika sebagai suatu integrasi dari berikut ini: (a) suatu kecenderungan positip kepada matematika; (b) pengetahuan dan pemahaman terhadap sifat-sifat matematika, meliputi konsep-konsep, prosedur-prosedur dan keterampilan-keterampilan; (c) kecakapan melakukan analisis dan beralasan secara matematis; (d) kecakapan menggunakan bahasa matematika untuk mengkomunikasi-kan ide-ide; dan (e) kecakapan menerapkan pengetahuan matematika untuk memecahkan masalah-masalah dalam berbagai konteks dan disiplin ilmu. Penalaran matematika memiliki peran yang amat penting dalam proses berpikir mengumpulkan seseorang. bukti-bukti, Penalaran menetapkan matematika meliputi generalisasi-generalisasi, 20 membangun argumen-argumen, dan menentukan kesimpulan-kesimpulan logis berdasar ide-ide dan hubungan-hubungannya. Dari uraian di atas, maka matematika adalah penalaran yang logis merupakan proses berpikir untuk mencapai kesimpulan logis dari suatu masalah berdasarkan fakta dan sumber yang relevan serta bisa merumuskan langkah-langkah yang sistematis dan terarah dalam mencapai kesimpulan tersebut. c. Kemampuan Penalaran Matematika Dengan kemampuan menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang jelek. Secara terus menerus manusia dipaksa harus mengambil pilihan tersebut. Dalam melakukan pilihan ini maka manusia berpaling kepada pengetahuan. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Suriasumantri (2007:40) menyatakan bahwa : Pengetahuan ini mampu dikembangkan oleh manusia disebabkan dua hal utama, yakni : pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar-belakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mengembang-kan kemampuannya dengan mantap dan cepat adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. 21 Sumarmo (2003) mengemukakan bahwa : kemampuan penalaran matematika adalah suatu kemampuan yang muncul dalam bentuk: menarik kesimpulan secara logik, menyusun dan menguji konjektur, menyusun pembuktian langsung atau tak langsung dan menggunakan induksi matematika, merumuskan lawan contoh (counter examples), dan menyusun argumen yang valid. Pentingnya kemampuan penalaran dalam matematika juga dikemukakan oleh Suryadi (2005), bahwa pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan pencapaian prestasi siswa yang tinggi. Sebagai contoh pembelajaran matematika di Jepang dan Korea yang lebih menekankan pada aspek penalaran dan pemecahan masalah mampu menghasilkan siswa berprestasi tinggi dalam tes matematika yang dilakukan oleh TIMSS (The third Internasional Mathematics and Science Study, 1999). Bila kemampuan bernalar tidak dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya. Supinah (2008:1) menjelaskan dampak lebih lanjut adalah banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap suatu materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahami bagaimana pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam kehidupannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan kemampuan penalaran matematika yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk menarik 22 kesimpulan logis, memberikan penjelasan dengan mengunakan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan, menyusun argumen yang valid sebagai bentuk proses berpikir analisis dan logis yang berusaha menghubunghubungkan fakta dan sumber yang relevan untuk mencapai suatu kesimpulan. 2. Teori Penguasaan Konsep Matematika a. Penguasaan Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) penguasaan berarti kemampuan atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian, dan sebagai. Dan kata “penguasaan“ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) berarti “pemahaman”, sedangkan “ pemahaman” memiliki kata dasar “paham” yang berarti “tahu benar”. Jadi penguasaan atau pemahaman adalah (a) menerima arti, menyerap ide, (b) mengetahui secara betul, memahami sifat dasar karakter, (c) mengetahui arti kata-kata seperti dalam bahasa, dan (d) menyerap dengan jelas atau menyadari fakta. Menurut Sabri, (2007:97) konsep atau pengertian ialah satuan arti yang mewakili sejumlah objek atau benda yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Senada dengan Sagala, (2003:71) konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, 23 melalui generalisasi dan berfikir absrtak, konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru. Konsep-konsep merupakan penyajian-penyajian dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep yang dapat diamati tetapi harus disimpulkan. Dalam memberikan suatu definisi verbal dari suatu konsep, suatu definisi tidak mengungkapkan semua hubungan-hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain. Flavell (dalam Sagala, 2003: 72) menyarankan, bahwa penguasaan atau pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu : 1) Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contohcontoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan, termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan. Contoh konsepnya : meja harus mempunyai suatu permukaan yang datar, dan sumbangan-sumbangan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan itu dari lantai. 2) Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atributatribut itu, ada tiga macam struktur yang dikenal misalnya: (a) Konsep konjungtif adalah konsep-konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat, sehingga dapat memenuhi syarat. sebagai contoh konsep : seorang artis adalah seorang wanita yang main dalam film. (b) Konsep disjungtif adalah konsep-konsep yang memiliki satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada. Contoh konsep : Paman adalah seorang pria yang merupakan kakak wanita dari ayah atau ibu. (c) Konsep relasional, konsep yang memiliki hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep. Contoh konsepnya :Kelas sosial ditentukan oleh hubungan antara pendpatan, pendidikan, jabatan atau pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya. 3) Keabstrakan, yaitu konsep yang dapat dilihat dan konkret, atau konsep yang terdiri dari konsep lain. Contok konsep :Suatu segitiga dapat dilihat keinginan adalah lebih abstrak. 24 4) Keinklusifan (Inclusiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlihat dalam konsep itu. Contoh konsep : seorang anak kecil yang telah mengenal macam-macam warna. 5) Generalisasi atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinatnya. Contoh konsep : tanam yang dapat dimakan. 6) Ketepatan, yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep. 7) Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. Dari konsep-konsep di atas, konsep keabstrakanlah, konsep yang berhubungan dengan ilmu logika (matematika), karena konsep tersebut abstrak dan konkret yang berdasarkan pengalaman, yang diperoleh setelah proses belajar. Penguasaan konsep menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Nasution (2008:161) mengatakan bahwa bila seorang siswa dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, kategori, maka ia telah belajar konsep, jadi seorang siswa dikatakan telah menguasai dan mengabstrasi sifat yang sama tersebu, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut. Artinya, seorang siswa telah menguasai keberadaan konsep tersebut, tidak lagi terkait dengan suatu benda konkret tertentu atau peristiwa tertentu tetapi bersifat umum. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan atau pemahaman konsep, sama-sama dipahami atau dikuasai dalam suatu materi, hal ini akan memudahkan siswa dan jika ditanya kembali tentang 25 konsep tersebut maka siswa tersebut akan mudah mengungkapkannya. Dalam penguasaan konsep ini siswa tidah hanya mengusai keberadaan konsep, tetapi harus ada kaitannya dengan suatu benda konkret yang bersifat umum. b. Konsep Matematika Menurut (R. Soedjadi, 2000:14) konsep matematika idea abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan contoh ataukah bukan. “segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan konsep itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh segitiga ataukah bukan contoh. “Bilangan asli” adalah nama suatu konsep yang lebih komplek. Dikatakan lebih komplek karena bilangan asli terdiri atas banyak konsep. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Contoh tentang konsep sebagai berikut. 1) Dalam matematika terdapat konsep yang amat penting yaitu “fungsi”’ “variabel”, “konstanta”. 2) “Sudut” adalah suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat membedakan mana yang merupakan contoh sudut siku-siku dan mana yang bukan siku-siku. 26 3) “Hubungan antarsudut” merupakan konsep, karena dengan konsep itu , kita dapat membedakan mana yang merupakan hubungan antarsudut dan mana yang bukan merupakan hubungan antarsudut. Untuk membangun konsep, siswa melakukan dengan cara pengamatan atau membayangkan sesuatu yang konkret terlebih dahulu. Dan bila siswa tersebut dikatakan dapat membangun konsep jika dia dapat membedakan mana yang termasuk contoh dan bukan contoh dari suatu ide abstrak. Wirasto (1987) memberikan ciri-ciri siswa yang sudah menguasai konsep adalah sebagai berikut : 1) Mengetahui ciri-ciri suatu konsep 2) Mengenal beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut 3) Mengenal sejumlah sifat-sifat dan esensinya Menurut uraian di atas konsep matematika adalah sekumpulan objek tertentu yang dapat digolongkan sebagai contoh atau bukan contoh. Dalam konsep berhubungan erat dengan definisi, yang membatasi konsep. Karena definisi kita dapat menafsirkan dalam membuat gambar atau lambang bagian dari konsep. Dan untuk membangun suatu konsep hendaknya siswa melalui proses pembelajaran, dengan cara mengamati sesuatu hal yang ada di sekelilingnya. 27 c. Penguasaan Konsep Matematika Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1994:725) konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan benda atau kejadian Konsep sebagai gagasan yang bersifat abstrak, dipahami siswa melalui pengalaman. Dalam membentuk konsep atau struktur, siswa harus melalui pengalaman sebelumnya. Konsep atau struktur baru haruslah bermakna bagi siswa artinya konsep tersebut cocok dengan kemampuan yang dimiliki siswa serta relevan dengan kemampuan kognitif (Hudojo, 2005;72). Menurut Bloom (dalam Sagala, 2006;157) ada enam kemampuan kognitif meliputi: 1) Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan proses untuk mengingat dan memanggil kembali suatu informasi pada suatu waktu jika dibutuhkan. Pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: a) Mengetahui sesuatu yang khusus mengetahui terminologi Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatkan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal atau nonverbal. Mengetahui fakta tertentu berhubungan dengan kemampuan Kemampuan ini untuk mengenal atau 28 mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang, tempat, dan lainlain b) Pengetahuan tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu; (1) Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman. (2) Mengetahui urutan atau kecenderungan yaitu proses, arah, dan gerakan suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan. (3) Mengetahui penggololongan atau pengkategorian, yaitu mengetahui kelas, kelompok, perangkat atau susnan yang digunakan dalam bidang tertentu atau memproses sesuatu. (4) Mengetahui kriteria yang digunakan untuk meng-identifikasi fakta, prinsip, pendapat atau perlakuan. Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk mencari, menemukan, atau menyelesaikan masalah. (5) Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu, yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu fenomena atau pikiran. (6). Mengetahui prinsip dan generalisasi, (7) Mengetahui teori dan struktur. 2) Pemahaman (comprehension) Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah ”mengerti”. Seseorang siswa dikatakan telah mempunyai kemampuan mengerti atau memahami apabila siswa tersebut dapat 29 menjelaskan sustu konsep tertentu dengan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan dan dapat mempertentangkan konsep tersebut dengan konsep lain. Kemampuan yang tergolong dalam kemampuan mamahami adalah; a) Translasi, yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalnya simbol berupa kata-kata (verbal) diubah menjadi gambar, bagan atau grafik. b) Interpretasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam simbol, baik simbol verbal maupun nonverbal. Misalnya kemampuan menjelaskan konsep atau prinsip dan tori tertentu. c) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu temuan. 3) Penerapan (application) Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, Prosedur atau teori tertentu. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika dia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklarifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan, dan mengidentifikasikan mana yang sama. 30 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan suatu bahan (fenomena atau bahan pelajaran) ke dalam unsur-unsurnya, kemudian menghubung-hubungkan bagian dengan bagian dengan cara bagaimana dia disusun dan diorganisasikan Menurut Bloom, ada tiga jenis kemampuan analisis yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan semua unsur atau bagian, sehingga membentuk satu keseluruhan secara utuh. Dengan kata lain, suatu kemampuan intelektual yang mengkombinasikan semua unsur yang relevan guna membentuk suatu pola atau sruktur yang sama sekali baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian berdasarkan kriteriakriteria baik kualitatif maupun kuantitatif. Evaluasi dapat dibedakan berdasarkan kriteria pembenaran yang digunakan, yaitu: a) Pembenaran berdasarkan kriteria internal dilakukan dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-unsur yang ada didalam obyek yang diamati sehingga seseorang dapat mengambil keputusan atau memberi penilaian. 31 b) Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal dilakukan berdasarkan kriteria- kiteria yang bersumber di luar obyek yang diamati. Yang paling penting untuk diperhatikan dalam penguasaan konsep matematika adalah bagaimana siswa membentuk konsep tersebut. Untuk mengukur kemampuan siswa dapat dilihat dengan 3 aspek ini, yaitu : aspek mengingat (C1), memahami (C2) dan aplikasi (C3) berdasarkan Taksonomi Bloom hasil revisi. 1) C1 Mengingat Tipe hasil belajar mengingat termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman. Contohnya hafal kata-kata memudahkan dalam membuat kalimat (Sudjana, 2008:23). 2) C2 Memahami Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari C1 mengingat. Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi/memperluas data (Sudjana, 2008:24). 3) C3 Mengaplikasikan Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah yang didasari pada 32 kehidupan yang ada di masyarakat atau realitas yang ada dalam teks bacaan (Sudjana, 2008: 25). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep matematika kemampuan siswa dalam menjelaskan konsep, prinsif dan struktur pengetahuan matematika setelah melalui proses belajar sesuai dengan ranah kognitif siswa. Dan penguasaan konsep tersebut harus didasarkan pada pemahaman konsep. Jika dua hal tersebut dapat dipahami dan dikuasai maka suatu materi dapat mudah diingat oleh peserta didik dan jika suatu saat ditanya oleh guru tentang konsep yang telah ia pelajari yaitu tentang konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan tersebut, maka peserta didik akan mudah untuk mengungkapkannya. Agar siswa dapat mengingat suatu konsep matematika untuk jangka waktu yang lama maka siswa harus memperoleh konsep dengan cara menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. d. Materi Yang Diuji 1. Himpunan menurut (Nuharini, 2008:164) Himpunan adalah Kumpulan benda atau obyek yang dapat didefinisikan dengan jelas, sehingga dengan tepat dapat diketahui obyek yang termasuk himpunan dan yang tidak termasuk dalam himpunan tersebut. Dalam penelitian ini akan di uji tentang pokok bahasan matematika, yang terdiri dari dua pokok bahasan, yaitu menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Diagram Venn Konsep himpunan dengan menggunakan diagram Venn Diagram Venn Himpunan A dan B dalam Himpunan Semesta untuk memecahkan masalah sehari-hari 33 Gambar 2.1 Digram Venn S A B A dan B adalah himpunan-himpunan saling lepas (A // B) maka n (A B) = n (A) + n (B). Himpunan A dan B tidak memiliki anggota persekutuan. S B A A dan B adalah himpunan-himpunan dengan A B, setiap anggota A termasuk anggota B, maka A B = A, A B = B S A B n(AB) n (Ac Bc) A dan B adalah himpunan-himpunan berpotongan (A B), jika A dan B memiliki anggota persekutuan dan masing-masing juga memiliki anggota yang bukan persekutuan, maka : 1) 2) 3) 4) 5) n (A B) = n (S) – n (A B)c n (A B) = n (A) + n (B) - n (A B) n (A – B) = n (A) – n (A B) n (B – A) = n (B) – n (A B) n (Ac Bc) = n(S) – n (A B) 34 2. Konsep Garis Dan Sudut a. Garis menurut (Nuharini, 2008:200) Pengertian Garis adalah bangunan yang paling sederhana dalam geometri dan berdemensi satu, terletak diantara dua garis dapat ditarik satu garis lurus. 1) Kedudukan dua garis (a) Sejajar : Kedua garis terletak dalam satu bidang datar dan tidak berpotongan (b) Berpotongan : Kedua garis berpotongan jika mempunyai sebuah titik potong (c) Berimpit : Kedua garis saling berimpit jika kedua garis terletak pada satu garis 2) Garis Vertikal dan Garis horizontal (a) Garis Vertikal : Garis yang tegak lurus dengan arah permukiman air. (b) Garis Horizontal : Garis yang tegak lurus dengan bidang permukaan air yang tenang. 3) Sifat-sifat Garis sejajar : (a) Melalui satu titik diluar sebuah garis dapat ditarik tepat satu garis yang sejajar dengan garis itu. (b) Jika sebuah garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar maka garis itu juga akan memotong garis yang kedua. (c) Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya maka kedua garis itu sejajar pula satu sama lain. 4) Membagi sebuah garis : (a) Membagi garis menjadi n bagian sama panjang. Langkah-langkahnya sebagai berikut; buatlah garis KL. Dari titik K, buatlah sebarang garis KP sedemikian sehingga tidak berimpit dengan garis KL. Buatlah berturut-turut tiga busur lingkaran dengan jari-jari yang sama sedemikian sehingga KS = SR = RQ. Tariklah garis dari titik Q ke titik L dari titik R dan S, masingmasing buatlah garis yang sejajar garis LQ sehingga masing-masing garis tersebut memotong garis KL berturut-turut di titik N dan M. Dengan demikian, terbagilah garis KL menjadi tiga bagian yang sama panjang, yaitu KM = MN = NL 35 K M N L S R Q p Gambar 2.2 (b) Membagi garis dengan perbandingan tertentu. Langkah-langkahnya sebagai berikut; Buatlah garis CD, dari titik C, buatlah sebarang garis CK, sedemikian sehingga tidak berimpit dengan garis CD. Dari titik C, buat busur lingkaran dengan jari-jari sama, sehingga CP : PQ = 1 : 3. Tariklah garis dari titik Q ke titik D. Dari titik P buatlah garis yang sejajar dengan DQ, dengan cara membuat sudut yang besarnya sama dengan CQD terlebih dahulu dari titik P kemudian menghubungkannya sehingga me-motong CD di titik B. Terbentuklah ruas garis CB dan BD pada garis CD dengan perbandingan CB : BD = 1 : 3. Garis CD telah terbagi menjadi dua bagian dengan perbandingan 1 : 3 sudut. C B D P Q K Gambar 2.3 36 b. Sudut 1) Pengertian Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh pertemuan antara dua buah sinar atau dua buah garis lurus. 2) Satuan sudut Besar suatu sudut dapat dinyatakan dalam satuan derajat (0), menit(‘), dan detik (“). Hubungan antara derajat (0), menit(‘), dan detik (“) dapat dituliskan sebagai berikut. 10 = 600 atau 1’ = ( 1 1 0 ) 10 = 60 60’ atau 1” = ( ) 60 3600 1’ = 60” atau 1” = ( 3) 1 ) 60 Penjumlahan dan pengurangan dalam satuan sudut Contoh : a. 24046’ + 57035’ =.......... 4) Menggambar dan mengukur besar sudut dengan menggunakan bujur derajat Untuk menggambar dan mengukur besar sudut dapat dilakukan dengan menggunakan busur derajat. (a) Menggambar besar suatu sudut, Misal melukis sudut PQR yang besarnya 600. Langkah-langkah untuk melukis sudut PQR sebagai berikut : (1) Buatlah salah satu kaki sudutnya yang horizontal, yaitu kaki sudut PQ. (2) Letakkan busur derajat sehingga titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik Q, (3) Sisi lurus busur derajat berimpit dengan garis PQ. (4) Perhatikan angka nol terletak (0) pada busur derajat yang terletak pada garis PQ, jika angka nol (0) skala bawah maka angka 60 dibawah yang digunakan, jika angka nol (0) di skala atas maka angka 60 yang berada di atas yang digunakan. Berilah tanda pada angka 60 dan namakan titik R. (5) Hubungkan titik Q dan R. Daerah yang dibentuk oleh garis QR dan PQ adalah sudut PQR dengan besar PQR = 600. 37 (b) Mengukur besar suatu sudut, Langkah-langkah dalam mengukur besar suatu sudut sebagai berikut : (1) Letakkan busur derajat pada sudut AOB sehingga titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik O, sisi horizontal busur derajat berimpit dengan sinar garis OA. (2) Perhatikan angka nol (0) pada busur derajat yang terletak pada garis OA. Jika angka nol berada pada skala bawah yang terletak pada kaki sudut OB. 75%, jadi, besar sudut AOB = 75%. 5) Membedakan Jenis-jenis Sudut Secara umum, ada lima jenis sudut, yaitu (a) Sudut siku-siku adalah sudut yang besarnya 900 (b) Sudut lurus adalah sudut yang besarnya 1800 (c) Sudut lancip adalah sudut yang besarnya antara 00 dan 900 (d) Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya antara 900 dan 1800 (e) Sudut refleks, besar sudutnya > 1800 6) Hubungan Antar Sudut (a) Pasangan sudut yang saling berpelurus(Bersuplemen). Jumlah dua sudut yang saling berpelurus (Bersuplemen) adalah 1800. Sudut yang satu merupakan pelurus dari sudut yang lain. C A ao bo O B Gambar 2.4 (b) Pasangan sudut yang saling berpenyiku Berkomplemen) 38 Jumlah dua sudut yang saling berpenyiku (berkomplemen ) adalah 900. Sudut yang satu merupakan penyiku dari sudut yang lain. R S yo Q xo P Gambar 2.5 (c) Pasangan sudut yang saling bertolak belakang. Jika dua garis berpotongan maka dua sudut yang letaknya saling membelakangi titik potongnya disebut dua sudut yang bertolak belakang. Dua sudut yang saling bertolak belakang adalah sama besar. L M O K N Gambar 2.6 7) Hubungan Antarsudut Jika Dua Garis sejajar dipotong oleh garis lain (a) Sudut-sudut sehadap dan Berseberangan jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain maka akan terbentuk empat pasang sudut sehadap yang besarnya sama. l P 1 2 4 Q 1 2 4 3 m 3 n 39 Gambar 2.7 Ada 4 pasang sudut sehadap, yaitu : P1 sehadap dengan Q1 dan P1 = Q1; P2 sehadap dengan Q2 dan P2 = Q2; P3 sehadap dengan Q3 dan P3 = Q3 P4 sehadap dengan Q4 dan P4 = Q4 Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain, besar sudut-sudut dalam berseberangan yang terbentuk adalah sama besar. Ada dua pasang sudut dalam berseberangan, yaitu : P3 = Q1 dan P4 = Q2 Jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain maka besar sudut-sudut luar berseberangan yang terbentuk adalah sama besar. Dua pasang sudut luar berseberangan : P1 = Q3 dan P2 = Q4 (b) Sudut-sudut dalam sepihak dan luar sepihak (1) Sudut dalam sepihak : P4 = Q1 dan P3 = Q2 Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain maka jumlah sudut-sudut dalam sepihak adalah 1800 (2) Sudut luar sepihak : P1 = Q4 dan P2 = Q3 Jika dua buah garis sejajar dipotong oleh garis lain maka jumlah sudut-sudut luar sepihak adalah 1800 Berdasarkan fakta-fakta konsep di atas, dan dikaitkan dengan materi yang di uji pada penelitian ini, maka Materi matematika disusun secara teratur dalam urutan yang logis (hirarkis) dalam arti bahwa suatu topik matematika akan merupakan prasyarat bagi topik berikutnya. 40 3. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, Coperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Lungdren, sebagaimana dikutip Isjoni dalam bukunya, antara lain: (1) siswa dalam kelompoknya harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”, (2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, (3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama, (4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok, (5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi kelompok, (6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar, (7) Setiap siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 41 Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam. Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 42 Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kelompok, karena mereka menganggap telah terbiasa melakukannya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kerja kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif. Bennet seperti dikutip Isjoni (2007:42), menyatakan ada lima unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: Positive Interdependence, Interaction face to face, adanya tanggung jawab pribadi mengenai mengenai materi plajaran dalam anggota kelompok, membutuhkan keluwesan, meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecah-kan masalah (proses kelompok). 1) Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama di antara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. 43 2) Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. 3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya. 4) Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antarpribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif. 5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan toeri belajar Gestlat melalui insightful learning theori (M. Ali, 2002;69). 44 Dimana belajar dirumuskan sebagai hasil interaksi langsung dari siswa dengan lingkungannya. Belajar tidak hanya menghafal informasi dan konsep atau merespon stimulus tetapi belajar merupakan kegiatan aktif untuk mencari dan menemukan konsep baru yang bermanfaat bagi siswa secara pribadi maupun manfaat bagi kelompok, dalam hal ini belajar lebih mengarah pada proses (learning by proses). Dalam pembelajaran kooperatif ada 6 langkah. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Langkah terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Secara singkat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2008:6) nampak pada tabel berikut : Tabel 2.1 6 Langkah Pembelajaran Kooperatif Langkah Indikator Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Langkah 2 Menyajikan informasi Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan Mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa. Guru menyajikan 45 Langkah 3 Langkah 4 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Membimbing kelompok bekerja dan belajar Langkah 5 Evaluasi Langkah 6 Memberikan penghargaan informasi kepada siswa. Guru menginformasikan pengelompokan siswa. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompokkelompok belajar. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. Penerapan metode pembelajaran kooperatif dapat membangun kemampuan yang merata diantara sesama siswa, karena siswa memiliki kesempatan berinteraksi dengan sesama anggota. Selanjutnya setiap anggota akan bertanggung jawab untuk mem-bantu anggota kelompok lain yang kurang mampu menguasaai materi pelajaran yang sedang dipelajari. Dan pembelajaran kooperatif, dapat mengubah peran guru dari peran berpusat pada gurunya kepengelolaan siswa dalam kelompok kecil. Selain itu juga dalam model pembelajaran kooperatif tugas penilaian mengutamakan pendekatan kooperatif secara tradisional dengan penghargaan perorangan dan penghargaan perkelompok, walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, tetapi terdapat beberapa variasi dari metode tersebut diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD dan Jigsaw. 46 b. Pembelajaran kooperatif tipe STAD Disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbedabeda dalam menerima pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Untuk meminimalkan perbedaaan tersebut, maka dibentuk secara berkelompok agar siswa dapat saling mengisi, saling melengkapi, serta bekerja sama dalam menyelesaikan soal-soal atau tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian tujuan pengajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswapun dapat ditingkatkan. Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD memungkinkan guru dapat memberikan perhatian terhadap siswa. Hubungan yang lebih akrab akan terjadi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Ada kalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, adapula siswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran kooperatif dengan pendekatan STAD dalam pelaksanaannya mengacu kepada belajar kelompok siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan memungkinkan siswa belajar lebih aktif, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal. Penetapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran 47 kooperatif yang menekankan struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Slavin (dalam Nur, 2000;32) dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007;51) pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui 5 tahapan yang meliputi : 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok. STAD (student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki- 48 laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 1) Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD (Student Teams Achievement Division). Berdasarkan karakteristiknya sebuah metode pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya. Uraian secara rinci kelebihan metode ini adalah : a) Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang subtansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara, Allport ( dalam Slavin, 2005:103) b) Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105) dan (Ahmadi, 2011:65). c) Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005:105). d) Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72). e) Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evluator (Isjono, 2010:62). f) Dalam metode ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan 49 membantu sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011:203). g) Dalam metode ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011:204). h) Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetensi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup. i) Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok. j) Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi. k) Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu. l) Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran. m) Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik. Selain berbagai kelebihan, metode STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua metode pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak 50 terkecuali metode STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah kemungkinan terbukanya metode tersebut sebuah kelemahan, tidak menutup seperti yang dipaparkan di bawah ini. Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006) yaitu : a) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan b) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan. Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presentasi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian 51 ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok. 2) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagaimana diuraikan oleh Widyantini (2008:7) adalah sebagai berikut : (1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu. (2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa. (3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. (4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersamasama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai. (5). Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu. (6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. (7) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya. Mengacu kepada uraian di atas maka langkah-langkah untuk mengantarkan siswa kepada pembelajaran STAD sesuai dengan 52 kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut: Langkah 1 : Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat skenario pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Langkah 2 : Pembentukan Kelompok. Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu guru membagi siswa ke dalam kelompok atau tim yang beranggotakan 4 hingga 5 orang, kelompok-kelompok ini terdiri dari siswa yang berkemampuan heterogen selain itu diperhitungkan kriteria heterogenitas lainnya seperti nilai prestasi beragam jenis kelamin dan ras serta tidak ada ketua kelompok. Langkah 3 : Diskusi Masalah. Dalam kerja kelompok guru membagikan LKS pada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari, dalam kerja kelompok bahwa setiap siswa berpikir bersama menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. 53 Langkah 4 : Membimbing siswa bekerja dan belajar secara kelompok. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: Membagikan LKS atau materi pelajaran (dua set) untuk tiap tim. Menganjurkan agar siswa tiap-tiap tim bekerja dalam berpasangan, apabila mereka sedang mengerjakan soal, kemudian saling mengecek kerjaannya diantara teman pasangannya. Apabila siswa tidak dapat mengerjakan soal itu, teman satu tim siswa memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan soal tersebut. Memberi penekanan pada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar mengajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota tim mereka dapat menjawab 100% benar soal-soal kuis tersebut. Memastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar bukan untuk isi atau dikumpulkan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka tidak hanya saling mencocokkan jawaban mereka dengan lembaran kunci jawaban. Apabila siswa memiliki pertanyaan, guru meminta mereka mengajukan pertanyaan itu pada rekan satu timnya sebelum mengajukan kepada guru. Pada saat siswa sedang bekerja dalam tim, guru hendaklah berkeliling dalam kelas dan memberikan pujian pada tim yang bekerja dengan baik dan secara bergantian duduk bersama tim untuk memperhatikan anggota-anggota tim itu bekerja. Langkah 5 : Membuat Skor Individual dan Skor Tim. 54 Guru menghitung skor tim dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Langkah 6 : Pengakuan pada Prestasi Tim. Guru hendaknya mempersiapkan semacam pengakuan kepada setiap tim yang mencapai skor tinggi yang berupa pujian untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dan dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dimulai. c. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1) Pengertian Metode Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran metode kooperatif yang memilki kesamaan dengan “pertukaran antar kelompok” tetapi menuntut tanggung jawab besar dari siswa dalam pembelajaran. Arends (1997) mengemukakan pengrtian metode jigsaw secara rinci seperti berikut. Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen, bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif serta bertanggung jawab terhadap ketuntasan bagian pelajaran yang harus dipelajari atau dikuasai kemudian menyampaikan materi yang telah dikuasainya tersebut kepada kelompok yang lain 55 Senada dengan Isjoni (2007:54) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing. 2) Tujuan Metode Jigsaw Metode yang dikemukakan oleh Elliot Aronson dkk. dari universitas Texas yang kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk ini mempunyai tujuan: (a) Mengembangkan kerja sama tim ( kelompok) (b) Mewngasah ketrampilan belajar kooperatif (c) Menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak bisa diperoleh jika mempelajarinya sendirian Menurut Arends (1997:111) langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dilakukan dengan prosedur berikut; 1) Guru membagi topik yang besar menjadi beberapa subtopik 56 2) Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaikbaiknya. 3) Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw”. Dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas yang berbeda. 4) Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.(b) Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. 5) Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing (kelompok awal) sebagai ”ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi atau pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok ”jigsaw” tadi kepada temannya. 6) Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan 57 penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Langkah utama dari pembelajaran ini adalah menugaskan anggota kelompok untuk menguasai bidang tertentu dengan berkolaborasi dari anggota kelompok lain dan menyampaikan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh kepada sesama anggota kelompok awal. Penerapan kelebihan dan metode belajar kelemahan, Jigsaw menurut memiliki Ibrahim beberapa dkk (2000) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai berikut di antaranya ; 1) Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif. 2) Menjalin atau mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa. 3) Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. 4) Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Sementara itu Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual. Kelemahan metode Jigsaw, di antaranya : 58 1) Guru dan siswa kurang terbiasa dengan metode ini karena masih terbawa kebiasaan menggunakan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. 2) Memerlukan waktu yang relatif lama. 3) Tidak efektif untuk siswa yang banyak. 4) Memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra ketat dari guru 5) Memerlukan persiapan yang matang. Dan ada beberapa hal lagi yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan yang harus kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah: 1). Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. 2). Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri. 3). Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipetipe siswa dalam kelompok tersebut. 59 4). Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik. 5). Aplikasi metode ini pada kelas yang besar ( lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatasi dengan model team teaching. Berdasarkan strategi belajar melalui metode kooperatif tipe Jigsaw, diharapkan siswa akan saling membantu teman satu kelompok untuk dapat menguasaai materi sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Agar metode ini tidak menjemukan, guru bidang studi perlu mengantisipasi agar siswa yang pintar tidak terjebak pada anggota kelompoknya. Sintesa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah kegiatan belajar kelompok, yang setiap siswa berperan sebagai pakar yang akan memberi bantuan pada anggota kelompok dalam memahami masalah tertentu dalam materi pelajaran. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 4-6 secara heterogen, bekerjasama dan saling ketergantungan serta bertanggung jawab terhadap materi yang diberikan. B. Kerangka Berpikir 60 1. Pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Dalam pembelajaran matematika memerlukan keterampilan dari seorang guru untuk mendorong dan merangsang anak didiknya mengunakan kemampuan penalaran yang dimilikinya untuk memahami materi yang diberikan guru secara utuh. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar, maka anak didik akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Oleh karena itu guru matematika perlu memehami dan mengembangkan berbagai bentuk metode dan keterampilan mengajar dalam mengajarkan matematika guna membangkitkan kemampuan berpikir siswa agar mereka belajar dengan antusias. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa. Dalam penyajian materi perlu mendapat perhatian guru, dan hendaknya dalam pembelajaran di sekolah guru memilih dan menggunakan strategi pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik mental, fisik, maupun sosial. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Kedua metode ini sama-sama melibatkan keaktifan 61 siswa dalam belajar kelompok. Dari kedua tipe tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, tipe STAD merupakan strategi belajar dengan siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang merupakan salah tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan struktur-struktur khusus, yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep. Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw salah satu tipe yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran (konsep). Konsep dalam matematika adalah ide abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup tinggi untuk memahami setiap konsep-konsep matematika yang sifatnya hirarkis, sehingga perlu menetapkan metodemetode pengajaran yang lebih baik dan tepat untuk membantu penguasaan siswa sedini mungkin terhadap matematika. Penerapan metode pembelajaran kooperatif dapat membangun kemampuan yang merata diantara sesama siswa, kemampuan disini adalah kemampuan berpikir untuk mengembangkan pengetahuannya dalam menghubung-hubungkan fakta dan ide untuk mencapai kesimpulan. Dan siswa harus memiliki kesempatan berinteraksi dengan sesama anggota. 62 Selanjutnya setiap anggota akan bertanggung jawab untuk membantu anggota kelompok lain yang kurang mampu menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setelah siswa mempelajari materi pelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD sebagai kelas eksperimen dan kooperatif tipe Jigsaw sebagai kelas kontrol, maka siswa melakukan tes kemampuan penalaran dan penguasaan konsep dalam menyelesaikan soal-soal matematika, Dari hasil tes formatif ini didapatkan adanya perbedaan nilai dari masing-masing siswa dalam kelas eksperimen maupun dari kelas yang berbeda, dengan hasil tes kemampuan penalaran dan penguasaan konsep yang berbeda. Dari seluruh uraian tersebut, dapat diduga bahwa ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. 2. Pengaruh metode pembelajaraan kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. Metode adalah rencana teratur dan didasarkan atas suatu pendekatan yang dipilih atau penjabaran dari suatu pendekatan, contohnya metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Teknik jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli, dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil yang trediri 4-6 orang, yang bertujuan mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. 63 Pada hakikatnya metode pembelajaran kooperatif mengali dan mengembangkan keterlibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar, agar siswa terangsang membangun konsep-konsep dan menetapkan generalisasigeneralisasi. Dari uraian di atas adanya pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. Karena dalam membuat konsep memerlukan kemampuan penalaran siswa, dan yang harus siswa lalui dengan pengalaman belajar yang aktif dalam kelompok belajar untuk membuat kesimpulan logis, pada metode pembelajaran kooperatiflah yang menekankan hal tersebut. 3. Pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif terhadap peguasaan konsep matematika siswa. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan konsep yang dipelajarinya. Siswa yang telah menguasai dan mampu membuat generalisasi terhadap konsep ia akan menjelaskan konsep berdasarkan pengalaman sebelumnya. Pengalaman yang didapatkan dari proses belajar secara bertahap. Dalam pembelajaran matematika untuk menetapkan generalisasi-generalisasi konsep membutuhkan penguasaan materi yang dimiliki siswa, artinya konsep tersebut cocok dengan kemampuan kognitif. Kemampuan pengetahuan siswa dalam mengingat kembali konsep matematika. Berkaitan dengan matematika, pendekatan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw yang digunakan bertujuan agar 64 mendapatkan hasil tes penguasaan konsep matematika dan mengalami peningkatan. Dalam metode tipe STAD siswa tampak lebih termotivasi karena berhubungan langsung dengan implementasi dari aplikasi materi yang dipelajari selama proses kegiatan belajar, siswa harus dapat menguasai rumus-rumus dan konsep dalam materi yang telah dipelajari, hal ini siswa mampu mengungkapkan atau menggunakan kembali rumus dan konsep tersebut tanpa dikuranginya. Dalam metode kooperatif ini dapat saling berbagi ilmu dengan teman yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah untuk mengambil keputusan bersama dalam menjawab soal-soal yang dihadapinya. Dalam metode tipe Jigsaw siswa belajar bertukar pikiran, baik antar sesama siswa ataupun siswa dengan guru. Kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan Dan tidak percaya dirinya siswa ahli dalam menyampaikan materi kepada teman kelompoknya. Sehingga materi yang disampaikan kurang dipahami oleh teman kelompoknya. Untuk masalah ini guru sebagai fasilitator dapat membantu keadaan ini, tetapi sulit juga guru mencari tim ahli, tapi hal ini tidak jadi masalah kerena mereka dalam proses belajar Dari hasil yang diperlakukan dari setiap metode akan berbeda. Maka hasil tes penguasaan konsep matematika dari siswa yang disajikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD akan berbeda dengan tipe Jigsaw. 65 Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat diduga bahwa nilai tes dari penguasaan konsep matematika pada siswa yang menggunakan metode STAD sebagai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode Jigsaw sebagai kelas kontrol. Dengan kata lain, metode pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap penguasaan penguasaan konsep matematika siswa. C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis di atas, maka diajukan hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep Matematika siswa secara multivariat. 2. Terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kooperatif terhadap kemampuan penalaran Matematika siswa. 3. Terdapat pengaruh metode pembelajaran penguasaan konsep Matematika siswa. 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 09 dan SMP Negeri 34 Kecamatan Jatiasih Bekasi dan akan dijadwalkan bulan April tahun 2013 sampai dengan bulan Juli tahun 2013. Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan Penyerahan Proposal Persetujuan Judul 1 Maret 2 3 4 1 April 2 3 4 1 Mei 2 3 X X X X X 4 1 X X Juni 2 3 4 X Survei lokasi Persiapan Pelaksanaan penelitian Pengolahan hasil penelitian Penyusunan laporan Pembuatan Laporan X X X X X X X X X B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, metode ini dipilih sebab merupakan metode penelitian yang tujuannya untuk menemukan faktor-faktor penyebab dan akibat, untuk mengontrol peristiwa-peristiwa dalam interaksi variabel, serta meramalkan hasilnya pada tingkat ketelitian tertentu (Surachmad, 1980). Menurut Wiersma (1991: 99) dalam (Sri S, 2012:78) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang67 kurangnya satu variabel bebas, yang disebut variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Menurut Davis (2004) penelitian eksperimental didasarkan pada asumsi bahwa dunia bekerja, menurut hukum-hukum kausal. hukum ini esensinya adalah linear, meskipun bersifat komplikasi dan interaktif. Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas yang yang terdiri dari : Variabel bebas yang diperlakukan sebagai kontrol serta dua variabel terikat : 1. Satu variabel bebas perlakuan adalah metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari metode pembelajaran tipe STAD dan metode pembelajaran tipe Jigsaw. 2. Kelompok yang memiliki kemampuan penalaran matematika tinggi yang diberi pembelajaran mengunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Kelompok yang memiliki kemampuan penalaran matematika rendah yang diberi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 4. Kelompok yang memiliki penguasaan konsep matematika tinggi yang diberi pembelajaran kooperatif mengunakan tipe STAD. 5. Kelompok yang memiliki penguasaan konsep matematika rendah yang diberi metode pembelajaran koopertif mengunakan tipe Jigsaw. Tabel 3.2 Desain Penelitian (A) (A1) (A2) Y1Y2 Y1Y2 68 Keterangan : A = Metode Pembelajaran Kooperatif. A1 = Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. A2 = Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Y1 = Kemampuan Penalaran Matematika. Y2 = Penguasaan Konsep Matematika. C. Validasi Penelitian Penelitian ini mengandung 2 validasi, yaitu validitas internal dan validitas eksternal, Validitas internal terkait dengan tingkat pengaruh perlakuan (treatment) artribut yang ada terhadap kemampuan penalaran matematika yang didasarkan atas ketepatan prosedur dan data yang dikumpulkan serta penarikan kesimpulan. Dan penguasaan konsep matematika yang didasarkan atas kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep atau struktur baru melalui pengalaman belajar. Sedang validitas eksternal terkait dengan dapat tidaknya hasil penelitian ini untuk digeneralisasikan pada subyek lain yang tidak memiliki kondisi dan karakteristik sama. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan terhadap pengaruh variabel-variabel ekstra, sebagai berikut : 1. Pengaruh variabel sejarah, dikontrol dengan pemberian materi pelajaran yang sama, dalam jangka waktu yamg sama dan oleh guru yang sama. 2. Pengaruh variabel kematangan, dikontrol dengan cara proses treatment dalam variabel internal waktu yang tidak terlalu lama. Demikian 69 diharapkan mereka memiliki kesempatan perubahan mental maupun fisik yang sama pula. 3. Pengaruh variabel pretesting, dikontrol dengan jalan tidak memberikan pretest pada kedua kelompok sampel. Hal ini dilakukan agar pengalaman pretest tersebut tidak mempengaruhi penampilan subjek selama proses perlakuan. 4. Pengaruh variabel instrument, dikontrol dengan pemberian test yang sama pada kelompok eksperimen dan kontrol. 5. Pengaruh variabel mortalitas, dikontrol dengan pemberian perlakuan yang sama pada siswa lain yang tidak menjadi anggota sampel, sehingga jika terjadi mortalitas dapat secepatnya diganti dengan siswa lain yang setara. 6. Pengaruh interaksi antar subjek, dikontrol dengan tidak memberitahukan, bahwa sedang dilakukan proses penelitian dan memberi kegiatan proses pembelajaran yang berbeda. Sebagai usaha mengontrol validitas eksternal dilakukan sebagai berikut: 1. Interaksi pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD kelompok eksperimen dan metode Jigsaw kelompok dikontrol, dengan pengambilan kelas eksperimen dan kelas kontrol seimbang. Hal ini dilakukan agar kondisi awal pada kedua kelas diasumsikan sama. Kemudian kedua percobaan diberi perlakuan yang berbeda. 70 2. Pengaturan penelitian reaktif, dikontrol dengan: a) Suasana perlakuan tidak artificial sehingga tidak merasa sedang diteliti. b) Subjek tidak diberikan informasi bahwa sedang diteliti. c) Perlakuan untuk semua siswa dalam satu kelas belajar sama, baik yang dijadikan sampel. d) Guru diusahakan hanya satu orang untuk kedua kelas eksperimen. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Target Populasi target disebut populasi teoritik, yaitu keseluruhan subyek penelitian secara teori yang banyaknya tidak terjangkau atau terbilang. Menurut Supardi dkk (2011 :25), dalam penelitian kuantitatif populasi adalah subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah atau objek penelitian. Dengan kalimat tersebut, maka populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri yang ada di Kecamatan Jatiasih Bekasi. 2. Populasi Terjangkau Yang dimaksud populasi terjangkau yaitu populasi atau keseluruhan subjek penelitian yang banyaknya terjangkau atau terbilang. Oleh karenanya populasi terjangkau dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 34 di Kecamatan Jatiasih Bekasi. Yang berjumlah 160 siswa dan terdaftar pada tahun pelajaran 2012/2013. 71 3. Sampel Sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh Populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118), Sampel dalam penelitian kuantitatif merupakan subyek penelitian yang dianggap mewakili populasi, dan biasanya disebut responden penelitian Sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri di sekecamatan Jatiasih dengan jumlah siswa sebanyak 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 9 sebagai kelas eksperimen, serta 80 siswa terdiri dari 40 siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 34 sebagai kelas kontrol. Dan dengan perlakuan yang berbeda dari masing-masing sekolah. 4. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling (Sugiyono, 2010:122). Penulis mengambil 50% siswa yang urutan tingkat kemampuan penalaran tertinggi dan 50% siswa urutan kemampuan penalarannya rendah pada kelas eksperimen, serta 50% siswa urutan penguasaan konsep tinggi dan 50% siswa penguasaan konsep rendah pada kelas kontrol. Dengan demikian diperoleh empat kelompok sampel penelitian yaitu : 20 siswa kemampuan penalaran tinggi diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, 20 siswa kemampuan penalaran rendah diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, 20 siswa penguasaan konsep tinggi diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 20 siswa dengan penguasaan konsep rendah diajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 72 E. Teknik Pengumpulan Data Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 9 dengan jumlah siswa 20 siswa sebagai kelas eksperimen dengan metode STAD, dan 20 siswa kelas VII-1 dan VII-2 SMP Negeri 34, sebagai kelas kontrol dengan metode Jigsaw. Pengumpulan data ini untuk mengetahui kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika tinggi dan rendah. 1. Teknik Mendapatkan Data a. Teknik mendapatkan data kemampuan penalaran matematika Pengumpulan data tentang kemampuan penalaran matematika dengan pemberian evaluasi melalui test tertulis bentuk soal berupa uraian kepada siswa kelas VII-1 dan VII-2 sebagai sampel penelitian, dengan Kompetensi Dasar 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. b. Teknik mendapatkan data penguasaan konsep matematika siswa. Pengumpulan data tentang penguasaan konsep matematika siswa dilakukan dengan pemberian test tertulis bentuk soal berupa pilihan ganda kepada siswa kelas VII-1 dan VII-2 sebagai sampel penelitian, dengan Kompetensi Dasar : 5.1. menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dan 5.2 memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk, jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. 73 c. Teknik mendapatkan data metode pembelajaran kooperatif Yaitu dalam bentuk pemberian metode pembelajaran kooperatif pada kelas STAD diberikan pengajaran matematika dengan Kompetensi Dasar 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : 5.1. Memahami dan menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dan Kompetensi Dasar : 5.2. Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan, atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan Kompetensi Dasar : 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. kompetensi dasar 5.1. Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis. Dan kompetensi dasar : 5.2. Memahami dan menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dan sifat-sifat sudut yang terbentuk, jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Setelah pembelajaran materi selesai pada masing-masing kelas, selanjutnya pada kedua kelas tersebut diberikan test. 2. Variabel Penelitian Variabel dalam Penelitian ini adalah : a. Variabel bebas, dalam hal ini merupakan variabel treatmen atau perlakuan (A) yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 74 b. Variabel terikat, dalam hal ini sebagai variabel kriterium (Y), yaitu kemampuan penalaran (Y1) dan penguasaan konsep matematika (Y2). F. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Instrumen Kemampuan Penalaran Matematika a. Definisi konseptual Kemampuan penalaran Matematika Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, maka kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan berpikir atau nalar yang dimiliki siswa setelah menerima pelajaran matematika yang dibatasi pada ranah kognitif dalam tingkatannya, dan tingkatan kemampuan penalaran matematika tinggi dan rendah yang didapat dari hasil belajar. b. Definisi Operasional Kemampuan Penalaran Matematika Kemampuan penalaran matematika adalah skor kemampuan siswa selama proses belajar setelah menerima pelajaran matematika ditinjau dari ranah kognitif, yang meliputi bahan ajar kelas VII semester 2 dari kompetensi dasar 4.5 : Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Dengan indikator yaitu : 1) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah, 2) menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn. 75 c. Kisi-kisi Instrumen test Kemampuan penalaran matematika Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data kemampuan penalaran matematika yaitu test uraian berjumlah 10 soal. Skor maksimal adalah 5 dan skor minimal adalah 0, secara teoritik skor terendah siswa adalah 0 dan skor tertinggi adalah 50 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan penalaran Kompetensi dasar 4.5 Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah Jumlah soal Ability Nomor Soal Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah 2 C2 3, 10 Menyelesaikan masalah yang menggunakan konsep himpunan 8 C2 1,2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, Indikator d. Validasi Instrumen Kemampuan penalaran matematika Dalam penelitian ini terdapat data instrumen kemampuan penalaran matematika, yang menggunakan pada subyek penelitian yaitu ; instrumen tes kemampuan penalaran matematika. Untuk menjaring data instrumen tersebut dilakukan perlu dikalibrasi agar diketahui tingkat kehandalan instrumen. Untuk maksud ini, maka dilakukan uji coba instrumen test pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 9 yang tidak dijadikan kelas sampel penelitian, dan waktu belajar yang berbeda. 76 Dengan jumlah siswa 50 orang. Dalam rangka ujicoba instrumen test ini, akan dilakukan peninjauan terhadap taraf kesukaran butir soal, validitas butir soal dan reabilitas instrumen test. 1) Tingkat Kesukaran Indeks tingkat kesukaran atau proportional correct dinotasikan dengan p. Rumusnya (Safari, 2005: 23) adalah : P= JB N Keterangan: TK : Tingkat kesukaran. B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar. N : Jumlah seluruh siswa peserta tes. Indeks kesukaran butir merupakan proposal responden yang menjawab benar suatu butir dengan peserta tes. Indeks kesukaran butir berkisar antara 0 sampai dengan 1, artinya jika p = 0 berarti tak seorangpun responden dapat menjawab benar butir tersebut, sebaiknya jika p = 1, maka semua responden dapat menjawab butir dengan benar. Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa ini adalah : jika p < 0,70 kategori soal mudah, 0,30 < p < 0,70 kategori soal sedang, dan p < 0,30 kategori soal sukar. (Nana Sudjana, 1991:4) Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal yaitu sebagai berikut : 77 Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran No Kategori Soal 1. IK = 0,00 Terlalu sukar 2. 0,00 < IK < 0,30 Sukar 3. 0,30 < IK < 0,70 Sedang 4. 0,70 < IK <1,00 Mudah 5. IK = 1,00 Terlalu mudah 2) Validasi butir soal Validitas instrumen penelitian untuk variabel kemampuan penalaran siswa dihitung melalui rumus point biserial, hal ini sesuai dengan skor yang diperoleh untuk tes kemampuan penalaran siswa, dimana jawaban berada dalam 1 sampai dengan 5. Validitas butir soal diuji dengan menggunakan koefisien korelasi product moment ( Arikunto, 2008:70) rxy n X n XY - X Y 2 X n Y 2 Y 2 2 Keterangan : rxy = Koefisien korelasi product moment X Y X Y = Jumlah skor dalam sebaran X = Jumlah skor dalam Y 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y = Banyaknya responden n 78 Nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan dikonsulkasikan dengan nilai rtabel dengan taraf nyata 5% jika nilai dari rxy > rtabel, maka soal tersebut adalah reliabel. 3) Reliabilitas Instrumen Test Uji reliabilitas instrumen dihitung melalui rumus Alpha Cronbach sebagai berikut : rac = k ( 1k 1 S Si2 2 i ) Keterangan : rac = Koefisien reliabilitas tes Si2 = varians butir ke i S2t = varians skor total k banyak butir soal = Nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan nilai rtabel dengan taraf nyata 5% jika nilai dari rac > rtabel maka soal tersebut adalah reliabel. 2. Instrumen Penguasaan Konsep Matematika a. Definisi Konseptual Penguasaan konsep Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, maka penguasaan konsep matematika adalah kemampuan pemahaman yang dimiliki siswa setelah menerima pelajaran matematika yang dibatasi pada ranah kognitif dalam tingkatannya yang didapat selama proses belajar dan dari hasil belajar. 79 b. Definisi Operasional Penguasaan Konsep Matematika Penguasaan konsep matematika adalah skor kemampuan siswa selama proses belajar setelah menerima pelajaran matematika ditinjau dari ranah kognitif yang meliputi materi bahan ajar kelas VII semester 2 dari Kompetensi Dasar 5.1 : menentukan hubungan antara dua garis serta besar dan jenis sudut dengan indikator yaitu : 1) Mengidentifikasikan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan). 2) Menjelaskan pembagian garis. 3) Menjelaskan satuan sudut dan sudut sebagai jarak putar. 4) Menggambar dan mengukur besar sudut dengan menggunakan bujur derajat. 5) Menjelaskan perbedakan jenis-jenis sudut (siku, lancip, tumpul, refleks). Dan kompetensi dasar 5.2 : memahami sifat-sifat yang terbentuk, jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain dengan indikator yaitu : 1) Menjelaskan jenis-jenis sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan dipotong oleh garis lain. 2) Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga (garis lain). 3) Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal. 80 c. Kisi-kisi Instrumen Test Penguasaan Konsep Matematika Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data penguasaan konsep matematika yaitu tes Pilihan Ganda dengan 4 option jawaban berjumlah 20 soal. Untuk setiap responden yang menjawab benar satu butir soal diberikan skor 1 dan yang menjawab salah diberikan skor 0. Dengan demikian skor terendah adalah 0 dan skor maksimum adalah 20. Rancangan atau kisi-kisi instrumen tentang penguasaan konsep matematika seperti tabel berikut : Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen tes Penguasaan Konsep Matematika Kompetensi Dasar 5.1 Menentukan hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukurannya 5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis Indikator Mengidentifikasikan kedudukan dua garis Jumlah soal 3 C1 No Soal 1, 5, 8 Ability Menjelaskan pembagian garis 1 C2 4 Menjelaskan satuan sudut dan sudut sebagai jarak putar 2 C2 2, 3, Menggambar dan mengukur besar sudut dengan bujur derajat 1 C3 11 Menjelaskan perbedaan jenisjenis sudut 1 C2 10 Menjelaskan jenisjenis sudut terbentuk garis yang ber-potongan 2 C2 6, 17 81 berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain dipotong oleh garis lain. Menemukan sifatsifat sudut 5 C3 7, 14, 16, 18, 19 Mengunakan sifatsifat sudut dan garis 5 C3 9, 12, 13, 15, 20 d. Validasi Instrumen Penguasaan Konsep Matematika Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian atau digunakan pada subjek penelitian, instrumen test penguasaan konsep matematika perlu dikalibrasi agar diketahui tingkat kehandalan instrumen. Untuk maksud ini, maka dilakukan uji coba instrumen test pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 9 yang tidak dijadikan kelas sampel penelitian dan waktu belajar yang berbeda. Dengan jumlah siswa 50 orang dan diberi 20 soal berbentuk pilihan ganda. Dalam rangka ujicoba instrumen test ini, akan dilakukan peninjauan terhadap taraf kesukaran butir soal, validitas butir soal dan reabilitas instrumen tes. 1) Taraf Kesukaran Butir Soal Test Penguasaan Konsep Indeks tingkat kesukaran atau Proportional Correct dinotasikan dengan p, untuk soal pilihan ganda diuji dengan rumus (Safari, 2005 : 23) adalah ; p JB ; dimana N Keterangan : P = Tingkat Kesukaran 82 JB = jumlah peserta tes yang menjawab benar N = jumlah peserta tes Kriteria tingkat kesukaran yang digunakan pada analisa ini adalah: jika p < 0,70 kategori soal mudah, 0,30 < p < 0,70 kategori soal sedang, dan p < 0,30 kategori soal sukar. 2) Pengujian Validitas Butir Soal Test Penguasaan Konsep Untuk menghitung validitas butir butir soal pilihan ganda diuji dengan menggunakan rumus korelasi biserial (Safari, 2005 : 71) dengan rumus : rbis (i ) xi xt Pi St Qi dimana : rbis(i) = Koefisien korelasi antara skor butir soal nomor i dengan skor total Xi = Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i Xt = Rata-rata skor total semua responden. St = Standar deviasi skor total semua responden. Pi = Proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i Qi = Proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i Nilai rbis yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dikonsultasikan dengan rtabel product moment, dimana kriteria penerimaan butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas instrumen dengan rtabel, yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 dan 83 derajat kepercayaan (df) = k – 2 (dimana k = banyaknya responden uji coba). Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung lebih besar atau sama dari pada rtabel maka butir dianggap valid, sedangkan jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel tidak valid dan tidak digunakan atau butir pertanyaan tersebut dibuang. 3) Pengujian Reliabilitas Instrumen Test Penguasaan Konsep Untuk pengujian reabilitas perangkat soal pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richardson 20 (Safari, 2005 : 54), yaitu : rKR k PiQi 1 k 1 St 2 dimana : rKR = Koefisien reliabilitas tes k = Banyaknya butir soal yang valid St2 = Varians skor total PiQi = Varians skor tiap butir. Pi = Proporsi jawaban benar untuk butir i. Qi = Proporsi jawaban salah untuk butir i. Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu sisi dengan taraf signifikansi () = 0,05 dan derajat kepercayaan (df) = k – 2 dimana k = banyaknya soal yang valid. Kriteria reliabilitasnya adalah jika rhitung lebih besar dari pada rtabel maka instrumen tersebut reliabel. 84 G. Teknik Analisis Data 1. Teknik Analisis Deskriptif Dalam analisis deskriptif dilakukan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram batang untuk masing-masing kelompok data kemampuan penalaran matematika. Selain itu dilakukan analisis data berdasarkan ukuran pemusatan : mean, median, modus; serta ukuran simpangan : jangkauan, varians, simpangan baku, kemencengan dan kurtosis. Untuk mempermudah perhitungan dalam analisis deskriptif maka data dikelompokkan. 2. Uji Prasyarat Analisis Data Sebelum data dianalisis untuk pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data akan diuji dengan uji liliefors. Menurut Nana Sudjana, uji normalitas data dilakukan dengan mengunakan uji liliefors (Lo) dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Diawali dengan penentuen taraf signifikansi, yaitu pada taraf signifikansi 5% (0,05) dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : Sampel Berdistribusi Normal Hi : Sampel Berdistribusi Tidak normal 85 Dengan Kriteria pengujian : Jika Lhitung < Ltabel terima Ho dan Jika Lhitung > Ltabel tolak Ho Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah 1) Hitung rata-rata nilai rumus Zi = X i X s 2) Hitung standar deviasi nilai skor sampel. 3) Urutkan data sampel dari terkecil ke terbesar (x1, x2, ....xn) Nilai x1 dijadikan bilangan baku Z1, Z2.....Zn. Dimana nilai baku Z1 ditentukan besar peluang masing-masing nilai berdasarkan tabel Z ( luas lengkungan di bawah kurva normal standar dari o ke z, dan sebut dengan F(zi). 4) Hitung frekwensi kumulatif atas dari masing-masing nilai Z, Dan disebut dengan S(zi) kemudian dibagi dengan jumlah Number of cases (N) sampel. 5) Tentukan nilai Lohitung = F ( z) - S(z) dan bandingkan dengan nilai Ltabel (Tabel nilai kritis untuk uji liliefors. 6) Apabila Lohitung < Lt maka sampai berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (Ho), dilakukan dengan cara membandingkan Lo ini dengan Lkritis yang terdapat dalam tabel untuk taraf nyata yang dipilih Alfa = 5% . Untuk mempermudah perhitungan dibuat dalam bentuk tabel. 86 b. Uji Homogenitas 4 Varians Setelah dilakukan uji normalitas memberikan indikasi data hasil penelitian berditribusi normal, maka tahap selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas dari sampel penelitian ini untuk mengetahui data penelitian homogen atau tidak homogen, maka dalam pengujian homogenitas menggunakan uiji bartlet, yaitu : X2hitung = ( In10)(B - ( dk ) log si2) Supardi (2012) Dengan derajat kebebasan (dk) = k-1 dan taraf signifikan (x) = 0,05. Adapun kriteria pengujiannya adalah : Jika X2hitung X2tabel, berarti tidak homogen Jika X2hitung X2tabel, berarti homogen c. Uji Homogenitas Matrik Varians Kovarian Pengujian asumsi Manova dengan Box m Tes, yaiti Homogenitas Matrik Varians Kovarians ( Yamin dan Kurniawan, 2009 :170 ). Hipotesis yang diuji adalah : Ho = Matrik Varians Kovarians antar kelompok data treatment homogen. Hi = Matrik Varians Kovarians antar kelompok data treament heterogen Kriteria pengujian : Ho diterima, jika p-value pengujian Box M > 0,05 87 3. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian Teknik pengujian menggunakan teknik Multivariate Analysis of Varians (Manova). Manova merupakan perluasan dari Anova, perbedaan antara manova dengan anova terletak pada jumlah variabel dependennya (tak bebas). Anova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh perlakuan terhadap satu variabel respon. Sedangkan Manova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh terhadap lebih dari satu variabel respon. Manova adalah teknik statistik yang digunakan untuk memeriksa hubungan antara beberapa variabel bebas (biasa disebut perlakuan) dengan dua atau lebih variabel tak bebas secara simultan. ( Hair, J.E . Anderson, R.E, R,I., Black, W.Co, 1995 dalam Yamin dan Kurniawan ( 2009 : 165 ). Rumusnya adalah : a. Y1 + Y2 + Y3....Yn = (metrik) = X1 + X2 + X3 .....+Xn ( non metrik) Asumsi Menurut Johnson R.A (1992) asumsi yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian dengan manova yaitu : 1) Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Multivariat. 2) Homogenitas matriks varians kovarians 88 b. Prosedur Pengujian Hipotesis dalam menguji perbedaan pengaruh perlakuan terhadap beberapa variabel respon yaitu : Ho = Tidak terdapat perbedaan pengaruh perlakuan. Hi = Terdapat perbedaan pengaruh perlakuan. Dalam penelitian kemampuan penalaran ini, pengujian perbandingan rata-rata dan penguasaan konsep matematika dalam multivariate test adalah : c. Pilla’s trace V= Wilk Lamda W= Hoteling trace T= Roy’s Largest root R= s i 1 1 1 1 max 1 max Uji Lanjut (Uji Simple Effect) Setelah dilakukan pengujian dan hasilnya signifikan dalam arti terdapat perbedaan antar grup (perlakuan), maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh dalam membentuk perbedaan antar grup. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan antar grup. Kemudian setelah itu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan masing-masing individu dalam grup berdasarkan variabel 89 yang membentuk perbedaan antar grup. Prosedur demikian dinamakan uji Post Hoc. Beberapa prosedur Post Hoc yang umum yaitu : metode Scheffe, metode Tukey’s (HSD), pendekatan Fisher (LSD), uji Duncon dan uji Newman linels (Hair, J.E., Anderson, R.E., R.I., Black, w.c., 1998). Proses perhitungan dilakukan menggunakan program olah data SPSS for windows versi 16.0 H. Hipotesis Statistik Menurut Singgih (2002 ; 217) hipotesa pada Manova adalah : 1. 2. 3. : 11 12 21 22 Hi : 11 12 21 22 Ho : 11 12 Hi : 11 12 Ho : 21 22 Hi : 21 22 Ho Hipotesis secara verbal : 1. Ho = Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa secara multivariat. 90 Hi = Terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa secara multivariat. 2. Ho = Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran Kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. Hi = Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. 3. Ho = Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran Kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika siswa. Hi = Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika siswa. 91 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan disajikan deskripsi hasil penelitian yang berupa kemampuan penalaran dan penguasaan konsep, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Penelitian Skor Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika Dari hasil penelitian terhadap siswa SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 34 kelas VII sekecamatan Jatiasih Bekasi, berupa kemampuan penalaran matematika (Y1) dan penguasaan konsep matematika (Y2) sebagai akibat dari perlakuan penelitian, yaitu pemberian metode pembelajaran kooperatif (A), berupa metode kooperatif tipe STAD (A1) dan metode kooperatif tipe Jigsaw (A2). Data hasil penelitian dianalisis dengan teknik statistik deskripsi, untuk mengukur tendensi sentral dan tendesi penyebaran. Data dari setiap kelompok perlakuan, perhitungan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan program olah data yaitu”SPSS”. Rekapitulasi hasil penelitiannya statistik deskripsif skor kemampuan penalaran matematika. Secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 92 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika A1 STAD Y1 = 40 = 35,87 = 1,964 n X Sd n X Sd A2 Jigsaw Y2 = 40 = 15,83 = 1,430 n X Sd Y1 = 40 = 33,82 = 2,395 n X Sd Y2 = 40 = 13,90 = 1,614 Keterangan : n : Jumlah sampel tiap kelompok X : nilai rata-rata S : Simpangan baku Y1 : Y2 : Penguasaan konsep A1 : Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD A2 : Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw 1. Kemampuan penalaran matematika Data Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pembelajaran Tipe STAD Kemampuan penalaran matematika pada 40 orang siswa yang diberikan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki skor teoritik 0 - 50 dari rentang empirik 32 – 40 dengan skor terendah 30 dan skor tertinggi 40. Kemampuan penalaran matematika siswa dalam kelompok ini mempunyai nilai rata-rata 35,87 dan standar deviasi sebesar 1,964. Dari data tersebut dapat disimpulkan siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik. 93 2. Data Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pembelajaran Tipe Jigsaw Kemampuan penalaran matematika pada 40 orang kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran tipe Jigsaw memiliki rentang skor teoritik 0 – 20 dan rentang empirik 13 – 18 dengnan skor terendah 13 dan skor tertinggi 18. Kemampuan penalaran matematika kelompok ini mempunyai skor mean sebesar 15,83 dan standar deviasi sebesar 1,430 . Dari data tersebut dapat disimpulkan kemampuan penalaran matematika pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam kategori cukup. 3. Data Penguasaan Konsep Matematika Pada metode Pembelajaran Tipe STAD Penguasaan konsep matematika pada 40 siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rentang skor teoritik 0 – 50 dan rentang empirik 28 – 38 dengan skor terendah 28 dan skor tertinggi 38. Penguasaan konsep matematika dalam kelompok ini mempunyai skor mean sebesar 33,82 dan standar deviasi sebesar 2,395. Dari data tersebut dapat disimpulkan penguasaan konsep pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik. 4. Data penguasaan konsep matamatika pada metode pembelajaran tipe Jigsaw Penguasaan konsep matematika pada 40 orang kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran tipe Jigsaw memiliki rentang skor teoritik 0 – 20 dan rentang empirik 10 – 17 dengan skor terendah 10 dan skor tertinggi 17. Penguasaan konsep matematika pada kelompok siswa mempunyai skor mean 94 sebesar 13,90 dan standar deviasi sebesar 1,614. Dari data tersebut dapat disimpulkan penguasaan konsep matematika pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam kategori cukup. B. Pengujian Prasyaratan Analisis Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas data dan uji honogenitas variansi populasi. Uji normalitas dilakukan untuk menilai normal tidaknya sebaran data yang akan di analisis dari setiap data kelompok perlakuan. Pengujian prasyarat untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dilakukan dengan menggunakan program olah data SPSS, yaitu deskripsi explorer, sedangkan untuk mengetahui homogenitas varians populasi dari seluruh kelompok perlakuan dilakukan pengujian homogenitas varians dengan mengunakan uji levenua. Berikut ini akan diuraikan mengenai hasil pengujian prasyarat yang dimaksud di atas. 1. Uji Normalitas Pengujian normalitas data penelitian dilakukan terhadap empat kelompok data, yaitu : a. Y1 pada A1 b. Y1 pada A2 c. Y2 pada A1 d. Y2 pada A2 95 Uji normalitas data dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov dengan taraf signifikansi = 0,05. Rangkuman hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y1A1 N Y1A2 Y2A1 Y2A2 40 40 40 40 Mean 35.88 34.08 15.80 13.92 Std. Deviation 1.964 2.546 1.454 1.607 Absolute .150 .167 .155 .169 Positive .108 .117 .109 .131 Negative -.150 -.167 -.155 -.169 Kolmogorov-Smirnov Z .951 1.055 .979 1.066 Asymp. Sig. (2-tailed) .326 .216 .294 .206 Normal Parametersa Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa semua kelompok data yang di uji normalitasnya dengan one-sample kolmogorov-smirnov test dengan SPSS diperoleh kelompok data memberikan nilai signifikansi pada baris Asymp. Sig (2. Tailed) masing-masing adalah 0,326, 0,216, 0,284, dan 0,206. Dari nilai sig tersebut semuanya menghasilkan nilai sig 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa empat kelompok data dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu prasyarat uji F dalam penelitian telah terpenuhi. 96 2. Pengujian Homogenitas Matrik Varian Kovarian Pengujian homogenitas dilakukan terhadap kelompok data sebagai berikut: a. Homogenitas Matriks Varians kovarians Hipotesis yang diuji adalah : Ho : Matriks Varians Kovarians antara kelompok metode pembelajaran homogen. Hi : Matriks Varians kovarians antara kelompok metode pembelajaran heterogen. Pengujian dilakukan dengan Box’s test of equality of covariate matrices. Hasil pengujian adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Box's Test of Equality of Covariance Matricesa Box's M F 2.637 .855 df1 3 df2 1.095E6 Sig. .464 a. Design: Intercept + MB Untuk memenuhi asumsi Manova, kita berusaha untuk menerima hipotesis nol bila nilai p-value pengujian Box’s M pengujian diperoleh nilai p-Value sig adalah 0,464 ( 0,05. Hasil 0,05). Maka hipotesis nol diterima yang aslinya matriks varians-kovarians antara kelompok metode pembelajaran adalah homogen. 97 b. Homogenitas Varians Hipotesis yang diuji adalah : 1) Ho : Varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen. Hi : Varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw heterogen. 2) Ho : Varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen. Hi : Varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw heterogen. Pengujian Homogenitas varians menggunakan uji levene’s sebagai berikut: Tabel 4.4. Levene's Test of Equality of Error Variancesa F Penalaran Konsep df1 df2 Sig. 2.728 1 78 .103 .098 1 78 .756 a. Design: Intercept + MB Persyaratan bahwa data homogenitas nilai signifikan hitung nilai signifikan (0,05), maka hipotesis nol (Ho) diterima sesuai persyaratan. 98 Hasil uji homogenitas terhadap 2 kelompok matematika pembelajaran untuk kemampuan penalaran matematika diperoleh nilai sig = 0,103 yang berarti nilai sig 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran tipe STAD dan Jigsaw homogen. Selanjutnya hasil uji homogenitas terhadap 2 kelompok metode pembelajaran untuk penguasaan konsep matematika diperoleh nilai 0,756 yang berarti nilai sig 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan homogen. C. Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Manova ( Multivariate of varians) dengan bantuan program SPSS. Tabel 4.5. Multivariate Testsb Effect Intercept Value Pillai's Trace Wilks' Lambda Hotelling's Trace Roy's Largest Root MB Pillai's Trace Wilks' Lambda Hypothesis df F Error df Sig. Partial Eta Squared .997 1.408E4a 2.000 77.000 .000 .997 .003 1.408E4 a 2.000 77.000 .000 .997 1.408E4 a 2.000 77.000 .000 .997 1.408E4 a 2.000 77.000 .000 .997 .314 17.639a 2.000 77.000 .000 .314 .686 17.639 a 2.000 77.000 .000 .314 a 2.000 77.000 .000 .314 2.000 77.000 .000 .314 365.615 365.615 Hotelling's Trace .458 17.639 Roy's Largest Root .458 17.639a a. Exact statistic b. Design: Intercept + MB 99 Tabel 4.6 Tests of Between-Subjects Effects Source Corrected Model Intercept MB Error Total Corrected Total Dependent Variable Type III Sum of Squares Mean Square Penalaran 84.050a 1 84.050 17.522 .000 .183 Konsep 74.113b 1 74.113 31.872 .000 .290 df F Sig. Partial Eta Squared Penalaran 97161.800 1 97161.800 2.026E4 .000 .996 Konsep 17671.513 1 17671.513 7.600E3 .000 .990 Penalaran 84.050 1 84.050 17.522 .000 .183 Konsep 74.113 1 74.113 31.872 .000 .290 Penalaran 374.150 78 4.797 Konsep 181.375 78 2.325 Penalaran 97620.000 80 Konsep 17927.000 80 Penalaran 458.200 79 Konsep 255.488 79 a. R Squared = ,183 (Adjusted R Squared = ,173) b. R Squared = ,290 (Adjusted R Squared = ,281) 1. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika Secara Multivariat Hipotesis pertama menyatakan” Terdapat Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Penguasaan Konsep Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada tabel Multivariate Test pada uji statistik terdapat nilai F= 17.639, nilai Pillai’s Trace, Wills’ Lambda, Hotelling’s Trace, Dan Roy’s largest Root sig sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan 100 Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika Siswa. Dalam hal ini Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Matematika pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. 2. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Hipotesis kedua menyatakan “Terdapat Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Prnalaran Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Test of Between-Subject Effects di atas yang merupakan tabel utama yang mempresentasikan hasil hipotesis yang diajukan peneliti. Dari tabel tersebut, diketahui nilai F= 17.522, nilai p-value untuk kategori kemampuan penalaran matematika (Y1) adalah 0,000 (< 0,05). Dengan demikian hipotesis nol ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan penalaran matematika pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kemampuan penalaran matematika pada siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Sehingga disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika. 3. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan konsep Matematika Hipotesis ketiga menyatakan “Terdapat Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan Konsep Matematika”. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Tests of Between-Subject Effects diketahui untuk 101 kategori penguasaan konsep matematika (Y2) memiliki nilai F= 31.872, sig 0,000 (< 0,05). Dengan demikian hipotesis nol ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep pada kelompok yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan penguasaan konsep matematika pada kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Sehingga disimpulkan terdapat pengaruh signifikan metode pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika. D. Pembahasan Hasil Penelitian Tabel Multivariate Tests menerangkan perbandingan rata-rata kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa antara kedua metode pembelajaran kooperatif. Terdapat empat uji statistik yaitu Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’ Trace, dan Ray’s Largers. Keempat pengujian ini didasarkan kepada nilai eigen di mana formula untuk masing-masing uji statistik tersebut adalah sebagai berikut : Dari tabel 4.5 di atas pada bagian label intercept, nilai Pillai’s Trace positif, yaitu 0,997 Meningkatnya nilai ini memberikan pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran atau perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelompok data, Nilai Wilk’s Lambda berkisat dari 0 hingga 1, bila nilai Wilk’s Lambda mendekati 0 memberikan arti adanya pengaruh yang pada metode pembelajaran kooperatif atau adanya perbedaan rata-rata yang berarti antara kelompok data. Sebaliknya nilai Wilk’s Lambda mendekati angka 1 berarti tidak ada pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran kooperatif atau tidak ada 102 perbedaan rata-rata yang berarti antara kelompok data. Dari tabel di atas nilai Wilk’s Lambda 0,003 mendekati nol, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil nilai rata-rata kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika yang berbeda antara dua kelompok metode. Nilai Hotelling’s trace menunjukkan nilai positif, yaitu 365.615. Meningkatnya nilai Hotelling’s trace selalu lebih besar dari nilai Pillai’s trace maka nilai Hotellinh’s trace diatas menunjukkan adanya pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran, akan tetapi dalam beberapa hal bila eigen value bernilai kecil maka nilai Hotelling’s trace dan Pillai’s trace akan berdekatan. Hal ini menunjukkan sebuah indikasi tidak adanya pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran. Nilai Roy’s Largest bernilai positif yaitu 365,615, nilai Roy’s Largest selalu lebih kecil atau sama dengan nilai Hotelling.s trace. nilai ini menunjukkan adanya pengaruh yang berarti pada metode pembelajaran kooperatif. Pada baris metode pembelajaran pada angka signifikansi yang diuji dengan prosedur pillai,s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling, Trace, dan Roy’s Largest Root. Keempat prosedur yang pertama menunjukkan angka signifikansi di bawah 0,05 (yakni 0.000, 0.000, 0.000, dan 0.000) maka Ho ditolak, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Stahl 1994 ( dalam Isjoni 2007: 12) menyatakan cooperative learning 103 dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolongmenolong dalam perilaku sosial. Levene’s test digunakan untuk menguji homogenitas varians. Hasil pengujian homogenitas terhadap 2 kelompok metode pembelajaran kooperatif untuk kemampuan penalaran diperoleh nilai sig 0,103 yang berarti nilai sig > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data kemampuan penalaran matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen. Bukti ini sesuai dengan hasil penelitian Suryadi 1999 ( dalam Isjoni 2007: 12) pada pembelajaran matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah cooperative learning. Selanjutnya hasil uji homogenitas terhadap 2 kelompok metode pembelajaran kooperatif untuk penguasaan konsep matematika diperoleh nilai sig 0,756 yang berarti sig > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data penguasaan konsep matematika antara kelompok metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw homogen. Dari nilai di atas sesuia menurut (Isjoni 2007: 51 & 54) bahwa kedua tipe pembelajaran kooperatif tersebut menekankan adanya interaksi diantara siswa saling membantu menguasaai materi. Tabel Tests of Between-subject Effects menggambarkan pengujian model secara univariat. Terlihat nilai p-value untuk kategori metode pembelajaran kooperatif untuk respons kemampuan penalaran matematika sebesar 0,000 (<0,05), demikian juga respons penguasaan konsep matematika sebesar 0,000 (<0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata 104 kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika antara kedua metode pembelajaran kooperatif. Perbedaan tersebut karena tipe STAD lebih mudah diterapkan kepada siswa, senada menurut Slavin dan Karweit 1984 (dalam Sharan 2012:8) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa metode tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa lebih besar dari pada kelompok kontrol). Menurut Sabri (2007:79) menjelaskan bahwa faktor-faktor mengaruhi dalam belajar di sekolah kebanyakan berasal dari faktor internal siswa dan hanya sedikit dari segi eksternal siswa. Latar belakang sosial siswa seperti keluarga, teman dan masyarakat adalah faktor eksternal yang mempengaruhi perbedaan siswa dalam belajar. Untuk mengatasi kondisi tersebut guru dapat memberikan metode belajar yang tepat. Dengan metode belajar yang tepat akan tercapai tujuan belajar yaitu hasil belajar yang memuaskan. Dalam mempelajari matematika kita memerlukkan penalaran, dimana siswa mampu dalam menghubung-hubungkan fakta-fakta dan rumus-rumus untuk mengambil suatu kesimpulan. Kemampuan penalaran matematika di sini adalah kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada pemecahan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn. Sedangkan Penguasaan konsep matematika di sini adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pokok bahasan matematika (memahami dan dapat menjelaskan serta menyelesaikan soal sudut dan garis yang diberikan berkaitan dengan pokok bahasan matematika dan menerapkan materi dalam kehidupan sehari-hari) Metode pembelajaran kooperatif dalam pemecahan masalah matematika sangat dibutuhkan siswa, karena bidang studi matematika, merupakan studi yang 105 dibangun berdasarkan kemampuan berpikir logis. Untuk masalah dan soal yang disajikan secara bervariasi sehingga masing-masing soal memiliki tingkat keragaman yang tinggi. Soal sedemikian harus diselesaikan dengan langkah yang berbeda di antaranya dengan menerapakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kondisi demikian membutuhkan penguasaan guru akan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kemampuan siswa untuk mengkolaborasikan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Slavin (dalam Nur, 2000;32) salah satu tipe kooperatif adalah menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dan dalam penetapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan strukturstruktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan/penguasaan isi akademik. Sedangkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah proses pembelajaran searah dari guru terhadap siswa, metode Jigsaw kurang efektif digunakan karena guru sulit menentukan tim inti karena siswa kurang percaya diri untuk menjelaskan materi kepada temannya dan banyaknya jumlah dalam satu kelas. hal ini senada dengan Roy Killen (1996) kelemahan dari metode Jigsaw antara lain sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada temannya dan aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatas dengan model (team teaching). Dalam kondisi ini peran guru sangat penting untuk dapat menjelaskan materi tersebut 106 yang mudah dimengerti siswa (Tim Inti) dan memberi dorongan kepada siswa yang akan menjadi tim inti. Berdasarkan informasi kuantitatif di atas dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. 107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika. Hasil uji statistik Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root memberikan nilai sig sebesar 0,000 (< 0,005 ). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan penalaran matematika. Hasil pengujian pada tabel Test Of Between-Subject Effects diketahui nilai p-value untuk kategori kemampuan penalaran matematika (Y1) adalah 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan penalaran matematika pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran kooperatif terhadap penguasaan konsep matematika. Hasil pengujian pada tabel Test Of BetweenSubject Effects diketahui nilai p-value untuk kategori penguasaan konsep 108 matematika (Y2) adalah 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata penguasaan konsep matematika pada pemberian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan penelitian, maka berikut ini diajukan beberapa saran untuk perbaikan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa sebagai berikut : 1. Disarankan bagi guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan metode yang cukup efektif untuk menumbuhkan, merangsang, serta menambah kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Dalam pembagian kelompok belajar hendaknya setiap kelompok belajar didampingi oleh siswa yang memiliki kemampuan penalaran dan penguasaan konsep yang tinggi. 2. Disarankan pemberian materi dalam pembelajaran matematika, buatlah suasana belajar yang menyenangkan, agar siswa merasa dirinya tidak mampu ingin berusaha untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hendaknya guru dapat menjelaskan materi sesuai dengan kemampuan siswanya. 3. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan, penelitian ini baru mengungkapkan sebagian kecil permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa. Temuan penelitian menunjukkan masih banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan 109 penalaran dan penguasaan konsep matematika siswa yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Faktor tersebut bisa datang dari dalam diri siswa seperti faktor kecerdasan, minat belajar, dan motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaran matematika dan dari luar siswa yaitu; profesionalisme guru, suasana belajar dan waktu belajar. 110 DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi.. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Jakarta : Rineka Cipta. Praktek. Arikunto Suharsimi. 2008.”Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Arends, Richard I. 1997. “Classroom Intruction and Management”. New York: ME Graw Hill Companies, Inc. Badan Standardisasi Nasional Pendidikan, 2004. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika, Jakarta: BSNP. Darjono, Slamet. 2000. Harapan Terhadap Pengajaran Pendidikan Matematika di Indonesia. Surabaya: IKIP Surabaya. E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Akademika Pressindo. Hamzah. 2000. Pembelajaran Matematika I. Jakarta : Bumi Aksara. Hudojo, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA. Universitas Negeri Malang Hudoyo, Herman. (1985). Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta. Ibrahim, M dkk. 2000. “Pembelajaran Kooperatif”. Surabaya: University Press. Mulyasa. E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nur, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi. R. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. 111 Ratumanan, Tanwey G. 2002. “Belajar dan Pembelajaran”. Surabaya: UNESA University Press. Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Rochmadi, 2008. Penggunaan Pola Pikir Induktif-Deduktif Dalam Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika: Sertifikasi Guru, Di Kampus Pascasarjana UNNES Semarang, tanggal 16 Januari 2008. Setyowati, 2012. Pengaruh metode Pembelajaran Terhadap Penguasaan konsep matematika Dan Perilaku Hidup Sehat siswa. Jakarta: Unindra. Tidak diterbitkan Suparman,2012.Aplikasi Komputer DalamPenyusunan Karya Ilmiah (SPSS, Minitab, Dan Lisrel): Jakarta: Pt Pustaka Mandiri. Supardi dkk. 2012. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian: Edisi pertama. Jakarta : PT. Ufuk Publishing House. Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Safari, 2005. “ Teknik Analisis Butir Soal Intrumen Tes dan Non Tes”. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta Pustaka Sinar Harapan. Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS; Jakarta: Bumi Aksara. Sabri. 2007. Psikologi Pendidikan : Berdasarkan Kurikulum Nasional.Jakarta. CV. Pedoman Ilmu Jaya Sudrajat dkk. 2004. Ensiklopedi Matematika untuk SLTP. Jakarta : Depdiknas. Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Setyowati Sri. 2012. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep Biologi dan Perilaku Hidup Sehat Siswa ; Jakarta : tidak diterbitkan. Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan; edisi ke sepuluh; Alfabeta; IKAPI. 112 Sukino dan Wilson Simangunsong. 2007. Matematika untuk SMP kelas VII. Jakarta; PT. Erlangga. Sharan, Shlomo. 2012. The Handbook of Cooperative Learning. Yogyakarta : Familia. Sudrajat dkk. 2004. Ensiklopedi Matematika untuk SLTP. Jakarta : Depdiknas. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan; Jakarta; Kencana Prenada Media group. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi Dengan SPSS. Jakarta ; Elex Media Komputindo. Santoso, Singgih. 2002. Statistik Multivariat. Jakarta; Elex Media Komputindo. Tim Penyusun Kamus. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. W.J.S. Poerwadarminta. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD Dalam Pembelajaran Matematika SMP (Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas. Internet : Irwan Cahyadi. 2012. ”Pengertian dan Fungsi Matematika”. http://irwan-cahyadi. blogspot.com/2012/05/pengertian_dan_fungsi_matematika.html http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/693/T1_26201069 2_BAB%20II.pdf?sequence=3 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d5251_0602176_chapter2.pdf 113 LAMPIRAN - LAMPIRAN 114 Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP Negeri 9 Kota Bekasi Matematika VII/Dua 4 x 40 menit (Dua kali pertemuan) Standar Kompetensi : Aljabar 4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. A. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahanan masalah. 2) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn B. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa dapat : 1) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah 2) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn Pertemuan Pertama: Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Pertemuan kedua: Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn 115 Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin (Discipline) Rasa hormat dan perhatian (respect) Tekun (diligence) Tanggung jawab (responsibility) C. Kemampuan Prasyarat Kemampuan prasyarat yang seharusnya dikuasai siswa sebelum belajar kompetensi dasar ini adalah siswa dapat menentukan selisih, komplemen, irisan dan gabungan himpunan dengan menggunakan digram Venn. D. Materi Pembelajaran Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. E. Metode Pembelajaran Pertemuan ke-1 dan ke-2, adalah ceramah, diskusi kelompok, penugasan, serta tanya jawab. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 No Kegiatan 1. Pendahuluan: Guru menkomunikasikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai oleh siswa Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan prasyarat siswa Melalui tanya jawab siswa membahas tentang menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn. Guru membangkitkan motivasi siswa untuk memahami konsep himpunan dan diagram Venn serta pentingnya belajar matematika. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah tentang materi himpunan dengan penuh rasa perhatian. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran mengenai menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana 2. Alokasi Waktu 3’ 15’ 5’ 5’ 116 3. setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 15’ 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ Pertemuan ke-2 No Kegiatan 1. Pendahulua Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah tentang menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn penuh rasa tanggungjawab. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada 2. Alokasi Waktu 3’ 15’ 5’ 5’ 15’ 117 3. setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn Guru meminta siswa untuk mempelajari materi baru di rumah, yang akan didiskusikan pada pelajaran selanjutnya. Total waktu 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ G. Sumber Belajar 1. 2. 3. 4. 5. Buku Matematika Jilid VII Karangan Sukino dkk, 2007. Erlangga Buku Matematika SMP jilid VII Karangan M. Cholik dkk. 2007. Erlangga Bahan diskusi kelompok Kuis individual Pengecekan kemampuan prasyarat. Alat-alat : 1. Bujur derajat. 2. Penggaris 3. Spidol H. Penilaian Hasil 1. 2. Jenis penilaian : Tes tertulis, bentuk soal : Uraian. Penilaian hasil belajar siswa mencakup aspek kemampuan Penalaran matematika dari kuis individu yang dikerjakan setiap siswa. Nilai akhir kompetnsi dasar = 50% nilai kuis individu + 50% pekerjaan rumah. 118 3. Prosedur Penilaian Penilaian hasil belajar siswa mencakup penilaian proses dan penilaian akhir hasil belajar. Prosedur penilaian sebagai berikut : Penilaian Hasil Belajar : Soal Uraian Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah Teknik Penilaian Penilaian Bentuk Instrumen Tes tertulis 2) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan diagram Venn dan konsep himpunan Uraian Instrumen/ Soal 1.Dari gambar di atas, a. n (A ) dan n (B) b. n (A B) c. n (A B ) d. n (A B)’ 2.Terdapat 25 siswa perempuan yang dikelompokkan menurut pilihan kesukaan “menjahit“ atau “memasak“. Ternyata terdapat 18 siswa perempuan suka menjahit, 13 suka memasak, dan 12 suka keduanya. Berapa siswa perem-puan yang tidak suka menjahit dan memasak? Pedoman penskoran pada soal uraian No 1 2 Jawaban a. 30 dan 35, benar ................................................. b. 30,benar ............................................................. c. 35, benar ............................................................. d. 15, benar.............................................................. a. 25 jahit masak Skor 2 1 1 1 12 119 Gambar diagram venn, benar.......................................... b. 18 – 12 = 6 orang, yang suka jahit saja 13 – 12 = 1 orang, yang suka masak saja Siswa yang tidak suka keduanya 25 – ( 6 + 12 + 1) = 6 orang, benar 2 2 25 jahit 6 masak 12 1 6 c. Penempatan objek, benar ......................................... Total skor 4. 1 10 Instrumen penilaian : soal-soal kuis dan ulangan harian terlampir. Bekasi, 31 Mei 2013 Guru mata pelajaran Matematika, Tiur br Manullang, S. Pd. Mahasiswa Peneliti, Aminah Zuhriyah, S.Pd. 120 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP Negeri 9 Kota Bekasi Matematika VII/Dua 10 x 40 menit ( lima kali pertemuan) Standar Kompetensi : Geometri 5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar 5.1. Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. A. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. 2. 3. 4. 5. Mengidentifikasikan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan). Menjelaskan pembagian garis. Menjelaskan satuan sudut dan penjumlahan dan pengurangan satuan sudut. Menggambar dan mengukur besar sudut dengan menggunakan bujur derajat. Menjelaskan perbedakan jenis-jenis sudut (siku, lancip, tumpul, refleks). B. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa dapat : Pertemuan Pertama: Mengidentifikasikan kedudukan dua garis ( sejajar, berimpit, berpotongan, dan bersilangan) Pertemuan Kedua : Menjelaskan pembagian garis. Pertemuan ketiga: Menjelaskan Satuan sudut dan penjumlahan dan pengurangan satuan sudut Pertemuan Keempat : Menggambar dan mengukur besar sudut menggunakan bujur derajat. 121 Pertemuan kelima : Menjeiaskan perbedaan jenis-jenis sudut (siku-siku, lancip, tumpul, refleks). Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin (Discipline) Rasa hormat dan perhatian (respect) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility) C. Kemampuan Prasyarat Kemampuan prasyarat yang seharusnya dikuasai siswa sebelum belajar kompetensi dasar ini adalah siswa dapat menentukan hubungan antara dua garis, serta besar jenis sudut. D. Materi Pembelajaran 1). Kedudukan dua garis 2). dan membagi garis. 3). Satuan sudut dan sudut sebagai jarak putar. 4). Menggambar dan mengukur besar sudut dengan menggunakan bujur derajat. 5). Membedakan jenis-jenis sudut. E. Metode Pembelajaran Pertemuan ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5 adalah ceramah, diskusi kelompok, penugasan, serta tanya jawab. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 No Kegiatan 1. Pendahuluan: Guru menkomunikasikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai oleh siswa Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan prasyarat siswa Melalui tanya jawab siswa membahas tentang pengertian kedudukan dua garis. Guru membangkitkan motivasi siswa untuk memahami pengertian kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan). Guru membangkitkan motivasi siswa untuk memahami kedudukan dua garis dan pembagian garis serta pentingnya belajar matematika. Alokasi Waktu 3’ 122 2. 3. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah mengenai kedudukan dua garis dengan penuh rasa perhatian. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran mengenai kedudukan dua garis dan membagi garis untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang kedudukan dua garis. Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 15’ 5’ 5’ 15’ 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ Pertemuan ke-2 No Kegiatan 1. Pendahuluan Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah mengenai pembagian garis dengan tekun. 2. Alokasi Waktu 3’ 15’ 123 3. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai satuan sudut dan penjumlahan serta pengurangan satuan sudut dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang pembagian garis Guru meminta siswa untuk mempelajari materi baru di rumah, yang akan didiskusikan pada pelajaran selanjutnya. Total waktu 5’ 5’ 15’ 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ Pertemuan ke-3 No Kegiatan 1. Pendahuluan Guru mengingatkan siswa agar menyiapkan diri melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lanjutan. Guru mengingatkan kembali materi yang telah didiskusikan sebelumnya. 2. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah mengenai satuan sudut dan penjumlahan/ pengurangan satuan sudut dengan tekun. Alokasi Waktu 3’ 15’ 124 3. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang materi perbedaan jenis-jenis sudut dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan satuan sudut dan penjumlahan / pengurangan satuan sudut Guru meminta siswa menbuat makalah tentang garis dan sudut Total waktu 5’ 5’ 15’ 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ Pertemuan ke-4 No Kegiatan 1. Pendahulua Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah mengenai cara menggambar dan mengukur besar sudut menggunakan bujur derajat dengan tekun. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran untuk mendapatkan skor dasar atau skor 2. Alokasi Waktu 3’ 15’ 5’ 125 3. awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai satuan sudut dan penjumlahan serta pengurangan satuan sudut dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan cara menggambar dan mengukur besar sudut dmenggunakan bujur derajat Guru meminta siswa untuk mempelajari materi baru di rumah, yang akan didiskusikan pada pelajaran selanjutnya. Total waktu 5’ 15’ 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ Pertemuan ke-5 No Kegiatan 1. Pendahuluan Guru mengingatkan siswa agar menyiapkan diri melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lanjutan. Guru mengingatkan kembali materi yang telah didiskusikan sebelumnya. 2. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah mengenai perbedaan jenis-jenis sudut dengan tekun. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran untuk mendapatkan skor dasar atau skor Alokasi Waktu 3’ 15’ 5’ 126 3. awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang materi perbedaan jenis-jenis sudut dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan perbedaan jenis-jenis sudut Guru meminta siswa menbuat makalah tentang garis dan sudut Total waktu 5’ 15’ 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ G. Sumber Belajar 1. Buku Matematika SMP Jilid VII. Karangan Sukino dkk. 2007. Erlangga 2. Buku Matematika SMP jilid VII. Karangan M. Cholik dkk. 2007. Erlangga 3. Bahan diskusi kelompok 4. Kuis individual 5. Pengecekan kemampuan prasyarat. Alat-alat : 1. Bujur derajat. 2. Penggaris 3. Spidol H. Penilaian Hasil 1. Jenis penilaian : Tes tertulis, bentuk soal : Pilihan Ganda. 127 2. 3. Penilaian hasil belajar siswa mencakup aspek penguasaan konsep matematika dari kuis individu yang dikerjakan setiap siswa. Nilai akhir kompetensi dasar = 50% nilai kuis individu + 50% pekerjaan rumah. Prosedur Penilaian Penilaian hasil belajar siswa mencakup penilaian proses dan penilaian akhir hasil belajar. Prosedur penilaian sebagai berikut : Penilaian Hasil Belajar Soal Pilihan Ganda Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Mengidentifikasikan kedudukan dua garis Penilaian Teknik Tes tertulis Bentuk Instrumen Tes Pilihan Ganda Instrumen/ Soal 1. Apa yang dimaksud dengan garis sejajar. a. Dua garis yang berpotong. b. Dua garis yang terletak pada satu garis lurus. c. Dua garis yang tidak berpotongan. d. Dua garis yang melingkar. 2) Menjelaskan pembagian garis. 2. 3) Menggunakan satuan sudut dan penjumlahan / pengu-rangan satuan sudut 3. Hasil dari 93034’40” + 36013’33” - 29018’13” dinyatakan dalam derajat adalah..... a. 10.30 b. 10.50 c. 100.30 d. 100.50 4) Menggambar dan mengukur besar sudut dengan mrngguna-kan bujur derajat 4a. Besar sudut yang diben-tuk kedua jarum jam pada pukul 10.15 a. 11047’22” b. 11057’22” c. 12047’22” b. 12057’22” A E B C D l Pada gambar di atas,banyak garis yang berimpit dengan garis l adalah.... a. 3 c. 5 b. 4 d. 6 128 4b. Pada gambar di atas, berapa besar sudutnya a. 450 c. 900 0 b. 60 d. 300 5) Menjelaskan per-bedakan jenis-jenis sudut 4. 5. Ada berapa macam jenis sudut! a. a. 2 b. 3 c. 4 d. 5 Instrumen penilaian : soal-soal kuis dan ulangan harian terlampir. Bekasi, 31 Mei 2013 Guru mata pelajaran Matematika, Tiur br Manullang, S. Pd. Mahasiswa Peneliti, Aminah Zuhriyah, S.Pd. 129 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP Negeri 9 Kota Bekasi Matematika VII/Dua 4 x 40 menit (Dua kali pertemuan) Standar Kompetensi : Geometri 5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar 5.2. Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotong atau dua garis sejajar berpotong dengan garis lain. A. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Mengenal hubungan antarsudut. 2) Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga ( garis lain) 3) Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal B. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa dapat : Pertemuan Pertama: 1) Mengenal hubungan antarsudut 2) Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga Pertemuan kedua: 1) Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal Karakter siswa yang diharapkan: Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility) C. Kemampuan Prasyarat Kemampuan prasyarat yang seharusnya dikuasai siswa sebelum belajar kompetensi dasar ini adalah siswa dapat menentukan hubungan antara dua garis, serta besar jenis sudut. 130 D. Materi Pembelajaran 1) Hubungan antarsudut dan kedudukan dua garis sejajar 2) Membagi garis menjadi n sama panjang 3) Menemukan sifat-sifat garis dan sudut E. Metode Pembelajaran Pertemuan ke-1, dan ke-2, adalah ceramah, diskusi kelompok, penugasan, serta tanya jawab. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 No Kegiatan 1. Pendahuluan: Guru menkomunikasikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai oleh siswa Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan prasyarat siswa Melalui tanya jawab siswa membahas tentang pengertian kedudukan dua garis. Guru membangkitkan motivasi siswa untuk memahami tentang hubungan antarsudut dan menemukan sifat-sifat garis jika dipotong oleh dua garis.. Guru membangkitkan motivasi siswa untuk memahami kedudukan dua garis dan pembagian garis serta pentingnya belajar matematika. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah mengenai kedudukan dua garis dengan penuh rasa perhatian. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran mengenai kedudukan dua garis dan membagi garis untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam 2. Alokasi Waktu 3’ 15’ 5’ 5’ 15’ 131 3. kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang hubungan antarsudut dan kedudukan sudut-sudut yang terjadi jika dua garis dipotong garis lain Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ Pertemuan ke-2 No Kegiatan 1. Pendahuluan Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya. Kegiatan inti Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah mengenai pembagian garis dengan tekun. Guru memberikan tes awal setelah menyampaikan materi pembelajaran untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal sesuai dalam tahapan dalam model pembelajaran tipe STAD. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling bantu-membantu antar anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan, dan mengamati kerjasama tiap anggota dalam kelompok belajar. 2. Alokasi Waktu 3’ 15’ 5’ 5’ 15’ 132 3. Siswa mempresentasikan hasil diskusi tentang menggunakan sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal dan guru bertindak sebagai fasilitator. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar ke nilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang menggunakan sifatsifat sudut dan garis dalam menyelesaikan soal Guru meminta siswa untuk mempelajari materi baru di rumah, yang akan didiskusikan pada pelajaran selanjutnya. Total waktu 20’ 10’ 3’ 3’ 1’ 80’ G. Sumber Belajar 1. Buku Matematika untuk SMP Kelas VI. Karangan Sukino dkk. 2007. Erlangga 2. Buku Matematika SMP jilid VII. Karangan M. Cholik dkk. 2007. Erlangga 3. Lembar Kegiatan (LK) 4. Bahan diskusi kelompok 5. Lembar kuis individual 6. Busur derajat 7. Pengaris H. Penilaian 1. Jenis penilaian : Tes tertulis, bentuk soal : Pilihan Ganda 2. Penilaian hasil belajar siswa mencakup aspek kemampuan penalaran dan penguasaan konsep matematika dari kuis individu yang dikerjakan setiap siswa. Nilai akhir kompetnsi dasar = 50% nilai kuis individu + 50% pekerjaan rumah. 3. Prosedur Penilaian Penilaian hasil belajar siswa mencakup penilaian proses dan penilaian akhir hasil belajar. Prosedur penilaian sebagai berikut : Penilaian Hasil Belajar Soal Pilihan Ganda 133 Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Menjelaskan jenis-jenis sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan dipotong oleh garis lain 2) Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis dalam menyelesai-kan soal Penilaian Teknik Tes tertulis Bentuk Instrumen Tes Pilihan Ganda Instrumen/ Soal 1 A1 2 4 3 B 1 2 4 3 Berdasarkan gambar di atas, sudut-sudut dalam berseberangan adalah........ a. A1 = B1 b. A2 = B3 c. A3 = B1 d. A2 = B4 2. Pada gambar di bawah, jika PRQ = 700 dan SQT = 800, maka nilai SQT adalah....... R 700 P S a. 300 c. 450 3) Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga (garis lain T 800 Q b. 600 d. 900 3. Perhatikan gambar di bawah ini C 5a0 + 600 A O 3a0 B 134 Jika besar AOB = 1200, berapa besar BOC........ a. 450 c. 600 4. b. 300 d. 150 Instrumen penilaian : soal-soal kuis dan ulangan harian terlampir. Bekasi, 31 Mei 2013 Guru mata pelajaran Matematika, Tiur br Manullang S.Pd. Mahasiswa Peneliti Aminah Zuhriyah S.Pd. 135 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol) Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP Negeri 34 Kota Bekasi Matematika VII/Dua 4 x 40 menit (Dua kali pertemuan) Standar Kompetensi : Aljabar 4. Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar : 4.5. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. F. Indikator Pencapaian Kompetensi 3) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahanan masalah. 4) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn G. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa dapat : 1) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah 2) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn Pertemuan Pertama: Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah Pertemuan kedua: Menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin (Discipline) Rasa hormat dan perhatian (respect) Tekun (diligence) Tanggung jawab (responsibility) 136 H. Kemampuan Prasyarat Kemampuan prasyarat yang seharusnya dikuasai siswa sebelum belajar kompetensi dasar ini adalah siswa dapat menentukan selisih, komplemen, irisan dan gabungan himpunan dengan menggunakan digram Venn. I. Materi Pembelajaran Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah. J. Metode Pembelajaran Pertemuan ke-1 dan ke-2, adalah ceramah, diskusi kelompok, penugasan, serta tanya jawab. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. I. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 No Kegiatan 1. Pendahuluan: Guru menkomunikasikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai oleh siswa Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan prasyarat siswa 2. Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa membuat kelompok baru yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Masing-masing kelompok ahli berdiskusi menyelesaikan LKS tentang materi kedudukan dua garis dan garis-garis sejajar, guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian menyimpulkan tentang pengertian dan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan). Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok guru bertindak sebagai fasilitator. Melalui tanya jawab, siswa menjawab pertanyaan guru atas penguasaan siswa secara silang (misalnya siswa yang mengerjakan Alokasi Waktu 2’ 3’ 1’ 1’ 20’ 2’ 24’ 12’ 4’ 137 LKS.1 ditanya LKS.3 dan seterusnya). Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. 3. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn. Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 2’ 3’ 5’ 1’ 80’ Pertemuan ke-2 No Kegiatan 1. Pendahuluan Guru menginformasikan kembali cara belajar dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Guru mengingatkan kembali materi yang sudah dipelajari. 2. 3. Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa yang telah berkelompok yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Siswa dalam kelompok ahli berdiskusi kembali menyelesaikan LKSt, guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian mengerjakan dan menyimpulkan tentang menyelesaikan masalah dengan konsep himpunan dan diagram Venn. Siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelompok lain. Siswa dan guru saling tanya jawab. Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang cara menyelesaikan masalah dengn konsep himpunan dan diagram Venn. Guru menugaskan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan diskusi pada pelajaran selanjutnya. Total waktu Alokasi Waktu 2’ 3’ 2’ 2’ 20’ 2’ 24’ 12’ 4’ 2’ 3’ 2’ 1’ 80’ 138 J. Sumber Belajar 6. Buku Matematika SMP Jilid VII Karangan Sukino dkk.2007. PT Erlangga 7. Buku Matematika SMP jilid VII Karangan M. Cholik dkk. 2007. PT Erlangga 8. Bahan diskusi kelompok 9. Kuis individual 10. Pengecekan kemampuan prasyarat. Alat-alat : 4. Bujur derajat. 5. Penggaris 6. Spidol K. Penilaian Hasil 1. Jenis penilaian : Tes tertulis, bentuk soal : Uraian. 2. Penilaian hasil belajar siswa mencakup aspek kemampuan penalaran matematika dari kuis individu yang dikerjakan setiap siswa. Nilai akhir kompetnsi dasar = 50% nilai kuis individu + 50% pekerjaan rumah. 5. Prosedur Penilaian Penilaian hasil belajar siswa mencakup penilaian proses dan penilaian akhir hasil belajar. Prosedur penilaian sebagai berikut : Penilaian Hasil Belajar. Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Menyajikan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah Teknik Penilaian Tes tertulis Penilaian Bentuk Instrumen/ Soal Instrumen 1. Uraian 50 Spdmotor motor Mobil Mobil Spd A 00 30 55 1515 B B Dari gambar di atas, a. n (A ) dan n (B) b. n (A B) c. n (A B ) d. n (A B)’ 139 2. Terdapat 25 siswa perempuan yang dikelompokkan menurut pilihan kesukaan “menjahit“ atau “memasak“. Ternyata terdapat 18 siswa perempuan suka menjahit, 13 suka memasak, dan 12 suka keduanya. Berapa siswa perempuan yang tiak suka menjahit dan memasak? 2) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan diagram Venn dan konsep himpunan Pedoman penskoran pada soal uraian No 1 2 Jawaban a. 30 dan 35, benar ................................................. b. 30,benar ............................................................ c. 35, benar .................................................................. d. 15, benar............................................................. a. Skor 2 1 1 1 25 masak jahit 12 Gambar diagram venn, benar......................................................... 2 b. 18 – 12 = 6, yang suka jahit saja 13 – 12 = 1, yang suka masak saja Siswa yang tidak suka keduanya 25 – ( 6 + 12 + 1) = 6, Benar ........................................................................................ 2 25 jahit 6 masak 12 1 6 c. Penempatan objek, benar ............................................................ Total skor 1 10 140 6. Instrumen penilaian : soal-soal kuis dan ulangan harian terlampir. Bekasi, 31 Mei 2013 Guru mata pelajaran Matematika, Minda Rossalina, S.Pd. Mahasiswa Peneliti, Aminah Zuhriyah, S.Pd. 141 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol) Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP Negeri 34 Kota Bekasi Matematika VII/Dua 10 x 40 menit (lima kali pertemuan) Standar Kompetensi : Geometri 5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan Ukurannya. Kompetensi Dasar 5.1. Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. A. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mengidentifikasikan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) 2. Menjelaskan pembagian garis. 3. Menjelaskan satuan sudut dan penjumlahan/pengurangan satuan sudut. 4. Menggambar dan mengukur besar sudut dengan menggunakan bujur derajat 5. Menjelaskan perbedakan jenis-jenis sudut (siku, lancip, tumpul, refleks). B. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa dapat : Pertemuan Pertama: Mengidetifikasikan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) Pertemuan Kedua: Menjelaskan pembagian garis. Pertemuan Ketiga: Menjelaskan satuan sudut dan penjumlahan/pengurangan satuan sudut Pertemuan keempat: Menggambar dan mengukur besar sudut menggunakan bujur derajat Pertemuan kelima : Membedakan jenis-jenis sudut (siku, lancip, tumpul, dan refleks). 142 Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility) C. Kemampuan Prasyarat Kemampuan prasyarat yang seharusnya dikuasai siswa sebelum belajar kompetensi dasar ini adalah siswa dapat menentukan hubungan antara dua garis, serta besar jenis sudut. D. Materi Pembelajaran 1. Kedudukan dua garis dan membagi garis 2. Satuan sudut dan sudut sebagai jarak putar 3. Menggambar dan menggambar dan mengukur besar sudut 4. Jenis-jenis sudut E. Metode Pembelajaran Pertemuan ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5 adalah ceramah, diskusi kelompok, penugasan, serta tanya jawab. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. I. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 No Kegiatan 1. Pendahuluan: Guru menkomunikasikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai oleh siswa Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan prasyarat siswa 2. Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa membuat kelompok baru yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Masing-masing kelompok ahli berdiskusi menyelesaikan LKS tentang materi kedudukan dua garis dan garis-garis sejajar, guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. Alokasi Waktu 2’ 3’ 1’ 1’ 20’ 2’ 143 3. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian menyimpulkan tentang pengertian dan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan). Siswa memppresentasikan hasil diskusi kelompok guru bertindak sebagai fasilitator. Melalui tanya jawab, siswa menjawab pertanyaan guru atas penguasaan siswa secara silang (misalnya siswa yang mengerjakan LKS.1 ditanya LKS.3 dan seterusnya). Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan). Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 24’ 12’ 4’ 2’ 3’ 5’ 1’ 80’ Pertemuan ke-2 No Kegiatan 1. Pendahuluan Guru menginformasikan kembali cara belajar dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Guru mengingatkan kembali materi yang sudah dipelajari. 2. 3. Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa yang telah berkelompok yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Siswa dalam kelompok ahli berdiskusi kembali menyelesaikan LKSt, guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian mengerjakan dan menyimpulkan tentang satuan sudut dan penjumlahan dan pengurang satuan sudut. Siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelompok lain. Siswa dan guru saling tanya jawab. Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang pembagian garis Alokasi Waktu 2’ 3’ 2’ 2’ 20’ 2’ 24’ 12’ 4’ 2’ 3’ 2’ 144 Guru menugaskan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan diskusi pada pelajaran selanjutnya. Total waktu 80’ Pertemuan ke-3 Alokasi Waktu No Kegiatan 1. Pendahuluan: Siswa diminta menyebutkan beberapa contoh sudut. Siswa diingatkan untuk mengumpulkan tugas yang diberikan. Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa menyiapkan diri dalam kelompok yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Masing-masing kelompok ahli berdiskusi menyelesaikan LKS tentang materi , guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian menyimpulkan tentang pemberian nama sudut dan perbedaan jenis-jenis sudut (siku, lancip, tumpul). Siswa memppresentasikan hasil diskusi kelompok guru bertindak sebagai fasilitator. Melalui tanya jawab, siswa menjawab pertanyaan guru atas penguasaan siswa secara silang (misalnya siswa yang mengerjakan LKS.1 ditanya LKS.3 dan seterusnya). Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. 2. 3. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang satuan sudut . Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 1’ 3’ 3’ 1’ 1’ 20’ 2’ 24’ 10’ 4’ 2’ 2’ 5’ 1’ 80’ Pertemuan ke-4 No Kegiatan 1. Pendahuluan Guru menginformasikan kembali cara belajar dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Guru mengingatkan kembali materi yang sudah dipelajari. Alokasi Waktu 2’ 145 2. 3. Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa yang telah berkelompok yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Siswa dalam kelompok ahli berdiskusi kembali menyelesaikan LKSt, guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian mengerjakan dan menyimpulkan tentang satuan sudut dan penjumlahan dan pengurang satuan sudut. Siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelompok lain. Siswa dan guru saling tanya jawab. Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang cara menggambar dan mengukur besar sudut dengan menggunakan bujur derajat Guru menugaskan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan diskusi pada pelajaran selanjutnya. Total waktu 3’ 2’ 2’ 20’ 2’ 24’ 12’ 4’ 2’ 3’ 2’ 1’ 80’ Pertemuan ke-5 No Kegiatan 1. Pendahuluan: Siswa diminta menyebutkan beberapa contoh sudut. Siswa diingatkan untuk mengumpulkan tugas yang diberikan. Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa menyiapkan diri dalam kelompok yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Masing-masing kelompok ahli berdiskusi menyelesaikan LKS tentang materi , guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. 2. Alokasi Waktu 3’ 3’ 1’ 1’ 20’ 2’ 146 3. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian menyimpulkan tentang pemberian nama sudut dan perbedaan jenis-jenis sudut (siku, lancip, tumpul). Siswa memppresentasikan hasil diskusi kelompok guru bertindak sebagai fasilitator. Melalui tanya jawab, siswa menjawab pertanyaan guru atas penguasaan siswa secara silang (misalnya siswa yang mengerjakan LKS.1 ditanya LKS.3 dan seterusnya). Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang perbedaan jenis-jenis sudut(siku, lancip, tumpul, dan refleks) . Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 24’ 10’ 4’ 2’ 2’ 5’ 1’ 80’ G. Sumber Belajar 8. Buku Matematika untuk SMP Kelas VII Karangan Sukino dkk. 2007 (PT Erlangga) 9. Buku Matematika SMP jilid VII. Karangan M. Cholik dkk. 2007 10. (PT Erlangga) 11. Lembar Kegiatan (LK) 12. Bahan diskusi kelompok 13. Lembar kuis individual Alat-alat : 1. Bujur derajat. 2. Penggaris 3. Spidol H. Penilaian 4. Jenis penilaian : Tes tertulis, bentuk soal : Pilihan Ganda 5. Penilaian hasil belajar siswa mencakup aspek penguasaan konsep Matematika, dari kuis individu yang dikerjakan setiap siswa. Nilai akhir kompetensi dasar = 50% nilai kuis individu + 50% pekerjaan rumah. 6. Prosedur Penilaian Penilaian hasil belajar siswa mencakup penilaian proses dan penilaian akhir hasil belajar. Prosedur penilaian sebagai berikut : 147 Penilaian Hasil Belajar Soal Pilihan Ganda Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Mengidentifikasik an ke-dudukan dua garis 2) Menjelaskan pembagian garis. Teknik Tes tertulis Penilaian Bentuk Instrumen/ Soal Instrumen Tes Pilihan 1. Apa yang dimaksud dengan Ganda garis sejajar. a. Dua garis yang berpotong. b. Dua garis yang terletak pada satu garis lurus. c. Dua garis yang tidak berpotongan. d. Dua garis yang melingkar. 2. l A B C D E gambar di atas,banyak garis Pada yang berimpit dengan garis l adalah.... c. 3 c. 5 d. 4 d. 6 3) Menggunakan satuan sudut dan penjumlahan / pengurangan satuan sudut 3. Hasil dari 93034’40” + 36013’33” - 29018’13” dinyatakan dalam derajat adalah..... a. 10.30 b. 10.50 100.30 d. 100.50 c. 3. Besar sudut yang dibentuk kedua jarum jam pada pukul 10.15 a. 11047’22” b. 11057’22” c. 12047’22” b. 12057’22” 4) Menggambar dan mengukur besar sudut dengan mrngguna-kan bujur derajat 4. Pada gambar di atas, berapa besar sudutnya 148 5) Menjelaskan perbedakan jenisjenis sudut 4. a. 450 c. 900 b. 600 d. 300 5. Ada berapa macam jenis sudut! a. 2 b. 3 c. 4 d. 5 Instrumen penilaian : soal-soal kuis dan ulangan harian terlampir. Bekasi, 31 Mei 2013 Guru mata pelajaran Matematika, Minda Rossalina, S.Pd. Mahasiswa Peneliti Aminah Zuhriyah, S. Pd. 149 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol) Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : : : : SMP Negeri 34 Kota Bekasi Matematika VII/Dua 4 x 40 menit (Dua kali pertemuan) Standar Kompetensi : Geometri 5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar 5.2. Memahami sifat-sifat sudut yang terbentk jika dua garis berpotong atau dua garis sejajar berpotong dengan garis lain. A. Indikator Pencapaian Kompetensi 4) Mengenal hubungan antarsudut. 5) Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga ( garis lain) 6) Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal B. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa dapat : Pertemuan Pertama: 3) Mengidentifikasi kedudukan sudut-sudut yang terjadi jika dua garis dipotong garis lain 4) Mendiskusikan kedudukan dua garis sejajar yang dipotong garis lain untuk menemukan sifat-sifat sudut yang terjadi menggunakan busur derajat Pertemuan kedua: 2) Menyelesaikan soal dengan menggunakan sifat-sifat sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility) 150 C. Kemampuan Prasyarat Kemampuan prasyarat yang seharusnya dikuasai siswa sebelum belajar kompetensi dasar ini adalah siswa dapat menentukan hubungan antara dua garis, serta besar jenis sudut. D. Materi Pembelajaran 1. Hubungan antarsudut dan kedudukan dua garis sejajar 2. Membagi garis menjadi n sama panjang 3. Menemukan sifat-sifat garis dan sudut E. Metode Pembelajaran Pertemuan ke-1, dan ke-2, adalah ceramah, diskusi kelompok, penugasan, serta tanya jawab. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-1 dan ke-2 No Kegiatan 1. Pendahuluan: Guru menkomunikasikan tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dicapai oleh siswa Guru menginformasikan cara belajar yang akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan prasyarat siswa Inti : Siswa berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok dibagikan tugas yang berbeda yaitu : LKS.1, LKS.2, LKS.3, LKS.4, LKS.5 dan LKS.6 Siswa membuat kelompok baru yang terdiri dari kelompok siswa yang memiliki tugas (LKS) yang sama misal siswa yang memiliki LKS.1 bergabung dengan dengan siswa yang memiliki LKS.1 dan seterusnya (disebut kelompok ahli) Masing-masing kelompok ahli berdiskusi menyelesaikan LKS tentang hubungan antarsudut dan menemukan sifat-sifat garis dan sudut, guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama dalam kelompok. Setelah guru memastikan bahwa setiap anggota kelompok ahli memahami dengan baik tugasnya, siswa kembali ke kelompok asal. Setiap anggota dari kelompok asal bergantian menjelaskan hasil diskusi di kelompok ahli sehingga setiap siswa memperoleh penjelasan dari LKS.1 sampai LKS.6, kemudian menyimpulkan tentang hubungan antarsudut, kedudukan sudut jika dua garis dipotong oleh garis lain dan kedudukan dua garis sejajar jika dua garis dipotong oleh garis lain. 2. Alokasi Waktu 2’ 3’ 1’ 1’ 20’ 2’ 24’ 151 3. Siswa memppresentasikan hasil diskusi kelompok guru bertindak sebagai fasilitator. Melalui tanya jawab, siswa menjawab pertanyaan guru atas penguasaan siswa secara silang (misalnya siswa yang mengerjakan LKS.1 ditanya LKS.3 dan seterusnya). Siswa bersama guru menvalidasi hasil diskusi kelompok. Guru memberikan tes kuis kepada setiap siswa secara individu. Akhir/penutup: Siswa membuat kesimpulan tentang hubungan antarsudut dan kedudukan dua garis dan menemukan sifat-sifat garis dan sudut. Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok (secara individu) sebagai pekerjaan rumah. Total waktu 12’ 4’ 2’ 3’ 5’ 1’ 80’ G. Sumber Belajar 1. Buku Matematika untuk SMP Kelas VII Karangan Sukino dkk. 2007 (PT. Erlangga). 2. Buku Matematika SMP jilid VII. Karangan M. Cholik. 2007. (PT Erlangga) 3. Lembar Kegiatan (LK) 4. Bahan diskusi kelompok 5. Lembar kuis individual Alat-alat : 1. Bujur derajat. 2. Penggaris 3. Spidok H. Penilaian 1) Jenis penilaian : Tes tertulis, bentuk soal : Pilihan Ganda 2) Penilaian hasil belajar siswa mencakup aspek penguasaan konsep matematika dari kuis individu yang dikerjakan setiap siswa. Nilai akhir kompetnsi dasar = 50% nilai kuis individu + 50% pekerjaan rumah. 3) Prosedur Penilaian Penilaian hasil belajar siswa mencakup penilaian proses dan penilaian akhir hasil belajar. Prosedur penilaian sebagai berikut : Penilaian Hasil Belajar 152 Soal Pilihan Ganda Indikator Pencapaian Kompetensi 1) Menjelaskan jenisjenis sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan dipotong oleh garis lain Penilaian Teknik Tes tertulis Bentuk Instrumen Tes Pilihan Ganda Instrumen/ Soal 1 A1 2 4 3 B 1 2 4 3 Berdasarkan gambar di atas, sudut-sudut dalam bersebe-rangan adalah........ a. A1 = B1 b. A2 = B3 c. A3 = B1 d. A2 = B4 2) Menggunakan sifatsifat sudut dan garis dalam menyelesaikan soal 2. Pada gambar di bawah, jika PRQ = 700 dan SQT = 800, maka nilai SQT adalah....... R T 700 P S a. 300 c. 450 3) Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga (garis lain) Q 800 b. 600 d. 900 3. Perhatikan gambar di bawah ini C 5a0 + 600 A 3a 0 O B Jika besar AOB = 1200, berapa besar BOC........ b. 450 c. 600 b. 300 d. 150 153 4. Instrumen penilaian : soal-soal kuis dan ulangan harian terlampir. Bekasi, 31 Mei 2013 Guru mata pelajaran Matematika, Minda Rossalina S.Pd. Mahasiswa Peneliti Aminah Zuhriyah S.Pd. 154 Lampiran 2 : Instrumen Penelitian Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematika Matapelajaran Kelas/Semester Pokok bahasan Alokasi waktu : : : : Matematika VII / 2 Himpunan 80 menit Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar ! 1. Dari sebanyak 20 siswa terdapat 10 anak gemar melukis, 14 anak mengarang dari 4 anak gemar kedua-duanya. Berapakah siswa yang gemar melukis saja? Buatlah gambar diagram venn-nya ! 2. Penduduk suatu kampung diketahui ada 182 jiwa berusia kurang dari 40 tahun, 128 jiwa berusia kurang dari 20 tahun, 85 jiwa berusia di antara 20 dan 40 tahun. Berapa banyak penduduk yang ada di perkampungan itu ? Buat diagram venn-nya ! 3. 40 dr. Spesialis dr. Umun A 17 x 21 9 B Dari gambar diagram di samping, dari pendataan pasien yang berobat jalan di klinik Mawar, adalah sebagai berikut : a. Berapa pasien yang berobat pada kedua dokter tersebut ? b. Dan ada berapa pasien yang berobat ke dr. Specialis dan dr. Umum saja ? 4. Suatu pengamatan dilakukan terhadap 50 keluarga yang hasilnya menyatakan bahwa 30 keluarga memiliki sepeda motor dan 35 keluarga memiliki mobil. Jika ternyata ada 15 keluarga yang tidak memiliki sepeda motor maupun mobil, berapakah banyaknya keluarga yang memiliki sepeda motor dan mobil ? 5. Pada suatu agen tercatat 30 orang berlangganan koran dan majalah, 25 orang berlangganan koran, 15 orang berlangganan majalah. a. Berapa orang yang berlangganan kedua-duanya ? b. Buatlah diagram venn dari data di atas ! 155 6. Di suatu kota terdapat 100 pedagangan, 75 orang berjualan pakaian, 50 orang berjualan makanan, 28 orang berjualan kedua-duanya dan ada berapa orang yang tidak berjualan pakaian dan makanan. Buatlah diagram venn yang paling tepat untuk situasi tersebut ! 7. Dalam suatu kandang terdapat 100 ekor ayam, dimana 45 ekor adalah ayam jantan dan 25 diantaranya berwarna hitam. Yang berwarna hitam seluruhnya 60 ekor. Berapa ekorkah ayam betina yang tidak berwarna hitam ? 8. Di suatu kota di Indonesia, semua orang berbicara dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Apabila 75% dapat berbahasa Indonesia dan 45% dapat berbahasa Inggris, berapa persen yang dapat berbicara dalam dua bahasa ? 9. Terdapat 30 pengendara sepeda motor yang terkena tilang, pengendara yang tidak membawa SIM ada 15 orang, 17 orang pengendara tidak membawa STNK, dan 5 pengendara melakukan pelanggaran lain. Berapa banyak pengendara yang terkena tilang, tetapi membawa SIM atau membawa STNK? Bagaimana gambar diagram venn-nya ? 10. 50 Spd motor Mobil A 10 20 5 15 B Dari gambar di samping, tentukan : a. n (A ) dan n (B) b. n (A B) c. n (A B ) d. n (A B)’ 156 Instrumen Tes Penguasaan Konsep Matematika Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Alokasi Waktu : : : : Matematika VII/2 Sudut Dan Garis 80 menit Berilah tanda silang (X) di depan huruf jawaban yang benar ! H 1. G E F D C A 2. 3. 4. Dari kubus ABCD.EFGH berikut, rusuk horisontal yang tegak lurus dengan DC adalah.... a. AD dan BC b. AB dan AE c. HD dan GC d. BF dan EF B 30 Hasil dari =.......’, adalah 4 a. 45’ b. 60’ c. d. 4,5’ 6,0’ Hasil dari 93034’40” + 36013’33” – 29018’13” dinyatakan dalam derajat adalah........ a. 10,30 c. 100,3 b. 10,50 d. 100,5 A B C D l Pada gambar di atas, banyak garis yang berimpit dengan garis l adalah .... a. 3 c. 5 b. 4 d. 6 5. (i) (ii) (iii) (iv) 157 Pada gambar di atas, garis-garis yang bersilangan adalah .... a. (i) c. (iii) b. (ii) d. (iv) 6. A B 1 2 3 4 1 2 3 4 Berdasarkan gambar di atas dapat dinyatakan bahwa.... (i) A2 dan B2 adalah sudut-sudut sehadap (ii) A2 dan B1 adalah sudut-sudut dalam berseberangan (iii) A1 dan B4 adalah sudut-sudut luar sepihak (iv) A2 dan B4 adalah sudut-sudut luar berseberangan Dari pernyataan-pernyataan di atas, yang benar adalah .... a. (i), (ii), (iii) c. (i), (iii), (iv) b. (i), (ii), (iv) d. (ii), (iii), (iv) B 7. 115 D 0 E F A 8. Pada gambar di samping, besar CFE = .... a. 550 b. 650 c. 900 d. 1150 C Diketahui pernyataan-pernyataan berikut : (i) Dua garis yang horisontal dapat saling tegak lurus (ii) Dua garis yang vertikal dapat saling tegak lurus (iii) Garis horisontal dan vertikal dapat saling tegak lurus (iv) Jika dua garis saling tegak lurus, maka pasti yang satu horizontal dan yang selain vertikal Dari pernyataan-pernyataan di atas yang benar adalah : a. (i), (ii) c. (ii), (iii) b. (i), (iii) d. (ii), (iv) 9. 15q0 450 9p0 Pada gambar di samping, nilai p + q = .... a. 9 b. 15 c. 21 d. 24 158 10. Berikut ini yang merupakan sudut refleks adalah........ 1 5 a. putaran penuh c. sudut lurus 3 6 1 5 b. sudut lurus d. putaran penuh 4 6 11. Jika jarum panjang dan jarum pendek sebuah jam membentuk sudut 1200, waktu menunjukkan pukul............. a. 9.00 atau 7.00 c. 14.00 atau 7.00 b. 4.00 atau 8.00 d. 2.30 atau 9.30 12. Pada gambar di samping diketahui c = 60. Nilai b + d = .... a. 120 b. 180 c. 240 d. 30 b0 a0 d 0 c0 E 13. A F B C G H Pada gambar di samping, jika PRQ = 700 dan SQT =800, maka besar SQT =..... a. 300 b. 500 c. 700 d. 900 R 14. 70 0 T 800 P S 15. (2x + 10)0 (5x – 5)0 P 16. S Q D Pada gambar di samping, besar CBE = 820 36’15”. Besar DCH = ...... a. 97023’45” b. 97024’45” c. 98023’45” d. 98024’45” T R Nilai x pada gambar di samping adalah........ a. 120 b. 60 c. 30 d. 25 Pada gambar di samping ST // QR, P =400 dan PST = 350. Besar QRT =..... a. 750 b. 800 c. 950 d. 1050 159 17. Bagian dari hubungan antara sudut adalah........ a. sudut pelurus c. sudut saling bertolah belakang b. sudut berkomplemen d. a, b, c, benar 18. S V 6a0 3a0 T U 19. C A 20. 5a0 + 600 O A1 3a0 2 4 3 B 1 2 4 3 B Pada gambar di atas, besar penyiku UTV adalah ..... a. 300 b. 400 c. 600 d. 900 Dari gambar di atas, AOC =......... a. 150 b. 750 c. 1350 d. 1500 Berdasarkan gambar di samping sudut-sudut dalam berseberangan adalah....... a. A1 dan B3 b. A4 dan B1 c. A4 dan B2 d. A3 dan B3 160 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematika 1. Diketahui : S = ada siswa 20 anak, Banyaknya anak gemar melukis = 10 orang Banyaknya anak gemar mengarang = 14 orang Banyaknya anak gemar kedua-duanya = 4 orang Ditanya : Berapakah siswa yang gemar melukis saja, Buatlah gambar diagram Vennnya. Jawaban : Banyaknya anak gemar melukis n(A) = 10 – 4 = 6 anak. Banyaknya anak gemar mengarang n(B) =14 – 4 = 10 anak. Gambar Diagram venn-nya 20 6 Melukis 2. 4 10 Mengarang Diketahui : Banyaknya perempuan yang dikelompokkan dalam kesukaan n(S) = 25 orang Banyaknya perempuan suka menjahit n(A) = 18 orang Banyaknya perempuan suka memasak n(B) = 13 orang Banyaknya perempuan yang suka kedua-duanya n (A B) = 12 orang Ditanya : Berapa perempuan yang tidak suka menjahit dan memasak ? Jawaban : n(A) - n(A B) = 18 – 12 = 4 orang n(B) - n(A B) = 13 – 12 = 1 orang Jadi, n(A B)’ = n(S) – n(A) + n(B) + n(A B) = 25 – 4 + 1 + 12 = 7 orang yang tidak suka menjahit dan memasak. 161 3. Diketahui Banyak pasien berobat ke klinik mawar n(S) = 40 Ditanya : a. Berapa banyaknya pasien berobat ke dokter spesialis n(A) ? Jawaban : 17- x + x + 21 – x + 9 = 40 -x + 47 = 40 -x = 40 – 47 -x = -7 = 7 orang pasien yang berobat dokter spesialis Jadi, banyaknya pasien yang berobat ke dokter spesialis n(A) = 7 orang. b. 4. Ada berapa pasien yang berobat ke dokter spesialis dan dokter umum saja ? Jawaban : banyaknya pasien ke dr spesialis n(A) = 17 – 7 = 10 orang pasien, dan banyaknya pasein yang berobat ke dr umum n(B) = 21 – 7 = 14 orang pasien. Diketahui : banyaknya keluarga n(S) = 50 keluarga, banyaknya keluarga memiliki sepeda motor n(A) = 30 keluarga, banyaknya keluarga memiliki mobil n(B) = 35 keluarga, banyaknya keluarga yang tidak memiliki sepeda motor dan mobil n(A-B)’= 15 keluarga Ditanya : Berapa banyaknya keluarga yang memiliki sepeda motor dan mobil ? Jawaban : 30 - x + x + 35 - x + 15 = 50 -x = 50 – 70 -x = -20 -x = 20 Jadi banyaknya keluarga yang memiliki sepeda motor dan mobil adalah 20 keluarga. 5. Diketahui Banyaknya orang berlangganan koran dan majalah n (S) = 30 orang Banyaknya orang koran n(A) = 25 orang, banyaknya orang berlangganan majalah n(B) = 15 orang Ditanya : a. Berapa orang yang berlangganan kedua-duanya ? 162 Jawaban : 25 – x + x + 15 – x = 30 -x = 30 – 40 -x = -10 -x = 10 jadi, yang berlangganan koran dan majalah adalah = 5 orang, yang berlangganan koran = 25 -10 = 15 orang, yang berlangganan majalah = 15 – 10 = 5 0rang 6. Diketahui : Banyaknya pedagang n(S) = 100, Banyaknya orang berjualan berpakaian n(A) = 75, Banyaknya orang yang berjualan makanan n(B) = 50, Banyaknya orang berjualan kedua-duanya n(AB) = 28 Ditanya : Ada berapa orang yang tidak berjualan pakaian dan makanan ? Jawaban : n(A) - n(AB) = 75 - 28 = 47 orang yang berjualan pakaian saja n(B) - n(AB)= 50 - 28 = 22 orang yang berjualan makanan saja Jadi, n(S) - (n(A) + n(B) + n(AB)) = 100 - (47 + 22 + 28) = 100 - 97 = 3 orang yang tidak berjualan pakaian dan makanan 7. Diketahui : Banyaknya orang yang gemar makan apel n(A) = 74% Banyaknya orang yang gemar makan jeruk n(B) = 68% Ditanya : Berapa persen orang-orang di perumahan tersebut gemar memakan apel dan jeruk n(A B)? Jawaban : 74% - x + x + 68% - x = 100 142 - x = 100% -x = 100% - 142% -x = -42% -x = 42% , Jadi, banyaknya orang-orang di perumahan tersebut gemar memakan apel dan jeruk n(A B) = 42 %, n(A) = 74% - 42% = 32% gemar makan apel saja, n(B) = 68% - 42% = 26% gemar makan jeruk saja. 163 8. Diketahui : Banyaknya ayam dalam kandang n(S) = 100 ekor ayam Banyaknya ayam jantan n(A) = 45 (diantaranya n(A B) = 25 ekor ayam warna hitam ) Banyaknya ayam berwarna hitam n(A B) = 60 ekor ayam Ditanya : Berapa ekorkah ayam yang tidak berwarna hitam Jawaban : Cari jumlah ayam jantan yang tidak hitam n(A-B) = n(A) – n(A B) = 45 – 25 = 20 Cari jumlah ayam betina n(A B) = n(A) + n(B) 100 = 45 + n(B) 100 - 45 = n(B) 55 = n(B) Cari jumlah ayam betina warna hitam : 60 – 25 = 35 Cari jumlah ayam betina tidak hitam : n(B-A) = n(B) – n(A B) = 55 – 35 = 20 Gambar Diagram Vennnya 100 jantan bukan hitam 20 9. betina bukan hitam 60 20 Diketahui : Pengendara yang kena tilang n(S) =30 orang, Banyaknya pengendara tidak membawa SIM n(A) = 15 orang, Banyaknya pengendara tidak membawa STNK n(B) = 17 orang Banyaknya pengendara yang melakukan pelanggaran lain n(A B)’ = 5 orang 164 Ditanya : Berapa banyak pengendara yang terkena tilang, tetapi membawa SIM dan STNK ? n(A B) 15 – x + x + 17 – x + 5 = 30 -x + 37 = 30 -x = 30 – 37 -x = -7 x = 7 n(A) - n(A B) 15 – 7 = 8 orang pengendara yang tidak membawa SIM n(B) - n(A B) 17 - 7 = 10 orang pengendara yang tidak membawa STNK Gambar Diagram Venn SIM 8 STNK 7 10 5 10. Diketahui : Banyaknya keluarga n(S) = 50 keluarga Banyaknya keluarga memiliki sepeda motor n(A) = 30 keluarga Banyaknya keluarga yang memiliki mobil n(B) = 35 keluarga Banyaknya keluarga tidak memiliki sepeda motor dan mobil n(A B) = 15 keluarga Ditanya : Berapakah banyaknya Mobil n(A B) keluarga yang memiliki sepeda motor dan Jawaban : n(A B) = 30 – x + x + 35 – x + 15 = 50 -x + 80 = 50 - 80 -x = -30 x = 30 Jadi, banyaknya keluarga yang memiliki sepeda motor dan mobil n(A B) = 30 keluarga 165 Kunci Jawaban Instrumen Tes Penguasaan Konsep Matematika 1. (c) HD dan GC 11. (c) 14.00 atau 7.00 2. (a) 450 12. (c) 2400 3. (c) 100,30 13. (a) 97023’45” 4. (c) 5 14. (a) 300 5. (c) (iii) 15. (d) 250 6. (c) (i), (iii), (iv) 16. (d) 1050 7. (b) 650 17. (d) a, b, c benar 8. (d) (ii), (iv) 18. (a) 300 9. (d) 24 19. (a) 150 10. (d) 5 putaran penuh 6 20. (c) A4 dan B2 166