Uploaded by Faza Nur Fuadina

TEORI dan METODOLOGI SOSIOLOGI

advertisement
TEORI dan
METODOLOGI
SOSIOLOGI
TEORI SOSIOLOGI
Teori, Paradigma, dan Penjelasan Sosiologis
Apa itu teori?
Jonathan H. Turner
Kornblum
“Penjelasan mengapa suatu peristiwa
tertentu terjadi”
“Penjelasan sebab akibat terjadinya
suatu gejala yang diamati”
Penjelasan yang dimaksud keduanya adalah penjelasan ilmiah yang intinya “to explain why”
(Turner) dan “to explain the causes” (Kornblum).
Dijelaskan (akibat)
Variabel tergantung
(dependent)
Penyebab (penjelas)
Variabel bebas
(independent)
Faktor
Penjelasan Fungsional
Pencarian fungsi suatu
fakta sosial
Penjelasan Kausal
Mencari sebab-sebab
terjadinya suatu fakta
sosial
Penjelasan Sosiologis
Menurut Durkheim
Pertanyaan pokok yang mendorong para ahli sosiologi mempelajari tentang
masyarakat adalah pertanyan Thomas Hobbes yang dikenal dengan nama the
problem of order
Di masa hidup Hobbes, Eropa dilanda perang terus menerus. Hobbes
mengkhawatirkan apabila keadaan dibiarkan terus menerus seperti ini, manusia
akan punah. Kemudian ia mengajukan pertanyaan “How and why is society possible?”
Sosiologi mempunyai banyak ilmu dan paradigma (kerangka berpikir). Oleh karena
itu sosiologi dikenal sebagai ilmu berparadigma majemuk. Sebagaimana kita
temukan banyak ahli sosiologi, dengan sudut pandang yang berbeda-beda, berusaha
menjawab “the problem of order” tersebut. Diantaranya Berger, C. Wright Mills,
Collins, dsb.
Klasifikasi Teori Sosiologi
Collins mengidentifikasi 4 tradisi sosiologi :
1.
Tradisi Konflik : Marx, Engels, Weber, Dahrendorf, Lenski,
Collins.
2.
Tradisi Rasional/utiliter : Homans, March dan Simon, Schelling,
Olson, dan Coleman.
3.
Tradisi Durkheim : Durkheim, Hubert dan Mauss, Levi-Strauss,
Goffman, Hagstrom, dan Douglas.
4.
Tradisi Mikrointeraksi : Cooley, Mead, Blumer, Mehan dan
Wood
Klasifikasi sosiologi berdasarkan luasnya ruang lingkup pokok bahasan
(Collins 1988) :
1.
Makrososiologi : evolusionisme, teori system, ekonomi politik, konflik, dan
perubahan sosial
2.
Mesososiologi : Hubungan mikro-makro, teori jaringan, dan organisasi.
3.
Mikrososiologi : ritual interaksi, diri, pikiran, dan peran sosial, definisi
situasi dan konstruksi sosial terhadap realitas, strukturalisme dan
sosiolinguistik, serta pertukaran sosial dengan teori terkait.
Klasifikasi lain menekankan pada perbedaan aliran pemikiran (Ritzer, 1992).
Aliran-aliran utama sosiologi yang dicatat Ritzer adalah :
1.
Fungsionalisme struktural dan teori konflik
2.
Teori sosiologi Neo-Marxis
3.
Interaksionisme simbolik
4.
Sosiologi fenomenologi dan etnometodologi
5.
Teori pertukaran dan sosiologi perilaku
6.
Teori feminis masa kini
7.
Teori sosiologi struktural
Teori Fungsionalisme Klasik
1.
Durkheim
Mekanik
Ikatan Solidaritas
Organik
Dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana,
laksana kohesi benda-benda mati. Masyarakat
hidup tersebar dan terpisah satu sama lain.
Dijumpai pada masyarakat yang kompleks, laksana
kohesi benda-benda hidup. Mengenal pembagian
kerja dan saling ketergantungan laksana
kesalingtergantungan Antara bagian suatu
organisme biologis.
Durkheim membahas tentang konsep fungsi dam menggunakannya dalam analisis berbagai pokok
pembahasannya. Dalam bukunya The Division of Labor in Society (1964) Durkheim membahas fungsi
pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam bukunya The Rules of Siciological Method (1965) Durkheim
mengemukakan bahwa fakta sosial dapat dijelaskan dengan mempelajari fungsinya. Dalam buku The
elementary Forms of the Religious Life Durkheim (1966) menjelakan tentang fungsi agama.
2. Dahrendrof
Analogi organik banyak digunakan penganut teori fungsionalitas. Gambaran yang disajikan
Dahrendrof tentang pokok teori fungsionalitas :
•
Setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil
•
Mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik
•
Setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan sumbangan pada terpeliharanya
masyarakat sebagai suatu sistem
•
Setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus mengenai nilai dikalangan para
anggotanya
3. Auguste Comte
Beliau—Bapak Sosiologi—mencetuskan positivisme, pembagian kerja antara
statika sosial & dinamika sosial, dan organisisme yang menampilkan kesalinngterkaitan
yang erat.
Untuk mendukung pandangannya, Comte meminjam konsep ilmu biologi untuk
pendekatan organiscism-nya. Dengan menggunakan analogi organisme individu untuk
menjelaskan masyarakat, Comte meyamakan struktur keluarga dengan struktur unsur
atau sel, kelas atau kasta dengan jaringan, dan kota atau komun dengan organ. Dengan
sendirinya Comte sadar perbedaan organisme biologis dan masyarakat, seperti ikatan
pada organisme sosial tidak berwujud fisik melainkan terdiri atas ikatan-ikatan batin.
4. Herbert Spencer
Spencer melakukan perbandingan antara organisme individu dan organisme sosial, serta
mengamati bahwa sebagaimana halnya dengan organisme biologis, masyarakat pun
berkembang secara evolusioner dari bentuk sederhana menjadi kompleks. Dalam proses ini,
menurut Spencer, terjadi pula diferensiasi fungsi; terjadinya perubahan struktur disertai dengan
perubahan fungsi.
5. A.R. Radcliffe-Brown
Beliau juga menguraikan bahwa konsep fungsi didasarkan pada analogi antara kehidupan
sosial dan kehidupan organik.
6. Broniaslaw Malinowski
Beliau juga menggunakan pendekatan fungsionalitas. Menurutnya, setiap unsur kebudayaan
mempunyai fungsi penting.
Teori Fungsionalisme Modern
1.
Talcott Parsons
Parsons mengembangkan analisis fungsional dan secara sangat rinci dan menggunakannya
dalam karya-karyanya. Ia menguraikan fungsi sebagai berbagai struktur bagi
dipertahankannya system sosial. Karya pandangan Parsons yag terkenal ialah kajiannya
mengenai fungsi struktur bagi dipecahkannya masalah : adaptasi, pencapaian tujuan,
integrasi, pemeliharaan pola, dan pengendalian ketegangan.
2. Robert K. Merton
Melakukan rincian lebih lanjut dalam analisis fungsional dengan memperkenalkan konsep
fungsi, disfungsi, fungsi laten, dan fungsi manifest. Menurut Robert ini perlu, karena tokoh
fungsionalisme sebelumnya hanya menitikbertakan perhatian pada konsep fungsi saja dan
mengabaikan disfungsi dan fungsi laten.
Teori Awal : Karl Marx
Teori Kelas
Sejarah masyarakat hingga kini adalah sejarah perjuangan kelas. Dengan
munculnya kapitalisme, terjadi pemisahan tajam (membentuk kelas)
antara mereka yang menguasai alat produksi (borjuis) dan mereka yang
hanya mempunyai tenaga (Proletar). Dari sinilah timbul konflik. Menururt
ramalan Marx, kaum proletar akan memenangkan perjuangan kelas ini
dan menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Alienasi
Marx juga mengembangkan konsep alienasi. Marx melihat bahwa sejarah
manusia memperlihatkan peningkatan penguasaan menusia terhadap
alam serta peningkatan alienasi manusia.
Tokoh Modern : Ralf Dahrendorf
Gambaran Dahrendrof mengenai asumsi-asumsi utama teori konflik
adalah :
1.
Setiap masyarkat tunduk pada proses perubahan; perubahan
terjadi dimana-mana
2.
Disensus dan konflik terdapat dimana-mana
3.
Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada
disintegrasi dan perubahan masyarakat
4.
Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang
anggota terhadap anggota lain
Dalam tulisannya mengenai kelas dan konflik kelas dalam masyarakat. Dahrendorf menolak pendapat
Marx bahwa perubahan sosial tidak hanya disebabkan oleh faktor dari dalam masyarakatnya (konflik
sosial). Dahrendorf melihat bahwa kelas sosial tidak selalu terlibat dalam konflik. Menurutnya,
masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi yang didasarkan pada kekuasaan dan dominasi. Karena
perbedaan kepentingan antara penguasa dengan yang dikuasai inilah sebab timbulnya konflik.
Tokoh Modern : Lewis Coser
Coser menyatakan bahwa “conflict binds antagonists” – kelompok yang mempunyai
kepentingan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan dapat bersatu meghadapi
lawan bersama. Disini berarti konflik mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Menurut
Coser konflik adalah “perjuangan mengenai nilai serta tuntutan atas status, kekuasaan, dan
sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan, mencederai atau
melenyapkan lawan”. Tapi kajian Coser terbatas pada fungsi positif dari konflik, yaitu
dampak yang megakibatkan peningkatan dalam adaptasi hubungan sosial atau kelompok
tertentu.
Asas pertukaran sering kita jumpai dalam suatu hubungan sosial. Oleh sejumlah ahli asas
pertukaran ini dikembangkan menjadi teori untuk menjelaskan ada-tidaknya hubungan
sosial.
Turner meringkas pokok pikiran teori pertukaran sebagai berikut :
1. Manusia selalu berudaha mencari keuntungan dalam transaksi sosialnya dengan orang
lain.
2. Dalam transaksi sosial manusia melakukan penghitungan untuk rugi
3. Manusia cenderung menyadari adanya berbagai alternative yang tersedia baginya
4. Manusia bersaing satu dengan yang lain
5. Hubungan pertukaran secara umum antarindividu berlangusng dalam hapir semua
konteks sosial; dan individu pun mempertukarkan berbagau komoditas tak berwujud
seperti perasaan dan jasa.
Teori Pertukaran Klasik
Berakar pada ahli filsafat sosial abad ke-18, dimana berkembang pemikiran utilitarian yang
diantaranya dipelopori oleh Jeremy Bentham. Menurutnya, prinsip kemanfaatan (utility)
terdiri atas mereka yang mengukur baik buruknya suatu tindakan dengan melihat pada
penderitaan dan kesenangan yang dihasilkan.
Menurut beberapa ahli antropologi Inggris, inti teori ini adalah bahwa manuasi adalah
makhluk yang mencari keuntungan dan menghindari biaya; manusia dalam perspektif para
penganut teori pertukaran merupakan makhluk pencari imbalan.
Dalam perkembangannya, teori ini mulai meninggalkan beberapa asumsi utama aliran
utilirarianisme. Dimana teori pertukaran bukan lagi hanya sebatas komoditas material saja,
namun dapat pula mengejar dan mempertukarkan komoditas nonmaterial seperti jasa,
perasaaan, dan sebagainya.
Teori Pertukaran Modern
George C. Homans.
Pertukaran yang berulang-ulang mendasari hubungan sosial yang berkesinambungan antara
orang tertentu. Seseorang akan melakukan suatu tindakan manakala tindakan tersebut
makin sering disertai imbalan. Dari proses pertukaran semacam inilah, menurut Homans,
muncul organisasi sosial, baik berupa kelompok, institusi, maupun masyarakat. Homans
cenderung membatasi analisisnya pada Homans juga cenderung berpendapat bahwa semua
interaksi melibatkan pertukaran.
Peter Blau.
Blau menyatakan bahwa tidak semua interaksi melibatkan pertukaran.
Turner mencata bahwa para ahli penganut teori interaksionisme sepakat bahwa :
a.
Terdapat kesepakatan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu
menciptakan dan menggunakan simbol.
b.
Manusia memakai simbol untuk saling berinteraksi.
c.
Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (role taking)
d.
Masyarakat tercipta, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan manusia
untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan renungan, dan untuk
melakukan evaluasi.
Interaksionisme Simbolik Klasik
George Simmel: berpandangan bahwa muncul dan berkembangnya kepribadian seseorang tergantung pada
jaringan hubungan sosial (web group of affiliations) yang dimilikinya, yaitu pada keanggotaan
kelompoknya.
Max Weber: sosiologi ialah ilmu yang berusaha memahami tindakan sosial dan dengan mendefinisi dan
membahas konsep dasar yang menyangkut interaksi seperti tindakan, tindakan sosial dan tindakan
nonsosial, serta hubungan sosial
Interaksionisme Simbolik Modern
William James
Perasaaan seseorang mengenai dirinya sendiri, seseorang muncul dari interaksi nya dengan orang lain.
Charles Horton Cooley
diri seseorang berkembang dalam interaksinya dengan orang lain
John Dewey
pandangannya menyatakan seseorang berkembang dalam rangka usahanya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan pikiran tersebut ditunjang oleh interaksinya dengan orang lain.
George Herbert Mead
Mead mengembangkan teori dari ahli sebelumnya, Mead secara rinci membahas hubungan antara pikiran
seseorang, dirinya, dan masyarakat. Sumbangan pikiran penting Mead antara lain terletak pada
pandangannya bahwa diri seseorang berkembang melalui tahap play, the game, dan generalized other, dan
bahwa dalam proses perkembangan diri ini seseorang belajar mengambil peran orang lain.
W.I. Thomas. W.I
Manusia tidak langsung memberikan tanggapan(response) terhadap rangsangan (stimulus) sebagaimana
halnya makhluk lain
Interaksionisme simbolik modern
(lanjutan)
•
Menurut Peter Berger, dia membagi hubungan antara individu dan
masyarakat
•
1. Eksternalisasi
•
2. Objektivasi
•
3. Internalisasi
Perkembangan Mutakhir dalam Teori
Sosiologi
•
Menurut Ritzer 1992, perkembangan dalam teori sosiologi
menurutnya berlangsung sejak tahun 80an. Ritzer mencurahkan
perhatiannya pada 3 perkembangan
•
1. Kaitan mikro-makro (micro-macro linkage) dalam sosiologi di
Amerika Serikat
•
2. Hubungan antara agency dan structure dalam sosiologi di Eropa
•
3. Sintesis Teori
(lanjutan)
•
Menurut Ritzer, teori sosiologi di Amerika Serikat ditandai oleh apa yang
dinamakan ekstremisme mikro-makro, yaitu konflik antara teori dan teoritikus
ekstrem mikro dan ekstrem makro.
•
Namun pada tahun 80an dalam sosiologi Amerika telah terjadi gerakan ke arah
integrasi mikro makro.
•
Berbeda dengan sosiologi di Amerika, di Eropa para ahli sosiologi
mengupayakan integrasi agency-structure
•
Sintesis antara berbagai teori sosiologi merupakan kecenderungan ketiga yang
menurut Ritzer berlangsung secara gencar sejak tahun 80an
METODE SOSIOLOGI
1.
Perumusan Masalah
 Perumusan
masalah merupakan suatu rumusan yang mempertanyakan suatu
fenomena.
 Tinjauan pustaka
yaitu tinjauan terhadap bahan-bahan pustaka yang ada di
bidang yang bersangkatan agar dapat mengetahui temuan-temuan apa sajakah
yang sebelumnya pernah ditemukan oleh ahli sosiologi lainnya.
 Fungsi
: 1) Sebagai pendorong suatu penelitian
2) Sebagai pedoman
3) Sebagai penentu jenis data yang diperlukan
4) Sebagai penentu responden yang diperlukan
2.
Tahap Penyusunan Desain Penelitian dan Pengumpulan Data
 Desain
Penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan
penelitian.
3.
Analisis Data dan Penulisan Hasil Akhir
Analisis Data Kuantitatif, dibagi menjadi:
 Analisis
data univariate
Analisis data univariat adalah analisis yang hanya menggunakan satu gejala atau
satu variable. Analisis ini biasanya menghasilkan data yang memberikan
gambaran mengenai suatu gejala.
 Analisis
data bivariat atau multivariate
Analisis data bivariat adalah analisis yang meneliti hubungan antara dua variable
sedangkan analisis multivariat adalah analisis yang meneliti hubungan antara
lebih dari dua variabel. Kedua analisis ini memungkinkan peneliti untuk
menjelaskan hubungan kausalitas.
Analisis Data Kualitatif (Miles dan Huberman, 1992)
Reduksi Data
•Seleksi Data
•Ringkasan
•Penggolongan
Penarikan Kesimpulan
•Memikir ulang selama penulisan
•Tinjauan ulang catatan lapangan
•Tinjauan kembali dengan peneliti lainnya
•Penempatan salinan suatu temuan pada
seperangkat data yang lain
Penyajian Data
•Teks Naratif
•Grafik atau Bagan
4. Metode-Metode Utama Pengumpulan Data
 Penelitian survai
adalah suatu jenis penelitian yang didalamnya hal yang hendak
diketahui peneliti dituangkan dalam suatu daftar pertanyaan baku.
 Pengamatan
merupakan suatu metode penelitian non survai, dimana peneliti
mengamati secara langsung para subyek penelitiannya.
Tipologi pengamatan berdasarkan peranan pengamat (Denzin 1970, Lin 1976, dan
Ritzer 1980):
1)
Complete participant
2)
Complete participant-as-observer
3)
Observer as participant
4)
Complete observer
Metode-Metode Utama Pengumpulan Data (2)
 Riwayat
hidup merupakan suatu Teknik pengumpulan data dalam sosiologi yang
mengungkapkan data penting mengenai pengalaman subyektif yang penting bagi
pengembangan teori sosiologi
 Studi
kasus adalah penelitian yang meneliti berbagai segi kehidupan social suatu
kelompok social secara menyeluruh.
 Analisis
isi adalah penelitian dengan cara menganalisis isi berbagai dokumen
secara kuantitatif.
 Penggunaan
data yang tersedia adalah penelitian yang memanfaatkan data yang
telah disediakan oleh pihak lain.
 Eksperimen
adalah penelitian antara kelompok yang diberikan perlakuan berbeda
yang kemudian dibandingkan untuk melihat perbedaanya.
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
Data
Dapat diukur
Mengutamakan kualitas
Sifat
Deskriptif
Kausalitas
Cakupan wilayah
Luas
Sempit
Waktu dan Kontribusi
Sedikit
Banyak
Metode yang digunakan Eksperimen,
Penggunaan data yang
tersedia, analisis isi
Pengamatan
Etika Penelitian
 Diener
dan Crandall (1978) mendeskripsikan etika penelitian social sebagai
“sekumpulan kaidah yang membantu peneliti untuk menjunjung tinggi nilai-nilai,
dan yang memberi petunjuk mengenai tujuan penelitian mana yang penting serta
untuk menyelesaikan pertentangan dalam nilai-nilai dan tujuan penelitian.”
 Fungsi
etika penelitian
1)
Untuk memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat yang menjadi
obyek penelitian.
2)
Memberi petunjuk bagi para peneliti dalam melaksanakan tanggungjawabnya
Etika Dalam Pengumpulan Data
Babbie (1973) menyatakan ada empat hal yang berkaitan dengan etika dalam
pengumpulan data, yaitu :
1)
Peneliti tidak boleh memaksa seseorang untuk ikut serta dalam suatu penelitian,
2)
Peneliti dilarang memberikan keterangan menyesatkan tentang maksud dan
tujuan penelitian,
3)
Peneliti tidak boleh membawa cedera bagi para objek penelitian,
4)
Peneliti wajib melindungi identitas objek penelitian,
5)
Peneliti dituntut untuk menyajikan hasil penelitian secara jujur, tanpa
merekayasa fakta.
Hubungan Metode, Teori dan Paradigma Sosiologi
Menurut Ritzer sosiologi merupakan ilmu yang berparadigma majemuk,
karena mempunyai tiga paradigm yaitu paradigm fakta social, paradigm definisi
social, dan paradigm perilaku social. Menurutnya ketiga paradigm tersebut
dibedakan satu dengan yang lain dalam tiga hal: 1) exemplar, 2) teori, dan 3)
metode.
Hubungan Metode, Teori dan Paradigma Sosiologi (2)
Paradigma
Paradigma fakta sosial
Paradigma definisi
sosial
Paradigma perilaku
social
Orientasi
Karya Durkheim
Karya Max Weber
Karya Skinner
Pokok Bahasan
Fakta sosial
Definisi situasi serta
dampaknya terhadap
tindakan sosial
Perilaku manusia serta
imbalan dan hukuman
yang mempengaruhinya
Teori
Struktur-fungsi dan
konflik
Weber, Parsons,
Perilaku social dari
Maclver,Mead, Cooley, Burgess dan Bushell
Thomas, Blumer,
Schutz, Husserl, dan
Garfinkel
Metode Penelitian
Survai
Pengamatan
Eksperimen
Perkembangan Mutakhir Dalam Metode Penelitian
Sunarto (1996) mengemukakan dalam dua dasawarsa terakhir telah
berkembang berbagai metode penelitian baru dalam ilmu-ilmu social. Beberapa
diantaranya:
1)
Rapid Rural Appraisal (RRA)
2)
Rapid Urban Appraisal (RUA)
3)
Participatory Rural Appraisal (PRA)
4)
Participatory Urban Appraisal (PUA)
5)
Feminist Methods
6)
Gender-Spesific Participatory Approaches
Download