Etik dan Medikolegal Pada Bidang Obstetrik dan Ginekologi Prof. Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K), MPH Prinsip Etik 1. Beneficence • Dokter harus mengutamakan yang terbaik untuk pasien 2. Non-Maleficence • Do no harm! 3. Autonomy • Pasien mempunyai hak untuk menerima/menolak pengobatan 4. Justice • Berlaku adil terhadap semua pasien tanpa memandang latar belakang Masalah dapat muncul ketika: 1. Jika salah satu prinsip bertabrakan dengan prinsip yang lain • Contoh: Terminasi kehamilan ⮚Autonomy ibu VS Non-maleficence terhadap fetus 2. Berkaitan dengan prinsip justice • Contoh: Donor organ ⮚Organ diberikan bedasarkan permintaan pendonor VS Berdasarkan proses seleksi?? Penerapan prinsip etika pada praktik sehari-hari akan membuat dokter/ tenaga kesehatan: • Dapat menentukan baik atau buruknya suatu keputusan dalam bekerja • Bekerja dengan mawas diri (tahu akan kapasitas dan keterbatasan diri) Etik dan Hukum • Dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik & aspek hukum yang sangat luas (sering tumpang-tindih) • Aspek etik sering tidak dapat dipisahkan dari aspek hukum • Pada kasus kompleks, tindakan yang secara etik benar belum tentu benar secara hukum • Contoh: Aborsi Etik Berlaku untuk profesi ■ Disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi ■ Bisa tertulis & tidak tertulis ■ Sanksi etik berupa tuntunan ■ Pelanggaran etik diselesaikan oleh Profesi ■ Penyelesaikan pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik ■ Hukum Berlaku untuk umum ■ Disusun oleh badan pemerintah ■ Tersusun rinci dalam UU & lembaran negara ■ Sanksi hukum berupa tuntutan ■ Pelanggaran hukum diselesaikan oleh aparat hukum / pengadilan ■ Penyelesaian pelanggaran hukum harus dengan bukti fisik ■ Sengketa Medik Dokter-Pasien Sengketa medik dokter-pasien dapat terjadi karena: ⮚ Masalah kualitas pelayanan dan dugaan kesalahan ⮚ Medical iatrogenesis error in judgement “Aegroti Salus Lex Suprema” (Keselamatan Pasien Adalah Hukum yang Tertinggi) Pelanggaran Etik Profesi Kedokteran • Menarik imbalan jasa yang tidak wajar • Tidak mau merujuk • Tidak mengikuti Pendidikan berkesinambungan • Pelayana kedokteran di bawah standar • Melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang jelas • Melakukan tindakan medis yang menyimpang dari SOP • Pelecehan seksual • Menerapkan keterampilan yang belum terbukti Hak Dokter (UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51) • Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur • Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur • Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya • Menerima imbalan jasa Kewajiban Dokter (UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51) • Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur serta kebutuhan medis • Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang mempunyai kemampuan lebih baik. • Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu meninggal dunia • Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang mampu melakukannya • Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran Hak Pasien (UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51) • Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan dilakukan dokter • Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion) • Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan • Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan • Bisa mendapat informasi rekam medis Kewajiban Pasien (UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51) • Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah kesehatannya • Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter • Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan • Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang prima Persetujuan Tindakan Kedokteran / Informed Consent • Persetujuan Tindakan Kedokteran (PTK) atau informed consent: merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh dokter sebelum melakukan tindakan medis. • Persetujuan/penolakan terhadap suatu tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter harus didapatkan dari pasien • PTK yang kurang adekuat🡪 komplain dan atau klaim dari pasien/keluarga 🡪 masalah hukum bagi dokter !!! Permenkes RI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008: “Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien” • Bukan semata-mata mendapatkan persetujuan/izin tertulis dari pasien 🡪 Adanya kesepakatan yang dicapai setelah dokter dan pasien berdialog. • Bukti komunikasi efektif!! Contoh Lembar Informed Consent Langkah Mendapatkan PTK (1) 1. Evaluasi kompetensi pasien , Bila tidak kompeten , keluarga terdekat atau wali 2. Lakukan penilaian keadaan apakah informasi akan memperburuk kondisi pasien. 3. Lakukan pada tempat dan situasi yang membuat pasien nyaman 4. Sebaiknya dokter didampingi oleh tenaga kesehatan lain. 5. Berikan informasi secara jelas, adekuat, dengan bahasa yang mudah dipahami Langkah Mendapatkan PTK (2) 6. Beri kesempatan kepada pasien untuk bertanya 7. Berikan waktu kepada pasien untuk berdiskusi dengan keluarga, beri batas waktu 8. Bila setuju/menolak, minta tandatangan pasien de3ngan 1 orang saksi 9. Dokumentasikan dengan baik proses PTK!!! Konsekuensi / Sanksi 1. Sanksi etik • Teguran lisan sampai rekomendasi pencabutan SIP 2. Sanksi administratif • Teguran lisan, tertulis, sampai rekomendasi pencabutan SIP 3. Sanksi disiplin • Teguran lisan, tertulis, sampai rekomendasi pencabutan SIP, dan/atau kewajiban mengikuti Pendidikan/pelatihan di institusi pendidikan 4. Sanksi Perdata • pasal 1365 Kitab UU Hukum Perdata 🡪 mengganti kerugian 5. Sanksi Pidana • Kitab UU Hukum Pidana pasal 351 mengenai penganiayaan , melakukan tindakan terhadap pasien tanpa persetujuan dapat dikategorikan sebagai “penyerangan” (assault) Contoh Kasus 1 • Pasien Ny.A (17 tahun), datang ke dokter seorang diri dengan keinginan menggugurkan kandungannya. Berdasarkan pemeriksaan,kondisi janin aman dan diperkirakan usia kehamilan 20 minggu. • Pasien belum menikah dan datang ke dokter tanpa sepengetahuan orang tua dan pasangannya. Orang tua pasien juga belum mengetahui tentang kehamilan pasien. Bagaimana pendapat Anda mengenai kasus ini? Contoh Kasus 2 • Ny.B (34 tahun) datang ke puskesmas untuk pemeriksaan kehamilan rutin dengan usia kehamilan 32 minggu. Dokter umum melakukan pemeriksaan USG dan melihat air ketuban lebih sedikit dari normal (Oligohidramnion),. Pasien kemudian dianjurkan datang kembali pada kehamilan usia 34 minggu. • Pada pemeriksaan kehamilan 34 minggu kecurigaan oligohidramnion masih ada, namun pasien tidak dirujuk ke SpOG. • Pada usia kehamilan 39 minggu, pasien dibawa ke RS karena Pecah ketuban. Pada pemeriksaan, DJJ didapatkan patologis dan operasi Caesar cito pun dilakukan oleh SpOG. • Bayi berhasil dilahirkan, namun pucat dan unresponsive. Resusitasi dilakukan dan bayi dipindahkan ke NICU. Namun, usaha resusitasi tidak berhasil dan bayi dinyatakan meninggal • Keluarga pasien tidak menerima kondisi tersebut dan berencana menempuh jalur hukum karena merasa tidak mendapat penjelasan yang cukup. Bagaimana pendapat Anda mengenai kasus ini? Terima Kasih