Uploaded by Lukman Hakim

2A 10 Aulia Rahma Dita Laporan dan Pasca Praktikum Alat Ukur Dasar

advertisement

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA UMUM

ALAT UKUR DASAR

Tanggal Pengumpulan

Tanggal Praktikum

Waktu Praktikum

: 25 Februari 2018

: 20 Februari 2018

: 13.30 – 15.20 WIB

Nama

NIM

Nama Anggota

: Aulia Rahma Dita

: 11170162000010

:

1.

Ayu Andini

2.

Ulfah Nursyarifah

(11170162000003)

(11170162000014)

3.

Fany Kholifah Pertiwi (11170162000029)

Kelompok/Kloter : 2 (Dua)/I (Satu)

Kelas : Pendidikan Kimia 2 A

LABORATORIUM FISIKA DASAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

ALAT UKUR DASAR

A.

Tujuan Praktikum

1.

Dapat mengetahui pengertian mengukur yang benar

2.

Dapat menggunakan alat-alat ukur dasar fisika dengan benar serta sesuai standar

3.

Dapat menentukan NST dan SM dari mikrometer sekrup

4.

Dapat mengetahui perbedaan NST dengan ketelitian

5.

Dapat mengetahui fungsi stopwatch digital yang digunakan dalam mencari nilai perioda dari pegas

B.

Dasar Teori

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang kita ukur menggunakan alat ukur dengan suatu satuan. Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian yaitu adanya nilai skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat, sehingga sangat sulit mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran (Gunada, 2014

: 5).

Pengukuran akurat saat ini merupakan suatu bagian terpenting dalam fisika. Tetapi tidak ada pengukuran yang tepat secara mutlak, ada suatu ketidakpastian yang terkait dengan nilai pengukuran, ketidakpastian timbul dari berbagai sumber yang berbeda. Diantara yang terpenting, selain kesalahan karena kesembronoan adalah keterbatasan ketelitian setiap instrument di luar fraksi (Giancoli, 1997: 117).

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka, dan mempunyai satuan. Berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu : a) Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya.

Besaran fisika dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Besaran Pokok

Besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepakatan para ahli fisika. Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.

2. Besaran Turunan

Besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu, dan diturunkan dari besaran pokok. b) Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan.

Dalam hal ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator.

Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran mempunyai satuan masing-masing,tidak mungkin dalam

2 besaran yang berbeda mempunyai satuan yang sama. Apabila ada dua besaran berbeda kemusian mempunyai satuan yang sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah sama (Sutarno, 2013 : 1-2).

C.

Alat dan bahan

No Alat dan Bahan Jumlah Gambar

1. Mikrometer Sekrup 1

2. Uang Logam (Rp. 1000,00) 3

3. Uang Logam (Rp.500,00) 1

4. Statif 1

5. Mistar 1

6. Stopwatch Digital 1

7. Perangkat Berat (50 gram) 1

1 8. Pegas

D.

Langkah Percobaan

Percobaan 1 : Pengukuran dengan mikrometer sekrup

No Langkah Percobaan

1. Menyiapkan alat dan bahan.

Gambar

2. Melakukan pengenolan.

3. Menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) dan

Skala Maksimum (SM).

4. Mengukur ketebalan dan diameter uang logam (Rp. 1.000,00) dan uang logam

Rp.500,00

5. Mencatat hasil Pengamatan.

Percobaan 2 : Pengukuran Menggunakan Stopwatch Digital

No. Langkah Percobaan

1. Menyiapkan alat dan bahan.

Gambar

2.

3.

Mengukur panjang pegas menggunakan mistar sebagai panjang mula-mula.

Mengaitkan ujung atas pegas pada statif.

4. Mengaitkan ujung bawah pegas dengan perangkat beban (50 gram)

5. Perangkat beban ditarik 5 cm kemudian dilepaskan

6. Mencatat hasil pengamatan

E.

Data Percobaan

Percobaan I : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

Mikrometer Sekrup 0.01 mm = 25 cm = 25

Ulangan Ketebalan Uang Logam 1000 Ketebalan Uang Logam 500

(m) (m)

SU SN x NST Tebal

1.

1.0 27 x 0.01 0.00127 m

2.

1.0 27 x 0.01 0.00127 m

3.

1.0 27 x 0.01 0.00127 m

SU SN x NST

2.0 48 x 0.01 0.00248 m

2.0 47 x 0.01

2.0 48 x 0.01

Tebal

0.00247 m

0.00248 m

Rerata 1.0 27 x 0.01 0.00127 m

2.0 47 x 0.01 0.002476 m

Percobaan II : Pengukuran dengan Jangka Sorong

Alat Ukur

Jangka Sorong

Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

0.05 mm = 5 16 cm = 0,16 m

Ulangan Diameter Dalam

Tutup Botol (m)

Diameter Luar

Tutup Botol (m)

Kedalaman Botol (m)

SU + (SN x NST) mm = 0.0273 m

SU + (SN x NST)

1.

27 + (6 x 0.05) = 27.3 30 + (3 x 0.05) = 7 + (4.5 x 0.05 ) =

30.15 mm = 0.03015 m

SU + (SN x NST)

7.225 mm = 0.007225 m

2.

27 + (6 x 0.05) = 27.3 30 + (3 x 0.05) = 7 + (4.5 x 0.05 ) = mm = 0.0273 m 30.15 mm = 0.03015 m

7.225 mm = 0.007225 m

3.

27 + (6 x 0.05) = 27.3 30 + (3 x 0.05) = 7 + (4.5 x 0.05 ) = mm = 0.0273 m 30.15 mm = 0.03015 m

7.225 mm = 0.007225 m

4.

27 + (6 x 0.05) = 27.3 30 + (3 x 0.05) = 7 + (4.5 x 0.05 ) = mm = 0.0273 m 30.15 mm = 0.03015 m

7.225 mm = 0.007225 m

5.

27 + (6 x 0.05) = 27.3 30 + (3 x 0.05) = 7 + (4.5 x 0.05 ) = mm = 0.0273 m 30.15 mm = 0.03015 7.225 mm = 0.007225

Rerata 0.0273 m m

0.03015 m m

0.007225 m

Percobaan III : Pengukuran dengan Neraca 4 Lengan

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

Neraca 4 Lengan 0.00001 kg 311 gram = 3,11 kg

Ulangan Massa Uang Logam (kg)

1.

0.00884 kg

2.

0.00884 kg

3.

0.00884 kg

Rerata 0.00884 kg

Percobaan IV : Pengukuran dengan Neraca Digital

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

Neraca Digital 0.001 kg 5 kg

Ulangan Massa Uang Logam (kg)

1.

2.

0.022 kg

0.022 kg

3. 0.022 kg

Rerata 0.022 kg

Percobaan V : Pengukuran dengan Multimeter Digital

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

Multimeter Digital 0.01 V dan 0.01 A 1000 V dan 10 A

Ulangan Tegangan (V)

1.

0.2 V

2.

0.3 V

3.

0.3 V

Rerata 0.26 V

Kuat Arus (A)

0.5 A

0.6 A

0.7 A

0.6 A

Percobaan VI : Pengukuran dengan Stopwatch Digital

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

Stopwatch Digital 0.01 s 35999.99 s

Ulangan Waktu dalam 3 getaran (s)

1.

2.06 s

2.

1.75 s

3.

2.50 s

4.

3.35 s

5.

2.35 s

Rerata 2.4 s

Percobaan VII : Pengukuran dengan Stopwatch Analog

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

Stopwatch Analog 0.2 s 1800 s

Ulangan Waktu (s)

1.

0.4 s

2.

0.4 s

3.

0.2 s

4.

0.2 s

5.

0.4 s

Rerata 0.32 s

Percobaan VIII : Pengukuran dengan Mistar

Alat Ukur

Mistar

Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)

0.001 m 0.3 m

Ulangan Diameter Uang Logam Rp. Diameter Uang Logam Rp.

1.

0.0245 m

2.

1000,00

0.0245 m

500,00

0.0275 m

0.0275 m

0.0275 m 3.

0.0245 m

4.

0.0245 m

5.

0.0245 m

0.0275 m

0.0275 m

Rerata 0.0245 m 0.0275 m

F.

Pengolahan Data

1.

Mikrometer sekrup

Hasil pengukuran =

2.

Stopwatch Digital

Mencari nilai rata-rata :

T dengan t = waktu dan n = banyaknya getaran

G.

Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu menggunakan alat ukur dasar, dapat diketahui bahwa alat ukur dibagi menjadi alat ukur panjang, alat ukur massa, alat ukur waktu, dan alat ukur kuat arus listrik. Dengan percobaan ini praktikan dapat mengetahui jenis-jenis alat ukur yang benar dan sesuai standar. Dalam percobaan ini praktikan akan membahas multimeter sekrup dan stopwatch digital.

Percobaan pertama yaitu praktikan mengukur ketebalan dari uang logam

Rp. 1000,00 dan uang logam Rp.500,00. Alat ukur yang digunakan pada percobaan ini adalah mikrometer sekrup. Sebelum melakukan pengukuran, praktikan menghitung NST (Nilas Skala Terkecil) yang dimiliki oleh micrometer sekrup. NST tidak lain adalah jarak antara dua skala berdekatan pada alat ukur dan NST yang dimiliki micrometer sekrup adalah m.

Apabila NST sudah diketahui, maka dapat diketahui pula ketelitiannya.

Ketelitian merupakan setengah dari nilai skala terkecilnya, jadi ketelitian micrometer sekrup adalah Mikrometer sekrup meliki ketelitian yang sangat tinggi dibandingkan dengan alat ukur panjang yang lainnya, maka micrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur diameter

bahkan ketebalan suatu benda. Namun micrometer sekrup memiliki skala maksimum atau hanya dapat mengukur benda hingga 25 m.

Berdasarkan data yang praktikan peroleh dari pengukuran tebal kedua uang logam tersebut didapatkan rata-rata tebal uang logam Rp. 1000,00 adalah

1,27 dan rata-rata tebal uang logam Rp.500,00 adalah 2,47

Dapat disimpulkan bahwa uang logam Rp.500,00 lebih tebal dibanding dengan uang logam Rp.500,00. Pengukuran ketebalan tersebut dilakukan hingga 3 kali pengulangan pada masing-masing uang logam. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil yang akurat. Karena setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian.

Percobaan kedua yaitu menentukan nilai perioda dari pegas. Praktikan mengukur panjang pegas menggunakan mistar untuk dijadikan panjang awal pegas. Ujung pegas atas dikaitkan dengan statif dan ujung pegas bawah dikaitkan dengan perangkat beban (50 gram). Dalam percobaan ini alat ukur dasar yang dominan digunakan adalah stopwatch digital. Kegunaan stopwatch digital pada percobaan ini ialah mengukur waktu yang diperlukan beban untuk melakukan 3 kali getaran sempurna untuk mendapatkan nilai perioda.

Berdasarkan data yang praktikan peroleh dari pengukuran waktu untuk 3 kali getaran didapatkan rata-rata waktu yang diperlukan adalah 2,4 s. Apabila rata-rata waktu sudah didapatkan maka nilai perioda sudah dapat dihitung. Nilai perioda(T) pada percobaan ini adalah T dengan t = waktu dan n = banyaknya getaran. Sama halnya dengan percobaan pertama, pada percobaan ini dilakukan 5 kali pengulangan dalam mengukur waktu. Hal ini bertujuan agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.

H.

Tugas Pasca Praktikum

1.

Jelaskaan perbedaan akurasi dengan presisi! Berikan contohnya!

Jawab :

Presisi dalam arti sempit mengacu pada keterulangan suatu pengukuran dengan menggunakan instrument tertentu.

Sebagai contoh : jika anda mengukur lebar suatu papan beberapa kali, mendapatkan hasil 8,81 cm, 8,85 cm, 8,87 cm, 8,82 cm (dengan setiap kali

menginterpolasi sebaik mungkin diantara garis-garis 0,1 cm), anda dapat mengatakan pengukuran-pengukuran itu emberikan presisi yang sedikit lebih baik dari pada 0,1 cm.

Akurasi mengacu pada seberapa dekat suatu pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.

Sebagai contoh, jika penggaris pada Gbr. 1-5 dibuat dengan erro 2%, akurasi hasil pengukuran pada lebar papan (sekitar 8,8 cm) atau sekitar +_ 0,2 cm. estimasi ketidakpastian akurasi mempertimbangkan akurasi dan presisi sekaligus

(Giancoli. 1997: 12).

2.

Dalam pengukuran panjang, alat ukur apakah yang memilki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan yang lain? Jelaskan!

Jawab :

Mikrometer sekrup memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari macam-macam alat ukur panjang lainnya karena mikrometer dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0,01 mm. Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur panjang/ketebalan/diameter dari benda-benda yang cukup kecil dan sangat tipis misal kertas, lempeng baja, aluminium, seng, dan lain sebagainya ( https://www.haruspintar.com/ )

3.

Jelaskan tragedy di Indonesia yang berkaitan dengan kesalahan pengukuran!

(minimal 3 dan sertakan sumbernya)

Jawab : a.

Mantan Pilot : Pesawat Mendarat Terlalu Rendah

VIVAnews - Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) Tarigan Siberu yang juga mantan Pilot Hercules pada tahun 1989 menilai penyebab jatuhnya pesawat C-

130 B Hercules (A-1325) akibat terlalu rendahnya pesawat saat mendekati ujung landasan.

Dia menuturkan, jika benar data-data yang dikumpulkan pesawat pada jarak lima kilometer dari ujung landasan, jarak terbang lebih rendah dari 1.500 kaki, maka itu bukan hal biasa. "Tidakmungkin pesawat serendah itu," kata dia di

Pangkalan TNI AU HalimPerdanakusuma, Kamis 21 Mei 2009.Selama dirinya

menerbangkan Hercules, pesawat umumnya berada pada jarak di atas 1.500 kaki. Kalau lebih rendah, kemungkinanada yang salah. "Tapi saya tidak bisa menyimpulkan, hanya sajakemungkinannya adalah seperti udara kosong ataupun mungkin ada lost power." Kata Tarigan.

Namun, Tarigan mengakui, banyak sekali mata rantai yang perlu ditelusuri, sehingga jangan hanya berpatokan karena kurang pemeliharaan. “saya kira kalau pesawat tak layak terbang maka pesawat tidak akan diterbangkan."ujarnya.Dia juga menuturkan, kalau soal kesalahan manusia atau human eror maka itu bisa ke mana-mana penulusurannya. Seperti diberitakan, pesawat Hercules C 130 jenis

Long Body jatuh di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Magetan, Jawa Timur,

Rabu20 Mei 2009 sekitar pukul 06.25 WIB.Menurut informasi, pesawat dengan nomor registrasi A1325 itusempat meledak dua kali. Pesawat itu menimpa dua rumah wargasampai hancur sebelum terbakar dan menyusup di pepohonan bambu. Pesawat naas itu memiliki 11 awak dan 98 penumpang,termasuk diantara 10 anak-anak. Sebanyak 99 orang dinyatakan tewasdalam musibah tersebut, termasuk dua warga yang rumahnya dihantam pesawat

( http://www.beritalima.com/) .

b.

Runtuhnya bangunan selasar di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

Senin, 15 Januari 2018. Selasar pada gedung BEI memang dibuat menggantung dan dibutuhkan besi beton yang kokoh sebagai lantai maupun pengikat keatap.

Namun karena adanya salah perhitungan dan kesalahan spesifikasi bahan menyebabkan bangunan selasar di BEI roboh dan menyebabkan banyak orang terluka dan kebanyak dari para korban tersebut adalah mahasiswa yang sedang melakukan kunjungan (http://www.alatuji.com/ ). c.

Kesalahan Pengukuran Tanah

BANDUNG, beritalima.com -Sebanyak 545 KK warga Kampung Cihideung

Desa Cipelah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung telah memperoleh pelimpahan tanah eks HGU Nomor6/ Desa Cipelah yang sebelumnya dikelola

PT. Melania Indonesia sekitar ± 84,2 Ha terbagi atas 645 bidang pada tahun

2012 lalu.

Sertifikat Hak Milik (SHM) bukti kepemilikan telah diterima para penggarap eks tanah negara tersebut. Namun setelah 4 tahun, PT. Melania

Indonesia beberapa waktu lalu tiba-tiba menurunkan beberapa petugasnya untuk melakukan pengukuran karena dianggap telah terjadikesalahan. Spontan warga yang kebetulan tanahnya diklaim masukwilayah perkebunan berekasi.

Kepada berita Lima.com, Sabtu (17/09/2016) mereka menyesalkan aksi pengukuran itu dan bertekad mempertahankan tanah mereka apapun yang terjadi.

Sementara itu pihak perusahaan ketika disambangi menolak menerima beritaLima.com, petugas security tidak bersedia mempertemukan berita

Lima.com dengan perwakilan perusahaan ( http://www.beritalima.com/) . d.

Analisa Penyebab Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara Kalimantan

Beberapa pekan yang lalu kita dihebohkan dengan berita robohnya jembatan kutai kartanegara kalimantan yang merupakan salah satu jembatan panjang kebanggaan bangsa Indonesia, berbagai spesifikasi serta penelitian telah dilakukan untuk menemukan penyebab kerobohan jembatan kutai kartanegara tersebut.

Peristiwa keruntuhan jembatan terjadi pada tanggal 26 november tahun 2011 sehingga puluhan kendaraan tercebur ke sungai Mahakam dengan korban yang ditemukan adalah 21 orang meninggal akibat kerobohan jembatan kutai kartanegara di kalimantan ini, hasil investigasi beberapa universitas di indonesia menyatakan adanya indikasi kesalahan konstruksi namun ini baru sebatas penelitian, berbagai hal bisa menjadi penyebab kerobohan sebuah jembatan, berikut ini faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerobohan jembatan secara umum :

1.

Kesalahan perencanaan jembatan

Perencanaan yang keliru dalam membuat desain jembatan akan menghasilkan pemilihan tipe bahan bangunan serta dimensi material dibawah batas kekuatan yang diperlukan, jika hal ini terjadi maka sebuah struktur bangunan yang sudah jadi atau masih dalam tahap pembangunan bisa dipastikan akan mengalami kerobohan karena struktur jembatan tidak kuat menahan beban

yang terjadi baik itu berat sendiri jembatan, beban hidup seperti kendaraan lewat, beban angin sampai dengan beban gempa menyesuaikan lokasi dimana jembatan tersebut dibangun.

2.

Perencanaan sudah benar namun terjadi pengurangan spesifikasi bahan dalam pelaksanaan

Meskipun proses perencanaan jembatan seudah dilakukan dengan benar serta adanya penambahan faktor keamanan akibat beban tak terduga namun jika dalam pelaksanaanya terjadi pengurangan bahan maka akan terjadi penurunan hasil kekuatan struktur yang sudah dibangun kurang dari hasil perencanaan sebelumnya, istilah mudahnya misalnya dalam perencanaan ditentukan menggunakan besi diameter 13 mm namun dalam pelaksanaan digunakan besi diameter 8 mm maka hal ini dapat menyebabkan keruntuhan jembatan.

3.

Terjadi kelelahan bahan akibat beban tak terduga

Berbagai macam beban yang tidak terduga sebelumnya sehingga tidak masuk kedalam daftar data perencanaan juga bisa jadi penyebab kegagalan struktur misalnya ketika melewati jembatan tertentu terkadang kita melihat sebuah papan yang bertulisakan maksimal berat kendaraan yang boleh lewat, nah jika hal ini dilanggar dengan masuknya kendaraan yang lebih berat atau dengan jumlah diluar batas kemampuan kekuatan jembatan maka akan dapat menjadi penyebab keruntuhan.

4.

Terjadi perlemahan struktur jembatan

Misalnya sebagai akibat sebagian bahan bangunan mengalami kerusakan seperti besi yang mengalami perkaratan atau mengendornya sambungan baut pada satu bagian struktur juga dapat menjadi penyebab robohnya jembatan, oleh karena itu diperlukan kegiatan pemeliharaan jembatan dengan jadwal yang baik sehingga setiap kerusakan pada jembatan langsung dapat diperbaiki sebelum mengalami keruntuhan.

5.

Terjadi perusakan pada jembatan

Faktor kesengajaan untuk merusak sebuah jembatan yang sudah dibangun juga dapat menjadi penyebab robohnya jembatan, misalnya dengan mengendorkan bagian sambungan baut, atau melakukan hal-hal lainya yang mampu melemahkan struktur jembatan, sehingga diperlukan upaya pengawasan

yang ketat pada jembatan yang beresiko mengalami perusakan bangunan

( http://www.ilmusipil.com/ ).

I.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1.

Mengukur dapat diartikan sebagai proses membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipakai sebagai satuan.

2.

A.Jika ingin mengukur panjang maka dapat menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.

B.Jika ingin mengukur massa maka dapat menggunakan neraca.

C.Jika ingin mengukur waktu maka dapat menggunakan stopwatch.

D.Jika ingin mengukur kuat arus listrik maka dapat menggunakan multimeter.

3.

Mikrometer sekrup mempunyai ketelitian paling tinggi diantara alat ukur panjang lainnya, dengan Nilai Skala Terkecil (NST) = 0.01 mm = dan

Skala Maksimum (SM) = 25 cm = 25 .

4.

NST tidak lain adalah jarak antara dua skala berdekatan pada alat ukur. Apabila

NST sudah diketahui, maka dapat diketahui pula ketelitiannya. Ketelitian merupakan setengah dari nilai skala terkecilnya.

5.

Kegunaan stopwatch digital pada percobaan mencari nilai perioda dari pegas ini ialah mengukur waktu yang diperlukan beban untuk melakukan 3 kali getaran sempurna untuk mendapatkan nilai perioda.

J.

Kritik dan Saran

1.

Hendakmya praktikan memahami materi penggunaan alat ukur dasar.

2.

Praktikan harus lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 1997. Fisika Edisi Keempat . Jakarta : Erlangga.

Gunada, I Wayan. 2014. Fisika Dasar Universitas . Mataram : Duta Pustaka

Ilmu.

Sutarno. 2013. Fisika Untuk Universitas . Yogyakarta : Graha Ilmu. https://www.haruspintar.com/ (diakses 25 Februari 2018). http://www.ilmusipil.com/ (diakses 24 Februari 2018). http://www.beritalima.com/ (diakses 24 Februari 2018). http://www.beritalima.com/ (diakses 25 Februari 2018). http://www.alatuji.com/ (diakses 24 Februari 2018).

LAMPIRAN

Download