PENDIDIKAN MULTIKULTURAL A. Pengertian Pendidikan Multikultural Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha untuk memanusiakan manusia muda. Manusia muda ini adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, dipersiapkan untuk menjadi seorang manusia yang seutuhnya. Untuk membentuk manusia yang seutuhnya perlu adanya suatu usaha membentuk diri manusia tersebut sejak dini. Setelah manusia dapat mengenali dirinya dan belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya secara otomatis rasa perbedaan antara dirinya dengan orang lain akan muncul. Hal tersebut wajar dialami manusia muda dan harus mendapat pemahaman dari seorang pendidik agar manusia muda (peserta didik) dapat memahami perbedaan tersebut. Perbedaan ini yang memunculkan istilah multiultural. Multikultural terdiri atas dua kata, yaitu Multi dan Kultural. “Multi” berarti banyak atau beranekaragam dan “Kultural” berarti Budaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Dengan melihat komposisi masyarakat yang beragam, maka perlu adanya suatu pendidikan multikultural bagi peserta didik. Gagasan untuk mengembangkan pendidikan multikultural ini sebenarnya telah ada sejak lama di kawasan Eropa, Amerika dan negaranegara maju lainnya. Dalam perkembangannya, studi ini menjadi sebuah studi khusus tentang pendidikan multikultural yang pada awalnya bertujuan agar populasi mayoritas dapat bersikap toleran terhadap para imigran baru.1 Di Indonesia sendiri, pengalaman tentang kekerasan, pemberontakan dan genosida telah ada sejak masa kerajaan-kerajaan di Nusantara hingga saat ini. Contoh nyata dan sekaligus menjadi pengalaman pahit bagi bangsa ini adalah seperti kutipan berikut: 1 Dwi Siswoyo,dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 1 “…pembunuhan besar-besaran terhadap masa pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina di Jakarta pada Mei 1998 dan perang Islam-Kristen di Maluku Utara pada tahun 1999–2003. Rangkaian konflik itu tidak hanya merenggut korban jiwa yang sangat besar, akan tetapi juga telah menghancurkan ribuan harta benda penduduk, 400 gereja dan 30 masjid.”2 Berdasarkan fakta tersebut maka pendidikan multikultural sangat perlu diterapkan di Indonesia. Pendidikan multikultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian di dalam dan di luar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya. Tujuan pendidikan ini adalah untuk membangun rasa toleransi, demokratis, pluralis dan humanis. B. Sejarah Pendidikan Multicultural Pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang “inter-kulturalisme” seusai Perang Dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran “interkulturalisme” ini selain terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di negara-negara Barat sendiri sebagai akibat peningkatan migrasi dari negara-negara yang baru merdeka ke Amerika dan Eropa.3 Mempertimbangkan semua perkembangan ini, pada dasawarsa 1940an dan 1950-an di Amerika Serikat berkembang konsep pendidikan “intercultural” dan “interkelompok” (intercultural and intergroup education). Pada dasarnya pendidikan interkultural merupakan cross- 2 M.Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural; Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media, hlm. 4. 3 M. Isnaini, Pendidikan Multikultural VS Multikulturalisme. sumsel.kemenag.go.id/file/.../PenddidikanMultikulturvsMultikultural.pdf. 2 cultural education yang bertujuan mengembangkan nilai-nilai universal yang dapat diterima berbagai kelompok masyarakat berbeda. UNESCO membuat beberapa rekomendasi pada bulan Oktober 1994 di Jenewa.4 Rekomendasi itu di antaranya memuat empat pesan. Pertama, pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinnekaan pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Kedua, pendidikan hendaknya meneguhkan jati diri dan mendorong konvergensi gagasan dan penyelesaian-penyelesaian yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas antara pribadi dan masyarakat. Ketiga, pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan menyelesaikan konflik secara damai dan tanpa kekerasan. Karena itu, pendidikan hendaknya juga meningkatkan pengembangan kedamaian dalam diri diri pikiran peserta didik sehingga dengan demikian mereka mampu membangun secara lebih kokoh kualitas toleransi, kesabaran, dan kemauan untuk berbagi dan memelihara. Pada konteks Indonesia, perbincangan tentang konsep pendidikan multikultural semakin memperoleh momentum pasca runtuhnya rezim otoriter-militeristik Orde Baru. Era reformasi ternyata tidak hanya membawa perubahan bagi bangsa kita namun juga memberi peluang meningkatnya kecenderungan primordialisme. Untuk itu, dirasakan kita perlu menerapkan paradigma pendidikan multikultur untuk menangkal semangat primordialisme tersebut. Secara generik, pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh 4 Imam Nasruddin. Menggagas Pendidikan Multikultural. sumsel.kemenag.go.id/file/.../menggagaspendidikanmultikultural.pdf 3 pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama. C. Pentingnya Penerapan Pendidikan Multikultural bagi Peserta Didik Di Indonesia, telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia.5 Hal tersebut mengharuskan kita menghormati berbagai keragaman kultur yang ada di negeri ini. Keragaman kultur yang ada di Indonesia secara tidak langsung dapat memicu konflik antar masyarakat. Perlu adanya suatu pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya rasa toleransi antar masyarakat. Salah satu upaya yang harus kita lakukan adalah penanaman nilai-nilai moral melalui pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural sangat penting bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi peserta didik karena pendidikan ini akan membentuk rasa toleran dan diharapkan dapat menghasilkan kepribadian yang berkualitas. Selain itu, pendidikan ini bermanfaat untuk membangun soliditas di antara keragaman suku, ras, agama dan budaya. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu peserta didik mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Pendidikan ini bisa dilakukan dimana saja, tidak hanya didalam lembaga pendidikan (sekolah) namun juga dapat bisa dilakukan diluar sekolah dan tanpa batas waktu atau berlangsung seumur hidup. Agar proses ini berjalan sesuai harapan, maka sebaiknya kita mau menerima jika pendidikan multikultural diterapkan di lembaga pendidikan serta jika dimungkinkan agar ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan baik negeri maupun swasta. Apalagi, paradigma multikultural 5 Dwi Siswoyo,dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 4 secara implisit juga menjadi salah satu isi dari Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Membangun solidaritas di antara keragaman etnik, ras, agama dan budaya bukan suatu hal yang mudah. Rasa cinta tanah air di antara keberagaman haruslah ditanamkan sejak dini kepada anak didik. Hal tersebut dapat dimulai sejak masa kecil hingga dewasa. Lingkungan keluarga berkewajiban memberikan pengenalan tentang pentingnya rasa toleran kepada sesama manusia dan kemudian dikembangkan di lingkungan sekolah. Pendidikan multikultural sangat ditekankan bagi peserta didik karena dengan adanya pendidikan tersebut dapat membantu siswa menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan agama. Selain itu, juga dapat melatih generasi muda untuk menerima perbedaan yang ada baik dari sisi budaya, agama, ras dan etnis serta dapat hidup bersama secara damai. Dengan penanaman pendidikan multikultur tersebut secara tidak langsung peserta didik diajak untuk memahami nilai-nilai yang telah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara dengan semboyannya Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Konsep yang diusung Ki Hajar Dewantara telah mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan tidak boleh diskriminatif. Semua elemen masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Dengan pendidikan yang layak, peserta didik pun akan belajar dari situasi yang ada disekitarnya. Mereka akan belajar menerima kondisi kawan-kawan di lingkungan pendidikannya. Dan lingkungan yang menyuguhkan berbagai keragaman etnis, suku, agama dan budaya inilah yang akan membentuk karakter peserta didik. Pendidikan yang diselenggarakan secara demokratis, menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai kultural dan kemajemukan bangsa 5 termasuk aspek pendidikan multikultural itu sendiri. Dengan terlaksananya aspek-aspek tersebut akan tercipta suasana yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Lingkungan pendidikan dan juga pendidik yang kemudian akan mengarahkan peserta didik untuk dapat bertindak arif dan bijaksana dalam menyikapi keragaman yang ada disekitarnya. 6 DAFTAR PUSTAKA Buku Dwi Siswoyo,dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. M.Ainul Yaqin. 2005. Pendidikan Multikultural; Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media. Paper Imam Nasruddin. Menggagas Pendidikan Multikultural. sumsel.kemenag.go.id/file/.../menggagaspendidikanmultikultural.pdf M. Isnaini, Pendidikan Multikultural VS Multikulturalisme. sumsel.kemenag.go.id/file/.../PenddidikanMultikulturvsMultikultural.pdf. 7