Uploaded by magendi indra mukti

Catatan PPDS PK unair Kimia Klinik-1

advertisement
PENGENALAN PATOLOGI KLINIK
Patologi memiliki 3 cabang keilmuan:
1. Patologi Anatomi
2. Patologi Forensik
3. Patologi Klinik
Patologi Klinik (Clinical Pathology = Laboratory Medicine)
Definisi: Ilmu yang mempelajari perubahan yang terjadi pada cairan tubuh yang
disebabkan oleh penyakit (cairan: darah, urine, CSF)
Tujuan pemeriksaan laboratorium
a. menunjang pemeriksaan fisis
Seseorang tidak boleh didiagnosis oleh hasil pemeriksaan laboratorium, tetapi
harus diperiksa secara keseluruhan
b. menegakkan diagnosis
Penggunaan pemeriksaan laboratorium
1. pemeriksaan penyaring atau skrining
Dilakukan pada orang yang tidak sakit, tampak sehat, tidak merasa sakit,
tidak ada keluhan. Pemeriksaan berupa:
a. rule in : untuk menjaring atau mendapatkan pasien
contoh; mencari penderita malaria di suatu wilayah tertentu
b. rule out : membuang orang yang sakit, pemeriksaan harus mempunyai
spesifisitas yang tinggi
contoh: pemeriksaan pegawai perusahaan, asuransi
c. case finding : mencari orang yang sakit di suatu wilayah
d. check up
2. pemeriksaan konfirmasi
a. nilai diagnostik
contoh: apakah pasien menderita malaria
b. definitif
kelanjutan dari chek up, dengan pemeriksaan yang lebih akurat
3. pemeriksaan pemantauan ( follow up )
dilakukan secara serial
contoh: pasien dengan Anemia, Hb rendah diberi preparat Fe lalu dipantau 2
minggu kemudian
4. pemeriksaan penderita gawat ( emergency)
contoh di IRD: BUN, glukosa, BGA, kreatinin
Tidak perlu akurat, perlu pemakaian POCT (Point Care of Testing)- mis; strip
test glucose
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
1
5. pemeriksaan untuk persiapan operasi
meliputi tes dasar/ baseline yang diminta oleh anastesiolog
Tes Laboratorium ( parameter laboratorium )
Setiap tes/parameter terdiri dari beberapa metode
contoh : tes penentuan kadar Hb
1. metode sahli
2. metode cyanmethemoglobin
Tes penentuan kadar kalium
1. metode flame photometer
2. metode ion sensitive electrode (ISE)
3. metode enzimatik
Tiap metode mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang berbeda.
Data laboratorium
a. kualitatif
hasilnya positif atau negatif: tes kehamilan, HbsAg serum pos, darah samar
tinja neg
b. kuantitatif
ada nilai kadarnya: kreatinin serum : 1,9 mg/dl, SGOT: 72 IU/l
c. semikuantitatif
contoh : glukosa urine : pos 3 (+++), tes Widal, titer O : 1/320
INTERPRETASI HASIL ABNORMAL
1. Berdasar nilai rujukan ( reference value, “ nilai normal “ )
contoh :
Hb pasien =
10,7 g/dl
nilai rujukan  12,5 - 17,5 g/dl
interpretasi : kadar Hb rendah ( anemia )
SGPT pasien = 68 IU/l
nilai rujukan 
< 35 IU/l ( UV, 370 C )
interpretasi : meningkat ( sakit liver ? )
Nilai rujukan (reference value, “ nilai normal “)
Cara mendapatkan nilai rujukan :
40 orang yang ― tampak sehat ― diperiksa untuk parameter tertentu ( mis. kolesterol )
Dari data yang didapat dihitung nilai rerata ( mean ) dan deviasi standar ( SD )
nilai rujukan adalah : nilai rerata ± 2 SD
contoh : kolesterol
dari 40 orang yang diperiksa didapatkan mean = 170 mg/dl
SD =
20 mg/dl
nilai rujukan untuk kolesterol : 170 ± 2x 20
130 – 210 mg/dl
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
2
Kelemahan menggunakan nilai rujukan:
Distribusi orang sehat dan orang sakit umumnya tumpang tindih
Contoh :
nilai rujukan untuk kreatinin serum 0,6 – 1,3 mg/dl
Bagaimana dengan nilai 1,2 mg/dl? Normal ?
Kalau sebelum sakit nilai kreatinin serum 0,6 mg/dl maka pada saat sakit kreatinin
meningkat 2 X ( 1,2 mg/dl ) atau klirens kreatinin ( GFR ) kira-kira 60 ml/mn,
fungsi ginjal tinggal 50%
Nilai rujukan klirens kreatinin ( GFR ) = 120 ml/mn/1,73 m2
2. berdasar nilai potong ( cut off value )
Nilai ― cut off ‖ didasarkan atas hasil penelitian klinik dari suatu tes laboratorium ,
metode ttt. terhadap penyakit tertentu.
Dari hasil penelitian didapatkan suatu ―nilai ― yang
optimal antara orang sehat dengan orang yang sakit
contoh :
Glukosa darah 2 jam pp =
dapat membedakan secara
260 mg/dl
nilai ― cut off ― untuk Diabetes melitus : 200 mg/dl
interpretasi : pasien menderita diabetes melitus
Interpretasi perubahan bermakna dalam pemeriksaan serial/pada tes pemantauan:
perubahan dianggap bermakna jika selisih hasil pemeriksaan ≥ 3 SD ( WHO )
contoh : pasien hiperkolesterolemia
sebelum pengobatan, kolesterol serum = 400 mg/dl
sesudah pengobatan, kolesterol serum = 380 mg/dl
apakah benar kadar kolesterol turun ?
impresisi tes kolesterol di laboratorium,
SD = 15 mg/dl
3 SD = 45 mg/dl
selisih sebelum dan sesudah pengobatan = 20 mg/dl
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
3
interpretasi : perbedaan tidak bermakna, artinya tidak ada penurunan
Faktor–faktor lain yang perlu diperhatikan pada interpretasi
1. persiapan pasien ( puasa, obat, dll.)
2. cara pengambilan darah ( duduk,telentang,arteri,vena,kapiler,turniket )
3. cara penampungan sampel ( anti koagulan, aerob,anaerob,sinar ?)
4. transportasi ( suhu ? )
5. penyimpanan ( suhu ? )
6. umur ( anak, dewasa, usia lanjut )
7. jenis kelamin
8. besar/kecil otot
Metode Pemeriksaan laboratorium
Keandalan metode pemeriksaan laboratorium
Kemampuan tes laboratorium dalam membantu menegakkan diagnosis suatu
penyakit secara benar
1. keandalan analitik ( laboratorium )
2. keandalan diagnostik ( klinik )
Keandalan analitik
1. presisi / impresisi
2. akurasi / inakurasi
3. sensitivitas/detectabilitas
4. spesifisitas analitik
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
4
Presisi / impresisi

Presisi ( precision )
Beda hasil jika pemeriksaan diulang pada bahan yang sama
Sifat  kualitatif : presisi baik, lebih baik , jelek, lebih jelek

Impresisi ( imprecision )
Deviasi standar ( SD ) dari pemeriksaan ulang pada bahan yang sama
Sifat kuantitatif : nilai impresisi dinyatakan dalam SD atau CV
Akurasi / Inakurasi
Akurasi ( accuracy ) :
Beda antara hasil pemeriksaan dengan nilai benar ( true value )
Sifat kualitatif : akurasi baik, lebih baik, jelek, lebih jelek
Inakurasi ( inaccuracy ) : sifat  kuantitatif
Rerata penentuan – nilai benar x 100%
nilai benar
Contoh :
Hasil pemeriksaan ulang kadar glukosa pada serum yang sudah diketahui
kadarnya = 100 mg/dl  ( “true value” )
112 mg/dl
114
rerata ( mean ) = 112,8 mg/dl
110
107
SD
= 3,425 mg/dl
115
111
CV
= 3,036 %
112
113
120
114
impresisi  SD = 3,425
inakurasi 
atau CV = 3,036 %
(112.8 – 100 / 100) X 100 = 12.8%
Detektabilitas :
Kemampuan tes untuk mendeteksi kadar yang terendah
Batas deteksi ( detection limit ) = nilai hasil yang paling kecil yang masih dapat
dibedakan dengan blanko
Sensitivitas
Kemampuan untuk mendeteksi perbedaan kadar untuk setiap peningkatan
pembacaan
Spesifisitas analitik :
Kemampuan tes untuk tidak dipengaruhi oleh bahan lain selain bahan yang
diperiksa
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
5
B. Keandalan diagnostik
1. sensitivitas diagnostik
2. spesifisitas diagnostik
3. nilai ramal positif
4. nilai ramal negatif
5. efisiensi
Contoh : pemeriksaan Glukosa urine untuk diagnosis penyakit Diabetes Melitus
Dari 100 penderita dengan diagnosis pasti DM ---- Positif 80 ( TP )
Negatif 20 ( FN )
Dari 100 orang yang pasti bukan DM ------------ Positif 5 orang ( FP )
Negatif 95 orang ( TN )
TP
80
Sensitivitas Diagnostik
= ------------ X 100% = ----------- X 100% = 80%
TP + FN
80 + 20
TN
95
Spesifisitas Diagnostik
= ----------- X 100% = ------------- X 100% = 95%
TN + FN
95 + 5
TP
80
Nilai Ramal Positif
= ------------ X 100% = ------------ X 100% = 94%
TP + FP
80 + 5
TN
95
Nilai Ramal Negatif
= ------------ X 100% = ------------ X 100% = 82,6%
TN + FN
95 + 20
Efisiensi
TP + TN
80 + 95
= --------------------------- 100% = ----------------- X 100% = 87,5%
TP + FP + TN + FN
80+5+95+20
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
6
Pemilihan jenis tes
Jenis / metode tes yang digunakan di klinik harus memiliki


keandalan analitik
keandalan diagnostik cukup tinggi
Pengembangan jenis dan metodologi tes laboratorium
penelitian di ilmu kedokteran laboratorium / patologi klinik
penemuan tes baru yang memiliki keandalan analitik / diagnostik yang lebih tinggi
Mutu hasil laboratorium
kemampuan laboratorium dalam mempertahankan secara terus–menerus
presisi dan akurasi yang baik untuk semua tes yang dihasilkan
:
Sumber kesalahan hasil laboratorium
Pra analitik
Analitik
Pasca Analitik
permintaan dokter
reagen
salah ketik
persiapan pasien
standar
salah nama
pengambilan sampel
kalibrasi
salah hitung
penampungan sampel
alat rusak
salah interpretasi
tertukar antar pasien
tertukar sampel
salah kirim
pengiriman sampel
QC ?
labeling
Meminimalkan kesalahan
Kesalahan pra analitik dan pasca analitik sulit untuk dilacak ( di deteksi )
Cara meminimalkan kesalahan :





sistem barcode
transportasi dengan pneumatic tube
LIS / HIS ( komputerisasi
perbaikan managemen
komunikasi antara klinisi dan laboratorium
Kesalahan pada area analitik dapat dilacak ( di deteksi ) dengan sistem QC
(pemantapan mutu internal )
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
7
Cara meminimalkan kesalahan :



sistem barcode
otomatisasi
mutu SDM ↑
Pemantapan mutu laboratorium klinik
1. kendali mutu internal
2. pemantapan mutu
a. internal ( Internal Laboratory Quality Control )
dikelola oleh laboratorium
mengendalikan presisi dan akurasi
mengeluarkan hasil yang dapat dipercaya
b. eksternal ( External Laboratory Assesment ) dikelola dikelola oleh instansi
di luar laboratorium (Pemerintah, organisasi profesi, perusahaan swasta)
menilai kesamaan (komparabilitas) hasil dari beberapa laboratorium
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
8
INTERAKSI SINAR DAN BENDA
SINAR
Sinar atau cahaya merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik. Gelombang
elektromagnetik mempunyai panjang gelombang dan frekuensi.
Frekuensi adalah jumlah getaran per detik. Frekuensi berbanding terbalik dengan
panjang gelombang.
Sinar mempunyai panjang gelombang 150-2500 nm. Dalam kehidupan sehari-hari
sinar terbagi atas sinar tampak dan sinar tidak tampak.
Sinar γ,β RӦ sinar UV u-ni-bi-hi-ku-ji-me NIR infra red
400 nm-800 nm
gel TV
gel radio
>2500nm
Sinar tampak (visible light)
Panjang gelombang 400-800 nm (1nm= 10-9)
Berbicara tentang benda berarti berbicara tentang atom. Atom terdiri dari proton dan
elektron.
e
e
p
e
e
Setiap atom mempunyai spesifisitas terhadap panjang gelombang tertentu. Apabila
suatu benda dijatuhkan sinar spesifik (sinar dengan panjang gelombang tertentu)
maka benda tersebut akan turut beresonansi (resonansi =turut bergetar) oleh karena
energi cahaya tersebut diserap, timbul eksitasi pada atom.
Eksitasi adalah perpindahan elektron dari lingkaran energi yang rendah ke lingkaran
energi yang tinggi.
Panjang gelombang pendek menyebabkan eksitasi sampai ke proton (sinar γ).
FOTOMETER SEDERHANA
.......
.......
1
2
3
4
5
6
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
9
Fotometer sederhana terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sumber cahaya (excyter lamp)
Lensa (lensa cembung)
Monokromator
Kuvet (cuvet)
Detektor
Meter (Galvanometer)
Hukum Interaksi Sinar dan Benda
Hukum Beer (Beer’s law)
―Bila sinar monokromatis dijatuhkan pada suatu larutan maka jumlah sinar yang
diserap akan berbanding lurus dengan kadar larutan tersebut‖.
Rumus Beer:
C1 = A1
C2
A2
C= kadar
A= absorban
Kadar bahan= Ab bahan x Kadar standar
Ab standar
Kadar tes= Ab tes x Kadar standar
Ab standar
Hukum Lambert
―Bila sinar monokromatis dijatuhkan pada suatu larutan, maka bila kadar larutan
tersebut meningkat secara linier maka sinar yang diteruskan akan menurun secara
logaritmis
Rumus: A = log 1/T
A= absorban
T= transmitan
A= 2 - log T (%)
 The concentration of a substance is directly proportional to the amount of light
absorbed or inversely proportional to logarithm of the transmitted light.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
10
Keterangan:
Berbanding lurus (linier proportion) berarti bila kadar A meningkat 2x maka sinar
yang diserap akan meningkat 2x
Meningkat secara linier : 1, 2, 3, 4, 5 dst
Meningkat secara logaritmis: 10 102 10 3 104 10 5
dst
Pada udara, air murni cahaya akan diteruskan semuanya, maka T=1 (100%)
Pada benda yang tidak tembus cahaya maka T=0 (0%)
A=0 pada benda yang tidak dapat menyerap cahaya
A= tak terhingga, pada benda yang meneruskan semua cahaya
Bila T=10 A= 2 – log 10 = 1
Bila T=100 A= 2 – log 100=0
Absorban efektif yaitu absorben yang dapat diperiksa, mempunyai nilai = 2
A
0,1
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
T
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
∞
0 %
PENJELASAN FOTOMETER SEDERHANA
1. Lampu (Exciter lamp/light source)
Ada beberapa jenis sumber cahaya:
a. Lampu Wolfram (Tungsten)
Merupakan sumber cahaya yang paling sering digunakan. Ini merupakan
lampu pijar biasa yang ditemukan oleh Thomas Alfa Edison. Lampu pijar
ini tidak hangus atau menjadi abu pada saat berpijar oleh karena berada
dalam ruang hampa (tanpa oksigen). Saat ini lampu wolfram banyak diisi
dengan nitrogen.
Keuntungan:
Mengeluarkan sinar polikromatik yang sifatnya kontinyu (panjang
gelombang terus menerus antara 360-800nm).
Bila menginginkan panjang gelombang berapa saja bisa diperoleh dengan
lampu ini.
Kelemahan:
Sulit memisahkan panjang gelombang
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
11
Membutuhkan energi yang besar agar warnanya putih (±100 watt). Bila
voltase kurang warna lampu akan menjadi merah.
Tidak dapat dipakai apabila membutuhkan panjang gelombang < 100 nm.
b. Lampu Halogen
Merupakan lampu Tungsten/pijar yang diisi dengan halogen (halogen
merupakan kelompok unsur golongan VII: F, Cl, Br, I, At).
Tujuan: supaya tetap kuat/ tidak mudah putus.
Nominal voltase bisa ditingkatkan tanpa memutus filamen sehingga sinar
makin putih—mengarah ke sinar UV (320 nm). Bila lampu sudah tua maka
warna sinar UV akan berkurang
Contoh lampu halogen dalam kehidupan sehari-hari: lampu mobil.
c. Lampu Fluorosens
Tidak memakai filamen, memakai katode dan anode sehingga terjadi
loncatan elektron yang membuat fluoresensi ke dinding tabung.
Fotometer yang menggunakan lampu fluorosen memakai HIDROGEN
(H3) yang disebut DEUTERIUM.
Deuterium merupakan isotop dari hidrogen. (NB: Isotop adalah unsur yang
sama dengan nomor atom yang berbedajumlah proton berbeda)
Keuntungan:
Sifat sinarnya kontinyu
Mengandung sinar UV (100nm)
Kelemahan:
Tidak mempunyai sinar dengan panjang gelombang yang besar (>575 nm)
d. Lampu merkuri (Hg)
Warna putih keunguan
Sifat sinarnya: sinar discrete (putus-putus)
415
575 nm
Keuntungan:lebih mudah mendapatkan sinar dengan panjang gelombang
tertentu (sinar monokromatis)
Kelemahan: tidak semua panjang gelombang ada
e. Jenis lampu lainnya:
1). Lampu Natrium (Sodium); warna kuningpanj.Gelombang 570-585 nm
2). Lampu Barium (Br);warna hijau
3). Lampu Kalium (Potasium); warna keunguan
4). Lampu Stronsium (Sr); warna merah
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
12
2. Lensa
Sifat lensa:
Sinar sejajar difokuskan, sinar yang menyebar dibuat sejajar.
3. Monokromator
Tujuan: mengeluarkan berkas sinar dengan suatu panjang gelombang (band
pass/ band with)
Monokromator yang paling kuno adalah ―spectroscope‖
Monokromator terbuat dari prisma, sifat prisma adalah menguraikan sinar
Me
Ji
Ku
Hi
Bi
Ni
U
Spektroskop dapat juga memakai GRATING (kisi-kisi)
Perbedaan prisma dan kisi-kisi:
Prisma: Uraian sinar tidak linier
Kisi-kisi: linier (jarak antar panjang gelombang sama)
Saat ini spektrofotometer tidak menggunakan prisma, tetapi memakai grating.
Untuk menjadikan prisma maupun kisi-kisi menjadi monokromator dapat
diatur dengan cara:
1. Prisma diputar
2. Sumber cahaya diputar
Entrance slit
exit slit
Entrance slit: sinar polikromatik masuk
Exit slit: sinar monokromatik keluar
Untuk mengatur Band Width/Band pass menggunakan EXIT SLIT.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
13
Band width adalah berkas sinar dengan range panjang gelombang tertentu.
Semakin spesifik semakin kecil lubang, energinya juga semakin kecil. Bila lebar
maka panjang gelombang semakin besar.
Fotometer
yang
menggunakan
monokromator
spektroskop
disebut
spektrofotometer.
FILTER FOTOMETER
Bila memakai filter sebagai monokromator
Filter yang sederhana adalah kaca berwarna. Apabila gelas merah disinari cahaya
putih keluar warna merah tetapi ―band pass‖ lebar bisa mencapai 100 nm (antara
600-700 nm). Untuk menyempitkan ―band pass‖ kaca ditumpuk/ dibuat kombinasi.
Namun energi menjadi berkurang olehkarena banyak yang diserap, dan timbul
panas. ―Band pass‖nya dapat dicapai hingga 50 nm.
Interference Filter
 Dibuat sedemikian rupa sehingga tidak panas karena yang bisa menembus
hanya yang diperlukan saja. Namun masih terdapat kebocoran.
 ―Band pass‖ lebih sempit (10 nm)
 Harga tergantung daya tahan/ keawetannya
 Untuk pemeriksaan rutin ada 4 filter, sesuai kebutuhan.
MULTILAYER Interference Filter
 Lebih spesifik 9dibuat bertumpuk-tumpuk)
 Energi yang keluar lebih kecil
4. KUVET (CUVET)
Tabung yang ditembus sinar monokromatik. Dahulu cuvet berbentuk bulat.
Tampak samping
Tampak atas
Kuvet bulat mempunyai kerugian:
a. Dipantulkan
Ini terjadi oleh karena indeks bias, tergantung bahan
Bila indeks bias tinggi maka banyak sinar yang
dibelokkan. Dari indeks bias tinggi ke rendah maka makin
banyak yang dipantulkansinar semakin berkurang
(transmitans )
Dibiaskan
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
14
100%
98%
Bila diisi bahan dengan indeks bias tinggi seperti air, maka yang hilang akan
semakin berkurang. Jadi untuk mendapatkan kembali transmitans yang tinggi diberi
air.
b. Kuvet berputar sendiri
Ketebalan kuvet tidak dapat dijamin sama, sehingga sinar yang dibiaskan
tidak sama. Oleh karena itu kuvet bulat tidak dipakai lagi, saat ini kuvet yang
dipakai berbentuk segi empat.
Pada kuvet segi empat sinar datang tegak lurus, sehingga tidak dipantulkan dan
tidak dibiaskan (sedikit dibiaskan). Secara teoritis tidak terjadi pengurangan.
tampak atas
100%
99%
Kuvet ini sudah diberi tanda pada tempatnya sehingga tidak dapat diputar. Kuvet ini
tidak dapat berputar pada tempatnya.
Bahan kuvet dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai indeks bias yang rendah.
Contohnya pyrex. Saat ini ada bahan yang terbuat dari plastik yang lebih murah
namun mudah tergores sehingga dapat mengacaukan sinar. Pada alat otomatis
dipakai kuvet disposible. Kuvet dapat dipakai sampai waktu tertentu, misalnya 2 x
pakai. Agar kuvet tidak tergores saat dibersihkan maka dibuat kuvet yang bernama
―flow through cuvet‖ yang mempunyai lubang sehingga tidak perlu diangkat. Kuvet
ini hanya perlu diisi air, dipompa, dicuci dan air dibuang. Pencucian dilakukan
dengan menggunakan deterjen khusus untuk menghilangkan protein dan lemak.
Contoh pencuci yang bagus adalah pencuci kacamata yang menggunakan
gelombang suara (ultrasound) sehingga kotoran-kotoran terlepas, tanpa
menyebabkan goresan. Alat ini bernama SONICATOR.
Tujuan dibuatnya alat ini adalah supaya pemeriksaan makin akurat.
Kuvet mempunyai ukuran atau diameter.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
15
Hukum Beer-Lambert:
―Absorban berbanding lurus dengan diameter (panjang diameter dalam) larutan yang
ditembus‖.
Berbanding lurus berarti bila diameter 2x maka absorban 2x
1x
2x
Rumus Beer-Lambert
A= abc
Keterangan: a= absorbtivity (absortifitas), b= diameter bagian dalam kuvet (light
path), c= kadar.
Absorbtivity:
Ditentukan oleh bahan tertentu. Contoh; kreatinin pikrat mempunyai absorbtivity
tertentu karena bahan tertentu mempunyai spesifisitas terhadap panjang gelombang
tertentu.
Light path:
Mempunyai standar yaitu 10 mm (1cm). Pada alat otomatis light pathnya dikecilkan.
Absorban terletak antara 0 - ∞. Namun untuk mengukur yang paling baik adalah
diantara 0,1 - 1,0. Bila cairan tidak dapat diencerkan lagi maka dapat dibantu
dengan memperlebar light path.
5. DETEKTOR
Alat untuk merubah sinar yang keluar dari kuvet menjadi arus litrik (fotodetektor).
Dahulu dipakai fotodetektor dari fotovoltaic, yakni logam tertentu yang merubah sinar
menjadi listrik.
Kelemahan: tidak linier (jumlah sinar tidak linier dengan arus litrik yang dihasilkan)
Saat ini memakai FOTOKONDUKTIF
Konduktif=konduktor yaitu bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Untuk itu
memerlukan sumber listrik sebagai penghantar.
Jenis-jenis fotokonduktif:
1. Photo tube: mempunyai katode-anode
2. Photo multiplayer: lebih baik, sinar yang masuk ditingkatkan daya listriknya.
Tidak boleh ada kebocoran sinar (harus tertutup rapathindari sinar yang
tidak diharapkan/stray light)
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
16
6. METER
Merupakan alat ukur, berupa galvanometer.
A
T
A=0, T= 100%
A=∞, T=0%
Agar hasilnya lebih teliti maka jarum diperpanjang, namun kelemahannya lebih
berat sehingga jarum dapat jatuh sendiri. Cara mengatasi kelemahan ini adalah
dengan menggunakan cermin yang dipantulkan sinar, tanpa memakai jarum.
Cara ini dilakukan oleh Goldman Junior. Kelemahan lain memakai jarum adalah
adanya kesalahan paralaks dan memakan tempat. Untuk mengatasi ini Goldman
membuat bulatan persis di angka. Cara yang paling canggih adalah
menggunakan digital.
KURVA SERAPAN
Pada Double beam photometer dapat dicari panjang gel MAX dan OPTIMAL
A
max
optimal
bilirubin
creatinin picrate
Hb
400 450 500
550 600 650 700 nm panjang gelombang
Keterangan gambar:
Larutan kreatinin dalam HCl + As.pikrat menjadi kreatinin pikrat ---> di scan untuk
mendapatkan panjang gelombangnya dengan absorbannya. Caranya dinolkan dulu
kemudian discan.
Didapatkan panjang gelombang dengan absorban maksimal kreatinin pada 480 nm.
Pada panjang gelombang ini absorban Hb dan Bilirubin juga maksimal sehingga
akan timbul pengaruh bilirubin dan Hb terhadap absorban kreatinin-pikrat pada
panjang gelombang ini, oleh karena itu pada pasien dengan ikterus dan trombosis
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
17
intravaskular bisa timbul gangguan absorban kreatinin-pikrat. Oleh karena itu dicari
panjang gelombang dimana pengaruh bahan-bahan lain kecil yang disebut dengan
panjang gelombang OPTIMAL.
Apabila kita tetap memilih memakai panjang gelombang maksimal maka hasil yang
keluar adalah serapan resultante (penjumlahan ketiga bahan tadi).
Panjang gelombang
Lancip
landai
Kita harus menghindari yang lancip olehkarena fotometer tidak selamanya
terkalibrasi dengan baikbenar-benar keluar panjang gelombang yang diinginkan.
Itulah sebabnya pabrik tidak mengeluarkan satu panjang gelombang saja.
INTERFERENCE
Interferen ada 2 yaitu chemical dan spectral
Chemical interference: bahan yang turut bereaksi, mis: badan keton, glukosa,
asam urat, protein turut bereaksi dengan pikrat
Spectral interference: bahan yang turut menyerap cahaya, mis: Hb dan bilirubin
ikut menyerap. Hal ini dapat diteliti dengan menggunakan kurva serapan
BLANKO
Blanko adalah larutan yang mengandung semua bahan kecuali bahan yang ada
pada sampel atau standar kecuali bahan yang akan diperiksa.
Misalkan bahan yang akan kita periksa adalah kreatinin serum, maka blanko berisi
bahan kecuali kreatinin.
Tujuan:
1. mengkoreksi secara spektral apakah bahan-bahan tersebut menyerap
cahaya.
Bacaan sampel – Bacaan blanko = Bacaan bahan yang akan diperiksa
2. Menghilangkan pengaruh bahan lain selain bahan yang akan diperiksa
Blanko ada 2 yaitu blanko standar (reagen) dan blanko sampel (serum)
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
18
STANDAR
Larutan yang kadarnya sudah diketahui.
Standar dapat dibuat, sebagai contoh; standar glukosa dapat dibuat dengan
menggunakan labu ukur, diisi dari corong hingga batasnya. Harus diketahui syaratsyaratnya.
Misal: glukosa 100 mg/dl
Gradasi suatu bahan:
a. GR (great): 99,98 %--campurannya sedikit
b. PA (pure analitikum): lebih rendah
c. Teknik: 95-97%, misalnya glukosa yang dijual di apotek
Untuk larutan standar dipakai gradasi GR.
Standar : kreatinin + HCl + As.pikrat kreatinin pikrat + NaOH
Sampel : kreatinin pikrat + As.pikrat + NaOH dan bahan-bahan lain dalam
serum
Langkah-langkah:
1. Fotometer dinyalakan
2. Absorban di‖nol‖kan, transmitan 100%, jadi kuvet dikosongkan atau diberi air
untuk menghindari pantulan-pantulan
3. Dibaca blanko standar/reagen
Isinya: reagen + HCl (tanpa kreatinin)—biasanya 0,02
4. Di‖nol‖kan lagi
5. Dibaca standarnya
Absorben standar = Bacaan standar – Bacaan blanko standar
Contoh: standar = 0,23
Blanko standar = 0,02
Absorben standar = 0,23 – 0,02 = 0,21
6. Di‖nol‖kan kembali
7. Dibaca absorban blanko sampel
8. Di‖nol‖kan kembali
9. Dibaca absorban sampel
Standar yang dilarutkan dalam air disebut standar KONVENSIONAL
Standar yang dibuat mirip dengan serum sebenarnya disebut KALIBRATOR
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
19
Kalibrator ini misalnya diisi dengan albumin, kreatinin dengan kadar yang diketahui.
Komposisinya hampir sama dengan serum sebenarnya. Kalibrator ini dapat dipakai
untuk semua pemeriksaan
SAMPEL
Blanko serum/sampel
Kreatinin bereaksi pada suasana basa terbentuk kreatinin pikrat. Blanko sampel
menjadi serum yang berisi tanpa kreatinin pikrat oleh karena tidak diberi NaOH. Jadi
isinya hanya kreatinin + as.pikrat (bukan kreatinin pikrat) + NaOH sedikit.
Bila pembacaan blanko <0,1 boleh di‖nol‖kan (dianggap langsung nol), bila >0,1
harus dibaca.
Kepekatan akan menghilangkan liniearitas
<0,1 : tidak linier lagi
>1: tidak linier
Pembacaan yang baik berada diantara 0,1 – 1
Contoh: kepekaan glukosa adalah 20-300 mg/dl, bila <20 mg/dl atau >300 mg/dl
pembacaan tidak linier lagi
Linieritas: kemampuan untuk membentuk suatu hubungan yang lurus. Linier berarti
antara yang dibaca dengan nilai sesungguhnya sama.
Kurva standar harus memenuhi Hukum Beer
1
contoh: kreatinin hanya linier pada kadar
0,5
hingga 6 mg/dl, bila lebih tidak lagi memenuhi
0
Hukum Beer
1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 mg/dl
Agar kreatinin yang
PENGENCERAN
>6
mg/dl
memenuhi
Hukum
Beer
maka
dilakukan
Contoh: seum 3 ml diambil 1 ml diencerkan sampai 3 ml (3x). Hasilnya kemudian
dikalikan 3. Kreatinin 9 mg/dl serum 1 ml diencerkan hingga 3 ml didapat
pembacaan 4 mg/dl. Maka nilai sebenarnya adalah 4 mg/dl x 3 = 12 mg/dl
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
20
Contoh: alat pemeriksaan kadar glukosa
tidak liner
Tidak linier
0
20
300
Bila nilai pada glukometer <20 mg/dl tidak perlu ditentukan nilai sebenarnya, cukup
ditulis <20 mg/dl.
KURVA DISTRIBUSI NORMAL
Berbentuk ―bell shape‖ dimana mean=median=mode (berimpit)
ẋ = mean = nilai rata-rata
Md= Median = nilai tengah
Mo = Mode = frekuensi yg paling sering muncul
-3SD -2SD -1SD ẋ +1SD +2SD +3SD
Mean ± 1SD = 67%
Mean ± 2SD = 95%
Mean ± 3SD = 99%
Umumnya dalam ilmu biologi/ kedokteran mengambil sampel 95% = mean ± 2SD
Kurva bimodal
Skew to the left
Skew to the right
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
21
Kurva Bimodal
Menunjukkan terdapat 2 populasi, ada populasi dengan kontrol yang rendah dan
yang lebih tinggi. Pada kurva ini biasanya diambil mediannya.
Nilai rujukan dipengaruhi oleh:
1. Variasi biologis
2. Variasi analitik
Setiap laboratorium sebaiknya membuat nilai rujukan sendiri. Misalnya nilai rujukan
kolesterol serum : 100-240 mg/dl.
Bila presisinya jelek maka rentangnya lebih lebar = 80 – 260 mg/dl
Bila presisinya lebih baik maka rentangnya lebih sempit = 120 – 220 mg/dl
Bila berbeda akurasi maka nilainya bisa bergeser ke kiri maupun ke kanan misalnya
80 – 220 mg/dl atau 120 – 260 mg/dl.
Variasi biologis dapat membuat rentang bisa melebar maupun menyempit. Variasi
biologis setiap tes berbeda bisa intra individual maupun inter individu. Misalnya
kreatinin dipengaruhi oleh massa otot
Ingat: nilai rujukan bukan untuk menyatakan seseorang sehat atau tidak tetapi untuk
membuat suatu nilai rujukan saja.
OUTLIER
Pada suatu penelitian orang-orang yang harus dibuang disebut outlier
Contoh: cholesterol pada 100 orang yang diperiksa didapatkan mean= 100, SD =5.
Maka nilai Mean ± 3SD = 85 – 115. Bila hanya ada 98 orang yang berada dalam
rentang ini maka 2 orang tersebut dibuang, lalu dicari kembali mean ± 3SD dan
seterusnya.
KURVA STANDAR
Tujuan dibuatnya kurva standar adalah untuk mengetahui hubungan kadar dan
pembacaan yang linier.
Dalam membuat kurva standar minimal harus mempunyai 5 kadar yang akan
diperiksa (bila lebih makin baik).
Kadar yang dibuat harus mencakup kadar normal (nilai rujukan). Misalnya kreatinin
serum nilai rujukan 0,6-1,3 mg/dl
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
22
Standar kreatinin yang dibuat untuk diperiksa adalah:
1 mg/dl
6 mg/dl
2 mg/dl
7 mg/dl
3 mg/dl
8 mg/dl
4 mg/dl
9 mg/dl
5 mg/dl
10 mg/dl
Sewaktu ditimbang 1 gram kreatinin pengencernya atau diluentnya HCl 0,1 N. Untuk
membuatnya menjadi 10 mg/dl caranya:
Kadarnya bila 1 gr kreatinin dilarutkan dalam 1000 ml = 100 mg/dl
Untuk membuat larutan 100 mg/dl menjadi 10mg/dl diambil 10 ml
larutan kreatinin 100 mg/dl kemudian diencerkan menjadi 100 ml
Kurva standar harus memenuhi Hukum Beer
1
0,5
0
1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 mg/dl
Dahulu untuk membuat kurva standar menggunakan penggaris khusus yang terbuat
dari timah dan dapat dibengkokkan.
Bila kurva dari awal sudah tidak terbentuk memenuhi Hukum Beer, maka hal yang
dapat dilakukan adalah:
1. Interpolasi ( dibaca kadar dan absorben secara langsung)
2. Log: kurva diluruskan dengan cara dilogaritmiskan (menggunakan skala
Logaritmis) dengan cara:
a. Semi-log: salah satu di log-kan (kadar di Log-kan)
b. Log-Log: keduanya di log kan teknik ini lebih sering dilakukan.
JENIS-JENIS PIPET
1. Pipet manual
2. Pipet otomatik
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
23
Pipet manual terdiri dari:
1. Volumetric pipet (transferring dan bulb
type pipet)
2. Graduated pipet(measuring pipet)
Graduated pipet
Volumetric pipet
Jenis pipet berdasarkan cara mengeluarkan:
1. TD (To Delivere): dihisap kemudian dikeluarkan, ada cairan yang tidak keluar
(menempel di dinding)
2. TC (To Contain): seluruh isinya harus keluar (tidak boleh menempel di
dinding)
Pipet Otomatis
Bersifat TC, dapat dipakai bahan silikon (siliconized) sehingga tidak ada bahan yang
menempel di ―tip‖. Tip tidak boleh dipakai ulang (harus disposibel) sebab bila dipakai
ulang atau dicuci silikon bisa hilang dan cairan menempel sehingga hasilnya akan
tidak sesuai dengan ukuran sebenarnya
Untuk pipet otomatik penghisapannya harus sering dikalibrasi
Pipet Otomatis
Tip
Proses kalibrasi dilakukan oleh pabrik. Cara kalibrasi kedua pipet tersebut berbeda
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
24
1
5
2
3
6
4
7
1).Becker 2).Erlenmeyer flask 3).Florence flask
4).Round bottomed flask 5).Conical testing glass
6).Filter tunnel 7).Evaporating dish 8). Watch glass
8
9).Test tube 10).Kahn atau prepcipitin tube
9
10
11
12 11).Round bottom centrifuge tube 12).Conical
Centrifuge tube 13).Petri dish 14).crystallizing
dish 15). Desiccator 16).Stainning trough
13
14
15
16
CARA MENDAPATKAN STANDAR
Diambil bahan semurni mungkin/GR (grade)
Bila bahan higroskopis/menyerap air, menimbangnya sulit
(ada pula yang mengandung bahan kristal, mis: NaCl)
Untuk menghilangkan kandungan air tadi dipakai eksikator
CaO + H2O  Ca(OH)2
Ca(OH)2 + CO2  CaCO3
Sebelum ditimbang dimasukkan dalam eksikator selama 1 malam.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
25
DOUBLE BEAM PHOTOMETER
1
..
Bisa diputar
Bisa diputar
Double beam fotometer memakai CHOPER (cermin yang dapat berputar).
Tujuan: membagi agar sinar monokromatis mempunyai intensitas yang sama saat
keluar.






DOUBLE BEAM
Tidak perlu dinolkan lagi oleh
karena blanko dan sampel sudah
dipasang, hasilnya merupakan
resultante
Tidak ada pengaruh pada
perbedaan voltase
Diukur absorbennya pada tiap
panj.gel (masuk dalam recorder)
secara kontinyu (tidak putusputus)
Berguna dlam mendapatkan
panjang gelombang maksimal dan
optimal
Hanya dipakai untuk penelitian
dalam menemukan/membuat
metode baru
Bisa memakai spektrofotometer
dan filter


SINGLE BEAM
Bila memeriksa bahan dengan
pergantian panjang gelombang
harus dinolkan
Ada beda waktu antara sewaktu
membaca titik nol, bila terjadi
perubahan voltase menyebabkan
hasil tidak dapat dijamin sama
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
26
REFLEKTANT PHOTOMETER
Reflektan fotometer digunakan untuk memeriksa bahan yang tidak tembus cahaya.
Contoh; bila kertas merah kita sinari dengan sinar merah maka semua sinar merah
akan dipantulkan.
Ket:
Perubahan warna yang bergradasi akan menimbulkan efek terhadap pantulan.
Dengan alat ini dapat diperoleh panj.gel optimal dan maksimal. Yang digunakan
adalah sinar monokromatis. Bila warna merah minimal maka masih ada yang
dipantulkan. Ditentukan mana yang sensitif terhadap perubahan warna.
Contoh tes yang menggunakan reflektant fotometer adalah Tes Urine (Urisis),
Vitrous.
Pada reflektant ini Hukum Beer tidak berlaku.
TURBIDIMETER
Alat untuk mengukur kekeruhan yang disebabkan oleh partikel-partikel yang tidak
larut.
Kekeruhan dapat berupa suspensi maupun emulsi. Serum yang keruh terjadi oleh
karena sel-sel darah merah. Plasma yang keruh oleh karena Chylomicron.
Emulgator adalah zat yang dapat membuat bahan melayang. Pada plasma
emulgator adalah lipoprotein.
Pada turbidimeter cahaya yang mengenai partikel tidak diserap tetapi dipantulkan
(scatter).
scatter
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
27
Umumnya menggunakan sinar merah (λ > 600 nm). Cara pengukuran sama dengan
TRANSMITTANCE namun hukum Beer tidak berlaku. Turbidimeter ini biasa dipakai
untuk mikrobiologi, unit kekeruhan Mc Farland untuk menentukan jumlah kuman
dengan menggunakan standar BaSO4.
NEPHELOMETRI
Mengukur kadar partikel. Pada turbidimeter sinar yang diterima akan menurun
apabila kadar meningkat. Pada nefelometri sinar yang diterima akan meningkat
apabila kadar meningkat.
Biasanya digunakan mengukur partikel Lipoprotein, Ag-Ab kompleks, molekulmolekul besar seperti Ig M.
Laser Nephelometer
Sinar koheren dengan intensitas yang tinggi lebih sensitif, meskipun partikelnya
besar seperti Ig M dapat ditembus.
Sinar scatter yang ditangkap ada yang menggunakan sudut 30 dan 90 derajat. Saat
ini menggunakan LED (Light Emiting Diode) mengeluarkan sinar monokromatis lalu
diamplifikasi. Laser tidak menggunakan monokromator
Umumnya menggunakan sinar merah (λ > 600 nm) agar tidak timbul eksitasi
sehingga seluruh sinar yang keluar dipantulkan.
Laser nephelometer lebih sensitif daripada turbidimeter oleh karena sinar lebih kuat.
FLUOROMETRI
Fluorosensi: bila sinar dengan λ pendek akan disimpan molekul lalu memancarkan
sinar dengan λ lebih panjang.
365 nm
405 nm
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
28
Hanya beberapa bahan yang bersifat berfluoresensi, misalnya; Fluoresin, Calcein
(Fluorosin Thyosianate). Bahan yang akan diperiksa sebaiknya bersifat fluorosensi.
Bila bukan bahan yang bersifat fluorosensi bahan tersebut direaksikan dengan
bahan yang berfluorosensi.
Pada fluorometer ada 2 monokromator yaitu pada sinar datang dan sinar yang
difluorosensikan.
305 nm
monokromator
405 nm
monokromator
Spektrofluorometer: Memakai spektroskop
Pada fluorometri sinar datang dan sinar yang difluorosensikan sudah diketahui.
Makin tinggi kadar yang diperiksa maka sinar yang difluorosensikan akan makin
tinggi.
NB: fosforesensi: sinar yang dikeluarkan bisa sama dengan λ sinar datang (hanya
menyimpan sementara).
FLAME FOTOMETER
EMISION FLAME
PHOTOMETER
Keterangan
Bahan yang akan didiperiksa : NaCl, KCl
Setiap bahan mempunyai sifat yang berbeda. Atom logam mempunyai eksitasi yang
berbeda. Pada fotometer serapan bila energi cahaya mengenai suatu bahan akan
timbul eksitasi bila cahaya diabsorbsi. Pada logam setelah sinar diserap/diabsorbsi
maka akan kembali ke ground state (awal) dengan melepaskan cahaya atau sinar
spesifik. Prinsip inilah yang dipakai oleh Flame fotometer. Flame fotometer jarang
dipakai namun dijadikan metode referen untuk pemeriksaan Na+ dan K+. Bila atom
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
29
logam mengabsorbsi energi, akan memancarkan emisi energi tersebut 10-15% saat
kembali ke ground state.
Kebutuhan energi untuk bereksitasi pada setiap logam berbeda, misalnya Na, K dan
Li bisa dibakar dengan LPG pada suhu 1500oC (propana bisa mencapai 2000oC).
Kalsium membutuhkan suhu >3000oC (bisa menggunakan gas acetylen/karbit)
Gas bakar yang digunakan adalah metana, butana, propana (LPG: propana +
butana)
Pompa: mengandung udara sebagai zat pembakar (O2)
Monokromator
Berfungsi membedakan sinar yang diemisikan masing-masing logam. Monokromator
masing-masing logam berbeda. Misalnya monokromator Na, K
Makin tinggi kadar maka sinar monokromatis yang digunakan akan meningkat
(simpangan meter akan meningkat).
Api bisa diatur sehingga warna yang dipilih monokromator bersifat konstan.
Lineritas dapat dicapai dengan melakukan pengenceran; kalium 50 x, natrium 200 x.
Pada flame fotometer standar sudah dimasukkan sehingga meter langsung
menunjukkan kadar.
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER (AAS)
Bila logam diberi energi akan mengemisi 10-15% energi saat kembali ke ground
state, 85-90% energi diabsorbsi. Maka alat AAS ini prinsipnya adalah memakai
energi yang diabsorbsi tersebut.
Sinar monokromatis dari Hollow Cathode Lamp digunakanmengeluarkan sinar
seperti yang dikeluarkan oleh logam tersebut. Sinar tersebut akan diserap secara
spesifik oleh logam yang dibakar tersebut.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
30
Prinsip pemeriksaan: dengan adanya penyerapan maka sinar yang diteruskan
berkurang, sinar yang diteruskan inilah yang diukur. Bila kadar meningkat maka
sinar yang diteruskan akan menurun.
Gas yang digunakan adalah Nitrous dan Acethylen. Pemeriksaan ini sering diminta
oleh bagian psikiatri karena secara klinis logam-logam pada plasma dan serum
dapat menyebabkan autisme.
Hollow katode lamp yang digunakan berbeda untuk tiap logam.
KROMATOGRAFI
Definisi: pemisahan zat-zat berdasarkan perbedaan distribusi/migrasi zat-zat
tersebut pada 2 fase/medium yaitu fase gerak (mobile/pelarut) dan fase diam
(stasioner/gel)(diambil dari kuliah dr.Joko)
Krom=warnaberdasarkan warna.
Tujuan: memisahkan molekul-molekul dalam suatu campuran.
Jenis-jenis kromatografi:
1. Berdasarkan fase gerak-diam
a. Gas-cair (gas liquid chr.)
b. Gas-padat (Gas solid chr.)
c. Cair-cair (liquid-liquid chr.)
d. Cair-padat (Liquid solid chr.)
2. Berdasarkan pemisahan
a. K Adsorbsi
b. K Partisi
c. K Penukaran Ion
d. K Filtrasi/permeasi
e. Elektroforesis
f. Immunochromatografi/ICT
3. Teknik Operasional
a. K Kolom (Column chr.)
b. K Kertas (Paper chr.)
c. K lapisan tipis (TLC)
d. K gas ( Gas chr.)
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
31
Kolom kromatografi
Saat ini dapat digunakan untuk kuantitasi (menghitung jumlah). Kromatografi yang
paling kuno adalah Planar Chromatography, dan yang dikenal paling baik adalah
Thin layer Chromatography (TLC).
Bahan-bahan TLC: Alumunium, Silica Gel dan Dextran.
Banyak digunakan untuk mengetahui asam amino. Solvent yang digunakan
biasanya metanol, kloroform.
Resolusi: jika resolusi kurang maka akan bertumpuk-tumpuk, tidak terpisah dengan
sempurna.
Cara kerja kromatografi:





Lempeng kaca diolesi silika/dikeringkan
Ditetesi bahan-bahan yang akan diperiksa sekaligus standarnya
Dimasukkan ke bejana berisi pelarut, akan naik ke atas sesuai kapilaritas,
namun belum nampak oleh karena belum berwarna
Dikeringkan dengan cara di ―oven‖
Dimasukkan dalam bejana berisi cat akan mengecat AA, bisa juga
dilakukan dengan cara menyemprot.
Banyak dipakai di balai POM untuk mengetahui pemakaian obat bius (mis:morfin).
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
32
Untuk menentukan kadar dapat dilakukan dengan cara:
1. Eluasi
Setelah diberi warna, dikeringkan, kemudian dipotong-potong (digunting) lalu
dilarutkan kembali. Volumenya harus diketahui. Lalu dibaca dengan
fotometer.
2. Densitometer
Prinsip sama dengan reflektanmeter. Jika diberi sinar ada yang
diserap/absorban dan reflectan
Pada pemeriksaan kuantitatif selalu menggunakan standar sebagi bahan kuantitasi.
Resolusi yang tidak baik menyebabkan overlap.
Column Chromatography
Fase diam dimasukkan dalam suatu tabung.
Menunjukkan terjadinya pertukaran ion-ion, bahan-bahan bermuatan. Bahan yang
diperiksa dimasukkan beserta pelarutnya (mobile phase). Bahan yang dipisahkan
akan turun dengan kecepatan yang berbeda kemudian ditampung dalam tabungtabung kecil yang akan berpindah setiap 30 detik aatu 1 menit. Kuantitasinya
menggunakan fotometer.
HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography)
Tidak menggunakan gaya gravitasi, tetapi mengalirkan bahan dengan menggunakan
pompa. Kolom kecil ± 10 cm. Hasil yang diperoleh dalam bentuk grafik
chromatography.
ELEKTROFORESIS
Tujuan: memisahkan dan mengkuantitasikan.
Prinsip: bahan harus bermuatan.
Buffer merupakan cairan dengan pH tertentu (mempertahankan pH) misalnya
KHPO4, KH2PO4
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
33
wick
buffer
+
-
Wick mengandung bahan/spotting media seperti agarose gel, selulosa acetat,
poliakrilamik. Diatasnya ditaruh bahan yang akan diperiksa (misalnya serum).
Bahan bermuatan pada serum adalah protein : albumin, globulin, enzim. Yang paling
banyak adalah albumin dan globulin.
Muatan protein tergantung pH, muatan (-) pada pH tinggi, muatan (+) pada pH
rendah.
Protein mempunyai titik isoelektris yaitu pH dimana muatan protein sama (tidak
bermuatan). Misalnya albumin pada pH 4-5. Pada titik isoelektris protein mudah
mengendap.
Makin besar muatan makin cepat jalannya.
Aki (Accu) memiliki tegangan (V) dan kuat arus/Ampere (I), untuk mendapatkan
resolusi yang baik harus diatur volt dan ampere pada waktu tertentu.
Kuantitasi:
Hasil diwarnai proses misalnya selulosa asetat kemudian dicelup dalam asam
asetat glasial. Selulosa asetat akan larut, komponen protein tinggal (masih
transparan) kemudian diperiksa secara densitometer.
Pada kertas saring seperti kromatografi dilakukan dengan cara elusi (digunting)
kemudian dicelupkan dan diukur dengan fotometer. Bila resolusi tidak bagus maka
dapat timbul overlaping.
NB: Hemolisat adalah sel darah merah dipisah dari plasma dengan cara disentrifus
kemudian dicuci dengan larutan fisiologis (NaCl 0,9 %). Sel darah merah kemudian
dilisis dengan air sehingga yang tinggal adalah Hb + membran sel (debris) kemudian
disentrifus kembali. Supernatan berupa Hb tinggal diatas (Hb A1,HbA2, HbS, HbH,
dsb). Kemudian diwarnai dengan SUDAN BLACK (berwarna hitam).
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
34
IMUNOELEKTROFORESIS
Untuk bahan-bahan protein yang sangat kecil. Dibuat parit yang diisi dengan
antibodi pada serum protein lalu diinkubasi. Di dalam gel terjadi immunodifusi
(immunodiffusion). Terbentuk Ag-Ab complex yang menyebabkan timbulnya
presipitasi. Tampak protein yang lengkap (endapan putih).
Parit ditaruh Antibodi
Pemeriksaan ini hanya bersifat kulaitatif.
Immunodiffusion
Menggunakan agar (molekul besar)
Petri dish
Ag
Ab
Berisi 0,5 cm agar. Ag dan Ab akan betemu membentuk Ag-Ab complex sehingga
terbentuk presipitat. Bila agar jernih maka presipitat berwarna putih.
Cara lainnya:
Dibuat sumur/parit
+
-
Diberi muatan (elektroforesis) protein akan berpisah
Parit diisi antibodi terhadap protein serum
Timbul presipitat setelah diinkubasi
NB: cara membuat antibodi yakni serum manusia disuntik ke binatang, terbentuk
semua Antibodi serum pada binatang, kemudian darah binatang diambil, plasmanya
atau dimurnikan
Untuk timbulnya presipitasi perlu waktu 24 jam. Pemeriksaan bersifat kualitatif/ tidak
dapat dikuantitasikan.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
35
Radial Immunodiffusion
Dibuat Antigen dengan kadar berbeda pada agar yang sudah mengandung antibodi.
Akan timbul zona presipitasi. Pemeriksaan ini bersifat kuantitatif.
Diukur diameter, kemudian dibuat kurva presipitasi sebab kadar sudah diketahui.
Ag
COUNTER IMMUNOELECTROPHORESIS (Double Electroimmunodiffusion)
Memakai deck glass yang dilapisi agar.
Ag
Ab
Dilakukan elektroforesis
+
--
Dalam satu jam akan terbentuk presipitasi, pemeriksaan kualitatif.
Dahulu pemeriksaan ini dipakai untuk α-fetoprotein (marker hepatoma). Sekarang
tidak dipakai lagi karena sudah memakai Serologis cara ELISA, RIA.
ELISA = Enzyme Linked Immunosorbant Assay
RIA = Radio Immuno Assay
ROCKET IMMUNOELECTROPHORESIS (Single Electroimmunodiffusion)
Memakai agar yang sudah mengandung antibodi
Contoh:
Agar diisi antibodi (anti albumin Ab)
1 2
3 4 5 T1 T2 T3 T4 T5
Sumur diisi albumin
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
36
Keterangan:





5 serum diisi dengan serum yang tidak diketahui kadarnya (T1-T5)
5 sumur diisi standar (sudah diketahui kadarnya) misal 1,2,3,4,5 mg/dl
Sambil diinkubasi dilakukan elektroforesis
Terbentuk roket
Lalu dibuat kurva standarnya
1
2 3
4
5
T1 T2 T3 T4 T5
presipitat
1 2 3 4 5 6 mg/dl
FOCUSING ISOELECTRIC ELECTROPHORESIS
Pada masing-masing buffer digunakan pH yang berbeda yang bertujuan
memperbaiki RESOLUSI. Biasanya memakai poliakrilamik gel
wick
pH 6
buffer pH 8
+
-
ELEKTROKIMIA
Dasar-dasar:
Proton mempunyai massa, elektron tidak mempunyai massa. Asam + Basa akan
membentuk garam. Garam di dalam larutan akan terurai. Misalnya CuSO4, NaNO3
CuSO4  Cu2+ + SO4- - logam Cu++ akan mengeluarkan elektron (oksidasi)
Kation: mengarah ke elektrode katode
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
37
Oksidan: bisa menerima elektron
Reduktan: bisa melepas elektron
Oksidasi: proses pelepasan elektron
Reduksi: proses menerima elektron
Contoh: Fehling B: CuSO4 (Frusi)
katode
-
+
Cu++
anode
SO4- -
Keterangan : pH = - log [ H ]+ mol/L
Metode :
Gas hidrogen diimpregnasi/diresapkan dalam suatu alat yang mengandung bahan
khusus (misalnya karbon).
Dibuat gelas elektroda yang merupakan bahan yang dapat ditembus bahan-bahan
tertentu. Misalnya gelas silika yang khusus untuk masing2 ion (Na+, Cl-, H+).Prinsip
inilah yang dipakai oleh ISE (Ion Selective Electrode). Yang dihitung adalah
aktivitasnya (jumlah yang dilihat dalam larutan).
Pemeriksaan pH
-
+
pH (glass)
reference
larutan yg mau diukur
Diukur beda potensial yang akan menunjukkan pH. Makin tinggi kadar H+ maka
simpangan akan semakin panjang.
Pemeriksaan pCO2
pCO2 merupakan tekanan parsial CO2 dalam larutan. Didalam plasma berbentuk
larutan CO2 (35-45 mmHg=seimbang dengan nafas). Sumber CO2 adalah hasil
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
38
metabolisme sempurna dari seluruh sel tubuh. Elektrode CO2 merupakan elektrode
pH yang diberi bungkus hanya bisa ditembus oleh CO2 lalu diberi HCO3- sehingga
akan merubah pH.
CO2 + H2O ------------>
H2CO3 --CA-----> H+ + CO3-
H2CO3 hanya 1/800 dari CO2 oleh karena adanya enzim CA sehingga bisa
diabaikan. NB; CA berada di dalam sel.
Reaksi menjadi
CO2 + H2O --CA-----> H+ + CO3-
-
+
pH (glass)
reference
HCO3-
CO2
Semakin tinggi tekanan CO2 berarti semakin tinggi banyak CO2 menembus
membran sehingga terbentuk asam.
Bila CO2 meningkat reaksi akan bergeser ke kanan (dan sebaliknya). Bila H+
meningkat reaksi akan bergeser ke kiri dan sebaliknya.
Kalibrasi pH minimal menggunakan 2 standar yang mengapit pH yang akan
ditentukan. Misalnya pH N = 7,35-7,45, diperlukan standar 6, 8 dan 7,48. Hal ini
dilakukan karena tidak linier, bila memakai 1 standar kesalahan menjadi besar
sekali.
Proses kalibrasi manual:





Standar 1 (6,8), standar 2 (7,48)
Masukkan standar 1 diatur hingga tepat pada angka 6,8
Masukkan standar 2 diatur hingga tepat pada angka 7,48
Masukkan kembali standar 1 dst berulang-ulang sampai angka tetap di 6,8
dan 7,48
Masukkan bahan yang akan diperiksa
Untuk CO2 dan O2 juga dilakukan hal demikian. Pada CO2 gas dalam tangki 30 dan
60 mmHg. Ini pada alat kovensional.
Sekarang standar seluruhnya dalam satu ampul (BGA dan pH). Sekarang sudah
memakai POCT. Flame fotometer memakai 1 standar oleh karena sudah linier.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
39
AUTOANALYZER
Merupakan alat analisis secara otomatis.
Tujuan:


Menghindari kesalahan manusia
Meningkatkan presisi
Ada dalam bentuk semi otomatis, full otomatic bahkan robotic.
Full aotumatic: mulai dari sentrifugasi lalu dipilah untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi dst.
Tipenya discrete dan continous.
Discrete: setiap pasien untuk memeriksa semua parameter misalnya SGOT, urea,
dsb, lebih lambat
Kontinyu: satu parameter pemeriksaan dengan banyak pasien, memakai space
sehingga pemeriksaannya lebih cepat. Harus diperhatikan cara pencucian,
pengambilan serum, sistem deteksi, cuvet, fotometer.
Tipe bikromatik: setiap sampel diperiksa dengan 2 panjang gelombang sehingga
lebih spesifik, akurasi semakin baik
Pencucian: harus menghindari carry over yaitu sisa bahan yang diperiksa
sebelumnya. Pada autoanalizer ada beberapa metode pencucian yaitu:


Mengganti air
Menyemprotkan udara (terutama yang discrete)
Ada beberapa tipe:





Sentrifugal (bahan reagen dibawa dengan cara diputar)
Continous (tidak dipakai lagi)
Kuvet
Bisa langsung menjadi tempat terjadinya reaksi
Bisa juga direaksikan ditempat lain, lalu dibawa ke kuvet
Reagen




Dipilih langkah yang sederhana (2 langkah saja)
Serum + reagen langsung dibaca
Pemeriksaan K+, Na+ menggunakan enzim khusus yang dapat diperiksa
secara otomatis
Pemakaian elektrode
Penggunaan air diirit
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
40


Oleh karena banyaknya syarat air, dipilih yang demineralized water, air tanpa
mineral, ion-ion dihilangkan semuanya.
Dulu reagen dipakai dari kemasan murni, sekarang sudah tersedia dari pabrik
sehingga tidak perlu pengenceran menghindari kesalahan manusia
Pemakaian refrigrator sehingga reagen lebih stabil (kondisi terjaga), dan
dengan refrigator alat juga stand by (siap) 24 jam
Perhitungan: langsung menggunakan komputer
Barcode system: suatu gambar yang mencantumkan register, nama, pemeriksaan,
yang dapat dibaca oleh barcode reader. Ini untuk menghindari klerikal error
(kesalahan kepaniteraan).
POCT (Point of Care Testing)


Tes yang dilakukan di dekat pasien (diluar laboratorium).
Saat ini pemeriksaan bakteri, HIV dsb telah memakai POCT.
NB:
Kalibrator merupakan bahan yang mengandung bermacam-macam bahan
tertentu yang menyerupai serum.
Kalibrator digunakan untuk menghindari kesalahan matrix.
Matrix adalah bahan dasar yang membentuk (mis:serum dibentuk oleh
protein,air dsb). Matrix merupakan bahan yang menyerupai sampel.
Matrix mempengaruhi spectral maupun chemical.





POCT tidak memerlukan standar.
Bahan yang akan diperiksa akan menimbulkan sinyal dengan beda potensial
dan besar arus tertentu.
POCT memakai electronic calibration : misalnya glukometer tidak memakai
standar tetapi memakai kontrol untuk mengetahui alatnya masih baik atau
tidak
Kontrol bisa menyerupai serum darah, urie yang sudah diketahui kadarnya
Kontrol harus sering dilakukan, namun tergantung frekuensi pemakaian. Bila
sering dipakai dalam satu hari cukup 1x, bila jarang dipakai setiap mau
memakai sebelumnya dikontrol dahulu.
Pada laboratorium:
Kalibrasi dilakukan tergantung pada stabilitas metode. Bisa 1 x seminggu atau 1x 6
bulan (Vitrous kalibrasi 1 x 6 bulan)
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
41
Kontrol dilakukan setiap hari yang berasal dari bahan reaksi. Periksa range mean ±
2SD. Kontrol tidak boleh dipakai sebagai standar, namun bila kontrol dengan range
yang sempit boleh digunakan (misanya 100-101). Kontrol yang diperiksa dengan
metode definitif boleh digunakan sebagai standar.
Di IRD kontrol harus dilakukan tiap 6 jam, bila ragu dengan hasil kontrol dapat
diulangi lagi
Pertanyaan:
1. Mengapa kontrol harus dilakukan setiap hari?
2. Apa syarat kontrol dapat dipakai sebagai standar?
3. Mengapa standar tidak boleh dipakai sebagai kontrol?
Jawaban:
1. Mengecek kerusakan pada alat
2. Mempunyai satu nilai dan berasal dari metode definitif
3. Standar merupakan bahan yang dibuat semirip mungkin dengan kontrol,
bukan bahan asli (Ingat pada BGA: tidak lagi memakai bahan asli serum,
tetapi sudah dalam bentuk cairan dalam ampul dan sudah memiliki nilai pH,
pCO2, dan pO2—dahulu memakai bahan murni dalam benjana Tonometer,
memakai tabung 30 mmHg dan 60 mmHg sehingga tidak praktis)
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
42
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM
( LABORATORY QUALITY ASSURANCE )
Pemantapan mutu intralaboratorium
( internal laboratory quality control )
IQC
Pemantapan mutu ekstralaboratorium
( external laboratory quality assessment )
EQA
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM
(LABORATORY QUALITY ASSURANCE )
Assurance: jaminan, meliputi area praanalkitik, analitik, pasca analitik.
Pra analitik:





Mulai dari permintaan dokter (requesting) hingga sampel diterima
laboratorium.
Menghindari ―shoot gun perscription‖ sehingga terarah. Disini peran dr.SpPK
untuk mengarahkan/membantu klinisi
Dibuat SOP (protap)
Misal: - pengambilan glukosa pada px dengan Infus D5% harus dihentikan,
ditunggu 10 menit dan diambil dari sisi lengan yang lain karena dapat
menimbulkan kontaminasi
- Pembendungan torniquet menyebabkan hemokonsentrasi sehingga darah
lebih pekat: cairan keluar, yang tinggal protein dan substansi terikat
protein. Misalnya kalsium, Hb, lemak. Apabila diperiksa hasilnya akan
meningkat. Oleh karena itu torniquet harus dilepas saat jarum masuk ke
pembuluh darah.
- Menghisap darah, spuit tidak boleh vakum sebab p.darah akan kolaps dan
arus darah masuk deras sehingga timbul lisis
- Tidak boleh mengkorek pembuluh darah sebab akan terjadi pembekuan,
mempengaruhi pemeriksaan faktor pembekuan mis: trombosit menurun.
Pra analitik paling banyak mengandung sumber kesalahan
Transportasi juga harus diperhatikan: misalnya bilirubin bisa teroksidasi
matahari, guncangan bisa menyebabkan lisis.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
43
Cara menangani kesalahan pra analitik:





sistem barcode yakni labelling sticker
transportasi dengan pneumatic tube, atau dengan ban berjalan
LIS / HIS ( komputerisasi)
perbaikan managemen: kepatuhan operator, loyalitas, disiplin dan gaji
(adanya SOP pada masing-masing prosedur pemeriksaan)
komunikasi antara klinisi dan laboratorium
Pasca Analitik:






sulit/tidak dapat diketahui kesalahannya
mulai dari hasil keluar dari laboratorium hingga interpretasi ke dokter yang
meminta
sebelum era komputer daerah pasca analitik meliputi penghitungan optical
density (OD)/absorben
paling sering kesalahan tertukar—dapat ditangani dengan barcode system
membuat informasi laboratorium: Nilai rujukan, CV
klinisi perlu dibantu dalam hal interpretasi
misal: SGOT yang meningkat tidak hanya oleh karena kelainan hati tetapi
dapat meningkat pada torticolis, myalgia, demam (hingga 200).
Seluruh proses mulai dari pra hingga pasca analitik merupakan tanggung jawab
laboratorium.
Analitik:



Dapat dilacak dengan prosedur internal quality control
Quality control meliputi:
1. Penggunaan serum kontrol
inti area analitik
2. Metode statistik
3. Kalibrasi alat
4. Pendidikan teknisi lab (training alat-alat baru)
Dengan inti area analitik tersebut kesalahan dapat dilacak dengan 2 cara
yaitu:
1. Internal: dilakukan oleh manajemen laboratorium sendiri (internal
laboratory quality control)
2. External: dilakukan oleh instansi diluar lab. (WHO, Depkes, perusahaan
swasta) external laboratory assesment
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
44
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
Tujuan: menjaga supaya hasil tidak berubah-ubahmembatasi dalam range tertentu
103 mg/dl
97 mg/dl
105 mg/dl
ẋ = 100 mg/dl
Metode 1
SD= 7 mg/dl
SD = SD x 100% = 7/100 x 100% = 7%
ẋ
117 mg/dl
112 mg/dl
121 mg/dl
ẋ = 110 mg/dl
Metode 2
SD= 4 mg/dl
SD = SD x 100% = 4/110 x 100% = 3,6%
ẋ
Presisi metode 2 lebih baik daripada metode 1 sebab impresisi metode 1 lebih besar
daripada metode 2.
SERUM KONTROL
Bahan yang digunakan sebagai kontrol dengan ciri stabil dan berasal dari bahan
asli/murni (bukan buatan). Bisa berupa darah, urine, dsb.
Ada nilainya: misalnya glukosa 100-105----> 102,5 mg/dl
Presisi
Di Indonesia CV<5% dianggap baik. Kia bisa membandingkan presisi metode satu
dengan metode lainnya, mis: metode heksokinase buatan Roche dengan pabrik
lainnya.
Akurasi
Beda yang terjadi antara suatu pemeriksaan pada satu sampel dengan nilai
sebenarnya.
Inakurasi
Persentase beda dari nilai rata-rata hasil pemeriksaan yang berulang-ulang pada
sampel yang sama dengan nilai sebenarnya.
Misalnya: metode 1 ẍ= 100, true value= 102, maka inakurasi = 100-102/102
= -1.96%. Metode 2 ẍ= 110, true value= 102, maka inakurasi = 110-102/102 =
+7,84%
Akurasi metode 1 lebih baik daripada metode 2 oleh karena metode 1 mendekati
nilai sebenarnya.
NB: presisi lebih penting daripada akurasi.
ERROR: penyimpangan yang dibawa oleh alat ukur (bukan buatan manusia).
Presisi: Random Error---->bisa naik, bisa turun
Akurasi: Systematic Error--->semakin tinggi saja, atau semakin turun saja dari nilai
sebenarnya.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
45
Presisi jelek
Presisi baik, akurasi kurang
Presisi baik, akurasi baik
Bila presisi jelek pasti akurasi jelek. Bila presisi baik belum tentu akurasi baik. Oleh
karena itu presisi harus lebih dahulu diutamakan.
PRESISI DAN IMPRESISI
Dilaboratorium ada bermacam-macam presisi dan impresisi
a. Within Run (satu seri)
Run= kerja. Ulangan dilakukan langsung
b. Between run
Setelah selesai run pertama alat dimatikan kemudian selanjutnya pada jam
kedua dilakukan run kedua. Kemudian dimatikan lagi dst. Misalnya 100 px,
run 1 sebanyak 20 px, run 2 20 px dst hingga run 5.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
46
c. Between day
Impresisi dan presisi dari hari kehari
10/2/2009
11/2/2009
12/2/2009
Yang mempunyai presisi paling baik adalah ―WITHIN RUN‖ sebab pada within run
tidak banyak terjadi perubahan. Pada beetwen day banyak terjadi perubahanseperti:
suhu, kelembaban, voltase, pekerja, reagen dsb.
Untuk manajemen yang paling baik dipakai adalah presisi dan impresisi BETWEEN
DAY demi pasien dan laboratorium itu sendiri. Alasannya: untuk mencari kesalahan
carilah yang paling besar (bias paling banyak).
Presisi dan impresisi juga dipengaruhi oleh antar laboratorium. Hasilnya lebih jelek
oleh karena: perbedaan metode, pekerja, alat, reagen, standar, waktu dsb.
Cara mendapatkan presisi dan impresisi pada suatu metode:
1. Replikat
Diulang pada sampel yang sama. Level/kadar dalam satu nilai
Rumus
CV = SD x 100%
ẍ
SD=
Σ (x−ẍ)2
N−1
Dst
Kelebihan replikat: bisa menghitung CV.
Kerugian replikat: hanya satu level
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
47
2. Duplikat
Setiap sampel diulangi 2 x.
Rumus
SD=
Σ d2
2n
I
II
d
d2
105
109
-4
16
40
38
+2
4
300
310
-10
100
80
87
-7
49
Dst
Dst
Σd2
Kelebihan duplikat: memberikan impresisi dari level tertinggi sampai dengan
terendah (range luas)
Kerugian duplikat: tidak bisa mendapatkan nilai CV oleh karena tidak mempunyai ẍ
(mean), sebab sampel yang diulangi berbeda.
NB: Statistik sederhana
Perhitungan statistik memakai sample. Tekniknya bisa cluster, random agar
terpencar dengan baik (mewakili). Bila memakai sampel didapatkan ẍ sampel dan
SD sampel. Bila mengambil beberapa daerah diperoleh beberapa mean dan SD lalu
dirata-ratakan agar didapatkan mean populasi dan SE (Standar Error). SE< SD.
Berapa batas CV yang diperbolehkan? Di Indonesia <5%, diluar negeri <1%.
Pegangan yang dipakai dalam menentukan presisi dan impresisi adalah:
1. Penelitian
Impresisi harus sekecil mungkin: konsekuensinya biaya mahal, alat canggih
dan tenaga yang handal. Sebab bila impresisi kecil bobot penelitian lebih
tinggi. Misal: efek obat SGOT, bila CV 20% sulit membedakan antara yang
diberi obat dan tidak diberi obat.
2. Rumus TONK’S (TONK’S FORMULA)
CV max = ¼ (range nilai rujukan normal) x 100%
ẍ range normal
Contoh: kolesterol: 120-240 mg/dl, nilai range normal= 120-240= 120 mg/dl
ẍ = (120 + 240)/2 = 180 mg/dl
CV max = ¼ (120) x 100 % = 16,7%
180
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
48
Contoh lain: Na+ = 135-145, mean = 140, range = 10
CV max = 1,78%
CV max rumus Tonk ini tidak dipakai secara langsung karena nilai normal
bervariasi sekali (terlalu besar atau terlalu kecil).
3. Kepentingan klinik
Di indonesia dipakai CV < 5%.
Kegunaan klinik presisi dan impresisi
Untuk mengetahui SD tiap-tiap pemeriksaan sehingga diketahui kemaknaan suatu
pemeriksaan serial (interpretasi).
Misal pemeriksaan Anemia def Fe: Hb=6 mg/dl, lalu diterapi, 2 minggu kemudian
diperiksa Hb dst.
6 mg/dl
2 mgg
6,7 mg/dl
2 mgg 6,6 mg/dl
Untuk mengetahui kemaknaan pemeriksaan variasi pemeriksaan harus > 3SD
menurut WHO.
NB:


Variasi biologis harus dimasukkan pada tiap-tiap pemeriksaan untuk
melakukan interpretasi. Misalnya Hb= variasi biologis 0,3 gr/dl (2 %), CV Hb=
4%
Variasi keseluruhan: CV 2 + CV 2 =
variasi keseluruhan + var biologis.

Maka variasi Hb= 42 + 22 = 4,5%

Beda CV dan SD, Cv sudah tidak punya satuan(dalam %), sedangkan SD
masih membawa satuannya
Impresisi dapat membedakan satu parameter dengan parameter lainnya
Beda kalibrator dan standar:
- Standar: hanya berisi satu parameter (mis: standar cholesterol, standar
glukosa)
- Kalibrator: semua larutan standar menjadi satu
Proses menyamakan dengan standar disebut kalibrasi
Nilai yang ada pada kalibrator bukan dalam bentuk rentang tetapi dalam
bentuk satu nilai (mis urea: 20, maka dipaskan pada angka 20)




AKURASI
Cara mendapatkan akurasi:
1. Mengikuti external quality control
Dilakukan oleh instansi diluar laboratorium: bisa oleh pemerintah, swasta,
WHO, organisasi profesi
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
49
NB: Bahan kontrol: bahan sungguh (serum, urine,CSF) yang
sebenarnya/sungguhan yang bersifat stabil (bisa disimpan lama). Bisa stabil
karena disimpan dalam bentuk beku kering (freeze dry).
Serum kontrol bisa dibuat oleh pabrik maupun dibuat sendiri.
Cara membuat sendiri:
 Dikumpulkan sisa-sisa serum, dikumpulkan dalam tabung erlemenyer
pada suhu -20oC hingga banyak ( 1 L) kemudian di ―toing‖ atau
dikeluarkan supaya cair. Tujuan pada suhu tersebut agar tidak rusak
oleh bakteri dan suhu panas
 Serum dibersihkan dari debris dan bakteri (disaring dengan kertas
saring) dengan cara dipompa
 Serum diberi antibiotika kemudian dimasukkan dalam becker glass lalu
dibagi dalam botol-botol kecil (5 ml). Ini dinamakan ―pool sera‖
Bila berasal dari pabrik pada external quality control maka:


Dibeli serum dengan NO Batch/Lot yang sama
Pengelola mengirim dalam waktu yang bersamaan ke laboratorium2
peserta dan memberi petunjuk jelas cara pemeriksaannya,
parameter2nya.
 Saat di laboratorium:
- Tidak boleh ada spesial treatment (harus diperlakukan seperti
serum px biasa)
- Tidak boleh diulang
- Dikirim ke pengelola dengan jadwal yang telah ditetapkan
 Dihitung mean, SD dari seluruh peserta laboratorium pada masingmasing parameter. Nilainya disebut ―target/true value‖
 Dihitung masing2 lab dari hasil true value tadi
TRUE VALUE

Alat ukur mempunyai standar yang disimpan di Paris, misalnya kg dsb.

Alat pengukur seperti penggaris dipilih yang terbuat dari besi, bukan kayu
maupun plastik sebab bersifat lebih stabil.

Nilai dari true value bersifat relatif.

Untuk mendapat nilainya perlu dianalisis, analisis mempunyai faktor
kesalahan sehingga belum tentu benar.

Ada beberapa konsep tentang True Value:
A. True value bahan kontrol
1. Definitif value
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
50
Suatu nilai yang didapat dengan metode definitif.
Metode definitif adalah metode dengan impresisi dan inakurasi
―nol‖metode bebas dari kesalahan. Bila diulang-ulang hasilnya sama.
Misalnya definitif value untuk pemeriksaan calcium adalah Isotop
Dilution Mass Spectrophotometry
2. Reference value
Nilai yang didapat dari metode reference. (ini berbeda dengan konsep
nilai rujukan sebelumnya).
Metode reference: metode dengan nilai impresisi dan inakurasi
mendekati ―nol‖
Misalnya: metode penentuan glukosa serum adalah hexokinase. Untuk
kalsium dengan metode AAS.
3. Concensus value
Nilai konsensus yang paling baik berasal dari pemantapan mutu
eksternal. Bisa berasal dari bermacam-macam metode maupun satu
metode. Konsensus bisa berubah-ubah. Nilai konsensus yang paling
rendah berasal dari pabrik penghasil serum kontrol sebab pabrik
mendapatkan nilainya dengan external quality control namun jumlah
peserta lebih sedikit.
B. Recovery

Jarang digunakan dalam laboratorium klinik karena memerlukan
bahan asli (kadar bahan murni)

Banyak digunakan di farmasi untuk mendapatkan kadar obat dalam
darah

Tujuannya: untuk menguji adanya Interference baik chemical
maupun spectral.

Contoh: mencari kadar glukosa dalam serum dengan metode A
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
51
dibagi 2
serum
dibuang 1 ml kemudian ditambahkan 1 ml
aquadest
x mg/dl
100 ml
dibuang 100 ml kemudian ditambahkan 1 ml
glukosa 1000 mg/dl 1 ml= 10 mg
100 ml
Bahan 1 diatas = x mg/dl
Bahan 2 diatas = (x+10) mg/dl
Lalu masing-masing bahan diperiksa sebanyak 20 x
I
II
ẍ1 =80 mg/dl
ẍ2= 87 mg/dl
1
2
3
4
5
.
.
20
Recovery = ẍ2 - ẍ1 x100 % = 80-87 x100% = 70%
10
10
10 diperoleh dari nilai mg glukosa bahan 2 (yg ditambahkan)





Idealnya nilai recovery adalah 100%
Serum penuh dengan bahan pengganggu yang dapat membuat hasil menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah.
Kekeruhan dapat menyebabkan gangguan spectral
Bila > 100% hasilnya false high
Bila menggunakan blanko serum nilainya lebih rendah, bila menggunakan
blanko reagen maka nilainya lebih rendah. Maka idealnya memakai blanko
sampel
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
52

Tidak semua bahan apat dijadikan larutan, oleh karena itu metode recovery
tidak digunakan. Misalnya Cholesterol larut dengan lipoprotein (sulit larut
dalam air), bilirubin terikat protein.
C. Metode Regresi-Korelasi

Korelasi: menghubungkan 2 hal yang mempunyai hubungan. Misalnya
tekanan darah dengan stroke, ureum dan kreatinin. Keduanya mempunyai
sebab yang sama. Korelasi bisa jelek dan baik
I
II
Metode
Metode
reference
kita
-
I
idealnya
Menunjukkan akurasi
Menunjukkan presisi
II
I


scatter gram misalnya r =+ 0,7
II
Pada hal yang tidak berhubungan dapat diuji apakah signifikan atau tidak.
Bila tidak signifikan berarti suatu kebetulan.
P< 0,05: 5 salah dari 100
P<0,01: 1 salah dari 100
Dalam menghubungkan metode 1 dan 2 (data 1 dan 2) dapat dihubungkan
dengan garis menggunakan rumus. Idealnya garis berasal dari titik ―nol‖ dan
membentuk sudut 450
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
53
I
y=x
450
II
I
Y= ax + b
a= slope, idealnya nilainya =1 (tan = q/p)
b= intercept (perpotongan garis x dan y): idealnya 0
q
p
II

















Tujuan: membandingkan antara metode kita dengan metode reference
Misalnya: Glukosa dengan metode enzimatik GOD dengan metode
heksokinase. Untuk menilai metode GOD dihubungkan dengan metode
heksokinase. Setiap sampel diperiksa dengan kedua metode ini
menggunakan range kadar yang luas. Kemudian datanya diplot.
Bila masih dalam bentuk scatter gram dimasukkan kedalam rumus
Uji korelasi regresi bisa dilakukan di lab sendiri maupu di lab lain.
Memerlukan pembanding (reference)
Harus diperoleh hasil yang bervariasi luas, tidak boleh mengumpul. Misalnya
glukosa 40---800 mg/dl
Y=x berarti metode kita sama dengan metode reference
a dan b masing-masing mempunyai standar deviasi
Bila kita membuat garis regresi pasti ada standar deviasi disebut Sxy atau
Syx. Nilai Sxy ± 2SD berarti 95% masuk dalam rentang nilai.
Sa= standar deviasi slope, Sb= standar deviasi intercept
Konstan error: slope sama, hasil selalu diatas atau dibawahnya (sebab
nilai intercept ≠ 0), tidak memotong titik nol
Proportional error : slope >1, tidak melewati titik nol, nilai Y bisa lebih tinggi
atau lebih rendah.
Konstan error lebih mudah mengkoreksinya
Standar deviation above regression line dapat menunjukkan presisi
(makin besar jaraknya, presisi makin jelek)
Garis regresi menilai akurasi
Misalnya: Sa= 0,2, a=1,2, maka nilai slope 95%CI a ± 2Sa= 1,2 ± 0,2 = 0,8 1,2
Misalnya Sb = 0,4, b= 0,3 maka nilai intercept 95% CI b ± 2Sb = -0,2-1
Nilai slope (a) tidak signifikan bila melewati 1
Nilai intercept (b) tidak signifikan bila melewati 0
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
54

Sxy tidak terlalu penting oleh karena menunjukkan gabungan presisi metode
reference dan metode kita
 Kondisi metode kita harus tidak berbeda signifikan dengan metode
reference.
 Jumlah px yang diperiksa minimal 30
 Korelasi mempunyai nilai p. Bila nilai p tidak signifikan maka tidak ada
korelasi meskipun nilai a dan b tidak signifikan. Nilai p signifikan <0,05
NB:
 Uncorelated data = pasien berbeda diperiksa
 Corelated data = pasien langsung diperiksa 2 x
I
konstan error (mis: y = x + 2)
Idealnya y=x
proporsional error (mis: 1,6 x+1,7)
450
II
Konstan error: bisa dibuat faktor koreksi
Proporsional error: sulit dibuat faktor koreksi
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
55
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM (LABORATORY QUALITY ASSURANCE )
Merupakan Pemantapan mutu intralaboratorium dan pemantapan mutu
ekstralaboratorium ditambah: semua prosedur pemantauan, serta pendidikan dan
latihan tentang persiapan pasien, pengambilan bahan, transportasi, analisis
spesimen, dan pelaporan hasilnya.
Pemantapan mutu intralaboratorium (internal laboratory quality control IQC)




dilaksanakan oleh staf laboratorium di dalam laboratorium
memantau terus menerus kinerja dan hasil laboratorium
menjamin hasil laboratorium yang layak untuk dikeluarkan
mengendalikan dan memantapkan presisi dan akurasi
Prosesnya:
1. persiapan pelaksanaan
2. pelaksanaan
3. melacak penyimpangan
4. cara mengatasi penyimpangan
Persiapan pelaksanaan :
1. menyediakan serum kontrol (unassayed) yang sama atau satu Batch ( satu Lot )
untuk jangka waktu satu tahun
300 + 20 + 50 = 370 botol
2. mengambil sampel 20 botol secara acak ( random ) dari kumpulan 370 botol
3. kertas grafik, untuk pembuatan kartu kontrol ( control chart )
Pelaksanaan :
1. menganalisis 20 serum kontrol ( unassayed ), untuk
dikontrol, satu botol setiap hari
parameter yang akan
2. menghitung rerata (mean) dan deviasi standar (SD) untuk masing-masing
parameter
3. membuat kartu kontrol ( Levey – Jenning ) untuk semua parameter yang
dikontrol
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
56
Kartu kontrol
parameter
satuan
metode
alat
reagen
rerata
SD
Kartu kontrol
Laboratorium
Patologi Klinik
RSU.Dr.Soetomo
Surabaya
Bulan :
mean + 2SD =
mean + 3SD =
mean - 2SD =
mean - 3SD =
8
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25 27
29
31
Serum kontrol
- berasal dari binatang ( sapi,babi ):
lebih aman dari infeksi virus hepatitis, HIV
beberapa konstituen berbeda dengan manusia (protein tertentu----> hormon,
isoenzim )
- berasal dari manusia:
konstituen sesuai dengan penentuan rutin
tidak aman dari dari infeksi virus
hepatiis,HIV
Bentuk Serum control
- serum cair :
lebih murah
bebas dari kesalahan rekonstitusi
kurang stabil untuk daerah tropis
- serum beku kering ( lyophylized sera ):
lebih stabil
ada risiko terjadiya kesalahan rekonstitusi
harus ada petunjuk jelas tentang cara rekonstitusi dan penanganan serum
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
57
Jenis serum kontrol yang tersedia di pasar :
1. serum kontrol yang belum dianalisis ( unassayed sera )
2. serum kontrol yang sudah dianalisis ( assayed sera )
- mempunyai nilai kadar untuk bahan-bahan yang larut di dalamnya
- kadar bahan dinyatakan dalam rentang ( range ) : mean ± 2SD
- kadar  hasil analisis beberapa laboratorium
- merupakan nilai konsensus
- tidak digunakan untuk program pemantapan intralaboratorium
- digunakan untuk menilai akurasi
CARA REKONSTITUSI SERUM BEKU KERING ( LYOPHILIZED SERA )
1. gunakan pipet yang terkalibrasi
2. gunakan aquades kualitas tinggi
3. jaga jangan sampai ada bubuk yang terbuang (pada saat membuka vial)
4. campurkan baik-baik, jangan sampai timbul buih
5. tunggu minimal 30 menit sebelum dianalisis (atau menurut petunjuk dari pabrik )
Cara pemeriksaan serum kontrol
1. serum kontrol ditempatkan ditengah deretan serum pasien:
tidak ditempatkan paling depan
tidak ditempatkan paling belakang
2. serum kontrol diperlakukan seperti serum pasien :
tidak diistimewakan / tidak diperlakukan khusus
3. menggunakan serum kontrol yang baru direkonstitusi bukan yang telah disimpan
di freezer / lemari es
" THIRD PARTY CONTROL "
Bahan kontrol (serum kontrol) yang tidak diproduksi oleh perusahaan / pabrik
reagen, reagen kit, dan alat laboratorium
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
58
KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN " THIRD CONTROL SERA "
1. memberikan penilaian yang benar tentang mutu reagen, standar, alat
2. tidak terpengaruh oleh macam reagen, standar, kit, atau alat
3. tidak dirancang untuk optimalisasi metode atau alat tertentu
4. seperti menangani serum pasien
Cara penilaian
1. membandingkan hasil peserta dengan hasil laboratorium rujukan( reference
laboratory )
- sulit mencari laboratorium dengan kategori rujukan
- jika jumlah laboratorium rujukan sedikit, kesalahan dari satu laboratorium
sangat berpengaruhi pada hasil
2. membandingkan hasil peserta dengan nilai rata-rata seluruh laboratorium
peserta ( nilai konsensus )
- kesalahan lab. peserta tidak terlalu berpengaruh
- nilai konsensus tidak dapat menggambarkan hasil optimal dari sebagian
kecil peserta
contoh : hasil pemeriksaan 20 serum kontrol untuk GLUKOSA
1 Agustus 2006 : 103 mg/dl
16 Agustus 2006 :
2 Agustus 2006 : 97 mg/dl
17 Agustus 2006 :
3 Agustus 2006 : 99 mg/dl
18 Agustus 2006 :
105 mg/dl
4 Agustus 2006 : 105 mg/dl
19 Agustus 2006 :
106 mg/dl
5 Agustus 2006 : 100 mg/dl
20 Agustus 2006 :
--
6 Agustus 2006 :
21 Agustus 2006 :
--
--
90 mg/dl
--
7 Agustus 2006 : 103 mg/dl
22 Agustus 2006 : 106 mg/dl
8 Agustus 2006 :
96 mg/dl
23 Agustus 2006 :
94 mg/dl
9 Agustus 2006 : 104 mg/dl
24 Agustus 2006 :
91 mg/dl
10 Agustus 2006 : 100 mg/dl
25 Agustus 2006 :
99 mg/dl
12 Agustus 2006 : 93 mg/dl
26 Agustus 2006 :
93 mg/dl
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
59
13 Agustus 2006 :
--
14 Agustus 2006 : 105 mg/dl
15 Agustus 2006 : 103 mg/dl
Perhitungan statistik hasil pemeriksaan 20 serum kontrol untuk GLUKOSA
nilai rerata ( mean )
= 99,6 mg/dl
deviasi standar ( SD ) =
5,2 mg/dl
masukkan angka diatas ke dalam grafik kartu kontrol Levey-Jennings control chart)
Kartu kontrol Levey Jening
parameter
satuan
metode
glukosa
mg/dl
hexokinase
alat
reagen
Hitachi 902
rerata
Roche
99,6
SD
5,2
120
Kartu kontrol
Laboratorium
Patologi Klinik
RSU.Dr.Soetomo
Surabaya
115
110
105
Agustus 2006
100
95
mean + 2SD =
109,6
mean + 3SD =
114,9
mean - 2SD =
88,8
mean - 3SD =
83,6
90
85
80
18
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25 27
29
31
contoh : hasil pemeriksan serum kontrol untuk glukosa Sept. 2006
1 September 2006 : 93 mg/dl
10 September 2006 : --
2 September 2006 : 102 mg/dl
3 September 2006 : -4 September 2006 : 106 mg/dl
5 September 2006 : 90 mg/dl
6 September 2006 : 95 mg/dl
7 September 2006 : 100 mg/dl
8 September 2006 : 109 mg/dl
9 September 2006 : 91 mg/dl
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
60
parameter
glukosa
satuan
metode
mg/dl
hexokinase
alat
reagen
Hitachi 902
rerata
Roche
99,6
SD
5,2
120
Kartu kontrol
Laboratorium
Patologi Klinik
RSU.Dr.Soetomo
Surabaya
115
110
0
0
105
0
100
September
2006
mean + 2SD =
109,6
mean + 3SD =
114,9
mean - 2SD =
88,8
mean - 3SD =
83,6
0
0
95
0
90
0
0
85
80
20
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25 27
29
31
melacak penyimpangan :
terkendali
presisi jelek
mean
21
melacak penyimpangan :
perubahan akurasi
mean
22
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
61
melacak penyimpangan :
― trend ― , perubahan akurasi
mean
23
Cara mengatasi penyimpangan :
analisis serum kontrol baru bersama 2-3 serum pasien,
jika hasil kembali ke area mean ± 2SD, kemungkinan
serum kontrol rusak, salah rekonstitusi, probabilitas ( 5% ),
atau memang ada kesalahan analisis
jika hasil tetap di luar mean ± 2SD
 ada gangguan alat,
kerusakan reagen atau larutan standar. Perbaiki alat, ganti
reagen atau standar. Ulangi analisis serum kontrol sampai
hasil masuk di area mean ± 2SD
Levey - Jenning
1. jika hasil serum kontrol di dalam
area mean ± 2SD, terkendali, hasil
pemeriksaan serum pasien boleh dkeluarkan
2. jika hasil serum kontrol berada di area antara mean ± 2SD dan mean ± 3SD,
periksa alat, reagen atau standar; hasil pemeriksaan pasien masih boleh dikeluarkan
3. jika hasil serum kontrol diluar area mean ± 3SD, hasil pemeriksaan serum pasien
tidak boleh dikeluarkan; gangguan pada alat, reagen atau standar perbaiki alat,
ganti reagen / standar 
ulangi pemeriksaan serum kontrol sampai hasilnya
kembali ke area mean ± 2SD
Wesgard - multirule
1. menggunakan lebih dari kontrol dalam setiap deret pemeriksaan dengan kadar
sama / berbeda
2. melakukan satu atau dua kali analisis untuk setiap kontrol
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
62
3. melakukan lima aturan (rules) untuk menyatakan hasil pemeriksaan
diterima atau ditolak
dapat
Aturan kontrol atau “control rule “
suatu kriteria penetapan apakah hasil pemeriksaan laboratorium, terkendali atau
keluar kendali
Simbol aturan kontrol : A L
contoh :
A =
jumlah serum kontrol atau singkatan statistik
L =
batas kendali ( control limits )
13s menggunakan satu serum kontrol
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan serum
kontrol melampaui mean ± 3SD  keluar kendali
Logic - diagram
Control
data
No
In – control
Report results
12s
No
Yes
No
No
13s
Yes
22s
No
No
R4s
Yes
41s
101s
Yes
Yes
Yes
Out-of-control, reject analytical run
28
contoh dari aturan konrol 12s
+3s
0
+2s
+1s
mean
-1s
-2s
-3s
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
29
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
63
contoh aturan kontrol 13s
+3s
+2s
+1s
mean
-1s
-2s
-3s
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
30
contoh aturan kontrol 22s
+3s
+2s
O
O
2
3
+1s
mean
-1s
-2s
-3s
O
1
4
5
6
7
8
9
10
31
contoh aturan kontrol R4s
+3s
O
+2s
o
O
+1s
o
mean
-1s
-2s
-3s
o
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
32
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
64
contoh aturan kontrol 41s
+3s
O
+2s
o
O
+1s
o
mean
o
-1s
-2s
-3s
o
o
o
o
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
33
contoh aturan kontrol 10 x
+3s
o
+2s
+1s
o
mean
o
o
o
o
o
o
o
o
-1s
-2s
-3s
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
34
Pemantapan mutu ekstralaboratorium (external laboratory quality assessment
- EQA )
- dilakukan oleh instansi di luar laboratorium
- menilai hasil-hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium peserta, yang bertujuan
menegakkan komparabilitas atau kesamaan antar laboratorium peserta
- bersifat retrospektif
- dalam jangka panjang memantapkan akurasi
Dikelola :
1. Pemerintah dari suatu negara
2. Organisasi kesehatan dunia ( WHO )
3. Organisasi profesi
3. Perusahaan swasta
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
65
Biaya :
1. ditanggung oleh peserta ( biaya keikutsertaan )
2. ditanggung oleh pengelola ( pemerintah, perusahaan )
Keikutsertaan :
1. sukarela ( voluntary )
ada program pendidikan dan latihan bagi yang hasilnya kurang baik
2. wajib ( compulsory )
biasanya dengan sangsi bagi laboratorium yang hasilnya kurang baik
Pelaksanaan :
cara yang populer adalah cara SURVEI :
laboratorium peserta
laboratorium peserta
laboratorium peserta
laboratorium peserta
spesimen/kontrol serum
laboratorium peserta
laboratorium peserta
laboratorium peserta
Kelemahan cara survei :
1. Bahan kontrol yang dibagikan mungkin berbeda secara biologis
serum yang biasa digunakan, hal ini akan mempengaruhi presisi
dengan
2. Ada risiko kerusakan serum pada saat pengiriman
3. Kemungkinan penanganan yang berbeda dengan cara yang rutin ( ditangani
secara khusus ----> idealnya penanganan harus sama dengan
penanganan
serum pasien )
4. Saling konsultasi antar laboratorium tentang hasil pemeriksaan
5. Adanya keraguan tentang kebenaran nilai konsensus atau nilai dari laboratorium
rujukan sebagai pembanding dengan laboratorium peserta
Frekuensi pelaksanaan PME tergantung :
- kesiapan pengelola dalam penyediaan
kontrol dan pengirimannya
- kecepatan evaluasi hasil
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
66
- makin sering makin baik
- berkisar antara 2 sampai 12 X /tahun
Variant Index Scoring ( VIS )
- cara memberi nilai atau angka pada laboratorium peserta
- pertama kali diperkenalkan pada UK EQAS 1972
- dasar penilaian adalah membandingkan nilai peserta dengan nilai konsensus,
kemudian selisihnya dibandingkan dengan CCV ( Chosen Coeficient of
Variation ----> CV dari PME di negara Inggeris pada 1971 )
CARA MENGHITUNG Variant Index (VI)
hasil peserta
= x
nilai konsensus = xm
x - xm
% Variasi = ----------- X 100%
xm
% Variasi
Varian Index = -------------- X 100
CCV
(CCV Chosen Coeficient of Variation)
Tabel CCV ( Chosen Coefisient of Variation )
Parameter
Natrium
Kalium
Klorida
Urea
Glukosa
Kalsium
Fosfor
Besi
Asam urat
Kreatinin
Bilirubin
Protein total
Albumin
Alkali fosfatase
Kolesterol
Coeficient of variation %
( CV )
1,6
2,9
2,2
5,7
7,7
4,0
7,8
15,0
7,7
8,9
19,2
3,9
7,5
19,6
7,6
47
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
67
VARIAN INDEX SCORE
Menggunakan VI untuk memberi angka pada peserta
Bila VI < 50 maka VIS = 0 ( paling dekat nilai konsensus,
angka paling bagus )
Bila VI > 400 maka angka tetap 400 ( angka maksimal )
(ada angka maksimal untuk menghidari masuknya nilai-nilai
disebabkan oleh kesalahan penulisan dll. )
ekstrem
yang
NILAI-NILAI LAIN DALAM SISTEM VIS
- Mean Variant Index Score ( MVIS )
Rata-rata VIS untuk semua parameter pd. satu lab.
- Mean Runing Index Score ( MRVIS )
Rata-rata 10 VIS terakhir untuk satu parameter pa. satu lab.
- Overall Mean Runing Index Score ( OMRVIS )
Rata-rata 40 VIS terakhir untuk seluruh parameter pd. satu lab.
Catatan kuliah Kimia Klinik PPDS I Patologi Klinik Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo
Surabaya (typed by Ferdy)
68
Download