Uploaded by Zaki Ulfauzi

Islam dan Sosialism

advertisement
5 2012
P E N E R B I T :
I
A
K
|
i
I
S
i .......
Jusuf W ibisono’s.
Islam dan Sosialisme
Penerbit 8. Pustaka-:
jflü u la n -
i J'iii:-;
Dj. TeuKH
YO
í, : ^ V
’ « '
•'
• 1 '
Call Number
T J E T A K A N K E II
’S 6 2012
5^%.Uoi}i9C^tas Indonesia
Perpustakaan
r?
¿•V
Sambutan pers tentang b u k u :
D ASAR-DASAR E K O N O M I D A L A M IS LA M
Oleh: Z. A. A H M A D .
Penjedar Djokjakarta t h'. 11 Xo. 22 — 8-9-1950.
.......... Apalagi memang setahu kitapun barulah ini satu-satunja
buku jang mengupas soal-soal ekonomi didalam Islam dalam
bahasa kita. Dengan lain perkataan, sekali lihat nama buku ini,
terbajang seolah-olahnja inilah insteliingen ekonomi islam dengan
kupasan wetenschappelijk dan zakelijk.......... bahwa kupasan .iang
objektif itulah iang boleh dimasukkan dalam ilmu pengetahuan
w eten sch a p pe1ij k .
Penulisnja menjebut „mu'amalah maddyah” artinja ekonomi,
sedang ,,,mu‘amalah adabyah” disebutnja „sosial”. Kita pudjikan
tyaku ini sebagai langkah jang perlama bagi penulis2 ekonomi
dari sudut Islam.
Bintang, Medan.
Ruku Dasar- ekonomi dalam Islam oleh Z. A. Ahmad mem­
bawa pengupasan baru dalam soal jang hangat dewasa ini. Buku
ini sebagai mutiara dalam perpustakaan Islam di Indonesia.
Suara Partai Masjuni, Djakarta.
Z. A. Ahmad satu-satu pengarang islam jang besar di mas a
ini. Dasar-das'ar Ekonomi dalam Tslain, suatu pengupasan isti­
mewa, dan memang belum permil 'liku/M nl(‘l) penulis lainSudahkah tuan punjai?
Sctmku
f
12,50.
Penerbit, Pendjual :
^USTAKA ISLAM
Djakarta
IS I
1. Pendahuluan
B U K U :
............................................... .............. hal
3— 5
2. Bab I.
Asal dan arti kata sosialisme ....................................
„
6— 9
3 Iiab II.
Pelbagai aliran sosialisme ..........................................
„
10 — 22
4. Bab III.
Sosialisme ’ilmijah .......................................................
„
23 — 32
5. Bab IV.
Komunisme
„
33— '45
6.( Bab V.
Gerakan Kristen sosial .............................................
„
46 — 51
7. Bab VI.
Kesamaan dan perbedaan Islam dan sosialisme Marx
„ 52 — 63
...................... .........................................
, j
8. Bab V II.
Kesamaan dan perbedaan Islam dan Komunisme......
FAiv. HUXU.-1
Tanggal f 5
....J L M
~
JJ
—'S i
jj
,,
„ 64 — 77
P E N D A H U L U A N .
E P E R A M P A T abad j.l., H. O. S. Tjokroaminoto telah merasa­
kan perlunja ada karangan tentang sosialisme dibandingkan
dengan Islam. Kemudian ditulislah olehnja sebuah kitab tentang
...Islam dan sosialisme”.
Dia didorong ‘menulis itu, berhubung dengan adanja aliran
politik kuat jang berpendapat bahwa sosialismelah jang akan da­
pat melepaskan bagian ummat manusia jang sengsara didunia ini
dari penderitaannja. Lagi pula untuk membantah tuduhan2 ter­
hadap Islam, bahwa agama Islam hanja menghendaki keselamatan
orang-orang jang memeluknja sadja, dan bukan keselamatan
lain-lain orang djuga dalam masjarakat, dan bahwa agama Islam
itu „tidak tjakap menuntut atau memadjukan keperluan politik,
sosial dan ekonomi”.
Buku serupa itu memang perlu sangat, oleh karena sosialisme
adalah aliran politik jang tidak dapat diabaikan, sehingga partai2
Islam, dengan sendrinja harus menentukan sikap mereka terhadap
gerakan itu, seperti di negeri2 barat kaum Kristen djuga telah
menentukannja.
Tjaranja Tjokroaminoto mengupas masalah ini, tepat seperti
M. H. Kidwai dari India dalam kitabnja „Islam and Socialism”
(1912), jang memang ditjontoh olehnja. Tidak diperbintjangkan
disitu, bagaimanakah pandangan Islam terhadap sosialisme iang
diadjarkan oleh Karl Marx, melainkan diuraikan disitu bahwa
islam tjotjok dengan sosialisme, sosialisme dalam arti jang luas.
Aliran sosialisme, seperti kelak akan diuraikan lebih pandjang,
dapat dibagi atas dua bagian besar, jaitu : sosialisme jg berdasar
atas peladjaran2 Marx dan sosialisme jg berdasar atas peladjaran2
sardjana2 jang lain, jang disebut „niet-Marxistisch socialisme”.
Tang terpenting ialah sosialisme Marx, karena aliran inilah jang
membuka halaman baru dalam sedjarah manusia.
Sesudah perang dunia kedua, aliran sosialisme tambah penting
artinja, karena tidak sadja timbulnja Riisia mendjadi negara besar
jang kedua di dunia, melainkan karena djuga di Eropa tambah
meluas aliran itu sehingga dapat dikatakan bahwa dinegara2 tadi
tidak mungkin pemerintah dibentuk djika tidak dapat bantuan
dari partai-partai jang berhaluan sosialisme.
Pun di Asia, sosialisme Marx mendjadi aliran politik jang pen­
S
ting pula. Dalam Republik kita, aliran ini mempunjai banjak
pengikut2 diantara kaum terpeladjar, dan partai-partai jang ber­
ideologi aliran itu, mendapat kedudukan jang demikan kuatnja
sehingga mereka selama 2]/2 tahun pada permulaan revolusi kita,
menguasai haluan perdjoangan kita.
Seperti dikatakan diatas, jang terpenting ialah sosialisme Marx.
Menurut W . Banning, k.l. 1/6 dari seluruh ummat manusia me­
meluk paham komunisme, jang asalnja dari teori-teori Marx.
(„Hedendaagse Sociale Bewegingen”, 1948). Dengan kemenangan
Mao Tse Tung di Tiongkok, arti gerakan komunisme di Asia
tambah besar bagi negara2 lain sekitarnja. Orang2 jang dikuasai
ideologi Marxisme, bukan lagi 1/6, melainkan mendjadi k.l. ÿ î
dari seluruh dunia.
Maka bagi kita, ummat Islam Indonesia, adalah suatu kewadjiban untuk mengenal lebih dekat Marxisme ini, untuk menjelidiki lebih saksama seberapa djauhkah agama Islam berbedaan,
sedjalan atau bertentangan dengan paham ini. Dengan mengenal
lebih dekat aliran ini, kita dapat mengurangi kesalahan paham
jang tidak perlu, jang hanja merugikan perdjoangan kita sadja;
dapat menghargai anasir2 jang memang berguna bagi kita dan
dapat memperkaja pengetahuan para kader politik kita.
Diantara mereka jang menggabungkan diri dalam gerakan2
jang berdasar atas Marxisme, ada djuga jang berkajakinan
agama Islam. Rupa-rupanja mereka itu belum insjaf betul, apakah
dalam isme tersebut jang bertentangan hebat dengan peladjaran2
Islam, dan betapakah ketjakapan Islam untuk menjusun masjarakat baru jang adil dan makmur.
Mungkin diantara mereka ada jang bermakud mendjadi „relio-ieus socialist”, akan tetapi antara „religieus socialisme” dan
Marxisme ada perbedaan fundamenteel, sehingga seorang reli­
gieus socialist seharusnja tidak bisa mendjadi nnggauta sesuatu
partai jang berdasar Marxisme tulen.
Menjedihkan sangat ialah, bahwa diantara pengikut2 P.K.I. —
M uso jang" melawan kedjam lain-lain golongan jang mereka ang­
gap sebagai golongan bordjuis, ada pula orang2 jang berkejakinan
Islam betul2. Teranglah bahwa paham mereka tentang Marxisme
dan komunisme itu masih samar2 sekali.
Rupa-rupanja mereka itu berpendapat, bahwa asal sadja orang'
mengedjar tjita-tjita keadilan sosial dan melawan kolonialisme,
maka orang sudah mendjadi Marxis atau komunis.
Sosialisme M arx memang menarik sangat kaum proletar di
negara2 jung berindustri, jang industri2 itu dikuasai oleh kaum
kapitalis; menarik sangat sebagian dari bangsa- djadjahan, karena
dia mcngadjarkan dengan setjara ilmu pengetahuan bahwa kapilisme pada suatu waktu pasti akan rurituh, dan bahwa waktu itu
sudah dekat. Apabila kapitalisme itu sudah runtuh, lalu akan da­
tanglah masjarakat sosialis jang akan membawa kebahagiaan jang
sebesar-besarnja bagi kaum proletar, kaum jang sekarang dihisap
dan ditekan oleh kaum kapitalis. Maka mudah dimengerti, bahwa
teori-teori bapak gerakan kaum buruh itu, dapat memikat hati
sebagian dari bangsa-bangsa djadjahan.
Sebelum perang dunia kedua, hampir semua bangsa2 Islam
didjadjah oleh bangsa- barat. Meskipun demikian, sepandjang
saja tahu, tidak ada seorang sardjana Islam pun jang menaruh
tjukup perhatian kepada pembela besar kaum tertindas ini, se­
hingga dia sudi mengupas teori-teori Marx dari sudut Islam jang
luas dalam seperti sardjana2 barat jang anti-Marx, atau menjusun
sendiri teori2, berdasar atas peladjaran2 Islam tentang bagaima­
nakah tjaranja mcrobah susunan dunia sekarang ini dimana kaum
kapitalis meradjalela, dan jang dapat mejakinkan kaum proletar
dan bangsa2 djadjahan, bahwa tjara ini mungkin dilaksanakan.
Uraian M. Barazi dalam bukunja „islamisme et Sosialisme” (1929),
meskipun agak lebih dalam dari pada Kidwai, masih kurang dalam
mengupas peladjaran2 Marx jang pokok, seperti historisch-materialisme, perdjoangan kelas, diktatur proletar, dan teori negara.
Dalam negara seperti Indonesia, dimana kebanjakan kaum
terpeladjar masih asing dari pada, agama Islam, tidak meng­
herankan kalau para politikus2 diantara mereka itu, lebih dulu
mentjari pedoman pada teori2 Marx dari pada peladjaran2 agama
Islam, apalagi kalau mereka itu berpendapat bahwa politik tidak
ada sangkut" pautnja dengan agama atau moral, bahwa Islam i fu
penghalang kemadjuan. Mereka tidak mengerti bahwa sebenarnja
•>ntara Islam dan lain2 agama ada perbedaan2 dasar.
' Maksud karangan ini ialah, menjelidiki. apakah jang tjotjok dan
nakah jang bertentangan antara Islam dan sosialisme Marx
terta* komunisme. Mula2 akan ditjeritakan dengan pendek teori-'
latiani2 aliran itu, kemudian akan ditindjau Marxisme dan Le­
n i n i s m e - Stalinisme
dari sudut Islam.
Baei kalangan diluar Islam, karangan mi mudah-mudahan da- 1 memberi pengetahuan bahwa agama Islam tidak begitu steriel
dan kolot seperti mereka mengira.
BAB I.
ASAL DAN ARTI KATA SOSIALISME.
ATA pokok dari pada sosialisme ialah „socius”, kata Latin
K jang artinja „teman”. Sosialisme dapat diterdjemahkan de­
ngan „persaudaraan manusia”. (H. van der Mandere, „Politieke
Encyclopédie”, 1949).
Tentang siapakah jang pertama2 memakai kata ini, ada per­
tengkaran diantara para sardjana. L. Reybaud, seorang penulis
Perantjis, menganggap dirinja sendiri sebagai jang mendapatkan
kata itu. Hal ini dilahirkan dalam bukunja „Etudes sur les refor­
mateurs ou socialistes modernes” (1864).
Menurut penjelidikan Griinberg, kata itu dalam tahun 1803
sudah dipakai oleh seorang pendeta Italia, GiulianL lia n ja dia
memakai kata itu dalam arti „Katholicisme” sebagai lawan dari
paham „Protestantisme”, djadi dalam arti jang lain sekali dari
pada paham sekarang.
Terlepas dari tulisan Giuliani itu, dalam tahun 1827 kata sosialist
di Inggeris dipakai oleh pengikut2 R . Owen, di Perantjis, kata
sosialisme itu pertama2 dipakai oleh Vinet. Kemudian Reybaud
menggunakan istilah itu djuga, tetapi memindjam dari Inggeris.
Demikianlah kesimpulan penjelidikan Griinberg.
Maka kalau Mr. van der Goes van Naters, pemimpin fractie
Partij van de Arbeid dalam Tweede Kamer mengatakan dalam
brochurenja „Het socialisme van nu” (1945), bahwa Lerouxlah
jang pertama2 memakai kata tersebut dalam tahun 1834, itu tidak
benar.
Lebih kusut lagi dari pada masalah asalnja, adalah masalah
artinja kata sosialisme itu. Diepenhorst memberi tjontoh betapakah
bedanja paham2 orang2 sosialis terkemuka.
Proudhon (1809- 1865), salah seorang pelopor sosialis Perantjis
jang pertama2 memakai kata tersebut dalam tahun J834, itu tidak
memperbaiki masjarakat”. Keterangan ini diutjapkan dimuka
hakim jang memeriksa dia. Lalu hakim menjambung, „Kalau
begitu, kita semua adalah orang sosialist”. D jika sosialisme diar­
tikan demikian, sudah terang bahwa Islam mengandung penuh
peladjaran2 sosialisme.
—
i
I
V
7
—
Dalam Madjelis Rendah di Inggeris, dalam tahun 1923 kata ini
sudah pernah mendjadi perdebatan. Ada jang mengatakan bahwa
..sosialisme adalah penglaksanakan peladjaran2 Kristus”. Lain
anggauta berpendapat bahwa „sosialisme itu pengawasan atas
perusahaan2 rakjat, oleh rakjat dan untuk rakjat”.
Karena banjaknja pendapat2 jang berbeda2, maka Madjelis
memutuskan untuk Ynenjusun sebuah buku dimana dikumpulkan
semua pendapat2 itu, dan diberi titel „Apakah sosialisme itu”.
Djuga Kirkup jang bukunja lebih tua dari bukunja Diepenhorst,
sudah mengeluh bahwa kata sosialisme itu sukar ditentukan
artinja, karena perselisihan paham antara sardjana2 jang menulis
tentang masalah itu. Sebagai tjontoh dia memetik pendapat bebetapa penulis2 jang terkemuka.
Janet, penulis Perantjis, berpendapat sebagai berikut: „Jang
kita namakan sosialisme itu, ialah tiap-tiap peladjaran, jang mengadjar bahwa negara berhak membenarkan ketidak-rataan
kekajaan jang ada pada manusia, dan berhak melaksanakan
keseimbangan menurut hukum, dengan mengambil dari mereka
jang mempunjai kebanjakan, untuk dikasihkan kepada mereka
jang kekurangan dan tindakan ini djangan hanja diambilnja kalau
ada kelaparan atau ketjilakaan umum sadja, melainkan harus
diambilnja terus-menerus’'.
Schaffle dan A. Wagner berpendirian bahwa awal dan achir
sosialisme ialah perobahan modal2 perseorangan jang bersaingan,
mendjadi modal bersama jang dipersatukan.
A. Held berpaham bahwa-sosialisme itu menghendaki supaja
kemauan perseorangan ditundukkan kepada kemauan perseku­
tuan (gemeensehap).
Kirkup menjimpulkan bahwa matjam- pendapat itu pokoknja
ialah menghendaki supaja industri2 dikemudikan oleh persekutuan
dan penghasilannja dibagi jang adil.
Dalam „Political Dictionary” (1948), jang ditulis oleh prof.
W ilbur W . White, diterangkan bahwa „Sosialisme adalah namanja
teori dan gerakan jang bermaksud menjusun persekutuan setjara
terikat-bersama untuk kepentingan rakjat, dengan djalan raemiHki dan mengawasi bersama alat-alat produksi, seperti industri,
pengangkutan, bank, d.1.1.” (Socialism is a theory and a movement!
aiming at a collective organization of the community in the
interest of the people, by' means of common onwership and con­
trol of the means of production, e.g. industry, transportation,
banking, etc.).
Kalau sekarang orang menjebut kata sosialisme, m em ang
pada um um nja jang dimaksudkan ialah sosialisme Mai*> <?an
isinja pokok boleh diterdjemahkan seperti keterangan
\e ,l V'
Boleh dikatakan bahwa sosialisme itu law an dari pa am m iv i
dualisme. Sosialisme m enaruh kepentingan um um didepan, kepen­
tingan perseorangan dibelakang, sedang individualisme m enaruh
kepentingan perseorangan didepan dan kepentingan um um dibe­
lakang.
Sudah njata definisi W hite ini belum m eliputi semua m atjam
aliran2 sosialisme, karena dia hanja m enggam barkan sosialisme
jang ditjita-tjitakan oleh M arx sadja. Ja n g paling tepat m enurut
pendapat saja, ialah definisi Hendrik de M an, seorang sosialis
terkemuka di Belgia. D ia mengatakan bahwa „Semua sosialisme
menghendaki susunan m asjarakat jang adil dan coöperatief” .
Coöperatief artinja bahwa kegiatan m asjarakat ditudjukan ke­
pada kepentingan umum , sedang m asjarakat itu berdasar atas
susunan m ilik persekutuan (gemeenschapsbezit).
Tentang isinja paham m ilik persekutuan itu, aliran jang satu
berlainan dengan jang lain. Berlainannja itu mengenai m atjam nja
dan banjaknja barang2 jang hendak dim iliki dalam persekutuan.
Ja n g satu menghendaki m ilik persekutuan atas industri2 sadja,
lainnja atas tanah sadja, lain lagi menghendaki atas semua ba­
rang-barang.
Sama dalam tudjuannja, tetapi berlainan dalam djalannja aliran2 ■
itu, hingga dapat dikatakan bahwa jang satu bertentangan de­
ngan jang lain.
Berm atjam 2 gerakan sosialis sekarang ini ada, m aka kalau ada
orang mengatakan bahwa dia seorang sosialis, sebenarnja dia
harus memberi pendjelasan lagi, sosialis manakah jang dipeluknja.
Demikianlah kesimpulan Mr. A. Liihrs dalam bukunja „Burgerlijk en socialistisch denken” (1946).
K ata sosialisme kurang lebih 1J4; abad um urnja, tetapi tjita'-^r
merobah masjarakat jang lebih adil, lebih sempurna, sudah ada
sedjak failasuf Junani purbakala Plato. Sesudah dia, dalam abad2
jang berikut, timbul banjak pudjangga2 jang menjusun teori2
tentang bagaimanakah tjaranja, masjarakat jang lebih baik itu
dapat dilaksanakan.
A liran2 sosialisme dapat dibagi sebagai b e rik u t:
1. sosialisme chajali (utopisch socialisme),
2. anarchisme,
— 9 —
3.
4.
5.
6.
“.
S.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
sosialisme ilmijah (-\vetenschappeli_jk socialisme),
sosialisme negara,
sosialisme tanah..
revisionisme,
syndicalisme,
sosialisme agama,
komunisme,
sosialisme nasional,
sosialisme gilden,
sosialisme demokrat,
sosialisme rentjana,
sosialisme pribadi.
BAB II.
P E L B A G A I A L IR A N S O S IA L IS M E .
T
pembagian sosialisme dalam golongan-golongan ini,
d juga tidak ada kesatuan paham diantara penuhs-penu is.
r.
M . van der Goes van Naters umpamanja m em baginja aa am
g
longan, ja ’ni:
ENTANG
1. Utopisch socialisme,
2. Reformatorisch socialisme,
3. Anarchistisch socialisme,
4. Wetenschappelijk socialisme,
5. Religieus socialisme,
6. Conservatief socialisme,
7. Corporatief socialisme,
8. Nationaal socialisme,
9. Democratisch socialisme.
Lebih dulu akan saja terangkan dalam bab ini dengan pendek
apakah isinja masing-masing isme itu, kemudian dalam bab-bab jang
akan datang akan dibit j arakan lebih pandjang beberapa matjam sosia­
lisme jang terpenting.
1.
Sosialisme Chajali ialah sosialisme jang ditjita-tjitakan oleh
para sosialis terkemuka pada tengah abad jang ke 19, seperti Saint
Sintion (1760-1825), Fourier (1772-1837) di Prantjis, dan © w en
(1771-1857) di Inggris. Mereka diedjek oleh M arx sebagai sosialismeutopis atau chajali, karena mereka pertjaja, bahwa dunia dapat diper­
baiki dengan undang-undang, dengan keputusan radja atau dengan
bantuan hartawan seperti jang diharap-harapkan oleh Fourier. Mereka
minta bantuan dari masjarakat, dari golongan jang menguasainja
dengan mengingatkan orang-orang itu kepada keadilan dan kesusi­
laan, padahal dipandang dari sudut ilmijah, usaha demikian itu,
sedikitpun tidak akan membawa hasil, kata M arx. Mereka hendak
menjusun masjarakat baru dengan tidak mengetahui filsafat sedjarah,
hanja menurut gambaran jang keluar dari kepala mereka sadja.
Seperti R. Owen mentjoba mentjiptakan masjarakat baru setjara
ketjil-ketjilan menurut tjita-tjitanja, dengan tidak memperhatikan
sifat-sifat manusia. Sudah barang tentu, usaha itu gagal sama sekali.
*>
Maka dari itu, M arx menamakan pelopor-pelopor sosialisme ini,
sosialis chajali, sosialis ngelamun.
2.
Anarchisme. Anarchie berarti sebenarnja „tidak berpemerintah” atau „tidak berhukum dan berketertiban”. Dalam pemakaian
sehari-hari, anarchie diartikan kekatjau-balauan. Pentjipta teori anarchisme ialah Proudhon (1809-1865). Sembojan jang terkenal dari dia ialah” La propriété c’est le vol” (milik
itu tjurian). Maksudnja bukan mengandjurkan penjerobotan milik
orang-orang kaja untuk dibagi antara kaum buruh, akan tetapi jang
dianggapnja sebagai barang tjurian, ialah milik jang didapatnja dengan
tidak kerdja apa-apa. Umpamanja makan bunga modal dan warisan.
Lain sembojan jang kurang terkenal ialah „L ’anarchie c’est l’ordre”
(anarchie itu ketertiban). Djadi dia ingin ketertiban masjarakat jang
tidak berpemerintah, sebab kata dia, pemerintah pada hakekatnja perlu
untuk membela golongan jang punja melawan golongan jang ta’punja.
Jang mengembangkan peladjaran anarchisme ini, jang kenamaan
ialah Bakunin (1814-1876), seorang Rusia. Sembojannja ialah
„Kemerdekaan dengan tidak ada sosialisme, adalah memberi lebih hak
kepada jang satu dari pada kepada jang lain, adalah ketidak adilan;
sosialisme dengan tidak ada kemerdekaan, adalah perhambaan dan
perlakuan kasar” (La liberté sans le socialisme c’est le privilège,
l’injustice; et le socialisme sans liberté c’est l’esclavage et la brutalité).
Dengan tegas dia mengatakan, bahwa anarchisme tidak mau kenal
pembuatan undang-undang atau kekuasaan (wetgeving en gezag),
walaupun itu diadakan oleh pemilihan umum, karena semua itu hanja
menimbulkan segolongan ketjil jang dapat menguasai dan memeras
golongan jang besar sekali ; anarchisme tidak mau kena), agama, sebab
„pertjaja kepada Tuhan berarti melemparkan ’akal dan keadilan ke­
manusiaan, berarti memungkiri kemerdekaan manusia” .
Anarchisme memang menghendaki perkembangan perseorangan
(individu) dengan ta’ terbatas oleh hukum negara atau agama.
Meskipun tidak ada hukum itu, dia berpendapat, bahwa orang-orang
akan dapat hidup bersama dalam persekutuan karena terikat oleh
perasaan tolong-menolong jang didorong oleh „hormat kepada kebe­
saran kemanusiaan” (eerbied voor de menschelijke waardigheid).
Jang mendjadi pedoman bagi persekutuan itu ialah „akal” , menurut
Proudhon, atau ilmu pengetahuan”, menurut B akunin.
Proudhon hendaly mentjapai maksudnja dengan djalan damai,
tetapi Bakunin dengan djalan revolusi (M r. F. Vorstm an, „Hoofdlijnen der Ekonomie”, 1947).
—
12
—
Kaum anarchis kerap kali mempengaruhi kaum syndicats (sarekat
sekerdja kaum buruh) dan memang mereka sering berdampingan.
Kedjadian-kedjadian seperti itulah jang lalu menimbulkan istilah
Anarcho-Syndicalisme (W hite’s ..Political Dietationary”).
3.
Sosialisme ilmijah ialah sosialisme jang diwedjangkan oleh
bapak gerakan kaum buruh, Karl Marx (1818-1883). Dia menama­
kan sosialismenja. sosialisme ilmijah sebagai lawan dari sosialisme
chajali, karena dia hendak membuktikan setjara ilmijah bahwa me­
nurut djalannja hukum-hukum ilmu ekonomie masjarakat kapitalis
sekarang ini dapat diramalkan, bahwa dia tidak boleh tidak, pasti akan
menemui adjalnja. Dan kalau masjarakat itu sudah habis riwajatnja.
maka akan datang dengan sendirinja masjarakat sosialis, masjarakat
jang tidak mengandung kelas kaum modal dan kelas kaum buruh lagi.
Semua akan hidup dalam kemakmuran bersama.
Negara (staat) dan pemerintahnja, jang sebenarnja tjiptaan kaum
modal untuk menindas kaum buruh, tidak akan perlu lagi. Orang2
akan hidup dalam persekutuan2 ketjil dan mengatur sendiri keperluan
hidupnja. Dia dan leman-temannja sepaham, tidak mau menamakan
dirinja kaum „sosialis”, tetapi kaum „komunis”, sebab jang menama­
kan dirinja sebagai kaum sosialis ketika itu, dipandangnja oleh Marx
sebagai orang-orang bordjuis, sedang golongan dia adalah gerakan
kaum buruh.
Djadi komunis ketika itu artinja lain dari pada komunis sekarang.
Sekarang jang dinamakan komunis ialah mereka jang memeluk paham
.Marxisme seperti jang diadjarkan dan dipraktekkan oleh Lenin sedjak tahun 1917 di Rusia:
YYetenschappelijk atau Marxistisch socialisme ini oleh Werner
Sombart, ekonoom Djerman besar, "dinamakan djuga Proletarisch
Socialisme.
^ 4. Sosialisme Negara, menghendaki supaja tjita-ljita sosialisme
itu dilaksanakan oleh negara. Negara harus diberi kekuasaan sepenuhnja untuk mengatur seluruh kehidupan ekonomi dengan seadiladinja. Djadi sosialisme ini dalam soal jang penting sekali, ada
bei tentangan dengan Marxisme, karena Marx berpendapat, bahwa
ncgaia, sebagai alat penindas kaum bordjuis, harus dilenjapkan.
, l ^ ekai,,Pemlekar sosialisme negara adalah Robertus (1805lb7o/).Lasalie (1800-1864), dan W agner (1835-1917). jang merapiaktekkan teori ini ialah ahli kenegaraan Djerman besar, Bismarck.
5.
Sosialisme tanah menutul supaja semua tanah seisinja di­
miliki oleh negara. Pembela-pembcla aliran ini berpendapat, bahwa
jang membuat kepintjangan-kepintjangan dalam masjarakat. adalah
milik tanah luas itu i groot-grond-bezit). Henri George mengandjurkan, supaja perampasan hak milik tanah (onteigening) itu tidak
usah diberi kerugian, karena pemilikan tanah luas itu asalnja dari tipu
muslihat dan mempergunakan kekuasaan jang tidak sah.
Ketjuali George dari Amerika tadi, jang membela aliran ini,
ialah Th. Hertzka dari Austria dan F. Oppenheimer dari Djerman.
„Akker socialisme” ini dinamakan djuga „land nalionalisatie”.
i). Rcrisionisnu' adalah namanja aliran jang dimulai oleh Eduard
Bernstein (1850-1932). Dia berpendapat, bahwa kedjadian-kedjadian
jang berlangsung sedjak Marx, tidak tjotjok dengan ramalannja.
Revolusi proletar dunia, jang katanja Marx hampir terdjadi, kclihatannja masih djauh.
Golongan jang punja (de bezittende klasse), tidak makin kurang,
malahan makin tambah. Teori pemusatan (concentratie-theorie) jang
mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar makin lama makin
sedikit djumlahnja karena mereka menggabungkan diri dalam peru­
sahaan-perusahaan jang lebih besar, tidak pula tjotjok dengan
kenjataan.
Marx selandjutnja meramalkan bahwa kaum buruh makin lama
akan makin mendjadi tambah melarat (verarmingstheorie) ; inipun
djuga tidak benar, sebab nasib kaum buruh ternjata malah tambah baik.
Historisch-materialisme jang mengadjarkan pula, bahwa seakanmanusia tidak mempunjai kemauan sendiri, sehingga tidak dapat
menentukan nasibnja sendiri, ditolak oleh Bernstein. Maka dari
itu, dia hendak mengadakan revisie (penindjauan kembali) teori-teori
Marx itu.
Dia lidak setudju, untuk melaksanakan sosialisme dengan djalan
revolusi, melainkan hal itu harus dilaksanakan setapak demi setapak.
Dengan djalan evolusi, hasil baik akan lebih terdjamin kekalnja dari
pada dengan djalan kekerasan.
Menurut pendapatnja, tugas para sosialis ialah, ..untuk mengatur
kelas-kelas buruh dalam organisasi-organisasi politik dan mengem­
bangkan mereka sebagai suatu demokrasi, dan berdjoang untuk semua
perobahan-perobahan dalam negara jang tjotjok untuk meninggikan
kelas-kelas buruh dan merobah bentuk negara ke djurusan demokrasi”.
(A. Gray, „The Socialist Tradition” 1947).
—
14
—
Kata Bernstein sendiri, dia berlainan paham dengan Marx tidak
dalam asas (principe), melainkan dalam tjara (tactiek) sadja.
Dalam praktek, gerakan sosialis jang berideologi revisionisme ini,
mengedjar perobahan-perobahan jang segera dapat dilaksanakan, mes­
kipun harus bekerdja sama dengan partai-partai bordjuis dan harus
menundakan sebagian dari programnja.
7.
Syndicalisme. Penjusun teori ini, adalah seorang Prantjis
Georges Sore! (1847-1922). Aliran ini bertudjuan menjusun masja­
rakat baru dimana mendjadi tulang punggungnja, sarekat sekerdja kaum buruh (syndicat), jang menguasai semua alat-alat produksi.
Mereka nantinja bekerdja bersama-sama dalam tempat-tempat beker­
dja dengan tidak usah diatur oleh kepala-kepala.
Mereka seperti kaum anarchis djuga, menolak tiap-tiap kekuasaan
negara. Tudjuan hendak diwudjudkan dengan djalan aksi langsung
(directe actie), dengan paksaan, seperti pemogokan dan sabotage.
Pemilihan setjara demokratis dan mendapat kekuasaan politik me­
lalui djalan-djalan demokratis, mereka tolak.
D i negara Prantjis dan lain-lain negara Eropa Selatan dan Amerika
Selatan (negara-negara Latin), ada dua matjam syndicalisme, jang
revolusioner dan jang reformistis. Di negara-negara jang berbahasa
Inggeris, jang dimaksudkan dengan syndicalisme hanja syndicalisme
revolusioner.
Syndicalisme ini menurut A. Gray dalam bukunja tersebut diatas,
boleh dipandang sebagai protes terhadap Revisionisme dan Inter­
nationale Kedua (konggres partai-partai sosialis seluruh dunia tahun
1889 jang memutuskan hendak melalui djalan evolusi). Aliran ini
d j adi hendak mengadjak kembali kepada seiliailgat Marx tulen, ja’ni
semangat revolusioner. Klassenstrijd jang mendjadi dasarnja Mar­
xisme, harus dihidupkan kembali. Sosialisme harus mendjadi gerakan
kaum buruh semata-mata, dan tidak boleh ketjampuran anasir-anasir
bordjuis.
Syndicalisme mentjari kekuatannja dalam sarekat-sarekat sekerdja
karena dia berpendapat bahwa gerakan itulah jang mendjelmakan
paling tegas djiwa kaum proletar, ja’ni kaum revolusioner jang akan
melaksanakan masjarakat baru nanti.
S.
Sosialisme Agcuna. Masuk alinin ini ialah orang-orang jang
berpendapat, bahwa tjita-tjita sosialisme tentang keadilan masja­
rakat sebenarnja telah ada dalam agama, Katholiek atau Protestan.
Dari rumah mereka itu sudah beragama, mereka tidak mau keting­
galan gerakan jang menuntut perbaikan masjarakat, tetapi karena
—
15
—
mereka tidak dapat menerima teori historisch-materialisme dan klassen­
strijd, maka mereka membentuk golongan sendiri dan menjusun teori
sendiri.
Djuga mereka jang tidak memeluk sesuatu agama jang tertentu,
tetapi pertjaja akan adanja Tuhan, masuk sosialisme matjam ini.
9. Komunisme. Jang dimaksudkan dengan aliran ini, bukan
komunisme menurut paham Marx ketika dia menjusun Communistisch-Manifestnja, melainkan komunisme seperti pendapat umum se­
karang, jani sosialisme jang diadjarkan dan dipraktekkan oleh Lenin
dan Stalin di Rusia.
Lenin brependapat, bahwa peladjaran-peladjaran Marx tulen
dapat diwudjudkan. Dia tidak setudju dengan pendirian mereka jang
hendak mewudjudkan masjarakat sosialis dengan djalan evolusi seperti
pendirian Internationale II, melainkan hendak mewudjudkannja de­
ngan djalan revolusi.
Dalam beberapa hal Lenin berlainan paham dengan Marx, tetapi
pada umumnja dia mengikuti teori-teorinja.
Sesudah keluar dari Internationale II, Lenin dan Trotsky men­
dirikan Internationale Komunis I I I dalam tahun 1919 di Moskou
jang terkenal sebagai Comintern (potongan dari Third Communist
International). Kemudian dalam tahun 1943 Comintern ini dibubar­
kan oleh karena dianggap menghalang-halangi perang Rusia melawan
Djerman.
Partai-partai Komunis seluruh dunia dapat petundjuk tentang
„garis-partai” (party-line) dari Moskou.
Dalam bulan Oktober 1947, di Belgrado didirikan kantor penerangan
komunis (Kominform) jang dianggapnja oleh mnum sebagai terusan
Comintern. Berhubung dengan perselisihan paham dengan djendral
Tito, lalu tempat Kominform dipindahkan ke Bukarest.
10. Sosialisme Nasioml. Kalau orang mendengar gerakan Nationaal socialisme ini, pikirannja segera menudju kepada Nazi
Djerman. Tetapi ada djuga gerakan lain jang tidak begitu terkenal,
ja ’ni gerakan di Tjekoslowakia jang dipimpin oleh presiden Benesj
dulu. Nationaal Socialisme ini lain sekali dari pada partai Hitler
jang manakai nama nationaal socialisme untuk partainja, dengan
maksud menghantjurkan Partai Sosial Demokrat dan Partai Komunis
Djerman.
Hitler memasukkan tjita-tjita sosialisme dalam program partai­
nja jang didirikan dalam tahun 1920 hanja untuk menarik pengikutpengikutnja sadja, tetapi maksudnja membuat Djerman mendjadi
negara militer jang kuat sekali guna mendjadjah negara2 sekitarnja.
_
16 —
Gerakan Benesj adalah gerakan nasional biasa jang hendak me­
laksanakan ljita-tjila sosialisme dengan djalan damai dalam negavanja
sendiri.
11.' Sosialisme cjilden *). Sosialisme semat jam ini terdapat di
Jngyeris jang dipropagandakan sedjak’ tahun 1906 terutama oleh
Orange dan Hudson. Mereka menghendaki supaja gilden inilah
sebagai badan-badan otonoom jang memimpin pembuatan barang2.
T’adan-badan ini nantinja terdiri atas kepala pekerdja2 dan pekerdjatangan, djadi golongan pemimpin dan golongan pekerdja. Pemerintah
tidak- usah ikut tjampur dalam usaha badan2 itu. melainkan hendaknja
menbantu sadja supaja mereka mendjadi badan-badan jang berhukum
negara (mempunjai publiekrechtelijk karakter) dan melindunginja.
Perusahaan-perusahaan partikelir supaja dirampas hak miliknja (onteigend) oleh pemerintah dengan diberi kerugian sedikit, guna diserah­
kan kepada gilden itu.
12.
Sosialisme demokrat. Sosialisme ini, menurut Van der Goes
van Naters adalah terkandung dalam ..Sociaal Democratische Arbeiders Partij” dulu, sebelum dilebur mendjadi „Partij van den Arbeid’ .
/d
'Zfi
i
!
I
*
Adapun jang dimaksudkan dengan istilah ini ialah apa jang tertjantum dalam tudjuan partai itu sedjak 1937, dimana diadakan perobahan-perobahan asasi ..Partai hendak melaksanakan” suatu masja­
rakat dimana alat-alat produksi jang terpenting kepunjaan perseku­
tuan, kehidupan perusahaan-perusahaan diurus oleh persekutuan dan
dimana kemerdekaan roehani serta kenegaraan terdjanjin, agar supaja
kemakmuran dan ketentuan hidup untuk semua orang mungkin, dan
sjarat-sjarat kemasjarakatan jang sama dapat diwudjudkan guna
mengembangkan kepribadian”, („een maatschappij op den grondslag
van gemeenschapsbezit van. de voornaamste productie-middelen. met
iremeenschapsbeheer van- het bedrijf sleven en met waarborging van
geestelijke en staatskundige vrijheid, opdat voor allen welvaart en
bestaanszekerheid mogelijk worden, en gelijke maatschappelijke voorwaarden tôt ontplooi'ing der persoonlijkheid gesehapen worden).
Menurut prof. Bannlng, sifat democralisch socialisme ini sudah
tidak Marxistis lagi, karena mengutamakan sebagai tudjuan, nilai
susila (zedelijke waarde), sedang Marxisme tulen tidak kenal ukuran
*) Gildc adalah kongsi pertukangan, sualu bentuk kerdja-sama antara guru
dan murid-murid dalam pertukangan jang um um dilakukan di E ropa dalam
Abad Pertengahan.
— 17 —
susila atau tidak susila jang dianggapnja sebagai paham kaum bordjuis, dan tergantung dari pada keadaan ekonomi pada sesuatu masa.
D juga hilangnja sikap anti-national dan sikap tidak-bertuhan
(atheistisch), m enundjukkan bahwa mereka sudah m eninggalkan teori
M arxism e jang mengadjarkan, bahwa kaum proletar tidak punja
tanah-air (ja n g m em bikin mereka anti-nasional), dan bahwa agama
itu hanja tjiptaan kaum bordjuis sadja guna m enipu kaum proletar.
I
,
[
i
1
I
Kata V a n der Goes van N aters : „democratisch-socialisme mengedjar pengakuan Roch, kekuasaan kemanusiaan, kemerdekaan pribadi
dan keadilan inasjarakat” (streeft naar erkenning van den Gcest.
heerschappij der hum anileit, naar persoonlijke vrijheid en sociale
gerechtigheid).
Terangnja socialisme ini hendak melaksanakan keadilan masjarakat
dalam negara jang democratis, djadi anti-dictatuur, dictatuur seperti
komunisme di R usia ; jang mengakui bahwa dalam hidup ini Rochlah
ja n g terutama dan bukan Benda, seperti jang diadjarkan oleh historisch-mnterialisme M a rx ; jang mengutamakan kepentingan kemanusiaan um um dari pada kepentingan kaum buruh sadja ; jan g memberi
kemerdekaan seluas-luasnja tetapi teratur untuk mengeluarkan pikiran
dan kata, untuk memeluk agama, djadi tidak seperti keadaan di R usia
atau D jerm an ketika H itle r; jang memberi kesempatan ja n g sama
kepada semua orang untuk mentjapai kemakmuran.
M eskipun mengakui nilai-nilai susila dan roehani sebagai gaja pen­
dorong bagi kem adjuan perkembangan umm at m anusia, tetapi sosia- ,
lisme ini tidak memakai peladjaran-peladjaran salah satu agama se­
bagai dasarnja seperti sosialisme agama.
13.
Sosialisme Rentjana. Plan-socialisme ini jang tim bul pada
tahun 1930 adalah buah pikiran H . de M a n . isin ja bukan sadja
hanja m au m endjadikan suatu rentjana saksama (plan) tentang
perobahan-perobahan masjarakat jang dapat dilaksanakan dalam waktu
singkat sebagai langkah permulaan m enudju ke m asjarakat sosialis,
melainkan lebih dari pada itu. B a n n in g mengatakan bahwa sosialisme
ini meskipun banjak persamaannja dengan sosialisme2 ja n g lain,
m engandung pikiran dan bentuk demokrasi dan sosialisme ja n g baru.
Boleh dikatakan bahwa sosialisme rentjana ini lebih lengkap-dari pada
sosialisme demokrat, karena tidak sadja m em punjai teori-teori pem an­
dangan hidup seperti aliran jang achir itu, tetapi m em adjukan pula
rentjana n ja la (concreet).
Plan-socialisme sebagai diuraikan oleh de M a n adalah anti-Marxisme pula, oleh karena berpendapat bahwa gaja pendorong ke-
—
18
—
madjuan kemanusiaan, ialah nilai-nilai rochani dan susila jang ber­
akar dalam agama. Walaupun dia sendiri seorang beragama, dia tidak
mendorongkan peladjaran-peladjaran agama dalam sosialismenja.
Teori klassenstrijd dipertahankannja, tetapi dasar pcrdjuangan itu
bukan perebutan kekuasaan jang timbul karena pertentangan kepen­
tingan antara kaum modal dan kaum buruh, melainkan perasaan
keadilan jang diadjarkan oleh agama. Menurut paham de M an
orang beragama, dengan sendirinja mempunjai pemandangan hidup
sosialistis (Air. Liihrs).
Van der Goes van Naters mengatakan bahwa plan-socialisme
ini dapat dianggap sebagai werkprogram di lapangan sosial dan
ekonomi dari sosialisme demokrat, djadi hanja sebagai bagian dari
padanja. Menurut pendapat saja, sebaliknja. Plan-socialisme seperti
diadjarkan oleh de Man meliputi sosialisme demokrat.
„Socialisme”, kata de Man, „is de sociale concretisering van een
religieus gefudeerd humanisme”. Sosialisme adalah perwudjudan hu­
manisme jang berdasar agama dalam masjarakat, demikianlah pahamnja tentang sosialisme Humanisme (ja’ni aliran ilmijah pang meng­
anggap penjelidikan ilmu-pengetahuan Junani dan Roma purbakala
sebagai dasar semua peradaban) jang berpondamen agama, mengamdung arti bahwa rochlah jang utama dalam hidup, dan bahwa kemer­
dekaan rochani dan kenegaraan harus mendjadi tiang bangunan
negara, seperti djuga tjita-tjita sosialisme demokrat. Disamping dasar
rochani jang demikian itu plan-sosialisme memberi rentjana jang
njata. Maka dari itu, sosialisme ini adalah lebih lengkap dari pada,
democratisch socialisme.
Rentjana jang disadjikan oleh de M an bagi Belgia ialah sebagai
berikut.
1. Melaksanakan ekonomi tjampuran (gemengde volkshuishouding), artinja bahwa sebagian dari perusahaan2 atau
lembaga-lembaga ekonomi jang terpenting didjadikan milik
negara, dan sebagian dibiarkan dimiliki orang2 partikelir
2. Diatur demikian, berarti bahwa ekonomi nasional disesuai­
kan dengan kepentingan umum, jang meluaskan pasar dalam
negeri dan membrantas pengangguran;
3. Di lapangan politik, mengadakan perobahan negara dan
susunan parlemen jang mendjamin demokrasi ekonomi dan
demokrasi sosial sedjati (Batming).
14. Somlisme Pribadi. Personalistisch socialisme, aliran jang
mendjadi pembitjaraan sesudah perang dunia kedua, bermaksud
i
—
19
—
m e n tja ri be ntuk sosialisme ja n g lebih lengkap dan lebih luas dalam
pem andangan h id u p dari pada sosialisme agama, sosialisme rentjana
atau sosialisme demokrat.
Personalism e bertudjuan mengembalikan pribadi m anusia (de persoon van de m ens) kepada tempat dalam m asjarakat dim ana dia dapat
i m engem bangkan bakatnja, kepribadiannja dengan bebas.
D a la m m asjarakat kapitalis, m anusia ja n g berupa orang b u ruh d i­
anggap sebagai barang dagangan sadja, ja n g k erdjanja dapat dibeli
dan kerdja itu dihargai m enurut perhitungan untung-rugi. P ribad i
m anu sia tidak dapat berkembang m enurut pem baw aannja karena ter­
tekan oleh halangan-halangan ja n g dibuat oleh kaum modal.
B aik M arx istis sosialisme m aupu n sosialisme2 kem udian, berdjoang
pula u n tu k m engem balikan sifat kem anusiaan kepada k aum buruh.
Tetapi pendirian dan usaha mereka terlalu sempit u ntu k merobah
m asjarakat sekarang ini m en djad i m asjarakat sosialisme sedjati. T er­
lalu sempit pe ndiriannja, karena mereka m engutam akan kepentingan
k aum b u ru h sadja, sedang ja n g m enderita dalam m asjarakat kapitalis
itu buk an golongan itu sadja, m elainkan d ju g a golongan pekerdja ja n g
lebih tinggi dan para pegawai negeri. G olongan ini pula, tid ak bebas
dari a n tja m a n b ah aja pengangguran. T erlalu sempit usahanja karena
sosialisme2 itu m engutam akan perobahan politik, perobahan susunan
negara, padahal sosialisme sedjati tidak akan te rtjapai dengan usaha
itu sadja.
D jiw a m a sja rak at kapitalis adalah individualistis, m aterialistis dan
mechanis. M echanis tidak sadja karena segala-segalanja dik e rd jak an
dengan m esin, tetapi karena di pabrik-pabrik dan diperusahaan2 raksara, para kaum b u ru h dan pekerdja tengahan tidak diberi tu ru t tang­
g u n g dja w a b tentang keselamatan pabrik-pabrik dan perusahaan2 itu ;
mereka diperlakukan sebagai mesin ja n g harus bekerdja m e n urut
re n tja n a ja n g telah dipastikan oleh direksi, dan tidak usah tu ru t
m em ikirkan.
M erobah d jiw a ja n g dem ikian itu m e n d jad i d jiw a ja n g sesuai de­
ngan m asjarakat sosialis, tidak tju k u p dengan perobahan po litik sadja.
I t u harus diusahakan oleh bagian kebudajaan.
K e b u d a ja a n dalam arti ja n g luas m eliputi p e ndid ikan dan agam a,
d ja d i bersangkut-paut dengan d jiw a, dengan roch m anusia. B agian
keb ud ajaan in i harus berusaha supaja d jiw a m asjarakat d id id ik m e­
nin gg alkan sifat-sifat m asjarak at kapitalis dan m eresapkan s ifa t -s ifa t
ja n g perlu bagi m asjarakat sosialis seperti perasaan tan gg u ng djaw ab
u n tu k keselam atan u m u m , perasaan kesatuan dalam m asjarak at, meng-
— 20 —
hargai, tinggi nilai-nilai susila dan rochani (zedelijke cn geestelykc
waarden). Tnilah jang penting sekali untuk memberantas djnva
kebendaan.
Supaja pribadi dapat berkembang sebaik-baiknja, dia harus «Uberi
tanggung djawab atau turut tanggung djawab dalam pabrik-pabrik,
perusahaan2 atau lain-lain tempat dimanapun orang bekeni j a ala*
keselamatan perusahaan2 itu semua. Kalau orang merasa menipunjai
tanggung djawab, sudah barang tentu dia akan bekerdja sebaik2n ja ;
kemauan memulai sesuatu pekerdjaan (initiatief) dan bekerdja untuk
kesenangan diri sendiri (zelfwerkzaamheid) akan timbul dari padanja.
Dengan pemandangan hidup dan dasar jang demikian itu luasnja,
sosialisme pribadi ini dapat menarik orang-orang tidak sadja jang
sudah berpartai, letapi djuga orang-orang jang belum berpartai bahkan
orang-orang jang beragama, baik Katholik maupun Protestan. Di
Negara Belanda orang2 jang mengikuti sosialisme ini, umumnja meng­
gabungkan diri dalam gerakan politik Partij van den ArbeidDalam bukunja jang telah disebut lebih dulu, (,,P>urgerlijk cn socialistisch denken”), Liihrs menguraikan bentuk sosialisme baru jang
dianggapnja sebagai sosialisme jang sempurna untuk waktu jang akan
datang dan dinamakannja constructief atau synthese socialisme.
Menurut pendapalnja sendiri, socialismc ini banjak persamaannja
dengan sosialisme pribadi dan berpendapat bahwa nama ini kurang
tepat karena tidak tergambar didalamnnja, banjaknja masalah2 jang
terkandung dalam sosialisme pribadi itu.
PERHUBUNGAN ANTARA K O M U N IS M E DAN
S O SIA L ISM E .
Tentang perhubungan antara dua kata ini dalam dunia ilmijah, ada
tiga matjam pendapat. Perbedaan paham ini tidak menambah terang,
melainkan sebaliknja menan^bah kusut tentang paham sosialisme. Jang
pertama mengatakan bahwa antara dua kata itu tidak ada bedanja;
komunisme dan sosialisme sama sadja (George Adler).
Pendapat jang kedua mengatakan bahwa sosialisme lebih luas dari
pada komunisme; sosialisme sebagai nama kumpulan (verzamelnaam)
meliputi komunisme sebagai nama djenis (soortnaan-0.
Pendapat jang ketiga adalah jang sebaliknja dari pada jang kedua.
Komunismelah jang nama kumpulan d.an sosialisme nama djenis. Prof.
Diepenhorst menjetudjui pendapat ini.
—
21
.
—
D itin d ja u dari sudut ilm u bahasa dan sedjarah, m em ang kom unism e
paham iang lebih luas. Ivata bahasa D atin „com m unis” berarti cljug'a
..algemeen” . T jita-tjita m ilik bersama sed jak du lu kala selalu diga­
bungkan dengan
kata komunisme.
^
Ja n g dinam akan kom unism e ialah suatu peraturan ekonomi jang
hendak m enghapuskan m ilik perseorangan (particulière eigendom t
dan hendak m enggantinja dengan peraturan m ilik bersama. M atjam n ja barang-barang iang hendak dim iliki bersama itu berbeda-beda.
ja n g satu m inta lebih banjak dari pada iang lain.
Sosialisme adalah bagian dari pada kom unism e, karena ja n g hendak
dim ilik i bersama itu hanja beberapa m atjam barang sadja, m eskipun
.iang penting sekali ialah alat:alat produksi.. Dan m ilik bersama ini
supaja dilakukan oleh negara jan g diserahi pula m engatur produksi * ).
Boleh dikatakan bahwa komunisme itxi langkah jang lebih djauh atau
tingkat lebih tinggi dari pada sosialisme. D em ikianlah perbedaan2
ja n g dibuat dalam teori-teori ilm ijah.
Di negara iang m e m fi’ilkan peladjaran-peladjaran K a r l M a rx ,
ja ’ni R usia, perbedaan paham ini djuga digunakan. M enurut kata
S ta lin ketika dia memberi pendjelasan pada undang-undang-dasar
S o vjel baru pada tahun 1936, m asjarakat Sovjet sekarang sudah
m elaksanakan sebagian besar sosialisme, jan g oleh kaum M arx is d i­
nam akan fase ja n g pertama atau ja n g paling bawah dari pada k o m u ­
nisme. D alam fase ini iang m endjadi asas (grondbeginsel) ialah.
..tiap-tiap warga negara harus bekerdja m enurut kepandaiannja, dan
tiap-tiap warga negara harus diberi pembagian m enurut k e r d ja n ja ” .
M asjarakat Sovjet belum m e n ljap ai penglaksanaan fase komunisme
ja n g lebih tinggi dim ana jan g m endjadi asas ,,tiap-tiap warga negara
harus bekerdja m enurut kepandaiannja dan tiap-tiap warga negara
harus diberi pembagian m enurut k e p e rlu a n n ja ” .
D ja d i djelasnja ialah bahwa m enurut paham S ta lin , sosialisme itu
kom unism e dalam tingkat pertama dan tingkat ini akan naik ketingkat
kom unism e apabila produksi negara sudah dem ikian besarnja sehingga
dapat, m em enuhi keinginan semua warga negara m enurut keperluannja.
R usia dinam akan negara kom unis bukan karena tjita-tjita komu*) Definisi komunisme dan sosialisme seperti ini, memang suatu definisi
jang untuk mudalinja biasanja diberikan, tetapi kita sudah talni dari uraianuraian dimuka, bahwa sebenarnja tidak gampang untuk menentukan apakah
artinja sosialisme itu.
—
22
—
nisme sudah terlaksana disana, akan tetapi oleh sebab negara itu
dikuasai oleh Partai Komunis jang dewasa ini lagi dapat mewudjudkan sosialisme. Kalau kita melihat peta dunia sekarang dan nampak
kepada kita bahwa Rusia dan Eropa timur dikuasai oleh ideologi
Marx, sedang Rusia adalah kekuasaan dunia jang kedua, dan sekarang
Tiongkok pula dikuasai oleh ideologi tersebut, maka teranglah bahwa
diantara 14 matjam sosialisme itu jang terpenting ialah Marxistis
atau wetenschappelijk sosialisme jang kemudian mendjadi djiwanja
komunisme Rusia.
BAB m .
S O S IA L IS M E
IL M IJ A H .
S
E B A G A I te lah d ib e r ita h u k a n d alam P e n d a h u lu a n , aliran- aliran
sosialism e d a p a t d ib a g i d a la m d u a b a g ia n besar, j a ’n i sosia­
lism e M a r x dan sosialism e b u k a n M a rx . S o sialism e M a r x d e w asa
in i m e n d je lm a d a la m k o m u n is m e . K o m u n is m e p ad a h a k e k a tn ja
tid a k la in d a ri p a d a M a rx is m e d ita m b a h d e n g a n teori- teori dan
p r a k te k L e n in dan S ta lin . B e n te n g d ari p ad a k o m u n is m e ia la h
S o v je t R u s ia . D ilu a r R u s ia , p arta i- p a rta i k o m u n is m e n g u a s a i
n e g a ra - n e g a ra E ro p a tim u r d an T io n g k o k . S e la n d ju tn ja h a m p ir
di tia p - tia p n e g a ra la in n ja d is e lu ru h d u n ia ad a p a rta i- p a rta i k o ­
m u n is ja n g s e k a ra n g m a s ih m e ru p a k a n g o lo n g a n ja n g b e lu m
berkuasa.
D e n g a n m e n a n g n ja M a o T se T u n g di T io n g k o k ,
b u k a n la g i 1/6 d a ri s e lu ru h u m m a t m a n u s ia d ik u a s a i o le h id e o ­
lo g i in i, seperti d ik a ta k a n oleh P ro f. B a n n in g a ta u H e w le tt J o h n ­
son („ S o c ia lis m e in he t zesde deel der w e re ld ” , 1946), m e la in k a n
m u n g k in sekali
a ta u lebih.
M e lih a t k e a d aan d e m ik ia n itu , m a k a n ja ta la h b a h w a d ia n ta ra
m a tja m - m a tja m sosialism e, ja n g m a h a p e n tin g ia la h sosialism e,
ilm ija h a ta u M a rx is m e .
P e n tjip ta sosialism e in i ia la h K a r i
M a r x , dib antu oleh sahabat karib nja, F r ie d ric h E n g e ls . Makan ia M a rx is m e itu d in a m a k a n w e te n sch ap p e lijk socialism e, k a re n a
M a r x m e n g a n g g a p sosialism e S a in t- S im o n , F o u rie r, O w e n dan
F r o u d h o n sebagai sosialism e ja n g b e rd asar atas an g a n - a n g a n
k o so n g , atas u to p ie sadja. S e k a ra n g ia h e n d a k m e n ju s u n te o r i2
sosialism e b a ru ja n g b e rd asa r atas p e n je lid ik a n d an k u p a s a n
w e te n sc h a p p e lijk . D ia h e n d a k m e m b u k tik a n , b a h w a m e n u r u t pe­
n je lid ik a n ilm ija h , sosialism e, tid a k boleh tid a k p a s ti a k a n d a ta n g
sesudah k a p ita lis m e m a ti.
P e la d jaran M a r x m e m p u n ja i dua b a g ia n : filsafat dan ekonom i.
F ils a fa tn ja m eng ad jark an tig a soal :
1.
2.
3.
h isto rische m a te ria lis m e ,
p e rd jo a n g a n kelas,
n e g a ra.
D a la m b a g ia n e k o n o m i d ib e n ta n g k a n lim a soal :
1. te o ri n ila i le b ih (m e e rw a a rd e th e o rie ),
—
2.
3.
4.
5.
teori
teori
teori
teori
24
—
pemusatan (concentratie theorie),
penumpukan (accumulatie theorie),
mcndjadi-miskin (verarmingstheorie),
krisis.
H IST O RISCH -M A T E RIA LISM E .
Apakah jang dinamakan historisch-materialisme atau „materia­
listische geschiedenis-beschouwing” itu. Nama ini jang memberi­
kan Engets dan mengadjarkan bahwa dalam sedjarah manusia,
jang menentukan segala-galanja dalam hidup ialah tjara pem­
buatan barang-barang keperluan hidup, atau lebih terang, keadaan
keadaan ekonomi, dan bahwa hasil-hasil rochani seperti politik,
hukum, filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, adalah ketumbuhan
(uitvloeisel) dari pada keadaan itu. Dalam kata Marx jang
masjhur: „Tjara pembuatan barang-barang untuk keperluan hi­
dup, itulah jang pada halceliatnja selalu menentukan kebullTpan .
sosial, politik dan rochani. Bukan kesadaran dari manusia jang
menentukan keadaan mereka, melainkan sebaliknja, keadaan
masjarakatlah jang menentukan kesadaran mereka itu”. (Do
productiewijze van het materiele leven bepaalt het sociale, politieke en geestelijke levensproces in wezen altijd. Het is nict het
beustzijn der mensen dat hun zijn. rnaar omgekeerd, hun maatschappelijk zijn. dat hun bewustzijn bepaalt).
Keadaan ekonomi itu oleh Mavx dinamakan lapisan bawab_
(onderbouw) dan hasil-hasil rochani. lapisan atas (bovenbouw)
dari masjarakat.
_
Keadaan ekonomi pada suatu masa menentukan tjorak politik,
ilmu pengetahuan dan setentsnja untuk masa itu. Apabila keadaan
ekonomi berobah, berobahlah pula pendapat umum tentang po­
litik, ilmu pengetahuan dan seterusnja. Djadi menurut peladjaran
ini, keadaan benda menentukan keadaan rochani, atau dengan
perkataan lain, di dunia ini benda (materie) lebih utama darTpaHä
roch (gecsl)
TTTbawah ini beberapa tjonto jang diambilnja dari buku prof.
Diepenhorst. Peraturan monogamie, bukan berasal dari agama
Kristen, melainkan dari keinginan manusia untuk mendjaga su­
paja keamanannja djangan kutjar-katjir habis terbagi diantara
alili warisnja. Orang jang beristeri seorang, sudah barang tentu
lebih sedikit turunannja dari pada orang jang berpolygamie.
Peraturan jang mula-mula terdjadi oleh karena urusan ekonomi,
lama kelamaan mendjadi peraturan kebiasaan jang lupa hubungannja dengan soal ekonomi.
— 25 —
P e la d ja ra n - p e la d ja ra n a g a m a asal m u la n ja d ju g a dari keadaan
e k o n o m i, seperti p e lad jaran ta k d ir (v o o rb e s c h ik k in g ) d a la m Calv inism e . K e tik a C a lv ijn m e n jia r- n jia rk a n a g a m a n ja , te rd ja d i di
E ro p a b a ra t p e ro bahan hebat te n ta n g tja ra pe m b uatan barangb a ra n g (p ro d u c tie w ijz e ). .P ro d u c tie w ijze baru ini, bersam a-sam a
d e n g a n k ed ja d ia n- ke d jad ian lain , m en je b ab k an tim b u ln ja krisiskrisis ja n g m e m b u a t segolongan o ra n g dari k a ja selconjongk o n jo n g m e n d ja d i m isk in , atau sebaliknja. K a re n a s a rd ja n a 2
e k o n o m i k e tik a itu , b e lu m d ap at m e n g e tah u i seluk b e lu k n ja m a ­
salah k risis, m a k a u n tu k m e n e n te ra m k a n p ik ira n orang- dim asa
itu , C a lv ijn m e n g a d ja rk a n b ah w a T uh an ja n g M a h a K u a s a dapat
m e m a s tik a n sekehendak h a tiN ja o ra n g 2 m a n a ja n g harus m e n ­
d ja d i k a ja dan m a n a ja n g harus m e n d ja d i m isk in .
P u n a g a m a s e lu ru h n ja , asaln ja d ari kebodohan m an u sia te n ­
ta n g h u k u m - h u k u m a lam dan ekonom i. D a h u lu kala, k e tik a
p e n g h id u p a n m a n u s ia m asih te rg a n tu n g sekali pada pe rtan ian,
m a k a n ja ta la h b ah w a p e n g h asilan u sah an ja d ip e n g a ru h i sangat
oleh k e k u a ta n - k e k u a ta n alam , ja n g m a n u sia tid a k d ap at berbuat
apa-apa te rh a d a p n ja . S u p a ja m an u sia d ja n g a n te rlalu banjalc d a ­
p a t g a n g g u a n - g a n g g u a n dari k e k u atan - k e k u ata n g aib itu , lalu
m e re k a dip u d ja - p u d ja sebagai dewa-dewa. K e m u d ia n , sesudah
m a n u s ia m e n tja p a i tin g k a t ja n g lebih tin g g i d alam tja r a prod u k s in ja , tim b u l la g i lain-lain m a tja m m a la p e ta k a seperti krisis^
dan a k ib a t- a k ib a t dari p ad anja, ja n g o ra n g tid a k ta h u asal m u ­
la n ja . T erp aksa m a n u s ia m en g am b il k e s im p u la n la g i b a h w a sudah
b a r a n g te n tu ada suatu T u h an ja n g m e n g u a sai seluruh hidu pn ja.
M e m b u n u h o ra n g sek aran g d ip a n d a n g sebagai k e d ja h a ta n ja n g
berat. T e ta p i ada suatu m asa d im a n a p e rb u a ta n d e m ik ia n d ia n g ­
g a p b u k a n apa-apa. Z a m a n d a h u lu k e tik a m a n u sia m asih hidup
d a la m suku-suku ja n g m e n g e m b ara, o ran g- o ran g tu a ja n g sudah
tid a k d a p a t b e rd ja la n la g i, d ib u n u h dan d im a k a n sadja sup aja
d ja n g a n m e n d ja d i beban. K e m u d ia n , sesudah m a n u s ia m e n tja p a i
tin g k a t tja r a p ro d u k s i ja n g lebih tin g g i sehin gg a m e re k a tid a k
u sah m e n g e m b a ra u n tu k m e n tja r i rezeki, m a k a o r a n g - o r a n g
tu a tid a k m e n d ja d i beban lagi. M a la h a n ada m a n fa ’a tn ja k a la u
m e re k a itu d ip e lih a ra supaja dapat m e m b a n tu d a la m p ro d u k s i
d e n g a n p e n g a la m a n n ja ja n g sudah b a n ja k . D a r i tjo n to h in i tern ja ta la h b a h w a u k u ra n susila a ta u tid a k susila, te r g a n tu n g dari
p a d a kead aan e k o n o m i pada suatu za m a n , d e m ik ia n la h k ata
te o ri ini.
Marx sendiri menggunakan istilah „dialectisch materialisme^,
sebagai lawan dari pada teori Hegel, „dialectisch idealisme” .
Dalam salah satu tulisan jang ditudjukan kepada Hegel, M arx
berkata: „Terima kasih, t u a n 'telah berbuat lebih dari pada para
tilosoof sebelum tuan. Tuan telah memberikan kuntji kepada
kami — ja’ni dialectiek — tetapi tuan mentjoba terbalik untuk
memasukkannja kedalam ibu kuntji. Kasihkanlah kepada kami
kuntji itu .......... tjepat! Lihatlah, balikkanlah dialectisch idealisme
tuan mendjadi dialectisch materialisme dan terbukalah ibu k u n tji” .
(A. Miller, „De Christelijke betekenis van Karl Marx”, 1946).
Marx seperti Hegel, berpendapat djuga bahwa dunia berkem­
bang menurut hukum dialectiek, tetapi jang mendjadi tenaga
pendorong perkembangan itu bukan roch dunia (wereldgeest),
melainkan benda (stof, materie). Tetapi paham Marx tentang
materialisme ini lain dari pada materialisme dalam metafysika.
Materialisme metafysika mengadjarkan bahwa semua keadaan
dan kedjadian dalam dunia ini, asalnja dar.i benda (materie) jang
senantiasa bergerak dan memungkiri adanja hidup, roch dan akal
tersendiri. Bagi Marx barang-barang gaib ini ada, walaupun di­
bawakan oleh benda. Dan maksudnja dengan istilah materialisme
itu, sebenarnja tidak lain dari pada „ekonomi” (Bertrand Rassel,
Geschiedenis der Westerse Filosofie , 1948).
Maka dari tiu, materialisme Marx tidak begitu luas dan kasar
seperti metafysis.ch materialisme.
Apakah hubungannja paham historisch materialisme dan <Jialectisch materialisme ?
Menurut keterangan Stalin, historisch materialisme adalah
pemakaian asas-asas dialectisch materialisme dalanj mempeladjari masjarakat dan sedjarahnja (Historical materialism is
application of the principles of dialectical materialism to the studv
of society and its history. „Problems on Lcninism”, 1943)
Teori dialectiek, Marx memindjamnja dari Hegel. Asalnja dari
kata dialego dan artinja, bertjakap-tjakap, berdebat, dengan
maksud mentjari kebenaran. Seorang mengemukakan pendapatnja
(these), jang menimbulkan pendapat orang, lain jang berlawanan
(antithese). Dari bentrokan antara dua pendapat ini, lahir pen­
dapat ketiga (synthese) jang lebih sempurna. Hegel m engadjar­
kan bahwa baik dalam alam, maupun dalam sedjarah manusia,
perkembangan terdjadi menurut hukum dialectiek ini. Sedjarah
berdjalan madju terus melalui rangkaian bentrokan dan peria-
—
27
—
w a n a n a n ta r a satu b a n g sa d e ng an lain bangsa, .iang tiap-tiap kali
m e n im b u lk a n tin g k a t ja n g lebih tin g g i.
T eori d ia le c tie k in i d ip a k a i oleh M a r x u n tu k m e n e ra n g k a n
s e tja ra w e te n s c h ap p e lijk , b a h w a m a s ja ra k a t sosialis pasti akan
d a ta n g . D a la m te o ri H e g e l, anasir- anasir ja n g b e rb e n tro k dalam
s e d ja ra h m a n u s ia ia la h s u a tu b an g sa m e la w a n la in bangsa. O leh
M a r x a n a s ir „ b a n g s a ” d ig a n ti d e n g an anasir „k e las” . K elas k a ­
p ita lis (th e s e ) d e n g a n s e n d irin ja m e n im b u lk a n la w a n n ja , ja ’ni
kelas p r o le ta r (a n tith e s e ). D a ri b e n tro k a n a n ta ra d u a te n a g a ini
a k a n tim b u l s usu nan m a s ja ra k a t baru ja n g lebih sem pu rna
(s y n th e s e ), ia la h m a s ja r a k a t sosialis.
B a r a n g ja n g b aru h a n ja
d a p a t la h ir , k a la u ja n g la m a sudah h a n tju r. M a k a dari itu , sjarat
d a ta n g n ja m a s ja r a k a t sosialis, ia la h h a n tju r n ja m a s ja r a k a t k a ­
p ita lis.
T e n ta n g s ifa tn ja histo risch m a te ria lis m e in i ada perselisihan
paham .
A p a k a h in i harus d ia n g g a p sebagai p e la d ja ra n fils a fa t a ta u
sosio lo g i. K a la u d ia m e n g a d ja r k a n b a h w a roch (g e e s t) adalah
hasil (p r o d u c t) d a ri pada kead aan e k o n o m i, atau d e n g an la in
p e rk a ta a n , b a h w a be nd a m e n g h a s ilk a n , m e n tjip ta k a n roch, m a k a
h is to ris c h m a te r ia lis m e itu tid a k la in d a ri p ad a m e ta fy sis c h m a
te ria lis m e ja n g m e n g a d ja r k a n itu d ju g a . K a la u dia m e n g a d ja r k a n
b a h w a k e a d a a n m a s ja r a k a t a ta u kead aan e k o n o m i m e m p e n g a ru h i
roch, m e m p e n g a r u h i p e m a n d a n g a n hid u p , m a k a h isto risch m a te ­
ria lis m e d a p a t d ite r im a sebagai p e la d ja ra n sosiologi, k a re n a ilm u
p e n g e ta h u a n in i m e m p e la d ja ri tja r a - tja r a n ja m a n u s ia h id u p d alam
m a s ja r a k a t, dan hal a p a k a h ja n g d ap at m e m p e n g a ru h i p e rb u a ta n
d a n p ik ir a n m a n u sia .
B e r h u b u n g d e n g an serang an- serang an dari p ih a k law an - law an
M a rx is m e , ja n g m e n g a ta k a n b a h w a h is to ris c h m a te ria lis m e itu
p a d a h a k e k a tn ja sam a sadja d e n g a n m e ta fy sis c h m a te ria lis m e ,
s e d a n g fils a fa t in i s e k a ra n g sudah tid a k b e rla k u la g i, m a k a d i­
a n ta r a p e m e lu k - p e m e lu k M a rx is m e sudah b a r a n g te n tu ada ja n g
m e m b e la p e la d ja ra n in i, a n ta r a la in D r . H . G o rte r. D ia h e n d a k
m e n tjo b a m e m b e ri p e n d je lasan b a h w a a n ta ra „h is to ris c h m a te ­
r ia lis m e ” dan „ w ijs g e rig a ta u m e tap h y sisch m a te r ia lis m e ” ada
p e rb e d a a n besar, a k a n te ta p i m e n u r u t k u p a s a n L ü h r s , dia tid a k
b e rh a sil m e m b u k tik a n tu d ju a n n ja , k a re n a G o r te r d e n g a n tid a k
sadar d ju g a rnasih m e n g a ta k a n b a h w a k e a d a a n k e b e n d aan m a s ja ­
r a k a t (h e t s to ffe lijk m a a ts c h a p p e lijk z ijn ) m e n e n tu k a n roc^i,
b a h w a ro c h a d a la h te lo r d a ri pad a benda.
— 28 —
Kebanjakan sardjana berpendapat bahwa, meskipun historisch
materialisme dan metafysisch materialisme tidak sama, tetapi
djaraknjapun diantara dua itu tidak djauli. W alaupun paham
Marx tentang materialisme tidak sama dengan Feuerbach, tetapi
Marx dan Engels dipengaruhi sangat oleh filsafatnja. Akan
(etapi, sekalipun, tidak dapat menerima teori historisch m ateria­
lisme, dunia ilmu pengetahuan sekarang mengakui penuh bahwa
keadaan ekonomi memang dapat mempengaruhi keadaan rocli,
keadaan djiwa manusia.
Dewasa ini jang masih pertjaja penuh akan kebenaran dialectisch materialisme ialah partai-partai komunis di seluruh dunia.
Di Rusia dimana partai komunis menguasai negara, doctorine ini
mendjadi kepertjajaan resmi jang tidak boleh dibantah orang.
Dari uraian isinja peladjaran historisch materialisme diatas,
lernjata bahwa dia îvTgrrrprmjaT dua tanda djelas. Pertama~,~cfia
mengutamakan kebendaan, ciàn mënjangfcaT'àdanja hais rochani
sebagai perwudjudan sendiri. K edua, dia menjangkal adanja ke­
benaran-kebenaran abadi, menjangkal adanja ukuran-ukuran su­
sila jang sepandjang masa tidak berobah-robah.
Historisch materialisme adalah tulang punggung Marxisme.
Seperti dikatakan oleh Bernstein. Dengan dia djatuh dan
berdirilah peladjaran Marxisme” (Met haar staat en valt het
Marxistisch beginsel).
*
P E R D JO A N G A N K E L A S.
Jang dinamakan kelas ialah suatu golongan dalam masjarakat
jang dalam djalannja produksi mempunjai kepentingan jang sama,
seperti kaum modal, kaum pemilik tanah dan kaum buruh. Teori
ini rapat sekali hubungannja dengan teori historisch materialis­
me. Dasar dari pada dua-dua teori ini tertjantum dalam „Communistisch Manifest”.
Marx mengadjarkan bahwa sedjak dahulu kala, dalam ma­
sjarakat selalu ada perdjoangan kelas, perdjoangan antara go­
longan jang menindas dan golongan jang tertindas. Zaman seka­
rang kedua golongan itu terdiri dari kaum modal dan kaum buruh.
Perdjoangan kelas ini, tidak akan berlangsung terus menerus,
melainkan akan habis sesudah revolusi jang alcan terdjadi, ja ’ni
revolusi proletar, jang akan menghapuskan kelas kaum modal,
—
29
—
seh in gg a te rw u d iu d la li n a n ti m a s ja ra k a t ja n g tid a k berkelas, ia ­
lah m a s ja ra k a t sosialis. M e n u r u t p e rh itu n g a n berdasar atas
h u k u m - h u k u m e k o n o m i, m a s ja ra k a t itu pasti ak an d a ta n g , dan
k e d a ta n g a n ini dap at d ip e rtje p a t apabila k a u m pro le tar m e n ju su n
d iri dalam susunan p o litik . M a k in ta d ja m p e rte n ta n g a n kelas2
ini, m a k in lekas p e tja h n ja revolusi dan m a k in lekas pu la data n g n ja sorga d u n ia itu.
B a n n in g m e n iim p u lk a n pe lad jaran p e rd jo an g an kelas M a rx
ini seUagai be rik u t :~~1. p e rd jo an g an kelas pasti a k a n lneTaTuflvan
p ro d u k s i sosialistis, a rtin ja produksi d im a n a alat-alat prod uk si
d im ilik i oleh m a s ja ra k a t dan 'd id ja la n k a n n ja u n tu k k e p e n tin g a n
m a s ja r a k a t ; 2. p e rte n ta n g a n k e p e n tin g an a n ta ra kelas b o rd ju is
dan kelas p ro le ta r ad alah u ru san ja n g d ja u h lebih b e rarti dari
pad a sem ua u ru sa n ja n g ada dalam m a s ja r a k a t: 3. pah am te n ta n g
k esu silaan dan h u k u m , te rg a n tu n g dari pada k e las: m ask sud n ja .
o ra n g - o ra n g ja n g sek aran g keb etu lan te rm a s u k g o lo n g a n b o r­
d ju is , m e n g a n g g a p b a ra n g sesuatu sebagai susila (z e d e lijk ), atau
adil sed ang n a n ti k a la u m erek a itu d ja tu h d alam k a la n g a n pro le ­
tar, p a h a m n ja te n ta n g b a ra n g ja n g sam a itu , m encljadi seb alik uja ;
4. p e rd jo a n g a n kelas adalah m o to r k e m a d ju a n sedjarah.
N E G A R A .
D a la m k a ra n g a n „ S ta a t en re v o lu tie ” (1917), dari L e n in ,
k ita bisa m e n g e ta h u i teori M a rx te n ta n g n e g ara jang' didjelask a n oleh E ngel3. \^egai~a~( adalah hasil dari m a s ja ra k a t pada
s u a tu tin g k a t p e r k em b ang an. H a s il dari pada p e rte n ta n g a n a n tara
kelas e k o n o m i ja n g satu m e law an kelas e k o n o m i ja n g lain.
K elas ja n g m e n a n g , ja ’ni kelas ja n g be rm o dal la lu m e n tjip ta k a n
suatu k ek u a sa a n diatas m a s ja ra k a t, u n tu k m en in das terus kelas
ja n g k a la h . P e rte n ta n g a n kelas ini tid a k m u n g k in d id a m a ik a n ,
sebab k a la u itu m u n g k in sudah b a ra n g te n tu tid a k perlu ada
n e g a ra ja n g sam pai s e k aran g m asih h id u p terus. M a k a dari itu ,
n a n ti k a la u p e rte n ta n g a n kelas sudah tid a k ada la g i, sesudah
b o rd ju is d ib in a s a k a n oleh k a u m p ro le tar, ne g a ra d ju g a tid a k perlu
lagi.
A p a b ila sesudah revolusi n a n ti k a u m p ro le tar m e n g u a s a i ne­
g a ra , m e re k a a k a n m e n g g a n ti ne g a ra b o rd ju is d e n g a n ne g a ra
p ro le ta r. M e n g g a n tin ja itu ak a n m a k a n tem po. D a la m p e ralih an
it u p e rlu d ia d a k a n „ d ik ta tu r p ro le ta r” , u n tu k m e n d ja g a supaja
k a u m b o rd ju is d ja n g a n bisa b e rk u a sa lag i. S e la n d ju tn ja tu g as
d ik ta t u r in i, m e n jita alat- alat p ro d u k s i p a r tik e lir u n tu k didjadik a n m ilik n e g a ra dan b e ru saha m e n g h ila n g k a n p e rte n ta n g a n
—
30
—
kelas. M akin hilang pertentangan kelas ini, makin kurang negara
terpaksa bertindak. Pemerintah untuk memerintah orang-orang,
berobah mendjadi pengurus untuk mengurus barang-barang dan
memimpin produksi. Negara meninggal (de Staat sterft af) De­
ngan meninggalnja negara itu, tidak berarti bahwa kemudian
tidak perlu ada badan berkuasa (overheid) jang mempunjai ke­
kuasaan membuat undang-undang dan memerintah. Itu masih
perlu, hanja sifatnja lain dari pada negara sekarang.
Dari lima teori ekonomi tersebut diatas, jang ampat dapat didjadikan satu mendjadi „ineenstortingstheorie” (Zusamcnbruchstheorie), ja’ni concentratie-, accumulatie-, verarmings- dan crisistheorie. Dengan teori-teori ini Marx hendak membuktikan bahwa
kedatangan masjarakat sosialis tidak dapat dielakkan.
Meerwaardetheorie, teori nilai-lebih, mempunjai arti jang ter­
sendiri. bersama-sama dengan teori historisch-materialisme, dia
tiang dasar Marxisme. Maksud jang pertama-tama dari teori ini,
ialah mendjelaskan bahwa~aalam masjarakat / kapitalis] kaum
buruh diperas oleh kaum kapitalis (uitbuitingstheorieX Teori ini
mengatakan bahwa tenaga kerdja si buruh jang dibeli oleh si madjikan dengan uang jang namanja upah, menghasilkan lebih banjak nilai dari pada upah tadi. Kalau seorang buruh dapat
menghasilkan barang seharga f S.— sehari dan madjikan membajarnja upah f 10.— . maka nilai lebih jang dihasilkan oleh si buruh
ialah f 5.— sehari. Makin lama si madjikan dapat mempekerdiakan si buruh dengan upah jang tetap, makin besarlah nilai
lebih jang didapatnja oleh si madjikan. „Dalam nilai lebih inilah
ietaknja segala keuntungan modal, tetapi djuga. segala keseng­
saraan dan kedjahatan”, kata Marx. Karena kapital itu oleh
kapitalis hanja dipergunakan untuk produksi kalau menghasilkan
nilai lebih, maka sifat kapital itu ialah memeras, seperti binatang
buas jang tidak mempunjai perasaan. Inilah „rahasianja masja­
rakat kapitalis".
Teori pemusatan mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan
jang besar-besar memusatkan diri dalam gabungan-gabungan
jang lebih besar (concerns). Perusahaan-perusahaan tengahan
dan perusahaan-perusahaan ketjil makin lama akan hilang, mati
terdjepit oleh perusahaan-perusahaan raksasa itu, dan achirnja
jang punja djuga mendjadi kaum buruh.
Teori penumpukan mengadjarkan bahwa kapital makin lama
makin menumpuk dalam tangan orang sedikit, tetapi jang mem-
—
31
—
p u n ja i k ekuasaan besar. K a u m kapitalis k e tjil m a k in lam a m ak in
hilang- djugfa dan achirn ja m endjadi kaum proletar ¡^ula.
D e n g a n kedjadian-kedjadian jang- dem ikian itu, kaum kapitalis
m e n d ja d i k a ja terus-menerus, sedang- kaum buruh m endjadi seng­
sara, m e n d ja d i m elarat. Inilah ja n g dinam akan „teori mendiadim is k in ” atau ,,v erarm ing stheo rie” atau biasanja disebut dengan
p e rk a ta a n D je rm a n : V erelendungstheorie. K au m b u ru h m endjadi
,,p ro le ta ria a l” a rtin ja begitu m isk in sehingga m ereka tidak memp u n ja i apa-apa lagi, k e tju ali „proles” m ereka (k a ta bahasa D atin ,.
ia n g a rtin ja : tu ru n a n ).
D a la m m a s ja ra k a t kapitalis, oran g m em buat barang semaum a u n ja , tid a k teratur, sehingga katjau-balau, anarchistisch.
P e rs a in g a n m eradjalela. S upaja m endapat u n tu n g sebaniakb a n ja k n ja , k aum pengusaha berusaha terus u n tu k m enjem purnakan dan m em perbesar produksinja.
Tahu-tahu disem ua pasar
sudah k e b a n ja k a n barang-barang, sehingga tidak dapat didjual.
T e rd ja d ila h krisis, sebab pabrik-pabrik terpaksa m e n g u ran g i pek e rd ja a n , dan m em be re ntik an buruhn ja. Perusahaan-perusahaan
ia n g tid a k k u a t, d ja tu h failliet. P em berentian kerdja p a b rik 2 itu
b e rla n g s u n g terus, sam pai barang-barang ja n g kebanjakan tadi
te rd ju al habis. B aru hidup ekonom i dapat m ulai biasa lagi, te ­
tapi kedjadian- kedjadian seperti sebelum krisis diulang i, sehingga
la m a k e la m a a n tim bu l lagi krisis dan begitu seterusnja.
D a la m pada itu, barisan kaum proletar m akin lam a m akin m e­
luas, m a k in k u a t dalam organisasinja, sehingga akan sam pailah
sa’a tn ja ja n g m ereka sudah tju k u p k u a t u n tu k m erebut kekuasaan
dari k a u m kapital : revolusi proletar petjah.
T id a k dapat d im u n g k iri, bahw a K a rl M a rx adalah salah satu
d jiw a jang- terbesar dalam sedjarah. Usaha-usaha law an M a rx
u n tu k m e m p e rk e tjil arti dan djasanja, tidak dapat m enghapuskan
p e n g a ru h n ja dalam d jalan sedjarah m anusia.
B e rtran d R u s ­
sell, seorangf failasu f In g g ris te rk em uka dewrasa ini, berkata
b a h w a d ia „m eer dan iem and anders heeft gedaan om de krachtige b e w e g in g in het leven te roepen, die door haar aantrekkingsk ra c h t en h a a r afstotende k racht de jongste gesehiedenis van
E u ro p a heeft beheerst”.
D ia meng-akui, b ah w a teori historisch-m aterialism e, m esk ipun
dia tid a k dap at m e n e rim a n ja seperti ja n g d ia d ja rk a n oleh M arx ,
mempeng-aruhi d ju g a p a n d an g an n ja terhadap d ja la n n ja pe rk em ­
b a n g a n filsafat.
—
32
—
Memang benar bahwa tidak semua teori-teori Marx itu betul,
tetapi a d a bagian-bagian jang tepat sekali seperti teori jang me­
ngatakan bahwa krisis itu tidak dapat terlepas dari pada tjara
produksi kapitalisitis dan teori bahwa kapitalisme itu menimbul­
kan kolonialisme. Maka mudah dimeng]^ti_bahw.a. teori-teori ini
dapat mengetarkan djiwtrternj^k^sekali kaum buruh dan sebagian
bangsa -'Bângaâ^jâS^âfiân .
'— Marxisme mempunjai gaja jang sangat menarik, kata Banning, karena dia adalah peladjaran bahagia (heilsleer), peladjaran iang mendjadikan kepada kaum tertindas kebebasan dari
penindasan kaum kapitalis, dan jang diwedjangkannja setjara
ilmijah. Mudah dimengerti pula, bahwa gambaran masjarakat
sosialis dapat membangunkan semangat berdjoang dan berkorban
pada kaum buruh. Masjarakat itu „klassenloos, democratisch en
internationaal”. Klassenloos, tidak akan ada kelas lagi jang me­
miliki alat-alat produksi, jang memeras kaum buruh : democra­
tisch tidak sadja dalam soal politik, melainkan djuga dalam soal
sosial dan ekonomi. Negara, artinja kekuasaan jang dengan
menggunakan polisi, tentara dan pendjara untuk mempertahan­
kan kedudukan kaum bordjuis, tidak akan perlu lagi.
Bagi kaum Marxis, masjarakat sosialis iang tidak berkelas itu,
adalah „chiliasme”nja, kata Dr. L. J. Zimmerman („Geschiedenis van het economisch denken” 1947). Chiliasme, ialah kepertjajaan orang-orang barat', bahwa Nabi Isa pada suatu ketika
akan turun didunia untuk mendirikan negara bahagia selama
seribu tahun, dan chiliasme inilah jang tiap-tiap kali mendorong
orang-orang bertindak apabila dalam masjarakat timbul pikiranpikiran revolusioner politik maupun sosial. Oleh Marx chiliasme
ini diramalkan setjara wetenschappelijk. Itulah sebabnja Marxis­
me dapat menarik kuat bagian masjarakat jang sengsara.
Tetapi sebaliknja, teori perdjoangan kelas jang membakar rasa
kebentjian kaum proletar terhadap kaum bordjuis, teori tentang
âgâtna dâti kesusilaan (moraliteit) jang dapat merusakkan ke­
susilaan manusia, menimbalkan perasaan menolak.
B A B IV
K O M U N I S M E .
lU f f E N D J E L A N G achir abad ke 19, Partai B uruh Sosial Demokrat
l ” R usia, retak m endjadi dua ‘aliran, jaitu aliran revisionis jang
hendak m ew udjudkan tjita-tjita sosialis dengan pelan-pelan, dan aliran
radikal ja n g hendak m entjapai maksud itu dengan djalan kekerasan,
cljalan revolusi. A lira n ini dipim pin oleh L e nin.
D i konggres Partai ini di Londen dalam tahun 1903, dua aliran
tadi bentrokan hebat; L e n in ternjata m em punjai pengikut ja n g terbanjak. Sedjak itu tim bul partai B o ls je w ik i jang artinja partai jang
terbanjak, dan partai M e n s je w ik i jang artinja partai jan g tersedikit.
Partai in i kem udian dipim pin oleh K erensky.
Ketegangan antara dua partai ini m akin lama m akin keras' dan
m entjapai p u n tja k n ja ketika perang dunia
pertama petjah. Partai
M ensjew iki m enghendaki m elawan D jerm an jan g katanja hendak
m en djad jah bangsa R usia, tetapi partai Bolsjew iki menolak ikut
perang, karena berpendapat bahwa peperangan itu sebetulnja pepe­
rangan untuk kepentingan imperialis. D ari pada membantu pemerintah
dalam peperangan ini, lebih baik kesempatan ini dipergunakan untuk
m em ulai revolusi proletar. M em ang ini salah satu peladjaran L e n in
ja n g penting, ialah bahwa ,,peperangan imperialis ini oleh kaum
sosialis di tiap2 negara harus dibalikkan m endjadi peperangan saudara’7
m elawan kaum bordjuis, supaja dapat terdjadi revolusi dunia proletar.
D alam bulan M aret 1917, revolusi di R usia petjah; pemerintah Tsar
dihapuskan dan diganti oleh pemerintah rakjat jan g dipim pin oleh
K e re n sk y . L e n in tidak puas dengan politik Kerensky ini, karena
masih m a u meneruskan peperangan melawan D jerm an, dan karena
itu dianggapnja sebagai kaki tangan kaum bordjuis. M aka dari itu,
dia lalu m enjusun siasat baru dim ana antara lain diputuskan bahwa
semua kekuasaan harus berada dalam tangan m adjelis2 buruh dan
p ra d ju rit (S o v je t) dan bahwa Partai Sosial Dem okrat jg sudah ber­
noda itu harus diganti dengan partai baru, jaitu Partai K om unis, dan
Partai K om unis ini tidak lain dari pada Partai Bolsjew iki, P artainja
L e n in .
K alau d u lu M a r x menam akan gerakannja, gerakan kom unis, untuk
.membedakan dari pada gerakan kaum sosialis chajali ja n g dianggap-
—
34
—
nja sebagai gerakan kaum bordjuis, sedang gèrakan dia adalah gerakan
kaum buruh, maka sekarang Lenin menamakan partainja, Partai
Komunis, untuk membedakan dari pada Partai Buruh Sosial Demokrat
jang Marxistis pula, tetapi jang dianggapnja sudah berchianat kepada
peladjaran2 Marx tulen.
Oleh para penulis tentang sosialisme, Marxisme dimasukkan golongan sosialisme, sedang mereka menamakan komunisme, ialah gerakan
jang ditjiptakan oleh Lenin- Memang benar dia berdiri atas dasar
Marxisme tulen, tetapi ditambah, diperdalam dengan teori-teorinja
sendiri, teori-teori jang dipraktekkan pula. Dalam beberapa hal dia
menjimpang dari teori Marx.
*
,
'
!
j
'
|
'
Lenin jakin bahwa peladjaran-peladjaran Marx jkng tulen dapat
dilaksanakan. Maka dari itu dia bersembojan, „balik kepada djiwa
revolusioner Marx”. Anasir-anasir jang pokok dalam Marxisme di­
pertahankan, seperti historisch materialisme dan dialectisch materia­
lisme, perdjoangan kelas, teori negara, diktatur proletar, masjarakat
sosialis jang tidak berkelas, paham agama dan kesusilaan.
Menjimpang dari peladjaran Marx ialah, bahwa dia berpendapat
bahwa sosialisme dapat djuga dilaksanakan di Rusia, meskipun masih
negara pertanian, sedang menurut Marx, saat pergantian mendjadi
masjarakat sosialis itu baru sampai, kalau sesuatu negara sudah mentjapai tingkat perindustrian tinggi, dimana pertentangan antara kaum
bordjuis dan proletar sudah tegang sekali. Tetapi Lenin kata, bahwa
sjarat itu tidak mutlak ; asal keadaan politik revolusioner, (politiekrevolutionaire situatie), dalam negara itu dipergunakan dengan tepat,
maka dalam negara itu dapat djuga dilaksanakan sosialisme, walaupun
keadaan industri masih terbelakang. Dan lagi revolusi untuk meroboh­
kan masjarakat bordjuis itu harus dipimpin oleh „kohorte besi’ .
Tjzeren cohorte ini ialah barisan „beroepsrevolutionairen”, jaitu
orang-orang jang sengadja bekerdja, berdjoang untuk kepentingan •
revolusi. Mereka itu orang-orang berani, tangkas, tjerdik dan ahli
d;dam menjelundupi peraturan-peraturan negara. Djumlahnja tidak ]
usah banjak2, tetapi mereka bertugas untuk membawa sebanjak2nja
pelbag'ai golongan masjarakat dalam revolusi, dengan djalan bekerdja
diantara organisasi2 kaum buruh, sarekat2 sekerdja, tentara darat dan
tentara laut, dll. Stalin adalah salah satu anggauta dari pada kohorte
besi ini ketika masih mudanja. Dalam sebuah buku ketjil jang ditulisnja dalam tahun 1902 bertitel „Apakah jang sekarang harus di per­
buat”, Lenin berkata, „Kasihlah kami suatu organisasi orang2 revo­
lusioner, nanti kami akan robohkan Rusia”.
—
35
—
Terhadap soal diktatur proletar, L e n in d ju ga m enjim pang dari pe­
ladjaran M a rx . M en uru t teori M arx , diktatur proletar ini, diktatur
ja n g terdiri dari golongan jan g terbanjak, ja itu kaum proletar, atas
nam a golongan ja n g terbanjak, ja itu kaum proletar. Sebab revolusi
dapat dim ulai, karena kaum proletar sudah m erupakan golongan jang
paling terbanjak dalam m asjarakat, djadi golongan ja n g sangat kuat.
In i.m e n u r u t dugaan (hypothese M a rx . Tetapi diktatur proletar jan g
dibentuk oleh L e n in adalah lain sekali; ini terdiri dari golongan ja n g
terketjil, ja itu Partai K om unis, bukan atas nam a golongan jan g ter­
banjak sekali, m elainkan atas nam a golongan k etjil itu. djuga dan
menguasai golongan jan g sangat besar. D an Partai ^itu tidak terdiri
dari kaum proletar, m elainkan dari elite beroepsrevolutionairen tadi.
S e la n d ju tn ja ja n g berkuasa itu bukan seluruh Partai, tetapi hanja 10
orang dari Politbüro, dan inipun masih lebih dikuasai oleh satu orang
ja itu S ta lin .
M enurut L e n in , dik tatur ialah suatu pemerintah ja n g tidak dibatasi
oleh undang2, tidak dirintangi oleh sesuatu peraturan, dan han ja ber­
dasar atas kekerasan.
P aham B u c h a r in tentang diktatur, ialah d e m ik ian : D ik ta tu r ber­
arti kekuasaan ja n g tidak kenal belas kasihan terhadap musuh. D ik ­
tatur k aum buruh berarti, kekuasaan-negara kaum buruh jan g mcntjekik leher kaum bordjuis dan para pem ilik barang2. D i lain tempat
dia berkata, bahwa m aksud dari diktatur kaum buruh ialah, m entjekik
leher kaum bordjuis dengan sem purna; menghapuskan dari padanja,
tiap2 keinginan u ntu k m entjoba m engem balikan kekuasaan bordjuis.
K a la u dem ikian peladjaran kaum kom unis tentang pemakaian ke­
kuasaan terhadap mereka jan g dianggap sebagai m usuhnja, m aka keke
d ja m a n 2 para pengikut P .K .I. M u s o ja n g tempo hari dilakukan ter­
hadap law ann ja, sesuai benar dengan peladjaran itu.
Teori im perialisme diperdalam oleh L e n in . D alam b u k u n ja ja n g
dikeluarkan dalam tahun 1914, dia m enam akan imperialisme, tingkat
kapitalism e ja n g tertinggi, dalam m ana negara2 kapitalis berlom ba2
m em perkuat tentaranja guna peperangan berebutan tanah djadjahan.
M ereka perlu djadjahan, untuk, m en djam in pasar pendjualan (afzetgebied) bagi hasil2 industri. Peperangan imperialisme ini dem ikian
beratnja, sehingga kesengsaraan ja n g ditim pakan pada kaum buruh,
kaum tengahan dan rakjat tidak tertahan lagi. Satu-satunja djalan
u ntuk melepaskan diri dari pada kesengsaraan itu ialah, revolusi. K e ­
adaan politik revolusioner jan g dem ikian itulah ja n g harus diperguna­
kan untuk m e n jia p 2kan revolusi.
—
36
—
Berdasar atas djalan pikiran inilah, maka sebelum mulai revolusi,
Lenin dalam tahun 1915 menjusun sebelas dalil2, dimana antara lain
dia mengemukakan:
a. bahwa kaum buruh harus menuntut terbentuknja republik
demokrasi, penghapusan milik tanah luas dan kerdja 8 djam
sehari;
b. propaganda revolutioner harus didjalankan diantara kaum tam,
tentara dan kaum proletar di desa2, sedang pemogokan2 harus
diandjurkan dengan tuntutan supaja peperangan dihentikan
segera;
c. apabila di Rusia terdjadi revolusi, maka pemerintah baru
harus menawarkan damai l<9pada negara2 lawan dengan sjarat
bahwa mereka harus memerdekakan semua bangsa2 djadjahan; kaum buruh di lain2 negara harus diadjak berrevolusi
melawan pemerintah mereka sendiri.
Dengan programa demikian itu, tidak mengherankan bahwa seba­
gian dari bangsa2 djadjalian merasa tertarik oleh komunisme, sehingga
mereka tidak pikir lebih pandjang lagi apakah isinja peladjaran ko- ^
munisme itu seterusnja.
Dalam bukunja „Staat en Revolutie” jang sudah disebut dalam
bab II, berhubung dengan teori Marx tentang negara, Lenin mem­
buat teori baru pula tentang komunisme. Dia mengatakan bahwa
komunisme mempunjai dua tingkat. Tingkat jang' pertama ialah masiarakat jang lahir dari masjarakat kapitalis, segera sesudah revolusi.
Dalam masa ini alat2 produksi sudah dimiliki negara, akan tetapi
keadilan jang sempurna dan kesama rataan belum dapat diwudjudkan.
Orang2 harus dibiasakan dulu hidup setjara masjarakat sosialis, se­
dang sementara itu, produksi industri harus diperhebat sampai hasilnja
memenuhi keperluan semua warga negara. Sebelum tingkat jang kedua
ini tertjapai, maka penilikan (kontrole) jang sekeras2nja harus ‘ di­
djalankan oleh kaum buruh bersendjata, atas tjaranja orang bekerdja
dan pemakaian barang2 oleh masjarakat. Sebagai telah diuraikan pada
achir bab 1 dalam soal perhubungan antara sosialisme dan komunisme,
maka menurut uraian Stalin, komunisme pada tingkat pertama, di­
katakan djuga tingkat sosialis.
Telah dikatakan bahwa pemandangan hidup Partai Komunis Rusia
berdasar atas doctrine dialectisch materialisme. Dialectisch materia­
lisme, artu.ja bahwa dasar dari pada segala keadaan (kemanusiaan dan
alam agung), ialah benda. Segala keadaan itu, tidak sadja semua
barang2 melainkan djuga perhubungan antara manusia2 dalam masja­
rakat, serta pikiran2 manusia, selalu bergerak, selalu binasa dan tum-
—
37
—
buh berganti2. Gerak segala keadaan itu m enudju kepada perkembang­
an ja n g senantiasa lebih tinggi, dan perkembangan ini tidak terdjadi
dengan djalan tingkat m eningkat (geleidelijk), m elainkan dengan
djalan law an m elawan, dengan d jalan bentrokan (dialectisch). D ja d i
sjarat u n tu k berkembang ialah perdjoangan dalam m ana ja n g lama
harus dibinasakan supaja lahir ja n g baru.
Pendo-rong gerak itu bukan suatu barang diluar benda, seperti roch
dunia atau T uhan, m elainkan tenaga jan g menggerakkan itu ada didalam benda sendiri. D alam m asjarakat m anusia jang m endjadi gaja
pendorong perkembangan ialah perdjoangan kelas, jan g tim bulnja
karena pertentangan dalam lapangan perekonomian antara golongan
ja n g p u n ja dan ja n g tidak punja. Asas2 (principes) dialcctisch mate­
rialisme, dipakai dalam mem peladjari m asjarakat dan sedjarahnja,
itulah historisch materialisme.
M e n u ru t teori ini agama adalah tjerm in dari pada susunan m asja­
rakat kapitalis. D ia ditjiptakan oleh kaum modal u ntuk m empertahan­
kan kedudukannja sebagai kelas ja n g berkuasa, dengan m engadjarkan
kepada rakjat bahwa m em ang sudah m endjadi kehendak T uhan jang
m aha kuasa bahwa dalam dunia ini harus ada orang kaja dan orang
m iskin.
M a r x sebagai pembela kaum tertindas, bentji sekali kepada agama
ja n g dianggapnja sebagai alat penipu kaum bordjuis. D alam bu k un ja
„In le id in g tot de kritiek der Hegelsche Rechtsfilisophie” di kat?.k a n n ja : „A g a m a adalah gam bar im pian ja n g ditjiptakan oleh m anusia,
supaja dapat tahan hidup jan g sebenarnja tidak tertahan itu. A gam a
adalah tja n d u bagi rakjat. M enghapuskan itu sebagai bahagia bajangan, berarti m endapat bahagia ja n g n ja ta ”.
Sesuai dengan peladjaran M a rx ini. L e n in berkata sebagai berikut
Beban agam a ja n g menekan kemanusiaan, adalah 'hasil dan tjerminan dari tekanan ekonomi dari kehidupan m asjarakat. P e rd jan d jian
akan m endapat sorga di langit, m enjim pangkan orang2 dari per­
djoangan revolusioner kelas tertindas untuk m em buat sorga didunia.
M aka dari itu, agam a harus dipandang sebagai djenewer buruk bagi
roch, dim ana para hamba kapital menenggelamkan m uka kemanusiaan
m ereka” (Godsdienst moet daarom beschouwd worden als een soort
geestelijke foezel, w aarin de slaven van het kapitaal h u n menselijk
gelaat verdrinken F . L ie b, R usland onderweg”, 1947). D alam suratn ja kepada G o r k i, L e n in m enulis: „T iap 2 orang ja n g berpikir2
bagaim anakah k ira n ja w u d ju d n ja sesuatu T uhan, m eludahi sendiri
dengan tja ra ja n g keterlaluan” (B a n n in g ) .
—
38
—
Apabila demikian pendapat pentjipta Partai Komunis tentang
agama, maka tidak mengherankan kalau pemerintah negara Sovjet,
berusaha sekaras2nja untuk membinasakan sampai ke akar2nja semua
matjam agama. Karena agama itu bualan masjarakat bordjuis, maka
dengan sendirinja agama akan hilang, kalau susunan masjarakat dan
pendidikan sama sekali diperbaharui menurut dasar2 sosialis, demikian
peladjaran Lenin.
„Perdjoangan jang pertama ialah perdjoangan melawan agama”,
inilah sembojan j&ng didengung2kan oleh pendiri besar negara Sovjet
itu. Perdjoangan kaum komunis di Rusia melawan agama, bukan
karena kaum geredja di djaman Tsar membantu pemerintahnja menin­
das rakjat, seperti kata orang jang hendak membela perbuatan2 Partai
itu terhadap kaum geredja, melainkan perdjoangan ini berdasar atas
kejakinan dialectisch materialisme. Sifat filsafat ini ialah menolak
adanja Tuhan, sedang menurut peladjaran historisch materialisme,
agama adalah hasil -susunan ekonomi dalam masjarakat kapitalis.
Maka dari itu, perdjoangan kaum komunis ini adalah perdjoangan
asasi (principieel). Kata Fritz Lieb, „Dan jang paling baru dalam
sedjarah manusia jang belum pernah terdjadi ialah bahwa tiap2
agama, tiap2 tjara penghormatan kepada Tuhan, ditolak pada asasnja”
(principieel afgewezen).
Tindakan pemerintah bolsjewik jang pertama mengenai soal agama
ialah, decreet dalam bulan Djanuari 1918 jang menentukan bahwa
geredja harus dipisahkan dari negara, dan sekolahan dari geredja, dan
bahwa peladjaran agama dilarang disekolahan2 gopermen dan seko­
lahan2 partikulir jang memberi didikan umum. Peladjaran agama
partikulir dibolehkan, tetapi dalam bulan Djuni 1921 ditentukan bahwa
agama tidak boleh diadjarkan kepada anak2 dibawah umur 18 tahun,
dan semua sekolahan2 agama harus ditutup.
Disamping aturan2 itu, didirikan „Perserikatan perdjoang2 tidak
beragama (Bond van strijdende goddelozen) jang membuat anti-propaganda agama di seluruh negara. Dalam programa partai ditentukan,
bahwa semua anggauta2 Partai Komunis harus tidak beragama dan
harus mengambil bagian dalam anti-propaganda agama. Tetapi pembrantasan agama ini, bagaimanapun djuga dahsjat dan kedjamnja di­
lakukan, tidak memberi hasil seperti jang diharapkan, sehingga Ko­
misaris Rakjat bagian Pendidikan ketika itu, Lunattsjarsky, terpaksa
mengakui: „Agama adalah seperti paku. Makin keras kita pukul,
makin dalam dia masuk di kaju. „(B . H . Sum ner”, Rusjand, heden
en verleden”, 1948).
—
39
—
M e m a n g kegiatan m em brantas agama, m akin lam a m akin kendur,
sehingga dalam tahun 1936 ketika di R usia m au diadakan undang2
dasar baru. S talin m elahirkan kata2 ja n g m enundjukkan bahw a dia
sudah tidak begitu keras lagi anti agama. D ia m engusulkan dalam
pasal 135 supaja kaum geredja diberi liak untuk m em ilih dan dipilih
dengan m em beri alasan bahwa tidak semua bapak geredja (P au s)
m em usuhi Sovjet R usia.
S edjak perang d u n ia kedua petjah, nam pak sekali perobahan sikap
pem erintah S ovjet terhadap agama. Pertam a2 karena ternjata bahwa
ketika perang dengan D jerm an petjah, kaum geredja serentak berdiri
dibelakang pemerintah dan m em bantu dengan bantuan jan g njata.
D ala m bulan September 1941, „Perserikatan pedjoang- tidak ber­
agam a” dibubarkan, dan m adjallah „D e Goddeloze” dib eren tik an;
begitu d ju g a m adjallah ilm ijah „D e A theist” .
S edjak tahun 1942, geredja2 dibuka kem bali dan pendeta2 jan g
diasingkan dibebaskan. H a ri m inggu m endjadi hari istirahat um um
lagi. O ia n g m ulai insjaf, kata LieJO, bahwa orang2 beragama m asuk
golongan tiang negara ja n g baik, ja n g paling setia dan paling terpert ja ja , karena mereka m em punja achlak (karakter) dan dapat menolak
godaan korupsi.
K arena pemerintah merasa pentingnja u ntuk kerdja sama dengan
k aum geredja orthodox, m aka dalam bulan O ktober 1943, didirikan
„ K a n to r u ntu k urusan geredja orthodox” . O leh sebab golongan2 aga­
m a lain tidak m au ketinggalan dalam m enjum bangkan kebaktiannja
kepada negara, m aka pemerintah dalam bulan D j uni 1944 membuka
„ K a n to r u n tu k urusan agam a2” ja n g m erundingkan dan m em etjahkan
segala soal2 ja n g mengenai keagamaan.
D u a pertiga atau 150 d ju ta rak j at R u s ia m asih memegang teguh
agam anja, dan bantuan susila dari mereka itu tidak ketjil artinja dalam
peperangan m atian2 m elawan D jerm an.
D engan golongan Rooms-Katholiek, pemerintah belum dapat berdam ai, karena m enurut L ie b , dia m asih tju rig a terhadapnja, m eng­
ingat cliwaktu ja n g lam pau bahwa Paus bersahabat baik dengan M u s ­
solini, H itle r dan golongan kontra-revolusioner di Spanjol. D ju g a sifat
kerkelijk im perialism e dari agama itu, m enim bulkan pertentangan
antara M oskow dan Vaticaan.
S ik a p sabar dari pemerintah Sovjet terhadap agama, terlihat pula
dari hal2 ja n g lain, seperti m engizinkan penjiaran tulisan2 ja n g berisi
propaganda agama, pem bukaan kembali akademi agama di Moskow
dalam b u la n Nopember 1945.
—
40
—
Ketumbuhan kembali semangat agama ini, menggelisahkan golongan
jang masih setia kepada Marxisme tulen. Mereka protes dengan
mengingatkan kepada amanat almarhum presiden Kalinin jang menga- •
takan bahwa „tidak akan ada orang lagi jang dituntut karena agamanja, tetapi Partai Komunis tetap berpendirian, bahwa kepertjajaan
agama itu adalah kesesatan jang harus dibenarkan dengan djalan pen­
didikan kepada anak2”.
Bagaimana djuga sudah madjunja sikap Sovjet Rusia mengenai
soal agama, tetapi menghapuskan decreet D juni 1921 belum sanggup,
jaitu larangan pemberian peladjaran agama kepada anak2 dibawah
umur 18 tahun. Dan golongan „integrale Marxisten” , seperti filosoof
bangsa Rusia terkenal Berdjajew mengatakan: „Masih senantiasa ada,
golongan jang menerima Marxisten tulen selcngkap2nja, jang tetap
berpendapat bahwa agama pasti akan hilang apabila ilmu pengetahuan
makin berkembang dan masjarakat komunis makin terlaksana” („Beteekenis en oorsprong van het Rusische Communisme” 1948).
Kepertjajaan resmi, dialectisch materialisme, dan geredja sekarang
mau bekerdja bersama-sama di Rusia dan tidak lagi dikatakan disana
bahwa „agama adalah tjandu bagi rakjat”. Artinja, untuk sementara
waktu !
*
Timbulnja komunisme sebagai kekuasaan politik dan sosial jang
hebat, jang membawa ideologi tentang agama jang berbahaja bagi
kedudukannja dalam masjarakat, membangunkan reaksi dari golongan
beragama di dunia barat. Partai Sosial Demokrat di pelbagai negara
barat, sedjak tahun 1875, sesuai dengan programa Gotha, .berpendirian
bahwa „agama adalah urusan orang sendiri2” (godsdienst is een pri­
vate aangelegenheid) . Ini adalah taktik untuk memikat kaum buruh
dan lain2 golongan masjarakat jang beragama. Pendirian ini diper­
tahankan dalam kongres di Erfurt dalam tahun 1891.
Tetapi Lenin menganggap pendirian itu opportunistis, malahan
berchianat kepada Marxisme tulen. Kemudian dikemukakan oleh go­
longan2 beragama masalah, „apakah mungkin bagi seorang Kristen
untuk mendjadi anggauta Partai Komunis; apakah mungkin untuk
menerima program sosialnja sadja, tetapi menolak dialectisch materialismenja?”
Menurut Berdjajew, tidak mungkin seorang komunis tulen sambil
djuga seorang Kristen sedjati, karena seperti telah dikatakan, pasal
13 dari programa Partai Komunis menentukan bahwa tiap2 anggauta
Partai Komunis harus tidak beragama dan harus mengambil bagian
giat (aetief) memberantas agama. Peraturan ini tidak sadja bagi Partai
K o m u n is di R usia, m elainkan d ju g a bagi tiap2 Partai K o m u n is diselu ruh dunia. T id ak tju k u p kalau orang m enerim a program m a sosialnja
sadja. S eluruh perpustakaan kom unis m em buktikap bahw a Partai
K o m u n is m elaw an langsung pe lad jaran2 agam a K risten, kata Berd ja je w . A d a la h o m ong kosong, kalau orang kom unis m engatakan
bahw a k aum bolsjew ik tid ak m enindas kaum geredja, m elainkan h a­
n ja „a n a sir2 kontra-revolusioner” dalam kalangan kaum geredja sadja.
Sebagai taktik, kom unis pusat m engizinkan bahw’a k aum buruh
boleh d ik e tju alik an dalam soal agam a; mereka tidak usah m enerim a
dialectisch m aterialism enja. P engetjualian ini, saja rasa, berdasar atas
hal, bahw a teori ini terlalu sulit u ntuk dim engerti kaum buruh dengan
djelas. Tetapi bagi kaum in te llig e n tsia, tidak ada ketjualian. H e d lu n d ,
seorang k o m unis Swedia, ja n g berusaha m enjiarkan pendapat bahw-a
seorang K risten sedjati dapat sekalian m endjadi kom unis tulen, dipetjat dari D erde Internationale, organisasi international komunis.
M a k a adalah teka-teki besar, bahwa seorang ptm im p in Indonesia
terkem uka sekali, ja n g terkenal sebagai seorang K risten setia, pada
suatu ketika di D jo k ja m engum um kan, bahw a d ia sedjak tahu n 1936
anggauta kom unis illegaal. Seperti diterangkan oleh B e rd ja je w tadi
bagi seorang tjerdik pandai adalah sjarat m utlak u ntuk m enerim a d i­
alectisch m aterialism e, kalau dia hendak m e n d ja d i anggauta Partai
K o m u n is.
S atu diantara dua h a n ja m un gk in m enurut pik iran sehat. A ta u dia
itu seorang K riste n sedjati, tetapi kom unis palsu, atau d ia seorang
ko m u nis tulen, tetapi K riste n palsu. K a ta orang, ja n g m endekati ke­
benaran ialah kem ungkinan ja n g pertama. A pakah gerangan sebabnja
de m ikian itu ?
A d a ja n g m engatakan bahw a dia berbalik haluan ke d ju ru sa n M o s­
kow itu , karena dia sudah putus asa tentang sikap Belanda, ja n g katan ja tid ak m au m enjelesaikan perm usuhan Indonesia-Belanda dengan
d ja la n dam ai. M engingat keterangannja sendiri bahwa dia sedjak se­
belum p e rang sudah m enggabungkan d iri dalam barisan M a rx - L e n in ,
m aka keterangan itu sukar m asuk akal.
Soal pem im p in tsb. saja b itja ra k a n disini, karena saja anggap bah­
w a perm ainan kom idi p o litik n ja tidak d ap at dipertangung-djaw abkan
dalam m asjarakat Islam kita. T id a k dapat dipertanggung-djaw abkan,
karena perbuatan itu dapat m enjesatkan orang2 kita ja n g tid a k tah u
seluk-beluknja M arx ism e dan kom unism e. M ereka lalu g am pang dapat
disesatkan bahw a Islam dan kom unism e, d ju g a d a p a t bersatu-padu,
oleh sebab p e m im p in terkem uka tadi ja n g seorang K ris te n setia, dapat
m em eluk kom unism e pula. O ra n g 2 Islam ja n g m asuk perangkap tipu
—
42
—
muslihat Partai Komunis, achirnja diperkuda olehnja untuk memusuhi
golongannja sendiri jang dipandangnja sebagai golongan bordjuis,
seperti terdjadi dalam pemberontakan P.K,I.-M uso.
*
Pendapat Lenin tentang kesusilaan, tidak berbeda dari pada pendapatnja tentang agama. Kesusilaan adalah tjiptaan kaum bordjuis
pula, jang hanja merintangi terdjadinja revolusi sadja. Bagi Lenin
paham susila atau tidak susila itu dihubungkan rapat dengan tjita2
revolusi. Apa jang manfaat bagi terdjadinja revolusi, adalah susila.
Lain2 timbangan tidak berguna. Untuk melaksanakan maksud itu, tidak
ada barang haram, tipu, dusta, kekedjeman, semua boleh digunakan.
Dalam bukunja jang kenamaan. „De linkse stroming, een kinderziekte van het Communisme”. (1920), dia mengadjarkan bahwa „Kita
harus menggunakan tiap2 muslihat perang, tiap2 akal buruk, tiap2
tipu,, tiap2 kelitjinan, tiap2 tjara tidak sah, tiap2 pemegangan rahasia,
dan selimutan kebenaran” (We moeten elke krijgslist, elk foef je, elke
kunstgreep, elke sluwheid, elke omvettige methode, elke gehcimhouding en bemanteling van de waarheid gebruiken).
Apabila dia (Lenin) melawan musuhnja, dia sengadja memilih
kata2 dan tjara2 berkata (uitdrukkingen) jang dapat menimbulkan
bentji dan djidjik kepada mereka, meskipun mereka itu orang2 djudjur. Tjara2 berkata itu harus menimbulkan dakwaan2 jang seberatberatnja. Dengan demikian organisasi lawan dapat dimusnahkan. Asas
tjara perdjoangan dari Lenin ini, lebih sempurna lagi dilakukan oleh
murid besarnja, jaitu Stalin. (David J. Dalin, „Verschoven wereldmacht”, 1947).
Selandjutnja penjipta Partai Komunisme mengadjarkan bahwa jang
harus diperhatikan oleh manusia ialah, hukum alam dan sedjarah. Dia
jakin sejakin-jakinnja, melihat keadaan politik dan ekonomi dunia
dewasa ini, bahwa djalan sedjarah menudju kepada perwudjudan
masjarakat sosialis. Karena ummat manusia itu sebetulnja dapat di­
bagi dalam dua golongan besar, jaitu golongan pekerdjaan jang ditindas
dan golongan kapitalis jang menindas, maka adalah kewadjiban tiap2
orang untuk menjadari benar2 masuk golongan manakah dia itu.
Bilamana dia masuk golongan pekerdja, maka dia harus setia kepada
kelasnja, artinja dia harus menjediakan raga dan djiwanja untuk
membantu melaksanakan tudjuan sedjarah kelas tadi, jaitu revolusi
sosialis, dengan djalan apapun djuga. Kalau dia masuk golongan
kapitalis, maka untuk kepentingannja sendiri, dia harus bersekutu
dengan kelas pekerdja jang memegang nasib dunia dikemudian hari.
—
43
—
t'a rd p eng ikut k aum im perialis barat dalam anti-propagandanja
terhadap kom unism e, biasanja m engem ukakan paham kom unis tentang
kesusilaan ini, u n tu k m em buktikan betapa d ja h a t dan rendahnj^. ko­
m un ism e itu, seakan? im perialism e sendiri bersih dari alat perdjoangan
„het doel heiligt de m iddelen” . K a la u kom unism e berpaham dem ikian
te ntan g kesusilaan, sudah sesuai dengan dasar pem andangan h id u p n ja,
ja itu dialectisch m aterialism e, ja n g tidak kenal T u h a n sama sekali.
T etapi dian tara para d jag o 2 im perialis, ban jak sekali ja n g beragama,
ja n g tertib tia p 2 m ing g u m asuk geredja. In ila h ja n g sangat aneh.
Mengenai m oral im perialism e ini, H e w le tt Jo h n s o n , D ean o f Can
terbui-3^ ja n g m enulis bu k u ja n g telah saja sebut lebih dulu, ja itu
,,Socialism e in het zesde deel der w ereld” , berka’ta sebagai berikut:
„ V ö ö r de laatste W ereldoorlog (m ak s u d n ja perang du nia pertam a),
w aren w ij getuigen van het schouwspel van de grote imperialistische
m achten, die een politiek voerden, w aarvan de hoofdzaak het geloof
was, dat het geweld — met zijn attributen van list, verraad, bedrog,
leugens en verbroken beloften -—■de enige en beslissende scheidsrech­
ter was tussen de landen. M achtspolitiek sluit in het ontbreken van
een goede m oraliteit. O p het terrein van de m achtspolitiek en in het
belang v an het la n d ’ zijn staatslieden bereid om handelingen te ver­
richten, een politiek te voeren en methode te gebruiken, w aarvoor zij
in h u n dagelijks leven terug zouden schrikken” .
M aka dari itu, dalam tjara mentjapai maksudnja, antara imperia­
lisme dan komunisme sebenamja tidak banjak bedanja.
*
D a n bagaim anakah hasiln ja usaha P artai K o m u n is u n tu k melaksa­
nak an m asjarak at baru ja n g tidak berkelas, ja n g akan m em baw a
kesama rataan sosial dan ekonomi.
M e n u r u t paKam S ta lin , S o vjet R u s ia sekarang sudah m elaksanakan •
klassenloze m aatschappij, dan ja n g dim aksudkan ialah bahwa tidak
ada .kelas lagi ja n g m em iliki a la t2 produksi sen diri; semua alat2 sudah
m e n d ja d i k e p u n ja an negara.- K a la u itu ja n g dim aksudkan dengan
klassenloze m aatschappij, m em ang itu sudah terlaksana di R usia.
T etapi dem okrasi sosial dan ekonomi kesam arataan sosial dan
ekonom i, seperti ja n g dibajangkan oleh L e n in dan la in p e m im p in 2
besar pada perm ulaan revolusi, tid a k tertjapai. A ta u k a h belum tertja p a i, sebab k ita mesti ingat teori L e nin, ja n g m engatakan bahw a
m a sja ra k a t ko m u nis d im a n a ada kesam arataan sem purna, tidak dapat
d iw u d ju d k a n sekaligus m elainkan dalam dua tingkat. M e n u ru t kata
S ta lin , tingkat ja n g pertam a, ja itu tingkat sosialis, sudah selesai de-
—
44
—
ngan berlakunja undang2 dasar baru dari tahun 1936, dan sekarang
mulai tingkat jang kedua, tingkat komunis.
Rupa-rupanja kesamarataan sempurna sosial dan ekonomi, tidak
mungkin di wudjudkan di dunia ini. Penulis Amerika E m ery Reves,
dalam bukunja jang sangat menarik perhatian dunia, „Anatomie van
de vrede” (1948), berkata: „Beberapa tahun sesudah revolusi, men­
djadi djelaslah bagi para pemimpin Sovjet, bahwa kesamaan sempurna
ekonomi dan sosial tidak dapat, dipersatukan dengan tabiat manusia,
bahwa initiatiei orang seorang adalah sangat penting bagi kemadjuan,
dan bahwa beberapa milik adalah akibat jang tidak dapat dielakkan
dari pada kemerdekaan manusia. Satu rentetan perobahan2 jang di­
adakan untuk membeda-bedakan penghasilan dan kedudukan masja­
rakat dan dalam beberapa tahun ini, menimbulkan tingkat2 kekajaan.
kikuasaan dan pc.igaruh, jang sama terang nampaknja seperti dalam
negara kapitalis” .
„Tidak mengurangi sedikitpun hasil2 besar bangsa Rusia” , kata dia
■
, - selandjutnja, „kalau orang menentukan bahwa dari tjita2 sosial Marx
dan Lenin, hampir tidak ada jang terlaksana oleh diktatur proletar”.
Barangkali kritik Reves ini, kurang memperhatikan -teori Lenin,
bahwa dalam tingkat jang pertama sekarang, memang belum dapat
diwudjudkan kesamaan sempurna sosial dan ekonomi. Meskipun de­
mikian, menurut kejakinan saja, tingkat komunisme seperti jang di­
angan-angankan oleh Lenin itu, tidak akan dapat diwudjudkan oleh
sebab dasar pemandangan hidupnja, jaitu dialectisch materialisme,
kurang menaruh perhatian kepada tabiat manusia, kepribadian manu­
sia, jang sangat besar pengaruhnja dalam sedjarah, sedang M arx dan
Lenin mau memulangkan segala2nja kepada urusan ekonomi sadja.
Bagaimana djuga tjela2 dan kekurangari-kekurangannja susunan
negara Sovjet dan dasar pemandangan hihupnja menurut pendirian
kita, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Partai Komunis disana ber­
hasil membuat Rusia mendjadi negara jang dapat menjaingi AmerikaPun tidak dapat dimungkiri djuga, djasanja dalam sedjarah, bahjva
kekuatan negara Sovjet' memaksa negara2 imperialis untuk merobah
sikapnja terhadap bangsa2 jang berpuluh-puluh tahun mereka djadjah.
*
Satu soal lagi hendak saja bitjarakan, karena sangat pentingnja
bagi perdjoangan nasional kita, chususnja bagi perdjoangan umat
Islam Indonesia, ialah soal taktik komunisme baru jang dinamakan
taktik „front kesatuan” (eenheidsfront). Soal ini, oleh sebab penting-
—
45
—
n ja , d ib itja ra k a n djuga. oleh J a m e s B u r n h a m dalam b u k u n ja „D e
strijd o m de w ereldm acht” (1948).
M e n u r u t dia, ta k tik in i d id ja la n k a n di pelbagai m a tja m 2 o rg a n i­
sasi, seperti organisasi ekonom i, k eb udajaan, po litik dan ilm u penge­
ta h u a n di sem ua tin g k a t2 susunan, m u la i organisasi ja n g k e tjil sam pai
ke pem e rin tah , sam pai ja n g palin g tin gg i dalam Persatuan B angsa2.
P e m e rin ta h koalisi dim ana d u d u k d ju g a o ra n g 2 k o m u nis di P e ran tjis,
Ita lia dan ne g ara2 E ro p a T im u r, adalah tjo n to h dari ta k tik itu.
M a k s u d dari tak tik in i tidak lain daripada he ndak m elem ahkan
la w a n dari d a la m d a n m erebut kekuasaan m onopoli k o m unis. F r o n t2
kesatuan itu h a n ja dipakai sebagai „ m antel organisatie” sadja. K a ta
B u r n h a m : ,,D a la m p o litik m odern, h a m p ir tid a k ada k e tju a lin ja
bah w a dalam tia p 2 fro n t kesatuan dengan o ra n g 2 kom unis, u n tu k
m e n tja p a i . m aksu d apa sadja, o ra n g 2 ja n g b u k a n k om unis selalu
k a la h ” . K a la u m ereka lih at bahw a rupa-rupanja m ereka tid a k akan
m en dap at hasil, mereka keluar. B u r n h a m m em beri tjo nto h ja n g agak
b aru te ntan g ta k tik ini. D a la m ta h u n 1946, ketika dia m enulis b u k u n ja ,
di D je r m a n T im u r m u la 2 ada P a rta i Sosialis d an P artai K o m u n is.
K e m u d ia n atas usaha T e n ta ra M e rah , dua P a rta i dileb ur m e n d ja d i
K e s a tu a n P a rta i Sosialis. M e n u ru t ram alan dia, orang sosialis dalam
fr o n t itu , ak a n d ib u n u h , atau harus m e n d ja d i kom unis, dan K esatuan
P a rta i Sosialis tad i akan m e n d ja d i P artai K o m u n is D je rm a n .
D a la m R e p u h lik tempo hari, M u s o d ju g a hendak m e n tjo b a m elaku­
k a n ta k tik itu. J a n g d ia d ja k partam a-tam a m asuk F ro n t N asional
(m o d e l F .D .R .) ialah partai M a s ju m i, p artai ja n g berdasar agam a
d a n ja n g d ia n g g a p n ja b o r d ju is !! T etapi D ew an P o litik M a s ju m i tidak
begitu bodoh u n tu k tidak m engetahui siasat M u s o , m aka ditolaklah
a d ja k a n itu.. P e no lak an M a s ju m i in i oleh mereka ja n g sedjiw a dengan
M u s o dik atak an, adalah sebabnja m aka dia m engadakan pem beronta­
kan. M ereka m e n g ira bahw a p im p in a n M a s ju m i tid ak tahu a p a 2 ten­
ta n g siasat d a n •tu d ju a n P .K .I. M a s ju m ip u n tidak begitu m engam bil
p u s in g ak an tu d u h a n itu.
P e ne rang an B u r n h a m ini m em perkuat k e ja k in a n k ita bah w a kita
h arus senantiasa tju r ig a terhadap gerak-gerik P artai K o m u nis.
BAB V.
GERAKAN KRISTEN SOSIAL.
ERAKAN sosialisme di dunia barat jang menjinggung-njinggung
kekurangan agama Kristen dalam memperbaiki masjarakat, sudah
barang, tentu menimbulkan reaksi dalam kalangan agama. Apalagi
sesudah timbul Marx jang membawa teori baru tentang agama dan
menjerang hebat kedudukannja. Baik kalangan Katholik, maupun
kalangan Protestan merasa perlu untuk menaruh banjak perhatian
kepada keburukan-keburukan masjarakat, keburukan-keburukan nasib
kaum buruh dan berusaha mentjari djalan bagaimanakah tjara-tjaranja untuk menghilangkan keburukan-keburukan itu menurut peladjaran-peladjaran' agama Kristen.
Mula-mula mereka tidak tahu djalannja menolong kaum buruh
beragama dari pada kesengsaraannja, sehingga kaum buruh itu ter­
paksa masuk gerakan-gerakan buruh sosialis jang dapat membela
kepentingan mereka. Mendjelang achir abad 19, Geredja Katholik dan
Protestan, baru dapat mulai menjusun kaum buruh beragama dalam
organisasinja 'sendiri2.
Gerakan Katholik.
Dalam kalangan ini jang terkenal sebagai pendekar pembela kaum
buruh jang pertama ialah W . E. von Ketteler, bisschop dari Mainz,
jang dalam tahun 1948 sudah membitjarakan masalah buruh. Dia
bertjenderung sekali kepada gerakan buruh sehingga dia dapat djulukan „bisschop merah”. Ketika itu, gerakan buruh Djerman dipimpin
oleh pemimpin sosialis jang terkenal, Lasalle jang menimbulkan keri­
butan pikiran dalam pikiran masjarakat Von Ketteler mentjari hu­
bungan dengan Lasalle, tetapi ia belum berani mengizinkan kaum
buruh Katholik masuk gerakan itu, karena takut kalau mereka ke­
hilangan i’tikadnja.
Inggeris pelopor gerakan „sosialisme katholik” ialah Manning^
kardinal dari Westminster: di Perantjis graaf de M an dan di
Austria pangeran Lichtenstein. Mereka itu semua, menentang kapi­
talisme, perdagangan bebas, 'persaingan bebas dan mengandjurkan
supaja negara tjampur tangan dalam urusan sosial dan ekonomi.
Mereka tidak mau disebut sosialis Katholik, karena ada hal-hal dalam
sosialisme seperti penghapusanhak waris dan pengurangan atau peng-
G
—
47
—
hapusan hak m ilik , ja n g bertentangan dengan pe lad jaran2 agama
K a th o lik .
B a ru dalam tahu n 1891 Paus L e o X I I I m engeluarkan peraturannja,
ja itu dalam encyclieknja ja n g m asjhu r, R e r u m N o v a ru m . Encycliek
in i d ip a n d a n g sebagai balasan kepada gerakan sosialisme dalam m asa­
lah bu ruh, dipandang sebagai djaw aban kepada M anifes K o m unis. R e ­
ru m N o v a ru m ini m em bentangkan ketjuali susunan negara dan m asja­
rakat m en urut peladjaran bapak geredja besar, T h o m a s A q u m o d ju g a
m asalah2 ja n g berhubungan dengan kaum buruh. T entang masalah
p e rd jo ang an kelas dikatakan bahwa G eredja harus m engam bil dari
I n d jil asas2 ja n g dapat m endam aikan perdjoangan itu. K a u m proletar
h arus dibebaskan dari kesangsaraannja. G eredja harus m em bentuk
ba d a n2 ja n g m em perbaiki keadaan mereka. S e lan d ju tn ja R e ru m N o ­
v a ru m itu m entjela golongan kapitalis dengan m engatakan bahwa
golongan k e tjil ini m enguasai pasar kerdja (arbeidsm arkt) dan per­
dagangan, sehingga mereka dapat m enindas kaum proletar jan g ban ja k n ja tidak terhingga.
R e r u m N o v a ru m in i besar pe ng aruhnja dalam dunia K atho lik .
K a u m K a th o lik lalu giat berusaha m e n tjip tak an ilm u sosial sendiri,
serta m em bantu, m elatih dan m engatur k aum buruh. B a n ja k diantara
m ereka bekerdja keras u n tu k m em buat h u k u m b u ru h baru. Pem bentu­
k an serekat2 sekerdja, sarekat2 segolongan (stands-organisaties), dia n d ju rk a n dan kem udian m em ang dibentuk organisasi2 buruh, tani
d a n k a u m tengahan (E d . v a n C le e ff, „Sociaal Economische Orden in g ” , 1947).
S e d ja k k e luarnja R e ru m N o v aru m ini, dalam dunia K ath o lik ada
d u a aliran, ja itu alira n radikal ja n g m endekati sosialisme dan aliran
solidarism e ja n g boleh dikatakan kem udian m en djad i pedom an resmi
bagi k aum K a th o lik dalam usahanja m em perbaiki m asjarakat. A lir a n
rad ik al diw a k ili oleh U d e , H o r v a th d a n W . H o h o ff. M ereka m entjela
G ered ja bahw a dalam pertentangan antara k a u m m odal dan kaum
bu ruh , G eredja membela k aum m odal dan m eninggalkan k aum p ro ­
letar. Pem bela aliran solidarism e ja n g kenam aan ialah H . P e sch .
S o lid a ir a rtin ja , semua anggauta dari sesuatu persekutuan saling
bertanggung dja w ab atas perbuatan tia p 2 anggauta; d ja d i satu ber­
salah, sem ua harus m em ikul tan gg u ng djaw ab. M e n u ru t peladjaran
p a ra bapak G eredja ja n g besar2, m asjarakat m anusia adalah suatu
bad an h id u p (o rg an ism e ), dalam m ana semua anggauta terikat satu
sam a lain. S em ua anggauta harus kerdja sama dan harus saling ber­
ta n g g u n g djaw ab. K a re n a paham solidariteit ini m e n d ja d i dasar
p e m an dang an h id u p kaum K a th o lik , m aka sistim K a th o lik in i dinama-
—
48
—
kan solidarisme. Asas solidarisme ini sudah barang tentu harus dipakai
pula dalam lapangan sosial dan ekonomi.
Dalam Rerum Novarum diadjarkan pula oleh Leo X I I I , bahwa
„kekajaan bangsa2 adalah hasil dari pada kerdja kaum buruh se­
mata-mata”. Dari peladjaran ini, H ohoff menark kesimpulan bahwa
kerdja adalah satu2nja sumber milik, hingga milik jang berasal tidak
dari kerdja adalah milik tidak sah. Dipikir terus, kapitalisme harus
dihukum, karena asalnja dari nilai lebih, dari milik jang bukan berasal
dari kerdja; selandjutnja karena kapitalisme berdasar atas kekuasaan
modal atas kerdja. Dengan kesimpulan jang demikian itu, H o h o ff
mendekati sekali teori Marx.
Pertentangan antara dua aliran ini, disudahi oleh Paus Pius X I ,
dalam encyclieknja jang masjhur djuga, Quadragesimo Anno, dalam
tahun 1931. Pendapat aliran radikal disalahkan terus terang dan me­
ngemukakan bahwa bukan maksudnja Leo X I I I mengutamakan kapi"
tal sadja, atau kerdja sadja dalam masalah ekonomi, melainkan duaduanja itu harus bekerdja sama. Diambilnja adjaran lain dari Rerum
Novarum jang mengatakan bahwa „kapital tidak dapat wudjud dengan
tidak ada kerdja, dan kerdja tidak dapat wudjud dengan tidak ada
kapital
.
.
Kerdja-sama antara kapital dan kerdja, tidak ada salahnja, tjum a
mereka harus diatur jang tepat. Pemakaian kapital itu baru menjalahi
ketertiban, djika dia menggunakan kaum buruh atau kaum proletar
dengan maksud, menguasai seluruh kehidupan ekonomi, dengan tidak
memikirkan peri kemanusiaan kaum buruh, keadilan sosial dan kesedjahteraan umum.
Djelasnja ialah, bahwa solidarisme ini tidak mentjela kapitalisme,
melainkan pelanggaran2 batas jang harus ditjegah. Kerdja-sama
antara kapital dan kerdja harus diandjurkan, dan keadilan sosial harus
dipakai sebagai pedoman. Boleh dikatakan bahwa solidarisme katholik
ini', ada diantara liberalisme dan sosialisme. Dia menolak liberalisme
karena aliran ini tidak mau kenal ukuran2 susila dalam kehidupan
ekonomi, dan menolak sosialisme karena aliran ini hendak mengurangi
atau menghapuskan hak milik perseorangan (privaat eigendom) jang
menurut peladjaran Katholjk adalah hukum alam (natuurrecht) jang
tidak boleh diganggu. Hanja negara berhak tjampur tangan dalam
hak milik itu, kalau terpaksa oleh kepentingan umum. Tetapi dalam
soal hak waris, negara pun tidak boleh tjampur tangan
Kemudian dalam Quadragesimo Anno itu dibitjarakan pula masa­
lah perdjoangan kelas dan mengadjarkan bahwa masalah ini dapat
dipetjahkan dengan membentuk golongan2 sepekerdjaan (beroeps-
—
49
—
standen). W arga-negara2 ja n g masuk golongan ekonomi ja n g sama,
ja n g m em pu njai pekerdjaan ekonomi ja n g sam a, harus dipersatukan
dalam perserikatan2. Perserikatan2 ini harus m em punjai sifat badan
berkuasa (publiekrechtelijk karakter) seperti provincie dan gemeente,
ja n g m e m p u n ja i kekuasaan untuk membuat peraturan-peraturan bagi
diri sendiri.
T entang pembagian m asjarakat dalam golongan2 sepekerdjaan itu,
pendapat para pudjang g a K atho lik tid a k ' sama. Prof. A e n g e n e n t
berpendapat bahwa m asjarakat sebaiknja dibagi dalam -empat golong­
an, ja itu golongan petani; golongan industri dan perdagangan besar;
golongan industri dan perdagangan k e tjil; golongan pekerdjaan2 be­
bas (vrije beroepen).
K a u m m a d jik a n dan kaum buruh harus disusun dalam organisasinja
sendiri2 dan kalau a d ^ perselisihan paham, harus diselesaikan m e n u ru t
hukum ja n g berlaku, sehingga tidak usah terdjadi pemogokan2. U p ah
kaum b u ruh harus diperbaiki dengan mengingat pula keluarganja.
K eadilan sosial terhadap mereka itu, harus dilaksanakan.
D ew an E konom i U m u m harus dibentuk jan g m engatur kerdja sama
antara golongan empat itu.
D i negeri Belanda pelopor jan g menggerakkan kesadaran sosial dan
perbaikan nasib kaum buruh, ialah S ch aepm an (18 4 4 — 1903). D alam
tahun 1888 did irik an Gerakan B uruh K atholik jang pertam a; kem u­
dian dalam tahun 1893 oleh S ch aepm an dipersatukan semua perkum ­
p u la n 2 b u ru h K atholik. D alam tahun 1909 didirikan V ak c e n tra le
K a th o lik dan sedjak 1945 m endjadi N ederlandse K a th o lie k e Arbeiders B e w e g in g . Dengan gerakan ini „kaum buruh K atholik hendak
d id ja d ik a n pembawa kebudajaan K atholik dan kebangsaan jan g giat” .
S am pai perang du nia jang kedua, ja n g dianut di negeri Belanda
ialah aliran solidarisme sadja. B aru sesudah perang ini, tim bul go­
longan K a th o lik ja n g dari R erum N ovarum dan Quadragesimo A nno,
berani m enarik kesimpulan-kesimpulan jang mendekati sosialisme.
G e ra k a n P ro te s ta n .
Sebagai telah dikatakan dialas, tim bu ln ja gerakan2 sosial dalam
du n ia Protestan, d ju g a karena terdesak oleh kem adjuan gerakan so­
sialisme, tetapi perlawanan mereka terhadap kapitalisme tidak begitu
keras seperti gerakan sosial K atholik, karena sebetulnja Calvinisme
rap at h u b u n g a n n ja dengan lah irn ja kapitalisme.
D i Inggeris tim bul gerakan „Christen Socialisme” dibawah pim pinan
pendeta2 K in g s le y dan M a u ric e . Mereka berpendapat bahwa perbai­
kan nasib kaum buruh harus ditjapai dengan kum pu lan 2 koperasi, tidak
—
50
—
tjukup dengan perbaikan organisasi2 kaum buruh sadja. Gerakan inl
berdjasa besar dalam madjunja gerakan koperasi di Inggeris dalam
abad 19.
Di Djerman, .Prantjis dan Amerika timbul djuga gerakan2 serup3itu. Di negeri Belanda berdiri gerakan „Christen socialisme” dai*
„Christen anarchisme”. Mereka itu semua, ketjuali „Christen a n a r h i s me”, menghendaki supaja negara turut tjampur tangan dalam masa'
lah2 sosial itu.
Pelopor dinegeri Belanda jang menjerang kapitalisme ialth Groen
van Prinsterer. Sedjak 1848 dia telah mentjatji maki kedjahatan
kapitalisme.
Kaum buruh Protestan mula2 masuk Alg. Ned. Werklieden B o n d
jang bersifat nasional dan didirikan dalam tahun 1871. Bond ini ke'
mudian petjah, karena ada golongan jang mau ke liberalisme. Go­
longan Protestan keluar dan mendirikan kumpulan sendiri dengan
nama Patrimonium. Ini bukan vakvereniging, tetapi kumpulan untuk
menjiarkan „tjita2 sosial Kristen”. Sifatnja sangat kolot; dia anti
pemogokan, anti pemilihan umum, dan tidak mau turut gerakan anti
kerdja anak2 (kinderarbeid).
Dalam tahun 1890 Patrimonium mengalami krisis. Angkatan mudanja, dibawah pimpinan pendeta. A. S. T alm a melawan kaum tua, ka­
rena mereka itu insjaf akan kemadjuan sosialisme. Dia membela hak
mogok dan tjampur tangan pemerintah dalam masalah2 sosial.
Dalam tahun 1891 diadakan Christelijk sociaal congres jang per­
tama, jang besar artinja bagi gerakan itu. Dalam congres ini disusun
asas2 umum (algemene beginselen) untuk pemetjahan masalah2 sosial,
antara lain:
a.
b.
c.
d.
asas umum jang pokok, ialah keadilan; selandjutnja,
kemelaratan dan kesengsaraan harus ditjegah,
begitu djuga, penumpukan modal dan tanah,
tiap2 manusia harus dapat kemungkinan hidup jang lajak
menurut kedudukannja,
e. Kitab Sutji, mengakui hak milik perseorangan,
f. Buruh djangan dipergunakan sebagai alat, tetapi sebagai
manusia,
‘
g. pembuatan modal (kapitaal-vorming) tidak dilarang.
Dalam tahun 1909 didirikan Christelyk Nationale Vakverbond jang
hendak melaksanakan tjita2 Talma, seperti hak vakvereniging, jang
I
—
51
—
oleh golongan kolot dipandang sebagai „m erah” , karena memperdjo ang k an kepentingan sosial dan ekonomi k aum buruh.
Sehabis perang dunia kedua ini. S y n o d e N ed. H e rv o rm d e K e r k
m engam bil keputusan ja n g penting, ja itu bahwa k aum b u ruh K risten
tid a k harus m asuk V akorganisatie K risten. M ereka d ju g a boleh m asuk
organisasi ja n g netral. A lasan keputusan ini, ialah pendapat bahw a
b u k a n tugas orang K riste n u ntuk m em isahkan diri dalam m a tja m 2
organisasi-organisasinja sendiri.
BAB V I.
'
KESAMAAN DAN PERBEDAAN.
Islam dan sosialisme M'arx.
P E S U D A H diuraikan Marxisme dan Komunisme, dan ditindjau se»J.kedarnja bagaimanakah reaksi dunia Kristen barat terhadap
aliran itu maka tibalah sekarang saatnja untuk mengadakan .perban­
dingan antara peladjaran2 Islam dan peladjaran2 M arx-Lenin, m ana­
kah jang sedjalan dan manakah jang bertentangan.
Sudah terang bahwa Marx mengangkat penanja untuk menulis
pemandangan hidup baru jang menggemparkan dunia itu, semata2 ter­
dorong oleh tjita2 mulia, ialah membela nasib kaum tertindas di
negara2 industrieel-kapitalisme.
Sedjarah hidupnja memperlihatkan betapakah ichlasnja, betapakah
r ian
dla menjumbangkan seluruh djiwa raganja
hiaiÎa ¿nd" ng?!i i T buruh' Kesenf?saraan dalam kalangan keS S S n i.
lp,at membelokkan dia kelain djurusan jang
kaum oroletfr ,m?nikll\
atHan h’dupnja. Berdjoang untuk melepaskan
:.np.
c ari Penderitaannja, dia lakukan sampai tarikan napas
Mur* itu A? i' lmF Uh menS^arukan riwajat hidup dan perdjoangan
r. K' A/f
e , e eraPa sardjana jang kenamaan, dia dapat djulukan,
,a , e™ang dalam kesederhanaan, dalam keichlasan mengabdikan
airi kepada tjita2nja jang mulia itu, dalam kesabaran menderita kese i an , dalam membesarkan hati kaum tertindas dengan membajangan a -an a angnja masjarakat baru jang penuh bahagia bagi mereka,
dia mendekati sifat2 seorang nabi.
i
Agak sedikit lain sifat beberapa pendekar kaum buruh dinegeri
1 j Jang ,hendak mclaksanakan tjita2 K arl Marx. Kerapkali seperti
pendekar kaum bordjuis sadja.
Tiita^Jang demikian itu, sama sekali tidak berlawanan dengan
~-ij.jJIL.-sgbab_Isiam mengadjarkan kepada_para pemelukrijä "
untuk .melaksanakan peri'kemanusiaan, menegakkan keadilan walaüputLmenigtkan diri sendiri,..melepaskan Budak2 belian, menolong si
miskmuJIaQ ¿jg^igan memeras si buruh.
Firman AllahdalairT-Qur’an adalah sebagai berikut :
”^-ai kamu jang beriman, hendaklah kamu memelihara ke­
adilan, walaupun terhadap kamu sendiri, atau orang tuamu atau
—
53
—
lu r u n a n m u ; m aka dari itu djanganlah m enuruti keinginanm u
ja n g rendah agar supaja kam u djangan m elakukan ketidak­
a d ila n ” .
(An-Nisa, 135).
„ D a n tahukah kam u apa ja n g dinam akan djalan bukit ja n g
tju r a m ? Ja itu membebaskan seorang budak-belian, atau memberi
m akanan dalam masa kelaparan, kepada seorang anak jatim jang'
m em p u njai hubungan keluarga, atau kepada orang m iskin jang
berbaring didebu” .
(Al-Balad, 1 2 — 16).
M e n g enai kaum b u ru h , M u h a m m a d s.a.w. bersabda:
„B ajarlah upah si buruh sebelum keringatnja kering”.
D a ri firm a n A llah dan sabda N abi ini njatalah bahwa Islam m em­
bela. hendak m enimffrikan nnsih—k a u m ,ja m a h ,—seperiT biidak2 belian,
aan_Jsauro—m iskin- M em ang benar bahw a disitu tidak dengan tepat
d ia a d lu r k a n ” membela kaum jr o le te - ^ m elawan kaum kapitalis” , se­
perti ja iig ^d jp S rd J^n g k an - jo leh M a r x«. H a ra p an demikia~n~lTii_-tidak
m aSPlr^ltRaT^ kgx^na—N a b i^ M u h a m m a d JT i3 u p dalam keiHaan ja n g
lain sekali; dalam keadaan ja n g d jau h terbelakang dari pada susunan
m asjarakat dizam an M a rx . Tetapi inti dari pada firm an dan sabda
itu adalah sama dengan tjara 2 ja n g m endorong M a rx u ntuk membangunkan gerakan kaum buruh ja itu m elawan ketidak-adilan dari pihak
kaum m o d a l; k aum buruh diperlakukan dengan tidak adil oleh kaum
m odal, karena hasil k e rd jan ja sebagian besar m asuk kantongnja kaum
m odal itu. M a rx merasa sangat tersinggung perasaan keadilannja,
m elihat kaum m iskin terpaksa m endjual tenaganja dengan harga
m urah , h a n ja supaja dapat hidup sadja, sedang m asjarakat tidak m e­
n a ru h perhatian terhadap nasib mereka.
N asib kaum budak-bud a k .. dizam an Islam tim bul didunia, dan
berabad2 sesudah» ia itu--5 a n a tjd is am akan 4^ngan_nasib~kaum p roIeTär
dinegerT in d u stri E ro pa barat zam an M a rx . Mereka jacfajahjapi san
m a s ja r a k a tla n g tertindas, d iperas oleh lapisan haxiajwa n*._bang saw a n
d an para _radjxi.-xadjJa.
D a la m Q u r ’an tidak han ja satu kali, m elainkan ada lim a kali diand ju rk a n kepada para M u slim in u ntuk membebaskan kaum sengsara
itu. D a n m enurut oeladiaran M a rx sendiri, pertenta n gan hebat antara
kelas_jang m enindas dan iang__tertindas itu, tid ak baru m ulai c[g.Tam
zam aniij a dia, m elainkan~sediak dahulu. kalaZ D a ia m z a m a n .purbakala kelas iang- ditindas adalah icelas budak-belian.
—
54
—
Maka Hari itu, menurut pendapat saja, tjita2 iang mendorong M arx
untukr6erdjoang se[am5~liidupnja. adalah sedjalan d e n g a n p e la d ja r a n
I slam.
,
AkanTtetapi tjita2 jang mnedorong untuk berdjoang, adalah hal
jang lain sekali daripada dasar .pemandangan hidup M arx, lain dari
pada tjorak m asjarakat baru jang hendak dilaksanakan olehnja.
Disinilah mulai bersimpangan, malahan bertentangan antara Islam
dan Marxisme. Marilah kita selidiki mana jang sedjalan, mana jang
tidak.
Sebagai telah diuraikan dalam bab II, peladjaran M arx dapat di­
bagi dalam dua bagian, jaitu: filsafat sosial da_n_teori-1eori ekonomi,
meskipun bukan maksudnja bahwa teorinja dapatTibagi-bagi. Bagi
Marx hubungan antara dua bagian itu erat sekali, merupakan satu
kesatuan. Jang satu (teori-teori ekonomi) mendjadi dasarnja, malahan
menentukan nilainja jang lain (teori-teroi filsafat sosial).
Bagi mereka Jang .berpendapat bahwa keadaan ekonomi hanja dapat
mempengaruhi, tetapi tidak menentukan sikap djiwa manusia, bagi
mereka itu, dapatlah garis ditarik antara teori-teori ekonomi dan
filsafat Karl Marx.
Teori-teori ekonomi (jang ditindjau dari sudut ilmu ekonomi ada
jang tidak dapat tahan udji)., tidak ada hubungannja, apapun djuga
dengan peladjaran Islam ketjuali teori tentang nilai-lebih, sehingga
walaupun kita menolak filsafatnja, kita bisa menerima teori-teorinja
ekonomi, misalnja teori tentang krisis dan nilai-lebih.
Marx menjusun teori nilai-lebih, dengan maksud dapat membukti­
kan, betapakah djahatnja kapitalisme. Karena dari nilai-lebih inilah,
kapital terdjadi dan menurut pendapatnja, dalam nilai-lebih inilah
letaknja segala kesengsaraan dan kedjahatan didunia.
Seperti dikatakan tadi, teori nilai-lebih ini dapat dikupas dari sudut
peladjaran Islam. Bagaimanakah sikap Islam terhadap masalah ini.
Membenarkan atau menjalahkankah kaum modal jang hendak mentjari
untung sebanjak7banjaknja dari kerdjaan kaum buruh.
Kaum buruh menuntut supaja dapat upah setinggi-tingginja, se­
hingga dengan demikian akan memperketjil nilai-lebih, djadi memperketjil keuntungan jang masuk kantong kaum modal. Kaum mod^il
sebaliknja berusaha menekan upah buruh sedjauh-djauhnja kebawah,
berusaha mempekerdjakan kaum buruh selama mungkin, sehingga
dengan demikian, nilai-lebih makin besar, dan keuntungan makin
banjak.
Dalam pertentangan ini, Islam memihak kaum buruh. Pertama,
sabda Nabi jang saja petik diatas tadi, menundjukkan bahwa si ma-
—
55
—
d jik a n harus m em perhatikan peri kemanusiaan. D jang anlah dia m em­
perberat h id u p si buruh, dengan menahan lama2 upahnja ja n g dia
berhak. K ed ua sifat nilai-lebih ini dapat disamakan dengan „riba”
(vvoeker) ja n g dilarang keras oleh Islam.
F irm a n A llah dalam Q u r ’an b u n jin ja :
,,D an A llah m engizinkan berniaga, dan m elarang riba”.
(Al-Baqarah, 275).
R ib a ada dilapangan kredit, sedang nilai-lebih ini ada dilapangan
industri, tetapi sifat si m adjikan dan si pemungut riba, sama sadja,
ja itu , mereka ingin memeras sebanjak-banjaknja mangsa mereka.
D ja d i Islam m enghukum kah kapitalism e? T jo k ro a m in o to dalam
b u k u n ja tahun .1925 ja n g telah disebut, mengatakan dengan djelas,
bahwa „Islam berm usuhan keras kepada kapitalisme”. Tetapi sebelum
tahun itu, ja itu dalam tahun 1917, dalam konggres Sarikat Islam di
D ja k a rta , dia m engatakan bahwa Sarikat Islam hendak memberantas
„kapitalism e ja n g dosa” , dan ja n g dim aksudkan ialah, „semua kapi­
talisme luar negeri” .
D engan m engatakan „kapitalisme jang dosa” (zondig kapitalism e),
te n tu n ja ada „kapitalisme ja n g tidak dosa” (gerechtvaardigd kapita­
lism e). K om entar B . H . M . V le k e k dalam bukunja „Geschiedenis
van den Indischen A rchiepel” (1947), ialah bahwa d jik a begitu, jang
dih u k um h a n ja „niet M ohammedaansch kapitalisme” sadja.
K a la u saja tidak salah menerima maksud T jo k ro a m in o to , dia meng­
adakan perbedaan antara „kapitalisme Islam dan „kapitalisme bu ­
kan Is la m ” atau „kapitalism e barat” , dan „kapitalisme barat” ini ber­
m usuh an keras dengan adjaran-Islam , karena asalnja dari nilai-lebih
ja n g olehnja d ju g a disam akan dengan riba. Orang-orang M arxis
h a n ja kenal satu m atjam kapitalisme sadja, tidak ada bedanja antara
kapitalism e Islam dan kapitalism e barat.
D jik a la u ja n g dim asudkan dengan kapitalisme Islam itu, kapita­
lisme ja n g sesuai dengan adjaran-adjaran Islam , maka memang ada
perbedaan penting. Bahvvasanja dalam praktek zam an sekarang, ada
orang-orang Is la m ja n g m enjalahi aturan-aturan itu, sehingga tidak
ada bedanja antara mereka dan orang-orang kapitalis barat, itu tidak
dapat disangkal.
A p a k a h bedanja antara kapitalisme Islam dan kapitalisme barat?
Sifat-sifat w instm otief kapitalism e barat, m enurut ahli ekonomi
D je rm a n ja n g m asjhu r W e rn e r S o m b a rt, ialah d y n a m isc h , u n b e d in g t
dan riik r ic h tio s (B a n n in g , „H e t vraagstuk van den A rbeid” , 1946).
D ynam isch, karena dia tidak kenal batas, selalu bergerak mengedjar
lapangan ja n g seluas-luasnja. U nbedingt, artinja disini seluruhnja,
—
56
—
karena seluruh kehidupan didunia dikuasai; dilapangan ilmu penge­
tahuan, kebudajaan dan keagamaan dia berkuasa. Riicksichtlos, arti­
nja tidak kenal larangan atau pembatasan apapun djuga. Untuk
mendapat keuntungan, kapitalisme tidak segan untuk mengam bil
djalan apa sadja. Kalau dipandang perlu bahwa sesuatu suku bangsa
Timur harus dibinasakan, maka itu dilakukan pula.
Islam membolehkan para pemeluknia untukkekajaan,
karena~7^ ^ 5leKlS i j _ ^ 1'dagang, seperti termaktub’ dalam surat AlBagarah ajat 27^ Jjmg_j^.ljih-jji^gKuX-^ta3i^RXeng^u1^1p ulkali kapital djadi
tidak dilafangr-akan tetapubanis dalam batas-batas kemanusiaan- S ifat
rucksichtlos, adalah berlawanan keras dengan peladjaran-peladjaran
Islam.
Mengenai pembatasan dalam hal mengumpulkan kapital, Q u r ’an
mengatakan:
~
~
*
„Dan kepada mereka jang mengumpulkan mas dan perak, dan
lidak dipergunakan didjalan Allah, katakanlah bahwa mereka
akan dapat siksaan jang pedih”.
(Al-Bara’at, 34).
„Hai kamu jang beriman!
Djanganlah milikmu dan anak-anakmu sampai memalingkan
kamu dari pada ingat kepada Allah; dan siapa jang berbuat demi­
kian, mereka adalah orang jang kalah”.
(Al Munafiqun, 9).
Monopoji—sebagai muslihat para kaum kapitalis sekarang, supaja
dapat^meiTguasai harga-pasar, ditjela oleK M uhamam d s,a.w.
„Barahgsiapa memonopoli perdagangan, adalah seorang pelanggar” .
Ketjuali dua ajat tadi, masih ada beberapa lagi jang semua maksudnja, memperingatkan kepada manusia, supaja djanganlah mereka
itu sampai menundukkan sifat-sifat kemanusiaan jang mulia kepada
ketjintaan harta benda.
Kesimpulan dari pada pemandangan ini, ialah bahwa pemakaian
kata kapitalisme dosa, atau kapitalisme Islam, adalah mengusutkan
faham. Kapitalisme seperti dikupas oleh Sombart mengandung sifat
sangat bertentangan dengan peladjaran Islam. Maka lebih-baik dan
lebih tegas kalau kita mengatakan bahwa „Islam m enentang keras
i
^ dan tidak membuat perbedaan antara KapiTaTistTTe-<3osa'
dan kapitalisme tidak dosa. Pengumpulan kekajaan jang dibolehkan
itU-JQrang-orang Islam harus mcifiafcn pedoman pen kemanusiaan,
oleh I slam, fidak 'dapatdit j ap,.£ebagai ~ka p;ta1ism e, karena dalam usaha
keadilanj g n kesuiilaan. Kapital dalam arti harta-benda, dapat’ dibuat
—
57
—
d ju g a dengan tidak usah m em erasjcaum buruh, kaum ekonnmi le m a h ,
atajT^dgnggnZm^ ip u ^ a7r~p5m5ëlL
----------
P u n teori nilaPlëBîh “ fîdak Benar seluruhnja apabila dikupas dari
sudut ilm u ekonomi sekarang. Sekalipun demikian, kebenaran jang
ada dalam teori itu, sudali tjukup untuk menggambarkan, b ah w a
perasaan keadilan harus berontak terhadap pemerasan oleh kaum
madjikan.
*
F ils a fat M a rx , w alaupun dengan maksud iang mulia, ja itu menjusun^jiunia_baxu_jan§_ailiiJ^lidak-dapat-ditfrim a oleh Islam.
Historisch-materialisme ja n g m engadjarkan Bahwa semua ideologic
(agam a, kesusilaan, hukum , politik) dilahirkan oleh keadaan ekonomi,
n ja ta sekali berlaw anan keras dengan peladjaran Islam.
M e n u ru t tjeritera N e h ru dalam b u k u n ja „The discovery o f In d ia ”
(1946), alm arhum D r . M u h d . Iq b a l, ahli filsafat dan sjair ja n g kena­
m aan, dalam tahun-tahun ja n g achir, m akin menaruh perhatian ke­
pada sosialisme, berhubung dengan kemadjuan-kemadjuan besar di
R u sia . S a ja n g sekali bahwa tu lisan 2 pentjipta tjita-tjita Pakistan itu
tentang M arxism e, belum sampai ketangan kita, sehingga kita tidak
dap at m engetahui bagaimanakah pemandangannja. Betapapun djuga
tje n d e ru n g n ja kepada Marxistis-sosialisme, m enurut pendapat saja,
tid a k m u n g k in kalau dia bisa menerima filsafat M a rx . Pikiran-piki­
ran ja n g dipaparkan dalam bu k un ja ¿ R e c o n s tru c tio n o f re lig io u s
th o u g h t in Is la m ” , m enundjukkan teguhnja kejakinannja akan beben a ra n Islam . S a ja rasa ja n g m enarik dia, ialah peladjaran-peladjaran
M a r x ja n g anti-kapitalisme dan programa sosialnja jang bertudjuan
m em perbaiki keadaan-keadaan m asjarakat jan g tidak adil.
T a n M a la k a telah menulis buku ketjil tentang „ Is la m d alam ma‘d ilo g ” , ja n g dapat p u d jia n tinggi dari sdr. H a m k a . M adilog adalah.,
singkatan dari materialisme, dialectiek dan logika. Tetapi jan g ditulis
d id a la m n ja sangat sukar ditjari hubungannja antara Islam dan
m a d ilo g tadi. T id ak ada perbandingan atau kupasan filsafat M arxL e n in dari s u d u t Is la m . R upa-rupanja tidak sembarangan orang
ja n g m engerti atau m enangkap uraian dalam buku ketjil itu !
A n d a i kata historisch-materialisme in i kita terim a sebagai p e la ­
d ja r a n s o s io lo g i, bukan sebagai peladjaran fils a fa t, d jadi sebagai ilm u
ja ö g m em beri kupasan dan uraian tentang kedjadian-kedjadian dalam
m a s ja ra k a t m anusia, dan bukan sebagai ilm u ja n g m engadjarkan
te n ta n g asal-usulnja m anusia serta alam sekitarnja, pun sebagai pela­
d ja r a n sosiologi, historisch-materialisme ini m asih bertentangan de-
—
58
—
ngan Islam. Sebab dia .mengadjarkan bahwa . semua agama adalah
tjiptaan manusia. Bukankah Marx mengatakan bahwa agam a a d a la h
tjandu bagi rakjat, bahwa agama adalah alaffpenipu bagi kaum
kapitalis untuk tetap menindas kaum proletar, bahwa agam a ad a­
lah gambar impian jang ditjiptakan oleh manusiai, supaja d a p a t
tahan hidup jang sebenarnja tidak tertahan itu.
Semua agama mengadjarkan bahwa Tuhanlah jang mengwahjukannja kepada ummat manusia. Kalau ada manusia jang jakin bahwa
adjaran itu salah besar, karena agamapun sebenarnja hanja buatan
otak manusia sadja, maka orang jang demikian itu terang memungkiri
adanja Tuhan.
Maka saja tidak mengerti benar, bahwa ada orang-orang pengikut
Marx jang dengan djalan pikiran jang berbelit-belit, hendak mem­
buktikan bahwa orang bisa menerima historisch materialisme dan
pertjaja akan adanja Tuhan. Ini sama halnja dengan orang jang
mengatakan bahwa dia pertjaja dan tidak pertjaja akan adanja T u h a n !
Seperti-klta.telah maklum, perdjoangan kelas menurut M arx, adalah
motor^scgala perkembangan sed jarah dan siarat untuk terwudi udn j a
masjajakat-sestalis^masiaraKat dimaiiinidak aHa kelas--iany tertindas
dan kelas ia ng-tnen i n d n » : --- —----Bagaimanakah pandangan Islam terhadap teori ini. Baiklah kita
selidiki lebih dulu, sebelum kita mendjatuhkan pendapat, karena tidak
mudah untuk memastikan begitu sadja bahwa Islam menghukum atau
menjetudjui teori perdjoangan kelas itu.
Marx, menjusun teori ini untuk mendjelaskan bahwa masjarakat
sosiälis*jang pemrli' bairagTaritu ^ ^ ’äkäif clatang, sesudah ada revolusi
proletar: ^JSasfarakat :sekararig ini makin iam a makin njata akan ter­
bagi mendjadi dua kelasT^eias^roletar dan kelas kapitalis (atau kelas
bordjuis), jang ■pertentärigännja makin lama makin tadjam. Sedang
kelas proletar senantiasa-tanibaH'^njilT'seRihgga mendjadi tambah
kuat karena diOT^ariisasinja,_Jv_aum_ kapitalis senantiasa m endjadi
sedikit-djunriahnja.
Pada suatuJcetika akan datang saalnjabahwa kaum j>roletar tjuk u p
kuat untuk merebut kekuasaan politik dengan kekerasan. Dalam masa
peralihan, jaitirfmflai kaum proletar berkuasa hingga terlaksananja
masjarakat sosialis, harus 'didirikan diktatur proletar jang- perlu
supaja kaum -proletar dapat membinasakan sampai keakar2nja sisa2
kekuasaan bordjuis.
Lambat-tjepatnja kedatangan~maslarakat sosialis itu, tergantung
dari pada sikapnja kaum proletar sendiri. Mälcä"kaum proletarTTartis
berdjoang segiat2nja siipaja^revolxisi'TeRäsJdap'gt-didjalankan. Perten-
— 59 —
tangan kelas ini, tidak terdjadi baru sekarang sadja, melainkan sedjak
dahulu kala. Kalau dulu jang mendjadi kelas tertindas kaum sahaja,
maka sekarang dizaman kapitalisme-industri, kelas tertindas terdiri
dari kaum buruh paoerik2 jang diperas habis-habisan oleh kaum ma­
tij ikan.
----- -,---—
Dalam pertentangan «titara buruh dan madjikan, Islam terang ber­
diri dipihak buruh. Bahwa kaum buruh, harus berdjoang giat .supaja
mendapat perbaikan nasiBT itupun -sesuai benar dengan peladjaran
Q u r ’an jang mengatakan bahwa :
„A lla h tid ak ak an m erobah keadaan um m at m anusia, kalau
m ereka sendiri tid ak m erobahnja”.
(Al-Ra’du 11).
Inilah salah satu peladjaran dari Q u r’an jang membuktikan bahwa
semangat Islam adalah dynam isch. Kemuliaan bagi perseorangan atau
bagi bangsa hanja mungkin tertjapai apabila pada dia sendiri ada
kemauan timbul untuk mentjapainja, dengan lain perkataan, manusia
harus berdjoang untuk mendapat kemadjuan. Tidak dengan , duduk
m endo’a sadja, perbaikan" nasib atau kebahagiaan akan didapatnja.
Bahwasanja kaum buruh harus—bangun bersatu untuk melawan
kaum m adjikan jang^memperlakukan mereka tidak adil, itu dapat
sokongan penuh da r i^ekidj.a fan^Jjigam a J . siam jang~mengadjarkan
bahwa orang2 Muslimin harus menegakkan keadilan dan peri ke­
manusiaan.
*
”
TetapTmenurut teori M arx kaum buruh itj.i-harua.berdioang..tidak
u n tule' m '^e>akkan~I<eadilan. melainkan untuk merebut kekuasaan politijv7>l<êlcïïâsian~negara.
Paham keadilan, sebagai paham susila, tidak masuk kamus Marxis­
me kaïena paham itu buatan kaum bordjuis. Dan M arx memang tidak
bekerdja dengan ukuran2 susila atau agama, melainkan semata-mata
dengan ukuran2 ilmijah, meskipun dia kadang2 terpaksa memakai pula
kata „keadilan” dalam teorinja. Keadilan, adalah bukan paham eko­
nom i, melainkan paham kesusilaan.
Berdjoâng—antuk .menegakkan keadilan,, atau berdjoang untuk me­
rebut kekuasaan sema ta2,, .dengan mem ungkiri. adan j a ukuran2 susila
dan agama, tentu membawa akibat jang berlainan sekali.
Klassenstrijd jang bersifat rechstrÿd, itulah jang dipertahankan
oleh H e n d rik de M an, pendiri plan socialisme dari Belgia. D e M an
berpedoman kepada peladjaran2 agama, maka sudah tentu tidak dapat
menerima klassenstrijdleer dari M arx jang bersifat m achtstrÿd dan
tidak mengindahkan adanja morele dan religieuze normen.
— 60 —
Walaupun klassenstrijd seperti jang diadjarkan oleh bapak gerakan
kaum buruh itu, mulia dasarnia, tetapi tjara dan pedomann ia tidak
dapat diterima oleh Islam. Berdjoanguntuk mendapajjcekuasaan_sc~
mata-mala, dengan tidaTT'memperdulikan bitäs:ÜaTas~~3ang'~dit3erikgn
oleh peladjaran^ ägama dap kesusilaan, sudah baran^tent^m endjadi'
kan_perdjoangan itu satu perdjoangan jang- tidak~kenaLi>eri_kemanU'
siaan. Äpalagi-kalau maksucLuntuk mendapat kekuasaan itu tertjapai;
tentu tidak-akan memperhatikan sama sekali befas-kasihän ataü~peni■
berian ampun. _
Ditambah lagi kalau nanti kekuasaan sudah dimiliki, akan didirikan
diktaturTartinja suatu pemerintahan jang se^enang-wenang^an han j a berdasar a!as"tefcgrasaH7~^edang^TsIam menghendaki demokrasi,
maka~^eTa3jaran perdjoangan kelas Marx ini, achirnja berlawanan
pula-ikngan adjaraTi- islam.
Dan apabila diingat bahwa Islam itu membolehkan para pemeluknja
untuk mengumpulkan kekaiaan dalam hntä^TpsirsiTään d a n p e r i
kemanusiaaniu n tu k memiliki alat2 produksi sehingga mereka itu
masuk-golongan kaum kapitalis jangdianggaj sebagai musuh besar
dari'kaumjoroletar, .makajijat^lah bahwa teori M arx ini, tidak m ung­
kin diterima oleh Islam.
D jadi sepaham dalam dasar atau tudjuannja, tetapi bertentangan
paham dalam tjara dan pedomannja.
Islam melawan ketidak-adilan dan penindasan’kaum lemah, tetapi
untuk melenjapkan itu, tidak berpendapat seperti tjita2 M arx.
Marx berkejakinan bahwa seluruh kedjadian2 didunia ini, berasal
dari susunan ekonomi dalam masjarakat. Kesengsaraan kaum proletar
disatu pihak dan kemewahan kaum bordjuis dilain pihak, asal nvulanja dari susunan ekonomi dalam masjarakat jang keliru itu. Maka
untuk menghilangkan kesengsaraan itu, susunan ekonomi kapitalis
harus dirobah sama sekali mendjadi susunan ekonomi sosialis.
Masjarakat sosialis,Jaitii-masiarakat iang tidak berkelas, masiarakat dimana ada-kesama rataan politik, sosial dan ekonomi antara _semua_.anggota-anggotanja, menurut peladjaran Islam tidak mungkin
diwudjudkan cfI3imia ini. Sebab kalau mungkin, tentu Q ur’an akan
muat petundjuk2, peladjaran2 jang tudjuannja menjusun masjarakat
baru seperti jang dikehendaki Marx.
Susunan masjarakat jang ditjiptakan oleh Nabi sendiri di Madinah,
tidak mengandung tjorak dan azas2 klassenloze maatschappij.
Bagi ummat Islam, Qur’an adalah kitab pedoman untuk um m at
manusia sampai ke achir zaman. Maka djikalau dalam kitab itu tidak
diadjarkan bahwa penderitaan didunia dapat dihapuskan dengan
A
— 61 —
susunan masjarakat seperti jang digambarkan oleh M arx, maka dapat­
lah diambil kesimpulan bahwa masjarakat jang demikian itu tidak
m ungkin diadakan.
M a rx kurang menginsafi bahwa diluar factor2 ekonomi, djuga
masih ada factor2 penting jang mendorong kemadjuan sedjarah. Pen­
dapatan2 para sardjana jang mempengaruhi besar djalan sedjaralr,
seperti pendapatan bom atoom, tidak selalu terdorong oleh soal2
ekonomi.
Agam a2 jang dhvahjukan kepada ummat manusia, sangat besar
pengaruhnja dalam perkembangan sedjarah. Agama Islam jang mentjiptakan dunia baru dalam sedjarah, tidak timbul dinegara Arab
karena keadaan ekonomi atau pertentangan kelas disitu.
A da sardjana2, antara lain prof. Becker dan Djerman, jang hendak
menggabungkan tersebarnja agama Islam dengan tjepat sekali itu,
dengan keadaan ekonomi dinegara Arab.
Negara Arab itu negara jang telah berabad2 menderita kemiskiiian,«,
katanja; maka mudah dimengerti bahwa tentara2 Islam itu menjerbu
dengan tjepat sekali kesemua djurusan seperti air mendidih meluap
dari ketelnja, karena tertarik oleh negara2 sekitar Arab jang kaja2.
A ndai kata teori prof. Becker ini benar, itu hanja menerangkan
tersiarnja dengan tjepat agama Islam, tidak menerangkan tim bulnja
didunia.
M aka terang sekali, bahwa perdjoangan kelas itu bukan satu2nja
niotor kemadjuan sedjarah, melainkan hanja salah satu motor jang
penting sadja.
M enurut teori M arx negara (Staat) adalah hasil dari pada per­
tentangan antara kelas ekonomi..iang ,kuat_dan_l^]as_jang_lemah. -jang—
berlaku sepandjang sedjarah. U n tuk mempertahankan kedudukannja,
lalu kelas iang kuat menjiisun I celjuasaannja dalam Bentuk jang se­
karang dinamakan negara». Tentara, polisi dan pendjara, itulah alat2
kauQj_|ang_JneuangL untuk menegakkan kekuasaannja.
DjadLnegara itu sebetulnja alat penindas, jang sekarang diperguna­
kan nleh~kaiYm bordiuis terhaHafTkaum proletar. Maka kalau nanti
k a um~~Drolet a rs u d ah dapaFmenghantjurkan kekuasaan kaum kapitalis
dan menjusun masjarakat baru jang^ penuh "bahagia3an^keT3ebasan
ilü 7~äläT”negara sudah' tldalc perlu lagi.
Bia'rpun tfita^~deiri ik ia n ‘itu chajal, tetapi maksudnja baik, karena
hendak menghilangkan keburukan2 dalam dunia dewasa ini.
Pertjobaan2 jang telah dilakukan oleh beberapa idealis, untuk me­
njusun masjarakat sama-rasa sama-rata, gagal sama sekali, karena
mereka terlalu melupakan sifat manusia, jang tidak terdiri dari hanja
)
—
62
—
orang2 jang mempunjai rasa tanggung, djawab, rasa disiplin sadja,
melainkan sebagian besar sekali orang2 itu, maunja mentjari k e e n a k a n
sadja; maunja hak sadja, tetapi tidak mau kewadjiban.
Pada hal untuk mewudjudkan masjarakat sama-rasa sama-rala itu.
harus ada rasa tanggung djawab jang dalanj dan rasa disiplin jangkuat diantara semua para anggauta.
Orang2 jang sifatnja malas, jang sukanja serba gampang (gemakzuchtig), tentu akan mengganggu sangat keberesan masjarakat ba­
hagia itu.
Islam pandangannja sesuai dengan kenjataan, pandangannja d u n i a
adalah reeel. Dia tidak mengadjarkan bahwa ketidak-samaan dalam
kedudukan masjarakat^ atau dalam milik, harus dihapuskan. D u n i a
hanja dapat berwudjud dengan lawanan. Kaja-miskin, t i n g g i - r e n d a h ,
besar-ketjil, pandai-bodoh, radjin-malas, putih-hitam, dst. L a w a n a n
jang merupakan pasangan, jang saling memerlukan itu, adalah sjarat
bagi wudjudnja dunia, seperti sekarang ini.
Walaupun demikian, ini tidak berarti bahwa dalam pergaulan hidup
manusia bersama, Islam bersikap dingin terhadap nasib kaum miskin,
kaum lemah dan kaum tertindas.
Untuk mendjaga supaja jang demikian itu djangan terdjadi itulah
tugas negara. Aegara harus melindungi si lemah aan sinusku/, harus
mgnghukum mereKa jang mefanggar peraturan2 jang menctjamTn keselamatan djiwa dan harta semua warga negara.
Kalau kita" melihat^lahimja negara Islam didunia, maka njatalah
bahwa itu tidak dibangunkan oleh kaum ekonomi kuat untuk tetap
menaklukkan kaum ekonomi lemah.
Nabi Muhammad mendirikan Madinah, benih negara Islam, tidak
karena keUka itu cTia masulT kelas ekonomi Jang^kuai dan berm aksud
dengajLorganjasioliiJiLgneliaii kelas ekonomi'j ang-dia kalahkan sam a
sekali-tidak.
Pertam&„ ketika itu. Nabi malahan pemimpin golongan lemah jang
dikediatjj^eh^kaum'Ogr^jTU ntuk membela din3engan kuat, maka
orang2 Muslimin olehnja disusun dalam organisasi politik, artinja
dalam organisasi setjara negara, dimana semua anggauta harus^aat
kepada"peraturan2''pemlmpmnegara itu ialah kepada Nabi M u h a m ­
mad, dan dimana pelanggar2 peraturan akan dihukum. '
Ketaatan kepada kepala negara, dan kesanggupan dihukum kalau
melanggar peraturan, itu bukan semata-mata untuk kepentingan kepala
—
63
—
negara, melainkan untuk kepentingan seluruh persekutuan. Apabila
tidak dengan disiplin, tidak mungkin orang2 Muslimin itu mendjadi
kuat.
Kedua- jang hendak dibela oleh organisasi orang2 Muslimin itu,
bußan barang2 kebendaan, bukan soal2 ekonomi, melainkan barangrohani, jaitu peladjaran2 agama' Islam. Peladjaran2 jang diwaEjukan
fepada Nabi M uham m ad di Mekkah (djadi pada permulaan perdjoan g ann ja), bukan soal2 keduniaan, tetapi soal2 ketuhanan dan rohani.
M a k a d jelaslah bahw a teori M arx tentang negara itu, tidak tjot jo k dengan riw a ja t terdjadinja_negar?L Islam , dan tidak dapat
d ite rim a oleh Islam karena sangat berlainan paham nja tentang
a r ti negara.
*
BAB V II.
KESAMAAN DAN PERBEDAAN.
Islam dan Komunisme.
telah diterangkan lebih dulu, Komunisme pada asasnja
(principeel) anti agama, agama apapun djuga. Kalau M arx ber­
SkataEBAGAI
bahwa, agama adalah tjandu bagi rakjat”, maka Lenin berkata
„agama adalah djenewer buruk bagi rakjat”. Orang- kita jang mengaku
dirinja orang Islam, dan menggabungkan diri dalam gerakan komunis,
menurut pendapat saja, terang sekali tidak tahu perbedaan asasi
antara Islam dan Komunisme. Memang dalam propagandanja kepada
orang2 jang beragama, Partai Komunis tidak berterus-terang bahwa
sebenarnja Komunisme berlawanan keras dengan tiap2 agama, karena
dia tidak kenal Tuhan, melainkan dikatakan bahwa dia memperdjoangkan demokrasi.
Sidang Pengarang „Revolusioner”, madjallah di Djokja, pernah
menjalin broehure jang dikeluarkan oleh Partai Komunis Australia,
bertitel „Communism, an outline for everyone” (1946). Dalam i b a ­
lah itu diterangkan sebagai berikut:
„Mereka (jaitu kaum Komunis) menghormati agama jang sung­
guh2 dan tulus. Sikapnja telah diterangkan oleh fihak pemerintah
dengan perantaraan Lenin dalam kommentarnja pada Commune
di Paris pada tahun 1871, dimana ia mengulangi persetudjuan
Engels dengan dasar Commune: „Bahwa agama dalam Pemerin­
tahan adalah urusän seseorang”.
Keterangan jang demikian itu, sudah djelas menjesatkan. Ketidak­
benaran pendjelasan itu dapat gampang dibantah dengan utjapan2
Marx dan Lenin sendiri tentang agama dan dengan prakteknja kaum
Komunis di Rusia pada permulaan revolusi. Kalau pada suatu waktu
kaum Bolsjewik berhenti menguber-uber kaum agama di Rusia, itu
bukan karena mereka menghormati agama, melainkan mereka insjaf
bahwa orang2 jang tebal i’tikadnja, lebih suka menerima aniajaan
jang bagaimanapun djuga kedjamnja, dari pada melepaskan im annja
kepada Tuhan. Kenjataan itu menginsjafkan kaum Bolsjewik,
bahwa usaha mereka untuk membinasakan agama sia2 belaka.
Disini saja petik sekali lagi utjapan Komisaris Rakjat untuk Pengadjaran pada permulaan revolusi, Lunatsjarsky, jang mengatakan
—
65
—
bahwa „Agam a adalah seperti pak u ; makin keras kita pukul, makin
dalam dia masuk kedalam kaju”.
K adan g 2 ada jang menanjakan demikian. Kalau betul Sovjet Uni
itu anti agama, mengapakah d i sana masih ada republik2 dimana ada
banjak warga Islam ?
D i Rusia memang masih ada k.l. 25 djuta orang Muslim. Diantara
11 republik jang merupakan negara federal Sovjet Rusia, ada 5 jang
penduduknja sebagian besar beragama Islam, seperti Turkestan dan
Uzbekistan, (D r. H e n rie tte Boas, ,,Het Midden Oosten in Overgang” , 1947).
Bahwasanja republik2 itu masih berdiri terus, itu bukan bukti
bahwa kaum Bolsjewik tidak anti agama, melainkan semata2 karena
tidak m am pu untuk membinasakan kaum beragama, apalagi jang ber­
agama Islam , dan semata2 guna kepentingan propaganda kearali dunia
Islam belaka.
Selandjutnja, asal sadja negara2 bagian itu tunduk kepada politik
Partai K om unis jang menguasai selu ru h So\
j e t -I ~n>, i »»/}»}.• kojM fla
segala peraturan2 Sovjet-Uni, walaupun ada jang bertentangan dengan
peladjaran2 agama Islam, negara2 itu tidak akan diganggu oleh Pe­
m erintah Sovjet.
M enurut D r. H . Boas tersebut dialas, sedjak tahun 1937, Peme­
rintah Sovjet menundjukkan minat jang besar terhadap agama Islam
di R usia, dengan memberi sokongan kepada mesdjid-. Dewasa ini
ada beberapa orang2 Islam Rusia jang beladjar di Al Azhar di Mesir,
dan pada achir tahun 1945 ada beberapa orang2 Muslim Rusia ter­
kem uka, m endjalankan hadji di Mekah. Sedjumlah besar orang2
M u slim dilatih oleh Pemerintah Sovjet, guna mendjalankan tugas di
T im u r .Tengah.
W a la u p u n Rusia membuat banjak propaganda supaja mendapat
sim pati dari negara2 Islam di Tim ur Tengah, tetapi hingga saat ini
belum mendapat hasil seperti jang diharapkan, sebab dibeberapa
negara2 seperti T urki dan Mesir, Partai2 Komunis tidak boleh didiri­
kan, m alahan pemipipin2 komunis terkemuka ditangkapi semua.
*
D alam bab V I telah diuraikan kesamaan dan perbedaan antara Islam
dan sosialisme M arx. Sekarang akan ditindjau kesamaan dan perbe­
daan antara Islam dan Komunisme.
T eori2 pokok dari sosialisme M arx, jang mendjadi dasarnja K om u­
nisme, sudah dikupas dan tem jata bahwa mereka itu tidak dapat di­
terim a oleh Islam . Komunism e dapat dikatakan, bahwa ia itu adalah
—
66
—
prakteknja peladjaran2 Marx oleh Lenin di Rusia. Sebelumnja menjelidiki lebih landjut, manakah jang bertentangan dan manakah jang
tidak antara Islam dan Komunisme, lebih dulu saja akan memberi
gambaran pendek tentang pribadi Lenin,
Umumnja, orang2 jang berlawanan keras pemandangan hidupnja
dengan Komunisme, memburuk-burukkan Lenin demikian djauli,
hingga mereka tidak mau menghargai sedikitpun kebesaran pentjipta
gerakan Komunisme dan pentjipta negara Sovjet-Uni.
Walaupun peladjaran2 dan. praktek2 Lenin ada jang bertentangan
keias dengan Islam, tetapi hal ini djangan mendjadi halangan bagi
kita untuk mengakui bahwa dia masuk golongan djiwa2 jang terbesar
dalam sedjarah manusia. Kalau gerakan jang ditjiptakan olehnja ternjata dapat menimbulkan dunia baru, temjata besar pengaruhnja
dalam djalannja sedjarah dunia, ternjata bahwa dewasa ini KomuS
Iapat m a m b a n g ' kekuasaan kapitalisme Amerika
hormat* kena ria
^ • g dem*kian itu tidak memaksa memberi
hormat kepada manusia jang melahirkan Komunisme.
hendak mentu^un°dunfa
mengedjar tiita2 itu
denfn sabar
seder'iana’ sutji dalam perdjoangannja
Pen.u^ keadilan dan bahagia. Dalam
Ö? ng buan8an da* tanah airnja, dia
untuk mempraktekkan1apakahIianPendr iiltKan’ ? ngga Sampai sa’atnja
d a W , j j „ mercb ; r K C Si nngd r Ä i m h " n-,ahl,n
,e° rikan
Bolsjewik padfTpenmihaiTrevohlsi ^ ”g d iJ' a,ankai’ oleh Para kaum
tentang moraal, maka kita
i i
mengIn^at peladjaran2 Marx
Lenin itu orang jan? tidak °
” pengambil kesimpulan bahwa
Tetapi menurut Berdjaiew ■mempui^ ai kesusilaan ,orang immoreel.
jang sudah saja sebut lebih
? a,nti' komunis- dalam bukunja
Russische Communisme”
'-”
ems ,en oorsprong van het
baik, seorang jang sendiri tirisi” *iU seoranS Jang bersusila seorang
sendiri tidak akan dapat memeron
.mendjalankan kekedjaman. Dia
istimewa) karena terlalu baik
T ®^eka (panitia politik
lutjon, suka ketawa dan ¡»L T Berdjajew. Lenin suka membuat
terhadap mertua prempuan k a t a ^ a\-Pe*hatian J'ang mengharukan
Bahwasanja dia membiarkan^ f r
ltu selandjutnja.
kejakinan akan benarnja teoH ¡ f kedJaman2 itu, adalah terbawa oleh
hn H- -ang harus d’bentuk untukang S,!-at d a n tu gas diktatur proS lT u
• •
mendJamin binasanja kekuasaan
tek kaum Bosjewik dibw ah 1ni^eakan~akan saja membenarkan prakh Plmpman Lenin dalam merebut kekua-
—
67
—
J kekuasaan itu tidak benar2 terdorong oleh tjita2 fantr
S ¡?* SeP,Cr'
itU’ me,ainka11 terdorong oleh perasaan sakit hat?
eiaka, sebagai akibat dari kekalahan permainan politik dengan lain2
a{|a'- Ketika mereka berkuasa tampak bagi umum bahwa tidak
sedikit dari para pemimpin2 Komunis itu, berlomba-lomba memperkaja diri. Tidak mengherankan bahwa gerakan mereka itu gagal.
Kärl^ Marx dalam Manifes Komunisnja, mengadjarkan bahwa
negara2 industri jang dikuasai oleh kaum kapitalis, tidak boleh tidak,
pada suatu waktu pasti akan terpaksa mentjari pasar2 diluar negeri
karena sebagian besar sekali dari hasil pabrik-pabriknja tidak dapat
didjual didalam negeri. Pasar2 itu didapati dinegara2 Timur dan di
Afrika, dimana keadaan politik dan ekonomi dari penduduknja masih
sangat terbelakang. Maka timbu!/ah keinginan ih r/ ncgam- jurdastr?kapitalis untuk mentjari djadjahan.
Lenin mengupas lebih'dalam masalah ini. dan berpendapat bahwa
kapitalisme itu achimja meningkat kepada imperialisme, kepada nafsu
negara2 industri Barat untuk mendjadjah bangsa2 di lain2 bagian
didunia jang masih lemah. Imperialisme adalah kapitalisme pada
tingkat jang tertinggi, kata Lenin.
Untuk merobohkan kaum kapitalis diseluruh dunia, kaum Komunis
harus mentjari bantuan dari bangsa2 jang mendjadi korban merka,
jaitu bangsa2 djadjahan. Bangsa2 djadjahan jang senasib dengan
kaum proletar di negara2 industri-kapitalis, harus diadjak berdjoang
bersama-sama ,dengan kaum Komunis.
Sifat kapitalisme seperti jang telah dibentangkan lebih dulu, ber­
tentangan keras dengan Islam, apalagi imperialisme jang tidak lagi
memeras kelas proletar didalam negeri sadja, melainkan memeras
seluruh bangsa2 lemah dinegara-negara lain. Maka terhadap imperia­
lisme, Islam dan Komunisme sikapnja sama, jaitu bermusuhan keras,
tetapi berlainan alasannja.
Islam melawan imperialisme^ karena dia memperkosa peri kemanu­
siaan dan keadilan. Pula karena negara2 imperialis Barat sendiri, ditanah-tanah djadjahannja dimana agama Islam dipeluk, dengan pel­
bagai tipu muslihat berusaha untuk membinasakan djnva ke-islaman
dari para penduduknja, oleh karena Islam dapat membuat djiwa para
pemeluknja mendjadi djiwa jang kuat berdjoang.
68
—
Komunisme melawan imperialisme, karena dia penghalang jang ter­
besar bagi penglaksanaan masjarakat sosialis. Menurut peladjaran
Marx, segala kesengsaraan didunia disebabkan salah mengaturnja su­
sunan ekonomi. Karena salah mengaturnja itulah, maka timbullah
kapitalisme dan imperialisme. Djadi satu-satunja d jalan untuk meng­
hilangkan kesengsaraan kaum proletar, ialah merobah sama sekali
susunan e 'onomi dunia sekarang ini, dan ini hanja mungkin apabila
nasakan"16 ^
menumbuhkan -semangat imperialisme itu,
dibi-
bangsa^diadiahaidin1? memb‘kin Komunisme sangat menarik hati'
tM
TadjaiJoShr4\" ks
negara2 djadjahan itu
TZrfT r ™ßrlishmdi Tim",r
k r j
sedikit orang2 Islam di
malahan ada jang mengfabanlki!
i " 2311 Serakan komunis,
nmumnja orang2 l siam
® ”
n dalam gerakan itu. Pada
jang tidak tahu benar p e i e d a ^ T s L ^ " T
k?munis’ ia,ah orang2
Teori Partai Komunis fenHn
, ail ara Islam dan Komunisme,
tidak tinggal teori sadia mpla' f mei?. ebaskan tanah2 djadjahan itu,
berkuasa di Rusia. Daläm ta h u n i
sunS&uh2 sesudah dia
wakil2 dari bangsa2 Islam Acis •
j- j-1 aku diadakan konggres
gagal oleh karena sebagian h r« ian£. 'djadjah. Tetapi konggres itu
betul tentang asas2 Komunisme
^
tatU " ^ h belum paham
Politik memikit Jiof
ttrutma sesudah p e r a n i ' IsIan’ diIuar Rusia> didjalankan terus,
laksanakan sebaik2nia f PnUnia PetJa^- Perhubungan diplomatik diKedutaan Besar L T a di ¿ " H
Uu' Sekretaris kedua dari
Besar Jugoslavia di Kai™
a.
seorar>g Rusia Muslim. Duta
djuga. jD r . H. Boas).
P
tahun 1946> adalah orang Muslim
bertambahlah nama-baiknf-i^lr ^ . r^llbunS dengan kemenangan Rusia,
njak orang2 Islam jang masnl
T Tengah’ sehW
tambah ba'
S?
miapan D j ende?al Ä 0f 1? ^ p i 0munis- D r’ H * Boas mC'
n 1946 mengundjunp-i t ;
i,! Edward Spears jang dalan1
„mengherankaH g
bah-wi " ^
&ab- Dia mengatakan bahwa
sedang pdadia -
2 ^
l shm
madju’
Komunisme, sebaeai T i
■*
banp^ 2Warna kukt' Semua1k a u ^ 3’ 1'^ ak mengadakan perbedaan
i t u S L aS pun di uga, adakh
P? letar disel™ h buana, dar>
proletar
pada Per>utup M a n ^ t/* kaum ka.pitalis. Maka dar»
proletar dlSelUruh ^
Komunisnja, berseru: „ K a u *
-
69
-
n,,I I fJ [an ka“m Komunis mi, sudah barang tentu menarik sangat
pula hati bangsa- jang didjadjah. BangsaS Islam jang didjadjah oleh
Kaum kapitalis Barat, mempunjai alasan lagi untuk bertjenderung
dengan, atau malahan menggabungkan diri dalam gerakan komunis.
Islam dapat melaksanakan persaudaraan erat diantara para pemeluknja, meskipun berbeda2 warna kulitnja, berdasar atas peladjaran2
M uham m ad.
„Semua orang Muslim adalah saudara dalam agama; jang satu
tidak boleh menindas jang lain, atau jang satu tidak boleh me­
ninggalkan jang lain, pun jang satu tidak boleh menghina jang
lain”.
„Bantulah saudaramu orang Muslim, baik dia seorang penindas
maupun dia seorang jang ditindas”. Ketika ditanjakan, „Bagai­
manakah kami harus membantu, djika orang Muslim itu seorang
jang menindas”, maka mendjawab Muhammad, „Membantu
penindas artinja, melarang atau menahan dia djangan menindas”.
„Seorang Muslim belum sempurna imannja, djika dia tidak
mendo’akan bagi saudaranja, apa jang dia do’akan bagi dirinja
sendiri”.
„Semua orang Muslim adalah sebagai satu orang. Djika se­
orang menderita sakit dikepalanja,
sehmih badannja men­
derita sakit, dan djika matanja menderita sakit, maka seluruh
badannja menderita sakit .
Semua orang Muslim adalah sebagai satu dasar (fundament);
bagian jang satu memperkuat bagian- jang lain, dan dengan
demikian mereka saling membantu .
Peladjaran2 inilah jang menimbulkan semangat persaudaraan di
antara umat Islam jang dapat merobohkan dinding2 perbedaan warna
kulit. Kalau Islam menghapuskan perbedaan itu dengan berpegangan
c'uh pada kepertjajaan akan Tuhan jang Maha Esa, jang tidak
membeda-bedakan bangsa jang satu dengan bangsa jang la,n maka
Komunisme menghapuskan perbedaan itu, dengan berpegangan pada
kenTataan bahwa kaum kapitalis dalam memeras sesama manusia itu,
tidak memandang kulit putih atau hitan^ Kesatuan nas.b dalam perdio anian ekonomi, itulah jang mendjadi pedoman bag. Komunisme.
Kalau saia menguraikan diatas tadi bahwa Islam itu anti impenaKaIai saja
S
bertanja: kalau Islam betul anti imperialisme,
lisme mungkin ada jang D
J
,
muntjulnja di dunia, meh lS
lamanja?
n ia ,"
mengiiasainja sehm a beberapa abad
-7 0
—
Kritik ini tidak sukar dibantah.
Pertama, tentara2 Islam dulu mengangkat sendjatanja, tidak karena
mereka terdorong oleh nafsu imperialisme, tidak terdorong oleh nafsu
mcntjari pasar guna kepentingan ekonomi negara Arab, melainkan
terdorong oleh keinginan menjiarkan agamanja seluas-luasnja.
Kedua, kaum Muslimin menguasai daerah2 lain bangsa itu, tidak
untuk mendjadjah, tidak untuk memeras habis-habisan, malahan
untuk mendatangkan kemakmuran dan menumbuhkan kebudajaan
tinggi.
Ketiga, perebutan sesuatu daerah terdjadi, karena tentara Islam
dimintafpl pertolongan oleh seorang radja jang lagi bermusuhan dengan
radja-angkatan (vazalnja). Ahli sedjarah Belgia jang termasjhur,
Henri Firenne, mentjenterakan dalam bukunja jMahomet et Charlemagne” (1937), bahwa dalam tahun 710 Achila, radja Toledo di
Spanjol, jang diusir oleh Roderik, pangeran dari Betika, melarikan
diri ke Mar0K0, dan dari sana dia minta tolong kepada kaum Muslimin.
Dibawah ini saja petik dari bukunja M. H. Kidwai „Islam and
Socialism” pendapat- dari beberapa sardjana bukan-Islam, jang
inenggambarKan bedanja akibat ,,pendjadjahan” Islam dan pendjadjahan imperialisme modern terhadap penduduk asli
Oelsner mengatakan sebagai berikut:
„Peraturan hukum mereka tidak mengizinkan hak istimewa
(privilege) atau kasta, melainkan membawa dua hasil besar, jaitu
membebaskan buminja dari beban2 buat-buatan jang diletakkan
jang sempurna” ’ ^
mentlj amin semua orang- persamaan hak
Bosworth Smith menjaksikan sebagai berikut:
N e g ro ^ a n » ^ ^ Tengakui bahwa Islam memberi kepada orang2
S T
f f i S i nSr a, ini' ^ " . P e r a s a » berharga (di*- >
jang 'hamoir tidnV t
f
senclln. horniat pada diri sendiri,
S
s*audara2nja setanah air jang
Kidwai ahli^pidato ^ang^erbesar^a^*'^ Jf*th Bannerdj‘> menurut
P .h /iv * L
dan Indla> Pernah berkata:
atau agama tidak men<T
negara jang tertinggi
kekuasaan Islam, warna kulit
angan untuk mendjabat pangkat
India, dan sikap berausuhan1!
?erlf Uan hina terhadaP b an Ssa
jang kuat itu, bukan suatu h a ^ L
ng&n ? ers i nSSeris di India
u nal jang asing bagi umum”.
—
71
—
kaumg Mn?i;mnh .tj’,0ra!C n?gara' tj,0rak masJarakat Jang dikuasai oleh
Kaum Muslimin dulu, ketika mereka masih berdaulat di Spaniol Pe­
nulis Perantjis jang kenamaan, Emest Renan, melukiskan negara itu
dibawah pemerintah Abdul Ralunan sebagai dibawah ini:
„Kesukaan akan ilmu pengetahuan dan akan semua barang2
indah, ditanamkan dalam abad kc 10 sesudah Nabi Isa di sudut
dunia jang berkurnia itu; ditanamkan puia kelapangan dada
(toleration), jang zaman modem kita ini, hampir? tidak dapat
memberi bandingannja.
Orang2 Kristen, Jahudi dan Islam memakai bahasa jang sama,
bernjanji lagu jang sama dan mempeladjari bersama-sama kesusasteraan serta ilmu-pcngetahuan* jang sama. Semua halanghalangan jang memisahkan manusia lenjap. Semua bekerdja de­
ngan rukun untuk kemadjuan keadaban bersama. Mesdjid- Kordoba, dimana beribu-ribu sardjana datang, mendjadi pusat ke­
giatan mempeladjari ilmu-pcngetahuan2 dan filsafat”.
Stanley Lane Poole berpendapat demikian.
„Selama sembilan abad dibawah kekuasaan Islam, Spanjol
bagi seluruh Eropah, adalah tjontoh jang tjemerlang sebagai satu
negara jang beradab tinggi. Daerah-daerahnja jang sudah subur,
- mendjadi dua kali subur karena ketjakapan industri dan mem­
buat bangun-bangunan dari para jang berkuasa (jaitu kaum
Muslimin), dan membawa hasil seratus kali banjak”.
Begitulah bedanja „pendjadjahan” Islam dan pendjadjahan imperiijtisme zaman sekarang. Kaum Muslimin jang berkuasa di Spanjol
sampai sembilan abad, merobah negara itu mendjadi negara jang
makmur, aman, berkebudajaan tinggi, mendjadi negara-tjontoh bagi
lain-lain negara dewasa itu. Bangsa Spanjol tidak mendjadi melarat
karena diperas, atau mendjadi terbelakang karena sengadja dibikin
bodoh oleh kaum Muslimin sebagaimana halnja dengan negara2 Asia
jang didjadjah oleh bangsa2 Barat dalam abad jang ke 20 ini.
Bahwasanja kaum Muslimin sampai dapat berdaulat selama sem­
bilan abad, itu hanja mungkin karena kekuasaan mereka didasarkan
atas asas2 peri kemanusiaan dan keadilan, sebab kalau tidak demi­
kian, kalau kekuasaan itu didasarkan atas penindasan dan kedziman.
sudah tentu negara Islam di Spanjol tidak dapat berlangsung sekian
abad lamanja. Penindasan dan kedzaliman, sebagai kedjahatan jang
berlawanan dengan hukum Allah, tidak mungkin mendja .i ponuime
jang kuat bagi bangunan negara.
:
-
72
-
Teranglah bahwa „pendjadjahan" Islam
benkut ^ ^
Republik-republik Sovjet Sosialis, kerdja adalah
wadjib bagi tiap2 warga negara jang dapat bekerdja, menu
asas: „siapa jang tidak kerdja, tidak akan makan” .
Kewadjiban untuk bekerdja ini, saja rasa, adalah pelaksanaan salah
satu tjita-tjita sosialisme untuk memberantas ketidak-adilan dalam
masjarakat kapitalisme, dimana ada orang-orang jang tidak bekerdja,
tetapi hidup serba mewah, jaitu orang-orang jang hidup dari bunga
modal, atau dari waris orang tua-hartawan. baja rasa djuga untu
memberi kesadaran kepada para jvarga negara bahwa kerclja adalai
sumber kemakmuran, baik kemakmuran perseorangan, maupun ke­
makmuran bangsa.
Tidak sedikit orang kita jang mengira, bahwa kemakmuran datang
swifliTi, kalau negara kita sudah merdeka, sudah tidak dikuasai oleh
kaum kapitalis lagi. Bahwasanja kewadjiban itu sampai ditjantumkan
dalam Undang-undang Dasar, itu membuktikan bahwa diantara bangsa
Rusiapun rupa-rupanja banjak jang mengira begitu pula. Dikira kaiau
negara diatur setjara sosialis, orang sudah tidak usah kerdja keras.
Di mata Marx, kerdja (arbeid) hanja mempunjai arti ekonomi»
tidak mempunjai arti kesusilaan tinggi seperti diadjarkan oleh Islam*
Sabda-sabda Nabi mengenai arti kerdja, adalah sebagai berikut:
„Barang siapa tidak kerdja untuk diri sendiri, atau untuk
orang2 lain tidak akan dapat pahala dari Allah” .
saja dari ketidak-mampuan dan kemalasan •
„Mereka jang mentjari penghidupan setjara djudjur, dit j intai
oleh Allah”.
s
„Allah bersikap baik terhadap orang jang mendapat penghi'
upan dari kerdjanja sendiri, tidak dari meminta-minta”.
>) unggu , bagi kamu adalah lebih baik untuk mengambil tah
dan memikul ikatan kaju di atas punggungmu dan mendj«a'
da’\A 1Jah jkan melindungi kehormatanmu, dari pa^a
kamu S n 11? v P , oranS'orang; kalau mereka tidak k as*,
mereka kasih i'T k - v f u kamu pulang ketjewa, dan apabila
budi kepada ’ merekk baglmu’ karena kamu berhutang
—
73
~ -
tan^’ä i n t
PeW >ran antara Islam dan Komunisme tenscbfßai SnriiHM
f"? men& dJartan itu sebagai makanan rochani,
m u n L /1
? " i “ mempertin^ i achlak manusia, tetapi Kokan hasiJ , "? adJarkan - sebagai makanan djasmani sadja, ditudjut i d ä k S Ä i W lda k;ePentin^an diri sendiri-* « a kehormatan,
km ¿ , P 1
buh, da? Pejadjaran jang begitu sederhana mengata, 11^ ar” u tldak ^.e Ja>t!cialc dapat makanan”, walaupun kalau
mubungkan dengan tjita2 sosialisme-untuk merobah masjarakat
'apitalis mendjadi masjarakat lebih berbahagia bagi kaum tidak
mampu, mempunjai arti jang dalam.
*
M arx dalam Manifes Komunisnja, menuntut djuga penghaDusan
I
hak waris karena itu tjara pembagian kekajaan dalam masjarakat
kapitalis jang tidak adil, sebab hak waris itu, seperti telah dikatakan
diatas, memungkinkan orang jang tidak kerdja, hidup enak. Peladjaran
M a rx ini mula-mula dipraktekkan oleh Sovjet Rusia. Peraturan ini
terang bertentangan dengan peraturan Islam, oleh karena hak waris
itu diadjarkan dalam Qur’an.
Tetapi ternjaia bahwa Rusia tidak'dapat mempertahankan peraturan
jang chajal itu. Disini terbukti lagi bahwa sosialisme Marx, terlalu
mengabaikan sifat manusia, dan terlalu mengindahkan soal2 ekonomi
sadja. Memang betul bahwa waris itu memungkinkan adanja orangorang jang hidup enak, sedang mereka tidak mengeluarkan keringat
sedikitpun. Akan tetapi sebaliknja, warisan itu djuga dapat menim­
bulkan sifat-sifat jang baik dalam manusia, seperti kerdja keras su­
paja dapat kekajaan. Mengumpulkan kekajaan, tidak dengan maksud
supaja turunannja dapat bermalas-malasan, melainkan karena tjintanja
kepada turunannja, hendak membebaskan mereka dari hina memintaminta kepada orang2 lain kalau mereka lagi malang.
Apabila orang tidak mempunjai hak untuk mengumpulkan kekajaan,
janp' dia dapat wariskan kepada anak-tjutjunja jang dia sajangi, maka
sudah tentu dia tidak akan mempunjai nafsu untuk bekerdja keras,
tidak akan berpikir keras untuk mentjiptakan sesuatu barang baru,
jang mungkin sekali berguna besar bagi masjarakat. Sifat manusia
jang demikian itu, jang tidak akan hilang sepandjang masa, -rupaSnja
tidak terpikir oleh Marx.
, . . . . .
Lama kelamaan Stalin dan para.pemimpm RusiaJamnja rupa-nja
insiaf akan sifat manusia jang demikian itu.^ Sebab dalam Undang
Dasar Rusia baru (1936), pasal 10 ditambahi kalimat j a! ^ '" e^ . tah
kan bahwa „hak waris milik seseorang warga ne&ara, dilindungi oleh
undang-undang”. Dengan perobahan pasal 10 ini, kesamaan
tara Islam dan Komunisme tambah satu hal.
Tentang peraturan hak milik perseorangan di Rusia, masih banjak
salah paham dikalangan anti-Rusia. Orang mengira bahwa Komunisme
Rusia, menghapuskan sama sekali milik perseorangan itu. Se­
perti Muhammad A li dalam bukunja jang terkenal „De Religie van
den Islam (1938), menguraikan bahwa Bolsjewisme tidak mengakui
imJik perseorangan. Ini tidak benar. Dalam pasal 10 tsb., disebutkan
e erapa matjam harta benda jang dapat dimiliki oleh perseorangan.
batas^1^ C
dikatakan bahwa milik perseorangan sangat di*
dafneT rtfr?a^ beb7 ap^ paSal-penting tcntang kesamaan dan perbedaannia ^ , ! r l i r
K° ”lun,Sl" e- Pada umumnja perbedaan-perbelamntran nertn •Peran£ duma kedua, tambah kurang. Umpama di
agama, paham Komunisme
perkawinan itu dianggap s^eba-a' P^ a.pemi1
ulaan revolusi, peraturan
harus dihapuskan maka sekiramf
^
T . bordJuls sehingga
masjarakat ianpamereka mengakui bahwa pun dalam
-perkawinan perlu. Dan sekarang
’.-wete^chappelijk'’, peraturan
sadja, melainkan dipersukar.
pertjera,an tldak di buat sembarangan
bentuk ^ a m ^ te U p ^ d ^ V a ^ n f'u T 1-5111!6 maSlh tetap anli tiaP-tiap
agama, tetapi dalam prakteknia
ini Pemerintah Sovjet
sikapnja terhadap aeama c,„i i ^
,a m i. Pemerintah Sovjet Rusia,
api revolusi Bolsjewk masih* h
leb’h lunal< dari pada ketika
dipersoalkan apakah sikin H» ..e. obar di Rusia. Memang dapat
ini sadja. Mengingat teori ¡ S u “1 !tj • hanJa taktik untuk dewasa
mungkin. Kalau utiaoan St»15 / " P'r Juangan kaum Kominis, itu
Johnson, sesudah mengalahkan ry
Dean of Canterbury, Hewlet
gangan, dan bukan tipu muslihaf jer’Tlan> dapat dipakai sebagai pe~
Sovjet itu dapat dimengerti. Stdfo“t ' * ¿3erobahan sikaP Pemerintah
^ d & ^ p a S i u ^ ^ ' ^ S ^ r a hati (geweten) manusia,
suara hati adalah bebas A a a . urusan suara hati, dan
undang-undang”. (F ' i
gama tidak dapat diikat dengan
Gaja jang sangat menarik h
talis apa lagi bangsa-bangsa Timn? •tertin£as. di negara-negara kapi'
lijaC’)a Ia ‘l !1 bahwa Komunisme su-m^u
atau setengab di"
me, dan di Rusia ternjata danat m ^guJ?7sungguh melawan imperiamana tidak ada bahaja penganggur™ T /Udkan suatu masjarakat di
rakat jang akibatnja>bagi dunff seluruhnja r i d T t ^ V dalam
75
-
at jang demikian itu, tidak
diktatur, jang sangat memana bagi djiwa manusia
Demikianlah pemandangan pendek tentang kesamaan dan perbedaan
jang ada antara Islam dan Sosialisme Marx, dan antara Islam dan
Komunisme. Oleh kebanjakan diantara kita, jang 'dilihat tjuma kesamaannja sadja, hingga mereka bisa mengambil kesimpulan bahwa
■Sosialisme Marx dan Komunisme tidak bertentangan dengan peladja­
ran2 Islam. Padahal kalau diselidiki lebih dalam ternjata bahwa filsafat
jang mendjadi dasar Marxistis-Leninisnie, sangat berlawanan dengan
peladjaran2 itii. •
Bnjak orang2 kita tidak dapat menginsafi bahwa pangkal pendirian
Marx ialah mengingkari adanja_ Tuhan Jang Maha Kuasa. Segala
teorinja ekonomi jang memang "sangat tjerdik tersusun'dan seluruh
uriannja dalam economisch-determinisme atau historisch-materialismenja, bermaksud hendak membuktikan setjara ilmu pengetahuan bahwa
didunia ini tidak ada apa jang disebut Tuhan Jang Maha Kusa, Jang
dapat mentjiptakan semua barang dari tiada-apa2.
Dalam sistim pikirannja Marx, tidak mungkin teori2nja dipisahpisah ; tidak mungkin kita hanja mengambil sadja apa jang tjotjok
dengan peladjaran2 Islam dan kita lempar apa jang bertentangan de­
ngan itu. Seandainj alt« mungkin dipisah-pisahpun, jang kelihatannja
sama itu, kalau dikupfas lebih landjut, njata bahwa dalam pangkalnja
dan tudjuannja terachir, berbedaan sekali djuga dengan peladjaran2
Islam.
Sudah barang tentu M ara sendiri — mnpamanja dia masih hidup
s#.fcflra .i« r_ tidak daoat melarang orang2 jang memotong2 peladjaran-
—
76
—
mauan mereka sendirilah, dapat atau tidaknja terlaksana masjarakat
bahagia itu. Peladjaran2 demikian inilah jang dapat menimbulkan
tenaga dinamis pada kaum proletar, buat berdjoang habis-habisan
memperbaiki nasibnja.
Akan tetapi kaum kapitalis tidak bodoh, demikian Marx mengadjar
kaum tertindas. Mereka mendapatkan peladjaran baru untuk menipu
kaum tertindas supaja golongan ini djangan bangkit berdjoang mentjari perbaikan kehidupannja. Peladjaran baru itu ialah agama, jang
menjuruh kaum proletar menerima sadja penderitaan mereka di dunia
ini, karena nanti di acherat mereka akan dapat pergantian dari T'uhan.
Mudah dimengerti bahwa Marx jang hatinja penuh kasih-sajang
kepada kaum tertindas itu, marah sekali kepada kaum agama jang dipandangnja sebagai penghalang pneglaksanaan tjita2nja. Maka di*
adjarkannja kepada kaum proletar bahwa „agama adalah tjandu bagi
rakjat” jang harus dibasmi sampai keakar2nja. Selama masih ada
agama di muka bumi ini, selama itu masih ada pengaruh reaksioner
dalam masjarakat jang melemahkan semangat berdjoang kaum pro­
letar. Djadi sikap anti-agama dari pada Marxisme adalah sikap azasi,
principieel, sikap ja atau tidak.
Siapa jangjakin akan kebenaran Marxisme, harus menolak kebe­
naran agama dan sebaliknja. Tidak mungkin, orang jang katanja
beriman kepada sesuatu agama, menggabungkan diri dengan penuh
kejakinan pula, dalam sesuatu pergerakan jang berdasar atas Marxis­
me. Pendirian jang demikian itu, sama sadja dengan orang jang me-,
ngatakan bahwa warna kulitnja putih tetapi hitam.
Pendapat Marx bahwa agama itu buatan kaum kapitalis .adalah
ketjuali hasil dari pada penjelidikan akal manusia jang zaman M arx
dianggap^sebagai hakim tertinggi dalam segala hal ,djuga hasil dari
pada penindjauan masjarakat senjata2nja. Kenjataannja ialah bahwa
peladjaran2 agama melemahkan semangat berontak kaum proletar.
Memang kadang2 agama dipakai dengan sengadja untuk memper­
bodoh lapisan bawahan dalam masjarakat oleh pihak jang berkuasa.
Zaman pendjadjahan Belanda, sering kali kedudukan ahli agama
bangsa Arab atau bangsa Indonesia sendiri jang sudah rusak achlaknja, dipergunakan oleh Pemerintah Belanda untuk mendiamkan rakjat
kita. Padahal peladjaran2 jang asli dari Qur’an dan Hadis, sifatnja
dinamis, mendorong kepada kemadjuan, baik di dunia mupun di ache­
rat. Sedjarah Islam memberi bukti djelas.
Pengetahuannja Marx tentang agama Islam, saja rasa, tidak lebih
; dai i pada orang JBarat umumnja mengetahui agama ini. Umumnja
orang Barat memandang agma Islam lebih rendah dari pada agama
77
—
Kristen, maka bagi M arx tidak ada alasan sama sekali untuk mempeladjari lebih dalam agama Islam. Dan lagi dunia Islam zaman Marx
sudah tjukup memberi bukti, bahwa agama jang disampaikan oleh
M uhammad kepada ummat manusia ini, tidak mampu untuk mem­
perbaiki nasib kaum tertindas. Seumpama Marx dapat melihat agama
Islam seperti Goethe, Carlyle atau Hegel, djadi seperti orang2 jang
dapat melihat keistimewaan dalam agama Islam, maka saja kira, bah­
wa dia pun tidak akan dapat menerimanjia, karena dia tidak dapat
pertjaja akan adanja Tuhan, dan agama Islam tidak mengadjarkan
kemungkinan adanja masjarakat tidak berkelas seperti, jang di ingini
o!eh Marx.
Semua peladjaran2 pokok dari Marx dipegang teguh oleh Lenin
dan dia berdjoang sungguh2 untuk mewudjudkan itu. Jang pertama2
hendak dilaksanakan ialah pembasmian agama, jang bagi pentjipta
gerakan Komunisme ini, adaiah „djenewer buruk bagi rakjat”. Apa­
bila Partai Komunis Rusia sekarang tidak lagi menguber-uber kaum
agama di Sovjet Uni, bukan karena mereka lapang-dada dan meng­
hormati agama, melainkan karena, mereka berpendapat bahwa untuk
sementara mustahil membunuh bredjuta2 orang2 beragama.
Maka teranglah, bahwa Sosialisme Mars dan Komunisme LeninStalin tidak mungkin diterima oleh ummat Islam sebagai dasar su­
sunan' masj arakat dan negara, djuga tidak oleh ummat Islem di Indo­
nesia sebagai negara jang masih sebagian dikuasai oleh kaum kapitalis
Barat. Apakah Islam mampu menjusun ketertiban di dunia umumnja
dan di Indonesia chususnja jang makmur, adil dan sedjahtera, akan
diselidiki dalam bab2 jang berikut.
„PUSTAKA ISLAM“
DJAKARTA
Perpust^Kaan ui
Download