SISTEM IDENTIFIKASI IRIS MENGGUNAKAN METODE HOUGH TRANSFORMATION DAN LAPLACIAN OF GAUSSIAN FILTER Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom 1103130011 Luthfi Alifianto Program Studi Sarjana Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom Bandung 2018 LEMBAR PENGESAHAN SISTEM IDENTIFIKASI IRIS MENGGUNAKAN METODE HOUGH TRANSFORMATION DAN LAPLACIAN OF GAUSSIAN FILTER Iris Identification System Using Hough Transformation and Laplacian of Gaussian Filter Methods NIM :1103130011 Luthfi Alifianto Tugas akhir ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar pada Program Studi Sarjana Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom Bandung, 24 Mei 2018 Menyetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Danang Triantoro M, S.Si., M.T Prof. Dr. Adiwijaya, S.Si., M.T 14870045 00740195-1 Ketua Program Studi Sarjana Infromatika, Said Al Faraby, ST NIP: 11890804-3 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya Luthfi Alifianto, menyatakan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir saya dengan judul Sistem Identifikasi Iris Menggunakan Metode Hough Transformation dan Laplacian of Gaussian Filter beserta dengan seluruh isinya adalah merupakan hasil karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang belaku dalam masyarakat keilmuan. Saya siap menanggung resiko/sanksi yang diberikan jika di kemudian hari ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam buku TA atau jika ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya, Bandung, 24 Mei 2018 Yang Menyatakan Luthfi Alifianto Identifikasi Iris Menggunakan Metode Hough Transformation dan Laplacian of Gaussian Filter Luthfi Alifianto1, Danang Triantoro Murdiansyah2, Adiwijaya3 1,2,3 Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Bandung 4 Prodi S1 Teknik Informatika 1 alifiantoluthfi@gmail.com, 2dto.lecture@telkomuniversity.ac.id, 3adiwijaya@telkomuniversity.ac.id Abstrak Salah satu metode sistem keamanan yang paling populer saat ini adalah metode identifikasi dengen menggunakan iris. Hal tersebut disebabkan karena metode identifikasi dengan menggunakan iris menghasilkan tingkat kesalahan yang paling rendah serta waktu proses yang cepat dibanding metode lainnya[6]. Pada tugas akhir ini metode yang digunakan diantaranya adalah Laplacian of Gaussian Filter dan Hough Transform . Laplacian of Gaussian Filter akan digunakan sebagai metode feature extraction setelah citra iris selesai di proses. Laplacian of Gaussian filter ialah metode yang dugunakan untuk menurunkan noise semaksimal mungkin serta mengambil karakteristik penting dari gambar dan mencocokan karakteristik gambar dengan data yang ada dalam database. Metode ini efektif dan sederhana serta dapat diimplementasikan secara real time. Hough Transform akan digunakan pada tahap segmentasi. Penggunaan metode Hough Transform pada tahap segementasi diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah dalam pemrosesan iris seperti masalah iris yang tertutup kelopak dan bulu mata. Untuk mengukur tingkat performansi dari metode gabungan Hough Transform dan Laplacian of Gaussian Filter akan diukur menggunakan tingkat akurasi. Pada penelitian ini digunakan 3 skenario untuk menguji sistem idetifikasi iris ini yaitu skenario 1 pengaruh dari metode Laplacian of Gaussian filter dan Hough Transformation terhadap akurasi sistem identifikasi iris, skenario 2 pengaruh format input image yang berbeda dan skenario 3 pengujian sampel image yang berbeda. Hasil yang didapat dari skenario 1 yaitu akurasi yang mencapai 93% dari 100 kali percobaan dengan menggunakan 400 data training. Hasil yang didapat dari skenario 2 yaitu akurasi yang mencapai 93% untuk format image (.jpg) sedangkan untuk format (.bmp) mendapat akurasi lebih rendah yaitu 92%. Hasil yang didapat dari skenario 3 yaitu akurasi sebesar 94.2% untuk akurasi yang didapat dari sampel 1 dengan jumlah gambar 175 gambar sedangkan sampel 2 dengan jumlah gambar 70 gambar mendapatkan akurasi lebih rendah yaitu 92.4% untuk akurasinya. Kata kunci : Sistem identifikasi iris, Hough transform,Laplacian of Gaussian Filter, Akurasi Abstract One of the most popular methods of security systems currently is the identification method using iris. Because the identification method by using the iris produces the lowest error rate and fast processing time compared to other methods [6]. In this final project the methods used are Laplacian of Gaussian Filter and Hough Transform. The Laplacian of Gaussian Filter will be used as a feature extraction method after the iris image is completed in the process. Laplacian of Gaussian filter is a method used to reduce noise as much as possible and take the important characteristics of the image and match the characteristics of the image with the data contained in the database. This method is effective and simple and can be implemented in realtime. Hough Transform will be used in the segmentation stage. The use of the Hough Transform method in the segmentation stage is expected to overcome some problems in iris processing such as iris problems covered with petals and eyelashes. To measure the performance level of the combined Hough Transform and Laplacian of Gaussian Filter methods will be measured using accuracy. In this research, three scenarios are used to test the system identification iris scenario 1 influences from the Laplacian of Gaussian filter and Hough Transformation methods to the accuracy off the iris identification system, scenario 2 the effect of different image input formats and sneario 3 testing different sample iamges. The results from scenario 1 is 93% for accuracy of 100 testing using 400 data training. The results from scenario 2 are accurate of 93% for image format (.jpg) while for format (.bmp) gets lower 92% for accuracy. Result from scenario 3 are 94,2% for accuracy from sample 1 with the number of omages 175 images while sample 2 with the number of images 70 images get a lower accuracy of 92.4% for the accuracy. Keywords: System Identification iris, Hough transform, Laplacian of Gaussian Filter, Accuracy 1. Pendahuluan Latar Belakang Terus meningkatnya kemajuan di bidang Teknologi Informasi membutuhkan sistem identifikasi yang dapat diandalkan. Salah satu sistem identifikasi yang popular yaitu sistem identifikasi iris.Sistem identifikasi iris menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Sistem pengenalan yang menggunakan iris ini diyakini mempunyai akurasi yang tinggi dan lebih aman di banding sistem identifikasi lainnya, salah satu contohnya identifikasi sidik jari. L. Flom dan A.Safir menyimpulkan tentang stabilitas iris morfologi dan memperkirakan probabilitas keberadaan dua iris yang serupa ialah 1 banding 1072 . Keunikan iris membuat mata kiri dan kanan setiap individu berbeda oleh sebab itu sistem identifikasi iris yang dapat diandalkan. Pada penelitian sebelumnya, Savitrhiri dan Murugan (2010), teknik kompresi piramida Gaussian digunakan untuk memapatkan citra mata dan mata dikompresi digunakan untuk menentukan batas dalam dan batas luar saat lokalisasi kawasan iris. Dan didapatkan akurasi sebesar 96%. Hasil tesebut menunjukan bahwa Gaussian Laplace filter dapat digunakan untuk identifikasi iris secara efisien [21]. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunada Singh dan Shikha Singh [8], sudah banyak dikembangkan metode untuk segmentasi iris seperti Hough transform. Kelopak dan bulu mata menjadi permasalahnya yang tujuannya mengurangi kebisingan atau noise. Metode ini mengurangi waktu deteksi tepi dalam dan luar iris dengan bantuan linear Hough Transform dan Circular Hough Transform, dan mampu melokalisasi iris melingkar dan daerah pupil yang tertutup oleh kelopak mata dan bulu mata serta refleksi. Kinerja sistem pengenalan iris sangat bergantung pada ketepatan segmentasi iris. Bagian atas iris dan bagian bawah dari batas iris pada umumnya terhalang oleh kelopak dan bulu mata, hal ini memberikan masalah saat segmentasi. Kelopak mata dan bulu mata ini menjadi noise yang perlu dihilangkan untuk mendapatkan hasil segmentasi yang optimal. Untuk mengatasi masalah ini metode segmentasi yang diusulkan yaitu Hough transform untuk menyimpulkan radius dan pusat koordinat dari pupil dan iris. Pada penelitian ini digunakan Hough transfrom pada tahap segmentasi dan Laplaccian of Gaussian Filters pada tahap feature extaction yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah- masalah yang ada pada identifikasi iris. Topik dan Batasannya Pada penelitian ini dibahas sistem identifikasi iris menggunakan metode Hough Transformation dan Laplacian of Gaussian Filter, adapun rumusan masalah pada Tugas Akhir ini adalah: 1) Bagaimana implementasi Hough Transform pada tahap segmentasi? 2) Bagaimana implementasi Laplacian of Gaussian Filter pada tahap feature extraction? 3) Bagaimana performansi Hough Transform dan Laplacian of Gaussian Filter dalam mengidentifikasi iris? Pada penelitian ini dibahas sistem identifikasi iris menggunakan metode hough transformation dan laplacian of gaussian filter menggunakan data yang diperoleh dari database CASIA V1.0. Database ini mencakup 756 gambar iris dari 108 mata 7 gambar diambil dari dua sesi pengambilan gambar 1 diambil dari CASIA close-up kamera iris yang dikembangkang oleh CASIA dimana 3 sampel gambar dikumpulkan pada folder gambar 1 dan empat gambar sisanya dsimpan di folder gambar 2. Semua gambar disimpan sebagai format (.jpg) dan (.bmp) dengan resolusi 320 x 280. Dalam penelitian digunakan 500 gambar untuk mengetahui akurasi dari sistem identifikasi yang akan di uji. Untuk batasan nilai pengenalan yang ditentukan dari penelitian ini adalah 60% untuk meningkatkan nilai akurasi dari sistem identifikasi iris yang dibuat. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam Tugas Akhir ini yaitu mengimplementasikan metode Hough Transform dalam tahap segmentasi, mengimplementasikan Laplacian of Gaussian Filter pada tahap feature extraction, serta menganalisis performansi Hough Transform dan Laplacian of Gaussian Filter dalam mengidetifikasi iris. 2. Studi Terkait 2.1 Iris Iris adalah bagian berbentuk gelang pada mata yang membatasi pupil dan skelera. Posisi iris pada mata dapat dilihat pada gambar 2.1. Teksture visual dari iris dibentuk selama perkembangan janin dan menstabilkan diri sepanjang dua tahun pertama dari kehidupan janin. Fungsi dari iris adalah untuk mengontrol jumalah masuknya cahaya yang masuk ke pupil, yang dilakukan oleh sfingter dan otot-otot dilator yang menyesuaikan ukuran pupil. Diameter rata-rata dari iris adalah 12 mm dan untuk ukuran pupil dapat bervariasi dari 10% sampai 80% dari diameter iris. Gambar 2.1 Mata[22] Iris sendiri terdiri dari sejumlah lapisan, lapisan terendah adalah lapisan epitel, yang berisi sel pigmentasi padat. Lapisan stroma terletak di atas lapisan epitel dan terkandung pembuluh darah, sel-sel pigmen dan 2 otot iris. Kepadatan stroma pigmentasi menentukan warna iris. Permukaan eksternal terlihat dari permukaan yang berlapislapis yang berisi dua zona iris yang berbeda warna. Zona luar silia , inner pupillary zone dibagi oleh collarette yang muncul sebagai pola zig-zag. Pembentukan pola unik pada dari iris adalah acak dan tidak berhubungan dengan faktor genetik. Satu-satunya karakteristik yang tergantung pada genetika adalah pigmentasi pada iris yang menentukan warna. Karena sifat epigenetik dari pola iris, dua mata seorang individu mengandung pola iris berkorelasi dan menjadikan salah satu alasan mengapa iris digunakan sebagai biometric recognition. 2.2 Laplacian of Gaussian Filter Ekstraksi ciri menggunakan dekomposisi isotropic bandpass (turunan dari Laplacian of Gaussian). Pencocokan dua pola iris dilakukan dengan pendekatan yang didasarkan pada korelasi ternormalisasi (Wildes,1997). Gaussian Filter digunakan dalam bidang analisa citra untuk proses penghalusan (smoothing), pengaburan (blurring), menghilangkan detil, dan menghilangkan noise. Citra diproses menggunakan Gaussian filter dengan parameter ukuran kernel dan standar deviasi (ο³) yang telah ditetapkan untuk mengurangi noise yang berada dalam citra. Gaussian Filter 2-D dihasilkan melalui persamaan berikut: π(π₯, π¦) = 1 2ππ 2 ππ₯π π₯2 +π¦2 2π2 − (2.1) dengan, π = matriks Gaussian Filter π₯, π¦ = indeks matriks Gaussian π = standar deviasi Proses smoothing merupakan proses penghalusan atau bluring, proses ini mengurangi noise yang terdapat pada citra yang tujuannya membuat citra menjadi lebih halus. Dilakukan perkalian antara matrik asli dengan matrik kernel gaussian [24]. Berdasarkan persamaan (2.1), parameter σ merupakan lebar dari gaussian filter. Semakin besar nilai σ, semakin lebar frekuensi gaussian filter. Nilai σ dapat disesuaikan berdasarkan citra yang digunakan [24]. 2.3 Hough Transform Hough Transform pada umumnya dapat digunakan untuk mendeteksi bentuk geometris yang dapat ditulis dalam bentuk parametric seperti garis, lingkaran, parabola, dan hiperbola. Circular Hough Transform dapat digunakan untuk mendeteksi lingkaran radius dalam gambar. Persamaan lingkaran dapat ditulis: π 2 = (π₯ − π)2 + (π¦ − π)2 (2.2) Dimana r adalah jari-jari lingkaran dan a dan b adalah koordinat pusar. Dalan bentuk parametric, titik-titk pada persamaan lingkaran dapat ditulis seabgai berikut: π₯ = π + π cos(π) (2.3) π¦ = π + π sin(π) Transformasi dihitung dengan menggambar lingkaran dari radius tertentu di setiap titik pada tepi gambar. Untuk setiap titik dimana parameter lingkarang ditarik melewati koordinat itu bertambah 1. Hal ini dilakukan untuk setiap lingkaran yang digambar untuk membuat sebuah akumulasi array. Sebuah lingkaran ditunjukan oleh puncak dalam akumulasi array ( ruang Hough), seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.3. Deteksi lingkaran menggunakan transformasi ini harus mengetahui jari-jarinya. Seperti yang kita tidak tahu seperti radius tertentu dari pupil dan iris, transformasi harus dihitung untuk berbagai jari-jari. Untuk setiap jari-jari yang diuji lokasi dan nilai maksimum tersebut disimpan.Jari-jari dengan puncak tertinggi menunjukan kemungkinan besar jari-jari dan pusat koordinasi untuk batas. Gambar 1.3 Iris Tersegmentasi 2.4 Daugman’s Rubber Sheet Model Proses Normalisasi akan menghasilkan daerah iris yang memiliki dimensi konstan yang sama sehingga dua foto iris yang sama yang tadinya memeliki kondisi yang berbeda akan memiliki ciri-ciri di lokasi spesial yang sama [9]. Daugman menyarankan caretisian normal transformasi polar yang memetakan setiap pixel di iris daerah menjadi sepasang koordinat polar (r, θ), dimana r adalah interval antara [0,1] dan θ berada diantara sudut [0,2π] [2]dapat dirumuskan sebagai: I(x(r, θ), y(r, θ)) → I(r, θ) yang seperti x(r, θ) = (1-r) XP(θ) + rx1(θ) y(r, θ) = (1-r) YP(θ) + ry1(θ) (2.4) Dimana: I (x, y) = Citra daerah iris. (x,y) = Koordinat kutub normal yang dinormalisasi. Dengan demikian representasi ini sering disebut sebagai model Rubber Sheet. Gambar 2.4 Daugman’s Rubber Sheet Model [9] 2.5 Hamming Distance Untuk pencocokan jarak hamming dipilih sebagai metrik untuk identifikasi. Algoritma jarak hamming digunakan juga menyamarkan noise, sehingga hanya bit signifikan yang digunakan dalam membandingkan antara dua template iris. Ketika mengambil jarak hamming, bit dalam pola iris yang sesuai dengan ‘0’ bit disamarkan dari kedua pola iris akan digunakan dalam perhitungan. Jarak Hamming akan dihitung menggunakan bit yang dihasilkan dari wilayah iris yang benar, dan dimodifikasi. jarak Hamming ditunjukkan oleh persaaman berikut: π»π· = 1 π−∑π πΎ=1 πππ (ππ )πππ Dengan, HD Xj, Yj, Xn’j,Yn’J N ∑π π=1 ππ ⊕ ππ (π΄ππ·)ππ′π (π΄ππ·)ππ′π (2.5) = Jarak Hamming = Template bit-wise = Jumlah bit dimana Xj dan Yj adalah dua template bit-wise untuk membandingkan. Xnj dan Ynj akan disamarkan sesuai dengan Xj dan Yj, dan N adalah jumlah bit yang diwakili oleh setiap template. Dalam teori ini dua iris template yang dihasilkan dari iris yang sama akan memiliki jarak Hamming dari 0,0. Normalisasi tidak sempurna dan juga akan ada beberapa noise yang tidak terdeteksi sehingga beberapa variasi akan hadir ketika membandingkan dua template iris intra-kelas.Dalam rangka untuk memperhitungkan inkonsistensi rotasi, ketika jarak Hamming dua template dihitung, satu template digeser kiri dan kanan bit-wise dan sejumlah nilai-nilai jarak Hamming dihitung dari pergeseran berturut-turut. Pergeseran bit-wise ini dalam arah horisontal sesuai dengan rotasi sesui wilayah iris asli yang diberikan oleh resolusi angular yang telah digunakan. Jika resolusi angular dari 180 sudah digunakan, setiap shift akan sesuai dengan rotasi dari 2 derajat di wilayah iris. Metode ini disarankan oleh Daugman , dan mengoreksi misalignments dalam pola iris yang dinormalisasi disebabkan perbedaan rotasi selama pencitraan. Dari nilai jarak Hamming dihitung hanya yang terendah diambil, karena ini sesuai dengan pencocokan terbaik antara dua template.Jumlah bit pindah selama setiap pergeseran yang diberikan oleh dua kali jumlah filter yang digunakan, karena masing-masing filter akan menghasilkan dua bit informasi dari satu pixel dari daerah yang dinormalisasi. Sebenarnya jumlah pergeseran diperlukan untuk menormalkan inkonsistensi rotasi yang ditentukan oleh perbedaan sudut maksimum antara dua gambar dari mata yang sama dan satu pergeseran didefinisikan sebagai satu shift ke kiri, diikuti oleh satu shift ke kanan. Proses pergeseran untuk satu shift diilustrasikan pada Gambar 2.5 Gambar 2.5. Proses Pergeseran Untuk Satu Shift Sebuah ilustrasi dari proses pergeseran. Salah satu pergeseran didefinisikan sebagai satu shift kiri, dan satu shift kanan template referensi. Dalam contoh ini satu filter digunakan untuk mengkodekan template, sehingga hanya dua bit dipindahkan selama pergeseran. Jarak Hamming terendah, dalam hal ini nol, kemudian digunakan karena ini sesuai dengan pencocokan terbaik antara dua template. Hasil jarak Hamming disini dijadikan akurasi dimana jarak hamming dengan selisih terkecil akan dipilih sebagai akurasi dari 2 template yang dibandingkan. Jarak Hamming dipilih sebagai pencocokan metric, yang memberikan seberapa banyak selisih bit antara dua template. Kegagalan dari statistic independent antara dua template akan menghasilkan pencocokan dua template yang dihasilkan dari iris yang sama ketika jarak Hamming menghasilkan lebih rendah dari yang sudah ditetapkan jarak Hamming. 3. Desain dan Implementasi Sistem yang dibangun pada penelitian tugas akhir ini secara garis besar proses ini dikelompokan pada lima proses utama yaitu: 1) Memilih data berupa citra mata pada tahapan training maupun testing. 2) Melakukan ekstraksi ciri menggunakan metode laplacian of gaussian filter 3) Melakukan segmentasi iris menggunakan metode hough transformation untuk memisahkan citra iris. 4) Melakukan normalisasi iris dengan menggunakan metode Daughman rubber sheet model untuk mendapatkan citra iris mata agar lebih mudah dimanipulasi 5) Melakukan proses pengenalan atau matching dengan menggunkan metode hamming distance. Desain sistem dapat dilihat pada Gambar 3.1 Gambar 3.1. Flow Chart Desain Sistem 3.1 Data Training dan Data Testing Data ini akan digunakan sebagai proses pengujian, berupa data atau gambar citra gray scale yang berasal dari CASIA V1. Data ini memiliki 2 format data yaitu (.jpg) dan (.bmp). Ukuran dari citra gambar yang digunakan untuk data training dan testing berukuran 320 x 280 pixel. Jumlah data yang digunakan untuk data training dan data testing berjumlah 500 data. 400 data untuk data training dan 100 data untuk data untuk data testing. Spesifikasi dari data akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Table 3.1 spesifkiasi data Citra Ukuran data Format data Jumlah data yang dipakai Gray scale 320x280 (jpg),(.bmp) 500 gambar 3.2. Feature Extraction Pada tahap feature extraction fitur iris harus dikodekan karena kontras antara template yang dibuat. Sebagian besar sistem identifikasi iris menggunakan band pass decomposition dari gambar iris untuk membuat template biometrik. Iris memiliki informasi tekstur yang melimpah seperti vektor fitur yang terbentuk dan terdiri dari urutan fitur yang dipesan dan diambil dari representasi gambar iris yang berbeda. Gambar 3.3 menggambarkan Laplacian of Gaussian.Gambar Laplacian menyoroti daerah perubahan intensitas yang cepat dan selalu digunakan untuk deteksi tepi. Laplacian selalu diterapkan pada gambar yang telah dihaluskan dengan perkiraan perataan(smoothing) Gaussian Filter untuk mengurangi sensitivitas terhadap noise yang dimana pada tahapan ini ditemukan tingkat ke abu-abuannya setelah itu di konversi kedalam laplacian dimana nilai indeksnya antara 0 dan 1, 1 menjadi warna putih dan 0 menjadi warna hitam yang tujuan nya untuk mempermudah proses segmentasi yang menggunakan metode hough transform. Gambar 3.3 Laplacian of Gaussian image 3.3 Segmentasi Pada tahap segmentasi dan deteksi batas diimplementasikan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah mengisolasi wilayah iris pada gambar mata digital. Kelopak mata dan bulu mata biasanya menutup bagian atas dan bawah daerah iris. Refleksi cahaya terjadi di daerah iris yang bisa merusak pola iris.[8]Oleh karena itu tahap kedua teknik segmentasi diperlukan untuk mengisolasi kelopak mata serta menemukan daerah iris melingkar. Algoritma segmentasi berdasarkan Hough Transform digunakan untuk membuat template. Hough Transform yang digunakan untuk menentukan parameter geometris sederhana seperti garis dan lingkaran. Circular Hough Transform digunakan untuk mendeteksi iris dan pupil Batas dan linier Hough Transform digunakan untuk mengisolasi kelopak mata seperti pada gambar 3.4 Kelopak mata diisolasi dengan terlebih dahulu memasang garis ke kelopak mata atas dan bawah dengan menggunakan Hough Transform Linier. Garis horizontal kedua kemudian ditarik, yang mana bersinggungan dengan garis pertama di tepi iris yang paling dekat dengan pupil. Pada tahapan segmentasi indetifikasi ini citra gambar yang sudah dihaluskan dengan menggunakan metode laplacian of gaussian filter citra gambar dimulai dengan inisialisasi radius pupil dan radius iris untuk mencari batas iris, setelah itu menentukan koordinat lingkaran iris, menentukan region pupil didalam batas iris. Setelah itu metode hough transformation ini mencari lingkaran batasan pupil dan menentukan koordinat lingkaran pupil untuk mendapatkan batas atas kelopak mata dan batas bawah untuk kelopak mata. Thresholding pada hough transform digunakan untuk menghilangkan noise seperti bulu mata. Gambar 3.4 Tahap Segmentasi 3.4 Normlisasi Pada tahap normalisasi ini akan menghasilkan iris dengan dimensi tetap sehingga dua foto iris yang sama dalam kondisi pencahayaan berbeda akan memiliki ciri khas yang sama[3]. Gambar 3.4 Pusat Pupil dan Iris Tidak Konsentris Dengan menggunakan Rubber Sheet Daugmans’s untuk menormalisasi daerah iris pusat dari pupil yang dianggap sebagai titik referensi, dan vektor radial melewati daerah iris. Resolusi radial diwakili oleh sejumlah titik data yang dipilih sepanjang setiap garis radial. Resolusi sudut didefinisikan sebagai jumlah garis radial yang terjadi di sekitar daerah iris. Gambar 3.5 Daugmans’s Rubber Sheet Model Setelah mendapatkan representasi polar normal dari daerah iris, daerah iris dibuka dengan memilih sejumlah titik konstan sepanjang garis radial terlepas dari seberapa sempit atau lebar radius pada sudut tertentu, dengan demikian menghasilkan rangkaian 2D dengan dimensi vertikal resolusi radial dan dimensi horizontal resolusi sudut (lihat Gambar 3.5) . Sekarang untuk mencegah data daerah non-iris merusak representasi yang dinormalisasi, rangkaian 2D lainnya dibuat untuk menandai pantulan, bulu mata, dan kelopak mata yang terdeteksi pada tahap segmentasi, dan titik data yang terjadi di sepanjang perbatasan pupil atau batas iris akan dibuang. Dapat dilihat pada Gambar 3.6. Pada tahapan normalisasi mengguanakan metode Daugman rubber sheet model yang dilakukan metode ini pada sistem yang dibangun yaitu rubber sheet model menginisialisasi resolusi pada radial dan angular serta batas dan radius dari iris dan pupil. Tahapan ini menghilangkan nilai-nilai yang ada pada batas iris dan pupil lalu membuat ekstraksi nilai intensitas ke dalam representasi polar atau template berdasarkan array polar. Didapatkan template dan masking dari proses normalisasi yang dimana template adalah array dari citra iris dan masking adalah array dari citra iris yang dideteksi sebagai noise. Gambar 3.6 Mendapatkan Radial dan Angular Resolutions 3.5 Matching Langkah terakhir adalah mencocokkan kode iris dengan menggunakan fitur iris yang tersimpan dalam sistem. Pencocokan dilakukan dengan mengukur jarak antara dua gambar dari kode iris. Dalam karya ini, Hamming Distance (HD) digunakan untuk mengukur jarak antara dua kode iris untuk mendapatkan akurasi atau tingkat kesamaan gambar antara data testing dan data training [4]. Template testing dan template training dicari jarak yang terendah untuk dijadikan akurasi. Pada tahapan matching menggunakan metode hamming distance yaitu menghitung antara dua template iris yang dihasilkan dari proses training dan proses testing. Dimulai dengan inisialisasi template dan masking dari proses training dan testing. Dimulailah pergeseran bit untuk template dan masking dari training yang dimana pergesran bit ini dimulai denga alokasi array sebesar tempalete. Jika jumlah pergeseran sama dengan 0 maka template seperti semula dan jika jumlah pergeseran lebih dari 0 lakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan. Dilakukan operasi or pada hasil masking training dan masking testing. Kalkulasi total bit yang dikurangin dengan bit mask. Dilakukan oparasi xor hasil template training dan testing serta dilakuakan operasi and pada hasil tersebut dengan masking. Didapatkan nilai hamming distance yang terendah dan nilai tersebut dijadikan tingkat pengenalan dari sistem identifikasi iris yang dibangun. Operasi pergeseran pada hamming distance digambarkan dalam gambar 3.7 sebagai berikut. Gambar 3.7. Proses Pergeseran pada Hamming Distance 3.6 Analisis Kebutuhan Berikut adalah spesifikasi dari perangkat yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir: 1. Spesifikasi Perangkat keras: a) Intel Core i5-7200U CPU @2.5Ghz b) Memory 4GB DDR4 c) Hardrive 1TB d) Intel HD Grapihics 620, NVIDIA GeForce 930MX 2GB DDR3 2. Spesifikasi Perangkat Lunak: a) Windows 10 Pro 64-bit patching/cracked b) MATLAB R2017a patching/cracked 4. Evaluasi 4.1 Hasil Pengujian Pada penelitian identifikasi iris ini digunakan data training dan data pengujian. Data didapat dari National Laboratory of Pattern Recognation (NLPR), Institute of Automation (IA), Chinese Academy of Sciences (CAS). Database iris tersebut dinamai CASIA V1.0 (Casia –IrisV1)[24]. Database ini mencakup 756 gambar iris dari 108 mata. Semua gambar disimpan sebagai format (.jpg) dengan resolusi 320 x 280. Pada tahap pengujian penulis menggunakan bahasa pemograman MATLAB. Adapapun proses pengujian ini terdiri dari dua tahapan yaitu training dan testing. Dari proses training didapatkan training template dan training masking template yang disimpan dalam bentuk file (.mat), supaya bisa diproses pada tahap selanjutnya yaitu tahapan testing. Pada tahapan testing dilakukan template matching yang akan di authentifikasi dengan template- template yang sudah disimpan pada proses training. Skenario pertama dilakukan untuk mengetahui akurasi dari sistem identifikasi iris yang dibangun.pada skenario ini dilakukan pengujian menggunakan 400 gambar untuk data training dan 100 gambar testing database. Dilakukan 1 kali proses training dan 100 kali pengujian sehingga dapat diketahui akurasi dari sistem identifikasi iris yang sudah dibuat. Setelah dilakukan pengujian tingkat akurasi yang didapat oleh sistem identifikasi iris ini mencapai 93% dari 100 kali percobaan. Skenario kedua dilakukan untuk mengetahui akurasi dari sistem identifikasi iris yang menggunakan format image mata yang berbeda. Pada skenario ini dilakuan pengujian menggunakan 500 gambar file (.jpg) dan 500 gambar file (.bmp) masing- masing sama jumlahnya antara data training dan data testing. Dilakukan 1 kali proses training dan 100 proses testing untuk masing-masing format file (.jpg) dan (.bmp). Akurasi rata-rata yang didapat dari pengujian file (.jgp) sebesar 93% dan akurasi rata-rata yang didapat dari pengujian file (.bmp) sebesar 92%. Skenario ketiga dilakukan untuk mengetahui akurasi dari sistem identifikasi iris menggunakan jumlah sampel image training yang berbeda. Pada skenario ini dilakukan pengujian menggunakan 150 gambar untuk training dan 35 gambar untuk testing. Setelah itu digunakan data training lebih sedikit yaitu 60 gambar untuk training dan 35 gambar untuk testing . Dilakukan 1 kali proses training dan 35 kali proses pengujian untuk masing- masing sampel. Dari pengujian yang sudah dilakukan untuk sampel pertama dengan 150 gambar untuk training mendapatkan ratarata akurasi 94.2% dan untuk sampel kedua dengan 60 gambar training mendapatkan rata- rata akurasi 92.4%. 4.2 Analisis Hasil Pengujian Berdasarkan hasil pengujian pada skenario pertama yang telah dilakukan, didapat hasil rata- rata akurasi dari 100 percobaan didapat tingkat akurasinya 93% dan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian skenario pertama yaitu 189476 detik, dengan menggunakan 400 gambar untuk data training dan 100 data testing. Tingkat pengenalan tertinggi didapat 82% saat dilakukan pengujian pada gambar 064_1_1.jpg. Tingkat pengenalan terendah didapat 58.05% saat dilakukan pengujian pada gambar 046_1_1.jpg. Berdasarkan hasil pengujian pada skenario kedua yang telah dilakukan, didapat hasil rata-rata akurasi dari 100 pecobaan dengan format file (.jpg) maupun (.bmp). Pengujian dengan format (.jpg) mendapatkan tingkat akurasi 93% dengan tingkat pengenalan tertinggi 82% dan tingkat pengenalan terendahnya 58.05% sedangkan untuk format (.bmp) mendapatkan tingkat akurasi lebih rendah yaitu 92% dengan tingkat pengenalan tertinggi 82.04% dan terendahnya 59.03%. Total waktu yang dibutuhkan untuk pengujian skenario kedua ini yaitu 385233 detik yang berasal dari 2 tahap pengujian yaitu pengujian menggunakan format (.jpg) dan (.bmp). waktu yang dibutuhkan untuk pengujian menggunakan format (.jpg) 189476 detik sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian format (.bmp) 195757 detik. Berdasarkan hasil pengujian pada skenario ketiga yang telah dilakukan, pengujian yang dilakukan menggunakan jumlah sampel yang berbeda yaitu sampel dengan 150 data training dan 35 data testing mendapatkan tingkat akurasi sebesar 94.2% dengan total waktu pengujian 24855 detik dengan tingkat pengenalan teringgi 81.52% dan terendahnya 58.70% sedangkan pengujian yang menggunakan lebih sedikit data training yaitu 60 data dan 35 data testing mendapat tingkat akurasi sebesar 92.4% dengan waktu pengujian 10006 detik dengan tingak pengenalan tertinggi 81.09% dam timgkat pengenalan terendahnya 57.91%. Akurasi yang didapat pada pengujian sampel pertama yaitu dengan 150 data training mendapatkan akurasi lebih tinggi yaitu 94.2% dibanding dengan pengujian sampel kedua dengan menggunakan 60 data training yaitu 92.4%. Akan tetapi waktu pengujian sampel pertama lebih lama dibandingkan dengan sampel kedua. Waktu yang dibutuhkan untuk menguji sampel pertama yaitu 24855 detik sedangkan waktu yang dibutuhkan sampel kedua lebih sebentar yaitu 10006 detik. Hal ini disebabkan oleh penggunaan data training yang tersimpan lebih banyak dari pengujian sampel pertama yaitu 150 data training maka ciri iris yang tersimpan makin banyak dan proses yang dijalankan semakin banyak yang menyebabkan akurasi dan waktu pengujian lebih besar dibanding sampel kedua. Table 4.1 Hasil Pengujian Nama Skenario Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Nama Pengujian 100 data testing (.jpg) dengan 400 data training 100 data testing (.jpg) dengan 400 data training 100 data testing (.bmp) dengan 400 data training 5 sampel data training35 kali dengan 150 data training 2 sampel data training 35 kali dengan 60 data training Hasil Akurasi 93% Waktu (detik) 189476 93% 189476 92% 195757 94.2% 24855 92.4% 10006 5. Kesimpulan Dari hasil pengujian dan analisis maka dapat disimpulkan hal- hal sebagai berikut. 1. Pada penelitian sistem identifikasi iris menggunakan metode hough transformation dan laplacian of gaussian filter telah berhasil diimplementasikan metode hough transformation pada tahap segmentasi. 2. Pada penelitian sistem identifikasi iris menggunakan metode hough transformation dan laplacian of gaussian filter telah berhasil diimplementasikan metode laplacian of gaussian filter dalam tahap feature extraction. 3. Pengujian yang dilakukan pada skenario 1 menggunakan 400 data training dan 100 data testing rata- rata tingkat akurasinya sebesar 93% dengan total waktu pengujian 189476 detik dengan tingkat pengenal tertinggi 82% dan terendahnya 58.05% 4. Pengujian yang dilakukan pada skenario 2 menggunakan iris mata dalam format image yang berbeda.Untuk format image (.jpg) mendapatkan tingkat akurasi sebesar 93% dengan tingkat pengenalan tertinggi 82% dan terendahnya 58.05% sedangkan untuk format image (.bmp) mendapatkan akurasi lebih rendah yaitu 92% dengan tingkat pengenalan tertinggi 82.4% dan terendahnya 59.03%. Waktu yang dibutuhkan untuk pengujian gambar dengan format (.jpg) yaitu 189476 detik dan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian gambar dengan format (.bmp) yaitu 195757. Waktu pengujian yang dibutuhkan dengan format image (.bmp) lebih lama dibandingan waktu pengujian dengan format image (.jpg) 5. Pengujian yang dilakukan pada scenario 3 menggunakan jumlah sampel yang berbeda yaitu sampel yang menggunakan 150 data training atau menggunakan 5 sampel gambar dengan sampel kedua menggunkan 60 data training atau 2 sampel gambar data, sampel pertama mendapatkan akurasi sebesar 94.2% dengan tingkat penegnalan tertinggi 81.52% dan terndahnya 58.70% sedangkan untuk sampel kedua mendapatkan akurasi lebih rendah yaitu 92.4% dengan tingkat pengenalan tertingginya 80.91% dan terendahnya 57.09%. Dan waktu yang dibutuhkan untuk pengujia sampel pertama dibutuhkan waktu sabanyak 24855 detik sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian sampel kedua lebih cepat disbanding sampel pertama yaitu 10006. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya data training yang digunakan untuk sampel pertama yaitu 150 gambar untuk data training menyebabkan tingkat akurasi dan waktu yang digunakan untuk sampel pertama lebih besar dibandingkan dengan sampel kedua. 5.1 Saran Berdasarkan pengujian yang sudah dilkukan dengan menggunkan sistem identifikasi iris menggunakan metode hough transformation dan laplacian of gaussian filter ini, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunkan metode lain untuk mangurangi kesalahan pengenalan iris pada proses segmentasi iris yang disebabkan oleh posisi dari pupil iris yang tidak tepat. 2. Perlu dilakukukan penelitian lebih lanjut untuk pengujian terhapap format image lain nya seperti .png, .gif, .tif dan lainnya. Daftar Pustaka [1] Samranjit Kaur, Sourav Grag. "Analysis of Iris Recognation Based on FAR and FRR Using Hough Transform." IOSR Journal of Computer Engineering( IOSR-JCE) ver.IV(July – Aug. 2015), PP 31-36. [2] L. Ma, T.Wang.T. Tan."Iris recognition using circular symmetric filters."National Laboratory of Pattern KRecognation, Institute of Automation (Chinese Academy of Science) (2002). [3] John G. Dougman. "How Iris Recognation Works" Proceedings of 2002 International Conference on Image Processing, Vol. 1 2002). [4] Ashish kumar Dewangan, Majic ahmad Siddhiqui. "Human Identification and Verification Using Iris Recognation by Calculating Hamming Discante" Intenational Journal of Soft Computing and Engineering (IJSC), Vol 2(2), May (2012). [5] Bhawna Chouhanm, Shailja Shukla. "Analysis of statiscal feature extraction for Iris Recognation Sysitem using Laplacian of Gaussian filter." Internaltional Journal of Applied Engineering Research, Dindigul Volume1, No3. 2010. [6] John Daugman. "How Iris Recognation Works." IEEE Transaction on Circuits and Systems for Video Technology Vol 14, No 1,January (2004) [7] Libor Masek. "Recognation of Himan Iris Patterns for Biometric Identification." The University of Western Australia (2003). [8] Sunanda Singh,Shikha Singh. "Iris Segmentation for Iris Recognation Using Hough Transformation " IPASJ International Journal of Electronics & Communication (IIJEC)Volume 3, Issue 3, March (2015). [9] Klaus D. Toennnies, Frank Behrens, Melanie Aurnhammer, "Feasibility of Hough-Transform-based Iris Localisation for Real-Time-Application" Dept. of Computer Science Oto-von-Guericke UniversitΣy Magdeburg, Germany. [10] Kevin W.bowyer, Karen Hollingsworth, Patrick J. Fynn. "Image Understanding for iris biometrics: A survey" Department of Computer Scinece and Engineering, University of Notre Dame, Notre Dame,IN 46556,USA. Computer Vision Image Understanding 110 (2008) 281-307. [11] M. Karpaga Kani, Dr.T.Arumuga Maria Devi. "Iris Segmentation and Recognation System" International Journal of Advanced Research in Computer Engineering & Technology (IJARCET) Volume 3 Issue10,(2014) [12] Maeva Djoumessi. "Iris Segmentation using Daugman’s Integro-Differential Operator" NSF REU at Utash State University, Logan University of North Carolina, Chapel Hill. [13] Romany F. Mansour."Iris Recognition Using Gauss Laplace Filter" American Journal of Applied Sciences 2016 [14] Jaehan Koh, Venu Govindaraju, and Vipin Chaudhary, “A Robust Iris Localization Method Using an Active Contour Model and Hough Transform”, Department of Computer Science and Engineering, University at Buffalo (SUNY). [15] Noureddine Cherabit*, Fatma Zohra Chelali, Amar Djeradi. “Circular Hough Transform for Iris localization”, Science and Technology 2012, 2(5) 2015 [16] Maria De Marsico , Alfredo Petrosino , Stefano Ricciardi. “Iris Recognition through Machine Learning Techniques: a Survey”, Pattern Recognition Letters 2016. [17] Z.Zainal Abidin, M.Manaf, A.S.Shibghatullah, S.H.A.Mohd Yunos, S.Anawar, Z.Ayop.” Iris Segmentation Analysis using Integro-Differential Operator and Hough Transform in Biometric System”, Faculty of Information and Communication Technology, Universiti Teknikal Malaysia Melaka, Hang Tuah Jaya, 76100, Durian Tunggal, Melaka., Faculty of Computer & Mathematical Sciences, Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, 40450, Selangor [18] Satbir Kaur, Ishpreet Singh.” Comparison of Edge Detection Techniques for Iris Recognition “, International Journal of Computer Applications (0975 – 8887) Volume 149 – No.9, 2016 [19] Savithiri, G. and A. Murugan.” Iris Recognation Technique using Gaussian Pyramid Compression”, International Conference on Recent Trends, Business Administration and Information Processing, Springer, Kerela, India, pp:325-331, Mar. 26-27, 2010 [20] Li Ma, Yunhong Wang, Tieniu Tan.” Iris Recognation Using Circular Symmetric Filtes”,National Laboratory of Pattern Recognition,Institue of Automation, Chinese Academy of Science,P.O. Box 2728, Beijing, 100080, P.R. China [21] Ashish Kumar Dewangan, Majid Ahmad Siddhiqui. ” Human Identification and Verification Using Iris Recognation by Calculating Hamming Distance”,International Journal of soft Computing and Engineering (IJSCE) ,ISSN:2231-2307,Volume-2, Issue-2, May 2012 [22] “CASIA Iris Image Database,” http://www.sinobiometrics.com, [23] Ruye Wang.”Sharpening and Edge Detection”, Copyright © 1993, 1994, 1995, 1996, Nikos Drakos, Computer Based Learning Unit, University of Leeds, Copyright © 1997, 1998, 1999, Ross Moore, Mathematics Department, Macquarie University, Sydney,Oct. 19, 2016 [24] Zhou, Ping, Wenjun Ye, Yaojie Xia, Qi Wang.”An Improved Canny Algorithem for Edge Detection”,(2011) Lampiran Selanjutnya tabel dibawah ini merupakan pengujian untuk senario 1 dan 2 yang memuat data pengujian untuk 100 kali testing dan 400 data training file (.jpg) maupun file (.bmp). Tabel 1 Pengujian Skenario 1 dan 2 Nama File 070_1_1 069_1_1 068_1_1 067_1_1 066_1_1 065_1_1 064_1_1 Tingkat Pengenalan (.jpg) (.bmp) 68% 60.26% 70% 69.98% 75% 74.75% 64% 63.39% 72% 59.73% 77% 76.71% 82% 75.98% Waktu Pengenalan (Detik) (.jpg) (.bmp) 1535.38 1613.843 1191.98 1315.119 1.633.979 1727 1.141.727 1188.674 2.084.901 1588.807 1.898.463 1980.949 1191.98 2253.446 063_1_1 062_1_1 061_1_1 060_1_1 059_1_1 058_1_1 057_1_1 056_1_1 055_1_1 054_1_1 053_1_1 052_1_1 051_1_1 050_1_1 049_1_1 048_1_1 047_1_1 046_1_1 045_1_1 044_1_1 043_1_1 042_1_1 041_1_1 040_1_1 039_1_1 038_1_1 037_1_1 036_1_1 035_1_1 034_1_1 033_1_1 032_1_1 031_1_1 030_1_1 029_1_1 028_1_1 027_1_1 026_1_1 025_1_1 024_1_1 023_1_1 022_1_1 021_1_1 020_1_1 019_1_1 018_1_1 017_1_1 016_1_1 015_1_1 014_1_1 013_1_1 012_1_1 011_1_1 010_1_1 009_1_1 008_1_1 007_1_1 006_2_1 72% 77% 68% 76% 76.57% 67.06% 80.31% 72.99% 72.76% 77.02% 75.69% 70.85% 71.74% 68.94% 65.83% 72.63% 79.06% 58.05% 69.90% 72.61% 66.30% 75.43% 65.46% 75.28% 73.51% 73.46% 75.05% 77.26% 70.77% 77.53% 77.24% 78.95% 67.90% 65.25% 78.08% 76.96% 78.50% 74.86% 76.66% 72.22% 73.16% 73.57% 72.04% 65.98% 61.63% 74.48% 79.96% 74.07% 70.55% 76.95% 73.42% 73.72% 73.63% 77.86% 70.86% 72.59% 72.93% 74.32% 70.94% 70.71% 67.41% 76.64% 75.23% 64.79% 79.99% 72.99% 66.68% 74.88% 74.22% 63.51% 71.89% 67.75% 72.80% 73.10% 73.21% Salah 69.71% 74.57% 65.02% 75.88% 63.97% 75.26% 73.45% 72.40% 74.61% 76.78% 70.47% 78.11% 76.23% 78.78% 68.59% 64.91% 77.66% 77.85% 75.11% 73.73% 75.54% 71.04% 72.79% 72.52% 68.88% 73.55% Salah 73.69% 78.22% 68,02% 70.01% 74.62% 72.27% 72.82% 72.57% 77.65% 70.43% 73.40% 72.80% 73.49% 2.084.591 1.898.463 1.932.191 2.040.771 2.155.488 1.678.118 1445.8 1.270.479 1.827.569 1.724.403 1.281.838 1.183.117 1285.3 2.042.272 2899.89 1.832.452 2.118.766 3.250.492 1.213.044 2.404.277 1.374.666 2.055.613 1.779.659 2.605.312 1.794.125 2.141.541 1.179.868 900.108 2.423.925 1.467.858 1.401.408 1.520.909 1.902.704 2.168.922 1469.65 1.671.302 1.691.316 1.968.452 2.657.707 1.987.967 2.512.111 1.922.753 1.894.042 986.595 2.733.916 1.093.833 1.605.536 2.720.646 2746.59 3.997.385 2.094.376 1.872.709 1.394.048 2.357.385 1.832.708 1.832.708 2.024.236 1.549.247 2145.827 1974.54 1960.003 2178.697 2307.025 1772.002 1535.092 1334.948 2415.335 1858.263 1395.652 1739.683 1181.866 2153.055 1969.95 1930.403 2225.963 3061.786 1283.122 2544.761 1460.001 2156.192 2041.607 2784.843 1969.392 2310.996 1271.728 975.084 2746.382 1610.954 1501.623 1638.081 1997.078 2263.077 1444.491 1624.073 1788.747 2105.903 2815.512 2088.711 2678.395 1911.392 2287.522 1166.179 2873.37 1148.008 1708.329 1435.509 2835.863 1846.35 2302.497 1967.579 1498.551 2571.67 1197.93 1507.396 2172.688 1528.161 005_1_1 004_1_1 003_1_1 002_1_1 001_2_1 101_1_1 101_1_2 101_1_3 101_2_1 102_1_1 102_1_2 102_1_3 102_2_1 103_1_1 103_1_2 103_1_3 103_2_1 104_1_1 104_1_2 104_1_3 104_2_1 105_1_1 105_1_2 105_1_3 105_2_1 106_1_1 106_1_2 106_1_3 107_1_1 107_1_2 107_1_3 108_1_1 108_1_2 108_1_3 106_2_1 69.14% 74.70% 81.52% 60.46% 75.56% 60.06% 60.95% 60.73% 63.05% 58.75% 57.86% 57.94% 56.80% 57.75% 57.68% 57.41% 58.36% 57.63% 57.48% 58.12% 56.95% 58.55% 58.79% 59.85% 57.67% 64.92% 56.41% 58.55% 56.52% 56.79% 57.51% 58.30% 57.90% 56.22% 62.18% 67.19% 76.38% 82.43% 60.40% 75.59% 60.24% 61.52% 61.57% 61.04% 58.33% 57.25% 57.49% 56.96% 58.05% 59.53% 57.49% 57.62% 57.30% 56.82% 56.73% 58.05% 58.05% 57.60% 57.51% 57.62% 62.47% 56.85% 57.72% 57.40% 56.61% 56.89% 59.12% 57.42% 56.99% 60.33% 1.530.872 1.406.307 2.738.866 1391.29 1711.77 1.634.786 1.505.648 1.889.681 2.264.258 1.627.208 2.183.293 2.088.745 2.096.497 1.752.525 1.712.655 1.565.637 1.670.138 3000 2.126.755 1.547.592 1.923.635 1.639.313 2.066.881 1.964.169 1.899.049 3.546.147 1.961.203 2.100.805 2.042.762 2.143.098 1.969.818 1.697.844 1.740.558 1709.34 2.045.674 1627.696 1481.409 2644.291 1544.07 1835.979 1613.843 1489.579 1911.944 2154.228 1732.041 2169.678 2127.794 2058.264 1759.859 2461.883 2399.541 2875.94 1923.894 2104.13 1541.385 1927.718 3972.558 1842 1785.021 1851.77 3585.545 1970.533 2144.826 2024.407 2090.446 1997.006 1694.386 1776.251 1757.691 2012.628 Tabel 2 Pengujian Skenario 3 Tabel dibawah ini merupakan pengujian untuk senario 3 yang memuat data pengujian untuk 2 sampel training yang berbeda jumlahnya. Tingkat Pengenalan Nama File (5 sampel) Waktu Pengenalan (detik) (2 sampel) (5 sampel) (2 sampel) 001_1_1 80.03% 73.42% 648.87 260.536 002_1_1 60.46% 59.64% 557.278 223.445 003_1_1 81.52% 81.09% 1015.36 410.191 004_1_1 74.70% 70.92% 551.661 222.227 005_1_1 69.74% 69.74% 608.334 245.11 006_1_1 75.06% 75.06% 614.846 245.375 007_1_1 72.93% 72.93% 800.232 325.074 008_1_1 58.70% 57.91% 466.689 184.192 009_1_1 70.86% 70.24% 439.472 175.758 010_1_1 77.86% 77.86% 971.074 379.924 011_1_1 73.63% 73.63% 563.357 225.903 012_1_1 73.72% 73.72% 746.285 292.187 013_1_1 73.42% 73.42% 834.537 327.341 014_1_1 76.95% 76.45% 691.839 272.921 015_1_1 71.34% 71.34% 1.075.863 426.377 016_1_1 74.07% 72.03% 556.329 214.954 017_1_1 79.96% 79.96% 640.458 254.386 018_1_1 74.48% 73.19% 431.077 187.631 019_1_1 61.63% 59.92% 1.082.684 424.351 020_1_1 65.98% 63.38% 389.66 154.558 021_1_1 72.04% 65.98% 767.053 305.529 022_1_1 73.57% 71.95% 765.704 301.823 023_1_1 73.16% 72.80% 1.009.218 397.268 024_1_1 72.22% 72.22% 792.512 325.476 025_1_1 76.66% 74.71% 1.066.598 419.91 101_1_1 58.23% 56.21% 610.41 238.323 101_1_2 59.28% 58.80% 553.086 219.662 101_1_3 58.67% 57.22% 719.506 281.227 101_2_1 61.58% 59.01% 553.086 339.181 102_1_1 58.75% 56.28% 621.992 246.618 102_1_2 57.69% 57.68% 816.001 332.069 102_1_3 57.94% 55.94% 793.909 313.925 102_2_1 56.80% 56.80% 775.47 306.048 103_1_1 55.57% 54.97% 670.856 261.96 103_1_2 57.31% 57.16% 654.583 265.246