Uploaded by rikearistina

preparat rentang mesenterium dan protozoa

advertisement
Pembahasan pembuatan preparat rentang mesenterium
Rike Aristina (4401417014)
Pada pembuatan preparat rentang mesenterium Rattus novergicus dilakukan melalui
serangkaian tahapan. Mesenterium merupakan jaringan penggantung usus. Jaringan ini sangat
halus, tipis dan banyak mengandung sel-sel jaringan ikat. Jaringan ikat pada umumnya merupakan
jaringan penyokong tubuh. Jaringan ikat biasanya dapat membentuk selubung disekitar organorgan tubuh sehingga organ menjadi terpisah satu sama lain. Zat warna yang dapat digunakan
dalam membuat preparat ini antara lain hematoxilin, eosin. Pewarna hematoxilin dengan pelarut
aquades sangat baik digunakan untuk mewarnai inti yang akan berwarna biru. Pewarna eosin
dengan pelarut alkohol 70% sangat baik untuk mewarnai sitoplasma dengan warna merah
(Handari, 1983).
Pembuatan preparat subkutan atau mesenterium dengan menggunakan metode rentang
yaitu dengan cara merentangkan lapisan subkutan setipisnya pada object glass, pewarnaan dengan
Zat warna haematoxylin dan eosin (Vitria, 2016). Metode Rentang atau Spread adalah suatu
metode sedian dengan cara merentangkan obyek yang akan diamati diatas object glass sehingga
diperoleh lepisanan tipis, yang dapat teramati dibawah mikroskop. Pada umumnya jaringanjaringan yang dapat dibuat preparat rentang adalah jaringan-jaringan yang tipis, misalnya
pleura,mesenterium, peritonium, plaracnoidea dan pericardium
Berdasarkan hasil pengamatan preparat mesenterium Rattus novergicus dengan pewarnaan
ganda hematoxilin eosin dapat diketahui bahwa preparat yang kami buat kurang baik. Hasil yang
dapat kami amati pada perbesaran 40 x 10 hanya sebatas pembuluh darah dan jaringan ikat saja.
Padahal dalam literatur lain dapat ditemukan antara lain pembuluh darah, jaringan ikat, dan mast
sel. Tetapi pada praktikum ini tidak ditemukan mast sel. Berdasarkan hasil pengamatan
menggunakan mikroskop preparat mesenterium ini terlihat benang-benang yang merupakan
susunan dari jaringan ikat longgar yang menyusun mesenterium tersebut. Pada literatur lain dapat
ditemukan mast sel, sel – sel yang berbentuk bulat atau heksagonal, tidak beraturan dan terdapat
sel-sel ovoid yang besar.
Sel-sel ovoid tersebut berinti yang disebut mast cell, yang memiliki ciri-ciri yaitu sel
berbentuk ovoid dengan butir-butir yang terdapat pada sitoplasma. Mast cell dapat terwarna
dengan jelas menggunakan pewarna ganda. Zat warna hematoxilin akan mewarnai butir-butir
(granula) pada inti sel sedangkan zat warna eosin mewarnai bagian sitoplasma. Namun pada
pengamatan hasil pembuatan preparat kami tidak ditemukan adanya mast sel karena preparat
terlalu tebal atau terlipat dan proses pewarnaan tidak sempurna sehingga tidak ditemukan seluruh
bagian-bagian dari jaringan pada mesenterium tikus.
Pada pembuatan preparat rentang mesenterium ini menggunakan metanol pada saat proses
fiksasi berfungsi untuk mematikan sel dan jaringan tanpa harus mengubah strukturnya, sehingga
preparat tersebut dapat diamati dengan jelas. Struktur jaringan hewan pada preparat rentang ini
terlihat secara utuh karena sediaan diambil langsung sesaat setelah tikus tersebut mati, sehingga
sel atau jaringan tubuh masih hidup dan belum berubah strukturnya. Hal tersebut juga merupakan
salah satu alasan mengapa pada saat pengambilan jaringan mesenterium setelah membedah tikus
tersebut harus dengan cepat direntangkan tanpa melalui proses pencucian terlebih dahulu. Setelah
dilakukan proses fiksasi, tahap selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan hematoxilin.
Hematoxilin digunakan sebagai pewarna dalam bentuk oksidasinya yaitu hematein. Heamotoxilin
merupakan pewarna inti yang mengikat inti sel secara lemah, kecuali jika ditambah senyawa lain
seperti aluminium dan tembaga. Pewarna eosin merupakan salah satu pewarna dengan sifat asam
dan bermuatan negatif yang dipakai untuk mewarnai sitoplasma. Pada pulasan hematoxilin eosin,
hematoxilin bekerja sebagai pewarna basa, zat ini mewarnai unsur basofilik pada jaringan. Eosin
bersifat asam serta mewarnai komponen asidofilik pada jaringan (Jusuf, 2009; Packam, 2014).
Setelah dilakukan poses pewarnaan, tahapan selanjutnya adalah proses dehidrasi. Proses dehidrasi
harus dilakukan dengan benar agar tidak ada molekul air yang tertinggal sehingga alkohol bisa
menempati posisi dalam jaringan agar didapatkan irisan jaringan yang utuh dan baik. Proses
dehidrasi dilakukan dengan merendam dalam larutan alkohol bertingkat (Pratomo, 2011). Setelah
melalui proses dehidrasi, diperlukan tahapan clearing menggunakan campuran alkohol dengan
xilol. Proses clearing ini memiliki kelebihan yaitu proses penjernihan yang cepat, mudah didapat
dan tidak terlalu mahal. Namun clearing menggunakan xilol membuat jaringan terlihat tidak
terlalu jelas dikarenakan perendaman yang terlalu lama dan akibat dari perendaman alkohol.
Jaringan yang terlalu lama direndam dalam xilol menyebabkan mudah rapuh dan mengkerut.
Daftar Pustaka
Handari, Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta : Bhatara Karya Aksara
Jusuf, A.A. 2009. Histoteknik Dasar : Bagian Histologi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Peckam, M. 2014. At a Glance Histologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Pratomo, H., Supriatna, I dan Winarto. 2011. Perbahan Sebaran Sel-sel Asidofil dan Basofil
Hipofisa Pengaruh Pemberian Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia Jack). Jurnal
Matematika Sains dan Teknologi. 12(2). Hal. 1-3.
Vitria, vanis. 2016. Studi Identifikasi Subkutan Burung Dara (Columba Livia) Menggunakan
Metode Rentang Sebagai Media Pembelajaran Histologi. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Pembahasan pembuatan preparat whole mount protozoa
Rike Aristina (4401417014)
Pada praktikum pembuatan preparat whole mount protozoa dilakukan melalui berbagai
tahapan. Pada pembuatan preparat wole mount ini ada beberapa sempel protozoa yang kami amati
dari beberapa sumber yaitu air selokan, air kolam, air embung, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengamatan preparat protozoa dengan pewarnaan hematoxilin
menggunakan bantuan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 dapat dilihat salah satu jenis protozoa
yaitu jenis flagellata, yang mana memiliki alat gerak yang disebut flagella. Terlihat bagian-bagian
dari protozoa yaitu membrane sel, sitoplasma dan inti selnya yang hanya terlihat samar. Sedangkan
organela lain tidak terlihat. Hal ini mungkin disebabkan karena perbesaran yang digunakan kurang
kuat.
Pada percobaan ini tidak banyak protozoa yang dapat kami teramati, disebabkan karena air
yang kita gunakan hanya mengandung sedikit protozoa, selain itu juga dapat disebabkan dari
proses pembuatan diantaranya adalah pada saat pemberian albumin mayer pada object glass
melebihi kapasitas yang ditentukan sehingga perekatan dari albumin mayer kurang sempurna
karena masih bersifat licin ( tidak lengket atau kesat) akibatnya protozoa dapat hilang atau terbawa
larutan selama proses pembuatan berlangsung.
Pada pembuatan preparat whole mount ini menggunakan metanol pada saat proses fiksasi
berfungsi untuk mematikan sel tanpa harus mengubah strukturnya, sehingga preparat tersebut
dapat diamati dengan jelas. Struktur sel pada preparat whole mount ini terlihat secara utuh karena
sediaan diambil langsung dari habitat hidupnya, sehingga sel masih hidup dan belum berubah
strukturnya. Setelah dilakukan proses fiksasi, tahap selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan
hematoxilin. Hematoxilin digunakan sebagai pewarna dalam bentuk oksidasinya yaitu hematein.
Heamotoxilin merupakan pewarna inti yang mengikat inti. Sel secara lemah, kecuali jika ditambah
senyawa lain seperti aluminium dan tembaga. Hematoxilin bekerja sebagai pewarna basa, zat ini
mewarnai unsur basofilik pada sel (Jusuf, 2009; Packam, 2014). Setelah dilakukan poses
pewarnaan, tahapan selanjutnya adalah proses dehidrasi. Proses dehidrasi harus dilakukan dengan
benar agar tidak ada molekul air yang tertinggal sehingga alkohol bisa menempati posisi dalam sel
agar didapatkanpreparat utuh yang baik. Proses dehidrasi dilakukan dengan merendam dalam
larutan alkohol bertingkat (Pratomo, 2011). Setelah melalui proses dehidrasi, diperlukan tahapan
clearing menggunakan campuran alkohol dengan xilol. Proses clearing ini memiliki kelebihan
yaitu proses penjernihan yang cepat, mudah didapat dan tidak terlalu mahal. Namun clearing
menggunakan xilol membuat sel terlihat tidak terlalu jelas dikarenakan perendaman yang terlalu
lama dan akibat dari perendaman alkohol. Sel yang terlalu lama direndam dalam xilol
menyebabkan mudah mengkerut.
Daftar Pustaka
Jusuf, A.A. 2009. Histoteknik Dasar : Bagian Histologi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Peckam, M. 2014. At a Glance Histologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Pratomo, H., Supriatna, I dan Winarto. 2011. Perbahan Sebaran Sel-sel Asidofil dan Basofil
Hipofisa Pengaruh Pemberian Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia Jack). Jurnal
Matematika Sains dan Teknologi. 12(2). Hal. 1-3.
Download