Uploaded by sherlyutari10

SISTEM MASSA PEGAS HORISONTAL PEMODELAN MTK

advertisement
SISTEM MASSA PEGAS HORISONTAL
Da1am pemodelan ini, kita ingin membahas problem yang dikenal dengan sistem
massa pegas, dimana suatu massa yang diikatkan pada pegas yang diilustrasikan
secara horisontal seperti pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1.1. Sistem massa pegas
Kita ingin mempelajari gerakan massa m secara horisontal. Sebelum menyelesaikan
problem ini, beberapa teori dan prinsip-prinsip dasar fisika yang terkait dengan
fenomena ini. Sistem massa pegas ini tidak dapat diselesaikan tanpa
memformulasikan persamaan yang menjelaskan gerakkan ini. Kita akan
menggnnakan Hukum Newton untuk sistem massa pegas ini. Untuk menjelaskan
gerakan sistem massa pegas ini, diasumsikan bahwa massa hanya bergerak dalam satu
arah, katakanlah dalam arah x. Berdasarkan Hukum Newton kedua tentang gerakan
suatu titik massa dijelaskan dengan formula:
๐นโƒ— =
๐‘‘
(๐‘š๐‘ฃโƒ—),
๐‘‘๐‘ก
(0.1)
dimana F adalah jumlahan vektor semua gaya yang digunakan untuk titik massa
yang mempunyai massa m. Gaya F sama dengan laju perubahan momentum mv;
dimana v kecepatan massa. Jika x adalah posisi massa, maka:
โƒ—โƒ— =
๐‘‰
๐‘‘๐‘ฅโƒ—
๐‘‘๐‘ก
(0.2)
Asumsikan massa m konstan, maka:
๐นโƒ— =
๐‘‘
(๐‘š๐‘ฃโƒ—) = (๐‘š๐‘Žโƒ—),
๐‘‘๐‘ก
(0.3)
Dengan a adalah vektor percepatan massa:
๐‘Žโƒ— =
๐‘‘๐‘ฃโƒ— ๐‘‘2 ๐‘ฅโƒ—
=
๐‘‘๐‘ก ๐‘‘๐‘ก 2
(0.4)
Hukum Newton kedua tentang gerakan menyatakan bahwa gaya pada partikel sama
dengan massa partikel kali percepatan partikel. Percepatan suatu titik massa adalah
proporsional dengan gaya total yang beraksi pada massa.
Sekarang kita menggunakan Hukum Newton kedua untuk sistem massa pegas,
dimana gerakan massa dinyatakan dalam arah sumbu-X. Untuk mengembangkan
suatu model yang sesuai untuk gaya pegas kita akan mempelajari gerakkan sistem
massa pegas dalam situasi yang berbeda. Andaikan claim suatu eksperimen telah
berjalan untuk mengukur gaya pegas. Pada posisi massa ditempatkan dan massa tidak
bergerak, maka tidak terdapat gaya yang bekerja pada massa. Posisi ini kita nyatakan
sebagai pusat sumbu koordinat, seperti kita lihat pada gambar 2, x = 0 dikatakan posisi
setimbang atau tidak ada rentangan dari pegas (massa pegas diabaikan).
Gambar 1. 2. Tidak ada gaya yang dilakukan oleh pegas
Jarak x berkenaan dengan perubahan posisi dari kesetimbangan atau rentangan pegas.
Jika kita merentang pegas (yaitu kita nyatakan x > 0), maka pegas melakukan gaya
penarik (ke kiri) massa kembali menuju posisi setimbang (katakanlah F < 0). Secara
sama jika pegas ditekan (yaitux < 0), maka pegas mendorong (ke kanan) massa
kembali menuju posisi setimbang (yaitu F > 0).
Gambar 1.3. Gerakan sistem massa-pegas
Gaya F yang demikian dikatakan sebagai gaya pemulih (restorFng force). Aka
diasumsikan tidak ada gaya luar. Maka gaya yang bekerja pada massa m hanya gaya
pegas. Gaya pegas ini bergantung pada elastisitas pegas dan dinyatakan secara linier
oleh posisi massa terhadap posisi setimbang. Hubungan ini didekati secara linier yang
dikenal dengan Hukum Hooke. Hubungan ini dinyatakan dengan persamaan,
๐น = −๐‘˜๐‘ฅ
(0.5)
Dimana k adalah konstanta pegas dan x adalah posisi massa terhadap posisi
setimbang. Dengan menggunakan Hukum Hooke dan Newton kedua, model
matematika paling sederhana tentang sistem massa pegas, yang dinyatakan oleh,
๐‘š
๐‘‘2 ๐‘ฅ
= −๐‘˜๐‘ฅ
๐‘‘๐‘ก 2
Atau:
๐‘š
๐‘‘2 ๐‘ฅ
− ๐‘˜๐‘ฅ = 0
๐‘‘๐‘ก 2
(0.6)
Selanjutnya kita akan menganalisis perilaku gerakan massa dari sistem massa
pegas ini berdasarkan model (1.6). Persamaan (0.6) adalah persamaan diferensial
tinier homogen orde ke dua dengan koefisien konstan. Solusi dari persamaan ini
biasanya dinyatakan dalam bentuk ekspensial , solusi ini diperoleh secara langsung
dengan mensubstitusi bentul: eksponensial ini ke dalam persamaan (0.6). maka
diperoleh persamaan karakteristik bentuk kuadrat dalam r menghasilkan
๐‘š๐‘Ÿ 2 = −๐‘˜
(0.7)
Diperoleh dua akar imajiner
๐‘Ÿ = ±๐‘–๐œ”
Dengan
, Dengan demikian solusi umum adalah kombinasi dari
๐‘ฅ = ๐‘Ž๐‘’ ๐‘—๐œ” + ๐‘๐‘’ −๐‘—๐œ” ,
(0.8)
dimana a dan b adalah konstanta. Supaya solusi ini bermakna maka bentuk imajiner
ini hams dinyatakan dalam fungsi real. Dari bentuk Euler dinyatakan:
๐‘’ ๐‘—๐œ” = cos ๐œ”๐‘ก + jsin ๐œ”๐‘ก
Dan
๐‘’ −๐‘—๐œ” = cos ๐œ”๐‘ก − ๐‘— sin ๐œ”๐‘ก
Maka solusi persamaan (0.8) menghasilkan:
๐‘ฅ = (๐‘Ž + ๐‘) cos ๐œ”๐‘ก + ๐‘—(๐‘Ž − ๐‘) sin ๐œ”๐‘ก
(0.9)
Hasil solusi yang diinginkan adalah:
๐‘ฅ = ๐‘1 cos ๐œ”๐‘ก + ๐‘2 sin ๐œ”๐‘ก
(0.10)
Dengan mendefinisikan konstanta:
๐‘ฅ = ๐ด sin(๐œ”๐‘ก + ∅๐‘› )
(0.11)
Solusi umum berupa kombinasi linier dari dua fungsi berosilasi cosinus dan sinus.
Pernyataan yang ekivalen dengan persamaan (0.10) adalah:
Dengan hubungan persamaan sebagai berikut;
Gambar 1.4. Periode dan amplitude osilasi
Gambar 1.4. Periode dan amplitude o
Dari gambar terlihat bahwa A adalah amplitudo osilasi dan
osilasi, dengan
adalah fase
adalah fase pada saat t = 0, untuk menghitung periode osilasi dapat
ditentukan dengan sifat bahwa periode fungsi sinus adalah
Jika T adalah periode osilasi maka belaku;
๐‘‡=
sehingga berlaku:
dan diperoleh ;
2๐œ‹
๐‘š
= 2๐œ‹√
๐œ”
๐‘˜
(0.12)
Dengan ๐œ” adalah jumlah dalam 2๐œ‹ satuan waktu :
๐‘‡=
2๐œ‹
๐‘š
= 2๐œ‹√
๐œ”
๐‘˜
Jumlah osilasi dalam satu satuan waktu dikatakan frekuensi f , dengan
(0.13)
๐‘“=
1
๐œ”
1 ๐‘š
√
=
=
๐‘‡ 2๐œ‹ 2๐œ‹ ๐‘˜
(0.14)
Perilaku kualitatif berdasarkan hasil analisis model menjelaskan bahwa jumlah osilasi
sistem ini bergantung pada k dan m . pada konstanta pegas yang sama, jika massa semakin
bertambah jumlah osilasinya semakin sedikit. Pada massa m yang sama, jika konstanta
pegas bertambah (kekuatan pegas semakin kuat) maka jumlah osilasi semakin banyak.
Download