Jakarta - Kasus pembobolan rekening deposito PT Elnusa bukan hanya melibatkan Direktur Keuangan Santun Nainggolan. Pembobolan juga menggaet sejumlah pihak antara lain Kepala Cabang Bank Mega Jababeka berinisial IHB. \\\"IHB sudah ditetapkan sebagai tersangka,\\\" kata Kasat Fismondep Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya AKBP Aris Munandar di Mapolda Metro, Jl Sudirman, Jakarta, Senin (25\/4\/2011). Aris menjelaskan, dalam pembobolan dana PT Elnusa sebesar Rp 111 miliar ini, modus yang dilakukan dengan pemalsuan tandatangan dokumen pengalihan dana. Nah, pemalsuan ini tidak akan mulus tanpa bantuan pihak bank. \\\"Dengan keterlibatan kepala cabang IHB ini, lalu ditelusuri bagaimana proses pengaliran dana ini dilakukan,\\\" jelasnya. Pencairan dana deposito milik PT Elnusa dilakukan dengan mencairkan dana deposito dengan dalih investasi, tentunya dengan persetujuan Direktur Keuangan PT Elnusa, kemudian dana itu dan dialirkan ke rekening PT Discovery. \\\"Dana ini kemudian dialihkan ke PT Discovery, lalu dipindahkan ke rekening pribadi ICL pemilik PT Discovery, makanya terjadi pencucian dana di dalamnya,\\\" kata Aris. Pencairan dilakukan sebanyak 5 kali yakni pada September 2009 sebesar Rp 50 miliar, Oktober 2009 sebesar Rp 50 miliar, November 2009 sebesar Rp 40 miliar, April 2010 Rp 10 miliar, Juli 2010 sebesar Rp 11 miliar. Namun sebelumnya pada Mei 2010 ada uang yang ditransfer balik sebesar Rp 50 miliar ke rekening PT Elnusa. \\\"Saat audit dilakukan memang seolah-olah uang masih ada, namun itu dokumen palsu,\\\" imbuh Aris. Setiap bulannya dalam pembukuan seolah-olah PT Elnusa mendapat bunga deposito Rp 300 juta. \\\"Dana ini deposito berjangka 3 bulanan. Tapi berdiam paling lama 9 hari bahkan cuma 2 hari saja sudah dipindahkaan. Ada cara lain, pembayaran bunga deposito seolah-olah Bank Mega, padahal PT Discovery,\\\" tuturnya. Reverensi I : https://news.detik.com/berita/d-1624615/pembobolan-rekening-elnusa-mulus-denganbantuan-kepala-cabang-bank-mega Jakarta - Pencairan deposito berjangka milik PT Elnusa Tbk (ELSA) di Bank Mega tanpa sepengetahuan manajemen Elnusa. Dugaan sementara, ada oknum 'dalam' Elnusa, yakni Direktur Keuangan Santun Nainggolan yang mencairkan dana melalui bantuan orang dalam Bank Mega. Dana yang dicairkan oleh direktur keuangan Elnusa mencapai Rp 111 miliar, bukan Rp 161 miliar seperti pada dikabarkan sebelumnya. Selisih dana Rp 50 miliar, sempat dicairkan ELSA secara resmi dan telah diterima dengan baik atas perintah manajemen. Berikut keterangan kronologis versi manajemen Elnusa yang disampaikan Direktur Utama Elnusa Suharyanto, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Minggu (24/4/2011) : Perseroan, sebagai mana lazimnya perusahaan lain menempatkan dana cadangan mereka dalam berbagai bentuk, salah satunya deposito berjangka di Bank Mega. Elnusa menaruh dana Rp 161 miliar di bank milik Chairul Tanjung itu mulai 7 September 2009, di kantor cabang Jababeka-Cikarang. Total deposito terbagi menjadi lima bilyet, dengan jangka waktu beragam satu hingga tiga bulan. "Seluruh dana telah ditransfer Elnusa dan diterima baik oleh Bank Mega," jelas Manajemen ELSA dalam keterangan tertulisnya. Dokumen penempatan deposito telah ditandatangani oleh pejabat Elnusa yang berwenang, serta Kepala Cabang Bank Mega Jababeka-Cikarang. Pada periode tersebut hingga saat ini perseroan melakukan perpanjangan penempatan, pada saat jauh tempo dari masing-masing bilyet. Bank Mega juga terus membayar bunga deposito setiap bulannya. Terhitung sejak 5 Maret 2010, total deposito Elsa menjadi Rp 111 miliar karena ada pencairan Rp 50 miliar secara resmi atas perintah manajemen perseroan. Masalah mulai muncul saat Selasa (19/4/2011), kepolisian bertandang ke kantor Elnusa dan menanyakan perihal penempatan dana deposito di Bank Mega. Manajemen Elsa mengakui ada penempatan dana perseroan di Bank Mega. Pada hari itu juga, secara bersama-sama, manajemen Elnusa dan polisi melakukan mengecekan ke kantor cabang Bank Mega Jababeka Cikarang. Namun hasilnya, dari keterangan lisan Kacab Bank Mega, deposito perseroan telah dicairkan. Saat ditanyakan lebih lanjut, Kacab Bank Mega Jababeka menyampaikan dokumen pencairan telah dibubuhi tanda tangan Direktur Utama dan Direktur Keuangan. Menurut manajemen Elnusa tanda tangan direktur utama Elnusa telah dipalsukan. Hal itu menjadi semakin aneh, karena faktanya yang menandatangani pencairan deposito adalah Dirut yang sudah tak lagi menjabat yaitu Eteng A. Salam. "Empat bilyet pada saat penempatan masih memakai tandatangan Pak Eteng, tapi bilyet kelima Rp 10 miliar, sudah tandatangan saya. Dan itupun sudah dicairkan pakai tanda tangan Pak Eteng. Untuk itu kami minta pertanggungjawaban Bank Mega," jelasnya. Saat ini, pihak kepolisian tengah mendalami kasus ini. Sehingga manajemen ELSA belum dapat memberi keterangan tambahan atas perkembangan pemeriksaan. Kronologis di atas juga dilakukan bersama-sama antara manajemen dan kepolisian. Berdasarkan keterangan staf internal audit Elnusa, selama ini penempatan deposito berjalan lancar. Bagian internal audit perseroan berpedoman pada surat penempatan dana dan bukti berupa bilyet deposito. Hingga akhir 2010, dari hasil audit eksternal (Ernst & Young) dinyatakan seluruh penempatan dana berupa deposito di beberapa bank, termasuk Bank Mega, terbukti ada. Temuan raibnya deposito milik Elnusa di Bank Mega pun tidak atas sepengetahuan manajemen. Kasus ini mulai muncul, lanjut Suharyanto, atas pengembangan penyidikan kepolisian. Dugaan pihak berwajib, kasus ini melibatkan jaringan atau sindikat pembobol bank. Pendalaman kasus terus berjalan, pihaknya akan melakukan review atas perbankan yang mereka pilih dalam penempatan dana sementara ini. Meski tidak lugas menyatakan kapok dengan Bank Mega sebagai bank terpilih. Kedepannya, lanjut Suharyanto, seluruh penempatan dana di masa yang akan datang harus benar-benar aman dan mendapatkan jaminan. "Sebagai nasabah kami menempatkan dana, namun saat mau dicairkan tidak ada. Gimana ya? Yang pasti kita akan lakukan review. Selama ini kami melakukan analisa kepada bank-bank besar. Bank Mega kan besar ya, punya kepercayaan juga, Tapi kami menempatkan dana tidak hanya di satu tempat, tapi di beberapa tempat," tegas Suharyanto. Usai diamankan pihak kepolisian, Direktur Keuangan Elnusa Santun Nainggolan dinyatakan oleh Dewan Komisaris dinonaktifkan sementara hingga ada berkembangan lanjutan. Tugas Direktur Keuangan selanjutnya dirangkap oleh Lusi yang kini menjabat sebagai Direktur SDM & Umum Elnusa. Komisaris Elnusa Erry Firmasyah yang juga mantan Dirut Bursa Efek Indonesia, mengakui akan segera melakukan penggantian jika terbukti Santun terlibat atas pencairan ilegal deposito perseroan. "Kita akan kaji terlebih dahulu. Bisa saja diganti, karena kita perusahaan swasta. Selama pemegang saham berkehendak, dan disetujui dalam RUPS kita lakukan penggantian. Namun perlu waktu. Saya belum dapat sampaikan kapan itu," imbuh Erry. Reverensi II : https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1624186/kronologi-pembobolan-depositoelnusa-rp-111-miliar-di-bank-mega JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Mega Tbk terpaksa gigit jari. Sengketa antara PT Bank Mega Tbk melawan nasabah yakni PT Elnusa Tbk kini telah memiliki putusan hukum tetap. Mahkamah Agung (MA) memutuskan untuk menolak kasasi Bank Mega atas sengketa raibnya dana deposito on call (DOC) milik Elnusa senilai Rp 111 miliar yang tersimpan di Bank Mega Cabang Jababeka Bekasi Jawa Barat. Dikutip dalam laman MA, putusan itu jatuh 12 Februari lalu oleh majelis kasasi yakni Hamdan, Syamsul Ma'arif, dan Valerine J.L. Kriekhoff. Putusan MA ini berarti menguatkan putusan sebelumnya, baik di tingkat pertama Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, hingga Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Sebagai catatan dalam putusan itu hakim menyatakan Bank Mega terbukti bersalah harus bertanggungjawab dalam kasus penggelapan dana DOC Elnusa. Hakim pun menghukum bank milik taipan Chairul Tanjung ini untuk mengembalikan uang Elnusa yang hilang Rp 111 miliar plus bunga 6 persen pertahun. Putusan ini tentu saja langsung disambut baik kubu Elnusa. Kini Elnusa masih menunggu salinan putusan kasasi ini. "Putusan ini sudah semestinya," kata kuasa hukum Elnusa, Ahmad Firdaus seperti dikutip dari KONTAN, Selasa (18/2/2014). Selanjutnya Elnusa akan menentukan langkah hukum meminta penetapan eksekusi atas putusan MA tersebut. "Nanti melalui Aanmaning, pelaksanaan eksekusi sukarela," jelasnya. Jika Bank Mega menolak melakukan eksekusi secara sukarela. Maka Elnusa akan mengajukan sita jaminan. "Menara Bank Mega di Jl. Kapten Tendean bisa kami eksekusi," ujarnya. Ahmad pun menegaskan pihaknya tidak risau jika Bank Mega menempuh upaya hukum dengan mengajukan peninjauan kembali (PK). Pasalnya, PK tidak menghalangi eksekusi putusan kasasi berkekuatan hukum tetap. Sekadar tahu, dalam kasus ini Bank Indonesia telah meminta Bank Mega menyisihkan duit Rp 191 miliar di BI untuk uang pengganti antisipasi pembayaran karena adanya putusan hukum tetap. Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara menyebut telah menyerahkan urusan ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sedangkan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon berjanji segera mempelajari putusan MA ini. Sekretaris Perusahaan Bank Mega, Gatot Aris Munandar juga belum bisa memberikan tanggapan soal putusan MA ini. "Sampai saat ini kami belum mengetahui putusan tersebut," katanya (18/2). Reverensi III : Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bank Mega Kalah Lawan Elnusa di MA", https://money.kompas.com/read/2014/02/19/0952597/Bank.Mega.Kalah.Lawan.Elnusa.di.MA. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- PT Elnusa Tbk meminta PT Bank Mega Tbk segera melaksanakan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk mencairkan dana deposito berjangka milik perusahaan sebesar Rp 111 miliar. "Bank Mega terbukti melakukan perbuatan melawan hukum dalam vonis sidang 22 Maret 2012 lalu,"ungkap kuasa hukum PT Elnusa dari MR & Partners Legal, Dodi Suhartono Abdulkadir, Selasa (27/3). Pihaknya juga meminta Bank Mega membayar beserta bunga sebesar 6 persen per tahun beserta kerugian materil sejumlah Rp 111 miliar. Dia mengatakan keputusan itu menunjukkan semua bukti advis deposito, dokumentasi, dan fakta yang diajukan Elnusa benar dan memiliki kekuatan hukum. Elnusa mengklaim telah menempuh jalur yang benar dalam kasus Bank Mega tersebut. Tanggal 22 Maret lalu Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutus Bank Mega bersalah secara perdata dalam kasus pembobolan dana deposito Elnusa senilai Rp 111 miliar. Pengadilan menghukum bank segera mengembalikan dana Elnusa yang hilang. REverensi IV : https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/m1iz2l/usai-putusan-pn-elnusadesak-bank-mega-bayar-rp111-miliar JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Mega (MEGA) mengajukan banding atas putusan majelis hakim Jakarta Selatan. Bank Mega menilai putusan hakim tanggal 22 Maret 2012 itu berlawanan dengan vonis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung. Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung itu menyatakan, Bank Mega bukan sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mengembalikan dana PT Elnusa Tbk (ELSA). Putusan tersebut tidak memerintahkan Bank Mega membayarkan uang pengganti atas deposito PT Elnusa (ELSA) yang hilang. Deposito itu akan digantikan oleh terdakwa yang divonis bersalah. Diantaranya, bekas Direktur Keuangan Elnusa Santun Nainggolan membayar uang pengganti sebesar Rp 5,9 miliar. Selain itu, Ivan CH Lita, bekas pengurusa PT Discovery Indonesia dan PT Harvestindo Asset Management membayar uang pengganti sebesar Rp 89,25 miliar. Bekas Kepala Cabang Bank Mega Itman Harry Basuki membayar uang pengganti sebesar Rp 1,2 miliar dan Richard Latief sebesar Rp 200 juta. Sebelumnya, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menyatakan, Bank Mega harus mengembalikan dana deposito ELSA sebesar Rp 111 miliar. Majelis hakim yang diketuai Ari Jiwantoro menyatakan Bank Mega bersalah karena mencairkan deposito ELSA dengan menggunakan dokumen palsu. Karena itu, Corporate Secretary Bank Mega Gatot Aris Munandar menyatakan putusan perdata tersebut tidak masuk akal. "Jika kita simak kedua keputusan tersebut maka keduanya saling bertentangan satu dengan yang lain," katanya dalam pernyataan ke Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/3/2012). Selain mengajukan banding, Bank Mega juga berencana melaporkan putusan perdata itu ke hakim pengawas Mahkamah Agung serta Komisi Yudisial. Perkara ini bermula ketika Elnusa menempatkan sejumlah dananya dalam bentuk deposito on Call di Bank Mega pada tahun 2009. Namun, belakangan diketahui, deposito milik Elnusa ini raib. Polisi lantas menciduk beberapa orang yang bertanggungjawab dalam kasus ini. (Edy Can/Kontan) Reverensi V : Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disuruh Ganti Uang Elnusa, Bank Mega Banding", https://internasional.kompas.com/read/2012/03/27/11002373/disuruh.ganti.uang.elnusa.b ank.mega.banding.