Uploaded by ulfa_hayati

Referat sarkoma uteri

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sarkoma uteri merupakan penyakit yang jarang terjadi dan berasal dari elemen
mesenkim,
yang dibedakan dari karsinomayang berasal dari elemen epitel. Insidens tumor ini 1
sampai 2% per 100.000 perempuan, dan merupakan 5o/" dari kanker korpus uteri.
Insidens leiomiosarkoma dari kasus-kasus yang dioperasi atas indikasi leiomioma uteri
berkisar 0,2% dan 0,7%. Prognosis penyakit ini buruk (kematian terjadi dalam waktu 1
sampai 2 tahun setelah diagnosis).
1.2.
Tujuan Umum
Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) bagian Ilmu Kebidanan
dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Solok.
1.3.
Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Sarkoma Uteri yang benar
dan tepat.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan kepaniteraan klinik
senior bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Uterus
Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi ovum yang terfertilisasi dan
sebagai tempat perkembangan janin selama kehamilan sampai dilahirkan. Uterus terletak
anterior terhadap rectum dan posterior terhadap urinary bladder. Berbentuk seperti pear
terbalik. Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda tergantung usia dan pernah melahirkan
atau belum. Ukuran uterus pada wanita yang belum pernah hamil (nullipara) adalah panjang
7,5 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm. Pada wanita yang sudah pernah hamil, ukuran uterus lebih
besar, sedangkan pada wanita yang sudah menopause, ukuran uterus lebih kecil karena
pengaruh hormon seks yang menurun.
Ukuran panjang uterus normalnya pada

Anak-anak
: 2-3 cm

Nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan)
: 6-8 cm

Premultipara (wanita yang pernah melahirkan 1 kali)
: 7 cm

Multipara (wanita yang pernah melahirkan lebih dari 1)
: 8-9 cm
Uterus terbagi dalam 2 bagian besar, yaitu :

Body (corpus), adalah bagian uterus (2/3 superior uterus) yang melebar, terletak di
antara kedua lembar ligmentum latum, tidak dapat digerakkan, terdiri atas:
o Fundus, adalah bagian uterus yang berbentuk seperti kubah berada di bagian
superior dan tempat dimana terletaknya superior uterine tube orifice.
o uterine cavity
o Isthmus, adalah bagian yang agk mengkerut/mengecil, letaknya sedikit agak di
cervix

Cervix adalah bagian uterus (1/3 inferioruterus) yang lebih sempit berbentuk seperti
tabung yang dekat dengan vagina yang berisi cervical canal, cervical canal yang
menghadap ke luar disebut internal os (pars supravaginalis cervicis), sedangkan
cervical canal yang menghadap ke luar disebut dengan external os (portio vaginalis
cervicis).
2
Posisi normal uterus : antefleksio dan anteversio.
Macam-macam posisi uterus:

Flexio
Flexi adalah sudut antara cervix uteri dan corpus uteri.
o Menghadap anterior → anteflexio
o Menghadap posterior → retroflexio

Versio
Versi adalah sudut antara vagina dan cervix uteri.
o Menghadap anterior → anteversio
o Menghadap posterior → retroversio
3
Struktur Penyokong Uterus

M. levator ani dan urogenital diaphragm

Ovariant Ligament (lig. Ovarii proprium): menghubungkan ujung proksimal
ovarium pada sudut lateral uterus, tepat di bawah tub uterine.

Broad Ligament (lig. Latum uteri) :
terisi oleh jaringan ikat longgar
(parametrium) tempat berjalannya arteri dan vena uteri, pembuluh lymph,
ureter. Fungsinya untuk menetapkan kedudukan uterus. Terletak disebelah
lateral uterus kanan kiri kemudian meluas dan melebar sampai mencapai
dinding lateral pelvis dan dasar pelvis seolah-olah menggantung pada tuba.
Broad ligament terdiri dari mesometrium (bagian utama yang melekat pada
4
uterus), mesosalpinx (terletak antara ovarium, ovarian ligament dan tuba
uterine), dan mesovarium (tempat ovarium melekat).

Suspensory Ligament (lig. Infundibulo pelvicum) : terletak disebelah lateral
broad ligament, mengikat ovarium dan infundibulum ke bagian lateral pelvic
cavity sehingga menggantungkan uterus pada dinding pelvis.

Round Ligament (lig. Teres uteri / lig. Retundum) : melekat pada bagian
bawah depan dari tempat masuknya tuba uterine ke dalam uterus dan akan
berjalan ke lateral depan. Fungsinya untuk mempertahankan uterus dalam psisi
anteversio dan antefleksio (normal) serta pada saat kehamilan akan menahan
uterus pada posisi tegak.

Cardinal Ligament (lig. Transversum cervicis / lig. Cervical lateral) : melekat
pada cervix dan vagina atas (lateral part dari fornix vagina) kemudian menuju
ke dinding lateral pelvis.

Uterosacral Ligament (lig. Sacrouterinum / lig. Recto uterinum) : melekat
pada os. Sacrum dan pada peralihan corpus menuju cervix.

Pubocervical ligaments
Topografi

Superior
: colon sigmoid, ileum

Inferior
: vesica urinary, vagina

Posterior
: rectum

Lateral
: ureter, tuba uterine, ovarium

Dextra
: ceacum, appendix
5
6
7
Vaskularisasi dan Venous drainage:
Uterina artery (cabang dari internal iliac artery) → Arcuate artery → Radial artery →
Straight arterioles (supply stratum basalis) dan Spiral arteriola (supply stratum functionalis)
→uterine veins → internal iliac veins
8
Innervasi:

Terutama diinnervasi oleh sympathetic nerve → splanchnic nerve

Visceral afferent nerve dari uterus dan ovarium bersama sympathetic fiber ke T12, L1
dan L2

Innervasi Parasimpathetic: S2, S3, S4 → pelvic splanchnic nerve → uterus dan vagina

Afferent (rasa sakit dari vagina dan uterus) → pudendal nerve
Lymphatic drainage:

Lymph dari cervix → nodus hypogastricus

Lymph dri corpus uterus → nodus iliaca internal dan nodus limfticus peraorta
Vaskularisasi uterus, vagina dan ovarium
Ovarium divaskularisasi oleh ovarian branches, yang merupakan cabang dari ovarian
artery. Ovarian artery sendiri merupakan cabang langsung dari abdominal aorta, selain itu
ovarian branches juga merupakan cabang dari uterine artery.
Sedangkan tuba uterina divaskularisasi oleh tubal branches yang merupakan cabang
dari ovarian artery dan uterine artery. Pada vagina divaskularisasi oleh vaginal artery yang
merupakan cabang dari uterine artery selain itu juga vagina divaskularisasi oleh internal
9
pudendal artery. Untuk uterus sendiri divaskularisasi oleh uterine artery. Uterine artery sendiri
berasal dari nternal iliac artery yang merupakan percabangan dari common iliac artery.
Common iliac artery sendiri adalah percabangan langsung dari abdominal aorta. Pada uterus,
uterine artery bercabang menjadi dua, yaitu arcuate artery yang memvaskularisasi otot polos
sirkular myometrium dan radial artery yang memvaskularisasi bagian myometrium yang lebih
dalam. Sebelum masuk ke endometrium, radial artery bercabang menjadi dua, yaitu straight
arteriols yang memvaskularisasi ke bagian stratum basalis dan spiral arteriols yang
memvaskularisasi ke bagian stratum fungsionalis.
Sebagai drainasenya terdapat plexus vagina dari vagina, pampiniform plexus dari
ovarium dan plexus uterine dari uterus. Yang nantinya akan menyatu menjadi vagina vein,
pampiniform vein dan bersatu menjadi uterine vein.
10
2.2 Defenisi
Sarkoma uteri merupakan penyakit yang jarang terjadi dan berasal dari elemen mesenkim,
yang dibedakan dari karsinomayang berasal dari elemen epitel. Insidens tumor ini 1 sampai 2%
per 100.000 perempuan, dan merupakan 5 % dari kanker korpus uteri. Insidens leiomiosarkoma
dari kasus-kasus yang dioperasi atas indikasi leiomioma uteri berkisar 0,2% dan 0,7%.
Prognosis penyakit ini buruk (kematian terjadi dalam waktu 1 sampai 2 tahun setelah
diagnosis).
2.3 Faktor Resiko
Faktor risiko sarkoma uteri tidak jelas, kecuali riwayat radiasi sebelumnya. Karsinosarkoma
jarang terjadipada usia sebelum 40 tahun dan setelah 40 tahun insidensnya meningkat secara
bermakna. Leiomiosarkoma insidensnya pada usia lebih muda dan kemudian menetap.
Tamoxifen yang diberikan pada pasien pascapengobatan kanker payudara dapat pula
meningkatkan risiko timbulnya sarkoma uteri.
2.4 Gejala dan Tanda
Keluhan utama adalah perdarahan pervaginam termasuk perdarahan pascamenopause (75%
sampai 95%), nyeri pelvik (33%), ke luar jaringan nekrotik dari kanalis servikalis, dan
pembesaran uterus (15% sampai 50%).
2.5 Diagnosis
Diagnosis dipastikan dengan biopsi endometrium pada perdarahan pervaginam atau adanya
polip yang keluar dari kanalis servikalis. Leiomiosarkoma juga didapatkan setelah ada hasil
histopatologik dari histerektomi atas indikasi leiomioma uteri. Pemeriksaan klinis dan
penunjang untuk pengobatan sama dengan kanker endometrium.
2.6 Stadium klinik
Secara resmi belum ada stadium berdasarkan stadium FIGO. Penetapan stadium berdasarkan
stadium surgikal atau stadium klinik seperti pada kanker endometrium.
2.7 Histopatologik
Berdasarkan klasifikasi Gynecologic Oncologt Group pada sarkoma uteri adalah sebagai
berikut.
 Neoplasma non-epitel
11
 Tumor stroma endometrium
- Nodul stroma
- Sarkoma stroma derajat rendah
- Sarkoma stroma derajat tinggi
 Tumor otot polos yang tidak jelas potensi keganasannya
 Leiomiosarkoma
- Epiteloid
- Mixoid
 Tumor campuran stroma endometrium dan otot polos
 Sarkoma endometrium diferensiasi buruk (undffirentiated)
 Tumor jaringan lunak lainnya
- Homologus
- Heterologus
 Tumor campuran epitel - non - epitel
 Adenosarkoma
- Homologus
- Heterologus
- Stroma dengan pertumbuhan berlebihan derajat tinggi
 Karsinosarkoma (tumor ganas mesodermal campuran atau tumor ganas campuran
mulleri)
- Homologus
- Heterologus
2.8 Pengobatan
Pada stadium klinik awal, dilakukan histerektomia totalis, salpingo-ooforektomia
bilateralis, bilasan peritoneum, limfadenektomia pelvis dan para-aorta, dan omentektomi.
Pascabedah diberikan radioterapi pelvis untuk kontrol lokal, tetapi tidak ada efek pada
kesintasan hidup.
Pada stadium lanjut tindakan pembedahan agresif tidak memberikan perbaikan
kesintasan hidup. Kemoterapi ajuvan tidak berpengaruh dalam perbaikan kesintasan pada
stadium I. Pada jenis karsinosarkoma, ifosfamid dan cisplatin merupakan kemoterapi yang aktif
dengan responsitas kurang dari 2O%. Penambahan cisplatin pada ifosfamid meningkatkan
12
toksisitas tanpa memperbaiki responsitas dibandingkan dengan hanya ifosfamid saja. Pada
jenis leiomiosarkoma, hanya doxorubicin yang aktif secara bermakna
dengan responsitas sekitar 25%. Pada sarkoma stroma endometrium derajat rendah dapat
disembuhkan hanya dengan operasi saja. Pada derajat tinggi, ifosfamid memberikan
responsitas 33%.
2.9 Prognosis
Faktor utama menentukan prognosis adalah metatasis di luar uterus dan jumlah mitosis, dan
derajat atipia.
2.10 Rute Penyebaran
Penyakit ini menyebar melalui pembuluh darah dan penyebaran seperti karsinoma
endometrium.
Pada sarkoma uteri secara paliatif diberikan radiasi atau kemoterapi. Kombinasi gemcitabine
dan docetaxel memberikan responsitas bebas tumor 2 tahun sebesar 59% pada leiomiosarkoma
uteri
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sarkoma uteri merupakan penyakit yang jarang terjadi dan berasal dari elemen
mesenkim, yang dibedakan dari karsinomayang berasal dari elemen epitel. Insidens tumor ini
1 sampai 2% per 100.000 perempuan, dan merupakan 5 % dari kanker korpus uteri. Keluhan
utama sarkoma uteri adalah perdarahan pervaginam termasuk perdarahan pascamenopause
(75% sampai 95%), nyeri pelvik (33%), ke luar jaringan nekrotik dari kanalis servikalis, dan
pembesaran uterus (15% sampai 50%).Pada stadium klinik awal, dilakukan histerektomia
totalis, salpingo-ooforektomia bilateralis, bilasan peritoneum, limfadenektomia pelvis dan
para-aorta, dan omentektomi. Pascabedah diberikan radioterapi pelvis untuk kontrol lokal,
tetapi tidak ada efek pada kesintasan hidup.
Pada stadium lanjut tindakan pembedahan agresif tidak memberikan perbaikan
kesintasan hidup. Kemoterapi ajuvan tidak berpengaruh dalam perbaikan kesintasan pada
stadium I. Faktor utama menentukan prognosis adalah metatasis di luar uterus dan jumlah
mitosis, dan derajat atipia.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sofian A. Kampono N, Siregar B. Clicono-pathological aspect of endometrial
cancer patients at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital in 1994-2003,
Thesis, 2005
2. Anonymous. Annual report on the result of treatment in gynecological cancer.
Twenty-first volume. Statementsof results obtained in patients treated in 1982 to
1986, inclusive 3 and 5-year survival up to 1990. Int J Gynaecol Oncol 1991; 36
(suppl) 1-315
3. Leibsohn S, d’Ablaing G, Mishell DR Jr, Schlaerth JB. Leimyosarkoma in a series
of hysterectomies performed of presumed uterine leimyoma. Am J Obstet
Gynecol 1990; 76: 162-68
4. Lavie O, Barnett-Griness O, Narod SA, Rennert G. The risk of developing uterine
sarcoma after tamoxifen use. Int J Gynecol Cancer. 2008; 18(2): 352-6
5. McMeekin DS. Sarcoma of the uterus. In Disaia PJ and Creasman WT (eds).
Clinical Gynecologic Oncology 7th edition 2007: 185-99
15
Download