PERAN PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN DALAM PERKEMBANGAN EKONOMI Grace Naomi Gokasi Limbong H24170097 Pasar keuangan adalah pasar yang menjadi tempat pertukaran dan perdagangan instrumeninstrumen keuangan [1]. Pasar keuangan memiliki tiga peran penting bagi pertumbuhan ekonomi, yaitu 1) sebagai sumber pendanaan kegiatan ekonomi, 2) sebagai media transmisi kebijakan moneter dan fiskal, serta 3) sebagai pendukung stabilitas sistem keuangan [2]. Peran penting pasar keuangan yang pertama adalah sebagai sumber pendanaan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah tindakan memproduksi, mendistribusi, dan mengonsumsi barang dan jasa [3]. Oleh karena itu, pasar keuangan dapat dikatakan sebagai sumber pendanaan kegiatan ekonomi karena pasar keuangan menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana untuk memproduksi, mendistribusi, dan/ atau mengonsumsi barang dan jasa [4]. Peran penting pasar keuangan yang kedua adalah sebagai media transmisi kebijakan moneter dan fiskal. Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI 7DRR (BI Rate) sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI 7DRR sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Mekanisme bekerjanya perubahan BI 7DRR sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variabel ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI 7DRR mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter [5] Pada jalur suku bunga, perubahan BI 7DRR mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang lesu, Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga yang akan memicu meningkatnya permintaan akan kredit dari rumah tangga maupun perusahaan, sehingga aktivitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia dapat menaikkan suku bunga untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi. Pada jalur nilai tukar, kenaikan BI 7DRR akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian. Pada jalur harga aset, kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. Pada jalur ekspektasi (ekspektasi publik akan inflasi), penurunan suku bunga yang akan meningkatkan aktifitas ekonomi, sehingga terjadinya inflasi, mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga. Melalui penjelasan di atas mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter bank Indonesia, dapat dikatakan bahwa pasar keuangan merupakan media transmisi kebijakan moneter. Pasar keuangan juga dapat dikatakan sebagai media transmisi kebijakan fiskal dikarenakan inflasi yang rendah dan stabil bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan [6] (tujuan kebijakan fiskal Indonesia [7]). Peran penting pasar keuangan yang ketiga adalah sebagai pendukung stabilitas sistem keuangan. Sistem keuangan dapat didefinisikan sebagai sistem yang memfasilitasi simpan pinjam dana atau uang (fungsi intermediasi). Dari komponennya sistem keuangan terdiri atas sejumlah institusi keuangan, sekumpulan pasar keuangan, infrastruktur sistem keuangan, dan sejumlah prosedur dan peraturan yang menjamin terlaksananya simpan pinjam secara baik. Stabilitas sistem keuangan tergantung pada kesehatan institusi keuangan dan stabilitas pasar keuangan. Dalam hal ini, kesehatan institusi keuangan dikaitkan dengan kemampuannya melaksanakan fungsi intermediasi atau fungsi jasa keuangan lainnya (misalnya, sistem pembayaran) dengan lancar, baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi sistem keuangan mengalami tekanan. Sementara itu, stabilitas pasar keuangan diartikan sebagai kemampuan pasar memfasilitasi jual beli aset dengan harga yang sedekat mungkin dengan nilai fundamentalnya [8]. Meningkatnya stabilitas keuangan dapat disebabkan oleh tingginya ekuitas dan likuiditas bank serta stabilitas pasar keuangan domestik. Kondisi ini terlihat dari turunnya Indonesia Financial Stability Index (ISSK) dari 0,95 menjadi 0,88. Jatuhnya ISSK tersebut diakibatkan oleh penurunan Financial Institution Stability Index (ISIK) dari 0,66 menjadi 0,63 dan penurunan Financial Market Stability Index (ISPK) dari 1.14 menjadi 1.04 [9]. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pasar keuangan (dan lembaga keuangan) berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi. Pasar keuangan menyediakan dana yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan ekonomi, membantu tercapainya tujuan kebijakan moneter dan fiskal, serta menjaga stabilitas keuangan, sehingga meningkatkan perekonomian sebuah negara, khususnya Indonesia. REFERENSI [1] DarškuvienÄ—, ValdonÄ—. 2010. Financial Markets. Leonardo da Vinci Programme Project: Development and Approbation of Applied Courses Based on the Transfer of Teaching Innovations in Finance and Management for Further Education of Entrepreneurs and Specialists in Latvia, Lithuania and Bulgaria [2] Bank Indonesia. 2010. Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan 2018-2024. [3] http://www.businessdictionary.com/definition/economic-activity.html [4] Mishkin, Frederic S dan Eakins, Stanley G. 2012. Financial Markets and Institutions. Prentice Hall [5] https://www.bi.go.id/id/moneter/transmisi-kebijakan/Contents/Default.aspx [6] https://www.bi.go.id/id/Moneter/Koordinasi-Kebijakan/Contents/Default.aspx [7] Simorangkir, Iskandar. 2007. Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal di Indonesia: Suatu Kajian dengan Pendekatan Game Theory. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan [8] Gunadi I, Taruna Aditya A, Harun Cicilia A. 2013. Penggunaan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) dalam Pelaksanaan Surveilans Makroprudensial. Working Paper Bank Indonesia (15) [9] Bank Indonesia. 2017. Systemic Risk Mitigation Through Strengthening Inter Institution Coordination Amid the Consolidation of the Domestic Economy. Financial Stability Review (28)