Uploaded by mashuri saputra

Geologi Minyak dan Gas Bumi: Buku Teks

advertisement
PENERBIT ITB 1980
.
.,,1
"
" ,.'
i
R P KOESQEMADINATA
GEOLOGI
EDISI KEDUA
JILID 1
\'
:1:
.j}!;j;,
~;P
IMINYAK
~
GA
+
+
+
+
xxiii
21
xi
TABEL
GAMBAR
PRAKATA
PADA
EDIS" PERTAMA
PRAKATA
PADA EDISI KEDUA
Jilld pertama
1
BAB
1 PENDAHULUAN
1 .1
Arti minyak -dan gasbumi
5
7
10
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
11
12
1.1.6
1.1.7
pengertian
minyak- dan gasbumi
Kepentingan
minyak- dan gasbumi da1am peradaban
Keunggu1an minyak- dan gasbumi sebagai sumber energi
Ketergantungan
peradaban kini pada minyakbumi
Beberapa pokok kebijaksanaan
da1am penggunaan minyakbumi
sebagai sumber energi
Minyakbumi sebagai zat unik da1am kerakbumi
Ruang 1ingkup geo1ogi minyak- dan gasbumi
1 .2
Sejarah dan perkembangan industri minyakbumi
1.2.1
1.2.2
Perkembangan umum industri
minyakbumi
Perkembangan metoda exp1orasi
minyakbumi
15
17
1 .3
Perkembangan industri minyakbumi
18
19
1.3.1
1.3.2
1.3.3
Perkembangan umum
Sejarah metoda exp1orasi
di Indonesia
Perkembangan industri
minyakbumi di Indonesia
perang kemerdekaan
20
22
BAB 2 HAKEKAT MINYAKHidrokarbon
2.1.2
2.1.3
Jenis hidrokarbon
Pasir -Ter
Serpih minyak
2 .2
H.idrokarbon
2.2.2
Hakekat
Hakekat
37
2 .3
41
42
43
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
sete1ah
DAN GASBUMI
padat2.1.1
2 .1
23
di Indonesia
padat
cair -minyakbumi2.2.1
kimia
fisika
minyakbumi
gasbumi2.3.1
Berbagai jenis gasb~i
Susunan kimia gasbumi
Pengotoran da1am gas
Pemakaian gasbumi
Berbagai sifat
fisika
gasbumi
Hidrokarbon
gas ataupun
v
Isi
xi
xiii
TABEL
GAMBAR
xxiii
xxiv
PRAKATA
PADA
EDISI PERTAMA
PRAKATA
PADA EDISI KEDUA
Jilld pertama
1
BAB
1 PENDAHULUAN
1 .1
Arti minyak -dan gasbumi
5
7
10
1.1.l
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
11
12
1.1.6
1.1.7
pengertian
minyak- dan gasbumi
Kepentingan
minyak- dan gasbumi da1am peradaban
Keunggu1an minyak- dan gasbumi sebagai sumber energi
Ketergantungan
peradaban kini padn minyakbumi
Beberapa pokok kebijaksanaan
da1am penggunaan minyakbumi
sebagai sumber energi
Minyakbumi sebagai zat unik da1am kerakbumi
Ruang 1ingkup geo1ogi minyak- dan gasbumi
1 .2
Sejarah dan perkembangan industri minyakbumi
15
1.2.1
1.2.2
Perkembangan umum industri
minyakbumi
Perkembangan metoda exp1°fasi
minyakbumi
17
1 .3
Perkembangan industri minyakbumi
18
19
1.3.1
1.3.2
1.3.3
Perkembangan umum
"
Sejarah metoda exp1orasi
di Indonesia
Perkembangan industri
minyakbumi di Indonesia
perang kemerdekaan
20
21
22
BAB
2
HAKEKAT
MINYAK-
2. 1
Hidrokarbon
2.1.1
2.1.2
2.1.3
Jenis hidrokarbon
Pasir -Ter
Serpih minyak
DAN
sete1ah
GASBUMI
padat
padat
2 .2
Hidrokarbon
23
2.2.1
2.2.2
Hakekat
Hakekat
37
2 .3
Hidrokarbon
41
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
Berbagai jenis gasb~i
Susunan kimia gasbumi
pengotoran
da1am gas
Pemakaian gasbumi
Berbagai sifat
fisika
42
43
di Indonesia
cair .minyakbumi
kimia
fisika
minyakbumi
gas ataupun gasbumi
gasbumi
v
109
44
BAB
3 .1
Minyakbumi
45
3.1.1
3.1.2
3.1.3
Rembasan minyakbumi
Gunungapi 1umpur
Te1aga aspa1 Buton
50
51
3
CARA
TERDAPATNYA
MINYAK-
DAN
GASBUMI
pada permukaan
3 .2
Minyakbumi
3.2.1
3.2.2
3.2.3
Akumu1asi loka1
Pengertian
reservoir,
1apangan dan daerah minyak
Keadaan dan cara terdapatnya
minyakbumi da1am reservoir
3 .3
Penyebaran minyak -dan gasbumi di dunia
3.3.1
3.3.2
3.3.3
Penyebaran
Penyebaran
Penyebaran
3.4
Kerangka geologi penyebaran minyak-
72
3.4.1
3.4.2
Kerangka umum -pengertian
cekungan minyak
penyebaran cekungan sedimen ditinjau
dari tektonik
74
3.4.3
77
3.4.4
79
BAB
80
4. 1
4 .2
Pengertian batuan reservoir, porositas dan permeabilitas
Porositas
81
4.2.~
4.2.2
4.2.3
pengertian
porositas
Besaran porositas
Skala visuil
dan pemerian
82
4 .3
Permeabilitas
4.3.1
4.3.2
4.3.3
4.3.4
pengertian
permeabilitas
Besaran permeabilitas
Skala permeabilitas
semi -kwantitatif
Permeabilitas
relatif
dan efektif
4 .4
Hakekat rongga pori
4.4.1
4.4.2
4.4.3
Klasifikasi
Rongga pori
Rongga pori
52
54
55
67
68
71
83
84
85
88
89
90
97
99
100
101
104
105
106
107
dalam kerakbumi
1empeng
Penyebaran
stratigrafi
U1asan
4 BATUAN
vertika1
geografi
di daratan
dan di
1epas pantai
dan gasbumi
akumu1asi minyak
dan umur
ditinjau
dari
RESERVOIR
porositas
rongga pori
primer
sekunder
4 .5
Batuan reservoir klastik detritus -batupasir
4.5.1
4.5.2
4.5.3
4.5.4
Jenis-jenis
klastik
detritus
Fasies,
bentuk dan ukuran tubuh batupasir
Kesimpulan mengenai tubuh batupasir
Berbagai contoh reservoir
batupasir
4 .6
Batuan reservoir karbon at -gamping
4.6.1
4.6.2
4.6.3
4.6.4
Terumbu karbonat
Gamping klastik
Dolomit
Gamping afanitik
4 .7
sebagai
batuan
reservoir
Batuan reservoir aneka ragam
BAB 5 PERANGKAP RESERVOIR
110
112
vi
5 .1
Perangkap dalam keadaan hidrostatik.
5 .2
Perangkap struktur
Koesoemadinata. Geologi Minyak- daDGasbumi
klasifikasi umum
segi
5.
140141
5.2.1
119
125
126
129
130
134
137
2. 2
5.5.5.5.5.5.
33.3.3.3.3.
Perangkap
1
2
3
4
5
5. 4
5.5.
4.1
4.2
lipatan
(peta
str~ktur
berkontur,
pengertian
patahan
stratigrafi
Prinsip
perangkap stratigrafi
Klasifikasi
perangkap stratigrafi
Perangkap tubuh batuan reservoir
terbatas
perangkaF pembajian fasies -porositas
lapisan
reservoir
Peranan daerah batuan dasar tinggi
dalam pembentukan
perangkap stratigrafi
Perangkap kombinasi struktur
Kombinasi
Kombinasi
lipatan
patahan
dan stratigrafi
-pembajian
-pembajian
5. 5
Perangkap ketidakselarasan
5. 5.1
Perangkap
paleomorfologi
5. 5.3
5. 6
5. ,7
Perangkap
penyumbatan
aspal
Perangkap
stratigrafi
dalam tiga
5. 5.2
142
144
Perangkap
tutupan)
Perangkap
dan perangkap sekunder
dimensi
Klasifikasi perangkap de Sitter
Perangkap dalam keadaan hidrodinamik
Jilid kedua
149
151
BAB 6 ASAL MI NY AK- DAN GASBUMI
6. 1
Teori alai anorganik minyakbumi
154
6.1.1
6.1.2
6.1.3
6.1.4
6.1.5
6.1.6
Teori alkali
panas dengan CO2 (Berthelot,
1866)
Teori karbida panas dengan air
(Mende1eyeff,
1877)
Teori emanasi vo1kanik
Hipotesa kimia
Hipotesa asa1 kosmik
Teori asa1 anorganik
dari sebagian para ah1i geo1ogi
Uni Soviet
155
6. 2
Teori alai anorganik minyak- dan gasbumi
156
157
159
160
6.2.1
6.2.2
6.2.3
6.2.4
6.2.5
Sejarah teor~ organik
Argumentasi
untuk minyakbumi asa1 organik
pagar Cox
Data geokimia
Zat organik
sebagai bahan sumber
r64
6 .3
Pengumpulan, pengawetan dan transformasi zat organik
dalam sedimen
166
6.3.1
6.3.2
Lingkungan
Lingkungan
152
153
168
170
173
Isi
pengendapan zat organik
pengawetan zat organik
6.3.3
Beberapa
6.3.4
6.3.5
6.3.6
U1asan
Kadar zat organik
Proses transformasi
1ingkungan
pengumpu,lan
Konsepsi batuan induk
7 .2
Penentuan batuan induk
organik
da1am sedimen dan batuan
zat organik -minvakbumi
BAB 7 BATUAN INDUK, PEMATANGAN
MI NY AK- DAN GASBUMI
7 .1
zat
DAN MIGRASI
sedimen
SERTA AKUMULASI
vii
176
210
1
7.3
Waktu
pembentukan
minyak-
dan gasbumi
179
180
7.3.1 Anggapan pernbentukan segera
7.3.2 Anggapan pernbentukan 1arnbat -stadium
7.47.4.1 Pematangan minyakbumi
181
183
184
185
186
7.4.2
7.4.3
7.4.4
7.4.5
7.4.6
Pengertian
pematangan
Proses pematangan
pematangan sebagai konversi
geokimia minyakbumi
Konsepsi pematangan Phi11ipi
(1965)
Evo1usi kerogen menurut Tissot
(1974)
Hubungan antara pengubahanjpematangan
terma1 zat organik
dengan pembentukan minyak- dan gasbumi
192
193
194
7. 55.5.
Migrasi
197
201
203
7.7.7.7. Sarat
2
5. 3
5. 4
5. 5
7. 6
7.
fisika
untuk migrasi
Sumber tenaga untuk migrasi
Mekanisme migrasi
Migrasi
primer
Migrasi sekunder:
arah, jarak
Akumulasi
minyak
-dan
205
7. 6. 1
7. 6. 2
7. 6.3
208
BAB 8 EXPLORASI MINYAK-
8.0.1
8.0.2
8.0.3
212
213
215
217
220
223
225
dan mekanisme
gasbumi
Teori akumu1asi Gussow
Teori akumu1asi King Hubbert
Waktu penjebakan
DAN GASBUMI
Pengertian
Dasar filsafat
explorasi
Urutan explorasi
minyak-
8 .1
Perencanaan
8.1.1
8.1.2
Pemilihan
daerah explorasi
Studi pendahuluan
dan gasbumi
explorasi
8 .2
Operasi
8.2.1
8.2.2
Penyelidikan
Survai detail
explorasi
sepintas-lalu
8 .3
Penilaian
8.3.1
8.3.2
8.3.3
Penilaian
Prognosis
Acara pemboran lubang
8 .4
Pemboran
232
8.4.1.
8.4.2
Hasil suatu pemboran explorasi
,
Laporan pemboran (well resume)
8.5
Pengembangandan
233
8.5.1
8.5.2
Geologi produksi
Revaluasi
daerah
234
BAB 9 GEOLOGI
236
238
9.0.1
9.0.2
9.0.3
9.0.4
9 .1
Daerah cekungan Sumatra Utara
239
240
9.1.1
9.1.2
Terdapatnya minyak- dan gasbumi
Beberapa 1apangan minyak utama
226
228
229
viii
serpih
dan prognosis
prospek
kosong
explorasi
reevaluasi
MINYAKBUMI
DI INDONESIA
Pendahu1uan
Kerangka tektonik
cekungan minyak Indonesia
Sedimentasi
stratigrafi
dan terdapatnya
minyakbumi
Struktur
dan pe1ipatan
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
9.9.
241
243
244
249
251
252
255
257
259
261
263
265
268
269
270
271
9.2
9.3
9.3.1
9.3.2
9.3.3
9.3.4
9.3.5
9.4
9.4.1
9.4.2
9.5
9.5.1
9.5.2
9.5.3
9.5.4
277
tektonik
Stratigrafi
TektonikCar
a terdapatnya
rninyakbumi
Daerah rninyak dan lapangan
rninyak
Daerah cekLngan Jawa Barat Utara
Cekungan
Cekungan
Sunda
Jawa Barat
Utara
Daerah cekungan Jawa Timur
Percekungan
laut
Jawa Tirnur
Cekungan Jawa Tirnur -Madura
Daerah Cepu
Daerah rninyak
Surabaya
Daerah cekungan Kalimantan
9.6.1
9.6. 2
9.6.3
9.6.4
9.7
9.7.1
9.7.2
9.7.3
Kerangka
Cekungan
Cekungan
Cekungan
Timur
tektonik
Barito
Kutai
Tarakan
Daerah cekungan Laut Cina Selatan
Kerangka
tektonik
Lapangan
rninyak
Lapangan
rninyak
Borneo Baratlaut)
di
di
cekungan
cekungan
Natuna
Natuna
Barat
Tirnur
(Geosinklin
Daerah cekungan Kepala Burung, Irian Jaya
8. 1 Cekungan Salawati
9. 8. 2 Cekungan Bintuni
9.9.9.9.
99.9.9.
9.
Daerah cekungan Bula,
1
2
278
Daerah cekungan Sumatra Selatan
Kerangka
9.6
8
272
275
Daerah cekungan Sumatra Tengah
3
9. 4
Seram
Terdapatnya
rninyakbumi
Lapahgan
rninyak
Berbagai
sifat
rninyak
Asal rninyakbumi
DAFT AR PUST AKA
Isi
ix
33
131
Jilid
6
20
32
34
35
38
42
pertama
1-1
Nilai
kalori
beberapa
jenis
bahan-bakar2-1
Susunan unsur kimia minyak- dan gasbumi, dalam persen
berat.
2-2a Jenis hidrokarbon
yang telah diisolasikanatau
diidentifikasikan
dalam berbagai
jenis minyakbumi
(menurut Bestougeff,
1967).
2-2b Susunan molekul hidrokarbon
utama dari minyakbumi
(menurut Bestougeff,
1967).
2-3
Susunan senyawa hidrokarbon
utama dalam berbagai
fraksi
distilasi
minyakbumi.
2-4 Contoh suatu hasil
analisa Hemple.
2-5
Konversi
berat jenis,
derajat
API dan Baume (Levorsen,
1958).
2-6
Susunan kimia gasbumi dari lapangan Badak (Kalimantan
Timur dalam persen molekul)
(Helmig,
1974)
59
3-1
67
3-2
76
3-3
77
3-4
85111 4-1
Susunan kimia beberapa jenis air formasi dibandingkan
denganair
laut dalam ppm (menurut Levorsen, 1958).
Statistik
penyebaran vertikal
akumulasi minyakbumi
(Knebel dan Rodriquez,
1956).
Tabel cekungan sedimen yang menghasilkan
lapangan minyak
minyakbumi raksasa di dunia (menurut Klemme, 1970).
Penyebaran minyakbumi ditinjau
dari segi umur (menurut
Knebel dan Rodriguez,
1954).
Klasifikasi
besar
pori
(menurut
Chocquette
dan Pray,
1970).
5-1
132
Klasifikasi
perangkap menurut berbagai penulis
(Clapp,
Wilson,
Heald, Heroy, dan Wilhelm).
5-2
Klasifikasi
perangkap stratigrafi
(menurut Rittenhouse,
1972)
5-2a perincian
jenis perangkap stratigrafi
(menurut Rittenhouse,
1972).
Jilid kedua
177
187
7-1
7-2
188
7-3
stadium kompaksi serpih
(menurut Hedberg, 1937).
Berbagai jenis bahan zat organik yang tersebar'dalam
batuan sedimen sebelum dan sesudah mengalami perubahan
(menurut Staplin,
1969).
lndeks pengubahan Termal (TAl)
(menurut Staplin,
1969)
xi
194
7-4
240
9-1
243
9-2
245
250
253
9-3
9-5
262
9-6
xj,i
9-4
Hubungan antara besar-butir
dengan tekanan pergeseran
da1am dyne/cm2 yang diper1ukan
untuk migrasi
(dikutip
dari Levorsen,
1958).
Lapangan minyak Sumatra Utara,
minyak berdasar
para fin
ringan.
Lapangan minyak Sumatra Tengah, minyak berdasar parafin
berate
Stratigrafi
umum Sumatra Se1atan (Jackson, 1961).
Lapangan minyak di Sumatra Se1atan
Beberapa sifat
minyak di daerah percekungan Jawa Barat
(diambi1 dari Todd dan Pu1unggono, 1971).
Lapangan minyak daerah Jawa Timur (diadaptasikan
dari :
Soetantri,
Samuel dan Nayoan, 1973).
Koesoemadinata,Geologi Minyak. daD Gasbumi
3.
Ucapan terimakasih
atas izin reprodiksi
penulis
ingin mengucapkan terimakasih
atas izin yang diberikan
oleh
berbagai
penerbit
untuk memproduksi ilustrasi
yang dipakai
dalam
buku ini.
BAB 3
45
1
Jenis
seizin
rernbasan rninyakburni
(rnenurut
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.J
Link,
1952;
direpr
xiii
3.
3.19
46
2 Rembasan jenis
3
47
3. 4
5
6
48
52
3.7
56
3. 8
3.9
3.10
60
3.11
62
3.12
63
3.13
65
3.14
66
3.15
3.16
68
3.17
69
3.18
70
3.20
3.21
xi v
3 (Link,
1952;
direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Rembasan jenis
4 dari
Link
(1952);
keluar
sepanjang
ketidakselarasan
(direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Rembasan jenis
5 dari
Link
(1951);
rembasan
yang berasosiasi
dengan intrusi
(direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Peta penyebaran
rembasan minyakbumi
di Indonesia
bagian
barat
(menurut
Link,
1952; direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Penyebaran
gunungapi
lumpur
dan struktur
geologi
di
Kalimantan
Timur
(diambil
dari
Weeda, 1958; direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Penampang geologi
melalui
telaga-aspal
Buton
(menurut
Hetzel,
1936)
Penampang perangkap
yang seluruhnya
terbuka
ke bawah
Penampang Ferangkap
yang setengah
terbuka
ke bawah
Penampang perangkap
yang seluruhnya
tertutup
G~ri segal a
arah
Diagram memperlihatkan
pengaruh
tekanan
dan temperatur
terhadap
fasa gas/cairan
minyakbumidan gas hipotesis
(menurut
Levorsen,
1958; direpr.
seizin
W.H. Freeman
and
Company)
Grafik
hubungan
antara
tekanan
penggeseran
(Pd) dan permeabilitas
(K) serta
nilai
n (indeks
penyebaran
besar
pori)
(menurut
Stone dan Hoeger, (1973;
direpr.
seizin
Am.
Assoc.
Petroleum
Geol.)
Kedudukan
serta
sifat
batas
air-minyak
dan gas dalam
reservoir
(Levorsen,
1958, halo 292; direpr.
seizin
W.H.
Freeman and Company)
Jenis-jenis
gradien
tekaran
dalam sumur (menurut
Bradley,
1975)
Contoh suatu grafik
gradien
geotermis,
dalam lapisan
pasir
Guasare dan gamping Kapur,
di Venezuela
(Levorsen,
1958,
halo 405; direpr.
seizin
W.H. Freeman and Company)
Kurva gradien
termal
cekungan
Jawa bagian
baratlaut
untuk
dipergunakan
dengan data DST (menurut
Fletcher
dan Bay,
1975; direpr.
seizin
Indon.
Petroleum
Assoc.)
Penyebaran
cekungan
sedimen
dan lapangan
minyak-utama
di
benua Eropa
(Halbouty
dkk.,
1970; direpr.
seizin
Am.
Assoc.
Petroleum
Geol.)
Penyebaran
cekungan
sedimen dan lapangan
minyak-utama
di
benua Asia
(Halbouty,
1970; direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
penyebaran
cekungan
sedimen
dan lapangan
minyak-utama
di
benua Amerika
Utara
(Halbouty,
1970; direpr.
seizin
Am.
Assoc.
Petroleum
Geol.)
Penyebaran
cekungan
sedimen dan lapangan
minya.k-utama
di
benua Amerika
Selatan
(Halbouty,
1970; direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
penyebaran
cekungan
sedimen dan lapangan
minyak-utama
di
Australia-Asia
Tenggara
(Halbouty,
1970; direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Koesoemadinata.Geologi Minyak- dan Gasbumi
71
4.
5.
114
3.22 Penyebaran
72
3.23
75
3.24
cekungan sedimen dan 1apangan minyak-utama
di
benua Afrika
(Ha1bouty, dkk.,
1970; direpr.
seizin Am.Assoc.
Petroleum Geol.)
Kerangka tektonik
1empeng daripada
cekungan sedimen di
dunia (menurut Klemme, da1am Ha1bouty, dkk.,
1970; direpr
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
K1asifikasi
cekungan sedimen da1am kerangka tektonik
lempeng (Koesoemadinata,
1978)
BAB 4
83
86
87
88
89
93
94
1
Grafik memperlihatkan
permeabilitas
relatif
dengan
perbedaan penjenuhan air dan minyak (Levorsen,
1958;direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
2 Grafik memperlihatkan
permeabilitas
relatif
dengan
perbedaan penjenuhan gas dan minyak (Levorsen,
1958;direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
4. 3 pengaruh pemilahan dan matrix terhadap porositas
dan
permeabilitas
dalam greywacke (Levorsen,
1958; direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
4.4 pengaruh susunan butir terhadap porositas
(menurut Grat'on,
1953; direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
Refraksi
dari patahan yang mengakibatkan
di'latansi
dan
4.5
retakan pada batuan sepanjang patahan
perbandingan
berbagai macam
6 Diagram yang memperlihatkan
jenis batuan reservoir
sebagai cadangan minyakbumi (berdasarkan data Knebel dan Rodriguez,
1956)
4.7
Redfork
suatu
lensa
(Withrow,
Petroleum
Geol.)
1968;dLrepr.
8 Proses pembentukan lensa dalam delta
96
4. 9
97
4.10
4.11
4.12
102
103
sandstone,
contoh
seizin
Am. Assoc.
(disadur
dari
Coleman dan Gagliano,
1964)
Contoh lapisan
saluran
(pengisian
lembah) di Nebraska,
Amerika Serikat
(Harms, 1966; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
Lapisan pasir
yang multi-lateral
Diagram terumbu penghalang pada pinggiran
suatu paparan
Penampang melalui
lapangan Leduc, di Kanada Barat (Gussow,
1954; Vincelette,
1973; direpr.
seizin Indon.
Petroleum
Assoc.)
BAB 5
110
112
113
5. 1 Medan gaya yang bekerja
pada titik-titik
minyak dalam
perangkap reservoir
dalam keadaan hidrostatik
dan hidrodinamik
25. Prinsip
penjebakan minyak dalam perangkap struktur
3 Beberapa prinsip
kontur
struktur(diadaptasikan
dari
LeRoy, 1951)
5.4
Perangkap
tutupan
struktur
memperlihatkan
unsur
titik
limpah
dan
5 Peta struktur
berkontur
lapangan minyak Badak sebagai
co~toh perangkap lipatan
(Gwinn, Helmig dan Kartaadiputra,
1974; direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Gambar
xv
116
5.
121
5.165.17
5.21
5.27
5.30
128
115
117
118
119
120
122
123
124
125
126
127
xvi
6 Peta struktur
berbagai
jenis perangkap struktur,
beserta
penampangnya dari daerah Jawa Timur (menurut Soetantri
dkk.,
1973; direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
7 Rentetan lapangan minyak Kidangan-Wonocolo
di atas suatu
sumbu antiklin
(menurut Soetantri,
dkk.,
1973; direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
85.Perubahan tutupan pada perlipata~
konsentrik
9 Perubahan tutupan karena pelipatan
bersi£at
diapir,
lapangan Kirkuk,
Irak (H.V. Dunnington,
1958; direpr.
seizin Am. Assoc Petroleum Geol.)
5.10 Perubahan tutupan karena pelipatan
yang berulang-ulang
5.11 Per~ahan tutupan karena ketidakselarasan
5.12 Efek asimetri
terhadap lokasi
tutupan
5.13 pengaruh konvergensi
lapisan
terhadap tutupan
(diadaptasikan
dari Levorsen,
1958)
5.14 Perangkap patahan dengan kemiringan wilayah sebagai
salah satu unsur
5.15 Perangkap patahan dengan pelengkungan lapisan sebagai
salah satu unsur
Perangkap patahan melengkung dengan kemiringan
wilayah
Contoh kombinasi patahan normal dan lipatan
Mangun JayaTanjung Tiga (menurut Shell-BPM,
1961)
5.18 Perangkap sesar-sungkup Turner Valley,
di Kanada Barat
(Link, 1950; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
5.19 Perangkap patahan tumbuh dengan 'roll-over'
lapangan minyak Pungut dan Tandun di
5.20 Peta struktur
Sumatra Tengah, sebagai contoh perangkap patahan
transversal
(Mertosono,
1975; direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Penampang seismik melalui
lapangan minyak Tandun, yang
memperlihatkan
komponen vertikal'dari
patahan transversal
Pungut-Tandu,n (menurut Mertosono,
1975; direpr.
seizinIndon.
Petroleum Assoc.)
5.22 Suatu penampang ideal m~lalui suatu lapangan minyak kubah
garam di daerah Gulfcoast
Amerika Serikat
(Levorsen,1954;
direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
5.23 Tektonik patahan-bongkah
di bawah laut Jawa (Todd dan
Pulunggono,
1971; direpr.
seizin
Oil and Gas J.)
5.24 Beberapa unsur utama dalam perangkap stratigrafi,
penghalang-permeabilitas
dan kedudukan struktur
5.25 Pembagian lapisan reservoir
sebagai unsur perangkap
stratigrafi
5.26 Penyerpihan lapisan reservoir
(jari-jemari)
sebagai unsur
perangkap stratigrafi
Unsur perangkap yang disebabkan oleh pemancungan lapisan
reservoir
oleh ketidakselarasan
5.28 Diagram penampang suatu pasir-alur
lembah jurus
(strike
valley,
channel sand) yang memperlihatkan
pembatasan
lapisan
reservoir
oleh bidang erosi
(disadur
dari Busch,
1959)
5.29 Penampang beberapa tubuh pasir memperlihatkan
posisi
akumulasi minyakbumi karena kedudukan struktur
Peta isopach suatu lensa batupasir
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
133
5.42
5.41
5.40
5.39
5.38
5.37
5.36
5.35
139
141
142144
xvii
~ ..,
,"'"
" .""
1~n
~
~~
5.34
Peta isolith
batupasir
suatu kompleks delta,
lapangan
minyak Red Wash, utah, Amerika Serikat
(disadur
dari
Koesoemadinata,
1970)
Peta kontur memperlihatkan
perangkap stratigrafi
perbandingan pasir
serpih sebagai unsur
Superimposisi
a1ur
(dari
daripada
Busch,
1961).
lipatan
di
Interva1
atas
garis
tubuh-tubuh
pasir
kontur
struktur
20 kaki (direpr.
seizin
Am. Assoc. Petroleum Geol.)
Penampang suatu terumbu tiang,
lapangan Kasim Jaya, Irian
Jaya (Vincelette,
1973; direpr.
seizin Indon.
Petroleum
Assoc.)
Peta struktur
suatu terumbu tiang
(Terry dan Williams,
1969)
Lapisan pasir
transgresi-regresi
sebagai contoh
penyerpihan
(McKenzie, 1972~ direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
Pernba1ikan kemiringan
wilayah dari kemiringan
aslinya
menyebabkan unsur perangkap oleh penyerpihan
ke arah 1aut.
Penyebaran lapangan minyak da1am ja1ur-ja1ur
yang sejajar
dengan jurus pantai
di daerah Te1uk Mexiko (A).
Pernbajian Frio Sand bertindak
sebagai perangkap
(B).
Detail
dari salah satu 1apangan minyak Armstrong di
Texas (C), di mana je1as tutupan disebabkan
oleh ketidakteraturan
garis pembajian permeabi1itas
(disusun dari
Levorsen,
1958, ha1. 197, dan Ha1bouty,
1968~ direpr.
seizin W.H. Freeman and Co dan Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Kompleks terumbu yang disebabkan
transgresi
dan regresi
(Henson, 1950; direpr.
seizin
Am. Assoc. Petroleum
Geol.)
Perubahap permeabi1itas
ke arah atas kemiringan
yang
disebabkan
karena do1omitisasi
(Lapangan Empiro Abo,
menurut LeMay, 1972; direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
5.43
5.44
5.45
5.46
5.47
Kombinasi perangkap stratigrafi
dan struktur
1ipatan di
mana di satu fihak 1apisan reservoir
membaji
Peta struktur
perangkap kombinasi patahan dan pembajian
Hubungan ketidakse1arasan
dengan perangkap di atas dan
di bawahnya (menurut Martin,
1966~ direpr.
seizin
Am.
Assoc.
Petroleum Geol.)
Peta pa1eogeo1ogi
dan pa1eotopografi
perangkap
ketidakse1arasan
bersudut,
yang
dari
membentuk
1apangan minyak
Norton,
Kansas di Amerika Serikat.
Penampang memper1ihatkan
pa1eontopografi
(disadur
dari Levorsen,
1960, halo 59)
Penampang seismik di Irian
Jaya yang memper1ihatkan
terumbu (Vince11ete,
1973; direpr.
seizin Indon.
Petroleum
Assoc.)
Klasifikasi
perangkap
A. Penampang geo1ogi
gradien-hidrodinamik
minyak
menurut
de Sitter
(1950)
untuk memper1ihatkan
terjadinya
karena
permukaan
potensiometri.
B. Resu1tan gaya pe1ampungan dan gradien hidrodinamik
Berta bidang ekipotensia1
minyak yang miring
(diambi1
dari King Hubbert,
1953; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum
Gambar
Assoc.)
6.
145
5.48
146
5.49
5.50
147
5.51
5.52
5.53
148
5.54
Perbedaan kemiringan
batas air-minyak
dan minyak-gas
dan
hubungannya dengan kemiringan
permukaan piezometri
(A)
Berta berat jenis minyak (API gravity)
dan gas (B).
(Levorsen,
1958; direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
Pemisahan akumulasi minyak- dan gas dalam keadaan hidrodinamik
(King Hubbert,
1953; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
Akumulasi minyak dalam hidung suatu antiklin
pada keadaan
hidrodinamik,
lapangan minyak Coles Levee, Kalifornia;
penampang melalui
lapangan utara,
(Levorsen,
1958; halo
548; direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
Akumulasi hidrodinamik
dalam perbedaan permeabili taB
loka1.
Peningkatan
gradien potensia1
di daerah permeabilitas
rendah menyebabkan bidang ekipotensial
minyak
miring ke atas menyentuh atap lapisan pasir
dan suatu
perangkap minyak dapat terjadi
dalam ruangan yang
ditutupi
oleh bidang ekipotensial
seluruhnya
dari bawah
(King Hubbert,
1953; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum
Geol.)
Perangkap stratigrafi
dalam keadaan hidrodinamik,
dimana
tekanan penggeseran
(Pd) memegang peranan.
(Hill,
Colburn
dan Knight,
1961, diadaptasi
oleh McNeal, 1965; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
Suatu penampang diagram mela1ui suatu 1apisan pasir
yang
memperlihatkan
perubahan permeabilitas
ke atas dengan
kemungkinan adanya minyak yang dijebak
secara hidrodinamik
oleh arah a1iran air ke bawah.
Gambar karan memperlihatkan
bagaimana suatu kolom minyak
da1am lapisan
reservoir
dapat ditahan
oleh aliran
air ke
bawah (Robert R. Berg, 1975; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
Kedudukan akumulasi minyakbumi terhadap peta struktur
berkontur
dalam keadaan hidrostatik
(A) dan da1am keadaan
hidrodinamik
(King Hubbert,
1953; direpr.
seizin Am.
Petroleum Geol.)
Jilid kedua
BAB 6
157
6. 1
160
2
161
6. 3
6. 4
6. 5
6. 6
6. 7
162
163
xviii
6. 8
Struktur
rnolekul klorofil
serta hubungannya serta
penguraiannya
rnenjadi porfirin
dan isoprenoid
Penyebaran perbandingan
isotop C13/C14 dalarn berbagai
(rnenurut Silverman,
1973)
Bagan struktur
rnolekul suatu protein
(Colombo, 1963)
Bagan struktur
selulosa
Bagan struktur
suatu lignin
Bagan struktur
rnolekul beberapa kornponen fraksi
lipid
Contoh reaksi Diels-Alder,
rnernperlihatkan
salah satu
hasil
reaksi antara asarn oleostearat
dan asarn crotonat
perbandingan
H/C -O/C dari pelbagai
zat organik
dan
rninyakb~i
(rnenurut Van Krevelen)
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
zat
6.
184186
189
190
7.
7.11
197
7.14
7.16
201
7.17
166
9 Penampang suatu
cekungan euxinic
BAB 7
174
180
183
193
195
203
Gambar
1
Bahan organik
larut
versus karbon organik
total
dari
penampang terpilih
Talang Akar (Fletcher
dan Bay, 1975;direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
2 Penampang stratigrafi
terpulihkan
Sumatra Selatan memperlihatkan
batuan induk dan arah migrasi
(Dufour,
1957)
7,
3 Migrasi
~emisahan fasa menurut Silverman
(1967).
Proses
ini terjadi
karena reduksi
tekanan yang disebabkan peretakan la~isan
penutup atau pelepasan beban karena erosi
(direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
4 Susunan minyakbumi sebagai suatu fungsi derajat
konversi
Unenurut Andreyev, dkk.,
1961; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
57. Evolusi minyakbumi (maturation)
menurut McIver,
1963
6 Langkah-langkah
utama dalam evolusi
kerogen dan pembentukan
pembentukan hidrokarbon
(menurut Tissot.,
et. al.,
1974)
7 Perbandingan berbagai metoda penentuan LOM (Tingkat
pematangan Organik)
7.8 Hubungan temperatur dan kedalaman dari batubara dan
minyakbumi
(menurut Klemme, 1972; direpr.
seizin
Oil and
Gas J.)
9 Sumur bor memperlihatkan
korelasi
antara indeks alterasi
termal dengan temperatur
bawah permukaan P.S.I.
L -2
(menurut Fletcher
dan Bay, 1975; direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
7.10 Gradien geotermal rata-rata
pada 5000 kaki,
cekungan
Jawa bagian barat laut
(menurut Fl'etcher
dan Bay, 1975;direpr.
seizin Indon. Petroleum,
Assoc.)
Diagram lubang pori memper1ihatkan
hubungan kapilaritasA.
Tetes minyak dalam keadaan tidak bergerak
B. Tetes minyak da1am keadaan ditekan
untuk bergerak
(Levorsen,
1958; direpr.
seizin W.H. Freeman and Co.)
7.12 Struktur
suatu 'micelle'
(menurut Baker, 1962; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
7.13 Hubungan antara produksi masa lalu ditambah dengan
cadangan terbukti
di Amerika Serikat
dengan jum1ah
relatif
1empung yang berkembang dalam sedimen yang
mengelilinginya
(menurut Weaver, 1960; direpr.
seizin
AmAssoc.
Petroleum Geol.)
Susunan serpih marin secara keseluruhan
pada waktu
dehidrasi
(Burst,
1969; direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
(a) kurva dari Powers
7.15 Penyebaran air bawah permukaan:
(1959) menggambarkan sistem dehidrasi
di bawah permukaan
bertingkat
dua untuk sedimen montmorillonite
(b) kurva
dari Powers (1959) yang disesuaikan
dan ditafsirkan
sebagai sistem 3 tinykat.
(c) kadar air dari kurva yang
meref1eksikan
persentasipada
setiap
stadium dehidrasi
(direpr.
seizin
Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
Model klastik/hidrokarbon
(menurut Klemme, 1972; direpr.
seizin
Oil and Gas J.)
Diferensiasi
minyak dan gas dalam ~erangkap yang menye-
xix
7.19
9.
251
7.18
204
207
menyebabkan minyak me1impah (Gussow, 1951; direpr.
seizinAm.
Assoc.
Petroleum Geol.)
Penyebaran minyak dan gas pada deretan struktur
karena
penjebakan pemisahan diferensia1
(menurut Gussow, 1951;direpr.
seizin Am. Assoc.
Petroleum Geol.)
Sejarah dan waktu akumu1asi minyakbumi da1am struktur
di daerah Cepu (menurut Soetantri
dkk., 1973; direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
BAB 8
8. 1
209
8.2
8. 3
211
BAB
9
1 Indonesia
235
236
238
239
240
241
242
243
9.
bagian barat-Kerangka
tektonik
utama cekungan
sedimen Tersier
(menurut Koesoemadinata dan Pulunggono,
1971)
2 Stratigrafi
Tersier
cekungan minyak di Indonesia
bagian
barat Sumatra -Jawa
3 Stratigrafi,
Tersier
cekungan minyak di Indonesia
bagian
barat Kalimantan
Timur
4 Kerangka tektonik
daerah cekungan Sumatra utara
(cekungan
Aceh) serta penyebaran lapangan minyak
5 Penampang cekungan minyak Sumatra utara me1alui lapangan
gas Arun di Aceh
6 Struktur
terumbu lapangan Arun (menurut Graves dan Weegas, 1973)
7 Daerah cekungan Sumatra Tengah serta penyebaran lapangan
minyak
8 Penampang melintang cekungan Sumatra Tengah (menurut
Mertosono dan Nayoan, 1974)
9 Daerah cekungan Sumatra Selatan serta penyebaran 1apangan
244
248
9.10
9.11
249
9.12
9.13
9.14
252
Perkembangan cadangan dan produksi
harian di Amerika
Utara/Amerika
Serikat
dalam tahun enampuluhan dan tujuh
puluhan (data dari World Oil,
1960-1976)
Perkembangan cadangan minyak dunia pada tahun enampuluhan
dan tujuhpuluhan
(data diambil
dari World Oil,
1960 1975)
Urutan operasi
survai
explorasi
minyak- dan gasbumi
(explorasi
sebagai suatu sistem)
9.15
minyak
Diagram penampang daerah cekungan Sumatra Selatan
Peta struktur
berkontur
1apangan minyak Talang Akar
Pendopo, suatu contoh struktur
asimetri
yang dikombinasi
sesar naik (menurut Levorsen,
1958; direpr.
seizin W.H.
Freenan and Company)
Penampang geologi melalui
lapangan Kampong-Minyak Sumatra
Selatan
(rnenurut BPM)
Daerah cekungan Jawa Barat Utara
Penarnpang Utara -Selatan
rnelalui
cekungan Sunda (rnenurut
Todd dan pulunggono,
1971; direpr.
seizin Oil,
Gas J.)
Peta struktur
lapangan rninyak Cinta di lepas-pantai
Lampung (rnenurut Todd dan pulunggono,
1971; direpr.
seizin
Oil,
xx
Gas J.)
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
9.17
9.16 Struktur
9.18
9.19
9.20
9.21
9.22
9.23
9.24
263
264
265
266
9.25
9.26
9.27
9.28
9.29
9.30
268
269
270
9.31
9.32
9.33
9.34
9.35
9.36
9.37
9.38
9.39
9.40
Gambar
lapangan Jatibarang
(menurut Sutan Asin dan
Tarunadjaja,
1972: direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Struktur
lapangan di komplex 'Arjuna',
lepas pantai
Jawa
Barat (diambil
dari Todd dan Pulunggono,
1971: direpr.
seizin Oil,
Gas J.)
Daerah cekungan Jawa Timur (diadaptasikan
dari Sudiro
dkk.,
1973)
Penampang geologi
timur-barat
melalui
Laut Jawa
(Koesoemadinata
dan pulunggono,
1971)
Penampang melintang
utara-selatan
cekungan Jawa Timur
Diagram nomenklatur
stratigrafi
Jawa Timur
Peta geologi
daerah Cepu memperlihatkan
penyebaran
lapangan minyak (diambil
dari Soetantri
dkk.,
1973:
direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Peta struktur
lapangan Ledok (diambil
dari Soetantri
dkk.,
1973: direpr.
seizin Indon.
Petroleum ASSOC.)
Peta struktur
lapangan Nglobo (menurut Soetantri
dkk.,
1973: direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Daerah Cekungan Kalimantan
Selatan
Penampang barat-timur
cekungan Barito
Cekungan Kutai daerah cekungan Kalimantan
Timur
Penampang geologi
ideal melalui
cekungan Kutai daerah
cekungan Kalimantan
Timur
Peta struktur
lapangan Badak, Kalimantan
(menurut Gwinn,
Helmig dan Witular,
1974: direpr.
seizin Indon.
Petroleum
Assoc.)
Peta struktur
lapangan Ataka, Kalimantan
Timur (menurut
Schwartz, dkk.,
1973: direpr.
seizin Indon.
Petroleum
Assoc.)
Cekungan Tarakan daerah Cekungan Kalimantan
Timur
Percekungan Tersier
Laut Cina Selatan
Urutan stratigrafi
di Cekungan Teluk Thailand
yang
diusulkan
oleh Armitage dan Viotti
(1972).
South Malay
Basin adalahiistilah
lain bagi Cekungan Natuna Barat
Stratigrafi
Tersier
percekungan
Laut Cina Selatan
diadaptasikan
dari Pupilli
(1973)
Kerangka tektonik
utama beberapa cekungan Tersier
Irian
Jaya
Penampang barat-timur
melalui
lapangan minyak Klamono
Irian
Jaya
Lapangan Kasim (menurut Vincellete,
1973: direpr.
seizin
Indon.
Petroleum Assoc.)
Daerah percekungan Tersier
Muda-Kwarter
di Seram (menurut
Paten dan Zillman,
1975: direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Stratigrafi
cekungan Bula:
berdasarkan
penampang seismik
(menurut Paten dan Zillman,
1975: direpr.
seizin
Indon.
Petroleum Assoc.)
Kontur struktur
dan fasies
lapisan
reservoir
lapangan
minyak Bula, Seram (menurut Paten dan Zillman,
1975;
direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
xxi
277
9.41
9.42
xxii
Konfigurasi
batuan dasar cekungan Bula, Seram (rnenurut
Zillrnan
dan Paten, 1975; direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Terdapatnya
hidrokarbon
dan pernboran exploras.i
di
cekungan Bula (rnenurut Zillrnan
dan Paten, 1975;
direpr.
seizin Indon.
Petroleum Assoc.)
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
Dalam edisi
kedua ini banyak dilakukan
penambahan materi,
sehingga diharapkan
perbaikan
dan perubahan maupun
buku ini menjadi lebih mantap.
pada edisi
pertama terdapat
beberapa kesalahan yang cukup serius,
misalnya
beberapa rumus serta sejumlah angka sehingga perlu dilakukan
koreksi
secara menyeluruh.
Sejak edisi pertama terbit
di tahun 1978 terjadi
kemajuan da1am i1mu
geokimia organik
mengenai cara terbentuknya
minyak- dan gasbumi maupun da1am migrasi.
Suatu kecenderungan
terjadi
di ka1angan para ah1i
geo1ogi minyak untuk menerima teori
degradasi
terma1 serta pematangan
(maturation)
sebagai suatu teori
yang baku da1am pencaharian
minyakbumi.
Misa1nya saja kriteria
geokimia untuk batuan
induk yang da1am buku
edisi pertama masih diragukan.
Da1am buku ini kriteria
baru yang te1ah
dianggap baku da1am penentuan batuan induk serta kriteria
untuk pematangan diuraikan
secara terperinci.
Namun demikian buku ini masih tetap netral
dalam masalah teori
terbentuknya minyak- dan gasbumi, karena masih pula terdapat
sejumlah tulis'an, misalnya Wilson (1975) yang memperlihatkan
adanya paradoks antara
teori
geokimia terbentuknya
minyak dan gasbumi dengan kenyataan geo-logi.
Se1ain itu da1am bab Geo1ogi Minyakbumi Indonesia
te1ah dimasukkan
suatu pasa1 mengenai propinsi
minyak baru di Laut Cina Se1atan yang
diketemukan
di pertengahan
tahun tujuhpu1uhan
dengan diresmikannya
1apangan minyak 'Udang' di sebe1ah barat kepu1auan Natuna pada tahun1978.
Mudah-rnudahan
edisi
pengetahuan
geologi
kedua ini
akan rnenuju ke kesernpurnaan
rnengenai
rninyakdan gasburni
dalarn bahasa Indonesia.
Bandung 1980
Penulis
xxiii
Dengan selesainya
buku Geologi Minyak- dan Gasbumi penulis
memuji syukur
ke hadlirat
Tuhan Yang Mahaesa, karena penulisan
buku ini dilakukannya
pada saat sibuk dengan berbagai macam pekerjaan,
baik sebagai Ketua
Departemen Geologi ITB, maupun sebagai seorang yang turut
serta aktif
dalam berbagai
tahap eksplorasi
minyakbumi untuk Pertamina.
Namun
justru
aktivitas
terakhir
ini memberikan aktualitas
pada buku ini,
sehingga berbagai
aspek dapat diambil
langsung dari pengalaman penulis,
clan dengan demikian juga contoh sebanyak mungkin dapat diambil
dari
Indonesia.
Buku ini sebetulnya
merupakan perkembangan dari perkuliahan
Geologi
Minyak- dan Gasbumi dan Geologi Minyak Lanjut pada Institut
Teknologi
Bandung, Universitas
Negeri pajajaran
clan Akademi Geologi dan Pertam-bangan.
Geologi minyak- clan gasbumi pada hakekatnya bukanlah suatu ilmu dalam
arti
yang sebenarnya,
tetapi
lebih merupakan penerapan ilmu geologi
untuk mencari minyak- clan gasbumi.
Ilmu itu mencakup stratigrafi,
sedimentologi,
petrografi,
geologi
struktur
dan tektonik,
geokimia
organik
dan mekanika fluida,
clan sebagainya.
Selain itu tercakup pula
di dalamnya metoda geologi
seperti
geologi
lapangan clan geologi
potret.
Para pembaca diharapkan
paling
tidak telah faham akan asas
berbagai
ilmu tersebut.
peristilahan
teknik
juga merupakan problema.
penulis
berusaha keras
untuk menterjemahkan
semua istilah
ke dalam bahasa Indonesia,
namun
hal ini tidak
selalu mungkin. Dalam banyak hal penulis
lebih condong
untuk melakukan pengindonesiaan
istilah
asing,
khususnya Ingg~is.
Akhirul
kalam penulis
ucapkan banyak terimakasih
kepada Pimpinan ITB,
terutama Ir.
S pramutadi
dari Badan Pendidikan
yang telah mempercayakan
kepadanya penulisan
buku ini.
Kepada para rekannya di Departemen Geologi diucapkan banyak terimakasih
atas diskusi
berbagai
aspek Ilmu
Geologi,
yang hasilnya
dituangkan
ke dalam buku ini.
Juga pada semua
rekannya di Pertamina,
terutama Drs. A. Pulunggono,
diucapkan banyakterimakasih.
Dengan merekalah telah banyak dilakukan
pertukaran
fikiran,
malah mungkin beberapa ide tanpa disadarinya
telah 'terbajak'.
Terimakasih
juga disampaikan
kepada para ahli geologi
berbagai
perusahaan minyak internasional,
terutama Indonesia
cities
Service,
Inc.
yang telah menyumbangkan banyak pikiran
kepadanya;
karena tanpa disadari pula berbagai
idenya tertuangkan
dalam buku ini.
Penulis
juga
sangat berterimakasih
kepada para asisten
clan bekas asistennya,
Saudara
Ir.
Nurzal Baharuddin,
Ir.
Toto Santoso, Ir.
Th. Matasak, Ir.
Rustiadi,Ir.
Nana Syam Karso dan banyak lagi yang telah membantunya dalam
mengumpulkan data untuk buku ini.
Kepada para juru gambar, terutamasdr.
Tumin Ryanto, penulis
berterimakasih
bagi penggambaran ilustrasi
xxv
buku ini yang bermutu tinggi.
penghargaan setinggi-tingginya
diberikan
kepada para sekretaresenya,
Nn. Lala Herawati dan Nn. Yati Duryati
yang dengan tekun berjam-jam
mentranskripsi
diktasi
dalam kaset serta
mengetiknyai
dan Nn. Hendang Setijograheni
yang juga turut mengetik
naskah ini berulang-ulang
tanpa jernu-jemu pada penyelesaiannya.
Tidak lupa pula diberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada
para bekas guru besarnya:
Prof: Dr. Th. H.F. Klompe almarhum, orang
pertama yang memberikan pengarahan kepada kami ke dalam ilmu geologi
minyakbumii Dr. J. Lintz Jr, yang memberikannya dorongan untuk melanjutkan berkecimpung
dalam ilmu tersebuti
dan kepada para profesor
Dr.
John D. Haun, Dr. Robert J. Weimer dan Dr. L.W. Leroy dari Colorado
School of Mines yang memberikan 'final
touches'
dan mematangkan penulis
dalam ilmu ini.
Kepada Ir. R:M. Sutjipto
Puspokusumo, bekas Direktur
Akademi Geologi dan Pertambangan diucapkan terimakasih,
karena atas
prakarsa
beliaulah
diktat
kuliah
Geologi Minyak ini ditulis
untuk AGP
dan dibiayai
pula olehnya,
yang kemudian telah berkembang jadi buku
yang sekarang ini.
Terakhir,
penulis
berhutang budi kepada keluarganya
yang telah rela
menyisihkan
waktu untuk bercengkerama,
memberikan kesempatan bagi
penulis
buku ini.
Semoga Tuhan Yan~ Maha pengasih dan penyayang dapat membalasbudi
at as
bantuan yang telah diberikan
itu.
Amin.
Bandung,
Penulis
xxvi
25 Nopember 1977
1
1.1
ARTI MINYAK-
DAN GASBUMI
1.1-1 PENGERTIAN
MINYAKDAN
GASBUMI
Minyakdan gasbumi
adalah
~s~~~ah Indonesia
yang pemakaiannya
telah
mendarah-daging
pada kita.
Sebelumnya,
lebih
banyak dipergunakan
orang
istilah
minyak
tanah yang berarti
minyak yang dihasilkan
dari
dalarn
tanah.
Dengan diketahuinya
bahwa minyak
tanah atau minyak
mentah itu
terdapat
bersarna-sama
dengan gas alarn, maka istilah
yang lazim
sekarang
adalah
minyakdan gasbumi.
Dalarn beberapa
bahasa lain,
di antaranya
Inggris,
istilah
yang dipergunakan adalah petroleum,
yang berasal
dari
kata petro,
batu dan oleum,
minyak.
Jadi
arti
'petroleum'
sebenarnya
ialah
'minyak batu'.
Istilah
'minyakbumi'
lebih
tepat,
karena
memang minyak
ini
terdapat
dalam bumi dan bukan dalarn tanah.
Istilah
yang juga Bering
digunakan
adalah
minyak mentah,
dalarn bahasa Inggris
crude
oil
atau disingkat
crude Baja.
Minyak mentah berarti
minyak
yang belum dikilang,
jadi yan(
masih terdapat
dalarn kerakbumi.
Selain
i tu terdapat
gasbumi yang dalarn
bahasa Inggris
disebut
earth
gas,
tetapi
istilah
ini
tidak
banyak digunakan.
Istilah
yang lazim
ialah
natural
gas,
yang kita
salin
jadi
gas alamo
Istilah
'minyak
tanah'
mempunyai
arti
lain;
dalarn dunia
minyak orang
mengenalnya
sebagai
kerosin,
salah
satu basil
pengilangan
minyakbumi.
Istilah
lain
adalah
minyak lantung,
dan lantung
artinya
batu,
jadi
minyak lantung
adalah
minyak batu,
sarna dengan petroleum.
Istilah
yang dipergunakan
dalarn buku ini
ialah
minyakdan gasbumi,
yang di dalamnya
tercakup
minyak mentah yang belum dikilang
dan gasbumi.
Istilah
'gas alam'
tidak
akan dipergunakan.
Istilah
minyak
tanah
akan dibatasi
penggunaannya
untuk
pengertian
sehari-hari,
untuk
selebihnya
terpakai
kerosin.
Buku ini
berjudul
'Geologi
Minyakdan Gasbumi'.
Arti
geologi
minyakdan gasbumi
sebetulnya
adalah
temp at at au cara terdapatnya
minyakdan
gasbumi
di dalarn kerakbumi
secara geologi.
Dapat pula kita
artikan
sebagai
ilmu yang mempelajari
keadaan geologi
atau cara terdapatnya
minyakdan gasbumi
di dalarn kerakbumi
ataupun
di dalarn bumi.
1.1.2
KEPENTINGAN
MINYAK-
DAN
GASBUMI
DALAM
PERADABAN
Sebe1urn akhir
tanun
1973 pentingnya
minyakdan gasburni
sebagai
bahan
ga1ian
tid~~'~n
terla1u
terasa.
Pad~ w~ktu buku ini nitu1is.
boikot,
embargo dan penurunan
prodUksi
minyakburni
di T1mur Tengah,
telah
menimbulkan
apa yang terkenal
sebagai
krisis
energi.
Penurunan
produksJ
minyakburni
telah
mengakibatkan
timbulnya
krisis
di seluruh
dunia
dan
memberikan pengaruh politik
ataupun ekonomi.
Dari sini dapat dilihat,
bahwa minyakbumi merupakan salah satu sumber
kekayaan yang sangat penting,
yang berpengaruh
ataupun yang merupakan
salah satu faktor
peradaban manusia.
Haruslah diingat,
bahwa minyakdan gasbumi merupakan bahan galian,
dan sebagaimana halnya bahan galian lainnya
bersifat
tak dapat tumbuh kembali,
atau dengan kata lain,
'bahan pakai-habis',
sekali
kita ambil,
habislah
bahan itu.
Minyakbumi
mempunyai peranan khusus karena bukan semata-mata bersifat
bahan galian,
tetapi
juga berupa bahan bakar.
Jadi merupakan sumber energi yang pentinge
Apa sajakah sumber energi di dunia kini?
Yang lazim kita kenal adalah,
antara lain:
ARANG
DAN KAYU
Arang dan kayu rnerupakan
sumber energi
tertua
yang dikenal
manusia.
Manusia
purba pertarna
kali
berkenalan
dengan api rnelalui
arang ataupun
kayu.
Tentunya
hal ini
diketahui
dari
pengalarnan
rnelihat
terbakarnya
hutan dan~sebagai
akibatnya,
turnbuhan ataupun
daging
binatang
kernudian
dapat dirnakan
dengan lebih
enak lagi.
Sejak itulah
rnanusia
purba rnulai
rnenggunakan
kayu sebagai
bahan bakar
untuk rnernasak rnakanannya
dan untuk
rnernanasi badannya
sewaktu
hawa dingin.
Di Indonesia
orang masih banyak
rnenggunakan
arang dan kayu,
sebagaimana
kita
lihat
di pedesaan.
Sebaliknya,
di negara
yang lebih
rnaju keadaannya
berbeda,
kecuali
rnisalnya
sewaktu
orang berkemah.
Sumber arang dan kayu tentu
terbatas
pada
persediaan
turnbuhan,
dan dengan ditebangnya
hutan rnakin lama makin
sedikitlah
persediaan
arang dan kayu ini.
Tetapi
di lain
fihak
kayu
dapat ditanarn
kembali
berulang-ulang
tanpa ada habisnva.
BATUBARA
Batubara merupakan sumber energi yang sangat penting,
terutama di abad
yang lalu.
Di berbagai
negara seperti
Eropa Barat dan Amerika Serikat,
batubara
sebetulnya
merupakan penggerak utama industrialisasi.
Batubara
sering dihubungkan
orang dengan pertambangan dan, pada gilirannya,
tambang batubara merupakan sarang gerakan buruh abad itu.
Mesin pada waktu
itu umumnya digerakkan
oleh batubara,
di antaranya kereta-api
dan kapal-api.
Pengertian
'kereta-api'
dan 'kapal-api'
untuk generasi
lama dihubungkan dengan batubara
sebagai bahan energi at~u tenaga yang mengge-rakkannya.
Negara industri
yang maju dalam abad ke-18,
pada hakekatnya
memang
merupakan negara yang mempunyai cadangan batubara,
seperti
misalnya
Inggris,
Perancis
dan Jerman. Bahkan suatu daerah dapat menjadi sumber
sengketa karena mempunyai batubara,
seperti
misalnyaElzas-Lotharingen
antara Perancis
dan Jerman. Juga Amerika Serikat
di sebelah Timuri
seperti
daerah Appalachia,
merupakan pusat industri
karena terdapatnyabatubara.
Jepang terpaksa
mengadakan peperangan dan mengadakan politik.
ekspansi untuk mendapatkan batubara,
terutama di daerah Mansyuria.
Maka munculnya berbagai
negara industri
di abad ke-18 adalah berkat
adanya tambang batubara.
Batubara juga merupakan salah satu sumber berbagai bahan kimia dan juga sumber pembuatan gas kota.
Malahan banyak
yang mengira bahwa gas itu hanya dapat dibuat dari batubara saja.
Batubara jelas merupakan suatu sumber energi yang penting
di abad ke-18.
Dengan menipisnya
cadangan minyak dan gasbumi dewasa ini batubara
kembali memegang peranan sebagai sumber energi.
2
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
MINYAK-
DAN GASBUMI
Minyak- dan gasbumi merupakan bahan yang paling
penting
di dunia dewasa
ini
sebagai sumber energi.
Tidak banyak orang menginsyafi
bahwa di
negara maju, minyak- dan gasbumi merupakan sumber energi utama bagi
pembangkit tenaga listrik,
misalnya
saja di Jepang dan di Amerika
Serikat.
Diturunkannya
produksi
minyakdan gasbumi oleh berbagai
negara di Timur Tengah telah mengakibatkan
dikuranginya
perlistrikan
di banyak negara yang telah maju. Selain itu pentingnya
minyak- dan
gasbumi lebih jelas lagi karena zat itu merupakan penggerak berbagai
mesin motor, mesin diesel,
mesin jet untuk pesawat terbang,
serta mesinmesin lain untuk penggerak industri.
Malahan dewasa ini kereta-api
uap pun banyak mempergunakan minyak sebagai bahan bakar.
Kita ingat
juga bahwa sebelum perang dunia ke II bahan bakar ~tama untuk dapur
di Indonesia
sebetulnya
ialah arang dan kayu, tetapi
sekarang ini
minyak tanah merupakan bahan penting
bagi setiap
ibu rumahtangga.
Walaupun dewasa ini juga banyak dipergunakan
elpiji
atau gas minyakbumi yang dicairkan
(liquefied
petroleum gas),
tetapi
nyatanya di
Indonesia
minyak tanah merupakan bahan bakar penting
dalam rumahtangga.
SUMBER HIDRO-LISTRIK
Sumher hidro-listrik
merupakan sumher tenaga didasarkan
pad a bergeraknya air dari kedudukan yang tinggi
ke tempat yang lebih rendah,
sehingga
ertergi potensial
diubah menjadi energi kinetik.
Energi kinetik
inilah
yang kemudian menggerakkan turbin
serta mesin pembangkit tenaga listrik
dan menghasilkan
tenaga listrik
yang disalurkan
melalui
jaringan
kawatlistrik.
Di Indonesia
kita selalu
membayangkan bahwa tenaga listrik
berasal
dari
tenaga air.
Hal ini tidaklah
selalu demikian,
misalnya
di Jakarta
sekarang,
sumber tenaga listrik
sebagian besar diambil
dari sumber tenagauap.
Di Jepang pun tidak
seluruh
tenaga listrik
diambil
dari pembangkit
tenaga air,
tetapi
diambil
dari pembangkit tenaga diesel.
Di negara
Swiss misalnya,
listrik
memang dibangkitkan
oleh tenaga air karena sumher air banyak terdapat
di sana. Semua negara yang tidak memiliki
sumber
air,
seperti
Belanda misalnya,
tentu sangat tergantung
pada sumber
minyak dan gasbumi. Di masa yang akan datang,
selain
sungai juga ada
kemungkinan pasang surut dapat dimanfaatkan
untuk keperluan
pembangkit
tenaga listrik.
Namun sampai dewasa ini perkembangannya belum sampai
sedemikian
rupa sehingga dapat merupakan sumber energi penting.
RNERGI NUKLIR
Energi
nuklir
sering
dikatakan
sebagai
sumber energi
untuk
rnasa yang
akan datang.
Sarnpai kini
energi
nuklir
rnasih rnerupakan
persentasi
yang
kecil
daripada
seluruh
bentuk
energi
yang dipergunakan
di dunia ini.
Dernikian
pula halnya
di Arnerika
Serikat.
Menurut
para perarnal,
rnungkin
energi
nuklir
ini
rnasih juga belum rnarnpu untuk
dapat digunakan
sebagai
surnber energi'penting
di abad berikut
nanti.
perlu
dikatakan
di sini,
bahwa sumber energi
nuklir
dihasilkan
oleh bahan mineral,
yaitu
uranium,
yang terdapat
juga di dalarn kerakbumi,
sehingga
untuk pencahariannya
pun
diperlukan
pengetahuan
geologi.
ENERGI MATAHARI
Energi
matahari
Pendilhuluan
sampai sekarang
masih belum dapat
dimanfaatkan
sebagai
3
L
pembangkit tenaga listrik
untuk kepentingan
rumahtangga ataupun industri.
Energi matahari
sebetulnya
merupakan sumber energi yang tak
terbatas
atau merupakan suatu sumber yang tidak akan habis.
Namun
efisiensi
pemanfaatannya
masih jauh dari yang kita harapkan,
walaupun
dewasa ini satelit
komunikasi,
dan jenis
satelit
lainnya
yang dinaiki
rranusia seperti
"Skylab"
dan juga pesawat ruang angkasa ke bulan dan
sebagainya telah banyak memanfaatkan sumber matahari
sebagai sumber
listriknya.
Sampai sekarang sumber ini masih belum dapat dimanfaatkan
untuk perlistrikan
kita
sehari-hari
karena masih banyak persoalan
yang
dihadapi
untuk dapat mengumpulkan energi yang begitu banyak dan sebetulnya murah itu.
Penelitian
dan pengembangan masih diperlukan
untuk
dapat menggunakannya secara efisien.
ENERGI PANAS BUMI (geotermal)
Telah diketahui
bahwa temperatur
bumi makin ke dalam makin meningkat.
Gejala ini dikenal
dengan istilah
gradien geotermal.
Angka rata-rata
gradien
ini berkisar
dari 1°F/lOa kaki sampai 3°F/lOa kaki atau ratarata 2°C/lOa meter.
Namun di beberapa tempat di dunia diketahui,
bahwa gradien
ini mempunyai nilai
yang lebih tinggi
terutama di daerahdaerah volkanik.
Perbedaan gradien yang tinggi
dapat dirnanfaatkan
sebagai surnber energi.
Dengan melakukan pernboran di daerah tersebut,
air yang rnasuk pad a kedalaman berternperatur
tinggi
ini dapat disalurkan ke luar dengan pipa dalam bentuk uap yang dapat rnenggerakkan
turbine
Hal tersebut
telah dilakukan,
misalnya di Italia
dan New
Zealand.
Di Indonesia,
pemanfaatan surnber energi geotermal
ini telah
rnulai dirintis,
yaitu
di pegunungan Dieng, Kawah Kamojang dan lain-lain
tempat.
Secara teoritis
sumber energi ini tidak akan habis,
selama
dalam bumi masih panas yang dapat berlangsung
berrnilyar
tahun.
Pernanfaatan sumber panas bumi merupakan potensi
surnber energi untuk
rnasa yang akan datang.
Dapat kita ulaskan,
bahwa sebagian besar daripada
semua sumber energi
tersebut
di atas sebetulnya
berasal
dari matahari.
Misalnya
saja arang
dan kayu; jelas
arang berasal
dari kayu, kayu berasal
dari tumbuhan
dan tumbuhan dapat tumbuh karena fotosintesis,
yaitu proses pembentukan
glukosa
(zat gula) , di sini
gas CO2 dan air oleh pengaruh sinar matahari menjadi gula.
Jelas adanya sinar matahari
adalah sangat mutlak.
Sebetulnya
tenaga yang dibawa oleh sinar matahari
itu disimpan di dalam bahan yang dibentuk
tumbuhan, antara lain kayu. Jadi,
sebetulnya
panas yang keluar
dari arang itu adalah panas sinar matahari.
Dalam
hal batubara,
secara geologi
dapat dibuktikan,
bahwa batubara berasal
dari tumbuhan yang telah menjadi fosil.
Jadi jelas,
sumber energi yang
tersimpan
dalam batubara
inipun berasal
dari sinar matahari.
Dalam hal ~inyak dan gasbumi ~ara ahli geologi percaya,
bahwa minyak
dan gasbumi pun berasal
dari zat organik.
Jadi,
energi diambil
dari zat
organik
yang telah mengalami sedimentasi
dan seolah-olah
telah menjadifosil.
Maka organisme itu tentu juga mengambil energinya
dari makanannya yang diambil
terutama dari kehidupan lain.
Dalam hal ini tumbuhan
jelas merupakan penghasil
energi utama dari fotosintesis.
Di sini matahari memegang peranan penting.
Dengan demikian dapatlah
difahami,
bahwa
sebetulnya
energi yang dipancarkan
matahari
itu disimpan oleh tumbuhan
dan dimakan oleh zat organisme lainnya.
Sesudah organisme itu meninggal,
zat organik
tertumpuk
dan masuk ke dalam sedimen. Energi masih tetap
4
Koesoemadinata,Geologi Minyak- daD Gasbumi
tersimpan
di dalam zat organik
tersebut
yang kemudian diubah menjadi
minyak- dan gasbumi. Dengan demikian energi yang terdapat
di dalam
minyak- dan gasbumi itu berasal
dari matahari.
Jadi,
kalau kita
membakar minyak tanah misalnya,
sebetulnya
api panas yang keluar
dari minyak
tanah tersebut
tidak
lain dari sinar matahari
yang telah dikungkung
oleh zat organik
dan telah tersimpan
berjuta-juta
tahun. Jadi,
energi
yang terdapat
dalam batubara,
minyak- dan gasbumi sebetulnya
adalah
energi matahari
yang telah diawetkan dan disimpan dalam kerakbumi.
Dengan demikian banyak orang yang mengatakan bahwa batubara,
minyakdan gasbumi itu sebetulnya
tidak lain daripada
energi fosil.
Mengenai
sumber hidro-listrik
kita mengetahui,
bahwa air dapat sampai di atas
pegunungan berkat sinar matahari.
Matahari menyinari
lautan dan menghasilkan
uap, dan di dalam uap itu terkungkung
energi yang berasal
dari matahari.
Waktu dihujankan
sebagian air jatuh di tempat yang lebih
tinggi
daripada
laut,
sehingga mempunyai energi potensial
yang lebihbesar.
Energi potensial
ini didapatkan
dari energi matahari.
Pada waktu
air itu turun ke laut,
energi potensial
diubah menjadi energi kinetik.
Energi kinetik
itu tidak lain ialah energi matahari yang telah dibebaskan. Dengan demikian jika kita menyalakan lampu listrik,
walaupun sumbernya dari Jatiluhur
misalnya,
energi yang dikeluarkan
dari lampu ini
adalah sinar matahari tersebut.
Energi nuklir
dan energi geotermal
sebetulnya
adalah satu-satunya
sumber energi yang bukan berasal
dari
energi matahari.
Energi nuklir
didapatkan
dari bumi, dan bumi sendiri
berasal
dari matahari.
Walaupun demikian bolehlah
kita katakan,
bahwa
energi nuklir
dan geotermal
adalah satu-satunya
sumber energi yang
bukan berasal
dari energi matahari.
1.1.3
KEUNGGULAN
MINYAK-
DAN GASBUMI
SEBAGAI
SUMBER ENERGI
Minyak- dan gasbumi, terutama minyakbumi,
mempunyai keunggulan daripada sumber energi lainnya
yang telah diutarakan
di atas.
Keunggulan
ini terutama ditinjau
dari segi teknik maupun ekonomi.
Keunggulan tersebut disebabkan
karena berbagai
sifat
fisika
tertentu
dari minyakdan gasbumi, yaitu
antara lain:
1) SIFAT CAIR MINYAKBUMI
Sifat cair minyakbumi ditinjau
dari segi teknik menguntungkan;
pertamatama karena cairan
itu mudah sekali
untuk ditransportasikan.
Cairan
mudah disimpan dalam berbagai
macam bentuk temp at ataupun tanki;
dapat
menyesuaikan diri
dengan bentuk alat transport;
dapat ditransport
dengan memompakannya melalui
pipa sehingga mengalir
sendiri.
Juga dari segi
pemindahan,
cairan
sangat mudah dialirkan
dengan menggunakan pipa dan
sebagainya.
Misalnya
saja bensin,
suatu hasil
pengilangan
minyakbumi,
mudah ditempatkan
dalam tanki motor yang bentuknya bisa disesuaikan
dengan selera kita.
Contoh lain ialah,
mudahnya ditempatkan
dalam
mobil yang bentuk tankinya
bisa disesuaikan
dengan tempat yang tersedia
dan ekonomi ruang yang terdapat
dalam mobil tersebut.
Bayangkan saja
kalau kita harus menggunakan batubara
sebagai sumber energi,
maka penyimpanannya memerlukan tempat dan bentuk yang khusus, dan cara mehtransportnya
pun lebih
sulit
karena merupakan bahan yang sifatnya
padat (bulky).
Gasbumi mempunyai sifat
gas yang juga mempunyai keunggulan daripada
zat padat,
dan sebetulnya
juga terhadap
zat cair karena dapat dimampatPendahuluan
5
7.956
kan, sehingga volumenya dapat diperkecil.
Di lain fihak gas sangat
mudah mengalir
dan kebocoran sulit
diketahui,
sehingga memerlukan teknologi
lebih
tinggi
dalam penyimpanannya.
Dapatlah dibayangkan
bahwa
dengan adanya sumber energi yang berbentuk
cair atau gas ini penyimpanan dan transportasi
sangat dipermudah.
2) MINYAK- DAN GASBUMI MEMPUNYAINILAI KALOR TINGGI
Ni1ai ka1ori yang tinggi
dapat di1ihat
pada Tabe1 1-1 yang menunjukkan
bahwa bensin mempunyai ka1ori yang sangat tinggi.
Juga gas, mempunyai
ni1ai
energi
sangat tinggi.
Tabel
Nilai
1 .1
kalori
beberapa
jenis
bahan-bakar
-~
--
\
Bahan bakar
Arang
Kayu
kayu
(rata-rata)
I
Lignit/batubara
muda
Batubara
Lemak
Minyak
bitumina
subbitumina
hewan
4.420
3.990
7.260
3.328
I
-
5.289
5.650
(rata)
3.339
5.862
8.200
9.500
nabati
9.500
9.300
l
Alkohol/etil
6.456
Aspal
5.295
Minyak
Minyak
Solar
mentah
Minyak
Bensin
-10.839
10.419
bunker
-10.764
10.283
(diesel
fuel)
tanah
BTU/Lbs
kal/gram
10.667
(kerosene)
11.006
(gasoline)
11.528
7.182
13.068
5.440
9.520
10.240
17.100
16.740
11.620
9.530
18.755
18.510
19.200
19.810
20.750
*
-6.010
-10.550
-14.620
-17.100
-19.510
-19.516
J
1 BTU ~ 252.000
kalori
1 LBS '0 pound ~ 459 gram
Selain itu,
minyak dan gasbumi juga bersifat
memperkecil
atau menciutkan
volumenya,
sehingga sangat mempermudah transportasi.
Ini berarti
bahwa
satu kilogram
minyakbumi akan menghasilkan
kalori
yang lebih banyak
daripada
satu kilogram batubara.
Pengangkutan batubara
tidak pula
efisien,
sehingga dengan demikian mengurangi 'payload'.
Bahan bakar
berkalori
tinggi
memungkinkan misalnya
pembuatan pesawat terbanq
ataupun roket yang berat dari penyediaan bahan bakarnya adalah kritis.
3)
MINYAK-
DAN GASBUMI
MENGHASILKAN
BERBAGAI
MACAM BAHAN
BAKAR
Minyak- dan gasbumi, terutama minyak mentah, menghasilkan
berbagai
macam fraksi
distilasi
yang merupakan bahan bakar untuk keperluan
berbagai
macam mesin. Misalnya,
bensin untuk mesin motor, kerosin
untuk
mesin jet,
solar untuk mesin diesel.
Hal ini sangat menguntungkan dalam
perancangan berbagai macam mesin untuk keperluan
tertentu,
sehingga
kebutuhan bahan bakarnya dapat sesuai dengan masing-masing
jenis mesin
tersebut.
4)
MINYAKBUMI
MENGHASILKAN
BERBAGAI
MACAM PELUMAS
Hal ini tidak
ada hubungannya dengan minyakbumi sebagai bahan bakar,
akan tetapi
jelas
sekali
bahwa adanya berbagai macam pelumas memungkin6
Koesoemadinata,
Geologi Minyak- dan Gasbumi
kan pembuatan berbagai
jenis mesin, mulai dari
jet,
berbagai mesin perseneling
dan sebagainya.
5)
MINYAKBUMI
DAPAT
BERSIFAT
SEBAGAI
2-tak,
BAHAN BAKU YAITU
diesel,
BAHAN
pesawat
PETRO-
KIMIA ('PETROCHEMICALS', MISALNYA, BAHAN PLASTIK, TEKSTIL TERTENTU
DAN SEBAGAINYA).
Sifatnya
sebagai bahan petrokimia
mempengaruhi perkembangan industri
tekstil
dan plastik
d~wasa ini.
Sebagai bahan sintetis
dan barang bahan, seperti
plastik
dan tekstil
misalnya,
minyakbumi memegang peranan
sangat penting.
Sebagai contoh,
plastik
sebagai alat pembungkus dewasa
ini telah mendesak daun pisang,
begitu pun bahan tekstil
seperti
nylon
dan sebagainya
dibuat dari bahan minyakbumi.
Sekarang banyak bejana dibuat dari plastik
dan bukan lagi dari besi atau logam lainnya,
begitu pun
pipa karet banyak digantikan
dengan bahan berkualitas
jauh lebih baik.
Kalau kita bandingkan keuntungan penggunaan minyakbumi dengan batubara,
nyatalah
perbedaan yang jauh sekali,
misalnya
saja dalam hal penambangannya. Sifat cair minyakbumi menyebabkan penambangannya jauh lebih
mudah dan aman daripada batubara.
Kita cukup membor dan memompa minyakbumi, sedangkan pada penambangan batubara kita dihadapkan dengan berbagai macam masalah. Misalnya,
karena penambangan batubara
berlangsung
di bawah tanah,
timbullah
berbagai persoalan:
ventilasi
udara, keamanan tambang, beraneka macam pengotoran
yang terj adi di dalam tambang,
kemungkinan kecelakaan
gas dan sebagainya.
Apabila diusahakan
tambang
terbuka,
biaya jadi lebih mahal, misalnya pengupasan tanah yang menutup
batubara memerlukan biaya sangat besar dan teknologi
yang maju. Belum
lagi biaya untuk mengangkut zat padat yang tergantung
pada truck,
lori
ataupun kereta-api
yang memerlukan tenaga serta ruang yang jauh lebih
banyak daripada
untuk mengambil minyak dengan cara pompa melalui
pipa
dan seterusnya.
Memang secara geologi
batubara
jauh lebih mudah dicari
daripada minyakbumi.
Tetapi di lain fihak batubara
itu kotor,
sukar
untuk ditransport
sedangkan minyakbumi walaupun kotor
dapat ditransport
oleh pipa.
Meskipun ada kemungkinan kebocoran pada penggunaan pipa,
tetapi
jauh lebih bersih daripada
mentransport
batubara.
Selain itu
instalasinya
juga jauh lebih
aman daripada penambangan batubara.
Sumber energi lainnya,
yaitu
sumber radioaktif,
secara geologi
lebih
sulit
lagi dicari,
tetapi
mempunyai nilai
kalori
atau sumber yang lebih
besar daripada minyakbumi.
Sumber nuklir
juga dapat menimbulkan bahaya
dan pengotoran
udara yang lebih besar daripada minyakbumi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa untuk abad ini,
minyak- dan
gasbumi, terutamu minyakbumi,
mempunyai keunggulan yang lebih tinggi
daripada sumber energi lainnya.
Juga sampai kini minyakbumi merupakan sumber energi yang paling murah,
setidaknya
sebelum kenaikan harga minyakbumi semakin melonjak.
1.1.4
KETERGANTUNGAN
PERADABAN
KINI
PADA
MINYAKBUMI
Kejadian pada akhir tahun 1973 dan awal 1974 merupakan contoh paling
baik mengenai ketergantungan
peradaban dan kebudayaan manusia dewasa
ini pada minyakbumi.
Dengan diciutkannya
produksi
minyakbumi di beberapa negara penghasil
minyak di Timur Tengah, timbullah
suatu krisis
yang meliputi
seluruh dunia.
Padahal pengurangan hanyalah meliputi
10%saja.
Maka dapatlah
dibayangkan bagaimana efeknya terhadap peradaban
Pendahuluan
kita
ini
ka1au minyakbumi
itu
sarna seka1i
tidak
ada.
Pertarna-tarna
da1arn
ha1 transport;
jika
minyakbumi
tidak
ada, maka pesawat
terbang,
kapa1
1aut
(yang dewasa ini
banyak menggunakan
mesin diesel
ataupun
uap yang
mempergunakan
minyakbumi)
, kereta-api
dan apa1agi
kendaraan
bermotor,
seperti
mobi1 truck,
bus dan sebagainya
tidak
mungkin berja1an.
Da1am
keadaan tertentu,
misa1nya
kapa1-api
memang masih bisa
berja1an
dengan
batubara,
begitupun
kereta-api.
Tapi je1as,
bahwa kita
tak bisa
hidup
tanpa
a1at transport
1ainnya,
seperti
mobil,
pesawat
terbang
dan 1ainlain.
Misa1nya
saja di Amerika
Serikat;
untuk
kota semacarn New York jika
sarna
seka1i
tidak
ada minyakbumi
maka penduduknya
yang berjum1ah
8.000.000
akan mati kelaparan
karena
tidak
akan ada bahan makanan yang masuk ke
kota tersebut.
Bukan saja
1a1u-1intas
manusia
yang tidak
bisa bergerak,
tetapi
berbagai
macam barang,
bahan vital
untuk
hidup
sehari-hari
dapat
terputus
oleh karenanya.
Demikian
pula di Indonesia
wa1aupun kita
be1um
se1uruhnya
tergantung
dari
minyak-dan
gasbumi
akan tetapi
kita
bisa
mengharapkan
berbagai
kesu1itan
da1am kehidupan
sehari-hari.
Misa1kan
saja
jika
minyak
tanah tidak
ada, maka masak pun akan menjadi
persoa1an.
Tak adanya bensin
bisa menimbu1kan
kekacauan
ekonomi.
Di Amerika
Serikat
kebutuhan
akan minyakbumi
1ebih-1ebih
1agi menonjol
karena
keadaan musim.
Tidak
adanya minyakbumi
akan mengakibatkan
perumahan menjadi
dingin
da1arn musim winter
dan tentu
akan banyak manusia
mati beku,
karena
sistem
pemanasan
untuk
perumahannya
sudah sarna seka1i
tergantung
pada minyakdan gasbumi.
Hanya ke1angsungan
kehidupan
di
kota keci1
atau di perkarnpungan
saja yang masih
dapat diharapkan,
yaitu
dengan mempergunakan
kayu ataupun batubara.
Untuk industri
akibatnya
sudah je1as,
karena
produksi
akan macet sarna seka1i
tanpa adanya tenaga
penggerak.
Demikian1ah
penurunan
produksi
minyak
oleh beberapa
negara
Arab pada
tahun 1973-1974
telah
menimbu1kan
suatu kemunduran
bagi industri.
Apa1agi
jika
sumber minyak
tidak
ada sarna seka1i,
maka se1uruh
industri
akan 1umpuh.
Sumber energi
1ainnya
tentu
saja
dapat dipergunakan,
seperti
misa1nya
batubara
(di Inggris),
tetapi
bagaimana
pun tingkat
industria1isasi
akan sangat mundur.
produksi
tenaga
1istrik
juga
sangat
dipengaruhi
oleh peristiwa
tahun 1973-1974.
Jepang menjadi
ge1ap gu1ita
karena
kebanyakan
sumber tenaga
1istriknya
tergantung
dari minyakbumi.
Begitupun
Amerika
Serikat,
sebab 1ebih dari
50% sumber per1istrikan
berasa1
dari
pembangkit
tenaga
uap atau diesel
yang dihasi1kan
atau
digerakkan
oleh minyakbumi.
Di New York,
se1uruh
kehidupan
tergantung
pada 1istrik,
misa1nya
untuk
naik-turun
lift
atau elevator,
pemanasan
dan sebagainya.
Tanpa adanya minyak,
peradaban
di Amerika
Serikat
yang
kita
ketahui
dewasa ini
akan mati
sarna seka1i.
Dapat diulas
kembali
bahwa peradaban
yang daw~sa ini
kita
nikrnati
sangat
tergantung
pada rninyakdan gasburni,
rnaka sulitlah
untuk
dibayangkan
bagairnana
jika
rninyakdan gasburni
itu
sudah tidak
ada lagi.
Dewasa ini
lebih
dari
separuh
cadangan rninyakburni
terdapat
di beberapa
negara
Tirnur Tengah dan kehidupan
ini
akan sangat
tergantung
daripada
kebijaksanaan
para pernirnpin
di Tirnur Tengah.
Dari
sini
kita
bisa rnelihat pentingnya
rninyakburni;
bukan saja rnernpengaruhi
politik
rniliter
tetapi
terutarna
kebudayaan
kita.
Banyak ahli
rnerarnalkan
bahwa rninyakburni akan habis
di abad ke-21.
Sernentara
ini
berbagai
sumber energi
lainnya
harus rnulai dikembangkan.
8
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
Sukar untuk dibayangkan
mengenai apa yang akan terjadi
dengan mobil,
pesawat jet dan kendaraan lainnya
(yang dewasa ini merupakan sesuatu
yang sudah dianggap biasa),
kalau dalam abad ke-2l nanti minyakbumi
bukan lagi merupeJcan sumber energi utama.
Perkembangan
segi po1itik
dan segi rni1iter
rnerupakan
sebagian
keci1
saja dari
akibat
ketergantungan
peradaban
rnanusia
dewasa ini
pada
minyakdan gasburni.
Hidup rnatinya
suatu negara
sangat
tergantung
daripada
rninyakburni.
Krisis
energi
tahun 1973-1974
rnenggambarkan
bagairnana
pentingnya
rninyakburni bagi perkembangan
sesuatu
negara.
Negara yang sedang berkembang
akan sangat
dipengaruhi
perkembangannya
oleh tidak
adanya rninyakdan
gasburni,
apa1agi
negara
yang sudah berkembang.
Dapat kita
1ihat
bahwa
tidak
sernua negara
industri
rnerni1iki
cadangan rninyak,
hanya beberapa
negara
saja yang rnerni1ikinya
secara
cukup atau ber1ebihan.
Mungkin
1ebih banyak
negara yang tidak
rnernpunyai
cadangan
rninyak
daripada
negara yang rnernpunyainya.
Indonesia
da1arn ha1 ini
beruntung
seka1i
rnernpunyai
cadangan
rninyak yang cukup besar,
wa1aupun sebagai
produsen
rninyakburni
di dunia
hanya rnenduduki
temp at nomor 9 ataupun
10.
Berbagai negara Eropa pada umumnya tidak mempunyai cadangan minyakbumi.
Inggris,
Belanda, Swedia, Norwegia,
Portugal,
Spanyol,
Irlandia
tidaklah mempunyai cadangan minyak yang diperlukan
untuk kelangsungan
peradabannya ataupun industrinya.
Jerman dan Perancis
hanya mempunyai
surnber yang sangat terbatas.
Romania merupakan produsen utarna di Eropa
kecuali
Uni Soviet yang mempunyai cadangan minyak yang setaraf
dengan
Amerika Serikat
dan kebutuhan untuk minyakbuminya
dapat dipenuhi.
Ditemukannya minyakbumi di Laut Utara akan menjadikan
'Inggris
dan
Swedia'
sebagai negara produsen utarna di Eropa dan memberikan gairah
kepada beberapa negara di sekitarnya
untuk mengexplorasi
lebih banyak
lagi,
untuk mengakhiri
ketergantungannya
terhadap Timur Tengah.
Amerika Serikat
mempunyai cadangan cukup besar yaitu kira-kira
30 milyar barrel,
mempunyai produksi
harian yang sangat tinggi,
sesuai dengan
permintaan
yang sangat besar, yaitu harnpir 19.000.000 barrel
tiap hari.
Walaupun demikian tetap mengharuskan negara ini mengimpor minyak dari
berbagai
negara Timur Tengah, meskipun hanya meliputi
10% saja.
Dengan
adanya krisis
energi pada tahun 1973-1974,
surnber minyakbumi yang didapatkan di lepas pantai
(terutama di daerah Pasifik)
dan di Alaska
digiatkan.
pada mulanya pengusahaannya dihalang-halangi
para ahli ilmu
lingkungan
karena masalah perusakan lingkungan
yang qapat ditimbulkannya.
Akan tetapi
ketidak-adaan
energi merupakan masalah yang lebih
gawat
lagi.
Dengan demikian kita melihat bahwa tidak meratanya cadangan
minyak di dunia ini
(boleh dikatakan
hanya terkonsentrasikan
di Timur
Tengah) menyebabkan banyak pertikaian
politik
yang terus menerus terjadi di Timur Tengah. Belakangan ini para pemimpin Arab rupanya sadar
akan kepentingan
minyakbumi untuk kehidupan Eropa Barat dan Amerika
Serikat.
Mereka berhasil
dapat menguasai berbagai perusahaan minyak
dengan membeli saharn perusahaan tersebut
tanpa mengadakan nasionalisasi,
sehingga memungkinkan melakukan aksi boikot
dan embargo. Dengan demikian kita
melihat bahwa minyak merupakar. senjata
ampuh bagi para pemimpin
Arab terhadap negara barat.
Pada waktu buku ini ditulis
belumlah dapat
dilihat
bagaimana kesudahan politik
atau pemakaian minyak sebagai suatu
senjata
politik
baru.
Pendahuluan
9
10
Dari segi militer,
minyakbumi telah menghasilkan
metoda peperangan yang
lain daripada sebelumnya.
Minyakbumi telah memberikan mobilitas
pada
peperangan,
yang selanjutnya
menghasilkan
peperangan yang lebih
dahsyat
lagi tetapi
lebih singkat.
Sebagai contoh,
misalnya
perang Dunia Kedua.
Adanya minyakbumi justru
menghasilkan
beraneka macam senjata
yang lebih
ampuh daripada
sebelumnya,
misalnya pesawat terbang,
tank
baja,
kapal
perang,
kapal selam dan sebagainya.
Adanya penguasaan minyakbumi seringkali menentukan jalannya peperangan.
Misalnya
saja Marsekal Rommel mengalami. kekalahan di Afrika,
bukan semata-mata karena tentaranya
tidak
mampu, tetapi
karena akibat Korps Afrika
yang dibanggakannya
tidak
berhasil
mendapatkan bahan bakar untuk senjata perangnya.
Begitu pun
Jepang pada waktu pecahnya perang dunia ke-dua,
segera menyerbu ke
Indonesia
untuk menguasai lapangan minyak yang terdapat
di Indonesia.
Dengan demikian dia terpaksa menaklukkan Indonesia
sebelum menyerbu
ke Australia
atau ke Amerika Serikat.
Sebaliknya
Jendral MacArthur
tidak perlu memperebutkan Indonesia,
karena Amerika pada waktu itu
mempunyai cadangan minyak yang cukup banyak sehingga Indonesia
dilewat
begitu saja.
Dari Australia
dia langsung melompat ke Philipina
dan
setelah
Philipina
dikuasai
tentu persediaan
miny~kbumi dari Indonesia
terputus
dari angkatan perang Jepang dan Jepang pun kalah.
1.1.5
BEBERAPA
POKOK KEBIJAKSANAAN
DALAM
PENGGUNAAN
MINYAKBUMI
SEBAGAI SUMBER ENERGI
Suatu kebijaksanaan
rnengenai
energi
yang rnenyangkut
rninyakburni
berdasarkan
tiga
pokok sebagai
berikut:
1)
KENYATAAN
LAINNYA)
DlKATAKAN
BAHWA MINYAKBUMI
MERUPAKAN BAHAN YANG
BAHAN PAKAI
HABIS
(SEBAGAlMANA
JUGA
DAPAT
(exhaustible)
HABIS
DENGAN BAHAN
ATAU
haruslah
MINERAL
DAPAT
Sekali kita pompakan minyak dari kerakbumi dan kemudian kita pakai,
cadangannya akan menciut terus dan akan habis.
Akibat daripada
dalil
ini,
berarti
explorasi
minyakbumi harus terus-menerus
dilakukan.
Harus
pula ditentukan
garis besar kebijaksanaan
mengenai pengelolaan
energi,
yaitu bahwa untuk setiap barrel
minyak yang diproduksikan
secara minimal haruslah
ditandingi
dengan penemuan satu barrel
minyak oleh usaha
explorasi.
Jadi,
untuk negara mana pun haruslah
dipegang suatu kebijaksanaan, bahwa explorasi
harus terus-menerus
dilakukan
bukan semata-mata
untuk menambah cadangan yang ada tetapi
juga menutup cadangan yang telah diproduksikan.
2)
KONSUMSI MINYAKBUMI TERUS-MENERUS MENINGKAT
Telah kita ketahui
bahwa untuk mempertahankan peradaban dan kemajuan
negara yang telah berkembang ataupun yang belum berkembang diperlukan
konsumsi minyakbumi yang terus-menerus
meningkat.
Pada tahun tujuhpuluhan,
konsumsi minyakbumi di seluruh
dunia kirakira masih berkisar
sekitar
empat puluh juta barrel
setiap hari,
dan
menurut proyeksi
maka pada tahun 1990 kebutuhan minyakbumi itu akan
mencapai 100 juta barrel
setiap hari.
Ini merupakan suatu kebutuhan
yang luar biasa dan sampai kini belumlah kita ketahui
apakah permintaan sebesar itu dapat dipenuhi
pada tahun 1990. Tetapi dengan adanya
krisis
energi pada tahun 1973, berbagai
negara yang telah maju mulai
sadar bahwa konsumsi minyakbumi haruslah
dikurangi
atau setidak-tidakKoesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
nya dikekang.
Kalau tidak
dernikian
rnaka dalam waktu yang tidak
lama
cadangan rninyakburni
akan habis.
Kebijaksanaan
ini
haruslah
dijadikan
pedornan bagi negara
penghasil
rninyak
ataupun
konsurnen rninyak.
Untuk
Asia Tenggara
rnisalnya,dewasa
ini
produksi
Indonesia
berlebihan,
akan
tetapi
di tahun-tahun
rnendatang
dengan rneningkatnya
perrnintaan
rninyakburni, rnaka daerah Asia Tenggara
ini
pasti
sudah rnulai
rnengirnpor
dari
negara lainnya,
kecuali
jika
Indonesia
rnarnpu rnernpertinggi
produksinya
dan rnernperbesar
cadangannya.
3)
KEBIJAKSANAAN
HARUS JUGA
DIDASARKAN
ATAS
TIDAK
MERATANYA
SUMBER
MINYAKBUMI DI SELURUHDUNIA
Bukan saja di seluruh dunia,
tetapi
di satu negara pun penyebarannya
tidak merata.
Misalnya
saja Indonesia,
tidak
semua daratan ataupun
lautan di dalam daerah Indonesia
menghasilkan minyak.
Walaupun tersebar secara tidak merata tetapi
tetap terdapat
dalam jalur
geologitertentu.
Penyebaran tidak merata ini dapat menyebabkan pertikaian
politik
sebagaimana kita
lihat
di Timur Tengah. Juga kita
lihat
dalam
pertikaian
batasan landasan kontinen,
adanya minyakbumi merupakan
suatu faktor
penting.
Di masa lampau tidak meratanya penyebaran minyakbumi telah menyebabkan
politik
expansi,
kolonialisasi
serta imperialisme
dan lain-lain.
Dewasa ini juga masih menyebabkan expansi politik
ekonomi.
Banyak negara
berkembang berusaha untuk menguasai daerah yang kaya minyak bukan ditinjau
dari segi militer
tetapi
segi politik
ekonomi.
Dari
uraian di atas jelas pulalah,
bahwa kebijaksanaan
mengenai energi
dan minyakbumi haruslah
didasarkan
atas kenyataan sebagaimana telah disebutkan di atas.
Jadi,
jika
suatu negara ingin maju, negara itu pun
harus mengamankan persediaan
minyaknya dan harus merencanakannya untuk
waktu yang cukup lama. Selain itu negara tersebut
harus berusaha memenuhi kebutuhan minyaknya dengan mempertimbangkan ketiga
pokok kebijaksanaan yang telah diuraikan
di atas.
1.1.6
MINYAKBUMI
SEBAGAI
ZAT UNIK
DALAM
KERAKBUMI
Minyakbumi merupakan suatu zat yang unik di dalam kerakbumi yang sebetulnya
serba padat di samping air.
Keunikan tersebut
dapat kita perinci
sebagai berikut:
1) Sifatnya
yang cair membedakannya dengan zat lain di sekitarnya,
kecuali air.
2) Sifatnya
yang cair menyebabkan geologi
sejarah minyakbumi pun
berlainan
dari kerakbumi sendiri.
Cara terbentuknya
kerakbumi dan perkembangannya,
juga lain dengan
minyakbumi.
Minyakbumi dibentuk
di tempat tertentu,
tetapi
karena
sifatnya
yang cair,
dapat pindah dan berkumpul di tempat lain.
3) Susunan kimia minyakbumi juga berbeda dengan kerakbumi.
Minyakbumi merupakan campuran komplex senyawa hidro-karbon
dari berbagaimacam isomer,
dengan rantai
panjang,
merupakan jaringan
yang komplex,
dan jumlahnya ratusan bahkan sampai ribuan.
Kerakbumi terbentuk
daripada batuan yang terdiri
dari berbagai
mineral
terutama mineral
silikat, yaitu mengandung unsur silikon
dan oksigen.
Jadi di satu fihak
kita menghadapi suatu sistem hidro-karbon,
di lain fihak
sistem silikat.
4) Secara kimia minyakbumi mempunyai hubungan erat dengan zat organik
sehingga batuan sedimen merupakan habitat
minyak dalam kerakbumi.
Pendahuluan
11
Pada beberapa bab selanjutnya,
akan dijelaskan
bahwa minyakbumi merupakan hasil
penguraian
atau pengubahan zat organik,
sedangkan zat organik
hanya didapatkan
atau ikut terendapkan
dengan batuan sedimen dan tidak
mungkin dengan batuan beku atau pun batuan metamorf.
Jadi,
jelaslah
bahwa terbentuknya
minyakbumi sangat erat hubungannya dengan cara
pembentukan batuan sedimen.
,
1.1.7
RUANG LINGKUP GEOLOGI MINYAK-
DAN GASBUMI
Sebagaunana telah diutarakan
di a~as, minyakbumi dan batubara merupakan
bahan bakar fosil.
Energi yang dipancarkan
matahari
terkungkung
di
dalam kedua zat tersebut
dan terawetkan
selama jutaan tahun dan oleh
karenanya dinamai bahan batar fosil.
Karena bahan bakar fosil
bersifat
organik,
maka sangatlah
erat hubungannya dengan batuan sedimen.
Tetapi
di samping itu kita melihat
pula hubungan yang sangat erat antara bijihbijih
dengan berbagai
bahan baku seperti
logam dan sebagainya,
yang
pada umumnya berhubungan dengan batuan beku dan batuan metamorf.
Dengan demikian kita
dapat melihat perbedaan yang menyolok antara bahanbak
yang hubungannya dengan batuan sedimen di satu fihak
(terkecuali
uranium yang bukan merupakan bahan bakar fosil)
, di fihak
lain bahan
baku yang berhubungan erat dengan batuan beku dan metamorf.
Berdasarkan
kenyataan di atas kita
dapat membedakan dua bidang utama
dalam ilmu geologi terpakai:
GEOLOGI BATUAN KERAS (hard-rock
geology),
yaitu
bidang geologi
yang
khusus mempelajari
bijih-bijih
logam yang hubungannya erat dengan
batuan kristalin
atau batuan beku dan metamorf.
Bidang ini sering
juga digolongkan
dalam Geologi Ekonomi.
GEOLOGI BATUAN LUNAK (soft-rock
geology),
yaitu bidang yang mempelajari
batuan sedimen, terutama untuk tujuan mencari atau mendapatkan minyakbumi dan batubara
yang sangat erat hubungannya dengan batuan sedimen.
Atau dapat pula kita
sebut sebagai Geologi Bahan Bakar (Fuel Geology).
Dari uraian di atas jelaslah,
bahwa ruang lingkup
geologi
minyak- dan
gasbumi ini merupakan pengkajian
dari batuan sedimen dan semua faktor
yang menentukan cara terdapatnya,
penyebarannya
dan cara berakumulasinya minyak- dan gasbumi di dalam kerakbumi.
1.2.1
PERKEMBANGAN UMUM INDUSTRI MINYAKBUMI
Di dalam sejarah manusia, minyakburni mungkin pertarna kali
ditemukan
atau dikenal
orang di Timur Tengah, di Iran atau Farsi Kuno yang juga
dikenal
sebagai daerah Mesopotamia.
Di daerah ini minyakburni mula-mula
dikenal
sebagai rembasan dan sumber yang terdapat
pada perrnukaan burni.
Nabi Nuh yang diperkirakan
hidup di daerah ini adalah manusia yang
mungkin untuk pertama kalinya
memanfaatkan minyakburni atau dalam hal
ini aspal (teer)
untuk melapisi
perahunya,
agar tidak
kernasukan air.
Di zaman-zaman berikutnya
diduga bahwa di daerah ini terdapat
rembasan
gasburni yang telah terbakar
dan kemudian merupakan unggun api yang
abadi.
Maka timbullah
agama Farsi (Zoroaster)
yang menyembah api abaditerse
Di zaman Harun AI-Rashid
12
minyakburni
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
telah
pula
dikenal,
dan Harun Al-
Rashid menggunakannya sebagai bahan pernbakar, namun tidak banyak diketahui mengenai bahan itu.
Istilah
yang diberikan
oleh Harun Al-Rashid
untuk minyakburni tersebut
adalah naphta.
Hal ini terjadi
jauh sebelurn
perkernbangan minyakburni yang modern tirnbul.
Pada zaman Cina kuno telah pula dikenal
industri
pengusahaan minyakburni.
Menurut catatan sejarah,
orang Cina malahan telah mencoba mernbor minyakbumi sejak zaman sebelurn Masehi.
Industri
minyakburni yang modern tirnbul di Amerika Serikat
pada abad ke19, yang segera disusul
oleh beberapa negara Eropa dan bagian dunialainnya.
Sebelurn ditemukan pengusahaannya secara komersiil,
minyakbumi
telah sejak lama dikenal
di
Amerika Serikat
terutama sebagai rembasan.
Minyakburni yang didapatkan
dari berbagai
sumber pada permukaan burni,
semula Bering dianggap sebagai barang aneh dan juga diperjual
belikan
sebagai chat.
Orang Indian menggunakannya untuk mencoret-coret/menghiasi
mukanya di waktu perang.
Juga di Eropa, minyakbumi telah lama dikenal
di beberapa daerah,
terutama di Romania dan juga di bagian Eropa Baratlainnya.
Pemunculan minyakbumi itu telah merupakan juga suatu keanehan
yang menarik perhatian
para sarjana pada zaman itu.
Akan tetapi
jauh
sebelurn minyakburni dipergunakan
dalam industri,
Haquet pada tahun 1794
telah mengemukakan teorinya
bahwa minyakbumi berasal
dari daging ataupun zat organik
lainnya,
seperti
kerang atau moluska.
Hal ini dikemukakan terutama karena batuan yang mengandung minyak biasanya mengandung
juga fosil
binatang
laut.
Pada tahun 1805 Van Humbold dan Gay Lussac mengira bahwa minyakburni
berhubungan dengan aktivitas
gunung api, sebagai contoh misalnya,
gunung Vesuvius.
Ide serupa,
dikemukakan pula oleh orang ahli geologi
Perancis
Virlet
d'Aoust pada tahun 1834. Teorinya
didasarkan
pada
gejala bahwa seringkali
minyakburni ditemukan bersama-sama dengan lumpur
gunung api.
Pada tahun 1842 :
direktur
di pulau ~aspe yang terdapat
di mulut sungai St.Lawrence.
Mungkin ini merupakan pengamatan pertama yang menghubungkan
terdapatnya
minyakbumi dengan antiklin.
Pada tahun 1847 di Glasgow
(Inggris)
untuk pertama kali
ditemukan suatu cara mengolah minyakbumi
menjadi minyak lampu yang menggantikan
lilin
yang pada waktu itu merupakan sumber penerangan utama. Dengan ditemukannya
cara pengolahan
tersebut
maka minyakbumi menjadi bahan yang dicari
oleh banyak pengusaha. Hal ini menimbulkan suatu ide pada'
,
di
Amerika
:
yang
sangat
penting,
yaitu
saat
.Tahun
1859
merupakan
permulaan
timbulnya
saat
industriminyak.
Pengeboran dilaksanakan
di Titusville,
negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat,
dan minyak berhasil
ditemukan serta diproduksikan
dari kedalaman 69 kaki.
Pemboran dilakukan
di dekat suatu rembasan atau
sumber minyakbumi,
dan ternyata
dapat dihasilkan
produksi
yang lebih
besar daripada yang keluar
dari rembasan. Sejak saat itulah
pemboran
merupakan satu-satunya
cara untuk mengexploitasi
dan mengexplorasi
minyakbumi secara komersiil.
Pada tahun berikutnya
tas Glasgow mengadakan
Rogers
Pendahuluan
Henry D. Rogers seorang
gurubesar
pengamatan
di daerah
Pennsylvania
sangat
rnengetahui
keadaan geologi
pada
dan
Universimelihat
daerah
13
.Teori
mengenai
mulajadi
akumulasi
dan terdapatnya
minyak
bumi merupakan
suatu
teori
klasik
dan bertahan
sarnpai dewasa ini
dengaJ
hanya sedikit
perbaikan
saja.
Judul
asli
tulisan
tersebut
adalah
'Note:
on the History
of Petroleum'
(Rock Oil).
Dalarn tahun yang sarna, yaitu
tahun 1861, B. B. Andrews seorang
gurubesar
ilmu
geologi
pada Marietta
College
di negara bagian
Virginia
barat
menunjukkan
pula
terdapatnya
minyakdan gasbumi
r
akan tetapi
diterangkannya
akumu1asi
loka1 minyak- dan gasbumi tersebut
merupakan hasi1 retakan yang terjadi di atas sumbu antik1in
yang batuannya te1ah dihancurkan
oleh pengan~
katan dan pe1ipatan.
Andrews dan Hunt kedua-duanya yakin,
bahwa retakro
yang terjadi
da1am batuan yang mengandung minyak tersebut
merupakan
faktor
penting
bagi terdapatnya
akumu1asi di atas sumbu antik1in.
Da1am pada itu Prof.
Alexander
Winchell
dari Universitas
Michigan pada
tahun 1860 berpendapat
bahwa batupasirnya
sendiri
cukup mempunyai
kesarangan
(porositas)
untuk mengandung minyak tanpa adanya retakan.
Berbagai prinsip
yang te1ah dikemukakan oleh Logan, Rogers, Hunt,
Andrews dan Winchell
sedikit
seka1i diperhatikan
oleh berbagai
perusahaan minyak pada waktu itu.
Da1am ha1 ini I.C.
White rupa-rupanya
ada1a
ah1i geo1ogi pertama yang mendemonstrasikan
kebenaran teori
antik1in
.
untuk akumu1asi minyak- dan gasbumi, dengan mendatangi suatu 1apangan
dan menunjukkan lokasi
pada struktur
tersebut
dengan berhasi1.
Dengan
teori
tersebut
dia menemukan beberapa 1apangan minyak baru di negara
bagian Pennsylvania.
Teori antik1in
tersebut
cukup berhasil
dan diterima oleh para ah1i geo1ogi di zaman itu,
namun masih juga ditentang
oleh para ah1i geo1ogi terkemuka.
Wa1aupun demikian,
berbagai
kritik
terhadap teori
antik1in
tidak merubah pentingnya
struktur
sebagai suatu
faktor
da1am akumu1asi minyak- dan gasbumi dan merupakan suatu fakta
yang secara mendarah daging diakui
oleh para ahli geo1ogi minyakbumi
sampai sekarang.
Pada tahun 1888 E. Orton memberikan suatu karya lengkaI
mengenai geo1ogi minyak- dan gasbumi, dimana antara lain ia berkesimpu1an bahwa minyakbumi berasa1 dari zat organik.
Wa1aupun teori
antik1in
te1ah berhasi1
dan menunjukkan pentingnya
geologi
untuk mencari minyak- dan gasbumi, baru pada tahun 1897 suatu
perusahaan minyakbumi yaitu
Southern Pacific
Oil Company menyewa seoran<
ah1i geo1ogi untuk mencari minyakbumi dengan berhasi1.
Pada permu1aan
abad ke-20 semua perusahaan minyakbumi di Amerika Serikat
telah mempunyai bagian geo1ogi sebagai 'Exploration
Departement'.
Hal ini merupakar
zaman baru da1am sejarah
industri
minyakbumi.
Pada tahun 1917 di Amerikc
Serikat
tidak ada perusahaan minyakbumi tanpa seorang ahli geo1ogi.
Tahun itu juga merupakan permu1aan suatu era da1am sejarah
i1mu geo1ogi
minyakbumi,
dengan didirikannya
'the American Association
of Petroleum
Geologists'
yang berkedudukan
di kota Tulsa, Oklahoma, suatu perhimpuna~
i1miah para ahli geo1ogi yang menkhususkan diri
pada pencarian
minyakdan gasbumi.
Menje1ang akhir
abad ke-19 pencarian
minyakbumi serta timbu1nya industri
minyakbumi te1ah menyebar juga ke 1uar Amerika Serikat,
terutama ke
Amerika Latin
(misa1nya Mexico mu1ai pada tahun 1890), dan ke Eropa
Timur seperti
Romania dan Rusia (di sekitar
daerah Baku), kemudian juga
14
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
ke Burma dan Indonesia
yang merupakan daerah penting
bagi pencarian
minyakbumi pada waktu itu.
Di daerah Timur Tengah minat untuk explorasi
dimulai
pada tahun 1919, tetapi
karena berbagai
kesulitan
politik
dengan
Perancis
dan Inggris
maka perusahaan Amerika baru pada tahun 1927 dapat
membor sumur yang pertama dan menemukan lapangan minyak Kirkuk sekitar
tahun itu.
Sumur pertama, menyembur tanpa dapat dikendalikan
dan menghasilkan
seratus ribu barrel
minyak per hari.
Pemboran selanjutnya
menunjukkan bahwa lapdngan Kirkuk merupakan suatu lapangan yang cukupbesar.
Hanya beberapa tahun sebelum perang Dunia II (yaitu pada tahun 1939)
beberapa lapangan minyak raksasa ditemukan di Saudi Arabia dan di-Kuwait,
maka dengan ini dimulailah
sejarah penemuan berbagai
lapangan
minyak raksasa di Timur Tengah. Daerah lain untuk pencarian
minyakbumi
pada waktu itu adalah India,
Burma dan Indonesia.
Baru setelah
perang Dunia II pencarian
minyakbumi dilakukan
juga di
berbagai
daerah seperti
Aljazair,
Sahara atau di daerah Afrika
lainnya,
begitu pula Australia.
Timbullah
pencarian
minyak di lepas pantai
terutama di tahun enampuluhan (60).
1.2.2
PERKEMBANGAN
METODA EXPLORASI MINYAKBUMI
Menjelang abad ke-20,
atau 50 tahun sesudah penemuan sumber minyak pertarna yang komersiil
di Amerika Serikat,
sedikit
sekali
bantuan teknik
yang diberikan
atau dicari
untuk penentuan lokasi pemboran.
Minyak biasanya ditemukan dengan membor di dekat rembasan atau indikasi
perrnukaan, malahan kadang-kadang
dengan pernboran secara mernbabi buta.
Pencarian
minyak dengan penggunaan metoda ilmiah mernang mernberikan
hasil,
narnun pemboran mernbabi buta pada waktu itu sekali-kali
masih
juga menghasilkan
lapangan minyak yang bernilai
ekonomi.
Pada tahun 1912 para ahli geologi
mulai mengadakan perpetaan
singkapan
untuk penentuan tempat pernboran yang paling baik.
Hasil penerapan ilmu
untuk pencarian
minyakburni mernberikan hasil
yang sangat menggernbirakan
dan dalarn waktu beberapa tahun saja struktur
yang mernberikan harapan
telah dibor sarnpai kedalarnan yang dapat dicapai
oleh alat pernbor. Pada
waktu itu alat bar hanya mampu membor 1000 sarnpai 1300 meter dengan
menggunakan bar tumbuk (cable tool).
Pada tahun 1901 metoda pernboran
putar
(rotary-drilling)
pertarna kali
dipergunakan
di lapangan minyak
Spindletop
di Texas. Dengan ditemukannya
berbagai
rnacam baja yang lebih
baik,
metoda pernboran dengan cara putar diperbaiki
dan pada perrnulaan
tahun duapuluhan cara baru ini merupakan metoda utarna untuk pernboransurnur.
Perbaikan
alat pernboran putar memungkinkan pernboran sarnpai kedalarnan 1500 sampai 2000 meter,
yang tidak
dapat dicapai
pada tahuntahun sebelurnnya.
Dewasa ini tentu teknologi
pemboran telah lebih maju
lagi dan dapat mencapai kedalarnan 24.000 kaki atau 8.000 meter.
Pada perrnulaan tahun 1920 para ahli geologi
baru dapat menghargai aaanya struktur
yang tidak
terlihat
pada perrnukaan dan dengan dernikian
dimulailah
metoda explorasi
bawah perrnukaan. Pernboran inti
mulai dipergunakan,
begitu pula penggalian
surnuran untuk mencari lapisan
penunjuk yang dapat dipetakan
di bawah perrnukaan.
Surnur yang dibor
dilog
lebih teliti
lagi dan juga cara mengurnpulkan serta menganalisa
keratan pernboran diperbaiki.
Dengan demikian didapatkan
informasi
yang
lebih baik lagi dari data pernboran. Paleontologi
mulai dipergunakan
Pendahuluan
lS
untuk mencari
korelasi
lapisan
beberapa
sumur,
dan hal ini
terutama
telah
mengembangkan
ilmu mikropaleontologi
yang mempelajari
fosil
renik
di bawah mikroskop.
Juga pad a waktu yang sarna adanya mineral
pun
terutama
mineral
berat
dipergunakan
untuk mencari
korelasi
seperti
tersebut
di atas.
Di tahun duapuluhan
penggunaan
metoda listrik
untuk
penlogan
mulai
dikembangkan
dan akhir
permulaan
tahun
tigapuluhan
penlogan
listrik
(electric
logging)
merupakan
prosedur
baku bagi pemboran sumur.
Cara ini
telah
berkembang
dari
tahun 1920 sampai sekarang
dan merupakan
cara yang sangat penting
terutama
dengan ditemukannya
konsep perangkap
stratigrafi.
,;
Perkembangan
paling
penting
dalam pencarian
minyakbumi
adalah
ditemukannya berbagai
cara geofisika,
yang oleh industri
minyak
Amerika
mulai
dipergunakan
pada pertengahan
tahun duapuluhan.
Metoda yang pertama
kali
ialah
metoda seismik
refraksi
yang dikembangkan oleh beberapa
ahli
Jerman pada tahun 1923 di New Mexico
untuk
memetakan
suatu patahan
(zona patahan),
tanpa memberikan
basil.
Setelah
dilakukan
berbagai
perbaikan
berhasillah
mereka melokalisir
suatu
kubah garam yang pertama
di daerah
Gulf-coast
pada tahun 1924.
Setelah
itu
ditemukan
juga banyak kubah lainnya
dalam waktu yang sangat pendek.
Sebetulnya
para ahli
Amerika
telah
mulai
mengadakan
experimen
yang
sarna pada tahun 1919 dan regu lapangan
yang pertama,
mulai
bekerja
pada tahun 1925.
Metoda ini
telah
pula berhasil
mendapatkan
sejumlah
kubah garam yang dangkal
di daerah
Gulf-coast
dan beberapa
di antaranya ternyata
merupakan
kubah yang produktif.
Akan tetapi
metoda bias
tersebut
ternyata
tidak
memberikan
hasil
yang baik
di beberapa
daerah
lain.
Oleh karena
itu pada tahun duapuluhan
orang mulai
kehilangan
kepercayaan.
Pada tahun 1929 metoda seismik
refleksi
dikembangkan
oleh
para ahli Amerika.
Ternyata
kedalaman
tegak yang dapat dijangkau
dengan
cara ini
dapat mencapai
beberapa
ribu kaki.
penggunaan
cara ini
memberikan
hasil
sangat menakjubkan.
pada tahun 1930 hanya beberapa
regu
saja yang beroperasi
di lapangan.
Pada tahun
1935 dari
beberapa
regu
itu
telah
meningkat
menjadi
beberapa
puluh
dan pada akhir
tahun 1943
menjadi
250.
Pada tahun 1923, bersamaan
waktunya
dengan dimasukkannya
cara seismik
refraksi
(bias),
suatu prinsip
pencarian
minyakbumi
yang lain
diimpor
dari
Eropa ke Amerika,
yaitu
metoda gravitasi.
Alat
yang dipergunakan
ialah
neraca
puntir
(torsion
balance),
suatu
penemuan Hongaria
tah~n
1890.
Ternyata
metoda
ini
juga
memberikan
hasil
yang besar
dalam pencarian
kubah garam di daerah
Gulf-coast,
tetapi
kurang
berhasil
untuk
daerah
pegunungan.
Gravimeter
jenis
lainnya
dikembangkan
di berbagai
laboratorium
Amerika
menjadi
suatu
alat
yang cukup baik
dan masih dipergunakan
dewasa ini.
Juga pada permu.laan
tahun duapuluhan
metoda magnetik
dikembangkan.
Metoda tersebut
ditemukan
dan dikembangkan
di Jerman dan
ternyata
merupakan
metoda yang sangat baik.
Pada tahun 1940 pemboran
lepas pantai
pertama
kali
dimulai
di Louisiana,
Amerika
Serikat.
Pada tahun 1950 pertama
kali
helikopter
dipergunakan
untuk
menunjang
explorasi
seismik
di Irian
Jaya.
Pada tahun 1958
pertama
kali
dilakukan
pemboran
dengan penggunaan
helikopter
sebagai
alat
angkut,
juga di Irian
Jaya,
pada pemboran
sumur Wapili
di Pulau
Salawati.
Boleh
dicatat
bahwa pemboran dengan helikopter
sebagai
alat
angkut,
untuk pertama
kali
dilakukan
di dunia
di Irian
Jaya.
Pada
tahun 1960 dimulai
explorasi
seismik
secara
besar-besaran
di lepas
pan16
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
tai.
17
Dalam tahun enam puluhan
terjadi
kemajuan
luar
biasa
dalam penggunaan cara seismik.
Pita
rekaman mulai
dipergunakan
untuk pencatatan.
Metoda pengolahan
data seismik
secara
elektronik
juga telah
dimulai
menggunakan
komputer,
antara
lain
dilakukan
cara pencatatan
secararnendetail.
Menjelang
akhir
tahun enam puluhan
dikernbangkan
pula
cara
yang dinarnakan
penginderaan
jauh (remote-sensing).
1.3
1.3.1
PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN
INDUSTRI
MINYAKBUMI
DI INDONESIA
UMUM
Minyakbumi telah dikenal
rakyat Indonesia
sejak abad pertengahan,
misalnya
saja pemakaiannya oleh orang Aceh untuk memerangi armada Por-tugis.
Industri
minyakbumi modern dimulai
pada tahun 1871, yaitu
sewaktu untuk pertamakali
diadakan usaha pemboran pencarian
minyakbumi
di Desa Maja, Majalengka,
Jawa Barat,
oleh seorang pengusaha Belanda
bernama Jan Reerink.
Tetapi pemboran yang dilakukan
di dekat suatu
rembasan akhirnya
mengalami kegagalan.
Penemuan sumber minyak yang pertama di Indonesia
ialah pada tahun 1883,
yaitu
dengan ditemukannya
lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga Said
di dekat Pangkalan Brandan di S~.atra
Utara oleh seorang Belanda bernama A.G. Zeijlker.
Penemuan itu kemudian disusul
oleh penemuan lain,
yaitu
lapangan minyak di Pangkalan Brandan dan Telaga Tunggal.
pada
waktu yang bersamaan juga ditemukan lapangan minyak Ledok di Cepu,
Jawa Tengah, Minyak Hitam di dekat Muara Enim di Sumatra Selatan,
dan
Riam Kiwa di daerah Sanga-Sanga, Kalimantan.
Penemuan sumber minyak Telaga Said oleh Zeijlker
merupakan modal pertama bagi berdirinya
suatu perusahaan yang dewasa ini dikenal
sebagai
Shell.
Menjelang akhir
abad ke 19 terdapat
18 perusahaan minyak asing yang
beroperasi
di Indonesia.
pada tahun 1902 didirikan
suatu perusahaan
terbatas
yang diberi
nama Koninklijke
Petroleum Maatschappij
yang dimodali dengan penemuan Zeijlker
di Aceh tersebut.
Perusahaan ini kemudian bersatu
dengan Shell Transport
Trading
Company dan dilebur
menjadi
suatu perusahaan yang dinamakan The A.siatic
Petroleum
Company atau Shell
Petroleum Company. Pada tahun 1907 didirikan
Shell
Group yang terdiri
dari B.P.M.,
yaitu Bataafsche
Petroleum Maatschappij,
dan Anglo Saxon.
pada waktu itu di Jawa Timur masih terdapat
suatu perusahaan yang namanya: Dordtsche
Petroleum Maatschappij,
tetapi
perusahaan ini pun kemudian
diambil
a1ih oleh
B.P.M. pada tahun 1912 perusahaan Amerika mulai masuk
di Indonesia
dengan membentuk perusahaan N.V. Standard
Vacuum Petroleum
Maatschappij
atau disingkat
'SVPM' yang mempunyai cabang di Sumatra
Selatan dengan nama N.V.:
N.K.P.M.
(Nederlandsche
Koloniale
Petroleum
Maatschappij)
yang sesudah perang kemerdekaan menje1ma menjadi P.T.
Stanvac Indonesia.
perusahaan minyak ini menemukan 1apangan minyak Pendopa pada tahun 1921 di Sumatra Selatan,
yang sebelum perang merupakan
lapangan minyak terbesar
di seluruh Indonesia.
Untuk mengimbangi perusahaan Amerika yang masuk pada waktu itu,
pemerintah
Belanda mendirikan
perusahaan gabungan pemerintah
dengan B.P.M.
yaitu:
Nederlandsch
Indische
Aardolie
Maatschappij
(50% B.P.M.,
50%
pemerintah),
yang sesudah perang dunia ke-dua menjadi P.T. permindo
dan kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N. pertamina.
Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika yang baru yaitu Standard
Pendahuluan
Oil
of California
dan Texaco, yang pada tahun 1930 membentuk N.V.N.P.P.M.
(Nederlandsche
Pacific
Petroleum Mij) dan sekarang menje1ma
menjadi P.T. Caltex Pacific
Indonesia.
Perusahaan ini mengadakan exp1orasi
secara besar-besaran
pada tahun 1935 di Sumatra Tengah dan
menemukan 1apangan minyak Sebangga (1940) dan pada tahun 1941 1apangan
minyak Duri.
Di daerah konsesi perusahaan ini,
pada tahun 1944 tentara
Jepang menemukan 1apangan raksasa Minas yang kemuctian dibor kemba1i
o1eh Ca1tex pada tahun 1950.
Pada tahun 1935 untuk exp1orasi
minyakbumi di Irian
Jaya dibentuk
suatu
perusahaan gabungan antara B.P.M.
(33t%) , N.P.P.M.
(33t%), N.K.~.M.
(33~%) suatu anak perusahaan yang diberi
nama N.N.G.P.M.(Nederlandsche
Nieuw Guinea Petroleum Mij) dengan hak mengadakan exp1orasi
minyakbumi
di Irian
se1ama 25 tahun (sampai tahun 1960). Pada tahun 1938 1apangan
minyak K1amono ditemukan dan disusu1 dengan 1apangan minyak Wasian,
Mogoi dan Se1e. Namun perusahaan ini tidak berhasi1
menemukan 1apangan
minyak yang berarti,
dan pada tahun 1960 diserah-terimakan
kepada perusahaan SPCo dan kemudian diambi1 a1ih o1eh permina pada tahun 1965.
Ini ada1ah sejarah perkembangan industri
minyak sebe1um perang kemerdekaan.
1.3.2 SEJARAH METODA EXPLORASI DIINDONESIA
Di Indonesia
pencarian
minyak dilakukan
mula-mula oleh B.P.M. yang pada
waktu itu namanya Koninklijke.
Pada waktu perusahaan ini mulai beroperasi
di Indonesia
disewanya 2 orang ahli geologi
yaitu Dr.C.
Porro
seorang Itali
dan seorang Swiss bernama Dr. C. Schmidt yang kemudian
menjadi seorang gurubesar
dalam ilmu Geologi di Brussel.
Kedua orang
ahli ini telah berpengalaman di Eropa.
Dalam perioda
pertama hanya dilakukan
pemetaan geologi
permukaan dengan mengadakan
explorasi
di sepanjang sungai untuk mencari singkapan,
dan baru kemudian
juga melakukan pemboran. Suatu regu geologi
pada waktu itu terdiri
dari seorang ahli geologi
yang terlatih
secara akademis dan seorang
asisten
geologi
yang pekerjaannya
terutama mengkoordinasi
buruh setem-pat.
Biaya untuk regu yang demikian pada waktu itu sangat rendah.
Ahli geologi
membuat peta geologi
berdasarkan
singkapan,
terutama peta
struktur,
dan kemudian dilakukan
suatu prognose dan pemboran explorasi.
Sampai perang dunia pertama explorasi
sampai seribu meter sudah merupakan sesuatu yang luar biasa,
tetapi
kemudian ternyata
pemboran bisa
dilakukan
lebih
dalam lagi.
Pada tahun 1910 mulai dilakukan
pemboran
inti
dan pada tahun 1918 pemboran spiral
tangan.
pemboran geologi
yang
lebih dalam mempergunakan mesin bensin.
Pada tahun 1920 suatu cara baru dimasukkan di Indonesia
yaitu
cara
geofisika.
Yang pertama kali
dipergunakan
B.P.M. adalah metoda gravitasi dan kemudian juga metoda seismik.
Cara gravitasi
ini terutama dipergunakan di Indonesia
pada tahun 1924 setelah
berhasil
baik di Amerika
Serikat.
penggunaan metoda seismik dilakukan
di Indonesia
semenjak tahun
1937. Permulaan pemakaian log oleh perusahaan Schlumberger
dilakukan
pada permulaan tahun tiga puluhan bersamaan juga dengan penerapan
mikropaleontologi
di Indonesia.
Metoda pemetaan udara dilakukan
pertama kali
di Indonesia
pada tahun
1932, yaitu
di Sumatra Selatan dan kemudian di Sumatra utara pada
tahun 1934. Pemetaan dilakukan
oleh angkatan darat Hindia-Belanda
dengan skala 1 : 10.000.
Pada tahun 1934 itu pula dilakukan
pemetaan
18
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
udara secara besar-besaran
di Kepa1a Burung, Irian Jaya. Pemetaan udara
ber1angsung dari tahun 1935-1937.
Pemetaan potret
udara ini
sangat membantu juga interpretasi
geo1ogi daerah tersebut.
Pemetaan udara berikutnya terjadi
pada tahun 1938 di Kalimantan.
1.3.3
PERKEMBANGAN INDUSTRI
SETELAH PERANG KEMERDEKAAN
MINYAKBUMI
DI INDONESIA
Pada revo1usi
fisik
tahun 1945-1950 terjadi1ah
pengambi1a1ihan
semua
instalasi
minyak oleh Repub1ik Indonesia.
Pada tahun 1945 didirikan
P.T. Minyak Nasiona1 Rakyat yang pada tahun 1954 menjadi perusahaan
Tambang Minyak Sumatra Utara.
Pada tahun 1957 didirikan
P.T. Permina
oleh Ko1one1 Ibnu Sutowo yang kemudian menjadi P.N. Permina pada tahun
1960. pada tahun 1959 N.I.A.M.
menje1ma menjadi P.T. permindo yang
kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N. Pertamin.
Pada waktu itu juga di
daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah te1ah berdiri
P.T.M.R.I.
atau Perusahaan Tambang Minyak Repub1ik Indonesia
yang kemudian menje1ma menjadi
P.N. PERMIGAN dan sete1ah tahun 1965 di1ikuidir
dan diambi1a1ih
oleh
P.N. PERMINA. Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan dan diganti
dengan sistem kontrak karya.
Pada tahun 1964 perusahaan
SPCO diserahkan
kepada P.N. PERMINA. Tahun 1965 merupakan tahun permu1aan sejarah baru da1am perminyakan
Indonesia
dengan dibe1inya
se1uruh
kekayaan B.P.M. -Shell
Indonesia
oleh P.N. PERMINA. Pada tahun itu
pula dimulai
kontrak
bagi-hasil
(production
~haring)
yang menyatakan
bahwa se1uruh wilayah
Indonesia
merupakan daerah konsesi P.N. PERMINA
dan P.N. PERTAMIN, sedangkan semua perusahaan a~ing hanya bisa bergerak
sebagai kontrakt~r
saja dengan hasi1 produksi
minyak dibagikan
dan
bukan da1am benttik pembayaran royalty.
Sejak tahun 1967 exp1orasi
besar-besaran
di laut dan di darat dilaksanakan oleh P.N. PERTAMll1 dan PERMINA dengan kontraktor
asing.
Tahun
1968 P.N. PERMINA dan P.N. PERTAMIN digabung menjadi P.N. PERTAMINA
yang kemudian merupakan satu-satunya
perusahaan minyak nasional
dengan
nama PERTAMINA (Perusahaan Tambang Minyak- dan Gasbumi Negara).
Tahun
1969 merupakan tahun yang sangat penting
karena ditemukannya
lapangan
minyak lepas pantai
(yang kernudian diberi
nama lapangan minyak Arjuna)
di dekat Pamanukan Jabar dan tidak
lama kemudian ditemukan pula lapangan minyak Jatibarang
oleh PERTAMINA. Pada tahun 1970 menyusul ditemukannya lapangan minyak lepas-pantai
Cinta dan lapangan minyak Ataka
(Union Oil)
di lepas-pantai
Kalimantan Timur.
pada tahun 1972 ditemukan
lapangan minyak Kasim di Irian
Jaya di daerah yang telah ditinggalkan
oleh N.N.G.P.M.,
yang kemudian ternyata
merupakan sumur dengan produksi
yang paling
besar,
yaitu
20.000 barrel/hari.
Pendahuluan
19
tertera
pada Tabel 2-1. Di sini ke1ihatan
bahwa pada umumnya minyakbumi terdiri
dari 80 sampai 85% unsur C atau karbon,
20 sampai 15%
unsur H atau hidrogen.
Unsur lain seperti
oksigen,
nitrogen,
belerang
terdapat
kurang dari 5% ma1ah kadang-kadang kurang dari 1%.
Taber
2 -1
Susunan unsur kimia minyak-
Gasbumi
Unsur
dan gasbumi, dalam persen berat
Aspal
(Levorsen)
Minyak
(Levorsen)
(Levorsen)
80 -85
8,5- 11
Zat hidrokarbon
mengk1asifikasikan
2
-8
()
-2
merupakan
senyawa
zat hidrokarbon
mentah
82,2-87,1
11,7-14,7
0,1- 5,5
0,1- 1,5
0,1- 4,5
yang beranekaragarn.
seperti
qo1onqan,
Abraham
(1945)
~ 1.
yaitu
Jadi
pengertian
antara petroleum
dan zat bitumina,
akan tetapi
zat hidrokarbon
padat, piro-bitumina
dan lain-lain.
ada kesarnaan
tidak dengan
Kelarutan
deism
karbon disulfide
c
Larut
I
Tak larut
BITUMINA
i NON-BITUMINA
I
Tak dapat dilumerkan
Cairan
Padat
I
I
I
I
Mi nyakbumi
I
1 Semua
2 Semua
~Lumer-.l-Sukar
dilumerkan-
l
minyakbumil
rembesan
PirO-b;tumina
Bebas oksigen
J
I Mengandung
oksigen
minyak
[==~~~~~~~[=~~~~~=J
7 Bermudez
8 Tabbyit
pitch
9 Gilsonit Cair
10 Argulit
Gambar 2.1
20
Diagram klasifikasi hidrokarbon
.11
12
13
alam
Gilsonit
Grahamit
G lance pitch
(menurut H. Abraham,
Wurtzelit
19
20
Gambut
Lignit
21 Batubara
1945)
o!l )'hop : 'f..Q.V\~pa'lclV\~"L
<::I)~
pembagian tersebut
di atas sarna sekali
didasarkan
atas kelarutan
zat
hidrokarbon
dalam CS2. Dalam hal petroleum,
Hedberg (1964) mendefinisikannya sebagai suatu campuran kompleks yang terutama terdiri
dari
zat hidrokarbon
yarig terdapat
secara alam dan dapat berupa cairan,
gas
atau padat,
yaitu minyak mentah dan gas alam serta aspal alam yang
komersiil
di dalam industri
minyak.
Dapat dicatat
di sini bahwa dalam
pemakaian istilah
petroleum
secara populer,
dalam bahasa Inggris
menunjukkan suatu cairan yang biasanya
sinonim dengan minyakbumi.
Tetapi
menurut Levorsen (1956),
istilah
petroleum
juga dipakai
secara bersamaan dengan istilah
bitumina
yang terdiri
dari zat padat atau setengah
padat yang biasanya terdiri
dari hidrokarbon
berate Mereka disebutaspal,
ter, albertit,
gilsonit
dan lain-lain,
dari
itu secara lokal.
yang terdiri
dari
sernua rninyak rnentah yang didapatkan
pernboran ataupun
yang keluar
sendiri
pada perrnukaan
sebagai
sedangkan
-~
padat dibagi
lagi
antara
yang mudah melumer
Yang rnudah rnelurner dibagi
sedangkan
yang sukar
rnelurner
lagi
terdiri
rnenjadi
dari
dari
surnur
rernbasani
dan yang
lilin
mineral
apa yang dinarna-
kan
Golongan nonbitumina
juga dibagi menjadi yang dapat lurner dan yang tak
lurner, yang tidak
lurner dikatakan
piro-bitumina.
Piro-bitumina
dibagi
juga atas yang bersifat
aspal dan bersifat
non-aspal.
Yang non-aspal
misalnya,
batubara mudd, dan batubara.
Termasuk juga dalam piro-bitumina
adalah kerogen,
yang sebetulnya
tidak lain daripada
zat organik
yang
tidak
larut
dan terdapat
dalam batuan sedimen, yang secara pirolisis
dengan temperatur
yang sangat tinggi
menghasilkan
hidrokarbon.
Diagram
Abraham juga memperlihatkan,
bahwa di sebelah kiri
kadar hidrogen
dalam
hidrokarbon
paling
tinggi,
sedangkan makin ke kanan makin berkurang
dan
kadar oksigen bertarnbah.
Selain itu,
juga index bias dari kiri
ke kanan
makin meningkat,
sedangkan titik-lebur
dan keatsirian
(volatility)
serta kesempatan untuk membakar secara cepat makin ke kanan makinkurang.
Dari diagram tersebut
jelaslah,
bahwa minyakburni hanya merupakan
sebagian saja dari berbagai
jenis
hidrokarbon
yang terdapat
dalam alamo
Namun demikian minyakburni adalah hidrokarbon
yang paling
penting
karena
jurnlahnya yang paling
banyak di an tara hidrokarbon
lainnya.
2.1
HIDROKARBON
PADAT
2.1.1 JENIS HIDROKARBON
PADAT
Seperti
telah
dijelaskan
sebelumnya,
hidrokarbon
padat
terdiri
golongan
biturnina
dan nonbiturnina.
Golongan
biturnina
terdiri
yaitu
antara
lain ozokerit,
lilin
montan,
hatcherit,
dan golongan
aspal,
yaitu
bermudez pitch,
tabbyit,
cair
dan argulit;
kemudian
golongan
aspaltit
(yaitu
zat yang
kali
dilurnerkan).
Aspaltit
terdiri
antara
lain
dari
gilsonit,
dan glance-pitch.
Golongan
nonbiturnina
antara
lain
ialah
dua golongan
lagi
yaitu:
piro-bitumina
Golongan
piro-bitumina
Hakekat minyak- dan gasbumi
aspal
dari
dari
lilinmineral,
danscheerer.it;
gilsonit
sulit
segrahamit,
piro-biturnina,
yang dibagi
atas
aspal
dan piro-bitumina
non-aspal.
antara
lain
ialah
wurtzelit,
21
elaterit,
albertit,
impsonit,
dan ingramit,
sedangkan piro-bitumina
non-aspal
antara lain ialah batubara
muda, gambut, lignit
~an batubara,
Hidrokarbon
yang bersifat
padat biasanya terdapat
bersamaan satu
dengan yang lain.
Misalnya
lilin
mineral
banyak terdapat
di Uinta
Basin dan didapatkan
sebagai urat-urat
di dalam Green River Formation,
yang sangat terkenal
karena terdiri
dari apa yang dinamakan oil-shale
yang mengandung zat kerogen.
Lilin
mineral
biasanya
terdapat
dalam
bentuk urat-urat,
begitupun
aspaltit
dan gilsonit
dan juga piro-bitumina non-aspal,
misalnya wurtzelit.
Semua zat ini seolah-olah
kelihatan sebagai zat kimia yang merupakan hasil pemerasan serpih minyak dan
kemudian didesakkan
secara paksa ke dalam rekahan sehingga membentuk
urat-urat.
Namun sampai kini masih sangat diragukan
mengenai cara
terbentuknya
yang sebenarnya daripada hidrokarbon
pad at tersebut.
Termasuk dalam bitumina
padat ini ialah pasir-ter
(tarsand)
dan
serpih minyak (oil shale).
2.1.2 PASIR -TER
Di beberapa tempat di dunia,
misalnya
di Kanada sebelah barat dan di
Venezuela,
terdapat
berbagai
lapisan
pasir
yang telah dijenuhi
dengan
hidrokarbon
yang sudah kental
dan setengah-aspal.
Lapisan pasir
ini
meliputi
luas ribuan kilometer
persegi
serta puluhan meter ketebalan
dan merupakan cadangan minyak terbesar
di dunia.
Namun hidrokarbon
ini sukar sekali
dipisahkan
dari pasir
untuk dapat ditampung.
Misalnya
di Kanada sebelah barat,
didapatkan
lapisan
pasir
yang disebut Athabasca tarsand
(McMurray Sand). Cadangan minyak atau hidrokarbon
yang terkandung di dalam pasir-ter
ini meliputi
milyaran barrel.
Dewasa ini
karena keadaan krisis
minyak, kesulitan
memprosesnya sudah dapat diatasi dengan cara yang menguntungkan.
Dengan pemanasan atau dengan
distilasi
destruktif,
minyakbumi dapat dihasilkan
dari pasir-ter.
Juga pernah dipikirkan
untuk menggunakan suatu ledakan nuklir
untuk
membebaskan minyak dari tarsand yang padat ini.
Cara terbentuknya
pasir-ter
atau Athabasca tarsand
ini tidaklah
begitu
jelas,
tetapi
mungkin berasal
dari minyakbumi yang dihasilkan
dari rembasan dan
terjadi
bersama-sama pengendapan pasir tersebut.
2.1.3
SERPIH MINYAK
Serpih minyak atau oil-shale
adalah suatu serpih yang mengandung zat
organik
yang jika dipanaskan
pada temperatur
tinggi
(di atas 400OC)
akan mengurai dan kemudian menghasilkan
hidrokarbon
cair yang serupa
dengan minyakburni.
Zat organik
yang dapat menghasilkan
minyak pad a
suatu pemanasan at au distilasi
yang sifatnya
destruktif
disebut
juga
suatu piro-biturnina,
sebagaimana telah dikatakan
di atas dan nama
lainnya
adalah kerogen.
Suatu endapan serpih minyak yang terkenal
adalah formasi Green River yang terdapat
di Uinta-Basin,
di negara bagian
Colorado,
Utah dan Wyoming. Serpih yang mengandung kerogen ini cukup
tebal dan penyebarannya
sangat luas,
sehingga mernberikan cadangan
minyak bukan saja milyaran
barrel
tetapi
sarnpai triliunan
barrel.
Kadar serpih minyak ini harnpir dapat mencapai 150 galon per ton, tetapi
kebanyakan adalah antara 25 dan 50 galon per ton.
Kerogennya sendiri
bukanlah minyakburni dan juga bukan batubara,
tetapi
merupakan suatu
zat yang mempunyai sifat
di antara kedua hidrokarbon
tersebut.
Kerogen
pernah dikira
sebagai zat induk minyakburni,
tetapi
pernah pula diper22
Koesoemadinata,Geologi Minyak- daDGasbumi
t;f'
~
--
kirakan
sebagai salah satu jenis hidrokarbon
lain yang tidak mempunyai
hubungan atau mempunyai sedikit
hubungan dengan minyakbumi.
Serpihminyak juga menghasilkan
minyakbumi bebas dan dapat dilarutkan
oleh
pelarut
minyak seperti
kloroform
dan karbontetraklorida.
Susunan
kimia daripada kerogen adalah kira-kira,
karbon: 69-80%, hidrogen:
7-11%, nitrogen:
1,25-2,5%,
belerang:
1-8%, dan oksigen:
9-17%. Dapat
dicatat
bahwa perbedaan khas dengan minyakbumi adalah kadar oksigen
dan nitrogennya.
Di bawah mikroskop,
kerogen dapat terlihat
terdiri
dari suatu masa zat organik
yang telah dihancur-luluhkan,
terutama
sebagai bekas tumbuhan, ganggang, spora, pollen,
arpus,
lilin
dan lainlain.
Suatu serpih yang mengandung kerogen dapat secara berangsurangsur berubah tanpa kelihatan
menjadi batubara.
Beberapa tempat lain
dimana minyak serpih didapatkan
antara lain di Jerman utara.
Di daerah
itu minyak serpih dikenal
dengan sebutan Kuchersicher.
Serpih minyak ini erat sekali
hubungannya dengan urat-urat
hidrokarbon
padat seperti
gilsonit,
wurtzelit
dan ozokerit.
Di sana ternyata
uraturat ini ke bawah menghilang atau menipis waktu masuk ke dalam formasi
serpih minyak.
Menurut Hunt (1954) mungkin sekali
serpih-minyak
ini
mengeluarkan
atau memeras keluar berbagai
zat padat seperti
lilin
dan
aspal sehingga membentuk urat-urat
hidrokarbon
padat melalui retakan.
4.0
#5.0
2.2
HIDROKARBON
BELERANG
DALAM
CAIR.
MINYAK
MENTAH
MINYAKBUMI
DUNIA
2.2.1
HAKEKAT KIMIA
2.2.1.1
3.0
2.of
Utara
,.ot
~
minyakbumi
O.8~
~ 0.61
~J-
i
-l~~0.41--
.,c"
I. .kadar
~a~
I LOul.i~n~ I.
0.2!
tr Jauh
II
.150
I
I
I
I
Kitty
I
I
200
be1erang
300
I
BruneI
350
400
80 -85%
minyakburni
( 1 iha
t
Indonesia
Gambar
oksl.gen
rendah,
seka1i
dan
dan
dan
terkenal
belerang
rendah
2.2).
Kadar
z at
,
nl. trogennya
sangat
hanya
merupakan
Sumat~Utara
450 -jejak
DERAJATAPI
Gambar 2.2 Grafik hubungan all tara beratjenis minyak
b~mi dBn kadar belerang beberaua
mlnyakbuml
d. dunla (Todd dan
Pulunggono,1971)
dari
rendah
kadar
Cinta,l Minas .'E" Structure,
-lepas
pantai-1
Jawa
I.
I
I ~---, _0 .Jamb.
I
250
terdiri
karbon sedangkan se1ebihnya
hidrogen.
Kadar belerang
dapat
meningkat sampai 2%, misa1nya pada
minyakburni dari Timur Tengah,
tetapi
khususnya di Indonesia
-karena
,.;~,OUISij'na lap:a;pantai
0 01
Susunankimia
Minyakburni merupakan zat paling
penting
di antara semua hidrokarbon ataupun di antara semua bitumina. Susunan unsur kimia minyak
burni tertera
pada Tabel 2-1.
Jelas kelihatan
di sini,
bahwa
saja.
Walaupun
minyakbumi
terutama
hanya terdiri
unsur
yai
tu
namun
kedua
bentuk
hidrogen
unsur
berbagai
dari
dan
ini
macam
dua
karbon
dapat
mem-
senyawa
molekuler
dengan rantai
panjang,
dan struktur
1ingkaran.
Malah rantai
yang terdiri
daripada
C dan H tersebut
dapat bercabang-cabang
ke berbagai arah dan dapat membentuk berbagai macam struktur
tiga dimensi.
Hakekat minyak- dan gasbumi
23
Dengan demikian C dan H ini dapat membentuk molekul yang sangat besar,
dan jumlah karbon C dalam setiap molekul
dapat berjumlah
sampai
puluhan,
bahkan secara teoritis
bisa sarnpai ratusan
ataupun ribuan.
Sifat
daripada
hidrokarbon
untuk membentuk molekul yang berlainan
dengan susunan atau dengan rumus kimia yang sarna disebut
sifat
membentuk isomer.
Sebagai contoh bentuk isomer terdapat
pada Gambar 2.3.
H H H
H
I I I I
H-C-C-C-C-H
I
I
H H
I
f I
I
I
H
H- C-C-C-H
H H H
I
H
I
I
H
I
I
H-C-H
H H
H
I
C=C-C-H
I
I
H H H
~
n-butsn
CH3(CH2)2CH3
iso-butsn
= C4H10
(CH3)2(CHICH3
H
I
H
H-~6-H
I
H
propilen
siklopropan
C3H6
C3H6
= CSH10
C4H10
Gambar 2.3
Contoh beberapa isomer; rumus kimia sarna tetapi struktur
molekullain.
Walaupun hidrokarbon
dapat membuat isomer secara tidak terhingga,
namun ada aturan tertentu
dalam cara pembuatan rantai panjang.
Selain
dapat membuat rantai
panjang dan struktur
isomer,
hidrokarbon
juga
dapat bersifat
jenuh dan tak-jenuh.
Yang dimaksud jenuh adalah jika
salah satu valensinya
tidak
diikat
oleh atom hidro~t;etapi
terdapat
ikatan
rangkap antara dua atau tiga atom karbon.
Contoh suatu hidrokarbon yang tidak
jenuh
adalah alken,
yang merupakan suatu ikatan
valensi
alkan (Gambar 2.4).
Misalnya,
etan dengan rumus C2H6 sedangkan
eten C2H4' karena dua valensi
atom karbon diikat
rangkap.
Berbagai
macam hidrokarbon
yang tidak
jenuh serta sifat
valensinya
yang jenuh
terlihat
pada Gambar 2.4.
JENUH
H C- C- C-CH
3
H2 H2
3
TAKJENUH
c-c-c
C= C-C-CH
H3 H2 H3
H2
H H2
butsn
Gambar 2.4
Contoh hidrokarbon
C= C-H
3
H
propilen(asetilen)
jenuh dan tidak ienuh
Ada beberapa aturan tertentu
dalam susunan minyakbumi yang memudahkan
kita mempelajarinya
antara lain:
1
Pada umumnya minyakbumi hanya memperlihatkan
susunan hidrokarbon
yang bersifat
jenuh.
2
Hidrokarbon
yang terdapat
di dalam bumi merupakan berbagai
macam
seri homolog.
Yang dimaksud dengan homolog adalah suatu seri susunan
hidrokarbon
berdasarkan
penambahan atom C membentuk suatu susunan yang
harnpir sarna, akan tetapi
rantainya
menjadi lebih panjang ataupun lingkarannya menjadi ruwet (Gambar 2.5).
24 Koesoemadinata,
GeologiMinyak-dan Gasbumi
~1
...C
-c-c-c-c-
n -Parafin
(np)
(rantai menerus atau lurus)
-c-c-c-c-
3
-c-c-c-c-c-c-
1
c
31
~ikloparafin
~ J
Golongan
dari
atau Naften
(cp)
4
111
II Senyawa
Gambar 2.5
siklop-arafin -aromat
yang polisiklis J
Seri homolog alkan :
H
H H
H-C-C-H
I
I
H
H H
I
I
metan
H H H
H H H H
H-C-C-C-H
I
I
I
H-C-C-C-C-H
I
I
I
I
I
I
I
I
I
C3He
etan
propan
I
I
biasanya
yang
ho-
terdiri
menerus
dari-
I
H H H H,
C 4 H1O
H H H
C2H6
keluarga
disebut
Beberapa
contoh
seri
homolog
beserta
rumus umum dan struktur molekulnya
adalah
sebagai
berikut
:
Seri homolog hidrokarbon utama, dalam
minyakbumi (diadaptasikan dari Welte,
1965, halo 2247)
H-C-H
I
rantai
ini
biasanya
pada senyawa berbagai
macarn
jenis
minyakbumi.
Anggota
pertama
dari
seri
homolog selalu
terdapat
secara
lebih
banyak terkonsentrasikan
di dalam minyakbumi
daripada
anggota
yang lebih
besar
berat
molekulnya.
Malah pada beberapa
minyakbumi
anggota
yang lebih
besar
ini
bisa
hilang
atau
tidak
ada sarna sekali.
-
'OJ1
homolog
golongan isomer.
2
0 o-co:go-c-cc:o
0 o-c9-c9-c-coo-c
..§j l
seri
terdapat
beberapa
molog biasa
yang
C
I
c- C-C-C-C
ila -Parafin
(ipl
I
(rantai bercabang)
C
I
Dalarn
butan
\11!:::~:
' 'r'
n H2 n+ 2
' ::~
alkan
-~::,~
Seri homolog alken
HH
I
HHH
I
H-C-C-H
-r
I
I
H H H H
I
H-C-C-C-C-H
I
I
H-C-C-C-H
H
etan
I
I
I
I
H H
C3H6
C4Hs
propan
buten
...CnH2n
alken
Seri homolog naften :
H
H H
I
C-H
H-~C-H
I
I
HH
C3H6
siklopropan
I
I
H-C-C-H
H-C-C-H
I
I
HH
C4He
siklobutan
H H
I
I
H-C-C-H
I
I
H2~dC H2
H H
\ I
H C H
\/\/
H-CI C-H
I
H-C
C-H
/ \ 1\
H C H
1\
H2
C 5H 10
siklopentan
H H
C 6 H 12
CnH2n
siklohexan
4 Pada umunya seri homolog dalam minyakbumi dapat dibagi
dua golongan besar
(lihat
Gambar 2.5):
I
Golongan ASIKLIS atau ALIFAT, juga disebut
ALKAN atau
II
Golongan SIKLIS
SERI PARAFIN ATAU ALKAN. Seri ini dapat dibagi
yaitu
seri parafin
normal dan seri iso-parafin.
Hakekat minyak- dan gasbumi
menjadi
menjadi
PARAFIN
dua kelompok
25
1)
Seri
parafin
normal
(n-parafin)
Anggota
n-parafin
dapat rnerupakan
25% dari
suatu
jenis
rninyakburni,
tidak
terrnasuk
gas-gasnya,
sedangkan
da1arn fraksi
bensin
dapat rnerupakan 80% dan da1arn rninyak pe1urnas 0 sarnpai 25%. Minyakburni
yang bersifat
ringan
dan parafin
biasanya
rnengandung Cs sarnpai C20 sebagai
penyusun
utarnanya.
Sedangkan
da1arn rninyakburni
yang 1ebih
berat
bisa
rnenurun
rnenjadi
0,7 sarnpai 0,1% (Bestougeff,
1967).
2) Seri iso-parafin
atau parafin
bercabang
Golongan hidrokarbon
ini biasanya
terdapat
dalam fraksi
ringan
at au
pertengahan
titik
didih
(C17 sampai C20). Setelah C2C ke atas
konsentrasi
iso-parafin
sangat berkurang
sedangkan di atas C25 jarang
sekali
ditemukan iso-parafin.
Isomer biasanya
terdapat
dalam C4,
C5' C6' 7 isomer dalam C7' 16 isomer dalam Ca' 9 isomer dalam Cg dan
akhirnya
isomer dalam CIO. Dengan demikian parafin
yang bercabang
tidaklah
membentuk zat padat, misalnya C25 ke atas.
Salah satu hal
yang menarik perhatian
pada iso-parafin,
ialah adanya struktur
isoprenoid
untuk seri di atas C14.
Contoh senyawa berstruktur
iso-prenoid
adalah:
pristan
(CI9) dan phytan
(C20)' (Gambar 2.6).
H
H
H
H
Struktur
iso-prenoid
merupakan
H3C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-CH
suatu
rantai
panjang
suaI H2H2H21 H2H2H21 H3H3H31
3
tu cabang metil pad a dengan
setiap nomor
~
CH3
3.
C
I -~-~-~-C
CH3
CH3
222
Gambar2.6
atom tertentu.
Terdapatnya
isoprenoid
di dalam minyakbumi
ad a 1 a h suatu b u k tl . ba hwa mlnya k -
.
Prlstan
H
H3C-
CH3
H
H
bumi terbentuk
daripada
zat orgaI-~-~-~-C I-~-~-~-C I-~-~
nik.
Hal ini
disebabkan
karena
222
222
2 3 seri iso p renoid secara genetis
CH3ph
CH3
CH3
berhubungan
dengan beberapa
macam
ytan
"
.
Struktur molekuljenishidrokarbon
isoprenoid: pristandan phytan
plgmen,
daripada
klorofil
yaltu
golongan
vltal
kompleks
porfirin
atau
(Gambar 6.1).
Di antara semua isomer,
senyawa parafin
dengan 2 atau 3 cabang metil
adalah yang paling
umumj substitusi
dengan 4 atau lebih cabang metil
sangat jarang.
Limapuluh persen daripada parafin
yang bercabang
terdapat
dalam fraksi
bensin yang ringan.
GOLONGAN
SIKLIS.
Golongan ini dibagi
menjadi 3 kelompok,
yaitu
seri
naften atau siklo-parafin,
seri aromat dan seri aromat-sikloparafinpolisiklis
(termasuk kompleks aspal).
~~
1)
Seri
sik1oparafin
atau
naften
_1 ~f"()"1,
")A.~
(L.""-.
lW\IV\~~
Seri siklo-parafin
atau naften
merupakan salah satu golongan hidrokarbon siklis.
Contoh struktur
siklo-parafin
terdapat
pada Gambar 2.5.
Biasanya beberapa seri siklo-parafin
terdiri
dari 5 sampai 6 anggota
lingkaran
atau kombinasinya
dalam struktur
polisiklis.
Kadar sikloparafin
di dalam minyakbumi di seluruh
dunia bervariasi
antara 30
sampai 60 persen sehingga siklo-parafin
merupakan penyusun utama
minyakbumi.
Dasar utama dalam variasi
struktur
naften
ialah jumlah lingkaran
yang
dapat bergabung menjadi suatu jaringan.
Misalnya,
mono-naften
dan
26
Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi
~\i
I;
naften bisiklis
merupakan bagian utama dalam minyakbumi.
Dalam fraksi
titik
didih yang lebih tinggi
lagi struktur
ini dapat terdiri
dari
sepuluh lingkaran
atau sepuluh cincin
dalam satu molekul.
Beberapa
contoh naften monosiklis
dalam minyakbumi ialah homolog siklo-pentan
dan siklo-heksan
yang juga membentuk cabang bersifat
rantai
lurus
(Gambar 2.7).
Di antara susunan naften yang monosiklis,
terutama kisaran
C7
sampai Cll paling
banyak didapatH2
H2 H2
kan. Anggota yang lebih tinggi
H2C /c" CH
H C~'H/~
C
CH
dar1 . na f ten
monOS1
kl 1S
.
b 1asanya
.
I
I 2
2
I
I 2
...,
d
' b t.
terd1r1
dar1 ser1 yang
1SU s 1H C CH
H C <;.CH
.
1
2 'C/
2
2 'C/H"c/
H2
2
tusikan
H2 H2
sampai
secara
banyak
4 cabang rantai
dengan
2
tambahan
H2
H ~C'H H H H H H H
21 C-C-C-C-C-C-CH
I H H H H H H
H2C"C/CH2
atau suatu rantai
panjang dengan
sedikit
cabang. Biasanya rantai
.
pendek adalah golongan met11 dan
'
et1 1 .Homo 1og S1' kl o-pentan
b 1asa.
H2
H
/~~ H
H
H21 ~-~-(CH2)14- ~H
nya terdapat
lebrh banyak daripada golongan siklo-heksan,
berkisar
antara 25 sampai 40%.
Naften monosiklis
yang berantai
H2C, ,CH2
/~~
2~ ~H2
H2C-CH2
~2
panjang
dalam
C30 bersifat
Gambar2.7 ContohbeberapahomologSIK,opentan
dansiklohexan
kisaran
kristalin
dapat dipisahkan.
merupakan
lilin
C20 sampai
yang
Zat tersebut
para fin berde-
rajat
teknis
pada kristalisasi
dan merupakan konstitusi
utama serisin
dan lilin
parafin
titik-didih
tinggi.
Di antara struktur
polisiklis
terdapat
golongan tetra-siklo-alkan
yang
terdapat
di dalam sedimen dan juga di dalam minyakbumi.
Zat ini mungkin
diturunkan
dari senyawa induknya yaitu sterol.
Sterol
paling
banyak
didapatkan,
dengan atom karbon C27 sampai C29' mempunyai nomor atom
karbon yang sarna dengan sterol
alamo Naften-tetra-siklis
C30 dalam
minyakbumi mempunyai berat molekul yang sarna dengan asam di dalam
hormon sex dan menurut data spektrometri
sesuai dengan susunan struktur
steran
(C 30 ) .
2) Seri aromat
Aromat adalah suatu hidrokarbon
siklis
berstruktur
khas cincin
aromat
(Gambar 2.8),
terdiri
dari 6 atom karbon berbentuk
cincin
yang sebagian daripada
valensinya
tidak jenuh,
tetapi
membentuk suatu strukturKeku1e.
Dalam hal ini salah satu elektron
daripada
suatu atom karbon
dimiliki
pula oleh atom karbon lainnya
(electron-sharing),
jadi tidak
seluruhnya
merupakan tangan valensi
rangkap.
Selain struktur
Kekule ini,
aromat dapat juga membentuk suatu senyawa
kompleks dengan rangkaian
lainnya,
cincin
naften,
ataupun cabang yang
banyak. Contoh untuk struktur
ini dapat dilihat
pada Gambar 2.8.
Aromat yang bersifat
monosiklis
dengan homolog benzen sangat khas
bagi minyakbumi yang ringan.
Benzen merupakan salah satu anggota
yang khas untuk suatu aromat dan mempunyai isomer dalam C7' Ca' Cg'
Salah satu penyusun utama minyakbumi ada1ah to1uen n-xy1ene 1,2,4
sampai trimeti1
benzen. Kadarnya dapat mencapai 1,6 sampai 1,8% untuk
Hakekat minyak- dan gasbumi
27
r\
C'c'
'0 Qi"1
~ l rtA
:):;)
'"
..,
)L:)
0
I
toluen
xylen.
3
dan 1% untuk benzen dan
Konsentrasi
ini menurun
WCH
sangat cepat untuk mono-aromat
Cg dan CIO dengan aromat bisiklis
(Gambar 2.8) seperti
naftalen
dan
Gambar 2.8 Kerangka struktur molekul beberapa
senyawa nafteno aromat
bifenil
dan juga homolognya dalam
CII'
CI2 dan C14 telah
dapat di-identifikasikan
dalam beberapa jenis minyakbumi.
Anggota Seri poli-aromet
yang lebih tinggi
dengan lebih dari 2 atau
3 cabang panjang tidak didapatkan
dalam alamo
3) SERI NAFTENO-AROMATYANG POLISIKLIS:
Golongan nafteno-aromat
merupakan golongan tersendiri
dalam minyakbumi dan didapatkan
pada fraksi
titik-didih
yang lebih tinggi.
Golongan ini sebetulnya
merupakan molekul
besar,
yang strukturnya
terdiri
daripada beberapa cincin
aromat yang
bergabung dengan cincin
naften (siklo-parafin).
Contoh struktur
molekul zat ini terlihat
pacta Gambar 2.8.
Kompleks aspal
Anggota yang tinggi
daripada hidrokarbon
golongan siklis,
aromat atau
pun naften,
biasanya membentuk suatu kompleks hidrokarbon
siklis
yang
mengandung pula berbagai
macam komponen bukan hidrokarbon.
Kompleks
aspal terdiri
dari resin dan aspalten.
Resin biasanya terdiri
dari
senyawa polisiklis
yang mengandung oksigen,
termasuk juga hetero-siklis
dengan atom belerang
dan nitrogen,
dengan berat molekul antara 500
sampai 1000. Zat ini dapat juga dimasukkan sebagai suatu basil
sekunder
daripada hidrokarbon
nafteno-aromat
yang bersifat
polisiklis.
Aspalten
merupakan zat hetero-siklis
yang mengandung oksigen,
belerang,
nitrogen
dan logam lainnya,
dan mempunyai berat molekul antara 900 sampai 3000.
Struktur
molekul aspalten
sangat kompleks dan terdapat
berbagai
macamjenis.
Contoh struktur
kompleks daripada
jaringan
cincin
itu terlihat
pacta Gambar 2.9. Zat ini juga terdiri
dari cincin
aromat dan naften
dengan beberapa cabang rangkaian
alifat
yang pendek.
oxXJ
""j
(
~
'~
Baxterville
Lagunillas
Gambar 2.9
Burgan (Kuait)
Wafra No. 17
Mara
Berbagai contoh jaringan molekul
(diambil
I
Wafra
No. A-1
Ragusa
aspalten dalam minyakbumi
dari beberapa lapangan di dunia
dari Dott dan Reynolds, 1969)
Cincinnya
terdiri
sebagian dari suatu rangkaian
hetero-siklis
yang
mempunyai 5 sampai 6 atom. Harus ditekankan
bahwa aspalten
dari-setiap
minyak mentah terdiri
dari berbagai
macam zat, misalnya
aspalten
dari
minyak berasal
formasi tua lebih
bersifat
grafit
dan mengandung lebih
28
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
'O-H
c,
sedikit
unsur logam dan belerang
dibanding
dengan aspalten
yang lebihmuda.
Dari segi genesis aspalten
merupakan zat yang menarik perhatian
karena mengandung banyak sekali
unsur perunut
(trace elements)
dalam
minyakbumi,
teruta~,a vanadium dan nickel.
Porfirin:
Porfirin
ditemukan dalam minyakbumi oleh Trebs pada tahun 1934-1935.
Zat ini telah menarik perhatian
dan banyak dipelajari
dalam waktuwaktu yang lalu.
Semua porfirin
juga berasosiasi
dengan zat yang berberat molekul tinggi
dan dapat ditentukan
dengan distilasi
molekuler.
Terdapatnya
porfirin
dianggap sebagai bukti mengenai biogenesis
minyakbumi. Kadar porfirin
dalam minyakbumi bervariasi
dan dapat mencapai
0,04%. Menurut Dunning (1954) porfirin
biasanya paling
banyak terdapat
dalam minyakbumi yang bersifat
aspal dan berumur muda.
Jadi
C2H5 CH3
CH3~C
125
"",- 01-
C2H5 CH3
H
CH3
N~ '
\
II ""'- 1-,
j elas,
dalam
annya adalah
C25
H
minyakbumi
Struktur
porfirin
pada Gambar 2.10,
v~
pal
CH ~ 1-",-~
CH
CH3 ~- "'- ~ ' CH3
3
3
C H
C H
25
25
0 0"porfinn
Gambar2,10 Struktur molekulduaJerns
dengankomplexvanadium'dan-iiTKe1
di
dalamnya
terdiri
tetapi
diperlihatkan
,
yang sepertJ.
as-
daripada
lebih
hubung-
dengan zat aspal.
struktur
ruwet.
siklis
Porfirin
erat
"
sekali
hubungannya
dengan klorof~l
h
lb
"
"
d '
dan , emog
0 ~n yang, teruraJ. menJa
J.
,
,
porfJ.rJ.n
dan parafJ.n
yang bersJ.fat
iso-prenoid
seperti
phytan.
Porfirin
dapat berkondensasi
dengan aromat polisiklis
dan molekul naftenaromat untuk membentuk aspa.lten.
Porifin
dapat juga mengandung nitrogen
dan selain
itu juga mengandung inti
vanadium ataupun nikel.
ZAT HETERO-ATOM ATAU NON-HIDROKARBON (Gambar
Zat hetero-atom
ada1ah hidrokarbon
atom 1ainnya seperti
N, 0, dan S.
H
SENYAWA
BELERANG
I
H
H
j
H-C-C-S-H
H
I 1
H H
'5'
H
I
:
H
I
H
1
H
propan etiol
propi1 merkaptan
H
I
0
SENYAWA
OKSIGEN
0
I
,:f'
0
H
HHH
I
I
C C
I
H
I
H
I
C
I
H
I
C\
0
O-H
~C
H C"'H'O_H
\,.,C,
H-C
HI'
H
"'.c
C"H
t-f \ /'
C
H
H' 'H
Gugusan
karboksi I
Asam butirat
macam
I I I
H- C-C-C-S-H
H
etan etiol
etil merkaptan
Hidrogen sulfide
2.11).
yang juga mengandung berbagai
Asam
siklohexar;
karboxil
I
C
I
\
H-C.C-H
I:: I
H-C.C-H
\ "
c;:
H
fenol
H
H
I
C
/\
H
"
C
1\
C
1\
I
H
indol
Hakekat minyak.
daD gasbumi
1
I"
."
H
\/\
C
H
II
1
\/\1
C N
II
1
,
1
II
11
II
'
I
H-C-C-::-C-H H-c-c-c- 9 H--C-C"C-H HooC-C C-C\/
N C
,
H
H
carbozol
29
Nitrogen.
Unsur Oksigen.
Minyakbumi dapat juga mempunyai senyawa oksida sampai
2% dalam bentuk asam fenol.
Ini biasanya terdapat
dalam residu
atau
derivat
tinggi.
Beberapa jumlah kecil
fenol didapatkan
dalam kerasin
dan minyak solar.
Minyakbumi dari formasi paling
muda biasanya mengandung asam yang paling tinggi.
Asal asam ini tidak begitu
banyak diketa-hui.
Ada yang mengatakan zat ini merupakan hasil
oksidasi
hidrokarbon,
ada yang mengatakan bahwa zat tersebut
merupakan sebagian dari gugusan
asam yang ada sebelumnya,
sebelum berdegenerasi
menjadi minyak.
Senyawa Belerang.
Senyawa belerang
juga sangat penting
dalam minyakbumi, biasanya
terdapat
dalam jumlah lebih banyak di dalam fraksi
molekuler
yang lebih tinggi.
Kadarnya dapat mencapai 5% dan oleh karenanya ada minyakbumi yang mengandung 30 sampai 40% senyawa belerang,
di samping yang terdapat
dalam resin dan aspalten.
Beberapa senyawa belerang adalah:
tiol;
sulfida
alifatik,
monosiklik
dan polisiklik;
disulfida;
monotiofen
yang monosiklik,
bisiklik,
trisiklik.
Senyawa belerang
tersebut
kebanyakan berasal
dari minyakbumi yang kaya
akan belerang
dan pada umumnya merupakan asal sekunder,
misalnya
dari
penguraian
gipsum (lihat
grafik
belerang,
Gambar 2.2).
Senyawa nitrogen
juga didapatkan
dalam minyakbumi terutama
dalam residu
atau molekul berat dan sebagian terdapat
dalam benzen dan
aspalten.
Kadar nitrogen
bervariasi
antara 0,01 sampai 0,02% dan kadangkadang bisa mencapai 0,65%, misalnya
dari lapangan minyak Willmington,
California,
yang senyawa nitrogennya
bisa melebihi
10%. Senyawa nitrogen
yang terdapat
dalam proses distilasi
terutama
ialah homolog piridin
dalam jangkauan C6, C1O' quinolin
dalam jangkauan C1O-C17 dan turunan
yang berhidrogen,
dan juga senyawa carbozol,
indol dan pyrol
(Gambar
2.11).
Asal nitrogen
ini adalah biogenik,
misalnya
dari protein
danpigmen.
Fermentasi
(peragian)
protein
menghasilkan
asam dan juga senyawa nitrogen
yang mengandung cincin
pyrol.
Nitrogen
yang terdapat
dalarn
semua senyawa ini biasanya
dapat dibedakan antara nitrogen
bersifat
bas a da~ yang netral.
Yang sangat menarik perhatian
menurut Richter
(1952) ialah bahwa perbandingan nitrogen
basa terhadap nitrogen
netral
adalah sarna. Ini
menunjukkan mekanisme yang sarna untuk pembentukan semua minyakbumi.
SUSUNANMOLEKULMINYAKBUMI. Walaupun di atas telah diuraikan
mengenai
jenis hidrokarbon
yang terdapat
dalam minyakbumi,
namun sebetulnya
susunan molekul atau senyawa minyakbumi secara kuantitatif
tidaklah
dapat diketahui
dengan teliti.
Hal ini disebabkan karena teknik
pen entuan isomer dengan berbagai
struktur
dan variasinya
sangat sulit.
Semula diperkirakan
bahwa minyakbumi terdiri
dari jutaan isomer hidrokarbon,
terutama parafin,
aromat dan naften.
Menurut data terakhir
(Colombo, 1967) ternyata
susunan minyakbumi
tidaklah
terlalu
ruwet dan merupakan hasil
proses yang normal danberaturan.
Jumlah total
senyawa penyusun dengan berbagai
isomernya
walaupun cukup tinggi,
tetapi
hanya merupakan sebagian kecil
saja dari
semua jenis struktur.
Penentuan susunan senyawa kimia minyakbumi telah
sangat mengalami kemajuan selama masa 25 tahun terakhir,
yaitu dengan
30
Koesoemadinata,
GeologiMinyak-danGasbumi
Bensin
Solar
Residue
metoda fraksinasi
dan identifikasi
serta
pekerjaan
bersistem
dari
team
0..
~ c. -CIOCIIC'"C..-C'7Co.c.. C C..c.-Ceo
research.
Dalam metoda itu termasuk
°C I
500
B.Pt.100 150200 250
300
400
-==-distilasi
azeotrofi,
defusi normal,
n.P
--;;:,- '
,:
I
'
pembentukan
kompleks
dengan urea,
I/".
,..-'
:
I., .,
I.P '-'-'
-,..,,1, f:
,/
metoda spektometri
ultra-violet
dan
infra merah, spektometri
masa dan
~./
,,-'
.j
.."
..'~sl
juga kromatografi
gas ataupun cairan
CP
---"~
,,.." ",:~
dan juga spektografi
nuklir
magnetik
elektronik.
Hasil
pekerjaan
,~~~~~
Ar-CP
..,..,..." Arpus
I ini menunjukkan bahwa susunan miII
25
50
1S
100%nyakbumi adalah sebagaimana ternyas
U-.:::~~~
Penyebaran
golongan~olongan
hidrokarbondalam
minyakmentahmedium.
n.P
= normalparafin,
i.P
=i~o-parafin~
CP
= slklo-parafln,
Ar
=aromat,
Ar-CP =naftenoaromat,
..Fraksi
ta pada Gambar 2.12.
Dalam fraksi
ringan
misalkan
ti tik
didih
sanga t
rendah
seperti
bensin,
banyak
sekali mengandung
naften
dan khususnya
.'
f .
n-parafl.n
beserta
l.so-para
l.n.
lebih
berat
(C26sampai
C33'
Arpus
As
C
= persenyawaan
=asfalten.
hetero-Slklls,
sampai
C
36
)
terutama
senyawa golongan
Gambar2.12 Diagrammemperlihatkan
susunanseri
homologhidrokarbondalamminyakbumi (menurutBestougeff,1967)
tetapi
masih
aromat
dan aromat
naften.
Secara
mendetail
susunan
molekul
hidrokarbon
terlihat
dalam
Tabel 2-2a,-2b.
Penentuan
molekul
minyak
routine,
mengandung
60
dalam taraf
mentah
belum
dilakukan
se-
penelitian.
2 Analisa dan klasifikasi minyakbumi
Secara
routine
minyakbumi
dianalisa
secara
distilasi
berfraksi.
1) DISTlLASI BERFRAKSI. Distilasi
berfraksi
adalah penyulingan
serta
pengembunan kembali berbagai
macam cairan yang mempunyai titik-didih
yang berbeda-beda.
Secara kasar cairan dengan titik-didih
yang berlainan itu kita bagi atas gas, bensin,
kerasin,
minyak gas atau solar,
pelumas ringan,
pelumas tinggi
dan residu.
Gas biasanya bernomorkan
atom karbon dari Cl sampai C4' bensin dari C5 sampai C1O' kerasin
atau
minyak tanah dari Cll sampai C13' minyak gas atau diesel
C14 sampai
C17, pelumas ringan C18 sampai dengan C25' pelumas berat C26 sampai
C35 sedangkan di atas C36 sampai C60 dianggap residu.
Hal ini bisa
dilihat
pada Tabel 2-3.
Pada tabel
tersebut
kelihatan
bahwa titik-didih
bensin ialah 200°C,
sedangkan kerasin
atau minyak tanah 250°C, solar 300°C, sedangkan
pelumas dan residu 400°C.
Pada umumnya di dalam fraksi
bensin banyak didapatkan
parafin
normal
dan juga parafin
bercabang,
sedangkan aromat terdapat
hanya sedikit
sekali.
Makin ke arah pelumas dan residu,
persentasi
aromat jauh lebih
besar daripada
persentasi
parafin
normal,
iso-parafin
biasanya
sudah
hilang,
sedangkan sikloparafin
boleh dikatakan
konstan.
Hakekat minyak- daD gasbumi
3i
Jenis
Taber 2 -2a
Jenis
hidrokarbon
jenis minyakbumi
yang
telah
(menurut
hidrokarbon
diisolasikan
Bestougeff,
Seri
homolog
atau diidentifikasikan
dalam
berbagai
1967)
Jumlah atom
karbon per
molekul
Jumlah zat penyusun yang
hanya dapat
diidentifikasikan,
tetapi
tidak
dipisah-,
kan dalam ke-
adaan murni.
(dalam tanda
kurung dapat
di isilasikan
secara murni)
Para fin
normal
Cn H2n+2
C1
-C3S
:l:'arafin
bercabang
Cn H2n+2
Cll
-ClO
Parafin
bercabang
Cn H2n+2
Cl1
-ClS
2
(9)
Para fin
bercabang
Cn H2n+2
C16
-C20
2
(5)
Para fin
bercabang
Cn H2n,+2
C21
-C23
-(3)
35
(5)
50
(24)
Sikloparafin
(monosiklis)
Cn H2n
Sikloparafin
(siklopentanJI
C n H2n
Cs
-C1O
35
Sikloparafin
(siklohexan)
Cn H2n
C6
-C1O
25 (18)
Cn H2n
C7
Cs
-Cll
I
Sikloparafin
(sikloheptan)
I
Sikloparafin
(bisiklis)
Cq
Sikloparafin
(trisiklis)
Cn H2n-4
ClO
-C12
Cn H2n-6
C6
-C12
H2n-2
(5)
2
8
(6)
1
(1)
45
(5)
12
(9)
2
(2)
(3)
Aromat
monosiklis
Aromat
bisiklis
(naftalen)
Cn H2n-12
ClO
-C16
Aromat
bisiklis
(difenil)
Cn H2n-14
Cl2.
-C14
Aromat
trisiklis
C14
-CIS
8
Cn H2n-18
Cn H2n-20
Aromat tetrasiklisNafteno-Arom:it
Cn
H2n-24
Cl6
-Cl8
7 (4)
Golongan
Indan
Cn H2n-8
Cg
-C13
4
(1)
Golongan
Tetralin
Cn H2n-8
ClO
-C14
8
(2)
32
Koesoemadinata,
GeologiMinyak-danGasbumi
i
1
max.
min.
1,
0,01
16
Tabel 2 -2b
No.
2
3
4
5
6
Seri
Susunan molekul
hidrokarbon
dan hidrokarbon
Normal-parafin
Pent.an
Hexan
Heptan
Oktan-Dekan
Undekan-Pentadekan
Hexadekan clan yang lebih
tinggi
utama dari minyakbumi
(menu rut Bestougeff,
Nomor atom Persen
karbon
I
C6
C7
Ca
11
-16
-Cl0
-CiS
dan
dalam minyakbumil
0,2
0,04
0,03
CS
lec
1967)
0
0
0
3,2
2,6
2,5
1,8 -2,0
1,8 -1,5
1,0
bih tinggi
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
Isoparafin
2-Metilpentan
3-Metilpentan
2-Metilhexan
3-Metilhexan
2-Metilheptan
3-Metilheptan
2-Metiloktan
3-Metiloktan
2-Metilnonan10
3-Metilnonan
4-Metilnonan
Pristan
(isoprenoid)
Sikloparafin
1
Metilsyklopentan
2
Siklohexan
3
Metilsyklohexan
4
1, trans 2-dirnetilsiklopenta
5
1, cis 3-dirnetilsiklopentan
6
1, cis 3-dirnetilsiklohexan
7
1, cis 2-dirnetilsiklohexan
8\1,1,
3-trirnetilsiklohexan
('6
C6
C7
C7
Ce
Ce
Cg
Cg
0,2
0,06
0,03
0,02
0,03
0,02
0,02
0,01
C1O
C1O
C1O
C1O
C6
C6
C7
C7
C7
0,11
0,08
0,25
0,05
0,04
Ce
Ce
Cg
0,1,91
0, 9
1, 0
0, 4
0, 4
0, 2
0, 3
0, 1
0, 1
1, 12
2,351,4
2,8
1,2
1,0
0,9
0,6
0,7
Aromat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Benzen
To1uen
Eti1benzen
n-Xy1en
1-Metil-3-eti1benzen
1,2,4 -Trimeti1benzen
1,2,3 -Trimeti1benzen
1,2,3,4
-Tetrametilbenzen
2-Meti1nafta1en10
2,6 -Dimeti1nafta1en11
Trimeti1nafta1en
Hakekat minyak- dan gasbumi
C6
C7
Co
Ce
Cg
Cg
Cg
ClO
Cll
Cl2
Cl3
0,030,01
0,02
1,0
1,8
1,6
1,0
0,3
0,6
0,4
0,3
0,3
0,4
0,3
33
Taber 2 -3
Susunan senyawa hidrokarbon
Kisaran
n
No atom C
Titik-
didih
Kerosin
Solar
Distilat
minyak ringan
i
minyakbumi
Ci
-C4
Cs
-CiO
Cii
-C13
C14
-C17
C 18
-C
C26
-C36
C36
-C60
26
siklo-.
iso~ar!!:!inl
I
parafin
38
23
22
20
43
9
15
43
9
48
19
21
16
6
52
24
13
1
51
27
mi-
pelumas
Residu
I
parafin
Gas
Bensin
Distilat
distilasi
% volum
Fraksi
distilasi
nyak
utama dalam berbagai fraksi
1
500°C
[
8
2) ANALISA HEMPLE. Berdasarkan
kenyataan di atas,
diperkirakan
bahwa
makin tinggi
titik-didih
daripada
fraksi
distilasi
makin banyak terdapat homolog aromat-sikloparafin,
sedangkan di dalam fraksi
titikdidih
yang rendah,
lebih banyak didapatkan
homolog parafin.
Karena
penentuan susunan molekuler
minyak mentah sulit
dilakukan,
maka secara
routine
dilaksanakan
analisa
distilasi
berfraksi
yang sedikit
banyak
mencerminkan susunan berbagai
rnacam homolog hidrokarbon.
Analisa
secara teliti
daripada
distilasi
ini disebut
analisa
Hemple, yang sifatnya sarna juga dengan distilasi
berfraksi
akan tetapi
pengembunan berbagai rnacam fraksi
dilakukan
dengan perbedaan suhu 25cC. Misalkan
saja fraksi
nomor satu pengembunan pada 50cC, fraksi
nomor 2 pada 75cC,
fraksi
nomor 3 pada 100°C dan seterusnya,
sehingga fraksi
nomor 10 itu
270°C.
Distilasi
dilakukan
pada tekanan atmosfer,
yaitu
558 mmHg. Distilasi
fraksi
nomor 11, dilakukan
pada tekanan 40 mm Hg, sehingga pengembunannya dilakukan
pada 200°, fraksi
nomor 13 pada 250° dan fraksi
nomor 15
pada 300°C, dan sisanya disebut
residu dan tidak dilakukan
fraksinasi
seterusnya
(lihat
Tabel 2-4).
Pada analisa
Hemple tersebut
juga diukur
volum tiap-tiap
fraksi
dan
kemudian juga persentasi
setiap fraksi.
Selain itu juga ditentukan
berat jenis
setiap
fraksi
yang dinyatakan
dalam berat jenis pada keadaan standar
(baku),
atau dalam derajat
API yang akan dijelaskan
lebih
lanjut.
Jadi,
jelas
analisa
Hemple ini sudah cukup memberikan pendekatan mengenai susunan molekul minyakbumi walaupun tidak tepat.
3)
INDEKS KORELASI
DAN KLASIFIKASI
lopori
penggunaan suatu sistem
Sistem ini didasarkan
pad a
1asi terhadap
:
DASAR MINYAKBUMI.
yang dinamakan
sistem
Smith
indeks
(1940)
meme-
kore1asi.
didih~ya
maka hidrokarbon
tersebut
akan mengatur dirinya
sesuai dengan
struktur
dasarnya.
Dengan demikia~ dapat diketahui
perbandingan
atom
karbon di dalarn molekulnya.
Pengeplotan
dilakukan
dengan kebalikan
titik-didih
dalarn °Kelvin
x 1000 sebagai koordinat
sedangkan berat
jenis
diplot
pada absisa.
Dari pengeplotan
ini ternyata
n-pentan
(nilai
kebalikan
titik-didih
kira-kira
3,2),
n-hexan {nilai
kebalikan
titik34
Koesoemadinata, Geologi Minyak- daDGasbumi
16.
U.O.P.
Tabel 2 -4
Contoh suatu hasil analisa
HemrJle
HEMPLE ANALYSIS
Locality:
We~l.no:Formation:
Argi11e
scag1iose
Lithology:
Limestones
General
characteristics.
gravity
at 60°F -0,891
API Gravity:
27,3Sulphur,
per cent
= 0,06
Colour:
dark greenSaybe1t
Universal
Viscosity
~t 100°F = 41 sec.
Specific
Dry distillation
1
2
3
4
5
6
7
8
910
50
75
100
125
150
175
200
255
250
275
122
167
212
257
302
347
392
437
482
527
Distillation,
Bureau of Mines
at atmospheric
pressure.
-
-
2.0
5.3
9.0
14.3
15.2
14.5
0.758
0.788
0.817
0.847
0.871
0.894
55.2
46.1
41.7
35.6
30.9
26.8
54. 802
200
225
250
275
300
--5.0
392
437
482
527
572
9.6
10.4
6.2
4.2
4.1
0.919
0.932
0.952
0.961
0.971
1.016
--0.2
Carbon
(91OF)
-
2.0
7.3
16.3
30.6
45.8
60.3
43
53
74
132
327
-99.8
69.9
80.3
86.5
90.7
94.8
729
22. 126
32.41.
474
501
49. 191
Dry distillation
11
12
13
14
15
Residuum
Distillation Loss
Hemp1e method
First
drop = 33°C
at 40 nun
22.5
20.3
17.1
15.7
14.2
7.8
80.720
81.706
86.504
86.493
74.756
96.039
---100.0
residue
,
of£esid~~
Approximate
Carbon residue
Summary---Yer
cent
of c~
S.G.
API Grav.
Viscosity-
Ligh~
Total gasoline
gasol~ne and naphta
16.3
0.800
45.4
-
Kerosene
Gas Oil distillate
55.8
0.881
29.1
-
Non-Viscous lubricating
distillate
Medium lubricating
distillate
viscous lubricating
distillate
Residuum
Distillation
loss
13.6
4.4
4.7
5.0
0.2
Factor
Hakekat minyak.
= 11.0;
daD gasbumi
Base of crude
0.928-0.956
0.956-0.865
0.965-0.976
-1.016
--= Par.
21.0-16.5
16.5-15.1
15.1-13.5
7.8
; Paraffin
50-100
100-200
Above 200
-
wax = present
35
didih 2,9),
n-dekan (kebalikan
titik-didih
2,4),
n-hexadekan
(kebalikan
titik-didih
1,5) merupakan garis lurus.
Kemudian oleh Smith garis
ini
diberi
nilai
indeks nol,
sedangkan untuk benzen yang ternyata
mempunyai
titik-didih
hampir sarna dengan n-heksan diberi
nilai
100. Hidrokarbon
lainnya
ternyata
berada di antara nilai
100 dan nol ini.
Tetapi
sebagaimana ternyata
pada Gambar 2.13, peningkatan
nilai
indeks tidak
sebanding dengan menurunnya perbandingan
hidrokarbon,.
sehingga menyulitkan
klasifikasi
yang didasarkan
penyimpangan hidrokarbon
dari suatu
kadar hidrogen maksimum. Dengan demikian maka sistem korelasi
indeks
ini sedikit
banyak juga memperlihatkan
susunan atau sifat
molekul
setiap
jenis hidrokarbon.
Dapat disimpulkan
bahwa minyakbumi yang bersifat
parafin
menunjukkan nilai
indeks korelasi
yang rendah,
sedangkan
peningkatan
senyawa siklis
meningkatkan
pula nilai
indeksnya.
Dengan
demikian untuk setiap
fraksi
distilasi
minyakbumi dapat dihitung
indeks
korelasinya
dengan suatu rumus dan untuk minyakbumi keseluruhannya
dapat dibuat profil
indeks korelasi.
Rumus.
C.I
--= 48640
K
+ 473 G -456,8
K
G
= titik-didih
= berat
jenis
rata-rata
pada 60°F
dalam
°Kelvin
Berdasarkan
ini
Barbat
(1967)
mengusulkan
suatu
klasifikasi
minyakbumi seperti
tertera
pada
diagram
pada Gambar 2.14.
Jika
seluruh
fraksi
dari
-2 sampai 15 memperlihatkan
suatu profil
at au kurva
dengan
nilai
indeks
korelasi
kebanyakan
kurang
dari
10, maka minyakbumi
ter36
Koesoemadinata,
GeologiMinyak-danGasbumi
~
base),
sebut digolongkan
sebagai minyakbumi ultra parafin.
Kalau sebagian
besar di bawah indeks korelasi
30 disebut minyakbumi parafinis,
antara
30 sampai 40 dikatakan
minyakbumi naftenis
dan 40 sampai 60 dikatakan
minyakbumi aromatis.
Minyakbumi yang bersifat
aromat ini dapat pula
dikatakan
mempunyai dasar aspal (asphalt-base),
karena kebanyakan zat
aspal terdapat
dalam komponen aromat beratom banyak. Klasifikasi
ini
60
BERSIFAT
AROMAT
(AROMATIC)
40
(I)
«-I
w
II:
0
~
BERSIFAT NAFTEN
(NAPTHE'NIC)
30
X
w
0
Z
.Pa.
~::::::==ij
I Bradfod
--'-1-
--'1-0
Gambar
'
I
2
6
2.14
.,
---Duchesne,
Klasifikasi dasar minyakbumi
17
10
,
BERSIFAT
PARAFIN
(PARAFFINIC)
,
BERSIFAT
(ULTRA-
Utah
ULTRA-PARAFIN
PARAFFINIC)
14
berdasarkan penampang indeks korelasi Smith (menurut
Barbat, 1967}
sedikit
banyak mencerrninkan susunan molekul minyakbumi pada umumnya
atau setidak-tidaknya
seri homolog mana saja yang dominan di dalam
suatu jenis minyakbumi.
Secara umum minyakbumi diklasifikasikan
sebagai:1.
MINYAKBUMI BERDASARPARAFIN (paraffin
base),
yang menghasilkan
parafin
padaBERDASAR
pendinginan.
2. MINYAKBUMI
ASPAL (asphalt
,jika mengandung residu aspal.
3. MINYAKBUMI BERDASARPERALlHAN (intermediate
base).
2.2.2
HAKEKAT
FISIKA MINYAKBUMI
Sebagairnana
cairan
lainnya
kuantitas
rninyakburni
diukur
berdasarkanvolurnnya.
Ukuran yang dipergunakan
di Indonesia
adalah meter
kubik
atau sering
juga ton.
Di dunia
perdagangan
yang terutarna
dikuasai
oleh
perusahaan
Amerika,
digunakan
satuan
barrel
(disingkat
bbl),
yaitu
kira-kira
sarna dengan 159 liter.
Seringkali
harus dibedakan
antara
vol urn rninyakburni
di bawah tanah yang dikatakan
reservoir
barrel,
dan
stock-tank
barrel
karena
faktor
penciutan
dirnana kira-kira
5/8 stocktank barrel
adalah
sarnadengan
satu barrel
reservoir.
Penciutan
ini
Hakekat minyak- dan gasbumi
37
disebabkan
karena minyak
Perlu dijelaskan
di sini
berat,
tetapi
sebetulnya
kilo-liter
(kl).
2.2.2.1
mentah selalu mengandung gas sebagai larutan.
bahwa ton untuk minyakbumi bukanlah satuan
adalah 1 meter kubik ataupun juga disehut
1
Berat jenis atau gravitasi jenis
Salah satu sifat
minyakbumi yang penting
dan mempunyai nilai
dalam
perdagangan adalah berat jenis atau gravitasi
jenis
(specific
gravity)
Di Indonesia
biasanya berat jenis dinyatakan
dalam fraksi,
misalnya
0,8; 0,1 dan sebagainya.
Dalam dunia perdagangan terutama yang dikuasai perusahaan Amerika,
berat jenis
ini dinyatakan
dalam API Gravity.
°API
= 141,5
,B .J.
-
,~, ~
.L..1.L,:>
API gravity
minyakbumi sering menunjukkan kualitas
minyakbumi tersebut
Makin kecil
berat jenisnya
atau makin tinggi
derajat
APInya, minyakbumi itu makin berharga,
karena lebih banyak mengandung bensin.
Sebaliknya,
makin rendah derajat
API atau makin besar berat jenisnya,
mutu minyakbumi itu kurang baik karena lebih banyak m~ngandung lilin
atau residu aspal.
Namun dewasa ini,
dari minyakbumi yang berat pun
dapat dibuat
fraksi
bensin lebih banyak dengan sistem 'cracking'
dalam
penyulingan.
Walaupun demikian tentu proses ini memerlukan ongkos yang
lebih banyak lagi.
Selain derajat
API juga dipakai
derajat
Baume.
Tabel 2 -5
Konversi berat jenis, derajat API dan B;
(Levorsen, 1958)
Berat jeniS
(60°F)
Berat
! Baume
1,000
0,9655
0,9333
0,9032
0,8750
0,8485
0,8235
0,8000
0,7778
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
45,0
50,0
0
Berat
API
~
38
"
]enlS
Derajat
APro
10,0
15,1
20,1
25,2
30,2
35,3
40,3
45,4
50,4
0
Berat
API
"
]enlS
0
10
15
20
24
30
34
1,076
1,000
0,9659
0,9340
0,9100
0,8762
0,8550
55
60
65
70
75
80
85'
I
0,7587
0,7389
0,7201
0,7022
0,6852
0,6690
0,6536
40
44
0,8251
0,8063
0,7796
90
95
100
I
I
0,6388
0,6247
0,6112
~
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
Baume = 140 -130
B.J
Sistem Baume tidak banyak dipergunakan
da1am industri
minyak.
Perbandingan antara skala yang menggunakan berat jenis dengan derajat
API,
ter1ihat
pada Tabe1 2-5.
Sebagai contoh,
berat jenis air sarna dengan
satu sesuai dengan 10 derajat
API dan juga 10 derajat Baume.
Berat jenis 0,8750 sa~a dengan 30,2 derajat
API sedangkan berat jenis
0,8235 ada1ah 40,3 derajat
API atau sarna dengan 40,0 derajat
Baume.
Berat jenis
0,778 itu sarna dengan 50,4 derajat
API atau 50 derajatBaume.
Per1u dicatat
di sini bahwa yang dirnaksud dengan berat jenis
ada1ah berat jenis kese1uruhan rninyak rnentah tersebut,
jadi sernuafraksi.
Se1ain itu berat jenis rninyakbumi tentu juga tergantung
padaternperatur;
1ebih tinggi
ternperatur
makin rendah berat jenisnya.
0
2.2.2.2
Viskositas
Sifat penting
lain daripada
minyakbumi adalah viskositasnya.
Viskositas adalah daya hambatan yang dilakukan
oleh cairan
jika
suatu bendaberputar
dalam cairan tersebut.
Satuan viskositas
ialah centipoise.
Pada umumnya makin tinggi
derajat
API atau makin ringan minyakbumi
tersebut,
makin kecil
viskositasnya
dan sebaliknya.
2.2.2.3
Titik didih dan titik nyala
Titik
didih minyakbumi berbeda-beda
sesuai dengan gravitas
APInya.
Kalau gravitas
API rendah, maka titik
didihnya
tinggi,
sedangkan kalau
API tinggi
maka titik
didihnya rendah.
Hal ini disebabkan
karena
minyakbumi berderajat
API rendah berarti
mengandung banyak fraksi
berat
(beratjenis
tinggi)
dan dengan demikian titik
didihnya
tinggi,
sedangkan jika
derajat
A~Inya tinggi
maka lebih banyak mengandung
fraksi
ringan seperti
bensin,
dengan demikian
juga titik-didihnya
rendah.
Titik
nyala adalah suatu titik
temperatur,
dimana minyakbumi dapat
terbakar
karena suatu percikan api.
Makin tinggi
gravitasi
APInya titik
didihnya
makin rendah, maka jelaslah
'flash-point'
juga makin rendah
dan mudah dapat terbakar
karena percikan
api.Flash-point
terbakarnya
2.2.2.4
mempunyai
sebaliknya
rninyakbumi.
arti
sangat
rnakin tinggi
panting,
makin rendah
tentu
makinberbahaya,
flash-point
mengurangi
kemungkinan
Warna
Minyakbumi juga memperlihatkan
berbagai
macam warna yang sangat berbeda-beda.
Minyakbumi tidak selalu
berwarna hitam,
adakalanya malah tidak
berwarna sarna sekali.
pada umumnya warna itu berhubungan dengan beratjenisnya.
Kalau berat jenisnya
tinggi,
warna jadi hijau kehitarn-hitaman,
sedangkan kalau berat jenis rendah, warna coklat kehitam-hitarnan.
Warna ini disebabkan
karena berbagai pengotoran,
misalnya
oksidasi
senyawa hidrokarbon,
karena senyawa hidrokarbon
sendiri
tidak memperlihatkan
warna tertentu.
Hakekat minyak- dan gasbumi
39
2.2.2.5
Fluoresensi
Minyakbumi mempunyai suatu sifat
fluoresensi,
yaitu
jika terkena sinar
ultra-violet
akan memperlihatkan
warna yang lain dari warna biasa.
Warna fluoresensi
minyakbumi ialah kuning sampai kunin_g keemas-emasan
dan kelihatan
sangat hidup.
Sifat
fluoresensi
minyakbumi ini sangat
penting
karena sedikit
saja minyakbumi terdapat
pad a kepingan batuan
atau dalam lumpur pemboran memperlihatkan
fluoresensi
secara kuat,
sehingga mudah dideteksi
dengan mempergunakan lampu ultra-violet.
Pada waktu pemboran sering sekali
lapisan
minyak dibor kemudian tertutup lumpur,
sehingga minyak yang terdapat
dalam lapisan
tersebut
tidak
dapat menyembur keluar
dengan sendirinya.
Minyaknya sendiri
karena berwarna hitam dan juga bercampur dengan minyak pelumas pemboran,
seringkali
sukar dibedakan dalam lumpur pemboran. Minyak pelumas lumpur
pemboran biasanya tidak menunjukkan fluoresensi
sedangkan minyak mentah
menunjukkan fluoresensi,
maka dalam meneliti
serbuk pemboran dipergunakan sinar ultra-violet.
Jika suatu lapisan
minyak ditembus,
warna
fluoresensi
pada lumpur akan kelihatan
sebagai tanda-tanda
adanyaminyak.
2.2.2.6
Indeks refraksi
Minyakbumi memperlihatkan
berbagai
macam indeks refraksi
dari 1,4
sampai 1,6.
Perbedaan indeks refraksi
tergantung
dari derajat
APlnya
atau berat jenis.
Makin tinggi
berat jenis
at au makin rendah derajat
APlnya akan tinggi
pula indeks refraksinya,
sedangkan makin ringan
makin rendah indeks refraksinya.
Hal ini terutama diperlihatkan
oleh
seri parafin.
Misalnya,
dekan mempunyai indeks refraksi
1,6; sedangkan pent an 1,4. Jadi,
makin kecil
atau makin sedikit
jumlah atomnya
makin rendah indeks refraksinya,
makin tinggi
nomor atomnya, makin
kompleks susunan kimianya makin tinggi
indeks refraksinya.
2.2.2.7
Aktivitas
optik
Kebanyakan minyakbumi memperlihatkan
aktivitas
optik,
yaitu
suatu
daya memutar bidang polarisasi
cahaya yang terpolarisasi.
Kisaran
rata-rata
adalah dari nol sampai 0,2 derajat.
Semua minyakbumi memperlihatkan
aktivitas
optik,
terutama fraksi
antara 250 sampai 300°C pada
tekanan 40 romHg. Fraksi di bawah 200°C tidak memperlih~tkan
aktivitas
optik.
Ini disebabkan karena adanya zat yang menyerupai sterol,
yaitu
sejenis
alkohol
yang mempunyai rumus C26H4S0H. Zat ini biasanya terdapat dalam zat orga~ik nabati
ataupun hewan dan terutama dalam susu
segar.
Daya memutar bidang optik
ini b{asanya dipakai
sebagai suatu
alasan untuk menunjukkan akan asal organik
zat minyakbumi,
sebab sampai
sekarang hanya zat asal organik
saja yang bisa memutar bidang optik,
sedangkan zat hidrokarbon
sintetis
anorganik
tidak memperlihatkan
day a
aktivitas
optik.
2.2.2.8
Bau
Minyakbumi
disebabkan
40
ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak,
yang biasanya
karena pengaruh molekul aromat.
Minyakbumi dari Indonesia
Koesoemadinata,Geologi Minyak- daD Gasbumi
2.3.1
biasanya berbau tidak sedap, yang terutama disebabkan karena mengandung
senyawa nitrogen
ataupun belerang.
Adanya HzS juga memberikan bau yang
tidak sedap. Golongan parafin
dan naften biasanya memberikan bau yang
sedap, sedangkan benzen atau aromat menyebabkan bau yang tidak sedap.
2.2.2.9
Nilaikalori
Nilai
kalori
minyakbumi adalah jumlah panas yang ditimbulkan
oleh satu
gram minyakbumi,
yaitu
dengan meningkatkan
temperatur
satu gram air
dari 3,5 derajat
Celcius
sampai 4,5 derajat
Celcius,
dan satuannya
adalah kalori.
Ternyata
juga ada hubungan antara be rat jenis
dengan
nilai
kalori.
Misalkan
berat jenis minyakbumi antara 0,75 atau gravitas
API 70,6 sampai 57,2 memberikan nilai
kalori
an tara 11.700 sampai
11.750 kalori
per gram dan berat jenis
antara 0,9 sampai 0,95 memberikan nilai
kalori
10.000 sampai 10.500 kalori
per gram.
Pada umumnya minyakbumi mempunyai nilai
kalori
10.000 sampai 10.800
dan hal ini boleh kita bandingkan dengan kalori
batubara yang berada
di antara 5.650 sampai 8.200 kalori
per gram.
2.3
HIDROKARBON
GAS ATAUPUN
GASBUMI
Di dalam reservoir,
gasbumi bisa terdapat
sebagai larutan
yang berkisar dalam jumlah sangat sedikit
sekali
sampai meliputi
100% darireservoir.
Gasbumi tersebut
biasanya terdiri
daripada hidrokarbon
alam
bertitik-didih
rendah, bernomor atom rendah dari Cl sampai paling
tinggi C4' atau bisa juga terdiri
daripada
gas hidrogen,
nitrogen
atau
samasekali
terdiri
dari karbondioksida.
Jika hal ini demikian maka
gas tersebut
tidak mempunyai nilai
komersiil,
kecuali
helium yang
kadang-kadang
merupakan 2-3% dari gas yang tidak
dapat diperdagangkantersebut.
Di Indonesia
ada beberapa sumur misalkan di Pamanukan, Jawa Barat dan
juga daerah di laut Jawa sebelah timur,
yang terdiri
hanya dari gas
CO2 samasekali.
BERBAGAI JENIS GASBUMI
Berbagai macam gasbumi dapat terjadi
sebagai:
1) Gas bebas, yang samasekali merupakan fasa bebas daripada minyakbumi,
hanya terdapat
pada bagian atas dari reservoir
yang terisi
minyakbumi.
2) Gas terlarut
dalam minyakbumi.
Karena gas dan minyakbumi adalah
hidrokarbon,
maka wajarlah
jika
jumlah gas yang larut
dalam minyakbumi
tergantung
dari sifat
kedua zat tersebut
dan juga dari tekanan dan
temperatur
di dalam reservoir.
Dengan hanya beberapa kekecualian,
semua minyakbumi yang terdapat
di dalam reservoir
mengandung gas dalam
larutan
dari hanya beberapa m3 sampai ke ribuan m3. Untuk setiap
m3
minyakbumi,
jumlah gasbumi yang terlarut
di dalamnya dinyatakan
dalam
perbandingan
gas-minyak
(gas-oil
ratio).
Jika gas hanya terdapat
dalam
jumlah sedikit
saja, maka gas dapat dipisahkan
dari minyak segera setelah dihasilkan
dari sumur pemboran, dalam suatu alat yang dinamakan
'gas-separator'
dan kemudian dibakar.
Tetapi
jika jumlahnya cukup
Hakekat
minyak-
dan !(asbumi
41
banyak, gas tersebut
dapat dipergurakan
untuk diperdagangkan
ataupun
dipompakan kembali ke dalam reservoir.
Jika suatu reservoir
tida~ memperlihatkan
topi gas bebas (gas cap),
berarti
bahwa semua gas terdapat
dalam larutan
dan keadaan itu disebut
tidak jenuh,
sedangkan kalau gas terdapat
sebagai topi gas bebas di
atas reservoir,
didapatkan
suatu reservoir
yang jenuh.
Temperatur
dan
tekanan pada waktu gas itu mulai keluar
dari larutan
disebut
titikgelembung (bubble point).
Jika temperatur
konstan,
maka tekanan titikgelembung disebut
titik
jenuh (lihat
Gambar 3.8).
Selain
itu
gas dapat
mencapai
20 m3 setiap
juga
larut
m3 minyak
dalam air,
dalam jumlah
pada tekanan
5000 psi.
yang
dapat
GAS TERCAIRKAN
Di bawah kedalaman 2000 meter biasanya keadaan reservoir
mempunyai
temperatur
dan tekanan yang tinggi,
sehingga secara fisik
gas- dan
minyakbumi tidak bisa dibedakan.
Dalam keadaan demikian didapatkan
reservoir
kondensat.
2.3.2
SUSUNAN KIMIA GASBUMI
Metan (CH4) adalah hidrokarbon
yang paling
stabil
dan merupakan penyusun utama gasbumi.
Selain itu terdapat
juga hidrokarbon
lainnya
dalam
jumlah kecil,
seperti
etan (C2H6)' propan (C3Hs), butan (C4H1O)'
pentan (C3H12)' heksan (C6H14)' dan dalam kasus tertentu
juga hektan
(C7H16)' oktan (CSClS) dan nonan (C9H20). Hidrogen bebas jarang sekali
didapatkan
dalam gas alam, kecuali
di daerah yang bersifat
volkanik,
sedangkan karbon monoksida dan gas yang tidak
jenuh jarang sekali
didapatkan.
Metan merupakan senyawa yang selalu
terdapat
di dalamnya,
dan tidak
dapat dikondensasikan
pada temperatur
dan tekanan reservoir
minyak,
sedangkan yang lainnya
bisa didapatkan
sebagai cairan.
Kerapatan gasbumi berkisar
dari 0,554 (yaitu
untuk metan) terhadap
udara sampai lebih tinggi
daripada
udara untuk gas yang bersifat
basah.
Umumnya berkisar
an tara 0,65 sampai 0,90 jika dibandingkan
dengan udara
(sarna dengan satu).
Gasbumi bisa juga dibagi
atas gas keYing dan gas basah, tergantung
daripada kadar cairan
atau uap yang ikut di dalamnya.
Nilai
kalorinya
adalah 900 sampai 1200 BTU. Susunan kimia umum adalah sebagai berikut:
1. Metan CH4' 82,3% (aktif)
3. Karbon dioksida
CO2' 0,5%
2. Etan C2H6' 14,4% (aktif)
4. Nitrogen
N2' 2,8%
Contoh susunan gasbumi dari Lapangan Badak (Kalimantan
Timur) tercanturn dalam Tabel 2-6.
42 Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
2.3.3
PENGOTORAN DALAM GAS
Pengotoran
utama disebabkan oleh kadar nitrogen,
karbondioksida,
dan
hidrogensulfida.
Juga helium dapat merupakan pengotoran
yang terdapat
dalam jumlah yang relatif
sangat kecil.
Jika kadar CO2 dan nitrogen
besar,
maka gas tersebut
mempunyai nilai
yang lebih rendah karena juga nilai
kalorinya
menjadi lebih rendah.Helium:
Helium merupakan gas ringan,
tidak berwarna tidak berbau dan
merupakan gas mulia yang terdapat
bersama-sama dengan gas alam pada
keadaan temperatur
normal.
Kadang-kadang di dalam gas alam kadar helium cukup tinggi
untuk dapat diusahakan,
seperti
yang didapatkan
di
Amerika Serikat,
yaitu dengan kadar berkisar
1-8%. Juga di Uni Soviet
ada kemungkinan gas tersebut
didapatkan
bersama-sama dengan gasbumi.Nitrogen:
Adanya kadar nitrogen
yang tinggi
di dalam gasbumi mungkin
sekali
merupakan sebagian udara yang terperangkap
dengan sedimen.
Sedikit
sekali
dari nitrogen
ini merupakan gas yang terbentuk
dari
zat organik
sebagaimana diperkirakan.Hidrogensulfida:
Hidrogen sulfida
seringkali
terdapat
bersama-sama
dengan gasbumi.
Gas ini biasanya tidak berwarna dan mempunyai bau
yang tidak sedap. Gasbumi yang mengandung hidrogensulfida
walaupun
dalam jumlah kecil,
tidak baik untuk dipergunakan
sebagai bahan bakar
umum, karena dapat meracuni dan menyebabkan korosi
dalam pipa.
Berdasarkan
kadar H2S, maka gasbumi dapat dibagi menjadi:
gas kecut
(sour gas) dan gas manis (sweet gas).
2.3.4
PEMAKAIAN
GASBUMI
Gasbumi dewasa ini diusahakan
untuk tujuan komersiil.
Di masa lampau
gasbumi hanya dapat digunakan jika
terdapat
di dekat daerah industri,
ataupun di perkotaan,
melalui pipa.
Tetapi dewasa ini dengan teknik
pencairan,
terutama gasbumi yang mengandung molekul beratom C lebih
besar sampai C4-Cs, dapat dimampatkan menjadi cairan yang disebut
elpiji,
suatu singkatan
dari Liquefied
Petroleum Gas (LPG) dan dapat
ditransport
dengan kapal tanki khusus. Di Indonesia
pada akhir
tahun
1972 ditemukan lapangan gas yang besar sekali,
yaitu
lapangan gas Arun
di Propinsi
Aceh dan juga lapangan Badak di Kalimantan Timur.
Selain
itu juga beberapa lapangan gas diketahui
di daerah Pendopo, Sumatra
Selatan,
misalnya
lapangan Raja yang dipergunakan
untuk pupuk Sriwijaya. Gas juga merupakan bahan penting
sekali,
selain
untuk pembuatan
'carbon black'
juga sebagai bahan bakar di perumahan ataupun dalam
industri.
2.3.5
BERBAGAI SIFAT FISIKA GASBUMI
Gas biasanya diukur
dalam m3 atau kaki kubik dalam keadaan baku, yaitu
pada temperatur
60,7°F dan tekanan 76 rom Hg. Seringkali
dipergunakan
temperatur
20°C. Volum gas biasanya dinyatakan
dalam satuan ribuan
yang disingkat
sebagai M. Contohnya 3.540.000 cubic feet gas, biasanya
ditulis
3.540 MCF.
Hakekat minyak- dan gasbumi
43
3.1
Pada prinsipnya
minyakbumi
terdapat
dalam 2 cara utama,
yaitu:
PADA PERMUKAANBUMI, terutama sebagai rembasan (seepages atau seeps),
kadang-kadang
juga sebagai suatu danau, sumber atau sebagai pasir
yang
dijenuhi
minyakbumi.
DI DALAMKERAKBUMI, sebagai suatu akumulasi,
yaitu
sebagai penjenuhan
batuan yang sebetulnya
hanyalah satu-satunya
cara terdapat
yang mempunyai arti ekonomi.
Penjenuhan batuan seperti
itu,
minyakbumi terdapat
di dalam rongga-rongga
atau pori-pori
batuan dan menjenuhi
seluruh
batuan tersebut.
Tidak pernah minyakbumi didapatkan
dalam suatu rongga
besar,
suatu ruangan, danau ataupun telaga di bawah tanah apalagi
suatu laut di bawah tanah,
Ini bertentangan
dengan pendapat umum yang
populer
mengenai adanya lautan minyak ataupun telaga minyak di bawah
permukaan bumi.
Sebagai suatu penjenuhan batuan di dalam kerakbumi,
minyakbumi bisaterdapat:
a Dalam jumlah kecil
atau yang disebut
minyak (oil show.s).
b Dalam jumlah akumulasi yang komersiil,
dapat diproduksi
secara umum.
juga
sebagai
yaitu
tanda-tanda
cukup besar
untuk
Akumulasi
komersiil,
tergantung
sekali
pada jurnlah
pori
batuan
yang
terdapat,
besarnya
dan caranya
pori
dapat rneluluskan
rninyak
dan juga
persentasi
cairan
yang rnenjenuhi
batuan
tersebut.
Hal terakhir
ini
juga dihubungkan
dengan suatu prinsip,
bahwa dalam kerakbumi
ataupun
pada permukaan,
minyakbumi
selalu
terdapat
berasosiasi
dengan air,
terutama
air
asin
dan jarang
sekali
dengan air tawar.
Oleh karena
itu
rninyakburni
yang terdapat
di bawah perrnukaan
selalu
rnengikuti
prinsip
hidrostatika
dan dalarn keadaan
tertentu
juga prinsip
hidrodinarnika.
MINYAKBUMI
PADA
PERMUKAAN
Di berbagai
daerah minyak,
termasuk juga di Indonesia,
minyakbumi pada
permukaan ditemukan dalam bentuk yang dinamakan rembasan (seep).
Rembasan ini sendiri
tidaklah
mempunyai nilai
ekonomi tetapi
bisa
menunjukkan daerah kemungkinan adanya minyak di bawah permukaan.
Berdasarkan
gejala
cara timbulnya,
minyak pada permukaan dapat dibagi
dalam 2 jenis,
yaitu:
1)
YANG MASIH AKTIF,
dengan air,
keluar
kernudian
rnernbentuk
44
yaitu
rninyak
keluar
ataupun
rnerernbas secara
suatu
danau aspal,
atau
sebagai
surnber
bersarna-sarna
perlahan-lahan
untuk
dapat pula keluar
secara
,"(e(\~O(\
aktif
dari
suatu
gunung-api
lumpur
2) YANG TELAH MATI ATAU TIDAK
AKTIF
(mudvolcano).
LAGI,
dapat
merupakan
batupasir
yang dijenuhi
oler. bitumina,
suatu zat semacam aspal,
yang merupakan
sisa atau residu penguapan fraksi
ringan dari suatu minyakbumi.
Suatu
insipasi
ataupun impregnasi
batupasir
oleh bitumina
ini sering merupakan suatu lapisan pasir
yang sangat l~as seperti
pasir-ter
di Canada
sebelah barat yang disebut
McMurray Sand atau Athabasca Tar-Sand,
yang
boleh dikatakan
merupakan suatu permadani ter.
Selain itu,
terdapatnya
hidrokarbon
padat seperti
wurtzelit,
elaterit
dan.sebagainya
dapat diartikan
sebagai rembasan yang tidak aktif
lagi
sehingga merupakan residu minyak yang fraksi
ringannya
telahmenguap.
Tetapi untuk ini tidak
terdapat
bukti yang jelas karena gilsonit,
wurtzelit
dan sebagainya tidaklah
menyerupai residu minyakbumi dari
jenis apapun. Selain itu juga kerogen pernah dianggap berasal
dari suatu rembasan yang telah mati.
Perlu dikatakan
di sini bahwa sebetulnya
kerogen sarna sekali
tidak mempunyai hubungan langsung dengan minyakbumi, tidak bisa dikatakan
minyakbumi yang telah merembas dan tersingkap keluar,
karena kerogen merupakan zat organik
yang belum menjadi
minyakbumi,
ataupun sisa pembentukan minyakbumi.
3.1.1
REMBASAN
MINYAKBUMI
Link
(1952)
memberikan
suatu k1asifikasi
berbagai
rnacam rernbasan yang
dapat
terjadi
di suatu daerah.
Dibedakan
olehnya
lima
jenis
utama
rernbasan
yang mu1ajadinya
dapat diterangkan
sebagai
berikut:
1) REMBASAN YANG KELUAR DARI HOMOKLIN dimana ujungnya
te1ah
tererosi
atau tersingkap,
akan tetapi
1apisan
minyaknya
sendiri
be1urn sarnpai
pada perrnukaan.
Rernbasan semacarn ini
biasanya
keci1
saja
(Garnbar 3.1).
~i~~OI\~-~~('
A
B
D
J
OligOCe~
F
Gambar 3.1
Jenis rembasan minyakbumi
Car a terdapatnya
minyak- dan gasbumi
(menurut
Link,1952)
45
~
2)
REMBASAN MINYAK
YANG
BERASOSIASI
DENGAN LAPISAN
DAN FORMASI
TEMPAT
MINYAK TERSEBUT TERBENTUK. Biasanya lapisan
serpih yang merupakan batuan induk minyakbumi jika teretakkan
dan terhancurkan
akan membebaskan
minyak dalam jumlah kecil.
Dalam hal ini hanya sedikit
sekali
terdapat
indikasi
pada permukaan (Gambar 3.2).
A: Jalur rembasan dalam struktur yang masih utuh
di mana minyak dan gas naik melalui retakan-retakan
kecil dalam lapisan penyekat
B: Minyak merembas melalui patahan-patahan
di atas struktur yang berproduksi
C: Rembasan permukaan sepanjang sesar naik
D: Rembasan sepanjang sesar naik bersudut rendah
seberapa jauh dari lipatan yang terdapat di bawahnya
Gambar
3.2
Rembasan jenis 3
kecil
nk,1952)
3) REMBASAN MINYAK -DAN
GAS YANG KELUAR DARI AKUMULAS I
BESAR DAN TELAH TERSINGKAP
OLEH EROS I ATAU RESERVOIRNYA
MINYAK
TELAH
YANG
DIHAN-
CUR-LULUHKAN OLEH PATAHAN DAN LIPATAN.
Rembasan sernacarn inilah
yang
biasanya
rnerupakan
daerah
rembasan
yang terbesar
di dunia.
(Garnbar
3.3).
Misalnya,
daerah
Gulf-Coast
di Arnerika
Serikat,
dan Venezuela
~
A: Rembasan sepanjang ketidakselarasan dan sesar
(Venezuela)
B: Rembasan sepanjang ketidakselarasan antara struktur
lipatan dan sesar yang ditumpangi lapisan homoklin
C: Rembasan dari Ketidakselarasan dan lapisan minyak
yang membaji yang tererosikan (Venezuela)
D: Rembasan ketidakselarasan pada kedua belah fihak
dari cekungan (Uinta Basin, A.S.I
Gambar 3.3
46
Rembasan jenis 4 dari link
(19521; keluar sepanjang ketidakselarasan
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
Timur.
~
./
Sebetulnya
banyak sekali
variasi
cara keluarnya
rembasan seperti ini,
yaitu
antara lain keluarnya
minyak dari patahan normal suatu
lapisan
homoklin ataupun akumulasi struktur
yang kemudian keluar
melalui patahan (Gambar 3.4).
t
A: Asosiasi dengan intrusi batuan garam (Texas)
B: Asosiasi dengan intrusi serpentin (Kuba)
../
I
-~
C: Asosiasi dengan gunungapi lumpur (Venezuela)
Gambar
3.4
Rembasan jenis 5 link
Jenis lain
penyusutan
3.5).
Gambar 3.5
ialah suatu
yang berada
(1951);
D: Asoslasi dengan intrusi batuan beku (Mexiko)
rembasan yang berasosiasi dengan intrusi
reservoir
bocor
di atas struktur
Peta penyebaran rembasan minyakbumi
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
karena patahan yang disebabkan
lapisan
minyak tersebut
(Gam-bar
di Indonesia bagian barat (menurut
Link,1952)
47
~J
"'
"
-l
N
,-
~(;"
'
Tengg& ,§'.~~
1 ",1"""
(;".1 ~I c:
~/ II 'fi '- 10,1.
\ 10
~ "'
~'
Cj~,'
::.'
~..o(;"!
.'
1.-
~ (;"
'.
~ :l ~
NORTH",
BORNEOBRUNEI'
r4~'b/~y V"
"'I
I:)
;,.",'
~"
'0'/
I:)
"
~
oO~
'-I
.
p-~~.
~~~d,an
,.'~
18
~~
w
~,co;
-2' \
!"'~
~,
'.-.:
Ji""'"."
~~'
1 km
~.."""
~
Jenis lain lagi ialah terdapatnya
lapisan
reservoir
yang berbatasan
dengan batuan beku. Batas batuan
tersebut
merupakan tempat perembasan minyak ke luar
(Gambar 3.6),
Sebagai contoh ialah:
rembasan
aspal di G. Kromong, Jawa Barat.
~
~~ ,
l'
4(& /,.-,
:'~:~- ~J
'\ I'
Volcan~es
I
~~ 10,
---r"
{
>;.t>,'~/
fi, -. -",<'If
~J~~!
II
.'
""-
L
':;"""A-.-
~ ~~
j~'
""'
'"
,,::','
I
.S'
~~.y",
,'b ".$
V
'!I.~~
I
---I'I
2 km
I
"\
.,
3km
~'
--(I
,
Balikpapan
~
Gambar 3.6
~-,--
,
Anticline
D orne
.Oil
Well
Gas Well
Q- Mud Volcano
I
I
I
0.- 5 10 15 20 krn
Penyebaran gunungapi
lumpur dan struktur
4 km
0
0
geologi di Kalimantan
2
1
Timur
3
..m
';l
4
5
3
k
les
3 milet5
km
(diambil dari Weeda. 1958)
Ada pula jenis
rembasan ya~g sebetulnya
merupakan struktur
antiklin
yang telah dierosi
sampai ke dalam reservoir
minyak.
pengerosian
reservoir
ini tidaklah
menyebabkan minyak ke luar secara tiba-tiba
dan secara besar-besaran,
tetapi
secara sedikit-sedikit
melalui
celah
dart retak yang terjadi
sebelum erosi tersebut,
sehingga menyingkapkan
lapisan
reservoir
itu sendiri
(Gambar 3.7).
Jenis lainnya
ialah rembasan yang mengeluarkan minyak melalui
retakan
dalam lapisan penutupnya.
Hal ini misalnya
saja yang terdapat
di lapangan minyak di Masdjid'i
Sulaeman di Iran.
Ada pula rembasan yang terjadi
di daerah patahan secara kecil-kecil
saja tetapi
cukup meyakinkan,
di
atas suatu struktur
seperti
yang terdapat
di lapangan LaCira,
di
Columbia.
Contoh lain mengenai patahan dapat terlihat
pad a Gambar 3.2;
3.1, C; 3.2, B, C, D sampai Gambar 3.3 (A,B,C,D);
yaitu
antara lain di
daerah Farina di Eropa Barat.
Dalam hal ini patahannya
dapat dari jenis
normal walaupun jenis patahan naik.
4)
MINYAK MEREMBAS KELUAR PADA PERMUKAAN SEPANJANG BIDANG KETIDAK-SELARASAN.
Dalarn hal ini mungkin terdapat
banyak rembasan lain yang
keluar
atau memotong suatu ketidakselarasan,
kemudian merupakan jalan
utarna dan alat pengumpul daripada
semua rembasan tersebut
dan'terjadilah
suatu rembasan yang cukup besar.
Jelaslah,
bahwa untuk mengetahui dari man~ asalnya minyakbumi tersebut
susah sekali,
tetapi
mungkin
merupakan pengumpulan dari berbagai
macam kebocoran beberapa reservoir
minyak ke arah bawah dari kemiringan
ketidakselarasan
tersebut.
Sebagai contoh misalnya,
batu-pasir-ter
Athabasca.
5) REMBASANYANG BERASOSIASI DENGANINTRUSI, seperti
gunungapi lum-pur,
intrusi
batuan beku atau penusukan oleh kubah garam. Rembasan
semacam itu dapat berasosiasi
ataupun tidak dengan reservoir
yang
telah hancur di bawahnya. Contohnya terlihat
pada Gambar 3.4.
48 Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
Dari
uraian
di atas dapat disimpulkan
bahwa adanya rernbasan minyak
pada permukaan
bumi tidak
usah selalu
diasosiasikan
dengan adanya suatu
reservoir
minyakdibawahnya.
Seringkali
orang
awam mempunyai
suatu
kesan bahwa untuk mencari
minyakburni,
haruslah
mencari
rernbasan di permukaan burni. Terdapatnya
rernbasan bel urn merupakan
suatu bukti
adanya
akurnulasi
minyak di bawahnya,
tetapi
dapat disebabkan
oleh berbagai
hal
yang telah
diuraikan
di atas.
Namun bagaimanapun
juga adanya rernbasan
harus diperhatikan
dari
segi explorasi
minyakdaD gasbumi,
karena:
a) Rembasan menunjukkan
bahwa batuan
sedimen
di daerah
tersebut
mampu
membentuk minyakbumi.
Apakah minyakburni
di situ
terdapat
dalarn akurnulasi
komersiil
atau tidak,
bukanlah
menjadi
scale
Yang penting
ialah
kita
dapat mencari
keadaan struktur
yang dapat mernberikan
akurnulasi
yang penting.
b) Rembasan mungkin
sekali
berasosiasi
dengan suatu reservoir
minyak
di bawahnya
yang mengalami
kebocoran.
Dalam hal ini,
penyelidikan
geologi
sekitar
rernbasan
tersebut
sangatlah
penting
daD interpretasi
mengenai
jenisnya
perlu
dilakukan.
Lapangan minyak
yang mula-mula,
terutama
di Indonesia,
ditemukan
berdasarkan
atas adanya rernbasan.
Penemuan rernbasan diikuti
dengan pemetaan
geologi
untuk
mencari
struktur antiklin.
Berdasarkan
hasil
pemetaan
ini
diadakan
pernboran untuk
mendapatkan
produksi
minyakburni.
Dahulu,
pernboran dilakukan
di dekat
rernbasan
tanpa mengetahui
arti
yang sebenarnya
dari
rernbasan tersebut.
Boleh dikatakan
66 persen
dari
semua rernbasan minyak
secara
langsung
berhubungan
dengan suatu reservoir
minyak
di bawahnya.
Hal ini
terutarna
berlaku
untuk
Indonesia
daD juga Teluk Persia.
Pentingnya
rernbasan minyak
dalam cekungan
minyakburni
dapat
terlihat
dari
kenyataan
bahwa cekungan
sedimen penghasil
minyak
di dunia
ini
harnpir
semuanya ditandai
oleh adanya rernbasan.
Di Indonesia,
lapangan
minyak
di Sumatra,
Jawa, Kalimantan
ataupun
di Irian
Jaya terdapat
di
daerah
dimana rernbasan seperti
itu
ditemukan
(Garnbar 3.5).
Di Timur
Tengah,
rernbasan minyak diketahui
daD dipergunakan
sejak
jarnan Nabi
Nuh, misalnya
di daerah
sebelah
barat Iran.
Juga di Arnerika
Serikat,
di Venezuela,
Arnerika
Latin,
rernbasan
semacarn itu
telah
banyak diketahui
daD menjadi
penyebab
ditemukannya
lapangan
minyak yang penting
di daerah tersebut.
Secara
tektonik
rernbasan minyak didapatkan
dalam cekungan
sedimen
dengan struktur
yang kandungan
minyaknya
telah
tererosikan
atau telah
dihancurkan
sehingga
lapisan
minyak
tersebut
keluar
pad a perrnukaan,
pada pinggiran
cekungan
atau juga pada jalur
dengan ketidakselarasan
sarnpai ke perrnukaan.
Rernbasan ini
terutarna
didapatkan
dalarn cekungan
sedimen yang mempunyai
suatu jalur
mobil
pada salah
satu sisinya,
misalnya
saja di geosinklin
Mesopotamia
(di Timur Tengah)
daD Venezuela.
Di sini
rernbasan keluar
sepanjang
ketidakselarasan,
atau karena
pernatahan
yang mengakibatkan
kebocoran
reservoir
sarnpai ke perrnukaan,
ataupun
di tempat yang lapisan
reservoirnya
tererosi.
Di bagian
yang
lebih
landai
dari
cekungan
tersebut,
juga didapatkan
rernbasan.
Sebagai
contoh
misalnya,
pasir-ter
di Athabasca
di Canada daD juga di Venezuela.
Tetapi
pada urnurnnya bagian
yang lebih
landai
daripada
cekungan
tidak
terlalu
banyak menghasilkan
rernbasan.
Pengaruh
rernbasan terhadap
cadangan
minyak
yang bocor,
mengakibatkan
pengurangan
cadangan itu.
Di berbagai
tempat dengan kebocoran
yang
besar,
struktur
reservoir
minyaknya
sendiri
bahkan menjadi
kosong.
Rernbasan seperti
itu
biasanya
banyak didapatkan
di lapisan
muda yang
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
49
terlipat,
terpatahkan
dan tererosi
pada pinggiran
cekungan.
Rembasan didefinisikan
sebagai
tempat pemunculan
gas dan cairan
hidrokarbon
pada perrnukaan
burni,
yang dapat diarnati.
Rernbasan ini
haruslah
dipisahkan
dengan didapatkannya
minyak dalarn skala
mikroskopis
yang
hanya bisa
ditemukan
dengan metoda geokimia
dan dengan sendirinya
tidak
dapat
disebut
sebagai
suatu rernbasan.
Seringkali
keluarnya
minyak
dari
rernbasan diikuti
dengan gas dan biasanya
berasosiasi
dengan air asin.
3.1.2
GUNUNGAPI LUMPUR
< f~toO)
Gunungapi
lumpur atau mudvolcano adalah setiap
extrusi
pada permukaan
lempung atau lumpur yang secara morfologi
membentuk suatu kerucut yang
di atasnya terdapat
suatu telaga.
Extrusi
tersebut
dibarengi
dengan
keluarnya
gas dan air
(kadang-kadang
juga minyak) secara kuat, bahkan
dengan ledakan.
Seringkali
gas yang diextrusikan
ikut terbakar
dan
dengan demikian
sangat menyerupai gunungapi.
Sifat
gunungapi-lumpur
ini sangat tergantung
dari
iklim dan juga jumlah lempung yang dikeluarkan. Menurut asaln~a dapat dibedakan 2 macam gunungapi-lumpur
yaitu:
GUNUNGAPI-LUMPUR JENIS DANGKAL. Jenis ini biasanya berasosiasi
dengan
minyakbumi clan merupakan kerucut lumpur yang dihasilkan
oleh extrusi
lempung clan sedikit
atau banyak klastik.
Untuk jenis
ini diperkirakan
bahwa tenaga dorongan untuk meledakkan lumpur keluar
adalah gasnya
sendiri
yang berasosiasi
dengan minyakbumi.
Pada waktu terjadi
peledakan, lumpur dari sekitarnya
terbawa keluar
clan menghasilkan
suatu kerucut lumpur.
Gunungapi lumpur semacam ini jelas merupakan tanda adanya
minyakbumi di bawahnya.
GUNUNGAPI-LUMPUR JENIS DALAM. Jenis ini biasanya berasosiasi
dengan
suatu keadaan geologi
yang lapisan
sedimennya belum terkompaksikan,
mempunyai tekanan tiriggi
dan mengakibatkan
timbulnya
diapir
dari serpih ataupun penusukan oleh serpih.
Gejala tersebut
sering berasosiasi
dengan daerah yang disebut overpressured
areas,
yaitu daerah tekanan
tinggi
yang tekanan serpihnya
juga lebih besar daripada
tekanan hidrostatis
dan dengan demikian dapat menimbulkan kesulitan
dalam pemboran.
Dari suatu pengkajian
di seluruh dunia,
Gansser (1960) melihat
adanya
gejala
yang khas dari
gunungapi lumpur ini:
1)
Biasanya berasosiasi
dengan lapisan
sedimen berumur Tersier
dan
Kapur Atas.
2) Lapisan sedimennya adalah asal laut.
3) Lapisan pelitik
dan klastik
biasanya bervariasi.
4) Selalu berasosiasi
dengan gas dan air asin.
5) Lapisan
tersebut
ditutupi
oleh endapan yang lebih kompeten.
6) Terdapat di daerah dimana sinklin
yang luas dipisahkan
oleh
antiklin
yang tajam dan lapisan
sedimennya yang klastik
yang
terdapat
lebih dalam telah menusuk ke atas.
7) Meningkatnya
tekanan,
memobilisasikan
lempung klastik
di dalam
inti
antiklin
dengan air garam, gas dan di beberapa tempat juga
secara kebetulan
dengan minyak.
Ini menghasilkan
lumpur yang ditekan ke at as seperti
suatu magma. Jika keseimbangan terganggu
terjadilah
peledakan dan terbentuklah
gunungapi-lumpur.
8) Kebanyakan titik-titik
erupsi terdiri
dari banyak kerucut.
50 Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
13)
12)
11;
51
9)10)Kerucut
yang curam maupun landai didapatkan
bersama-sama.
Erupsi biasanya terjadi
secara periodik,
tetapi
seringkali
secara
tidak beraturan.
Banyak sekali
erupsi gunungapi lumpur terjadi
setelah periode ketenangan yanq sangat lama.
Berbagai fragmen bantuan yang sangat besar ataupun kecil
yang
berasal
dari lapisan
lebih tua seringkali
ikut diextrusikan
dengan lumpur.
Secara individuil
jangka hidup suatu pusat erupsi biasanya
sangat pendek.Jalur
diapir
gunungapi lumpur biasanya berimpitan
dengan daerah
vang beranomali
gravitasi
negatip.
Jadi jelaslah,
bahwa tenaga penggerak jenis gunungapi lumpur-dalam
bukanlah tekanan gas di bawah permukaan, sebagaimana dapat terjadi
pada gunungapi
lumpur jenis dangkal.
Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa berasosiasinya
gunungapi-lumpur
jenis
dalam ini dengan
minyakbumi hanyalah .secara kebetulan
saja, karena intrusi
diapir
lumpur secara kebetulan
menerobos lapisan
yang mengandung minyak sehingga
mengeluarkan minyakbumi pada waktu erupsi.
Terjadinya
g~ungapi
lumpur jenis dalam ini bukan hanya disebabkan tekanan gas alam atau tekanan tektonik
saja,
tetapi
juga merupakan manifestasi
tekanan tinggi
daripada
cairan yang abnormal didalam
pori-pori,
yang tirnbul karena
kompaksi tidak mernberikan kesempatan untuk keluarnya air.
Hal ini disebabkan oleh sedimentasi
yang cepat clan kompaksi batu lumpur yang
biasanya berasosiasi
dengan lapisan pasir
yang berbentuk lensa.
Ini
menirnbulkan tertutupnya
cairan yang berada dalam pori-pori
semasa kompaksi berlangsung,
sehingga air berada dalam tekanan tinggi,
karena
tak dapat lari kemana-mana. Keadaan ini menyebabkan gejala,
yaitu
semua
lapisan
yang ada di atasnya seolah-olah
mengarnbang di atas lapisan
serpih yang berisi
cairan bertekanan
tinggi
clan terletak
lebih dalam.
Contoh untuk gejala
ini misalnya,
di pulau Madura, selat Madura serta
di Sumatra Utara.
Juga di Kalimantan
tekanan tinggi
seperti
ini didapatkan dalam asosiasi
dengan gunungapi lumpur
clan dengan adanya gas
serta lapangan minyak seperti
diperlihatkan
pada Garnbar 3.6.
(lihat
juga ayat 3.2.3.3;
mengenai tekanan reservoir).
3.1.3
TELAGA ASPAL BUTaN
Te1aga aspa1 yang terdapat
di pu1au Buton dapat dik1asifikasikan
sebagai suatu 1apisan homok1in yang tersingkap
ke 1uar dantererosikan.
Minyak yang menga1ir secara per1ahan-1ahan
membentuk suatu te1aga
pad a tempat perembasan ke1uar dan fraksi
ringannya
te1ah menguap.
Gambar 3.7 menunjukkan penampangan me1a1ui 1apangan aspa1 Panah
di Buton.
Lapisan yang mengandung aspa1 tersebut
ada1ah gamping globigerina
yang berpori-pori
dan gamping terumbu yang dinamakan formasiSampo1aksa.
'
Formasi ini mengandung batupasir
yang dijenuhi
10 sampai 20%bitumina,
bahk~n sampai 30%.
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
SECTION
I
;r
THROUGH
THE PANAH ASPHALT
FIELD
(BUTON)
-1
Legend:
Porous globigerina 1st. and reef 1st.
Irregularly impregnated globigerina 1st.
reef 1st. and sandstone with 10 -20% bitumen
-Homogeneous
impregnated asphalt rock with
20 -30% bitumen
~
~
Grey clayey marl
Grey clayey marl with
Sampolaksa
~
conglomerate
Sandstone
layers
~
Conglomerate
~
_
layers
Tondo layers
R
Shallow
Gambar 3.7
3.2
well
Penampang geologi melalui telaga-aspal Buton (menurut Hetzel, 1936)
.
MINYAKBUMI
DALAM
KERAKBUMI
3.2.1 AKUMULASI LOKAL
Di dalam kerakbumi,
minyakbumi selalu
didapatkan
dalam lapisan berpori.
Dilihat
dari segi jum1.ahnya, maka minyakbumi dapat ditemukan sebagai:
JEJAK-JEJAK (minor occurrences),
yaitu
dalam jum1.ah sedikit-sedikitsaja.
SUATU AKUMULASI (terdapat
dalam jumlah besar atau dari segi ekonomi
terkumpul
secara menguntungkan).
Sebetulnya
minya}~bumi atau hidrokarbon
didapatkan
pada berbagai
macam
formasi
atau lapisan
sebagai tanda-tanda
minyak atau hidrokarbon
dalam jumlah yang sedikit
(minor showing).
Tanda-tanda
tersebut
biasanya ialah ditemukannya
minyak itu bersama-sama dengan air,
terutama
air asin.
Seringkali
minyakbumi ditemukan di dalam lapisan
yang bukan
lapisan reservoir,
misalnya pad a lapisan
serpih ataupun batuan lainnya
Tanda-tanda
dalam jumlah sedikit
ini biasanya didapatkan
pada waktu
dilakukan
pernboran dan mempunyai arti
penting
dalam explorasi
minyakbumi.
Arti
daripada
tanda-tand~
tersebut
ialah:
a. Bahwa lapisan
tempat terdapatnya
tanda-tanda
itu sedikit
banyak
pernah mengandung minyak.
b. Ada kemungkinan besar lubang bar yang menembus lapisan
yang mengandung minyak sedikit
itu terdapat
di dekat atau di pinggiran
suatu akumulasi minyak yang penting.
Di lain fihak
juga diketahui
dari penelitian
Buckly,
Hoctt,
Tagard
(1958), bahwa air formasi banyak memperlihatkan
kandungan hidrokarbon
dalam jumlah yang berkisar
sampai 14 kaki kubik dalam setiap barrel,
terutama sebagai metan, tetapi
juga etan,
propan, dan sebagainya.
Hal
ini ternyata
dari berbagai penyelidikan
mereka di negara bagian New
Mexico dan Florida,
Amerika Serikat.
Mereka menyimpulkan bahwa hidrokarbon dalam jurnlah sedikit
itu tidak mempunyai arti
komersiil,
kecuali
kalau zat itu oleh suatu mekanisme dapat terkumpul
menjadi suatu akumu-la
Weeks (1958) menyimpulkan,
bahwa jika semua gas yang hanya sediki
52 Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
terdapat
dalam air formasi di seluruh dunia dijumlahkan,
maka volumnya
dapat mencapai 65.000 triliun
kaki kubik.
Dibandingkan
dengan'akumulasi gas yang komersiil
yang terdapat
dewasa ini,
hanyalah 4 sampai 6
triliun
kaki kubik.
Dengan demikian,
jumlah yang terdapat
dalam air
formasi dalam bentuk tanda-tanda
tersebut
sangat besar artinya.
Dapat
pula dibandingkan
bahwa dengan cadangan minyakbumi yang terdapat
dalam
bentuk tanda-tanda
sedikit
itu bisa mencapai 10 triliun
barrel.
Dapat
disimpulkan,bahwa
sebe~ulnya hidrokarbon
di dalam formasi itu merupakan
komponen yang biasa saja,
namun karena terdapatnya
tersebar
dan dalam
jumlah sedikit
mereka tidak mempunyai arti ekonomi.
Tetapi jika oleh
suatu mekanisme jumlah yang kecil
itu bisa terkumpul,
kita bisa mendapatkan suatu akumulasi yang bernilai
ekonomi.
Jadi terdapat
atau tidaknya suatu akumulasi bernilai
ekonomi tergantung
sekali
dari faktor
konsentrasi
seperti
akan dibahas dalam pasal yang kemudian.
3.2.1.1
Cara mendeteksi
Adanya tanda-tanda
minyak yang sedikit
jukkan adanya akumulasi yang komersiil
atau yang kemudian
adalah:
dapat
menun-
1) LUMPURPEMBORAN. Pada waktu pemboran, lumpur yang dipakai
pelumas
bercampur dan melarutkan
minyak yang terdapat
dalam formasi yang
sedang ditembus oleh mata bar. Lumpur yang keluar
kembali itu dapat
diperiksa
di bawah mikroskop binokuler
dengan cahaya ultraviolet.
Biasanya adanya minyak terlihat
dengan tampaknya warna yang kuningkeemasan.
Gas dapat dideteksi
dengan suatu alat yang mengocok lumpur
pemboran tersebut
sehingga gas keluar
dan dapat diketahui
dengan alat
detektor
gas. Alat detektor
gas terdiri
dari suatu ruangan atau sel
ke dalam mana gas dialirkan.
Di dalam sel tersebut
terdapat
suatu
jarum pijar.
Dengan masuknya gas ke dalam sel tersebut,
terjadilah
suatu pembakaran sehingga temperatur
meningkat dan dengan demikian
juga tahanan jenis
jarum pijar
berubah dan dapat dicatat.
Perubahan
tahanan jenis
ini merupakan ukuran jumlah gas yang keluar
dari lumpur
tersebut.
2) SERBUK PEMBORAN. Keratan
batuan
yang didapatkan
pada pemboran
dibawa oleh lumpur
ke permukaan
dan diperiksa
oleh
seorang
ahli
geologi
yang rnenunggui
sumur tersebut.
Serbuk pernboran
itu
dapat diperiksa
kandungan
hidrokarbonnya
di bawah suatu rnikroskop
binokuler
setelah
rnengalarni
berbagai
pengujian,
antara
lain
extraksi
serbuk
yang digerus
dalarn CCl4'
chloroform
atau aseton
dan kernudian dikocok.
Jika
warna
larutan
rnenjadi
putih,
berarti
terdapat
kandungan
hidrokarbon.
Metoda
lain
adalah
dengan rnenggunakan
larnpu ultraviolet.
Biasanya
setelah
dicarnpur
dulu dengan kloroforrn
atau aseton
kernudian
dilihat
dengan
binokuler
di bawah larnpu sinar
ultra
violet.
Jika
serbuk
pemboran
rnengandung rninyak,
terjadilah
warna fluoresensi
yang kuning
sarnpai
keernas-ernasan.
Untuk rnendeteksi
gas dilakukan
prosedur
yang sarna, yaitu
rnenggerus
keping
batuan
dan rnengeluarkan
gasnya secara
rnengocok serbuk
dalarn air,
dan kernudian
diteliti
dengan alat detektor.
Adanya tanda-tanda
rninyak
dapat
juga diteliti
dari
suatu pemboran inti.
Inti
pemboran
yang rnengandung rninyak,
biasanya
begitu
keluar
dari
pemboran
dapat bersifat
hidup
atau juga dikatakan
mendarah
(bleeding
core),
atau dapat pula
Cara terdapatnya
minyak- daD gasbumi
53
bersifat
mati (dead oil).
Yang disebut
residu minyakbumi yang telah bermigrasi
terakhir
ataupun
mungkin merupakan
sisa suatu akumulasiminyak.
Teknik penyelidikan
adanya tanda-tanda
minyak di dalam serbuk pemboran
atau lumpur pemboran merupakan suatu teknik
tersendiri
dengan menggunakan sinar ultra
violet.
Selain itu,
berbagai macam cara digunakan
untuk memperkirakan
jumlahnya,
yaitu
hanya sedikit
saja ataukah sangatbanyak
Teknik tersebut
dibahas dalam buku teknik
penyelidikan
geologi
bawah permukaan.
3.2.1.2
Akumulasi
komersiil
Suatu lapisan
reservoir
yang mengandung minyak dapat disebut komersiil,
jika dari lapisan
tersebut
minyak dapat diproduksikan
secara menguntung-kan.
Suatu akumulasi minyak- dan gasbumi dikatakan
menguntungkan jika
jumlah minyak yang dihasilkannya
dapat diperdagangkan
dengan pendapatan
yang dapat menutup biaya explorasi
dan produksi
serta memberi laba.
Jadi semata-mata faktor
ekonomilah yang menentukan.
Beberapa faktor
terpenting
di antaranya adalah:1).
Harga minyak di pasaran bebas. Kenaikan harga minyak yang sangatmenyolok
pada tahun 1973, telah merubah akumulasi nonkomersiil
menjadi
komersiil
dan merubah penilaian
suatu akumulasi.
2). Jumlah cadangan yang terdapat
dalam akumulasi.
Cadangan tergantung
dari besarnya reservoir
dan keadaan reservoir,
terutama porositas
(akan dibahas dalam Bab 4, mengenai Batuan Reservoir).
3). Produktivitas
reservoir
sebagaimana dihasilkan
oleh setiap sumur.
Hal ini ditentukan
oleh tebal lapisan
atau kolom minyak dan keadaanreservoir,
terutama permeabilitas
dan juga sifat
minyakbumi dan penjenuhan minyak dalam pori.4).
Biaya produksi,
explotasi,
explorasi
yang sangat berbeda dari satu
daerah ke daerah lain,
tergantung
dari keadaan sosial-ekonomi
setempat,
keadaan medan, di darat atau di lepas-pantai,
di daerah tropika
atau
daerah arktika,
dan sebagainya.5).
Pajak dan biaya lainnya.
Suatu akumulasi
komersiil
ditentukan
juga faktor
geologi.
Dalam buku ini
saja
3.2.2
3.2.2.1
mengenai
adanya akumulasi
PENGERTIAN
oleh
hanya
minyak-
RESERVOIR,
berbagai
dibahas
dan gasbumi
LAPANGAN
faktor
faktor
di
ekonomi
geologinya
sesuatu
DAN DAERAH
dan
tempat.
MINYAK
Reservoir minvak
Suatu akumulasi
minyak
selalu
terdapat
di dalam suatu reservoir.
Suatu
reservoir
adalah
wadah tempat minyak terkumpul.
Istilah
lain
untuk
reservoir
yang bersifat
batuan
yang seluruhnya
dijenuhi
oleh minyakbumi
adalah
telaga
minyak
atau kolam minyak
(oil
pool),
yang berarti
satuan
minyak
terkecil
yang mengisi
reservoir
itu
sendiri
dan berada
dalam
suatu
sistem
tekanan
yang sarna. Seringkali
telaga
minyak
disinonimkan
dengan reservoir.
Sebetulnya
reservoir
mempunyai
arti
lebih
luas
lagi
dan juga bagian
reservoir
tidak
seluruhnya
harus
selalu
diisi
oleh
minyak,
sedangkan
telaga
minyak
adalah
bahagian
suatu reservoir
yang
54
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
seluruhnya
terisi
tilah
'oil pay',
biaya pemboran).
3.2.2.2
oleh minyak.
yaitu
lapisan
Dalam bahasa Inggris
terdapat
pula isyang mengandung minyak (yang membayar
Lapan9anminyak-'>~-\~\('(.dr-
\clorfl o;\~oot
Lapangan minyak atau ladang minyak (oil field
dalam bahasa Inggris
atau olie-terrein
dala.n bahasa Belanda) adalah daerah yang di bawahnya
mempunyai akumulasi minyak dalarn beberapa telaga minyak dan terdapat
dalarn suatu gejala
geologi
yang sarna. Gejala tersebut
dapat bersifat
stratigrafi
ataupun struktur,
yang keseluruhannya
menjadi kumpulan
kolam minyak tersebut.
pengertian
telaga minyak (oil pool) dan lapangan minyak (oil
field)
seringkali
dikacaukan
dalam literature
Dalarn
bahasa Indonesia
istilah
telaga
sering dikacaukan
dengan sumur, terutama di Sumatra Utara atau di daerah Aceh.
3.2.2.3
Lapangan
minyak-
dan gas raksasa
Lapangan minyak dan gas raksasa adalah lapangan yang mempunyai cadangan
minyak dan gasbumi lebih dari 500 juta barrel
(Halbouty,
1970). Terkenal adalah lapangan minyak Ghawar di Arab Saudi. Di Indonesia
lapangan
minyak Minas di Sumatra Tengah termasuk lapangan raksasa.
3.2.2.4
Propinsi atau daerah minyak
propinsi
atau daerah minyak adalah daerah dimana sejumlah telaga clan
lapangan minyak berkelompok dalarn lingkungan
geologi
yang sarna. Daerah
minyak sering juga disebut
sebagai cekungan minyak (oil basin)
clan
biasanya merupakan cekungan sedimen. Namun suatu cekungan sedimen tidak
selalu
seluruhnya
merupakan daerah minyak.
Biasanya hanya pada sebagian
saja dari cekungan terdapat
kelompok lapangan minyak atau daerah minyak.
Misalnya
daerah Duri-Minas
di Sumatra Tengah, daerah Jambi dimana terdapat lapangan Muara Senami, Bajubang,
Kenali Asarn clan sebagainya clan
daerah Pendopo-Prabumulih
di Sumatra Selatan
(lapangan minyak Talanqakar, Pendopo, Belimbing
Tanjung-Miring
clan sebagainya).
Daerah Jambi clan daerah Prabumulih mungkin termasuk dalam suatu daerah
cekungan sedimen yang sarna yaitu
cekungan Sumatra Selatan.
Daerah minyak lainnya
adalah daerah Cepu dengan lapangan minyak Ledok, Wonocolo,
clan sebagainya.
3.2.3
KEADAAN
RESERVOIR
3. 2.3.1
DAN CARA TERDAPATNYA
MINYAKBUMI
DALAM
Prinsip utama dalam reservoir
Suatu reservoir
haruslah
tertutup
pada bagian atas dan pinggirnya
oleh
lapisan
penutup dan kemudian diberi
bentuk perangkap.
Suatu perangkap
sebetulnya
tidak lain daripada
suatu tempat fluida,
tetapi
berhubung
berlakunya
hukum hidrostatika
dan karena asosiasinya
dengan air,
maka
bentuk wadah ini tidaklah
terbuka ke atas tetapi
haruslah
terbuka kebawah.
Terbukanya
ke bawah dapat
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
dengan berbagai
macam cara:
55
//'
1) TERBUKA SELUR~INYA
pada perangkap
struktur,
KE BAWAH (Gambar
misa1nya
pada
3.8)
sebagaimana
sumbu antik1in.
2) SETENGAHTERBUKA KE BAWAH, misa1nya
dimana hanya sebagian saja dari bagian
buka (Gambar 3.9).
suatu perangkap
bawah perangkap
didapatkan
stratigrafi
tersebut
3) TERTUTUP SAMASEKALI, misa1nya terdapat
jika batuan
sangat terbatas
penyebarannya
sehingga berbentuk
suatu
3.10).
./
---.r~-~~.'
-::
--,
/"
""
-~.
C '~~~~~
~~e~!-::-,.
'. <';b~~..:;
~
';
~el)
."I>reser"Ol
~
-yeket-----Batas
n
:=
-.
~
~
::::
---
:-,"\.81'1
~
'
;;.--~
;..- ~ -.;::::,
/
~
MinY8k~
'",~c::~'"
/'
:
Gambar3.8 Penampang
perangkapyangseluruhnya
terbukake bawah
~
reservoir
1ensa (Gambar
","81.--~
---\.8pl.
-~.
:81'P
---~81"48y;;?//.;.
-~-
~,
...l:
ter-
~
--Selain
Gambar3.10 Penampang
perangkapyangseluruhnya
tertutup dari s~galaarah
:~('(~t-IO;(":
,.~&
/
:
~./
Gambar3.9 Penampang
perangkapyangsetengah
terbukake bawah
tentu
bawah suatu
akurnulasi
minyak
merupakan
suatu
permukaan
air
yang mendorong minyak ke atas dan
memoJokkan minyak tersebut
untuk
tetap berada dalam perangkap
(Lihat
pula
halo 79) .
beberapa
syarat
ada beberapa
syarat
laku bagi terdapatnya
di
atas
masih
khusus
yang bersuatu
akmulasi
yang bersifat
komersiil.
Meskipun sifat
komersiil
sangat tergantung
pada keadaan ekonomi serta
kemajuan teknologi,
namun beberapa faktor
geologi
juga sangat menentukan ekonomis tidaknya
suatu akumulasi minyakbumi,
antara lain:
a. Tebal lapisan reservoir.
Tebal suatu lapisan
reservoir
dapat berkisar dari beberapa sentimeter
sampai beberapa puluh meter.
Makin tebal
lapisan
reservoir,
tentu makin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan produksi
yang besar sehingga kolom minyak yang akan didapatkan
juga menjadi lebih besar.
b. Tutupan (closure).
pengertian
ini terutama berlaku
untuk perangkap
struktur
yang .akan dibahas dalam pasal 5.2. oi sini tutupan berarti
kolom minyak maksimal yang mungkin didapatkan
dalam suatu perangkap.
Jika tutupan
itu rendah saja atau sangat terbatas,
maka jumlah minyak
yang terkurnpulkan
juga sangat terbatas.
c. Penyebaran batuan reservoir.
Ini penting
sekali
karena suatu perangkap dapat sangat besar sekali
dan mempunyai tutupan yang besar pula.
'retapi
jika batuan reservoir
terbatas
hanya pada bagian kecil
perangkap, maka hal ini tidak
terlalu
menguntungkan untuk terdapatnya
akurnulasi yang bersifat
komersiil.
d. porositas
dan permeabilitas
efektif.
Suatu lapisan
reservoir
sangat
tergantung
daripada kedua sifat
ini,
bahkan merupakan sifat
khas daripada batuan reservoir
tersebut.
Besar kecilnya
porositas
menentukan
besar kecilnya
jumlah cadangan, sedangkan besar kecilnya
permeabilitas
menentukan besar kecilnya
jurnlah minyak yang dapat dikeluarkan.
56
Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi
Berbagai
3.2.3.2
unsur lain yang mempengaruhi ada tidaknya
minyakbumi ialah:migrasi,
waktu migrasi,
akumulasi,
waktu akumulasi,
batuan induk sertamulajadi.
Hal ini akan dibahas dalam beberapa bab kemudian.
Cara terdapatnya
fluida dalam reservoir
Keadaan da1am reservoir
hanya1ah dapat kita ketahui
berdasarkan
pada
beberapa interpretasi
daripada:
1) F1uida yang didapatkan
dari inti pemboran.
2) Contoh f1uida yang diambi1 dari dasar pemboran
3) Contoh f1uida yang diambi1 pad a permukaan sumur yang sedang diproduksikan.
4) Studi sejarah produksi
satu atau 1ebih sumur, seperti
penurunan
tekanan reservoir,
peningkatan
atau penurunan produksi.
Dalam menginterpretasi
dan mengevaluasi
semua data tersebut
tentu saja
dapat menimbulkan berbagai persoalan,
seperti
misalnya mengenai perbedaan temperatur
permukaan dan temperatur
reservoir,
terjadinya
berbagai
pengotoran
dan reaksi
lainnya
yang timbul
karena semua perubahan ter-sebut.
Namun, dari semua data tersebut
hubungan fluida
di dalam reservoir
dapat diperkirakan
secara meyakinkan,
dan yang penting
di antaranya adalah mengenai penyebaran air,
minyak dan gas di dalam reservoirtersebut.
PERANAN AIR.
Di dalam kerakbumi,
lapisan
reservoir
mau tidak
mau
selalu
terisi
oleh air
dan hampir
tidak
pernah
ditemukan
suatu
lapisan
reservoir
tanpa air.
Memang air
merupakan
suatu unsur
penting
di dalam
reservoir
yang harus diperhatikan
dalam hal akumulasi
minyakbumi.
Air
itu
boleh
dikatakan
rnenentukan
terkungkungnya
atau terakumulasinya
minyakbumi
dalam reservoir.
Tanpa adanya air
di dalam forrnasi,
rninyakburni tidak
dapat terkurnpulkan.
Karena air
tidak
bercampur
dengan minyak,
maka keduanya
merupakan
dua fasa cairan
yang terpisah.
Batas antara
kedua cairan
ini
berlangsung
secara
bergradasi
atau secara
berangsur-angsur.
Hal ini
disebabkan
terutama
karena
suatu
ruangan
pori
bisa
diisi
sebagian
oleh tetes
minyak
sebagian
oleh air.
Juga dalam suatu
akurnulasi
minyak,
air
selalu
menempati
sebagian
daripada
reservoir,
yaitu
minimal
10% daripada
ruangan rongga-pori.
Selain
itu,
juga
berat
jenis
minyakbumi
yang lebih
kecil
daripada
air,
menirnbulkan
adanya daya apung daripada
minyakbumi
(buoyancy).
Dengan demikian
minyak
akan selalu
mencari
bagian
tertinggi
daripada
suatu reservoir
dan akan
dikepung
oleh air
dari bawah.
Jadi prinsip
terpenting
di dalam akumulasi
minyakbumi
adalah
bahwa
minyakbumi
akan selalu
mencari
tempat tertinggi
di dalam suatu
lapisanreservoir.
SIFAT AIR FORMASI. Air yang terdapat
dalam formasi
selain
dinamakan
air formasi
sering pula disebut air konat (connate water).
Air ini
biasanya mengandung berbagai
macam garam, terutama NaCl, sehingga merupakan air asin;
akan tetapi
kadang-kadang air formasi
dapat pula
bersifat
payau, atau asin sekali.
Pelarut
yang terdapat
dalam air konat pada umumnya adalah garam dengan
kadar berkisar
dari 50.000 sampai 350.000 ppm (mg/l) , sehingga jauh
lebih asin daripada air laut (33.000 ppm). Kadang-kadang juga air
Cara terdapatnya minyak. dan gasbumi
57
konat ini bersifat
payau (beberapa ratus sampai ribuan ppm garam),
misalnya
formasi Sihapas di Sumatra Tengah. Kadar garam paling
tinggi
yang terdapat
dalam air formasi di Cekungan Michigan,
yaitu
642.798
ppm, atau 64% dari cairan
ini terdiri
dari zat padat.
Kadar garam tentunya sangat mempengaruhi berat jenis air formasi.
SUSUNAN KIMIA
AIR FORMASI:
Susunan kimia air formasi berbeda dari lapangan minyak yang satu ke
lapangan lain,
dan ada yang membedakannya dari air laut.
Tabel 3-1
memperlihatkan
susunan kimia (dalam bentuk ion) beberapa air konat
Berta perbandingannya
terhadap air laut.
Di Bini terlihat
bahwa semua
anion adalah praktis
klorida
dan hanya terdapat
jejak Baja dari HCO~
dan S04' sedangkan kation
terdiri
dari Na+, Ca+t DAN Mg++. Jika dibandingkan dengan air laut bias a terdapat
perbedaan yang khas:
a. Tidak hadirnya
sulfat
dalam air konat.b.
Ketidak-hadiran
Ca dan Mg dalam air formasi.
c. Kadar klorida
pada umumnya jauh lebih tinggi
daripada air laut.
Kadang-kadang air konat memperlihatkan
kadar karbonat yang tinggi,
yang biasanya disebabkan
influx
dari air meteorik
(air curahan atau airhujan).
Adanya karbonat dipakai
sebagai indikator
untuk air meteorik.
Susunan kimia air konat kadang-kadang
berkaitan
dengan jenis minyakbumi
yang bersekutu
dengan air itu.
Misalnya di Bunyu, terdapat
suatu penurunan kadar klorida
dalam air formasi,
dari 10 gram/liter
menjadi 1,8
gram/liter
dan suatu peningkatan
kadar karbonat,
yang dikaitkan
dengan
naiknya kadar residu lilin,
dari 20 sampRi 45%. Air formasi di Tarakan,
yang minyaknya bersifat
aspal,
mempunyai kadar garam di bawah 1 gram/l,
atau praktis
bersifat
tawar (Weeda, 1958).
ASAL AIR FORMASI :
Dapat diperkirakan
bahwa air formasi berasal
dari air laut yang ikut
terendapkan
dengan sedimen sekelilingnya,
jadi merupakan 'air
lautfosil'.
Perbedaan air formasi
dengan air laut disebabkan karena:
1) Adsorpsi
dan pertukaran
basa (base-exchange)
oleh batuan sekelilingnya, yang meningkatkan
konsentrasi
klorida.
2) Penguapan air laut pada waktu sedimentasi,
atau oleh pengurangan
tekanan pada pengembangan gas bebas.
3) Variasi
lokal
sebagai akibat perubahan keadaan geologi,
misalnya
karena terdapat
di dekat ketidakselarasan,
influx
air meteorik
dapat
merubah susunan air formasi.
4) Penambahan berbagai
garam oleh debu volkanik
pada air laut asalnya.
Pengetahuan mengenai susunan kimia air formasi kadang-kadang
dapat
berguna dalam:
(1) Menganalisa
log listrik,
(2) mencari korelasi
lapisan yang bertingkat
banyak,
(3) menginterpretasi
lingkungan
pengendapan
(adanya ketidakselarasan)
,
(4) mendeteksi
kemungkinan kebocoran air
dalam produksi,
(5) memprospeksi kubah garam, makin dekat kubah garam
kadar klorida
meningkat
(dengan membuat peta iso-con),
(6) mempertimbangkan 'water flooding'
dalam 'secondary recovery',
(7) mengetahui
korosi
pipa-pipa
dan lain-lain,
(8) mendeteksi
adanya influx
air meteorik dari singkapan,
sehingga menimbulkan keadaan hidrodinamis
(dengan
mempergunakan peta isokonsentrasi).
58 Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
OJ
It)
00
c
Q)
'"
...
0
>
Q)
-J
~
...
...
~
c
Q)
E
E
0.
0.
E
co
""iij
"tJ
co
~
...
CO
...
.-i
IU .
+J e
~ 8:
+
+
t7I
~
+
U
+IU
~
+
+
Z
+c1J
00
r--
r--
00
\0
00
""
\0
(X)
0'
00
1.0
.
0'1
':1'
.
0
f"00
M
r--
~
r-N
N
~
o:jI
.
M
CX)
00
1.0
0'
0'1
N
.
qt
L{)
0
qo
N
.
.-!
It)
~
M
.
L/")
M
r-t
qo
M
.
~
r--N
Lf)
CX)
.
r-t
\0
N
0'1
~
0'1
.-!
.
M
~
r-..
""
0
.
M
M
M
Q
1.0
N
Lf!
M
I.C
M
0
0
\,0
N
r--.-i
(1'1
CX)
.-i
~
L!)
CX)
r--
r--
CX)
l!)
0
N
00
M
LI)
m
.
N
M
.
1.0
I
N
M
""
I
I
(X)
,...j
0
\0
~I
I!)
.
CX)
M
o;j'
CX)
.
qo
M
rl
~
~
OJ ..-1
9
tn
.~
0.
~§
--i
~
r-0
':3'
M
.
00
r-.
~
I-!
~
U")
U")
.
N
1.0
r-I
~
N
N
M
roo-
M
1.0
M
N
~
ro
tV)
.
\D
0
0
'd
~I
...,1
4-1
cO
'd
eMU
~ ~..-I
~ U >
OJ
~ >
°...t °...t
U) U
°...t
~ ~
~
00
~~
'"""'"""
CO
CO
0
.c
.
U
oIJ
-.-I
:>t
~
~ ~
~
0
~ro
-e
Q)
~
,
r-I
ro
.
~ ~ ~
;:s ;:s 0
oiJ,Q'O
~
~
.Q
Q)
~~O
~
~
~
.~
cO
rl,O
tn't1
°...t 0
s=
0
~
a
~
j..j
oIJ
...,1
.-i.l::
0
0
t1'~
~
...,1
~
~
N
M
M
0
~
.
\D
0
N
N
r--
M
M
N
r-.-I
N
M
~
0
r'-!
..0
0
..0
N
CX>
.-i
M
00
r-..
0\
rl
(X)
N
0)
I/')
~
m
Ll")
.
Ll")
N
r-.
.
00
L!)
m
cn
-,oj
~
P;
,:j
U} ~
,:j
~~
t::
t::
OJ
p.
4-1
'"~,
0
'"
ru
~
cn
A.O
..-\ a
U} >
~&
~
cO
(.9 ~
cO
oIJ ~
~ ~
m~
:3
U)
(1j
oI.J
I
"...!
8.
~
Q)
Q
(1j
>
~
oIJ
~
'6
~
rtj
IU
U)
U)
Q)
~
E-I
Q)
IU
X
~
~;j
,
~
~
01
~
~
~
.
'"
r-i
IV)
U")
II)
Q)
~
E"i
r'-!
0
N
\0
.
1.0
.
N
~
CX)
CX)
N
r-..
.
M
0'
M
.
IJ')
\0
N
.-I
.
r-..
It')
rl
"3'
~
0
0
0
N
N
II)
.
l/)
~
a
M
1"1
.
0
0
N
N
Jf)
0
N
0
0
0
..-1
tn
~
QJ
;§
I1j
.j.J
0
~
0
~
0
0
r-..
""
.-t
N
""
.-j
g; I
4-1
..-1 ~
tn a.
u
~I't:
~ ~ ~ ~
~~
::>
000
M
t/)
~
Q)
10 0
U1
~
><
QJ
t/)
AI~
.j.J
Q)
00
'r-!
.
~
E'i
0
..
Q)
0
~
U
.;
~M
..ro
U1
~roro
'"""1~.Q
'"""1 Q)
""i ~ ~
~Nro
:3 Q) {
t1\ ~
Q) ro
IU
b\~
1o.:j:>.Q
~
CX)
M
liP
N
~
tiP
(V)
.-i
,
r--
,
IV)
1.0
0
~
r-r--
dP
00
,
u
~
M
Lf\
Lf\
Q)
~
~
M
1.0
0
0
M
0
N
~
0
0
0
.
.-i
.-i
Q)
\0
M
df'
N
0
tiP
,
~.{g
~.j.J
{
~~
ro
~ro
ro ~
~
.j.J
It)
It)
dP
M
r.-.
..
r.-.
,
N
0
I
0
0
M
.
""
~
0
It)
0
0'1
~
N
0
.
U)
C'1
0'\
~
{
.j.J.j.JN
~
~
ro ro ~
~~Q)
(/)
~
.:I:.:I:~
N+J
u
~
II ..,
0
u
"'"
0
Q)
C
co
CI
C
:..I
(.J
'.-I
U)
"tJ
c
co
~
CI
c
co
:0
c
"tJ
.c
.E
~
E
.~
co
CO
...~
0
.~
:..I
.-e
'"
Q)
'c
.-~
co
~ >
~a!
co:..l
a;
co
0.
oIJ CI1
co
~:..I
a!
.c
Q)
.~
.c
E
::i2
c
co
c
~
~
'"
cn
...co
co
.t7I
M
E-t
a!
ca
-roo!
Q)
I-
.Q
Cara terdapatnya minyak- dan ~asbumi
59
PEYEBARAN VERTIKAL
tiga macam fasa
antara lain:
DARIPADA AIR,
dalam reservoir
GAS DAN MINYAK.
ditentukan
oleh
Penyebaran
sifat
fasa
dari
ke-
tersebut,
1)
BERAT JENIS
Berat
jenis
air
sangat
dipengaruhi
oleh kadar
gararn yang terlarut
di
dalarnnya.
Susunan kirnia
zat terlarut
sangat rnernpengaruhi
berat
jenisair.
Berat
jenis
air
forrnasi
berkisar
dari
nilai
1,0 untuk air
yang
sangat tawar
sarnpai 1,140 untuk
air
forrnasi
yang rnengandung
210.000
pprn
gararn.
Berat
jenis
minyakbumi
sebagairnana
telah
disebutkan
sebelurnnya
(Bab 2),
dapat berkisar
dari
0,6 sarnpai 1,0,
biasanya
selalu
kurang
dari 1,0.
Berat
jenis
(specific
gravity)
gas biasanya
dinyatakan
sebagai
perbandingan
terhadap
kerapatan
ini
dinyatakan
sebagai
1.
0,061
sarnpai 0,965.
Berat
jenis
rninyakburni.
2)
jenis
Berat
jenis
DAYA LARUT MASING-MASING
(density)
udara,
dirnana yang belakang
jenis
gas terhadap
itu berkisar
dari
gas jauh lebih
kecil
daripada
berat
FLUIDA/GAS
Gas dapat larut
dalarn air dan daya larut
gas rata-rata
adalah 20 kaki
kubik setiap barrel
pada tekanan 5000 psi.
Data lain menyatakan bahwa
kelarutan
gas dalarn air reservoir
adalah 6% daripada
daya larutnya
dalam minyakbumi
(Levorsen,
1958). Daya larut
gas dalarn minyakbumi
lebih besar lagi dan biasanya berkisar
dari beberapa kaki kubik sampai
ribuan kaki kubik untuk setiap barrel.
Jelas juga bahwa day a larut
gas
dalam minyak ataupun air sangat tergantung
daripada tekanannya.
Lebih
besar tekanan lebih besar pula daya larutnya,
sampai dicapai
suatu
titik
penjenuhan.
Apabila gas seluruhnya
dapat larut
dalarn minyakbumi,
maka telaga minyak tempat terdapatnya
minyakbumi itu disebut
telaga
yang tidak jenuh,
sedangkan jika gas tersebut
melarnpaui daya larutnya
maka terbentuklah
suatu topi gas bebas dan telaga minyak disebut
telaga minyak yang jenuh.
Penurunan tekanan menyebabkan daya larut
gas
dalam minyak tersebut berkurang.
Temperatur
dan/atau
tekanan dimana
gas tersebut
mulai ke luar disebut
sebagai titik
gelembung (bubblepoint).
Pada tekanan dan temperatur
tertentu,
fasa gas dan cair tidak
dapat dibedakan lagi,
dan dalarn keadaan demikian kita dapatkan suatu
telaga kondensat
(condensate pool),
(lihat
diaqram pada Gambar 3.11).
I
~
I
I
.~e\embll/};-,
~0,.:\'I.\¥i'
I~.:;"Pengembunan!
\
I
1
!
maximum_!
Cairan
IKrikodenterm
I
I
dan Gas:
z
~
z
~
I
/,
I
I
/
0('/
~
~~
UI
I-
,0"
~<;7
I
0<"'" I
I
atm
I
I
\
I
I
I
I
Gas
Penurunan tekanan pada gas di reservoir B menghasilkan
Ipengembunan setelah kurva titik gelembung diJalu
..
i
dan kemudian seluruhnya menjadi gas kembal
-I
.setelah kurva titik pengembunan dilalui
~~- .,. .
Penurunan tekanan di reservoir C tidak menguoah
fasa gas, karena temperatur reservoir lehih tinqgi
.
/dari temoeratur kritic
".~.
~~o)~~)/"'"
(.,j~'"
,.:\'I.\~
TEMPERATUR
"'""~
-
Gambar 3.11
Diagram memperlihatkan
pengaruh tekanan dan tem/leratur
dan gas hipotesis (menurut Levorsen, 1958)
60
rPer,uru n~r'
~ ~-"
.~-- p"da
--~'- Calran
-:-': reservOir A
-'..IekCirlan
dl
menghasilkan gas dan cairan waktu garis titik gelemoul1gdilalui.
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
terhada/J fasa gas/cairan minyakbumi
-
Sebagai
akibat
sifat
rnasing-rnasing
jenis
fluida
di atas,
pacta urnurnnya
di dalarn reservoir
terdapat
suatu
stratifikasi
daripada
air,
rninyak
dan gas.
Air
dengan berat
jenis
tertinggi
akan terdapat
paling
bawah,
dan gas dengan berat
jenis
terendah
akan rnenduduki
ternpat paling
atas
dalarn reservoir.
P,al ini
rnenyebabkan
batas
antara
gas dan rninyakburni
tidak
terlalu
tajarn.
Jadi daya apung relatif
antara
rninyak,
gas dan
air
rnenyebabkan
adanya stratifikasi
dalarn reservoir.
Hal ini
dirnodifikasi
lagi
dengan adanya gejala
fluida
dalarn reservoir
pori
lainnyayaitu:
kapilaritas.
3)
KAPILARITAS
Dari ilmu fisika
diketahui
bahwa di dalam lubang-lubang
kecil
terdapat
antara tekanan-tekanan
yang terdapat
seberang-menyeberang
dua fasa
cairan yang tidak
saling melarutkan.
Tekanan ini diukur
seberangmenyeberang permukaan yang melengkung dan disebut
sebagai tekanan kapilex (Pc) yang dinyatakan
dalam dyne/cm2.
Besaran tekanan kapiler
ini
tergantung
dari tegangan permukaan dan juga dari pelengkungan
bidangpermukaannya.
Jelaslah,
bahwa untuk dapat melampaui suatu permukaan
antara fasa tersebut
diperlukan
suatu daya untuk dapat mengurangi tekanan kapiler
tersebut.
Derajat pelengkungan
daripada permukaan lengkung tersebut
tergantung
dari besar kecilnya
pori batuan dan juga dari
jenis
fluida
yang ada.
Tekanan kapiler
didapatkan
jika dua fluida
yang tidak
dapat larut
berada dalam persentuhan.
Hubungan tekanan kapiler
ini dinyatakan
dalam
pengertian
tegangan permukaan,
sudut sentuh dan radius daripada pipakapiler.
c
.0
-= 2 '0 .cas
Pc = tekanan
kapi1erP
= tegangan
permukaan
0 = sudut kontak
permukaan
e
r
air-minyak.
r
= radius
efektif
pipa kapi1er.
Da1am keadaan pori
jenuh air,
dan adanya tekanan
kapi1er,
rnaka untuk
dapat masuknya gas atau minyak ke da1am pori-pori
diper1ukan
suatu
tambahan tekanan
yang dinarnakan
tekanan
masuk (entry
pressure)
at au tekanan
penggeseran
(displacement
pressure).
Tekanan
tersebut
ada1ah tekanan
kapi1er
minimum yang dapat mernaksakan masuknya
f1uida
yang tidak
membasahi
ke da1am rongga-rongga
pori
yang diisi
oleh
f1uida
yang menjenuhinya
(Pirrson,
1958).
Tekanan penggeseran
ini
berbanding
ba1ik
dengan diameter
pori
sebagaimana
dikemukakan
oleh Levorsen
dan Berry
(1967),
yang berarti
bahwa fluida
mempunyai
tegangan
antar-muka
yangsama.
Maka bagi batuan
berbutir
lebih
halus
serta
porositas
dan permeabilitas
yang lebih
rendah,
diperlukan
tekanan
kapiler
lebih
besar
untuk dapat
memasukkan suatu
fasa
yang tidak
membasahi ke dalam pori.
Hubungan antara
tekanan
penggeseran
dengan permeabi1itas
batuan
dari
berbagai
ni1ai
atau indeks
n diberikan
pada grafik
ter1arnpir
(Garnbar3.12).
n ada1ah suatu faktor
1ito1ogi
yang merupakan
indeks
penyebaran
besar pori.
Biasanya
ni1ai
n ditemukan
1ebih
tinggi
da1am batuan
yang
mempunyai
porositas
1ebih tinggi.
Batuan yang 1ebih
padat biasanya
berbutir
1ebih ha1us,
porositasnya
1ebih
rendah
dan mempunyai
kisaran
besar
butir
yang 1ebih 1uas,
sehingga
oleh karenanya
mempunyai
ni1ai
n yang 1ebih keci1.
Suatu ni1ai
n yang kira-kira
sarna dengan 8 dapat
dianggap
mewaki1i
penyebaran
rata-rata
Dari pernbahasan
di atas
je1as1ah
bahwa
penting
pada
Cara terdapatnya
batas
an tara
minyak- daD gasbumi
minyak
dan air;
dari
ukuran pori.
tekanan
kapi1er
memegang peranan
ha1us-kasarnya
suatu
batuan
61
reservoir
akan mempengaruhi
juga
tinggi
rendahnya
berbagai
macam batasair-minyak
"C
c..
0.01
0.02
0.04
0.1
0.2
0.4
1.0
2.0
4.0
10.0
K (md)
Gambar 3.12
4)
Grafik hubungan antara tekanan penggeseran (Pd) dan permeabilitas
penyebaran besar pori) (menurut Stone dan Hoeger. 1973)
PENJENUHAN MASING-MASING
(K) serta nilai n (indeks
FLUIDA DALAM BATUAN RESERVOIR
Di dalam suatu reservoir,
jarang sekali
rninyak terdapat
100% rnenjenuhi
lapisan
reservoir.
Biasanya air terdapat
sebagai interstitial
water
yang berkisar
dari beberapa persen sarnpai kadang-kadang
lebih dari 50%,
tetapi
biasanya
antara 10 sarnpai 30%. Dengan dernikian batas fluida
an tara air dan rninyak tidak
selalu jelas.
Besarnya penjenuhan air di
dalarn reservoir
rninyak rnenentukan dapat tidaknya
lapisan
rninyak itu
diproduksikan.
Penjenuhan air dinyatakan
sebagai Sw (water saturation).
Jika Sw lebih besar dari 50%, rninyak rnasih dapat keluar;
akan tetapi
pada urnurnnya harus lebih kecil
dari 50%. Penjenuhan air tidak rnungkin
kurang dari 10% dan dinamakan penjenuhan air yang tak terkurangi
62
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
.20%Ajr~r::
~
(irreducible
water saturation).
Hal ini biasanya
terdapat
dalam reservoir
dimana airnya mernbasahi butir.
Juga harus diperhatikan
bahwa kedudukan minyak terhadap air tergantung
sekali
daripada
apakah reservoir
tersebut
basah minyak (oil wet) atau basah air
(water wet).
Pada umumnya batuan reservoir
bersifat
basah air.
Air antar butir
selalu
terdapat dalam lapisan minyak, malah pernah diketemukan
pada ketinggian
lebih dari 650 meter di atas batas air minyak.
Pada umurnnya lebih
sarang (porous) batua~ reservoir,
lebih kecil
penjenuhan air.
Kadar
air yang tinggi
dalam reservoir
minyak mengurangi daya pengarnbilannya
(recoverability).
Air ini biasanya merupakan selaput tipis
yang mengelilingi
butir-butir
batuan reservoir
dan dengan demikian merupakan
pelumas untuk bergeraknya
minyakbumi,
terutama dalam reservoir
dimana
butir-butirnya
bersifat
basah air.
Penentuan Sw ditentukan
di laboratorium
dengan mengextraksinya
dari
inti
pernboran, akan tetapi
secara rutin
dilakukan
dari analisa
log
listrik,
terutama
dari kurva SF.
SIFAT BATAS MINYAK, AIR, DAN GAS (Gambar 3.13)
Berbagai faktor
tersebut
di atas menyebabkan berbagai
macam variasi
dalam batas minyak-air-gas.
Pertama-tama dalam keadaan hidrostatik
maka gas selalu
berada paling atas,
kemudian diikuti
oleh minyak di
bawahnya, dan yang paling
bawah lagi adalah air yang menerus dalam
seluruh reservoir.
Hal ini disebabkan karena perbedaan yang menyolo](;
di an tara ketiga
fluida
tadi.
Adanya suatu topi gas tergantung
sekali
pada tekanan pelarutan
gas dalam minyak.
Jika tekanan reservoir
lebih
besar daripada
jumlah gas yang dapat larut
dalam minyak, maka topi gas
tidak akan terbentuk
dan untuk
PENAMPANG STRUKTUR
PENJENUHAN CAIRAN
~
keadaan sebaliknya
akan terdapat
Jalur peraliha
gas-minyak
"
"
36 .=""';:~"""
"" 32 5
;::";":";
"""
",," /,,": ' 28 -5
.,,""
"" ",,'
Co
':::::;"""/"
24
."'"
./,
Kadar rata-rat.. I:~ ~,,~J~;~~/K;;
~.2."
""",,/;
16
Zone
~
."..
,"
:AIR
25
Gambar 3.13
3.2.3.3
50
,
".
CI
C
:E
~
angkabanding
(gas-oil
,
t1ngg1.
minyak
sangat
,
ratio:
d'
Ja
1,
dan air
tergantung
fluida,
gas-minyak
GaR) Yan g
penyebaran
san g at
gas,
dalam
reservoir
pad a hubungan
12 ~
antar
perbedaan
berat
~
0 ~
jenis yang menyebabkan perbedaan
dalam daya pelampungan,
penjenuhan relatif
dari ruang pori salah
"
4
75
suatu
Kedudukan serta sifat batas air-minyak
dan gasdalam reservoir (Levorsen, 1958,
hal.292)
satu
fluida
tersebut,
kapiler
dan tekanan
,
k
d
serta
serta
tekanan
penggeseran,
h 'd
d '
,
Juga ea aan 1 ro 1nam1S
porositas
dan permeabilitas.
Tekanan reservoir
Tekanan reservoir
adalah tekanan yang diberikan
oleh zat yang mengisi
rongga reservoir,
baik gas, minyak ataupun air.
Tekanan ini juga sering
disebut
tekanan formasi
(lihat
lampiran mengenai istilah-istilah
lain
yang dipergunakan
untuk menyatakan berbagai
macam tekanan lainnya
dalam
reservoir).
Harus diyakini
bahwa tekanan reservoir
lain sarna sekali
dengan tekanan beban total
atau tekanan yang diderita
oleh kristal
pembentuk batuan.
Tekanan formasi hanya diderita
atau diberikan
oleh
fluida
yang terdapat
dan bergerak
dalam ruangan rongga di antara butir
mineral
yang merupakan kerangka batuan.
Secara prinsipiil
tekanan forCara terdapatnya minyak- dan gasbumi
63
P,
masi harus kurang atau paling
tidak sarna dengan tekanan beban total,
sebab jika tekanan ini melebihinya,
maka fluida
akan memecahkan formasi
batuan yang ada di atasnya dan meledak ke luar serta membebaskan tekanan yang berkelebihan
itu.
Hal demikian dapat juga terjadi,
yaitu pada
pembentukan diapir
serpih dan gunungapi lumpur sebagaimana telah dibahas.
Timbulnya tekanan reservoir
disebabkan adanya:
1) Gradien hidrostatik,
yang disebabkan karena tekanan kolom air yang
ada dalarn formasi
sarnpai ke permukaani biasanya kira-kira
66 meter di
bawah permukaan.
Gradiennya mempunyai besaran antara 0,45 sarnpai 0,46
psi per kaki.
Untuk daerah Gulf Coast (Amerika Serikat)
misalnya,
dimana air formasi mengandung 10% garam nilainya
adalah 0,465 psi perkaki.
Tekanan hidrostatik
ini sebahagian besar mengungkung tekanan
formasi,
dan bahagian lainnya
dari tekanan formasi dikungkung oleh
tekanan geostatik.
2) Gradien hidrodinamik,
yang merupakan komponen lateral
dari perbedaan
tinggi
kolom air di berbagai tempat.
perbedaan tinggi
kolom air ini dalarn
lapisan
reservoir
yang sarna menimbulkan adanya gradien daripada
tekanan
hidrostatik
secara lateral.
Gradien hidrodinarnik
turut memberikan bahagian pada tekanan reservoir
(lihat
juga pasal 5.7 mengenai perangkap
hidrodinamik)
.
3) Gradien geostatik,yang
disebut
juga sebagai tekanan beban total
dan
disebabkan
karena adanya beban material
yang terdapat
di atas suatu
titik
dalarn kerakbumi.
Dalam hal ini beban tersebut
terdiri
dari lapisan sedimen yang diendapkan dalarn air,
dan oleh karenanya material
tersebut terdiri
dari butiran
mineral
batuan dan air garam yang terkandung
di antaranya.
Gradien geostatik
dapat dibagi menjadi 2 komponeni
1 Gradien
Litostatik
(vertikal)
(PLV)
2 Gradien
Hidrostatik
(PH)
Tekanan litostatik
adalah beban yang disebabkan butiran-butiran
minerali
sedimen pada satuan luas disebut
juga tekanan matriks
atau tekanankerangka.
Dengan demikian
tekanan
geostatik
(PG) menjadi:
PG = PH + PI
Selain itu terdapat
pula komponen horizontal
dari tekanan litostatik
jika kerangka butiran
ini tidak kaku seluruhnya,
sehingga "mengalir"
ke samping dan disebut tekanan litostatik
horizontal
(PLH)
= p
tan
350
(lihat
Gambar 3
4)
Secara teoritis
nilai
gradien geostatik
adalah 1 psi per kaki.
Tekanan
ini hanya sebagian saja meningkatkan
tekanan forrnasi.
Mineral
merupakan
pendukung yang menyangga beban yang menekannya. J~Ka beban ini melarnpauj
kekuatan butir
mineral
tersebut,
maka sebahagian dari beban ikut didukung oleh air formasi dan mernberikan tekanan tarnbahan pada tekanan
reservoir.
4) Gradien geodinamik,
yang disebabkan karena gaya tektonik
yang bekerja pada batuan secara lateral.
Tekanan ini sukar untuk diukur
dan juga
sulit
untuk ditentukan
surnbangannya terhadap
tekanan reservoir.
Biasanya bekerja
dalam lapisan
yang terlipat
kuat.
64
Koesoemadinata,. Geologi Minyak- dan Gasbumi
PG
= PF H = PL V + PH
Tekanan geostatik
Batas retakan horizontal
~
r
~
~
PFV ~p
I
I
~ 101
"C
c
~
'""\
H
\'\-, \
+8
shale
-.
Tekanan
yang membatasl
Batas retaKan vert, Kal
,""
'(
'",\
P
c
~
~
f-
LH
+p
,
= p
L.H
ILV
PL V
Tekanan litostatik
tan 350
_00_00_000 Tekanan litostatik
P
15
H
vertikal
horizontal
Tekanan hidrostatik
:I
"cry 'J ~,,'for
20
2
Tekanan dalam ribuan pon per inci persegi
Gambar 3.14 Jenis-jenis gradien tekanan daJam sumur (menurut Bradley, 1975)
TEKANAN FORMASI YANG ABNORMAL. Yang dimaksud
dengan
formasi
yang
ab-
normal biasanya adalah tekanan formasi yang lebih tinggi
dari yang
diperhitungkan
dari gradien hidrostatik.
Hal ini disebabkan karena
kompaksi batuan oleh sedimen yang ada di atasnya sedemikian rupa, sehingga air yang keluar
dari lempung tidak
langsung dapat menghilang dan
tetap berada dalam batuan.
Dengan demikian seolah-olah
butiran
penyusun
batuan tetap mengapung dalam air formasi,
sehingga tekanan geostatik
sebagian besar di dukung oleh air formasi.
Tekanan formasi yang abnormal itu biasanya terjadi
dalam cekungan sedimen dimana kompaksi tidak
berlangsung
secara baik dan sering berasosiasi
dengan diapir
serpih
dan gunungapi lumpur.
Contoh daripada
tekanan formasi yang tinggi
itu
adalah misalnya
di daerah Madura dan cekungan Sumatera Utara.
Adakalanya tekanan tinggi
ini melampaui tekanan geostatik,
Misalnya
di daerah
Mississippi
(A.S.) suatu tekanan formasi sebesar 26.000 psi terdapat
pada kedalaman 20.000 kaki.
Tekanan superi ini (super-pressures)
pernah
di amati di Pakistan
dan Azerbaiddzan(Uni
Soviet ). Di beberapa daerah
di Timur Tengah dan Pegunungan Andes (Amerika Selatan)
lumpur pemboran
seberat 19,2 Ibsjgallon
atau 1,0 psi per kaki diperlukan
untuk menahan
tekanan formasi.
Sebab utama daripada
tekanan berlebihan
yang disebabkan lumpur dan
serpih di bawah kompaksi adalah kecepatan sedimentasi
yang tinggi
sekali
dan permeabilitas
yang begitu
rendah sehingga air tidak
dapat
dikeluarkan
cukup cepat,
sehingga butir-butir
sedimen seolah-olah
mengambang di dalam air.
TEKANAN FORMASI DI
BAWAH NORMAL
Selain
tekanan
formasi
yang
tinggi,
sekali-kali
ditemukan pula tekanan formasi yang sangat rendah di bawah
tekanan hidrostatik.
Keterangan mengenai hal ini tidak begitu jelas,
akan tetapi
mungkin sejarah geologi
dapat menerangkan keadaan tersebut
berdasarkan
turun naiknya formasi.
3 2.3.4
Temperatur
reservoir
'l'emperatur reservoir
minyak dan gasbumi terutama ditentukan
oleh kedalamannya, makin dalam makin tinggi
temperaturnya.
Di lain fihak nilai
dari temperatur
ini ditentukan
oleh gradien panasbumi.
Gradien panasbumi didefinisikan
sebagai berikut:
Gradien
panas
b umJ..temperatur
:-kedalaman
---~~
formasi
(dalam
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
kaki-temDeratur
atau
meter)
Dermukaan
~
tahunan
rata-rata
65
~
r
200 --sebagai
~ 220
--Gradien
panasburni
°F/100
kaki dinyatakan
atau °C/100
c
~ 180
';{ 160
~
~~140
~m120
~~100
~~
~~
I-.J
9
800
2000
4000
1000
3000
6000
5000
8000
7000
9000
meter atau dalam nilai
kebalikannya kaki/oF.
Nilai
rata-rata
di dunia dStemukan 2°F/100 kaki atau l,lloC/100
kaki.
Maka untuk reservoir
yang
dalamnya 5000 kaki dapat diperki-
10.000 rakan
mempunyai
temperatur
(temperatur
permukaan
60OF
KEDALAMANSUMURDALAMKAKI
..panasburni
Gambar 3.15 Contoh suatu graflk
gradient geotermls.
dalam lapisan pasir Guasare dan gamping
Kapur.di Venezuela (Levorsen. 1958.
hal.405)
x 2°F/100
kaki).
Nilai
sering
dalam
3.15
bentuk
dan
3.16).
160 of
+ 5000
gradien
diperlihatkan
grafik
(lihat
Selain
Gambar
untuk
itu
suatu daerah tertentu
dapat pula
dibuat suatu peta kontur
isogeoterm
ataupun isogradien
panasbumi (geotermal)
yang dapat menunjukkan daerah temperatur
tinggi.
Gradien panasburni mendapat perhatian
besar dewasa ini untuk menghasilkan
minyak pada
kedalaman lebih dari 5000 meter.
Di Amerika Serikat
suatu temperatur
212°F ditemukan pada kedalaman kurang dari
7000 kaki.
Temperatur kritis
air setinggi
374°F, menurut perhitungan
dapat dicapai
pada kedalaman
lebih dari 10.000 meter.
Di Indonesia,
tingginya
gradien panasburni di
banyak daerah menyebabkan kurangnya prospek di bawah kedalaman 4000
meter.
Namun data mengenai hal ini belum banyak dipublikasikan.
Contoh Lapangan minyak Attaka:
0Gradien panasubmi 2QF/100 kaki
(tem-
,
~
1000"
2000
~
'~
,,
!
<t
,
_F-18st#9
Di
.
168
E-1
dst
F@2125gradien2,2°F/100kaki.
15
~
\\
\
~<t
~
200
~~~
~ 3000
oJ
peratur
temperatur
!-Data
meragukan
, I
N-1 dst # 1
T1350F@
1320
r:
.\~
~ 4000
1700 F ~ 2200
._B-2dst#10
\
195° F @ 3096
~
-~~8S~~1~58
\
Gradient
-rata-rata
\ Geothermal
C
~o~ac:.aman
~ 6000
:
\
9000
Temperatur
tempat; 800F
?
120
160
200
240
280
320
TEMPERATURDALAMoF
Gambar
3.16
Madura
dengan
didapatkan
temperatur
tas
inti
magma
burni
dan
memberikan
tin gg i ) '
gunungapi
gradien
.
lain-lain
(sumber
sumber,
u
an
seperti
e
tonJ.
laman
dangkal
rutan
gas dalam minyak,
.
(kondensat),
katan
tekanan
katan
volurn minyak
Kurva gradien termal cekungan Jawa
dengan
bagian baratlaut
data DSTuntuk
(menurut
dipergunakan
Fletcher dan
dan
lain
mengenaJ.
Bay. 1975)
sangat
66 Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
empeng
yang
,
pe.,
dJ.apJ.r
serpih dan lain-lain.
Temperatur
dapat mempengaruhi
keadaan reservoir.
Gradien panasburni yang tinggi
dapat menyebabkan
titik
kritis
didapatkan
pada keada-
...
~'"
10000/
80
reservoir
(kedalaman
efek gaya tektonik,
daerah
k k
1
t k
k
~~
~~
~o~
\~?
\~?
?~
8000~
di
dari
aktivi
(3)
80OF),
-23GoF
:
(terutama
abnormal
.-L-2 dst # 1
\2620 F @ 6580 ne
70001
Gigir
panas
'.
J.nggJ.
(2)
\ \
oJ
<t
surnur
~~~:~~iasi
~
<t
~ 5000
.
kakJ.).
-7600
Surnber
t
~\
Z
permukaan
120
reservoir,
sebagainya.
gradJ.en
pening
pelapening-
gas,
Studi
panasbumJ.
dewasa
pening-
ini,
batuan
memen]adJ.
ter-
milyar
Milyar
0-1000
1000-2000
~
0
utama dalam hubungannya dengan pembentukan atau terdapatnya
minyakdan gasbumi (Welte, 1964; Phillipi,
1967; Landes, 1967),
dan juga
untuk migrasi
sertaterjadinya
akumulasi
minyakbumi secara besarbesaran (Klemme, 1972) sebagaimana akan dibahas dalam Bab 7.
3.3
PENYEBARAN
MINYAK-
DAN
GASBUMI
DI DUNIA
Minyakbumi
jelas
tidak didapatkan
dimana saja tetapi
di daerah-daerahtertentu.
Penyebaran adanya akumulasi minyakbumi di dunia disebabkan
karena keadaan geologi
setempat.
Penyebaran ini menyangkut secara lateral
(geografi)
ataupun vertikal
(kedalaman).
3.3.1
PENYEBARAN VERTIKAL
Kedalaman lapisan
minyakbumi berkisar
dari hanya beberapa puluh meter
di bawah tanah sampai 22.000 kaki,
seperti
yang terdapat
di Texas.
pada kedalaman ini keadaan temperatur
adalah sedemikian
rupa sehingga
yang didapatkan
adalah kondensat.
Pada Tabel 3-2 terlihat
statistik
TabeJ 3.2
Statistik
penyebaran vertikal
Seluruh
Kedalaman
dalam
kaki
barrel
2000-3000
3000-4000
4000-5000
5000-6000
6000-7000
7000-8000
8000-9000
9000-100001
.lOOOO-llOool
_2000 dan
-Lebih
akumulasi
Dunia
jumlah
3,3
1,5%
13,4
6,2%
22,0
10,2%
56,8
26,2%
36,4
16,8%
20,6
9,5%
30,5
14,0%
18,4
8,5%
7,7
3,5%
3,5
1,6%
3,2
1,5%
0,9
0,4%
0,3
0,1%
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
lapangan
3, 27%
4,
64
9, 4%
88
12, 9%
94
13, 7%
92
13, 5%
83
12, 1%
68
9, 9%
54
7, 9%
43
6, 3%
24
3, 5%
26
3, 8%
12
1, 8%
4
0, 5%
minyakbumi
(Knebel
Seluruh
dunia
barrel
3,'
3, 9%
10, 3
13, 3%
13, 9
18, 0%19%
16,
20,
8, 26%
10,
10, 5
13, 6%
6, 2
8, 0%
4, 2
5, 4%
1, 95%
2,
I, 37%
I,
I, 03%
I,
0, 3
0, 4%
0, 3
0, 4%
dan Rodriquez,
tanpa
1956)
Timur
Tenqah!
]umlah lapangan
30
4,8%
60
9,6%
82
13,1%
89
14,2%
85
13,6%
72
11,5%
60
9,6%
46
7,3%
39
6,2%
23
3,7%
24
3,8%
12
1,9%
4
0,7%
67
~
3.3.2
~
daripada kedalaman dimana minyakbumi terdapat.
Dari statistik
ini ternyata bahwa lapisan
minyak berada di antara kedalaman 1000 sampai 3000meter.
Perlu dicatat
bahwa kompilasi
tersebut
dibuat pad a tahun 1957
dimana teknologi
pemboran-dalam belum begitu memadai. Dewasa ini dengan
teknologi
pemboran yang lebih maju, terutama pemboran di laut,
mungkin
angka-angka tersebut
telah
sedikit
berubah.
Tentu statistik
tersebut
mempunyai bias yang disebabkan karena pemboran dalam jauh lebih
jarang
d~lakukan daripada pemboran dangkal.
Sebetulnya
lebih banyak minyakbumi terdapat
pada kedalaman lebih dari 2000 sampai 3000 meter.
Akan
tetapi
dari segi gradien panasbumi serta teori
degradasi
termal dan
pematangan minyakbumi,
angka-angka memang sesuai.
PENYEBARAN GEOGRAFI
Penyebaran akumulasi minyakbumi secara geografi
tentu tergantung
pula
dari keadaan geologi.
Minyakbumi didapatkan
di daratan,
di pegunungan
ataupun di bawah lautan.
Narnun demikian minyakbumi hanya terdapat
di
daerah dengan keadaan geologi tertentu.
Secara umum boleh dikatakan
bahwa terdapatnya
minyakbumi adalah di daerah yang rendah dan di paparan lautan
(continental
shelf)
dan jarang sekali
di pegunungan tinggi
(misalnya,
di pegunungan Alpina minyakbumi harnpir tidak ada).
Tidak semua negara merupakan penghasil
minyak.
Sebelum dilakukan
explorasi secara besar-besaran
di tahun lima puluhan,
hanya beberapa negara
saja yang kaya akan minyakbumi.
Ternyata ada dua daerah yang kaya akan
minyakbumi
ini yang selanjutnya
disebut
sebagai kutub minyakbumi,
dimana jumlah cadangannya merupakan dua per tiga dari pada seluruh
cadangan minyak di dunia.
Kedua kutub ini adalah (1) Timur Tengah dan
(2) Teluk Mexico,meliputi
Venezuela dan Arnerika Serikat.
Penyebaran minyakbumi di dunia terutarna didapatkan
dalarn apa yang di
narnakan cekungan sedimen. Sebelum perang dunia kedua negara penghasil minyak adalah sebagai berikut:
Benua Eropa. Lapangan minyak terpusatkan
di sekitar
Laut Hitarn dengan
kota minyak terkenal,
Baku. Penyebaran melalui
Uni Soviet dan Romania.
Negara Polandia,
Eropa penghasil
lainnya
,
150
300
4501
adalah
Jerman minyak
Utara
dan
-00rso
-J~
I
perancis
(Garnbar 3.17).
' %,/'
.Benua
Asia.
Lapangan minyak terdapat
:':1;//II;/A
/P~RISAI
BALTIC
di sekitar
Teluk Persia,
yang melipuII;
PJ
" ";."
I/;(i
/"'/1/;
,
ti negara Iran,
Irak,
Arab Saudi,
Ku~~ '/;W:;l;;~./
/
wait,
dan Abu Dhabi.
Cadangan ini meliputi
lebih dari setengah cadangan
60°
60~
dunia.
Juga daerah Siberia
dan Cina
merupakan daerah minyak yang penting
(Garnbar 3.18).
Benua Amerika Utara (Gambar 3.19).
Cek
Benua Arnerika Utara merupakan pengan P
45°
45°
hasil
minyak yang penting.
Selain di
g
~
1
sekitar
i
11~0
~
00
3.17
68
--1~0
-39°)
'-
Penyebaran cekungan sedlmen dan
lapangan minyak-utama di benua Eropa
(Halbouty dkk.. 1970)
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
Teluk
Mexiko,
minyakbumi
ter-
dapat di daerah Mid-Continent
(Kansas,
Oklahoma-Tulsa,
Oklahoma, sebagai kota minyak yang penting),
daerah pegunungan Rocky Mountains,
daerah Michigan, daerah Appalachia
(dimana perta-
Gambar
3.18
Penyebaran cekungan sedimen dan
lapangan minyak-utama
di benua Asia
(HalboutY.1970)
Gambar 3.19
Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan minyak-utama
(Halbouty.
di benua Amerika
Utara
1970)
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
69
70
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
71
di Aljazair
(Gurun Sahara).
Juga
Mesir dengan Laut Merahnya menjadi
produsen minyak yang penting.
Alaska dan Arktika:
Cadangan minyak
sampai 30 barrel
ditemukan di sini
(Gambar 3.19).
.$iberia
dan Daratan Cina: Di daerah
yang luas ini juga telah ditemukan
beberapa lapangan minyak- dan gasraksasa.
Namun perkembangannya
belum diketahui
dengan jelas
(Gambar 3.18).
Daerah seperti
India,
Pakistan,
dan Jepang hanya mempunyai lapangan minyak yang kecil saja.
3.3.3 PENYEBARAN DI DARATAN
DANDI LEPASPANTAI
Gambar 3.22
Penyebarancekungan sedimendan.
lapanganminyak-utama di benua
Afrika (Halbouty, dkk., 1970)
Pada permulaan tahun enam-puluhan
orang telah menguasai teknik
exploraSl
dan
Explorasi
.
pemboran
dl
lepas
pantai
lautan.
besar-besaran
dilaksanakan
terutama di landasan kontinen:
seperti
Teluk Mexiko, TelukPersia,
pantai
Barat Amerika Serikat,
laut Utara (Eropa) dan Selat Base
(sebelah Timur Australia),
yang juga menghasilkan
lapangan minyak raksa-sa.
Hal ini juga dilakukan
di perairan
Indonesia.
3.4 KERANGKA
GASBUMI
3.4.1
GEOLOGI
PENYEBARAN
KERANGKA UMUM-PENGERTIANCEKUNGAN
MINYAK-
DAN
MINYAK
Penyebaran minyak- dan gasbumi jelas
dikendalikan
oleh keadaan geologie
Minyakbumi ternyata
selalu
didapatkan
dalam cekungan sedimen dan tidak
pernah didapatkan
di daerah batuan beku dan metamorf.
Secara geologi,
permukaan bumi ini dapat dibedakan antara perisai
dab cekungan sedimen,
seperti
ternyata
dari Gambar 3.17 sampai 3.22.
Perisai
biasanya
terdiri
dari batuan beku dan metamorf dan pada umumnya berumur Pra-Kambrium.
Di sini
tidak didapatkan
minyak- dan gasbumi. Perisai
tersebut
adalah:
Perisai
Laurentia
(Kanada), Perisai
Guyana, perisai
Brazi1ia
(AmerikaSelatan).
Perisai
Arabia,
Perisai
Skandinavia,
Perisai
Afrika,
PerisaiSiberia,
dan sebagainya.
Di antara semua perisai
tersebut
didapatkan
apa yang dinamakan cekungan sedimen.
Cekungan sedimen dibedakan secara klasik
menjadi:
1) Geoslnk1in,
suatu cekungan yang memanjang dimana lapisan
sedimen
yang sangat tebal diendapkan
secara cepat dan akhirnya
menghasilkan
struktur
pelipatan
yang ketat dan rumit seperti
pegunungan A1pina,
danHimalaya.
Di semua daerah ini minyak jarang sekali
ditemukan,
karena
struktur
yang ruwet, dan sedikit
banyak daerah ini diintrusi
batuanbeku.
2) Daerah epi-kontinenta1,
Cara terdapatnya
minyak- daD gasbumi
yang disebut
miogeosink1in,
terletak
di
~
ij/
antara geosinklin
dengan perisai
benua dan merupakan juga daerah dimana
sedimentasi
tebal terjadi,
tetapi
kemudian tidak
terlipat
secara kuat.
Cekungan semacam ini terdapat
misalnya di Indonesia,
dan beberapa daerah di Timur Tengah. Rupanya daerah epi-kontinental
merupakan daerah
yang terkaya
akan minyakbumi.
3) Daerah papa ran kontinen,
merupakan daerah dimana lapisan
sedimen
tidak terlalu
tebal,
dan juga merupakan daerah yang kaya akan minyak.
Sebagai contoh misalnya,
daerah Mid-continent
di Amerika Serikat,
dengan minyakbumi yang biasanya
terdapat
dalam batuan karbonat.
Secara tektonik
jarang sekali
minyakbumi didapatkan
di dalam rangkaian
pegunungan yang terlipat
ketat seperti
pegunungan Alpina,
Himalaya,
dan Andes, apalagi pegunungan yang diintrusi
oleh batuan beku. Minyakbumi kebanyakan ditemukan di daerah yang bersifat
landai
atau yang
tidak berstruktur
sarna sekali.
Sebagai contoh misalnya:
Pantai Timur
Sumatra, Jawa utara,
daerah dataran rendah Iran dan Irak dan sebagainya.
Gambar 3.23 memperlihatkan
penyebaran cekungan sedimen yang telah menghasilkan
minyak, terutama yang menghasilkan
lapangan raksasa menurut
Klemme (1970).
Pembagian cekungan dan elemen tektonik
lainnnya
didasarkan atas konsep tektonik
lempeng sebagaimana dikembangkan dewasa ini.
,1
.rtr7J"""(4
-
",)[I'(!"'-
{
~
,
...600
1
r~/~~
\\
~
C:'t-1~-":.0
,.j;
f 1 ",..
'.
f
"..
-,
.~
{II
'" '"'
,~
-""""\~'
'lJ~1
~.,
\~.
l
f'
I,
4/
..:
~ II
It
,/&./
"" '-:::~
'/1
~
-.if,
,-u
I::
~.b
:~
-
~
:-In'
~
-f
6~ ~-O'.
30'
0~~120
-'
---'
l
:
-~
¥"
,
60.",-..'
0
-./,'\',
,.".~
.,
",C
0
'
Gambar
3.23
Kerangka tektonik
Halbouty,
{[eteceo
"
c.;
~';;:!-;
(-~
t ~ -,
:
'%
30
~e.:/;
::r..
~
'.
1 r.~.
04
~~
>
>-
"{ 1'~
.0
.
'
I:'Jurassic
"" ,
-'
'
~
,
~
,.,;;us,y
I,
/.
'l
~ <.
~ y;
'
',-{
",,'~", .~:io:~':':-
::
180-1
{,j;.
/ ~1"
.,.~,
""'\'
~;,~
I~
-j..'
-
.;._O
,~D.
""",~
/
1200
(4.
.'
'/
., ,~
-.,
,
..q:I:'..600
~
0
$..
--!
30
.'
~j..
600
lempeng daripada cekungan sedimen di dunia (menurut
Klemme, dalam
dkk., 1970)
3.4.2
PENYEBARAN
LEMPENG
CEKUNGAN
SEDIMEN
Klemme,
DITINJAU
DARI
TEKTONIK
(1970)
rnembagi cekungan
sedirnen berdasarkan
kerangka
tektoniklernpeng.
Narnun dasar
pembagian
ini
tidak
jauh dari
pernbagian
Weeks
(1952).
Cekungan
tersebut
sernuanya telah
rnenghasilkan
rninyakdan gasburni.
Berbagai
rnacarn cekungan
(Gambar 3.23)
pertarna-tarna
didasarkan
pada letaknya,
yaitu
apakah berada
di atas benua atau di batas
benua
dengan sarnudra.
72
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
CEKUNGAN DI ATAS KERAK BENUA (CRATONIC):
1) Cekungan pedalaman (interior
basin):
berbentuk
pi ring yang sederhana
yang pada umumnya tertutup
lapisan Paleozoikum.
Jumlah cadangan total:
0,67 milyar barrel.
Contoh: Cekungan Michigan dan Williston
di Amerika
Utara.
2) Lengkungan intra
kontinental
(dalam benua):
biasanya bersiklus
banyak, terdapat
di bagian luar daerah kraton benua, dan pada umumnya
terdiri
dari sedimen Paleozoikum.
Siklus pertama berasosiasi
dengan
evaporit
dan karbonat.
Jumlah cadangan total:
240 milyar barrel.
Contoh: Texas Barat,
New Mexico, cekungan Volga-Ural
(Uni Soviet),
Alberta
(Canada) dan Erg Oriental
dan Occidental
(Aljazair).
3) Cekungan graben atau setengah graben (rift):
terdapat
di paling
luar
kraton,
dan sering berhubungan dengan cekungan samudra pada Zaman Mesozoikum dan Tersier.
Cekungan ini kadang-kadang
sangat sempit (Suez
Graben, Mesir),
dapat pula luas dengan struktur
'horst
and graben'
(Cekungan Sirte,
Libia).
Cekungan ini merupakan perantaraan
dari kerak
benua ke kerak samudra yang disebabkan penarik-pisahan
(pull-apart)
antara benua. Biasanya juga berasosiasi
dengan batuan karbonat,
terumbu, evaporit
dan serpih hitam euxinik.
Jumlah total
cadangan:
50 milyar
barrel.
Contoh lain:
Jerman Utara, Belanda,
Laut Utara (Eropa),
Laut Merah
(Arabia).
CEKUNGAN
PERALlHAN
KERAK
BENUA
-KERAK
SAMUDRA:
1) Cekungan extrakontinental:
terjadi
karena penekukan lempeng ke arah
daerah samudra, dapat terdiri
dari satu atau lebih palung,
dan membuka
ke arah samudra. Cekungan ini berbentuk
lonjong
dan sejajar
dengan
paparan atau kraton yang stabil.
Selain itu merupakan jalur
MezozoikumTersier
yang mobil,
yang batuannya terdiri
dari karbonat dan klastik,
berasal
dari sedimentasi
siklus
pertama Paleozoikum
dan sedimen klastik
yang tebal berumur Mezozoikum dan Tersier.
Cekungan jenis
ini paling
kaya akan minyakbumi.
Total cadangan:
450 milyar barrel.
Contoh utama:
Teluk Persia
(Perisai
Arabia di satu fihak,
dan jalur
mobil pegunungan
Zagros di fihak lain).
Contoh lain:
Venezuela Timur, Lereng Utara
Alaska,
Kalimantan
Utara dan daerah Tampico (Mexiko).
2) Cekungan pantai
stabil
atau cekungan patahan-graben
pantai.
(stable
coastal,
or coastal
graben-and fault
basins):
terdapat
pada pantai
stabil
dari benua, tepi benua sepanjang Samudra Atlantik
dan beberapa
bagian dari benua Afrika.
Cekungan ini merupakan stadium terakhir
dari
penarik-pisahan
yang dimulai
dengan cekungan graben-setengah
graben
(jenis
Laut Merah) dalam konsep pemekaran dasar samudra (seafloorspreading).
Cekungan ini terdiri
dari lapisan
tebal dengan patahan yang
menurun ke arah samudra. Evaporit
sering didapatkan
dalam cekungan ini.
Cadangan total:
1,7 milyar barrel.
Contoh: Afrika
Barat;
Lapangan
minyak Cabinda B dan Emerande Maria.
3) Cekungan Intermontan;
Cekungan memanjang stadium kedua (second-stage
transverse
basin):
terdapat
pada pinggiran
benua dimana kerak benua
berpapasan dengan kerak samudra. Terdiri
dari urutan klastik
Kapur Atas
sampai Tersier
yang diendapkan pada depresi
yang tegaklurus
pada pantai.
Batupasir
sering diendapkan oleh arus turbid,
tetapi
umumnya bersifat
endapan laut atau paralik.
Sering berasosiasi
dengan patahan mendatar
yang besar (transcurrent
faults)
seperti
patahan San Andreas.
Total
cadangan:
54 milyar barrel.
Contoh: Cekungan Los Angelos dan Ventura,
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
73
California
(A.S.).
4) Cekungan jurus Intermontan
(Intermontan
strike-basin):
biasanya berasosiasi
dengan penekukan kerak samudra ke bawah kerak kontinen,
seperti di Indonesia.
Cekungan ini kecil
dan pada umumnya berbentuk
graben
berumur Tersier
yang diendapkan sebagai sedimen paralik-marin
siklus
kedua di atas palung eugeosinklin
Mesozoikum yang mengalami metamorfose
dan terintrusikan
batuan beku. Cadangan total:
12 milyar
barrel.
Contoh: cekungan Sumatra Tengah di Indonesia,
dan cekungan lainnya
sekitar
Lautan Pasifik,
Tethys dan Caribia.
5) Delta Tersier:
merupakan penimbunan berbentuk
kipas yang tebal dan
melintasi
pinggiran
benua dimana sistem sungai besar bermuara.
Sebenarnya merupakan jenis khusus dari cekungan patahan-Graben
pantai yang
berhubungan dengan perentangan
(pull-apart)
benua. Cadangan total:
8
milyar barrel.
Contoh: Delta Nigeria
di Afrika
Barat,
Delta Mississippi
(A.S.),
dan Delta Mahakam (Indonesia).
Tabel
3-3 memperlihatkan
cekungan sedimen yang menghasilkan
lapangan
minyak raksasa.
Untuk dapat membayangkan lebih mudah mengenai cekungan-cekungan
minyak
sebagai dibahas di atas penulis
telah menyusun klasifikasi
cekungan
yang sederhana yang didasarkan
atas posisi
cekungan terhadap
jenis
kerak bumi yang terdapat
di bawahnya (benua atau samudra) dan gerakan
relatif
dari lempeng benua/samudra,
apakah bertabrakan,
bertarikpisahan ataupun berpapasan (Gb. 3.24).
Klasifikasi
ini sederhana tetapi
mencakup cekungan-cekungan
yang
dibahas oleh Klemme (1972), tetapi
termasuk di dalamnya cekungan
sedimen di atas kerak samudra, yang mempunyai potensi
untuk akumulasi
minyakbumi tetapi
belum terbukti.
3.4.3 PENYEBARAN AKUMULASI
STRATIGRAFI DAN UMUR
MINYAK
DITINJAU
DARI SEGI
Pada Tabel
3-4 ditunjukkan
bahwa akumulasi minyakbumi,
praktis
terdapat tanpa kekecualian
dalam semua umur setelah Kambrium. Dalam batuan
berumur pra-Kambrium
sebetulnya
terdapat
akumulasi kecil,
akan tetapi
tidak meyakinkan.
Landes (1962) membuat daftar
akumulasi
dalam batuan
pra-Kambrium,
tetapi
ternyata
hanya sedikit
sekali
jika dibandingkan
dengan akumulasi lainnya,
dan biasanya berasosiasi
dengan sedimen
lebih muda yang berada di atasnya atau di dekatnya.
Penyebaran akumulasi minyakbumi dari umur ke umur tidaklah
merata dan
perioda
tertentu
menunjukkan cadangan yang sangat menonjol.
Misalnya
saja jaman Tersier,
ternyata
menghasi1kan 58,1% dari produksi
kumulatif
se1uruh dunia,
Jaman Kapur 19,6%, sedangkan Trias-Jura
4,3% dan paleozoikum 18% (data tahun 1947).
Data yang lebih terperinci
terdapat
pada
Tabel
3-4 (menurut Knebel dan Rodriquez,
1957),
dimana ternyata
Mio-o1igocene
te1ah menghasi1kan 28,7% (31,9% tanpa Timur Tengah),
sedangkan Mesozoikum 52,7% (20,5% tanpa Timur Tengah),
sehingga produksi kumu1atif
utama dari Timur Tengah (sampai 1959) terdapat
dari Mesozoikum.
Data 1970 (Halbouty dkk.) mengenai jumlah cadangan adalah:
Tersier
: 24%
Mesozoikum:
63%
Pa1eozoikum:
13%
Dari segi 1apangan minyak raksasa di dunia,
cadangan maupun produksi
74
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
,..
<(
a:
:)
Q
~
<{
U>
~
<{
a:
w
)l
z
~
l-
(/)
a:
~
(J
z
~
«
w
(J
I"'
ICI)
!%:CI)
::>1u::>
<{u
oJ!%:
I-u
z-
wz
z<{
-w
I-u
~
w
no
I ~
Zo
0
U
lI/)
<
U
:)
:)
I
w
Z
I z
I-
<
.oJ
,
Z
W
co
~
<
~
w
~
~
z
0
u
~
.c
~
E
Q.
E
.,
..
m:
c,
~
~
i!
..
..
~
~
~
.c
~
..co
~
-
Ue
.
I
!
J
~
.~~
.
«
CJ
;c
~'u;
"'m
+'.0
C
m
>
to
CD
G
>
:;:
~
I
~_
~
~
..
51
"
I
I
"'i'.
..G
~ '
C
QI
u
c
:.
~
a
QI
..>u
G
C
~c ..
-C
C
..
0
U
.
,
...
I
.'
-'--..
..
.~
~;~
~LL
""-0
0.=
';: 5
~=
"=
~
.c
iUo.
';;
"
c if
o.o~
LL ...,
~ '
\
ic
&;
C,;
c;
~,;
er
'"
~c
aC
C m
c.a
m"C
~c.
-G
..,
"'...
~ "'..
~).;
'"
.~
~
~
('...
.in ..+
~.
.
....
~C
_o~
~~
~.. + + .
-~
«Cm
c. 0
C
~
E
m
"C
m
.¥
m G
C
C,
.¥
G ...("
U
~ ~.
..a
m C.
""
.0
u~
0'"
-m
"c
'".,
'"0
CD)
D)u
CO
,,=
~"
c~ ..
.,~
u..+
+
..
..",
~.
~~..,
~m ..
"E
..to
,,"..
~o
u-
CO.,
~o.
"'CO
CO"
..0
co"
.,
u.o
~"
E"-
.."in
~..
..CO
.0
m-
'-
~\
..
c"D)C
0.-
......
t'\
....
c
~ C m,
.c m ~,
c:
0:
.. .
.,.
---'--
GlC
-0
m~
..-01
m C
,,-
C
.Um
'"--
...;.c
.0.'-
.~
c.
..
..IV
.CJ)'-
:I:
Q.-
"5
to
« ..
~
Co
cn
~l
O;
~..
01"'
.-co
CO
E
m
;)
m
.a
C
m
~
0-
m
0C
~
C
:0
~
Q)
U
"
..~
""
..~
..~
""
"0..
"E
..~~
""
"..
~"
G)G)
U.o
c
0
..
m
'u
m
:c
..m
~
nya minyak- dan
+
r::
tco
al
...
CO
..0
~u
CO
G
i5
"0
ttal
...
.co
~
"0~
£
G
>-
...
tal
...
0)
E
E
.!
~
~
"0
0.
0)
..
CO
0
6-
~
0)
CO
..
0
CO
to
~
~
..
~
to
0)
"E
.c
CO
"
..
"
..
i5
co
r-.
~
0>
c
~co
:c
co
0
on
E
.,
.,0
0)
:.I:
E
Co
.,c
~
~
'c
0
..
~
0)
~
co
~
c
co
~
E
~
"0
co
""iij
.,c
.,
C
on
E
:c
~
C
~
~
:;
~
~
:;
~
~
!vi
E
.!
c!
75
Tabel
3 -3 Tabel cekungan
(menurut
sedimen yang
Klemme,
menghasilkan
lapangan minyakbumi
1970)
=--
Nomor padaj
peta
1- 1
11- 2
11- 3
11- 4
11- 5
11- 6
11- 7
11- 8
11- 9
11-10
11-11
11-12
11-13
11-14
11-15
11-16
11-17
11-18
11-19
11-20
11-21
11-22
,
I
II-23
III-24
III-25
III-26
III-27
111-28
III-29
III-30
III-31
III-32
IV-33
IV-34
IV-35
IV-36
IV-37
IV-38
IV-39
IV-40
IV-41
IV-42
IV-43
IV-44
IV-45
VI-46
.
VI-47
VI-48
VI-49
VII-SO
VII-51
VII-52
VII-53
VII-54
VIII-55
VIII-56
Nama cekungan
]
Amerika Serikat
Uni Soviet
Uni Soviet
Uni Soviet
Eropa Barat
Eropa Barat
Perancis
Aljazair
Aljazair
Aljazair
Karada
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Cina
Cina
Cina
Cina
Australia
Lybia
Mesir
Mesir-Arab
Saudi
Oman
Uni Soviet
Uni Soviet
Uni Soviet
Uni Soviet
Cina
Timur Tengah
Uni Soviet
pakistan
Cekungan
Colville
Alaska:
Cekungan
Texas
76
Timur
Cekungan Gulf Coast
Pertelukan
Tampico
Cekunqan Maturin
Depresi Pra-Karpatia
Cekungan Kalimantan Utara
Pertelukan
Kabinda
Cekungan Ventura
Cekungan Los Angelos
Cekungan Maracaibo
Cekungan Piura
Cekungan Gippsland
Cekungan Baku
Cekungan Sacramento
Cekungan San Joaquin
Cekungan Cook Inlet
Cekungan Magdalena Tengah
Cekungan Sumatra Tengah
Mississippi
Delta Niger
Amerika
raksasa
1
10
3
29
4
2
2
1
5
2
1
1
1
5
3
9
2
1
1
1
2
13
2
2
2
5
2
3
6
1
56
9
2
i
Serikat
'.
Amerika Serikat
Mexico
Venezuela, Trinidad
Rumania
Brunai
Angola-Kongo
Amerika Serikat
Amerika serikat
Venezuela
Peru
Australia
Uni Soviet
Amerika Serikat
Amerika Serikat
Alaska
Columbia
IndonesiaDelta
Amerika Serikat
Nigeria
ke Gambar 3.23, serta klasifikasi cekungan menurut
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
I/ lapangan
~§Jum1ah
Lokasi
Cekungan Illinois
Cekungan Volga-Ural
Cekungan peckora
Cekungan Siberia Barat
Cekungan Laut Utara
Cekungan Belanda-Jerman barat
Cekungan Aquitaine
Cekungan Erg Oriental
Cekungan Fort Polignac
Cekungan Erg Occidental
Cekungan Alberta
Cekungan Appamachia
Cekungan Powder River
Cekungan Uinta
Cekungan San Juan
Cekungan Anadarko-Axdmore
Paparan Oklahoma
Cekungan Peru
Cekungan Szechwan
Cekungan Pre-Nan-Shan
Cekungan Tsaidam
Cekungan Dzungaria
Cekungan Artesian
Besar
Cekungan Sirte
Graben Suez
Graben Laut Merah
Rekahan Oman
Cekungan Dnepr-Donets
Cekungan Vilyay
Cekungan Tadzhik
Cekungan Bukhara
Cekungan Sung Liao
Paparan Arab dan Cekungan Iran
Cekungan Pra-Kaukasus Mangyshlak-Turkmen
Cekungan Indus
Angka Romawi menunjukan
raksasa di dunia
Klemme, 1970
1
210
4
3
1
2
2
1
4
6
1
4
7
1
7
1
1
1
4
kumulatif
Tersier
(tanpa Timur Tengah) adalah sebagai berikut:
: 40%Mesozoikum:
39%Paleozoikum:
21%
Di Indonesia
minyakbumi hanya terdapat
dalam umur Tersier,
terutamaMiosen.
Di Timur Tengah umur Juralah
yang paling
produktif
(Arab zone,
lapangan minyak Ghawar, Arab Saudi).
Akan tetapi
umur Miosen juga
penting
di Timur Tengah; formasi Asmari di Iran misalnya,
adalah gamping
berumur Miosen clan merupakan reservoir
yang penting.
Perioda Tersier
dengan kekecualian
di Timur Tengah merupakan suatu umur
yang paling
banyak menghasilkan
minyakbumi.
Jadi jelas,
bahwa tidak
semua jaman geologi
menghasilkan
minyakbumi,
akan tetapi
beberapa jaman
telah menghasilkan
minyak secara berkelebihan,
sedangkan zaman lainnya
hanya sedikit
saja.
Hal ini disebabkan
terutama karena pada zaman-zaman
tertentu,
misalnya Tersier,
keadaan tektonik
clan sedimentasi
adalah
sedemikian rupa sehingga memungkinkan minyakbumi terbentuk
secarabesar-besaran.
Misalnya
juga zaman Tersier
clan Mesozoikum di TimurTengah.
Di lain fihak zaman-zaman tertentu,
misalkan Perm ataupun Trias
tidak banyak menghasilkan.
Pada zaman Perm sedimentasi
di dunia ini
kebanyakan bersifat
non-marine,
sehingga sedikit
kemungkinan terbentuknya minyakbumi.
3.4.4 ULASAN
Dapat disimpulkan
bahwa penyebaran
minyakbumi
dikontrol
oleh
keadaangeologi:
j) Minyakbumi hanya terdapat
dalam batuan sedimen dan terutarna di dalam
cekungan sedimen. Dari berbagai macam cekungan sedimen tidak
semuanya
menghasilkan
minyakbumi dalam jumlah yang sarna, beberapa jenis
cekungan
menghasilkan
lebih banyak minyakbumi dari jenis lainnya.
Jelas,
minyakbumi tidak didapatkan
dalam batuan beku dan metamorf yang
merupakan inti
atau perisai
benua. Seandainya didapatkan
juga, hanyalah
dalam jumlah kecil
saja dan disebabkan karena kebetulan
masuk dalam
reservoir
batuan beku dan metamorf yang langsung berhubungan dengan
batuan sedimen di dekatnya.
Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi
77
(9 Minyakbumi
terdapat
di semua zaman geologi,
akan tetapi
zaman
tertentu
lebih
kaya daripada
zaman yang lainnya.
Akan tetapi
hal ini
mungkin
disebabkan
hanya karena
explorasi
yang belum menyeluruh.
~
Minyakbumi
terdapat
pada kedalarnan
an tara 100 sampai
7000 meter,
terutama
an tara
1500 -3000
meter.
Narnun hal terakhir
ini
mungkin
disebabkan
karena pernboran-dalarn
belum cukup banyak dilakukan
karena
~aya
dan teknologi
pernboran yang terlalu
tinggi.~
Minyakbumi
didapatkan
di daratan
maupun di bawah lautan,
terutama
di bawah landasan
kontinen.
Mengenai
apakah minyakbumi
terdapat
pada
perairan
dengan kedalaman
lebih
dari
200 meter,
artinya
pada dasar
sarnudra dengan kedalarnan
lebih
dari
200 meter,
masih diragukan,
karena
kebanyakan
samudra didasari
oleh batuan
beku yang bersifat
basalt
dan
tidak
memungkinkan
adanya minyakbumi.
Di lain
fihak
ada delta
yang
besar
dan kecil,
seperti
di Nigeria,
Amazona,
yang melimpahkan
sedimennya langsung
di atas dasar
samudra yang terdapat
pada kedalaman
ribuan
meter.
Mungkin
sedimen
ini
masih menghasilkan
minyakbumi,
terutama
jika
teknik
pernboran-dalam
telah
danat dikuasai.
78
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
Reservoir
adalah bagian kerakbumi yang rnengandung rninyak- dan gasburni.
Cara terdapatnya
rninyakbumi di bawah perrnukaan haruslah rnernenuhi beberapa syarat,
yang rnerupakan unsur-unsur
suatu reservoir
rninyakbumi.
Unsur tersebut
adalah:
1) BATUANRESERVOIR, sebagai wadah yang diisi
dan dijenuhi
oleh rninyakdan gasbumi. Biasanya batuan reservoir
berupa lapisan
batuan yang
~\4\Qn't°
d-a.f':-;;~
,
berongga-rongga ataupun berpori-pori. -> ~~~..~t~~~
~;., ~ ~~~
~d t. .
2) LAPI SANPENUTUP
(cap-rock), yaitu suatu lapJ.san yang tidak perrnea- ~s 8.~
bel
atau
lulus
rninyak,
yang terdapat
di
atas
suatu
reservoir
dan rneng-
halang-halangi
rninyak- dan gas yang ke luar dari reservoir.
3) PERANGKAPRESERVOIR, (reservoir
trap) yaitu
suatu unsur pembentuk
reservoir
yang bentuknya sedernikian rupa sehingga lapisan
beserta
penutupnya rnerupakan bentuk konkav ke bawah dan rnenyebabkan rninyakdan gasbumi berada di bagian teratas
reservoir.
Bentuk perangkap ini
sangat ditentukan
oleh cara terdapatnya
rninyakbumi,
yaitu
selalu
berasosiasi
dengan air dirnana air rnernpunyai berat jeniB yang jauh lebih
tinggi.
4.1
PENGERTIAN
PERMEABILIT
Batuan reservoir
BATUAN
RESERVOIR,
POROSITAS
DAN
AS
adalah
atau dapat
pada hakekat-
kan
yaitu
dapat
permeabilitas
sangat erat hubungsehingga dapat dikatakan
bahwa permeabilitas
tidak mungkin
tanpa adanya porositas,
walaupun sebaliknya
belum tentu demikian.
Batuan dapat bersifat
sarang, tetapi
tidak permeabel.
Menurut Payne (1942), perbedaan antara porositas
dan perme~ilitas
ialah,
bahwa porositas
menentukan jumlah cairan
yang terdapat
sedangkan permeabilitas
menentukan jumlahnya yang dapat diproduksikan.
Di lain fihak,
suatu batuan reservoir
dapat juga bertindak
sebagai
lapisan penyalur
aliran
minyak- dan gasbumi dari temp at minyakbumi
tersebut
ke luar dari batuan induk (migrasi
primer)
ke tempat beraku79
(~
mulasinya dalam suatu perangkap.
Bagian suatu perangkap yang mengandung
minyak atau gas disebut reservoir.
Jadi, reservoir
merupakan bagian
kecil
daripada batuan reservoir
yang berada dalam keadaan sedemikian
sehingga membentuk suatu perangkap.
4.2
4.2.1
PENGERTIAN POROSITAS
Porositas
suatu medium adalah perbandingan
volum rongga-rongga
terhadap volum total
seluruh batuan.
Perbandingan
ini biasanya
takan dalam persen dan disebut porositas.
.volum= <jJ=
RUMUS: PorosJ.tas
pori
dinya-
1
k
1 pori-pori
h
b t
x 100%
vo um ese uru an a uan
Porositas
dapat juga dinyatakan
dalam 'acre-feet',
yang berarti
volum
yang dinyatakan
sebagai luas dalam 'acre'
dan ketebalan
reservoir
dalam kaki (feet).
Selain itu dikenal
juga istilah
porositas
efektif,
yaitu
apabila
bagian
rongga-rongga
di dalam batuan berhubungan,
sehingga dengan demikian
porositas
efektif
biasanya lebih kecil
daripada
rongga pori-pori
total
yang biasanya berkisar
dari 10 sampai 15 persen.
RUMUS: Porositas
-,
~t
II
-.
II
-,
~
POROSIT AS
= <jJ = volum pori-pori
e
volum batuan
efektif
4.2.2 BESARAN POROSITAS
Porositas
tentu dapat berkisar
dari
nol
bersambungan
keseluruhan
sampai besar
sekali,
x 100%
namun
biasanya berkisar
antara 5 sampai 40 persen,
dan dalam prakteknya
berkisar
hanya dari 10 sampai 20 persen saja.
porositas
5 persen biasanya
disebut porositas
tipis
(marginal
porosity)
dan umumnya bersifat
nonkomersiil,
kecuali
jika dikompensasikan
oleh adanya beberapa faktor
lain.
Secara teoritis
porositas
tidak bisa lebih besar dari 47,6 persen.
Hal ini disebabkan
karena keadaan sebagai terlihat
pada Gambar 4.4,
yang berlaku
untuk porositas
jenis intergranuler.
Dalam gambar tersebut
dapat dilihat
suatu kubus yang terdiri
dari 8 seperdelapan
bola,
sebagaimana dapat dilihat
pada butir-butir
oolit.
porositas
maximum yang
didapatkan
adalah dalam susunan kubus dan secara teoritis
nilai
yang
didapatkan
adalah sebagai berikut:
Porositas:
Jari-jari
<jJ=
butir
IsJ... setJ.ap
volum
bola
3
Umpamakan dalam
kubus
isi
3
4
sehingga
3
32
3
Sisi
80
= r
b 01 a = ~47Tr
bola),
8 x -7Tr
pori
1
k
1
h
x 100%
vo um ese uru an
= -7Tr
terdapat
seluruh
8 bola
butiran
penuh
(dan
bukan
8 seperdelapan
dalam kubus:
3
kubus
= 2 x 2r
3
= 4r,
sehingga
Koesoemadinata.
GeologiMinyak-daDGasbumi
isi
seluruh
kubus
= (4r)
= 64r3
-33,Sr'
3
x 100% = 47,6%
= 30,5r
64rsusunan merupaka~ rhombohedron,
Porositas
Jika
4r
x 4r
x 4r
sin
600 = 64 sin
3
maka volum kubus
60r3 = 48,8
~
= 15,3r
= 48,8r
15 3 x 100% = 25,9%
<I>= -!48,5
Jelaslah,
bahwa dalam hal ini porositas
Jika kita
substitusikan
r untuk
tetap mendapatkan angka 47,6 tersebut.
Volum rongga
r3
3
tidak tergantung
angka berapa saja
daripada besarbutir.
maka kita akan
Besarnya porositas
itu ditentukan
dengan berbagai
cara, yaitu
1) di laboratorium,
dengan porosimeter
yang didasarkan
hukum Boyle:
gas digunakan sebagai pengganti
cairan untuk menentukan volum pori
tersebuti
2) dari log listrik,
log sonik dan log radioakvitas.
3) dari log kecepatan pemborani
4) dari pemeriksaan dan perkiraan
secara mikroskopii
5) dari hilangnya
inti
pemboran
4.2.3
SKALA VISUIL PEMERIAN POROSITAS
Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan
secara visuil
dengan menggunakan peraga visuil.
Penentuan ini bersifat
semi-kuantitatif
dan diperg~nakan suatu skala sebagai berikut:
0 -5%,
dapat diabaikan
(negligible)
5 -10%, buruk (poor)
10 -15%,
cukup (fair)
15 -20%,
baik (good)
20 -25%,
sangat baik (very good)
> 25% istimewa
(excellent)
Pemeriksaan secara mikroskopi
untuk jenis porositas
dapat pula dilakukan secara kualitatif.
Antara lain ialah jenis:
1) Antar butir
(intergranuler),
yang berarti
bahwa pori-pori
didapat
di antara butir-butir.
2) Antar kristal
(interkristalin),
dimana pori-pori
berada di antarakristal-kristal.
3) Celah dan rekah,
yaitu
rongga terdapat
di antara celah-celah.
4) Bintik-bintik
jarum (pint-point
porosity),
berarti
bahwa pori-pori
merupakan bintik-bintik
terpisah-pisah,
tanpa kelihatan
bersambungan.
5) Ketat (tight),
yang berarti
butir-butir
berdekatan
dan kompak
sehingga pori-pori
kecil
sekali
dan hampir tidak ada porositas.
6) Padat (dense),
berarti
batuan sangat kecil
sehingga hampir tidak
ada porositas.
7) Gerowong (vugular),
yang berarti
rongga-rongga
besar berdiameter
beberapa mili
dan kelihatan
sekali
bentuk-bentuknya
tidak beraturan,
sehingga porositas
besar.
8) Bergua-gua (cavernous),
yang berarti
rongga-rongga
besar sekali
Batuan reservoir
81
rnalahan
4.3
benar-benar
rnerupakan
gua-gua,
sehingga
porositas
sangat
besar.
PERMEABILITAS
4.3.1
PENGERTIAN PERMEABILITAS
Kelulusan
atau
'
adalah
suatu
dinyatakan
dalam rumus sebagai
berikut:
/<~ Y~2
dimana q dinyatakan
bilitas)
dalam sentimeter
, viskositas
m dinyatakan
per sekon,
k dalam darcy
(permea-
dalam sentipoise,
dan ~ adalah
dx
yang dinyatakan
dalam atmosfer per sentimeter.
jelaslah
bahwa permeabilitas
adalah k yang dinyatakan
gradien hidrolik
bengan demikian
dalam Darcy.
Definisi
API untuk 1 Darcy: Suatu medium berpori
mempunyai kelulusan
(permeabilitas)
sebesar 1 darcy,
jika cairan berfasa
satu dengan kekentalan 1 sentipoise
mengalir
dengan kecepatan 1 cm/sekon melalui
penampang seluas 1 cm2 pada gradien hidrolik
satu atmosfer
(76,0 romHg) per
sentimeter
dan jika cairan
tersebut
seluruhnya
mengisi medium tersebut.
Dari definisi
di atas tidak dijelaskan
hubungan antara permeabilitas
dan porositas.
Memang sebetulnya
tidak ada hubungan antara permeabilitas dengan porositas.
Batuan yang permeabel selalu
sarang (porous),
tetapi
sebaliknya,
batuan yang sarang belum tentu permeabel.
Hal ini
disebabkan karena batuan yang berporositas
lebih tinggi
belum tentu
pori-porinya
berhubungan satu dengan yang lain.
Juga sebaliknya
dapat
dilihat,
4.3.2
bahwa
'
dari
besar
butir,
dan
BESARAN PERMEABILITAS
Sebagaimana telah disebutkan
di atas, biasanya permeabilitas
dinyatakan
dalarn 'darcy',
yaitu
untukmenghormati
DARCY yang memproklarnasikan
pertarna kalinya
hukum aliran
dalarn medium yang berpori.
Jadi suatu
permeabilitas
dengan k = 2 darcy berarti
suatu aliran
sebesar 2cc per
sekon yang didapatkan
melalui
suatu penarnpang seluas 1 sentimeter
persegi
panjang 1 sentimeter,
di bawah suatu tekanan perbedaan
satu atmosfer
untuk suatu cairan yang mempunyai kekentalan
(viskositas)
1 sentipoise.
Pada hakekatnya permeabilitas
suatu batuan biasanya
kurang dari satu darcy dan oleh karenanya dalam praktek
permeabilitas
dinyatakan
dalarn milidarcy
(1 md = 0,001 darcy).
Sebagai contoh untuk batuan yang sarang tetapi
tidak permeabel,
dapat
ditunjukkan
misalnya:
suatu serpih mempunyai permeabilitas
yang sangat
rendah,
sedangkan porositasnya
bisa sarna dengan batupasir.
McKelvey
(1962) memberikan nilai
permeabilitas
9 x 10-6 md untuk serpih yang
telah kompak, tetapi
porositasnya
yaitu
24%. Untuk batupasir
dengan
porositas
sarna, misalnya 22,7% (batupasir
Bradford~
dari daerah Pennsylvania)
ternyata
mempunyai permeabilitas
36,6 md (Fettke,
1934).
Dalam
prakteknya
permeabilitas
berkisar
antara 5 sampai 1000 milidarcy.
82
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
Cara penentuan permeabilitas
adalah:
1) Dengan permeameter,
suatu alat pengukur yang mempergunakan gas.
2) Dengan penaksiran
kehilangan
sirkulasi
dalam pemboran.
3) Dari kecepatan pemboran.
4) Berdasarkan
test produksi
terhadap penurunan tekanan dasar lubang
(bottom-hole
pressure-decline).
\
4.3.3
~
SKALA
~~-
PERMEABILITAS
dOlI <.t..fat
~ SEMI- f&.rI'1'\oLA~U
KUANTITATIF ~~I\~
~ ,
",--du
Secara perkiraan
di lapanqan dapat juga dilakukan
pemerian
tatif
sebagai berikut:
-7"~Co-..~ h~~v(J w..,""<,,lLI..O\.~.
1
2
3
4
semikuanti-
Ketat
(tight),
kurang dari 5 md.(-""~\\~d~_1
Cukup (fair)
an tara 5 sampai 10 rod.
Baik (good) antara 10 sampai 100 rod.
Baik sekali
(very good) antara 100 sampai 1000 rod.
4.3.4
PERMEABILITAS
RELATIF
DAN EFEKTIF
permeabilitas
tergantung
sekali
pad a ada tidaknya
cairan
ataupun
gas
di dalarn rongga
yang sarna. Sebagai
contoh,
rnisalnya
saja adanya air
dan rninyak.
Gambar 4.1 rnernperlihatkan
permeabilitas
relatif.
-Penjenuhan
air
diperlihatkan
.= 1.0
pada absis
dan dinyatakan
dalarn
0.8
:t:;;' 0.6
~~ ~ 0.4
~=~ 0.2
~.;'~ 0
:g~g.
0 102030405060708090100
P .
h
. -pe,sen
§=~
Q)-..enJenu
8n81r
~~~
Gambar4.1 Grafik memperlihatkan
permeabilitas
relatif denganperbedaan
penjenuhan
air
dan minyak (Levorsen,1958)
Q)E"O
kira-kira
50% rnaka permeabilitas
persen
air,
koordinat
menunjukkan fraksi
perrneabilitas
daripada fluida
yang bersangkutan
'terhadap
keadaan jika
seluruh
batuan
tersebut
dijenuhi
oleh
cairan
tersebut
saja.
Maka pada
P en J'enuhan air kira-kira
20%,
perrneabilitas
relatif
rninyak
terhadap
perrneabili
tas
j ika
seluruhnya
diisi
oleh rninyak
d ' k ' t d ].' b awa h 0 , 7 X ,
a d a 1 a h se].].
sedangkan
jika
penjenuhan
air
itu
keseluruhannya
adalah
0,3 x daripada
jika
seluruh
batuannya
diisi
oleh air
saja
at au oleh rninyak saja.
pada
penjenuhan
90% rnaka rninyak
sudah tidak
rnernpunyai perrneabilitas
lagi
sehingga
hanya air
sendiri
saja yang bergerak.
Dari
grafik
ini
jelaslah
bahwa rninyak baru dapat bergerak
jika
rnernpunyai penjenuhan
lebih
daripada 10% dan air
sarna sekali
ttdak
bisa bergerak
jika
penjenuhannya
di
~.
bawah 20%. Hal ini
juga jelas
.
-.~
"--"~-.
-sarna
untuk
kehadiran
gas dan
t.O
,.
rninyak
(Garnbar 4.2).
Hal yang
sarna dapat dilihat,
jika
penje~~ ~ O.b Gas
m",>
nuhan rninyak kurang
dari
40%,
~"Q,c 0.4
..m
"m~
m m 0. 2
j
rnaka rninyak
sarna sekali
tidak
=:Eu
I
bisa bergerak
dan hanya gas saja
.cmQ.
0
~E~
0 102030405060708090100
yang dapat bergerak.
Secara berE~:'
Q;~ Q;
Penjenuhan
minyak
-perlen
angsur-angsur
permeabilitas
;,:~
rneningkat
walaupun
secara
relatif
Gambar 4.2
Grafik memperlihatkan permeabilitas
sangat
larnbat yaitu
sarnpai 100%
relatif dengan perbedaan penjenu han gas
dan minyak (Levarsen, 1958)
-.dijenuhi
oleh rninyak.
-..-C1
O.bl
~-..
Batuan reservoir
83
.:!
4.4
4.4.1
HAKEKAT
KLASIFIKASI
RONGGA
RONGGA
PORI
PORI
Dilihat
dari
segi asal terjadinya,
rongga-rongga
pori
dapat dibagi
menjadi
2 jenis
yaitu:
1 PORI PRIMER (rongga
primer),
atau disebut
juga antar-butir
(intergranuler)
.
2 PORI SEKUNDER atau pori
yang dibentuk
kemudian.
Pori
sekunder
disebut juga pori
terinduksikan,
yang berarti
porositasnya
dibentuk
oleh
beberapa
gejala
dari
luar,
seperti
gejala
tektonik
dan pelarutan.
Pada
urnurnnya porositas
sekunder
mengubah bentuk
hubungan
antara
pori-pori
dan dengan demikian
juga mempengaruhi
perrneabilitas.
Porositas
primer
dibentuk
pada waktu batuan
diendapkan,
jadi
sangat
tergantung
pada faktor
sedimentasi.
Batuan yang telah
mempunyai porosi~
tas primer
dapat juga kemudian
dimodifikasikan
oleh porositas
sekunder,
misalnya
saja perubahan
bentuk,
dan sebagainya.
Pada urnurnnya porositas
antar
butiran
atau primer
merupakan
sifat
porositas
batuan
pasir
atau
klastik,
sedangkan
jenis
yang kedua terutarna
merupakan
sifat
batuan
karbonat.
Dalam batuan
karbonat
pori-pori
primer
itu
tidak
saja bersifat intergranuler
tetapi
dapat juga terjadi
karena
berbagai
rnacarn jenis
proses
intergranuler
lainnya.
Suatu klasifikasi
pori-pori
primer
menurut
Choquette
dan Pray (1970)
mernberikan
pernbagian
jenis
porositas
yang Ie-)
bih menyeluruh
yang terbagi
dalarn 15 jenis
utama,
serta
mernberikan
pula
pernbagian
faktor
genesis
serta ukuran-ukurannya.
Jenis
porositas
tersebut khususnya
berlaku
untuk
batuan
karbonat,
dan hanya sebagian
kecil
saja berlaku
untuk
batuan pasir.
Jenis
dasarnya
adalah:
(1) memilih
kemas dan (2) tidak
memilih
kemas
serta
(3) memilih
kemas atau tidak.
Jenis
yang tidak
memilih
kernas (2)
dan yang memilih
kernas atau tidak
(3) termasuk
porositas
yang sekunder.
Jenis porositas
yang memilih k~mas (fabric~-selective)
adalah:
a Antar-partikel.
Pori-pori
terdapat
di antara partikel
atau intergranulari
berlaku
terutama untuk batupasir
dan juga untuk batuan karbonat.
b Intra-partikel.
Pori-pori
terdapat
di dalam butirannya
sendiri.
Sebagai contoh ialah suatu fosil
yang di dalamnya terdapat
lubanglubang,dan
sebagainya.
c Antar-kristal.
Pori-pori
terdapat
an tara kristal-kristal.
d Cetakan (moldic).
Suatu rongga terjadi
karena terdapatnya
suatu
fosil
dalam lumpur karbonat.
Hilangnya
fosil
oleh pelarutan,
meninggalkan rongga yang tercetak
oleh fosil
itu.
e Fenestral.
Beberapa butir
pembentuk batuan hilang
sarna sekali
sehingga membentuk rongga-rongga
yang sangat besar.
f
Perlindungan
(shelter).
Rongga-rongga telah dilindungi
misalnya oleh
fosil,
dan sebagainya,
sehingga tidak diisi
oleh batuan sedimen.
g Kerangka pertumbuhan
(growth framework).
pertumbuhan kerangka,
misalkan kerangka binatang
koral yang mengakibatkan
rongga yang diisi
oleh binatang
tersebut
menjadi rongga terbuka.
2 porositas
yang
tidak memilih kemas ada 4 macam, yaitu:
-a Rekahan (fracture).
Rongga-rongga yang terjadi
karena
menyebabkan terjadinya
celah-celah
dalam batuan.
84
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
tekanan
luar
diameter
besar-pori
b Saluran
(channel).
Pe1arutan
saluran
antar
rongga-rongga.
c Gerowong (vug).
Lubang-1ubang
dan
sebagainya
besar
rnenyebabkan
terjadi
d Gua-g~a (cavern).
Pe1arutan
1ubang-1ubang
sehingga
rnernbesar rnpnjadi
rongga yang dapat
biasanya
terjadinya
karena
yang seringka1i
dirnasllki
orang.
pe1arutan.
terjadi
3 porositas
yang memilih
kemas atau tidak
ada 4 rnacarn:
-a Retakan
(breksi).
Karena pernatahan
atau retakan,
rnaka batuan
hancur
rnenjadi
bongkah-bongkah
kecil
dan terjadi1ah
rongga-rongga
di antaranya.
b pemboran batuan.
Rongga-rongga
terjadi
karena
suatu kerangka
ataupun
batuan
yang te1ah keras rnengalarni
pernboran o1eh hewan, terutarna
rno1uska.
c Bioturbasi
(burrow).
Batuan
yang baru Baja diendapkan
rnenga1arni berbagai pengga1ian
o1eh binatang
sehingga
tirnbu1 rongga-rongga.
.~ ~i~-p~~.
d penciutan.
Sedirnen yang telah
diendapkan
rnenjadi
kering
dan rnenciut,
sehingga
terjadi
berbagai
retakan
yang dapat rnenirnbu1kan
pori-pori.
~.~)
Choquette
dan Pray (1970)
juga rnernberikan
pernbagian
ukuran pori-pori,
rnisa1nya
batas
antara
4 sarnpai 256 rni1irneter
disebut
suatu megapori,
yang dibagi
antara
mega pori
kecil
dengan ukuran
an tara
4 sarnpai 32
rni1irneter
dan mega pori
besar
antara
32 sarnpai dengan 126 rni1irneter.
Mesopori
berukuran
an tara
1/16 sarnpai 4 rni1irneter:
rnesopori
keci1
1/16
sarnpai ~ rni1irneter,
dan rnesopori
besar
~ sarnpai 4 rni1irneter.
Mikropori
berukuran
di bawah 1/16 rni1irneter
(1ihat
Tabe1 4-1).
Taber 4 -1
Klasifikasi
besar pori (menurut
Chocquette
pori
Golongan
Megapori
(mg)
Mesopori
besar
32
kecil
besar
kecil
1
Mikropori
')
dan Pray. 1970)-
(dalam m )1
-256
4
-32
-4
1/16
-~
2
1/16
rom
Diameter besar pori ditujukan kepada diameter pori rata-rata suatu pori tunggal atau
kisaran deism ukuran suatu kumpulan pori. Untuk pori tabung dipergunakan penampang.
Untuk pori berbentuk lempeng. dipergunakan lebar bentuknya.
4.4.2
RONGGA PORI PRIMER
Rongga-rongga primer dalarn hal pori-pori
antar butir
terjadi
pada waktu
batuan tersebut
terbentuk.
Jadi pada waktu butiran
diendapkan terjadilah rongga-rongga
di antara butiran.
Berbagai faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya
pori-pori
adalah:
~l_~~AR BUTIR. Besar butir
mempengaruhi ukuran pori-pori,
tetapi
sarna
sekali
tidak mempengaruhi porositas
total
daripada batuan,
setidaktidaknya
tidak untuk pasir kasar ataupun halus.
Misalnya,
satu meter
kubik kelereng
mempunyai porositas
yang sarna dengan satu meter kubik
mimis, dengan syarat bahwa cara penumpukannya sarna. Lain halnya dengan
permeabilitas,
yaitu apabila butir-butir
lebih besar sehingga terjadi
pori-pori
yang lebih besar, maka juga permeabilitasnya
jauh lebih
besar.
Menurut Mutting
(1934), batuan pasir
yang menghasilkan
minyakbumi biasanya tidak banyak yang lebih halus daripada 0,09 romdan jarang
sekali
yang lebih kasar dari 0,21 rom. Pasir yang ukurannya sarna kalau
diendapkan
akan memberikan porositas
39% dan jika diagitasikan
dapat
Batuan reservoir
85
~'"
rnenjadi
38, rnalah lebih
kecil
lagi
tetapi
biasanya
lebih
Dalam hal pasir
yang dernikian
garis
tengah pori
maximal
lab 0,2 x diameter
butir.
Dengan dernikian
perrneabilitas
besar
dari
30%.
rata-rata
adarnerupakan
fungsi
daripada
besar butir:
lebih
besar pori-porinya,
lebih
besar
juga perrneabilitasnya.
Hubungan antara
ukuran pori
dengan perrneabilitas
adalah,
bahwa di bawah tekanan
yang sarna, dengan pori-pori
5 kali
lebih
besar
akan didapatkan
rninyak
25 kali
lebih
banyak.
Dengan dernikian
kita
rnelihat
hubungan
lebih
langsung
antara
ukuran
pori
dengan perrneabilitas.
2) PEMILAHAN. Pernilahan
(sorting)
adalah
cara penyebaran
berbagai
rnacarn
besar butir.
Misalnya,
jika
sedirnen itu
diendapkan
dalam arus yang kuat
rnaka pernilahannya
akan lebih
baik
dan dengan dernikian
rnernberikan
besar
butir
yang harnpir
sarna. Jika
pernilahan
sangat buruk,
batuan
akan terdiri
daripada
butir-butir
dari
berbagai
ukuran.
Dengan dernikian
rongga
yang
terdapat
di antara
butiran
besar
akan diisi
butiran
yang lebih
kecil
lagi
sehingga
porositasnya
berkurang.
Telah
dijelaskan
bahwa hanya 0,3
bagian
pasir
yang rnernpunyai besar
...'"cf
butir
rata-rata
0,2 nun dapat rnasuk
.r
f""'" ,j,..
,
,ci", ','.,r':,
ke dalarn pori-pori
pasir
yang aslinya,
'::'1' "" ,;,~!£-"
Dengan dernikian,
serpih
dan juga la, ., .-.,.1'1
"
nau akan rnernpunyai porositas
sangat
\
.~
..tinggi
karena
besar
butirnya
yang
D Kwarsa
sarna. Tetapi
jika
bagian
yang halus
D Ridjang (chert)
cukup banyak rnengisi
pori-pori
batupasir
rnaka batuan
tersebut
tidak
~
Lempung (clay)
terlalu
baik.
Sebagai
contoh
ialah
.Felspar
batuan
'greywacke'
yang terrnasuk
su~ Mika
atu turbidit.
Greywacke
,~~.
m Fragmen batuan suatu
turbidit
terdiri
dari
butiran
pasir
dalam
rnasadasar
lernpung.
~ Ruang pori
Selain
pernilahan
besar
butir,
Gambar 4.3 Pengaruhpemilahan dan matrix terhadap
terdapatnya
rnatriks
juga berpengaruh
porositas dan permeabilitas dalam
greywacke (Levorsen. 1958)
pada porositas
dan perrneabilitas
batuan.
pengaruh
pernilahan
dapat
dilihat
pada Garnbar 4.3,
dirnana porositas
juga dipengaruhi
tetapi
terutarna
perrneabilitasnya.
3} BENTUK DAN KEBUNDARAN BUTIR. Bentuk
suatu butiran
klastik
didefinisrkinsebagai
suatu hubungan
terhadap
suatu bola
yang dipakai
sebagai
standar,
sedangkan
kebundaran
didasarkan
atas ketajarnan
at au penyudutan
daripada
pinggiran
butir.
Jika
bentuk
butir
rnenyeleweng
dari
bentuk
bola,
rnaka hal ini
akan rnernpengaruhi
perrneabilitas
batuan.
Bentuk
butiran
rnenghasilkan
suatu penyusunan
butir
yang lebih
ketat
atau lebih
lepas
dan dengan dernikian
rnenentukan
bentuk
dan besaran
rongga.
Pada
urnurnnya, jika
bentuk
butiran
rnendekati
bentuk
bola rnaka perrneabilitas
dan porositasnya
akan lebih
rneningkat.
Segala bentuk
yang rnenyudut
biasanya
rnernperkecil
rongga,
karena
rnasing-rnasing
sudutnya
akan rnengisi
rongga
yang ada, dan karenanya
akan rnernberikan
kernas yang lebih
ketat.
Hal ini
terutama
akan rnernperbesar
perrnukaan
butir
dan rnernperkecil
porositas,
terutama
juga perrneabilitasnya.
4) PENYUSUNAN BUTIR.
Penyusunan
butir
adalah
pengaturan
kepadatan
p;~~an
bola
butir
satu terhadap
yang lainnya.
Suatu batuan
terdiri
dari
butiran
yang rnerupakan
unsur bundar
yang berukuran
86
Koesoemadinata.
Geologi Minyak- daD Gasbumi
dariklastik
seragam
dan memberikan
dapat diatur.
berbagai
macam kemungkinan
bagaimana
semua bola
tersebut
Dalam bentuk
dan ukuran
yang lebih
beranekaragam
lagi
akan
-memberikan
cara pengaturan
yang lebih kontras
lagi.
penyusunan
butiran dan kemas saling
berhubungan
dengan eratnya,
tetapi
tidaklah
-'
merupakan
hal yang sarna. penyusunan
butir
sangat
mempengaruhi
porositas.
Gambar4.4 Pengaruh
susunanbutir terhadap
Butiran
yaIlg berbentuk
bola
dan
porositas(menurutGraton,19531
seragam
akan memberikan
angka porositas
47,6% untuk penyusunan
kubus
yang paling
terbuka,
dan 25,9%
untuk
penyusunan
rhombohedral
(Gambar 4.4).
Permeabilitas
tergantung
pada besar
butir,
bentuk
dan
juga pada penyusunan
butiran
tersebut.
Untuk besar butir
yang seragarn
maka porositas
hanya tergantung
pada cara penyusunan
butiran
(packing)
dan secara
teoritis
tak tergantung
dari
besar butir.
penyusunan
butir
ditentukan
oleh kompaksi
setelah
sedimentasi.
5) KOMPAKSI DAN SEMENTASI.
Kompaksi
dan sementasi
juga mempengaruhibesar~ecilrry{arongga-rongga
yang ada, dan pada umumnya memperkecil
atau menyusutkan
pori-pori
yang telah
ada.
Kompaksi
akan menyebabkan
penyusunan
yang lebih
ketat
sehingga
sebagian
rongga-rongga
akan hilang.
Sementasi
terjadi
jika
rongga-rongga
terisi
oleh larutan
yang diendapkan semen, misalnya
'sparry
calcite'.
Suatu batupasir
yang tidak
tersementasikan,
misalnya,
akan mempunyai porositas
lebih
besar
tetapi
biasanya
bersifat
lepas-lepas.
Penyebaran
butir
dalarn reservoir
sangat
tergantung
pada tekstur
batuan
dan tekstur
erat
sekali
hubungannya
dengan mekanika
pengendapannya.
Misalnya,
batupasir
yang diendapkan
oleh arus traksi
pada umumnya
lebih
baik
karena
pemilahannya
lebih
baik,
kebundarannya
lebih
sempurna
dan besar
butirnya
lebih
seragam.
Di lain
fihak
kalau
terjadi
suatu
sementasi
atau penyusunan,
maka terjadilah
penyusutan
daripada
ronggarongga pori.
Batupasir
yang diendapkan
arus turbidit
sarna sekali
tidak
memperlihatkan
pemilahan,
sehingga
berbagai
macarn besar butir
didapatkan bersama-sama.
Selain
itu
didapatkan
pula masadasar
lempung di
antara
butiran
sehingga
membuat lapisan
batupasir
turbidit
suatu
reservoir
yang kurang baik.
Dalarn hal batugamping,
banyak
sekali
butirannya
yang khusus
terdiri
daripada
klastik
atau yang disebut
kalkarenit.
Bagi batugamping
berlaku
pula pengaruh
berbagai
faktor
geologi
yang
sarna seperti
pada batupasir:
yaitu
pemilahan,
penyusunan
butir,
besar
butir
dan sebagainya.
Misalnya
saja,
sebagai
suatu
contoh
extrem adalah
garnping oolit,
yang terdiri
daripada
susunan bola yang harnpir
sempurna,
sehingga
porositasnya
besar sekali.
Di lain
fihak
batugarnping
yang terdiri
dari
berbagai
fragmen
fosil
(misalnya
bioklastik)
dengan butiran
yang menyudut,
memberikan
penyusunan butir
yang ketat
sehingga
porositasnya
kurang
baik
karena
ronggarongga
akan sangat kecil.
Dalarn hal batuan
karbonat,
sementasi
merupakan
faktor
yang sangat penting,
terutama
karena
semen berasal
dari
butirannya sendiri
sehingga
terdapat
sementasi
dalam klastik
batuan karbonat.
Hal yang demikian
sering
sekali
terjadi.
PEMBESARAN DAN PENYUSUTAN PORI-PORI:
Rongga-rongga
yang telah
terbentuk
dapat
penyusutan
karena
beberapa
proses
tertentu.
Batuan reservoir
mengalarni
pembesaran
ataupun
Penyusutan
biasanya
terjadi
87
d,
d~~Qr'Q~"'}.
W'.b
~~
oU ~V'
\I~",\k
"
~
't.t.4""tJ~~~~ru
karena kompaksi dan penyemenan sebagaimana telah dibahas di atas,
sedangkan pembesaran biasanya dibentuk
karena pelarutan.
Proses ini
terutama terjadi
di dalam batuan karbonat dan lebih jarang di dalam
batuan pasir.
4.4.3
RONGGA PORI SEKUNDER
Pori-pori
yang terjadi
setelah
batuan dibentuk
biasanya tidak mempunyai
hubungan dengan proses sedimentasi.
Porositas
sekunder terjadi
karena
diinduksikan.
Proses pembentukan pori-pori
sekunder adalah sebagai
berikut:
1) PORI-PORI PELARUTAN. Proses ini terutama terjadi
dalam batuan karbonate Selain merupakan proses utama dalam menambah porositas
merupakan
pula proses pembesaran rongga-rongga
pori yang telah ada. Rongga-rongga
terjadi
atau dibesarkan
karena daya larut
yang berbeda-beda
daripada
mineral pembentuknya,
misalnya perbedaan day a larut
antara mineral
kalsit,
aragonit,
dolomit,
dan magnesite Pori-pori
pelarutan
biasanya
terjadi
di dekat jalur
pelapukan atau pada bidang ketidakselarasan.
Macam porositas
yang didapatkan
adalah jenis
gerowong (vug).
2) PORI-PORI
RETAKAN ATAU REKAH-REKAH. Rongga-rongga
jenis
ini
terutama
didapatkan
dalam batuan
yang pegas,
misalnya
batuan
karbonat,
batuan
serpih
dan juga rijang.
Beberapa
penyebab
terbentuknya
rekahan
ialah:
a DILATANSI PADA GEJALA STRUKTUR. Dislokasi
sering
menyangkut
perubahan volum batuan
yang sering
diimbangi
oleh terjadinya
kekosongan.
Hal
ini
dapat terjadi
karena
patahan
dan pelipatan.
Patahan. Lapisan batuan yang mengalami pematahan dapat retak-retak
dan rekah-rekah
sepanjang bidang pematahan ataupun dapat menutup, terutama dalam keadaan penyobekan (shearing).
Tertutupnya
atau terbukanya
sobekan yang terjadi
tergantung
dari kompetensi batuan,
dimana terutama
sudut gesekan dalam (angle of internal
friction)
memegang peranan.
Gambar 4.5 memperlihatkan
patahan melalui
3 lapisan
batuan dengan perbedaan sudut sehingga menyebabkan refraksi
yang mengakibatkan
kekosongan dalam lapisan
tengah yang dikompensir
oleh rekahan yang membuka
sehingga
memberikan
porositas
pasa\1.
(Billings,
1960).
Contoh porositas
rekahan yang
berasosiasi
dengan patahan ialah
lapangan minyak Tanjung di Kalimantan dan mungkin juga lapangan
minyak Jatibarang
di Jawa Barat.
Pelipa~an.
Pada pelipatan
konsentris,
terjadilah
tegangan atau
gaya tarikan
pada puncak-puncak
I
\
\
b3S3\~
Gambar4.5
dimana
b
antiklin
Refraksidari patahanyangmengakibatkandil~ntasidanretakanpada
batuansepanjang
patahan
gamping
PENGEMBANGAN
dari
formasi
BATUAN
PADA
Asmari
dan
lembah-lembah
sinklin
sehingga
menimbulkan
retak-retak.
Contoh daripada
gejala
ini
adalah
1
. k K. k k d
apangan
retak-retak
PENGHILANGAN
m~nya
pada
BEBAN
~r
u
puncak
,~
YANG BERADA
.
I ra,
antiklin.
DI
k
ATASNYA.
Dalam keadaan terpendam,
lapisan
batuan terdapat
dalam kompresi.
Pengangkatan serta erosi menghilangkan
beban ini dapat mengakibatkan
dilatansi
atau perekahan.
Jenis rekahan semacam itu dapat diharapkan
pad a bidang ketidakselarasan.
88
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
c REDUKSI VOLUMKARENAKOMPAKSI. Pengendapan lernpung biasanya disertai kadar air yang tinggi.
Kornpaksi rnengakibatkan
keluarnya
air
tersebut
dan reduksi
volurn terjadi
karena kornpaksi yang dikornpensasi
oleh adanya rekahan-rekahan.
Menurut Waldschmidt,
Fitzgerald
dan Lunsford
(1956),
rekahan
dibagi rnenjadi 4 golongan besar:
Terbuka,
dengan pernisehan dinding
rekahan yang jelas.
Sebagiant~risi,
dengan dinding
rekahan dilapisi
oleh kristal.
Terisi,
dengan rekahan seluruhnya
diisi
oleh kristal.
Tertutup,
tidak kelihatan
adanya pernisahan dinding rekahan.
dapat
Retakan dan rekahan ini dapat tertambahkan
nuler dan rnernperbaiki porositas.
Pada suatu batuan reservoir
bisa didapatkan
karena retakan ini:
intergra-
Porositas
rekahan biasanya
log sonik dan log densitas.
yang vertikal.
"Lain-lain'
~
--\I\-d~~
~
~-'t\r\'~~
~~~
40%
~
-'0'-
-f"ue.rv
59%
BATUPASIR
,
-~
<::)
-D1agram
KLASTIK
sebagai
BATUPASIR
,
dan
yang
60 persen
minyak
terdiri
BATUPASIR
penting
reservoir
GAMPING
pa daGar.amb
kan bahwa
adalah:
atau
4 6
untuk
KARBONAT.
memper l 1h at'
daripada
reser-
daripada
batu-
pasir,
30 persen terdiri
daripada batugamping dan sisanya batuan lainnya.
Namun dewasa ini batugamping memegang
peranan besar sekali
dan pada suatu
ketika
akan merupakan batuan yang jauh
lebih penting
daripada batupasir.
JENIS-JENIS
4. 5.1 .1
Batupasir
~
klastik
Timur
Tengah
(1956)
Gambar4,6 Diagramyangmemperlihatkan
perbandingan
berbagaimacamjenis
batuanreservoirsebagai
cadangan
minyakbumi(berdasarkan
data Knebel
dan Rodriguez,1956)
paling
penting
batuan reservoir
batupasir
ini
tara butir-butir
rongga terjadi
bahwa setelah
Batuan reservoir
DETRITUS-
bertindak
voir
77%
BATUPASIR
tanpa
oleh
RESERVOIR
Dua macam batuan
4.5.1
Dunia
perrneabilitas
BATUAN
r'~
21%
Seluruh
pori-pori
dari perbedaan perhitungan
dapat mendeteksi
rekahan
V\r~,
Seluruh Dunle 1956
~,,'~
atas
2 jenis
dapat ditentukan
Log sonik tidak
~e..{"p-iy """J \ftmvt\""'- 4.5
Yo
di
KLASTIK DETRITUS
Batupasir
termasuk
detritus
yang dimaksud
dal h b t
a
a
a uan
yang berkisar
golongan
batuan
dan sebetulnya
batupasir
di sini
d t '
e r1 t us pa d a umumnya
dari
lanau
sampai
,
konglomerat.
Namun secara
prakt1s
hanyalah
batupasir
yang dibahas.
Batupasir
merupakan
reservoir
yang
dan yang paling
banyak di dunia ini,
60% daripada
semua
adalah batupasir.
porositas
yang didapatkan
di dalam
hanya bersifat
intergranuler.
Pori-pori
terdapat
di andan khususnya terjadi
secara primer,
jadi ronggapada waktu pengendapan.
Namun tidak
dapat dipungkiri,
pengendapan tersebut
dapat terjadi
berbagai
modifikasi
89
II
daripada rongga-rongga,
misalnya sementasi ataupun pelarutan
daripada
semen dan juga proses sekunder lainnya
seperti
peretakan.
Batupasir
terutama terdiri
dari mineral
kuarsa dan dapat dibagi
atas 3 jenis,
yaitu:
1) BATUPASIR KUARSA. Batuan ini sangat penting
dan kebanyakan reservoir
batupasir
adalah pasir kuarsa.
Batupasir
kuarsa biasanya merupakan batuan reservoir
sangat baik karena pemilahannya
sangat baik,
butirannya
berbentuk bundar dan padanya tidak
terdapat
matriks
kecuali
semen saja.
Contoh di Indonesia
adalah misalnya,
Formasi Talang Akar di Sumatra
Selatan dan di Laut Jawa bagian barat,
Formasi Air Benakat di Sumatra
Selatan,
juga Formasi Tanjung di Kalimantan
dan Formasi Keutapang di
Aceh.
2) BATUPASIR GREYWACKE.Batupasir
greywacke biasanya terdiri
dari
fragmen berbagai macam batuan seperti
rijang,
batuan beku seperti
basalt,
felspar
dan juga mineral
mafik serta mineral lainnya.
Yang sangat penting adalah bahwa greywacke itu mempunyai matriks
dan hal ini mengurangi
porositasnya.
Juga pemilahannya
tidak baik,
sehingga sebagai batuan
reservoir
greywacke tidak terlalu
baik.
Greywacke banyak berasosiasi
dengan turbidit
ataupun diendapkan oleh
arus turbid.
Di Indonesia
'greywacke'
masih belum ditemukan sebagai
batuan reservoir,
akan tetapi
di Amerika Serikat
di Cekungan Ventura
dan Cekungan Los Angeles greywacke atau batupasir
turbidit
diketahui
sebagai lapisan
reservoir
yang cukup penting.
3) BATUPASIR ARKOSE. Batupasir
ini terutama terdiri
dari kuarsa dan
felspar.
Biasanya cukup bersih
tetapi
kebundaran ~~
butirannya
tidak
terlalu
baik karena bersudut-sudut
dan juga pemilahan tidak
terlalu baik.
Arkose biasanya didapatkan
sebagai basil
pelapukan batuan
granit.
Sebagai contoh adalah 'granite
wash' di Pendopo, Sumatra Selatan yang bisa bertindak
sebagai batuan reservoir.
~
4.5.1.2
Konglemerat
dan detritus
kasar
Konglomerat dan detritus
kasar dapat juga bertindak
sebagai batuan
reservoir.
Misalnya saja, pad a Formasi Talang Akar di Sumatra Selatan
terdapat
apa yang dinamakan 'Grits and member' yang merupakan juga suatu
reservoir
di dalam formasi tersebut.
Juga jelas,
bahwa makin kasar
batuan itu,
pori-porinya
makin besar dan karenanya permeabilitasnya
menjadi lebih baik.
Juga di Formasi Tanjung,
konglomerat
bertindak
sebagai batuan reservoir.
4.5.1.3
Batulanau
Batulanau kadang-kadang
juga dapat:
sebagai batuan reservoir,
tetapi
karena besar butirnya
yang h,alus maka permeabilitas
batulanauseandainya
ini kurang begitu baik.
Namun jika
kemudian mengalami retakretak atau pelarutan
maka permeabil itasnya
sangat banyak ditolong
dansebagai
batulanau
ini dapat juga bertindak
batuan reservoir.
4.5.2
FASIES, BENTUK DAN UKURAN TUBUH BATUPASIR
FASIES,
GEOMETRI DAN PENYEBARAN BATUAN RESERVOIR DETRITUS
Fasies,
geometri
Sering-sering
90
t-I
bertindak
dan penyebaran batuan reservoir
geometri
serta penyebaran ini
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
saling
erat berhubung-an.
ditentukan
oleh fasies
atau lingkungan pengendapan.
Oleh karenanya seringkali
dilakukan
penelitian
terhadap lingkungan
pengendapan lapisan pasir.
Pada umumnya kita
mendapatkan 3 macam fasies:
Batupasir
yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil),
misalnya,
Formasi Talang Akar bagian bawah, 'the Gritsand Member' dan Formasi
Tanjung.
Batupasir
yang diendapkan
dalam lingkungan
campuran atau dekat pantai.
Batupasir
yang dienda~kan ke dalam lingkungan
ini adalah yang paling
banyak dan akan dibahas lebih lanjut,
antara lain pengendapan dari
suatu delta,
pengendapan pantai dan sebagainya.
Batupasir
marin yaitu
saja batupasir
paparan
batupasir
yang diendapkan
(shelf-sand),
lensa pasir
dalam laut,
misalnya
neritik
dan turbidit.
Bentuk ukuran dan orientasi
daripada
lapisan
reservoir
tergantung
sekali pada asal mulajadi
batuan tersebut.
Maka tal ini juga memperlihatkan
bagaimana pentingnya
mekanisme pengendapan/sedimentasi
terhadap
lapisanlapisan reservoir.
UKURANDAN BENTUK: Ukuran suatu lapisan
reservoir
dapat dinyatakan
dalam tebal dan luas.
Tebal suatu lapisan reservoir,
baik lapisan
itu
batupasir
maupun batugamping,
dapat berkisar
dari 1; sampai 500 m.
Di Amerika Serikat
ketebalan
rata-ratanya
adalah 13 m (39 kaki).
Di
Indonesia
ketebalan
lapisan
suatu reservoir,
terutama lapisan
pasir,
jika kurang dari 2 m sudah tidak
lagi dianggap ekonomis.
Luas lapisan
reservoir
ataupun penyebaran batuannya tentu saja beraneka ragam, dari mulai lensa kecil
seluas beberapa ratus meter saja,
sampai ke suatu lapisan
selimut
(blanket
sand). Tentu luas lapisan
reservoir
ini merupakan salah satu parameter
dari~
bentuk lapisan
reservoir
tersebut.
Berbagai penulis
telah membuat penggolongan
ukuran
serta bentuk batuan reservoir.
Penggolongan Krynine
(1940) didasarkan
atas perbandingan
lebar atau luas terhadap tebal atau kira-kira
luas
berbanding volum. Dalam klasifikasi
ini Krynine sama-sekali
tidak
melihatnya
dalam hubungan bentuk 3-dimensi,
tetapi
hanya 2-dimensi.
Klasifikasinya
adalah sebagai berikut:
1) pasir lapisan
selimut
(blanket
sand, sheet sand),
jika perkiraan
luas (lebar)
lapisan
reservoir
terhadap volum (tebal)
lebih besar dari
1000 : 1.
2) Tabuler,
jika perkiraan
luas (lebar)
terhadap volum (tebal)
berbanding 1000 : 1 sampai 50 : 1.
3) prisma,
jika perkiraan
luas (lebar)
berbanding
volum (tebal)
di
antara 50 : 1 sampai 5 : 1.
4) Tali-sepatu
(shoe-string
sand),
jika lebar terhadap tebal adalah
5 : 1 atau lebih kecil lagi.
Da1arn praktek
sangatlah
su1it untuk mengk1asifikasi
jenis lapisan
pasir
menurut cara kesatu Krynine,yaitu
penggo1ongan pasir se1imut. Untuk ini
terjadi
berbagai pengertian.
Konsep Krynine untuk mengklasifikasi
berbagai macam bentuk serta ukuran 1apisan pasir
yang berdasarkan
perbandingan 1ebar terhadap teba1,
sebagai perkiraan
1uas terhadap vo1um,
diteruskan
oleh McGugan (1965) dengan konsepsinya
yang disebut
sebagai
faktor
persistensi
(persistent
factor)
dan dinyatakannya
sebagai berikut:
Fa kt or persl.s. t ensl..1uas
area satuan
=
keteba1an rata-rata
satuan
Jadi pad a hakekatnya
cara ini sarna dengan konsepsi Krynine,
~anya
Batuan reservoir
91
sekarang perhitungan
dilakukan
dengan luas dan bukan dengan lebar,
dan
dibandingkan
terhadap ketebalan
rata-rata,
dan bukan terhadap volum.
Menurut faktor
persistensi,
suatu lapisan pasir
dikatakan
suatu selimut
(sheet atau blanket)
jika memenuhi angka lebih dari 396 x 106 dan
biasanya hal ini terdapat
pada lapisan pasir
neritis-litoral
pada suatu
paparan (shelf)
atau kraton.
Jelas klasifik?si
Krynine maupun persistensi
McGugan tidaklah
membedakan antara bentuk sama-sisi
(equant) dengan bentuk yang memanjang
(elongate).
Justru bentuk ini penting untuk dibedakan,
karena dalam
explorasi
penyebaran serta arah penyebaran lapisan pasir
sangat diperhatikan
sebagai ternyata
dari pengertian
'trend'
atau arah jalur
pasir
tersebut
berorientasi.
Klasifikasi
yang berikutnya
adalah oleh Rich (1923) dan Potter
(1962).
Kedua penulis
ini membedakan:
1) Tubuh batupasir
yang sama-sisi.
Sebagai contoh misalnya,
lapisan
selimut
(blanket)
atau sheet (lembaran)
dan menurut penulis,
sekarang
juga termasuk lensa-lensa.
2) Tubuh batupasir
memanjang. Misalnya,
bentuk prisma,
bentuk talisepatu (shoe-string)
dan sebagainya.
Dalam hal ini bentuk memanjang
harus mempunyai dimensi panjang minimal 100 x lebar.
4.5.2.1
Tubuh batupasir sama-sisi
Perbedaan an tara lensa dengan suatu lapisan
pasir
selimut
(blanket
sand) tidak mudah dapat dikatakan,
tetapi
untuk hal ini dapat dipergunakan faktor
persistensi.
Jadi menurut McGugan, untuk dapat dikatakan
'blanket
sand' harus dipenuhi
faktor
396 x 106; atau menurut Krynine,
perbandingan
lebar terhadap tebal harus minimal 1000 : 1. Untuk hal
yang disebut terakhir,
maka tentu suatu lensa dapat dikatakan
terhadap
suatu lapisan pasir
yang lebarnya 1000 meter dengan ketebalan
1 m atau
yang lebarnya 1 kro dengan ketebalan
10 meter.
Tetapi
dalam prakteknya,
lensa lebih keci1 dan penyebarannya hanya beberapa kilometer
saja kadangkala kurang dari 1 kilometer,
sedangkan ketebalannya
beberapa meter.
Mungkin lebih cocok disebut
sebagai suatu prisma dari Krynine.
LENSA PASIR~ Lensa terjadi
dengan berbagai
macam cara: 1) Pembentukan di
darat,
yaitu
dalarn endapan fluvial
sebagai suatu gosong tanjung
(point
bar).
Pada meander sungai terjadi
endapan pasir
pada bagian dalarn belokkan-belokan
yang kemudian karena terjadi
proses penyelewengan aliran,
meander potong-memotong
dan terbentuklah
lensa pasir
yang terisolasi.
Karena cara meander ini sangat tergantung
juga pada lereng lembah tempat
meander ini terdapat,
maka lensa dapat saja berkoalesi
menjadi suatu lapisan batupasir
tali-sepatu
(shoe-string
sand).
Lensa biasanya bersifat
sedikit
banyak 'elongate'
tetapi
belum merupakan bentuk yang betul-betul
memanjang. Contoh daripada point bar sand, yaitu
di Amerika Serikat
dalam
cekungan J -D di daerah Nebraska, misalnya
saja dalam Formasi Redfork
dimana jelas pasir membentuk lensa (Gambar 4.7).
2) Lensa dapat juga terbentuk
dalarn pengendapan suatu delta,
terutama
dalam suatu delta yang dangkal.
Di dalam delta
terdapat
saluran penyebar
(distributary
channels) yang pada dasarnya terendapkan
lapisan pasir.
Maka sarna juga halnya seperti
pada suatu meander, karena memanjangnya
aliran
sungai maka pada suatu ketika
saluran menjadi terlalu
panjang dan
terjadilah
suatu pembobolan tanggul
(crevasse)
sebagai suatu penyelewengan
92
Koesoemadinata,
Geologi Minyak- dan Gasbumi
~
:tt,:
;'~~
7
I~
,8--1
-1~--~1
WEST
C ..
S
.
.Itle~
ervlce
K.A. EllIson
011 Co.
No.1 Clark
No.1 Keegan
'9
2.
NE NW
Sec.
5-21 N-14W
NW NE
Sec.
5-21 N-14W
Huber corpo- Huber CorpGulf oil
rationNo
1
Gulf oil
Corpor/ltion
Sodowsky
No.1 Phillips
No.1 Kaufman
3.
NE NE
Sec.
5-21 N-14W
.-~-~C
4.
NE SW SW
Sec.
33-22N-14W
,~IIC)-~z:=
7 H~
A.A.
No.1
59
EAST
Hefner
Mc Kee
69
SE SW
Sec.
33-22N-14W
SW NE
Sec.
1-21 N-14W
~C...
.~II£:
41~VerdigriS ~
':t::;
::
JI
~1/4
~n"
mile~
Vertical
InolaLs. 'lHr
~
Ir,-OQ',,
'~IIT
Stratigraphic
Cheyenne
~cale
cross section
Valley field
Major Country, Oklahoma
Phil c. Withrow March, 1968
KLM
0
CHEYENNE
VALLEY
FIELD
Major country, Oklohoma
Phil c. Withrow March, 19~8
1
0
Scale
,
1
-~--~~~:'l#--:J
---,
---'.
///:I)
f-"
in Miles
-29t,
aliran.
-~/~~
~ baru,
boleh
/ __T
dari
Terbentuklah
.
dikatakan
sedang a11ran
mati. yang
Sedimen
lama
saluran
penyebar
22 diendapkan di mulut
bagai endapan pasir,
31
dan
---
aliran
lempung
dalam
juga
delta
selanau,
lingkungan
laut dangkal dan kadangkadang juga dalam payau-payau
J
sehingga membentuk semacam
t '
"-',
---2--suatu kipas di muka delta.
---~=~~I
.6-.
).
Jika saluran
ini kemudian
~21
mati,
maka seluruh
aliran
v---,
pasir
tersebut
menjadi
suatu
NJ
-r2-4'-i-.!.
lens a yang sering berbentuk
9
-~d
~
,
"=-=-'.=:,,!:,--"
'lobate'
(Gambar 4.8).
-RLensa yang dibentuk
oleh suatu
delta
di
1aut
yang
dangkal
Gambar 4.7 Redforksandstone,
contoh suatulensa(Withrow,1968) menjadi
kompleks
sekali
dengan
-.--"
~,~,,:
j
-w-.-1-'~
sering terjadinya
perpindahan
saluran,
terjadilah
suatu sistem lensa yang tumpuk-menumpuk.
Tergantung daripada proses kecepatan serta da1amnya air tempat pasir
diendapkan,
maka didapatkan
juga kemungkinan koa1esi 1ensa menjadi satu.
Hal ini terjadi
di delta yang dangkal (Koesoemadinata
1970 atau,
Vischer
1968).
Perbedaan lensa delta dan gosong tanjung
(point bar).
Dalam hal lensapasir
yang dibentuk
oleh suatu delta,
maka pasirnya
bergradasi
secara
lateral
terhadap lanau dan serpih.
Lain halnya dengan tubuh pasir
di
dalam endapan meander, yang memperlihatkan
suatu kontak erosi yang
tajam dengan dasarnya dan juga secara lateral
sedangkan ke atas bergradasi ke lapisan
endapan aluvial
yang halus.
Lensa yang diendapkan oleh
suatu gosong tanjung biasanya membentuk suatu sistem yang memanjang
dan tegak lurus terhadap pinggiran
daripada
cekungan terhadap mana
sungai mengalir.
Delta umumnya dibentuk
pada laut yang dangkal,
misalnyabagian
dalam dari suatu paparan (shelf).
Pasir yang dibawa oleh saluranpenyebar
diendapkan di muka mulut sungai sebagai gosong pasir
dalam lingkungan lautan yang dangkal,
sehingga membentuk tubuh pasir
yang menerus
di sekitar
delta yang sedang tumbuh, dan kemudian membentuk suatu kipas
Batuan reservoir
93
B
Penampang vertikal
A
Garis pantai
sekarang
Data,an banji'
Laut
I
I
Sedimen
dataran
I
Paparan
banjir
.
---~-'"---~~
Sed/menLaut= -=-.
---=-~--=~;;
t--~ =
---""'"
-----7~~~G~~antai
-,
---::::::-..:::;::::::-
\
'.,.)
\
\
---,"",
-:::::-,---==
\
A
Letak
garis pantai lama
,,;)
Endapan lebih tua
lampau
.,
Penurunan
Tampak alas
i
B
Gambar 4.8 Proses pembentukan
lensa dalam delta (disadur dari Coleman dan Gagliano, 1964)
yang menerus selama delta
tersebut maju. Walaupun demikian bentuk lensa dengan jelas memperlihatkan
suatu sumbu yang berorientasikan
dengan
sudut yang besar terhadap pinggiran
cekungan.
Dalam hal ini lensa yang
demikian bergradasi
secara lateral
ataupun secara ke bawah terhadap
lapisan
yang lebih halus dari pro-delta
dan kadang-kadang
ditutupi
dengan suatu ketidakselarasan
oleh suatu endapan delta halus lainnya.
Jika delta terbentuk
di laut yang dalam, maka tubuh batupasir
yang
terjadi
akan bersifat
lebih memanjang daripada lensa.
Lensa pasir
yang terbentuk
oleh proses pembentukan delta
sangat penting
bagi akumulasi minyakbumi.
Misalnya di Indonesia,
hal ini khas sekali,
terdapat
di lapangan minyak Attaka,
di mana lensa-lensanya
terpisah
satu dengan yang lain.
Juga di Nigeria
lensa pasir
dari delta sungai
Niger
sangat pent~ng bagi adanya akumulasi minyakbumi.
SELIMUT PASIR. Banyak lapisan pasir
dinyatakan
sebagai suatu 'sheet'
atau 'blanket
sand'.
Hal ini memang merupakan konsepsi yang ideal daripada suatu lapisan
reservoir
yang diperlihatkan
di dalam diagram.
Namun sebetulnya
suatu bentuk lapisan pasir
yang demikian itu jarang
sekali didapat.
Biasanya didapatkan
di daerah paparan di at as suatu
kraton,
misalnya Baja lapisan
pasir berumur Kambrium di Amerika Serikat
seperti
'potsdam Sandstone'
yang lapisan
pasirnya
tersebar
luas sekali.
Pasir ini biasanya
sangat murni, berbutir
bundar-bundar,
terpilah
baik
dan berasosiasi
dengai1 karbonat.
Pembentukan lapisan pasir
yang demikian mungkin terjadi
di laut yang sangat dangkal dimana pengendapan terjadi di atas alas gelombang dan tersebar
sangat meluas.
Mungkin sekali
pasir
tersebut
adalah hasil pengendapan kembali dari
perombakan batupasir
yang sebelumnya,
juga mungkin terbentuk
sebagai
jalur
yang mengalami redistribusi.
Namun adakalanya pasir
yang demikian itu berbentuk
lensa yang lebih daripada satu, yang berkoalesi
menjadi selimut yang luas.
Kebanyakan lapisan pasir
yang terdapat
secara
94
Koesoemadinata. Geologi Minyak- aan Gasbumi
meluas seperti
Formasi Air Benakat di Sumatra bukanlah merupakan
lapisan
selimut
(sheet sand) dalam arti
yang sebenarnya,
tetapi
lebih
merupakan amalgamasi koalesi
daripada
lapisan
yang memanjang yang bersifat
lensa yang mengalami proses koalesi
lateral
ataupun vertikal.
4.5.2.2
Tubuh batupasir memanjang
Bentuk tubuh batupasir
yang memanjang mungkin lebih banyak terdapat
daripada yang berbentuk
lensa ataupun yang berbentuk selimut.
Pada umumnya dapat dibagi
2 macam bentuk yang memanjang:
1) TUBUH PASIR BERBENTUKTALI-SEPATU (shoe-string
sand)
2) TUBUH BATUPASIR GOSONGPENGHALANG(bar-sand
atau sand-bar)
Tubuh batupasir
gosong penghalang ini pada umumnya terjadi
pada pengendapan di pantai.
Tubuh lapisan batupasir
yang bersifat
memanjang pada
permulaannya memang diketahui
di daerah Pennsylvania
pada tahun
1860-an,
demikian pula pengetahuan bahwa lapisan
tersebut
biasanya
membentuk suatu jalur
yang memanjang dan diketahui
dari sering mengelompoknya lapangan minyak ataupun telaga minyak pada suatu garis lurus
atau memperlihatkan
adanya suatu 'trend'.
Bentuk batupasir
yang demikian
mungkin lebih banyak dan lebih normal daripada yang bersifat
sama-sisi
dan merupakan lapisan
reservoir
utama. Arah (trend)
lapisan pasir
yang
demikian juga membentuk perangkap,
yang dinamakan perangkap stratigrafi.
Pengetahuan mengenai bentuk lapisan pasir
yang memanjang ini diketahui
dari pengalaman pemboran di Amerika Serikat
ataupun di negara
lain,
dari geologi
bawah permukaan atau dari penyelidikan
mengenai
endapan batupasir
pantai
(beach sand) yang dilakukan
di berbagai
bagian
dunia,
terutama di sekitar
daerah Teluk Mexico.
PASIR TALI-SEPATU. Beberapa pengetahuan mengenai bentuk ini terutama
berdasarkan
pengkajian
batupasir
Venango, oleh Carell
(1876, 1886) di
Amerika Serikat.
Dari pengkajian
ini,
ternyata
lapisan minyak terjadi
pada suatu garis yang lurus atau berbelok-belok
di seluruh daerah.
Dalam hal ini orientasi
atau trend daripada
tubuh-tubuh
batupasir
yang
memanjang sangatlah penting,
dan sangat mempengaruhi lokasi pemboran.
Salah satu lapisan
batupasir
minyak berbentuk
tali-sepatu
yang terkenal
adalah dari Kansas sebelah Timur, dari lapisan
yang berumur Karbon
(Zaman Pennsylvania).
Rich (1923) berkesimpulan
bahwa pasir
ini merupakan pengisian
satu saluran yang telah
tersayat
ke dalam lapisan
yang
ada di bawahnya, yaitu Formasi Cherokee.
Terlihat
sangat jelas
tidak
adanya peralihan
antara pasir
dengan serpih,
sehingga batasnya bersifat
tajam atau sebagai batas erosi.
Contoh lain ialah
lapisan Bartlesville
di Kansas, yang terkenal
dengan nama Golden Lane. Selain itu juga batupasir
(umur Kapur) di Nebraska merupakan contoh daripada pengisian
suatu saluran
ataupun suatu lembah. Mengenai batupasir
di Nebraska ini
Exum, Dunham dan Harms (1967) berkesimpulan,
bahwa reservoirnya
diendapkan sebagai suatu pengisian
lembah berbentuk
prisma batupasir
yang
panjangnya
20 mil,
lebarnya
2000 kaki dan tebalnya
50 sampai 80 kaki.
Batas-batas
daripada
tubuh ini adalah batas erosi.
Minyak terperangkap
di tempat dimana arah pengisian
lembah memotong &ntiklin
(Gambar 4.9).
Cara terbentuknya
lapisan
berbentuk
tali-sepatu
ini dapat juga terjadi
pada meander atau pada gosong tanjung
sungai (point
bar sand) yang terkoalesi
ke hilir.
Dengan demikian sebetulnya
pasir
tali-sepatu
terdiri
daripada
lensa yang mengarah dan mernberikan suatu bentuk yang lenggaklenggok atau sinuous.
Batuan reservoir
95
-1400'--:'-1300'
.8100'.
B
~
0~
10.200'
HUNTSMANSHAL
~~:
~
:A
Ij
~
SKULL CREEK~SHAL.E-
60'~
C
O~r
~,~
.70uo
20'[1
401~
" =):
~
8200'
..
.-.c..
-:if"","""
I
f
200
~~IF
-.-1100'--:--'~
-vallE.i
1
60.l~10020
~I ~
SHALE
-J
~
11
---
'200
C
B
Val lay Fill
(Harms,
1966)
DEEPER SHORE
~UBAERIAL
WATER
HUNTMAN SH.
j
~--;v-
~r{
400'
"J 1 "
500'
600' Lowar
700'~'\~\\~
-
Penyebaran
pasir saluran
, J2..'..
-:'\1 --~:;~
SKULL
CREEK SH.
Gambar
4.9
Conton lapisan saluran (pengisian
lembah) di Nebraska, Amerika
r2O
[10
0
/
~
(
FEET
Serikat (Harms, 1966)
PASIR PANTAI. Tubuh batupasir
gosong sebetulnya
terdiri
dari berbagaimacam,
antara lain:
1) Pu1~u gosong atau barrier
island.
Dalam zaman Sekarang gejala
ini
terdapat
di sepanjang Atlantik
dan di Amerika Serikat.
Contoh lapisan
pasir
yang demikian adalah Formasi Foxhill
yang berumur Kapur Atas di
daerah Rocky Mountains yang dibuktikan
oleh Weimer (1963).
2) Batupasir
go song 1epas pantai
(offshore
bar).
Seringkali
pulau gosong (barrier
island)
dan gosong lepas pantai
(offshore
bar) dikacaukan
satu dengan yang lain.
3) pasir pesisir(beach
sand).
Penyelidikan
lingkungan
modern di teluk Mexiko oleh Could (dikutip
dalam buku 'Source book of Petroleum Geology',
1967) memperlihatkan
bahwa
tubuh batupasir
yang berbentuk
di lingkungan
dekat pantai pada pinggiran suatu cekungan biasanya berorientasi
sejajar
dengan jurus pengendapan.
Batupasir
ini dan jugasedimen
lainnya
ditransport
oleh arus sepanjang
pantai
(longshore
currents),
dan karena proses akresi
sedimen terbentuklah suatu dataran pantai.
Tubuh batupasir
jenis
'pulau gosong' yang
merupakan suatu mata rantai
yang panjangnya
3000 mil sepanjang pantai
Texas lebih merupakan lingkungan
pasir yang khas. Pulau Galveston
(suatu
contoh pulau gosong) mempunyai lebar rata-rata
2 mil dan panjang 28 mil.
Tebal maksimal lapisan
ini adalah 40 kaki.
Menurut Exum dan Harms (1967)
reservoir
yang dibentuk
sebagai gosong laut dangkal bertubuh
lensa dengan
bentuk elips
yang panjangnya
2 sampai 5 mil,
lebarnya
~ sampai 2~ mil
dan tebalnya
kurang dari 25 kaki.
Batupasir
ini secara lateral
berangsur-angsur
menjadi batulumpur
lautan.
Posisi
gosong laut reservoir
ini
dapat diramalkan
dengan memetakan perbandingan
pasir/serpih,
hal mana
tidak
dapat dilakukan
untuk reservoir
pengisi
lembah karena batasbatasnya adalah batas erosi.
Bentuk tubuh batupasir
gosong lepas pantai
biasanya berbentuk
linier
dan sejajar
dengan jurus pengendapan,
sedangkan suatu pengendapan sungai biasanya tegak lurus atau memotong jurus
pengendapan dan mempunyai bentuk yang lenggak-lenggok
(sinuous).
96
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
,~
TUBUH BATUPASIR TURBIDIT. Adanya endapan turbidit
dikemukakan pertama
kali
oleh Daly (1936), kemudian disusul
oleh Kuenen (1947). Batuan yang
terbentuk
dari arus ini disebut
turbidit
(Sanders dan Carozzi,
1957).
Banyak lapangan minyak kemudian reservoirnya
dikenal
sebagai turbidit,
antara lain di cekungan Los Angelos (Barbat,
1958) dan cekungan Ventura
di California
(Sullwold,
1961).
Suatu hal yang penting
daripada
lapisan
turbidit
ialah adanya lapisan pasir
yang kasar yang berbentuk
interkalasi dalam lapisan
serpih yang diendapakan di laut yang dalam. Misalnya
saja di cekungan Ventura,
berbagai bukti
foraminifera
menunjukkan bahwa
kedalaman laut dari cekungan tersebut
pad a zaman Tersier
Atas adalah
beberapa ribu kaki (Natland dan Kuenen, 1951). Sejumlah tulisan
mengenai
endapan turbidit
dalam explorasi
minyakbumi disusun oleh passega (1954).
Bentuk lapisan
turbidit
itu tidak begitu jelas,
tetapi
dapat berupa
bentuk lensa,
bentuk saluran
ataupun bentuk kipas.
4.5.3
KESIMPULAN MENGENAI TUBUH BATUPASIR
Dari pembahasan di atas jelaslah,
bahwa lapisan pasir
tidaklah
seperti
kue lapis
sebagaimana diharapkan
oleh para ahli reservoir.
Pada umumnya
lapisan pasir
berbentuk
lensa atau memanjang yang terbatas,
oleh karena
itu proses regresi-transgresi,
proses meander dan proses-proses
lainnya
menyebabkan tubuh-tubuh
yang terbatas
ini merupakan suatu susunan yang
sangat kompleks dan ruwet.
Menurut Krynine
(1948) tubuh berbentuk
talisepatu dan juga lensa merupakan batubata
dari bentuk lain yang disebabkan
karena proses coalescing,
anastomising,
bifurcating,
branching,
dendritic dan en-echelon).
Dapatlah difahami
batupasir
selimut pad a hakekatnya
terdiri
dari lensa, prisma atau bentuk tabular
yang merapat menjadi
satu atau berbentuk multi-lateral.
Hal ini dapat dilihat
pada Gambar4.10.
Jika cara ~erapatnya
tidak sempurna, yang biasanya memang demiki-
-.=-==-~
~.-
.-~-
---serpih
-:::;:.-'i
;
-~
~/
Gambar 4-10 Lapisan paslr yang multi-lateral
an maka akan terdapat
interkalasi
di antaranya.
Ini justru
memperlihatkan
bahwa suatu lapisan
yang kelihatannya
seolah-olah
merupakan suatu lapisan
yang luas,
sebetulnya
terdiri
dari berbagai
macam lapisan
yang merapat secara
lateral
dan
disisipi
oleh
lapisan
serpih.
Walaupun masing-masing
lapisan
kelihatannya
dapat dikorelasikan,
tetapi
pada dasarnya hal ini tidak
dapat dilakukan
karena memang di
antaranya
terhalang
lapisan serpih.
Dengan demikian tidak
terdapat
kesinambungan dalam sifat
reservoir
dan tiap lensa merupakan reservoir
yang berdiri
sendiri.
Kompleks tubuh ba~upasi~ tersebut
juga dikatakan
bertingkat
banyak
(multistory)
at au berupa suatu berkas (bundle) (Sulwold,
1958).
Sebagai
contoh lapisan batupasir
semacam itu ialah Formasi Talang Akar, yang
antara lain terdiri
dari 52 lapisan
di struktur
Pendopo. Suatu hal yang
penting
lagi mengenai tubuh batupasir
tersebut
adalah adanya konsepsi
'arah'
(trend)
yang biasanya sering dipergunakan
dalam explorasi
minyakbumi. Apakah hal ini diketahui
dengan pengetahuan mengenai mulajadi
batupasir
atau tidak,
namun jelas bahwa lapisan
reservoir
batupasir
ini
memperlihatkan
berbagai pola tertentu.
Dengan mengetahui asal mula jadi
Batuan reservoir
97
lapisan batupasir
tersebut,
tentu peramalan yang lebih
tepat dapat dilakukan.
Dalam hal geometri batupasir,
ada tiga masalah utama yaitu:
1) Merekonstruksikan
geometri
secara tepat;
2) Mengetahui apa artinya
dari segi asal-mulajadi;
3) Mengetahui pola penyebaran lapisan
sedimen dari asal-mulajadi
tertentu dengan suatu situasi
pengendapan yang analog.
Dalam hal ini gejala-dalam
seperti
struktur
silang-siur,
orientasi
butir,
bekas aliran,
lapisan
dengan urutan besar butir
tertentu
serta
hubungan suatu tubuh batupasir
terhadap lapisan
yang ada di atas dan
di bawahnya maupun secara lateral
adalah sangat penting
dalam menginterpretasikan
asal-mulajadinya.
Terutama jika sumur kontrol
sangat sedikit
untuk mendefinisikan
bentuk tubuh tersebut.
BEBERAPA
GEJALA
YANG
MENCIRlKAN
BERBAGAI
MACAM TUBUH
BATUPASIR:
Shelton
(1967)
memperlihatkan
bahwa lingkungan
batupasir
dapat ditentukan dengan membandingkan
geometri
dan gejala-dalam
lapisan
pasir
dengan model stratigrafi.
Misalnya
saja antara aluvial,
gosong
dan batupasir
turbidit,
ciri
dari setiap model dapat ditentukan
segi:
a Geometri:
Posisi
geografi
dan arah (trend),
posisi
vertikal,
lebar,
ketebalan,
dan perbatasan.
b Gejala-dalam
(internal
features):
Struktur
sedimen, tekstur,
butir.
laut
dari
panjang,
susunan
pernisahan bentuk geornetri berdasarkan
berbagai
gejala
tadi juga berpengaruh terhadap penyebaran porositas
dan permeabilitas.
Sebagai contoh
misalnya,
suatu lapisan pasir
pengisi
1ernbah atau saluran biasanya
lebih
berpori
di bagian bawah dan rnenjadi kurang di bagian atas.
Pada log listrik
ini nampak bentuk kurva yang sifatnya
seperti
suatu lonceng.
Di
lain fihak suatu lapisan pasir
pantai yang regresif,
biasanya porositasnya berkurang
ke bawah atau rnenjadi lebih tinggi
ke atas sehingga dalam
kurva log listrik
diperlihatkan
suatu bentuk seperti
kipas.
Di Arnerika Serikat,
dari sernua perangkap stratigrafi
diketahui
bahwa:
a Pasir pengisi
saluran:
7%
b Pasir go song (bar):
23%
c Pasir pesisir
(beach):
19%
d Pasir dekat pantai laut:
19%
e Perubahan fasies 1ainnya:
7%
Pada umurnnya lensa pasir
dan tubuh pasir
rnerupakan unsur utama dalam
pernbentukan perangkap stratigrafi,
narnun selain
itu diperlukan
juga
unsur perangkap lainnya,
seperti
unsur tektonik,
pelengkungan
ataupun
kerniringan
wilayah
(Millikan,
1940).
Dapat pula disimpulkan
di sini bahwa penggolongan bentuk lapisan
batupasir
ini sering dilakukan
atas dasar asal mulajadi
semua lapisan
tersebut.
Misalnya,
istilah
yang dipergunakan
mempunyai rnakna kornbinasi
asal-rnulajadi
dan geometri,
seperti
pasir
selimut
(blanket
sand),
pasir
lernbaran
(sheet sand), pasir
paparan (shelf sand),
kipas aluvial
(alluvial
fans),
pasir
saluran
(channel sand), pasir
tali-sepatu
(shoestring
sand), delta,
jari-jari
go song (bar finger),
lidah (tongue),
pesisir
(beach),
go song (bar),
onggokan/angin
(dunes),
cheniers,
estuary,
teras-teras
terbentuk
gelornbang (wave-build
terraces),
pasir
sayap
(flank sand),
saluran
sungai (fluvial
channel),
saluran delta
(delta
98
Koesoemadinata,
Geologi Minyak- daD Gasbumi
channel),
turbidit,
4.5.4
pasir
neritik
(neritic
sand),
dan sebagainya.
BERBAGAI CONTOH RESERVOIR BATUPASIR
Contoh batupasir
sebagai batuan reservoir,
misalnya
ialah dari Arnerika
Serikat,
di daerah Midcontinent
yang berurnur Karbon dan Ordovisiurn
yang
mempunyai porositas
15 sarnpai 25 persen dan perrneabilitas
antara 25
sarnpai 400 milidarcy
(Millikan,
1940).
Contoh lain adalah pasir
yang berumur Kapur dari Texas Timur dan Louisiana Utara dan Arkansas Selatan dengan porositas
berkisar
dari 20 sarnpai
30 persen sedangkan permeabilitas
berkisar
dari
50 sarnpai 2000 milidarcy.
Lapisan reservoir
berumur Tersier
di Gulfcoast
dan Texas Barat
daya mempunyai porositas
25 sampai 32 persen dan perrneabilitas
berkisar
dari 100 sarnpai 2000 milidarcy.
Di California,
lapisan pasir berurnur
Tersier
yang berbentuk
lensa mempunyai porositas
berkisar
dari 12
sarnpai 25 persen dan permeabilitas
dari 25 sampai 5000 milidarcy
(Millikan,
1940).
Menurut Levorsen (1967),
lapangan minyak Burgan di Kuwait merupakan
lapangan minyak terbesar
di dunia yang sampai dewasa ini memproduksi
minyakburni dari lapisan batupasir
sebagai reservoir.
Menurut Gregg
(1958) batupasir
Burgan yang berurnur Kapur Tengah mempunyai ketebalan
bersih kira-kira
8000 kaki.
Beberapa dari lapisan pasir
tersebut
mempunyai perrneabilitas
sampai 4000 milidarcy.
Ini barulah
dapat dikatakan
batupasir
yang istimewa.
Di Arnerika Serikat,
reservoir
batupasir
yang paling besar adalah di
lapangan minyak di Texas yang memproduksikan minyakburni dari batupasir
Woodbine yang berurnur Kapur Atas. Lapisan ini menurut Hudnal dan Eaton
(1968) panjangnya
44,32 mil yang memanjang arah Timur Laut-Barat
daya,
lebarnya
4,94 mil mernanjang dalam arah Barat-Timur
dan luasnya meliputi
140.000 acres dengan ketebalan
rata-rata
35 kaki dan berkisar
dari 0
sampai 102 kaki.
Lapisan pasir
ini mempunyai porositas
25% dan permeabilitas
rata-rata
1,5 darcy dengan maksimurn 4 darcy (Minor dan Hanna,1941).
Produksi
dari lapangan Texas Timur ini sampai Januari
1968 adalah 3 milyar
barrel.
Contoh lain daripada batupasir
reservoir
yang berbentuk
lensa adalah
lapangan Bell Creek di Montana, Arnerika Serikat,
yang ditemukan pada
tahun 1967 (McGregor dan Biggs, 1968).
Lapangan ini panjangnya
12 mil,
lebarnya
1 sampai 3 mil dan memproduksi 50.000 barrel
per hari,
dengan
cadangan yang diperkirakan
200.000.000 barrel.
Reservoir
ini yang dinamakan 'Muddy Sandstone',
terbentuk
dalam suatu kompleks pengendapan air
dangkal de kat pantai
dalam keadaan fasa regresif
di antara dua transgresi laut besar pada zaman Kapur Tua. Lensa'tipis
batupasir
ini tebalnya
hanya 20 kaki,
tetapi
porositasnya
berkisar
sampai 13.500 milidarcy.
Batupasirnya
sangat halus sampai halus.
Lapangan minyak Pembina di Alberta,
Canada, ditemukan pada tahun 1953
yang juga didapatkan
dari reservoir
batupasir
dengan porositas/perrneabilitas
rendah.
Ketebalan bersih
dari batuan ini berkisar
dari
beberapa kaki sarnpai maksimum 67 kaki dan rata-rata
12,5 kaki.
Porositas
dan perrneabilitasnya
juga berk'isar
banyak sekali,
dengan ratarata 12,5 persen dan 24 milidarcy.
Tetapi
lapangan minyak yang berurnur
Kapur Atas ini menempati daerah seluas 755.000 acre.
Minyak yang telah
dihasilkan
telah lebih dari 390 juta barrel
dan gas sebanyak 291 milyard
kaki kubik.
Sampai akhir
1965 cadangan yang masih didapatkan
berjurnlah
Batuan reservoir
99
100
1.298.000.000
barrel
minyakbumi dan 981 milyar
kaki kubik gas.
Lapangan minyak Saring di Libia yang ditemukan pad a tahun 1961 adalah
salah satu lapangan minyak raksasa dan menurut Sanford (1968), batupasirnya
berumur Kapur dan mempunyai porositas
rata-rata
18 sarnpai 19
persen sedangkan perrneabilitas
rata-ratanya
beberapa ratus milidarcy
dengan beberapa lapisan
tipis
dari 2 sarnpai 3 darcy.
Setiap sumur
mernpunyai kapasitas
28.000 barrel
per hari.
Cadangan minyaknya 12 sampai 15 milyar
barrel
di tempat dengan ketinggian
kolom minyak maximum
3000 meter.
Sebagai contoh lapisan pasir
yang bersifat
arkosa ialah misalnya,
diTexas-Panha
Lapisan arkosa ini terdapat
dalarn suatu jalur
yang
lebarnya
5 mil dan panjangnya
70 mil.
Reservoir
sebetulnya
terdiri
dari
pada jari-jemari
antara serpih merah dan arkosa yang bersih
dengan
ketebalan
yang berkisar
dari 0 sarnpai 2800 kaki atau lebih,
sebagaimana
terdapat
dalam salah satu jalur.
Seluruh lapangan ini panjangnya
125
mil dan meliputi
kelompok pegunungan yang terkubur
(Amarillo
Mountains)
Ketebalan bersih
arkosa di suatu daerah adalah 10 sampai 20 kaki,
produksi kumulatif
telah mencapai 1,09 milyar
barrel
(sampai akhir 1967).
Contoh batupasir
turbidit
yang penting
adalah dari Los Angel~s dan
Ventura Basin, California.
Di Bini batuan utarnanya adalah greywacke.
Produksi
kumulatif
dari 2 daerah ini telah mencapai 4,9 milyar
barrel.
Data lebih
lanjut
mengenai lapisan
ini tidak didapatkan.
Hal ini dapat kita bandingkan dengan lapangan minyak Caltex di Indonesia yang sampai kini
telah memproduksikan
lewat 1 milyar
barrel.
4.6
BATUAN
RESERVOIR
KARBONAT-
GAMPING
Batuan karbonat merupakan batuan reservoir
penting
untuk minyak- dan
gasbumi. Dari 75 persen daratan yang dibawahi oleh batuan sedimen,
kira-kira
1/5 dari masa sedimen ini terdiri
dari batuan karbonat
(gamping dan dolomit).
Menurut Knebel dan Rodriguez
(1956),
59 persen
lapangan minyak yang besar terdapat
dalam batuan reservoir
batupasir,
tetapi
40 persen terdapat
dalam batuan karbonat.
Jadi keseluruhannya
meliputi
suatu cadangan 87,3 milyar barrel.
Di Timur Tengah saja terdapat 79 milyar barrel.
Beberapa daerah penting
yang mempunyai batuan
karbonat
sebagai batuan reservoir
adalah Texas Barat,
sebelah UtaraMexico,
di sebelah barat Canada, dan di Venezuela.
Dewasa ini batuan
karbonat merupakan batuan reservoir
yang cukup penting
di Indonesia
dengan ditemukannya
minyak di Formasi Baturaja
di Laut Jawa, Formasi
Kujung di Laut Jawa Timur dan juga dengan ditemukannya
lapangan minyak
dengan produksi
yang besar dari Formasi Kais dari Irian Jaya. Lain
halnya dengan batuan pasir,
reservoir
batugamping
lebih
sulit
dan lebih
kompleks sifatnya.
Hal ini disebabkan karena adanya berbagai macam
porositas
sebagaimana telah dibahas.
Selain berbagai macam jenis porositas,
juga struktur
sangat mempengaruhi porositas
tersebut
dan juga
adanya dolomitisasi.
Di tahun enampuluhan pengetahuan mengenai batuan
karbonat menjadi sangat luas karena penelitian
yang dilakukan
secara
besar-besaran
oleh banyak perusahaan minyak.
Pada umumnya batuan karbonat
dapat dibagi
4 macam, yaitu:
1) BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT
dikatakan
2)
KERANGKA at au yang
sebagai suatu terumbu (reef).
BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT
Koesoemadinata, eologi Minyak- dan Gasbumi
KLASTIK
secara
popu1er
101
3) BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT
4) BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT
AFANITIK ATAU BATUGAMPING HALUS.
DOLOMIT DAN KRISTALIN.
Dari keempat batugam?ing
tersebut
semuanya dapat bertindak
sebagai
batuan reservoir,
tetapi
yang sangat menarik perhatian
dan sangat penting sebagai batuan reservoir
adalah:
terumbu, dolomit,
dan batugampingklastik.
Dalam bab ini lebih dul~ akan dibahas mengenai batugamping 'reef'
kemudian batugamping klastik
dan baru terakhir
mengenai dolomite
Dalam hal
ini juga akan langsung dibahas mengenai bentuk tubuh batuan reservoirkarbonat.
Perlu dicatat
di sini bahwa penyebaran porositas
dan bentuk
daripada
batuan reservoir
sangat erat hubungannya dengan perangkap
minyak atau yang disebut perangkap stratigrafi.
4.6.1
TERUMBU KARBONAT SEBAGAI BATUAN RESERVOIR
Terumbu (reef)
dapat merupakan batuan reservoir
yang sangat penting.
Pada umumnya terumbu terdiri
daripada
suatu kerangka dari koral,
ganggang, dan sebagainya yang tumbuh dalam laut yang bersih,
berenergi
gelombang tinggi
dan mengalami banyak pembersihan
sehingga ronggarongga antaranya
khususnya menjadi sangat bersih.
Juga di an tara kerangka tersebut
terdapat
banyak fragmen koral,
dan foraminifera
dari
butiran
bioklastik
lainnya.
Tetapi karena pertumbuhan ini terjadi
di
daerah yang berenergi
tinggi
maka biasanya menjadi lebih bersih.
Dalam hal ini porositas
yang didapatkan
terutama berada dalam kerangka
yang berbentuk
rongga-rongga
bekas binatang
hidup yang biasanya kemudian disemen dengan sparry calcite
sehingga porositasnya
diperkecil.
Adakalanya porositasnya
juga diperbesar
karena mengalami pelarutan
lebih
lanjut
sehingga menjadi sang at gerowong atau bergua-gua.
Seringkali
dalam reservoir
semacam itu didapatkan
lubang-lubang
atau gerowong,
yang dalam pemboran mengakibatkan
hilangnya
banyak lumpur pemboran
sehingga pipa bar tiba-tiba
jatuh.
4.6.1.1
Bentuk reservoir terumbu
Bentuk batuan reservoir
kerangka terumbu ini terbatas
seka1i karena
terumbu kora1 yang juga diikat
oleh ganggang dan sebagainya hanya tumbuh
pada beberapa keadaan tertentu.
Pada umumnya dapat dibedakan
2 macam
reservoir
terumbu, yaitu:
1) Terumbu yang bersifat
'fringing',
atau merupakan suatu bentuk yang
memanjang di 1epas pantai.
2) Terumbu yang bersifat
teriso1er
di sana-sini,
yang sering disebut
sebagai suatu 'pinnacle'
atau 'patch reef'
atau secara tepat dikatakan
sebagai bioherm,
yang muncu1 di sana-sini
sebagai berbagai
bentuk keci1
secara tidak teratur.
Suatu terumbu juga berasosiasi
dengan biok1astik
1ainnya dan membentuk
suatu akumu1asi sedimen. Kadang-kadang terumbu itu menjadi satu sehingga membentuk suatu kompleks terumbu.
Terumbu yang terbentuk
linier,
at au sebagai pengha1ang (barrier)
biasanya bentuknya se1ain memanjang
juga seringka1i
cukup besar serta memper1ihatkan
suatu asimetri
dan
biasanya
terdapat
pada pinggiran
suatu cekungan.
Seringka1i
terumbu
jenis
demikian terdapat
pada pinggiran
suatu paparan,
yaitu di tempat
dimana suatu paparan yang 1andai dan berenergi
rendah tiba-tiba
berubah
menjadi suatu cekungan yang dalam,
sehingga pada ujung paparan ini
Batuan reservoir
Terumbu barier
Terumbu muka
(Iereng talus)
1
Terul
~
---~-
~ -
CEKUNGAN./
~_.:'L-
u belsKsng
terbentuk
kompleks
merupakan
penghalang
terumbu
yang
(Gambar
4.11)
.
f~~m~7,7; Biasanya terdapat suatu struktur
tubuh tertentu
yang terdiri
dari
77:PAPARAN
---~
(SHELF)
~II/'
inti
terumbu
mukanya
(reef-core)
dalam
arah
hancuran
laut
akibat
dan di
terbuka
171'
terhimpun
Gambar4.11 Diagramterumbupenghalang
pacta
pinggiransuatupaparan
gelombang
pada terumbu
tersebut
dan membentuk
suatu
terumbu-muka
erosi
(fore-reef).
Inti
terumbu yang memanjang itu merupakan suatu penghalang
yang efektif
sehingga di belakangnya
terjadi
suatu laguna yang airnya
tenang.
Laguna ini sering disebut
suatu terumbu belakang (back-reef),
yang sangat baik untuk pembentukan evaporit
atau pengkonsentrasian
garam air laut sehingga memungkinkan terjadinya
dolomit.
Laguna ini
kadang-kadang bisa merupakan daerah yang sangat luas dimana gamping
yang berenergi
rendah terbentuk
yang sebetulnya
adalah gamping afanatik.
Di
sini
kadang-kadang
juga
tumbuh
terumbu
yang
terpisah-pisah
yang
di-
sebut 'patch reef'.
Jelas sekali,
bahwa terumbu muka dan juga bioklastik yang berasosiasi
dengan terumbu i~i merupakan suatu bentuk tubuh
yang memanjang, berselang-seling
an tara terumbu dengan klastik
karbonat
yang berenergi
tinggi
dan seringkali
merupakan trend yang sangat khusus.
Contoh suatu terumbu yang memanjang yang merupakan suatu trend yang
terkenal
adalah Golden Lane di daerah Tampico, Mexico.
Bentuk reservoir
ini merupakan suatu trend atau jalur
yang panjangnya
70 sampai 145 km.
Panjang yang mempunyai produksi
adalah 85 km dan lebar rata-rata
1 km,
Terumbu ini biasanya terdiri
dari cetakan-cetakan
moluska,
rudista
dan
koral
sehingga diperoleh
porositas
jenis primer.
Selain
itu juga porositas dibentuk
karena patahan,
retakan dan lain-lain.
Contoh lain adalah terumbu Leduc-Woodbend di Canada sebelah Barat.
Terumbu yang disebut D-reefs
terdapat
dalam Formasi Nisku dan Formasi
Leduc (Gambar 4.12) terdiri
dari kerangka crinoid
dan merupakan juga
terumbu yang memanjang. Tetapi pada beberapa tempat terdapat
kombinasi
yang lebih merupakan sebagai suatu bioherm.
Misalnya
saja Rainbow Member mempunyai tebal
756 kaki dan terdiri
daripada
terumbu yang didolomitisasikan
dan porositas
yang didapatkan
adalah jenis gerowong (vug)
dan interkristal
yang baik sekali.
Terumbu di LeducjWoodbend itu
mungkin dapat menghasilkan
284 juta barrel.
Contoh yang penting
daripada
suatu terumbu di Timur Tengah adalah diIrak.
Di sini
terdapat
suatu terumbu yang berumur Kapur dan Tersier.
Lapangan minyak yang terdapat
di sini adalah lapangan minyak Kirkuk di
Irak utara yang terdiri
daripada
suatu kompleks terumbu Tersier
dan
juga terumbu fosil
lainnya
yang berumur Kapur Atas Tengah maupun Bawah.
Singkapannya
sangat berbitumina.
Lapangan Kirkuk ini 60 mil panjangnya
dan produksi
di tahun 1954 telah mencapai 165,9 juta barrel
dan cadangan yang diperkirakan
adalah 7 milyar barrel.
4.6.1.2
Terumbu
tiang
Lapangan yang bersifat
terumbu tiang
(pinnacle)
ditemukan di Libya
yaitu
lapangan Idris
dalam cekungan sirte
yang didapatkan
dari suatu
terumbu berumur paleosen.
Satu sumur kadang-kadang
bisa menghasilkan
17 ribu barrel
sampai 74.000 barrel
per hari.
Jenis terumbu ini kadangkadang mempunyai suatu garis tengah yang hanya 2 sampai 3 km saja.
02
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
.
/6'1
~
,YDl:((
234
320
123
200
258
84
289
~RM~
I 8 I
I 1900 I
18CX>
t
I 10 I 10 I
800 1 600 r 1600l
9
1000
LEDUC REEF TREND
(ULTIMATE
BARRELS
REEF
OIL)
PRODUCTION
2 BILLION
0
~-
I'iI!'4e~~l.lO:~
Gambar
4.12
760
I
115
I
158~
341
10
8
850
250
-.>
r
..
~:::::.:::.::.:::
GAS
~OIL
o'\:}
fto!'4
Sourcesof
Data (1) (5)
(Reef Exploration
in Irian
79
I
0
10
20
I
!.
I
--!:!Y-!l e -
LEDUC
REEF TREND
ALBERTA,CANADA
(DEVONIAN)
Jaya,
Indonesia)
Penampang melalui lapangan Leduc, di Kanada Barat (Gussow, 1954; Vincelette,
1973)
Contoh
yang baik
untuk
terumbu
tiang
sebagai
reservoir
ialah
yang dida-patkan
baru-baru
ini
di Irian
Jaya,
yaitu
lapangan
rninyak Kasirn danJaya.
Sebetulnya
telah
pula diternukan
sebelurnnya
lapangan
rninyak
KlarnonoKlarnurnuk dan juga lapangan
rninyak Wasian dan Mogoi,
tetapi
dengan
produksi
yang tidak
begitu
rnenyolok.
Lapangan
rninyak Kasirn-Jaya
(Garnbar 9.48)
rnerupakan
suatu akurnulasi
dalarn kulrninasi
terumbu
yang
Batuan reservoir
103
~
tumbuh di atas suatu kompleks terumbu yang merupakan suatu landasan.
Bentuk terumbu Kasim-Jaya itu terdiri
daripada batuan karbonat berenergi tinggi
yang panjangnya
7 km dan lebarnya
2,5 sampai 3,5 km dan
mempunyai ketinggian
atau relief
vertikal
760 m di atas landasan tempat
terumbu tersebut
tumbuh. Porositasnya
berkisar
dari 14 persen sampai
40 persen dengan rata-rata
20 sampai 25 persen.
Kolom minyak yang terdapat di sini adalah 128 m. Sumur Jaya mempunyai nilai
yang sangat
menyolok,
yaitu
dengan porositas
lebih dari 30 persen dalam suatu
kolom minyak setinggi
lebih dari 100 m, malah kadang-kadang porositasnya melebihi
42 persen.
Sumur Kasim juga memberikan suatu produksi
antara 21 sampai 23.000 barrel
per hari (Vincellete,
1973).
Contoh lain daripada batuan reservoir
ini ialah di dalam Formasi Baturaja di Laut Jawa sebelah barat yaitu
lapangan minyak Kitty
yang menghasilkan
minyaknya juga dari terumbu batugamping
(lihat
Gambar pada
bab mengenai Geologi Minyak Indonesia).
Lapangan minyak Jaya dan Kasim merupakan terumbu yang bersifat
pinnacle
dan bukan terumbu yang memanjang seperti
di Leduc atau Golden Lane di
Mexiko dan tidak pula seperti
yang terdapat
di lapangan minyak Kirkuk.
Dewasa ini terumbu yang bersifat
pinnacle
ini menjadi penting sekali.
Jelas pula bahwa terumbu berasosiasi
dengan dolomitisasi.
Mengingat bahwa bentuk tubuh batuan terumbu ini sangat terbatas,
malahan
kadang-kadang
kecil
sekali,
maka sering pada suatu explorasi
bentuk
tubuh kecil
ini terlewat.
Oleh karena itu explorasi
harus sangat teliti
dan harus pula didasarkan
pada beberapa analisis
fasies batuan karbonat.
4.6.2
GAMPING
KLASTIK
Gamping klastik
sering
utama dalam asosiasinya
juga merupakan reservoir
yang sangat baik,
terdengan oolit,
dan sering disebut
sebagaikalkarenit.
Jadi jelas,
bahwa batuan reservoir
yang terdapat
didalam oolit
itu
merupakan pengendapan yang berenergi
tinggi
dan didapatkan
dalam jalur
sepanjang pantai
atau jalur
dangkal dengan arus gelombang kuat.
Porositas
yang didapatkan
biasanya
ialah jenis porositas
intergranuler,
yang kadang-kadang
juga diperbesar
oleh adanya pelarutan.
porositas
bisa mencapai setinggi
32 persen tetapi
hanya mempunyai permeabilitas
5 milidarcy.
Batuan reservoir
oolit
terdapat
misalnya di cekungan Illinnois
(Amerika
Serikat),
dimana terdapat
oolit
dalam gamping yang berumur Karbonat.
Lapisan oolit
ini disebut
McClosky sand. Batuan ini terdiri
daripada
oolit
yang kadang-kadang
juga bersifat
dolomit.
Pori-pori
terdapat
di
antara butirannya,
dan porositasnya
bisa mencapai 10,3 persen dengan
permeabilitas
rata-rata
429 milidarcy
(Arnold,
1939).
Ketebalan
ratarata adalah 3 meter dengan faktor
'recovery'
3.000 barrel
per acre.
Dari suatu daerah seluas 10.000 acre, diperkirakan
seluruhnya
dapat
menghasilkan
minyakbumi 30.000.000 barrel.
Contoh yang paling
penting
adalah di Saudi Arabia yaitu
dari formasi
Arab berumur Jura Muda, terutama dari anggota D. Formasi Arab ini memberikan hampir semua minyak yang diproduksikan
di Saudi Arabia dan
terdiri
terutama dari oolit
yang telah terkristalisasi
dan terdolomiti-sasi.
Selain itu porositas
yang besar diperoleh
karena terjadinya
gerowong (vug) yang besar dengan cara pe~d£utan.
Lapangan rninyak yan£
produksinya
berasal
dari batuan ini adalah lapangan rninyak Ghawar yang
104
Koesoemadinata,
Geologi Minyak- daD Gasbumi
panjangnya
140 mil dan luasnya
875 mil persegi
dengan kolom minyak
maksirnal
1.300 kaki.
Satu surnur berpotensi
memproduksikan
8.000
sarnpai
19.000
barrel
per hari.
Dari
lapangan
ini
pada tahun 1957 telah
diproduksikan
1,216 milyar
barrel
dari
229 surnur.
Produksi
total
dari
lapangan ini
diperkirakan
35 milyar
barrel.
4.6.3
DOLOMIT
Dolomit
merupakan
batuan
reservoir
karbonat
yang jauh lebih
penting
dari
jenis
batuan
karbonat
lainnya.
Harus diingat
pula,
bahwa kebanyakan dari
batuan
karbonat
seperti
terumbu
ataupun
oolit
sedikit
banyak
telah
pula
ikut didolomitisasikan.
Cara terjadinya
dolomit
ini
tidak
begitu
jelas,
tetapi
pada umumnya dolomit
ini
bersifat
sekunder
atau
se'dikit
banyak dibentuk
sesudah sedimentasi.
M~salah
cara pembentukan
porositas
dalam dolomit
banyak menghasilkan
berbagai
macam interpretasi.
Salah satu teori
mengenai
hal ini
ialah
bahwa porositas
timbul
karena
dolomitisasi
batuan
gamping
sehingga
molekul
kalsit
diganti
oleh molekul
dolomit,
dan karena
molekul
dolomit
lebih
kecil
daripada
molekul
kalsit
maka hasilnya
akan merupakan
pengecilan
volum sehingga
timbullah
ronggarongga.
Jadi
jelaslah
adanya hubungan
antara
dolomitisasi
dan porositas.
Dolomit
yang biasanya
mempunyai porositas
yang baik
bersifat
sukrosik
yaitu
berbentuk
hampir
menyerupai
gula pasir.
Rupa-rupanya
dolomit
ini
terbentuk
karena
pembentukan
kristal
dolomit
yang bersifat
euhedron
dan tumbuh secara
tidak
teratur
di antara
kalsit.
Kalsit
yang belum
digantikan
oleh
dolomit
terlarutkan,
oleh karena
daya larut
kalsit
lebih
besar
daripada
dolomit.
Dengan demikian
terbentuk
porositas
interkristalin,
karena
kristal
dolomit
yang masih tertinggal
sulit
larut.
Pelarutan
kalsit
ini
menyebabkan
terjadinya
pori-pori.
Hal ini
terjadi
dalam gamping afanitik
dengan partikel-partikel
yang berukuran
pasir
tersebar
di sana-sini,
yang kemudian
mudah sekali
didolomitisasikan. Sering
juga di dalam dolomit
ini
terdapat
porositas
yang bersifat
gerowong
yang mungkin
disebabkan
karena
banyak
kalsit
yang belum diganti oleh dolomit,
dan berbentuk
'patches'
atau bentuk
yang lebih
besar
daripada
satu kristal.
Semua bentuk
itu
kemudian
dilarutkan
dan menghasilkan
porositas
gerowong ini.
Dolomitisasi
juga terjadi
dalam batuan
gamping yang bersifat
terumbu.
Bahkan banyak koral
yang didolomitisasi
juga menimbulkan
gerowong-gerowong
yang besar
sehingga
memperlihatkan.
porositas
interkristalin.
Porositas
yang terjadi
karena
dolomitisasi
ini
telah
menimbulkan
banyak
diskusi
dimasa yang lalu.
Dewasa ini
pengetahuan
mengenai
dolomitisasi
diketahui
lebih
baik,
antara
lain
bahwa dolomitisasi
terjadi
tidak
lama
setelah
sedimentasi
atau dalam bahasa Inggrisnya
'penecontemporaneous'.
Dalam hal ini
ada dua macam dolomit
yang terjadi,
yaitu:
1) DOLOMIT YANG BERSIFAT PRIMER, terbentuk
dalam suatu
laguna
atau laut
tertutup
yang sangat luas,
dengan temperatur
sangat tinggi.
Misalnya,
di tepi
Teluk
Persia
(Illing,
Welles
dan Taylor,
1965)
terdapat
suatu
paparan
yang dangkal
tetapi
luas dan tertutup
dari
laut
terbuka
dimana
terjadi
evaporasi
yang sangat cepat.
Keadaan demikian
menghasilkan
air
laut
yang kadar
garamnya
jauh lebih
tinggi
daripada
laut biasa.
Selain
itu
terjadi
pula pengendapan
kalsit
secara
kimia,
karena
keluarnya
CO2
oleh temperatur
yang tinggi,
dan kemudian
menghasilkan
pengendapan
kalsiumsulfat
ataupun
gipsum dan anhydrit.
Dengan demikian
kadar
Mg/Ca
akan lebih
tinggi
daripada
air
laut biasa.
Air
yang dernikian
akan rnenyerap ke dalam sedirnen garnping yang telah
terendapkan
lebih
dulu dan
Batuan reservoir
105
~
kemudian merubah gamping tersebut
menjadi
sik.
Cara pembentukan dolomit yang serupa
tepi teluk
tersebut
dan disebut 's~bkha'.
fat air laut menguap dibantu
oleh gerakan
diendapkan
dolomit primer.
2)
DOLOMIT YANG BERSIFAT
dolomitisasi
luBAHAN
gamping yang bersifat
ini
dikemukakan
oleh Deffeyef,
yang disebut
teori
Supratidal
dolomit
terjadi
Di Bini
kapiler,
(replacement),
terumbu.
yang bersifat
sukrodi daerah gurun di
airtanah
yang bersidan dalam pori-pori
terutama
Proses
Lucia
dan Weyl
Seepage Reflux.
terjadi
pada
pembentukan
dolomit
(1965) dengan suatu
teori
Di Bini
dijelaskan
bahwa
terumbu yang bersifat
penghalang akan membentuk suatu laguna di belakangnya.
Laguna ini hanya terisi
air laut pada waktu-waktu
badai,
dan
air laut yang terdapat
di belakang terumbu yang menghalangi
itu menjadi
sangat tinggi
kegaramannya sehingga terjadi
peningkatan
perbandingan
Mg/Ca. Sebelumnya tentu CaCO4 atau gipsum dapat diendapkan terlebih
dahulu.
Tetapi endapan gipsum yang demikian itu biasanya mudah sekali
larut
kembali dalam air tawar yang berasal
dari hujan dan juga karena
air laut.
Akan tetapi
air garam yang terjebak
di dalam laguna yang
demikian,
Mg-nya akan sangat tinggi
dan juga berat jenisnya
akan meningkat.
Oleh karena itu akan terjadi
suatu perembasan kembali
(reflux)
melalui
pori-pori
yang terdapat
dalam gamping kerangka ataupun terumbu
tersebut
untuk kembali lagi ke laut bebas. Pada waktu perembasan melalui kerangka gamping, terjadilah
dolomitisasi.
Teori ini dapat diterima
terutama untuk terumbu Perm (El-Capitan
Reef di Amerika Serikat)
yang
dikemukakan oleh King (1946). Teori ini disebut
juga reflux
rembasan
(seepage reflux)
yang pertama kali ditemukan oleh Adams dan Rhodes
(1960) dan dapat menerangkan terjadinya
dolomitisasi
gamping terumbu.
Dengan demikian jelaslah,
bahwa dolomitisasi
ini merupakan proses yang
paling
penting
dan asosiasinya
dengan porositas
sangat jelas.
Sebagai contoh batuan reservoir
dolomit,
misalnya
ialah di Chic Barat
dan Indiana bagian Timur dimana batugamping Trenton yang berumur Ordovisium juga terdolomitisasikan.
Salah satu lapangannya
adalah lapangan
Lima, Indiana,
yang panjangnya 150 mil dan lebarnya
dari 1 sampai 20mil.
Lapangan ini menghasilkan
sumur yang berproduksi
dari 10 sampai
20 barrel,
tetapi
kadang-kadang 1000 sampai 2000 barrel
per hari.
Contoh daripada
suatu reservoir
yang telah didolomitisasikan
adalah
lapangan minyak Pozarica
di Mexiko. Di Bini jelas kelihatan
bahwa
litologi
yang bersifat
kerangka,
terdolomitisasi
sangat kuat dan memperlihatkan
porositas
yang bersifat
gerowong dan kadang-kadang
bersifat
intergranuler.
Mungkin pada permulaannya porositas
bersifat
kerangka
dan kemudian dimodifikasikan
karena pelarutan
dan dolomitisasi.
4 6 4 GAMPING AFANITIK
Batugamping
yang bersifat
afanitik
dapat pula bertindak
sebagai
batuan
reservoir,
terutama
ka1au porositasnya
didapatkan
secara
sekunder(induced),
misa1nya
karena
peretakan
ataupun
karena
pe1arutan
di bawah suatuketidakse1
Salah satu contoh
ada1ah 1apangan minyak di Iran.
Menurut
Hull
dan Warman (1968),
1apangan minyak
di Iran
itu
produksinya
berasa1
dari
gamping Forrnasi
Asmari
yang berurnur Oligo-miocene.
Salah
satu 1apangannya
ada1ah 1apangan Mesjid'i
Sulaeman.
Gamping itu
sangat
ha1us dan ketat
dan tidak
memper1ihatkan
adanya porositas,
tetapi
1apangan minyak
di Formasi
Asmari
ini betu1-betu1
berukuran
raksasa
J.06
Koesoemadinata,Geologi Minyak- daD Gasbumi
dengan cadangan lebih dari 1 milyar barrel.
Seluruh porositas
di Bini
dibentuk
dalam rekahan yang disebabkan karena perlipatan.
Lapangan tersebut
terdapat
dalam suatu daerah yang stratigrafin~a
sangat konstan,
tetapi
terdapat
dalam perlipatan
dengan amplituda
besar
sehingga menghasilkan
perekahan dan pematahan yang sangat ekstensif
di
dalam lapisan
gamping yang sangat ketat ini.
Juga di lapangan minyak lainnya,
seperti
Kirkuk dan Ain Zalah di Irak,
lapangan minyak Durham Ji Qatar,
rekahan Berta pematahan memegang
peranan penting
dalam batuan reservoir
yang secara primer bersifat
sangat ketat.
4.7
BATUAN
RESERVOIR
ANEKA
RAGAM
Berbagai macam batuan lainnya
dapat pula bertindak
sebagai batuan
reservoir
walaupun tidak
dalam jumlah cukup besar.
Misalnya
saja
dalam serpih
batu lanauataupun
dalam batu rijang
bisa terbentuk
suatu reservoir
disebabkan karena rekahan sehingga merupakan suatu
lapangan minyak.
Lapangan Florence
di Colorado yang menghasilkan
minyak dan serpih yang bernama Pierce Shale, berumur Kapur BawahKapur Atas dan produksi
sarna sekali
didapatkan
dari serpih ini.
Lapangan minyak Rangely di Colorado sebelah barat,
juga memproduksi
2~ juta barrel
minyak dari serpih yang berumur Kapur Atas.
Lapangan minyak Roosevelt
dan lapangan minyak Duchesne di Utah dalam
Formasi Green River dan Wasatch berumur Miosen dan bersifat
non-marin.
Minyak di lapangan ini didapatkan
dari serpih dan lanau yang rekahrekah atau patah-patah.
Produksi untuk lapangan Roosevelt diperkirakan
bisa mencapai 58 juta barrel.
Lapangan minyak Spraberry
di Texas Barat merupakan suatu 'trend'
yang
lebarnya
50 sampai 70 mil dan panjang sampai 150 mil.
Forrnasi yang
menghasilkan
adalah suatu serpih hitam yang kadang-kadanglanauan
dengan
ketebalan
kira-kira
seribu kaki.
Di antaranya
juga terdapat
selangseling
gamping dan dolomit yang tipis.
Reservoir
itu mempunyai permeabilitas
0,5 milidarcy
dengan porositas
8 persen,
tetapi
karena rekahan
maka terdapat
produksi
cukup besar yang pada tahun 1955 secara kumulatif
telah mencapai 67,5 juta barrel.
Jelaslah,
bahwa walaupun serpih tidak merupakan batuan reservoir
yang
utarna tetapi
tetap memberikan cadangan yang cukup besar.
Di Amerika
Serikat
sampai tahun 1953 saja,
telah
terdapat
produksi
sebanyak 45,5
milyar
barrel
dimana 1,5 persen atau 0,7 milyar
barrel
terdapat
dari
reservoir
jenis demikian.
Batuan beku dan batuan metamorf dapat pula bertindak
sebagai batuan
reservoir
jika
terdapat
dalam keadaan rekah-rekah.
Menurut Landes (1960),
minyak bisa didapatkan
dalam batuan dasar yang bersifat
batuan beku
atau metamorf seperti
terdapat
di Venezuela,
California,
Kansas, Maroko
dan yang secara total
telah memproduksikan minyak sebanyak 100 jutabarrel.
~pJ
Produksi permulaan dari batuan reservoir
jenis terpecah-pecah
atau
rekah-rekah
biasanya dapat mencapai 17.000 barrel
tiap hari.
Salah
satu contoh misalnya,
ialah di Kuba dimana reservoir
didapatkan
dari batuan beku-ultra
basa seperti
serpentine
Di sana terdapat
8
lapangan minyak yang pada tahun 1964 menghasilkan
710 barrel
minyak
tiap hari,
antara lain juga dari batuan volkanik
yang bersifat
patahpatah atau rekah-rekah.
Di Kuba ini minyak lebih banyak diproduksi
Batuan reservoir
107
II
dari
batuan
beku daripada
batuan
sedimen.
BATUAN VOLKANIK. Di Indonesia
batuan ini mendapatkan perhatian
yang
khusus karena didapatkannya
minyak di Jatibarang
(Jawa Barat)
yaitu
dalam lava dan tufa.
Di sini
sebetulnya
produksi
didapatkan
dari
rekahan atau dari retak-retak
yang terjadi
dalam batuan tersebut
dan bukan dari porositas
primer.
Contoh lain adalah lapangan minyak
Tanjung (Kalimantan
Tenggara),
dirnana minyak didapatkan
pada dasar
cekungan.
Di sini batuan diabas yang terlibat
dalam retakan-retakan
dan patahan-patahan
merupakan reservoir
yang cukup penting.
Ciri
daripada reservoir
batuan volkanik
tersebut
adalah bahwa karena
sifat
retakan tersebut,
produksi
permulaan tinggi
sekali,
tetapi
kemudian produksi
menurun dengan cepat pula.
Dapat disimpulkan
bahwa batuan reservoir
volkanik
atau batuan beku ini merupakan
kekecualian
daripada
suatu aturan umum. Hanya diberbagai
tempat saja
dimana secara kebetulan
batuan dasar atau batuan beku itu retak-retak
karena patahan,
atau karena beberapa sebab tektonik
lainnya
berada
dekat ~engan batuan sedimen yang mengandung minyak, maka mereka
bertindak
sebagai batuan reservoir.
Hal seperti
itu sarna sekali
bukan merupakan sesuatu yang umum.
108
Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi
Perangkap reservoir
merupakan unsur paling
penting
dalam cara terdapatnya minyak- dan gasbumi. Malahan explorasi
atau pencaharian
minyakdan gasbumi sampai kini ditujukan
kepada pencaharian
perangkap.
Istilah
perangkap atau jebakan (trap),
mengandung arti
seolah-olah
minyak terjebak atau tersangkut
dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa lepaslagi.
Hal ini disebabkan karena walaupun minyak merupakan suatu fasa
tersendiri,
namun selalu
berada bersama-sama dengan air (air formasi).
PENGERTIAN
PERANGKAP
HIDROSTATIK
DAN HIDRODINAMIK
-TEOR!
POTENSIAL
Teori potensial.
Adanya perbedaan
fisik
antara
minyak
dengan air
yang
tidak
saling
melarutkan
dan terutama
juga perbedaan
berat-jenis
kedua
zat itu,
maka minyak
akan selalu
naik ke atas dan menurut
teori
akan
mencari
tempat
dengan potensi
yang paling
rendah.
Dari
segi teori
medan, maka setiap
tetes
minyak
akan mengikuti
garis-garis
gaya sampai
berada
di suatu
titik
dengan potensi
yang paling
rendah.
Dalam keadaan
hidrostatik,
maka satu-satunya
gaya adalah
gaya berat
yang arahnyavertikal.
Karena
sifat
minyak yang lebih
ringan
daripada
air,
maka
gaya tersebut
akan berarah
ke atas.
Setiap
tetes
minyak
akan terus
mengikuti
garis
vertikal
sampai tetes
itu
mendapatkan
tempat
dimana
ia tidak
dapat ke mana-mana lagi,
yaitu
suatu
titik
dimana potensialnya
paling
rendah.
Dengan demikian
setiap
tetes
minyak
itu
akan selalu
mencari
daerah
dimana bidang
potensialnya
paling
rendah.
Semua bidang
potensial
itu
biasanya
horizontal
atau tegak
lurus
pada garis-garis
gaya dan makin ke atas letaknya
nilai
potensialnya
makin rendah.
Sepanjang
bidang
potensial
yang sarna besar
gayanya
akan sarna, sehingga
untuk
menggerakkan
atau menahan setiap
tetes
minyak sepanjang
bidang
ini
tidak
diperlukan
gaya.
Bidang
potensial
ini
sangat
penting
dipandang dari
segi pengertian
tutupan
(closure).
Dalam prakteknya
bidang
ini
adalah
batas
antara
air
dan minyak
dalam reservoir.
Jika
air
berada
dalam keadaan
statik
maka satu-satunya
gay a adalah
vertikal
ke atas.
Keadaan ini
disebut
suatu perangkap
hidrostatik.
Tetapi
jika
terdapat
berbagai
gaya lain,
misalnya
air
bergerak
ke suatu arah,
maka resultannya adalah
suatu
gaya yang tidak
vertikal
ke atas
tetapi
agak miring
(Gambar 5.1).
Dengan demikian
juga bidang
potensial,
dalam hal ini
bidang
batas
airminyak
akan miring.
Maka dalam keadaan
ini
ada atau tidak
adanya
perangkap
harus
juga diterangkan
oleh bidang
potensial
yang miring
ini.
Dengan demikian
perangkap
dikatakan
dalam keadaan hidrodinamik.
Dipandang
dari
segi sejarahnya,
teori
perangkap
dikemukakan
oleh Sterry
Hunt yang mengatakan,
bahwa minyakbumi
selalu
terdapat
di atas atau
di puncak suatu antiklin.
Berbagai
prinsip
mengenai
minyak
dan air
serta
prinsip
lainnya
yang menyatakan,
bahwa minyak
itu
selalu
mencari
109
~i
,~
gaya yang
disebabkan
pelampungan
\Pa -Pm)
bidang
DALAM
Resultante
~/-1
~--~--
equipotensial
KEADAAN
Gambar 5.1
temp at yang tinggi
belum begitu
jelas pad a waktu itu dan mungkin
berbagai
keterangan
lain harus
diberikan
untuk menerangkan mengapa
minyak berakurnulasi
di atas puncak
suatu antiklin.
Sebetulnya perangkap adalah tidak
lain daripada
bentuk lapisan
penyekat.
Lapisan penyekat itu dibentuk
sedemikian rupa sehingga minyak tidak
dapat lari
ke mana-mana lagi.
Bentuk ini akan menahan tetes-tetes
minyak dalarn perjalanannya
sepanjang
garis-garis
gaya.
Oleh karena itu kita bisa mernbagi
perangkap dalam 2 jenis:
~
gay a yang disebabkan
gradien hidrodinamis
HIDRODINAMIS
Medan gaya yang bekerja pada titik-titik
minyak dalam perangkap reservoir
dalam keadaan hidrostatik dan hidrodinamik
5.1 PERANGKAP DALAM
KLASIFIKASI
UMUM
1) PERANGKAP DALAM KEADAAN HIDRO-STATIK.
2)
PERANGKAP DALAM KEADAAN HIDRO-DINAMIK
KEADAAN
HIDROSTATIK.
Di dalam perangkap yang berada dalam keadaan hidrostatik,
tetes minyak
akan selalu berusaha bergerak vertikal
ke atas.
Untuk ini harus terdapat suatu pembentuk dari lapisan
reservoir
sedemikian
rupa sehingga
tetes-tetes
ini tidak akan lari
ke mana-mana lagi.
Dalam hal ini
dapat kita analogikan
dengan air pada permukaan bumi; karena gaya
berat air akan selalu berusaha bergerak ke bawah clan dengan demikian
untuk menangkap air yang selalu meluncur ke bawah harus dibentuk
suatu
wadah yang menutup air itu dari segala arah kecuali
dari atas.
Misalnya, suatu mangkok yang bisa diisi
sampai pinggirannya.
Dalam hal
perangkap minyak maka dapat dimisalkan
mangkok ini dibalikkan,
clan di
sini mangkoknya ialah
lapisan penyekat.
Pembentukan lapisan
penyekat
clan lapisan
reservoir
pad a umumnya dapat terjadi
secara:
struktur,
stratigrafi,
clan kombinasi
antara struktur
clan stratigrafi.
Dalam hal perangkap yang lapisan
penyekatnya
dibentuk
karena keadaan
struktur
maka lapisan
ini dapat dilipat
ataupun dipatahkan
sehingga
lapisan
reservoir
pun ikut dibentuk
dari berbagai
arah disebabkan
karena struktur.
Dalam hal perangkap stratigrafi
maka pembentukan
disebabkan
karena sedimentasi,
antara lain karena sedimentasi
lapisan
penyekat itu mengelilingi
lapisan
reservoir
sedemikian
rupa sehingga
lapisan
penyekattersebut
secara otomatis
menutupnya dari berbagai
macam arah terutama dari arah atas.
Dalam hal perangkap.kombinasi
maka
penutupan mempergunakan elemen struktur
ataupun elemen stratigrafi.
Pembagian perangkap semacam ini dikemukakan oleh Levorsen (1958).
Sebetulnya
terdapat
juga beberapa klasifikasi
lainnya
misalnya oleh
Clapp, de Sitter
clan lain-lain,
(Tabel
5-1 clan Tabel 5-2),
namun
110
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
Tabel 5 -1
Klasifikasi perangkap menu rut berbagai penu~is (Clapp, Wilson, Heald,
Heroy, dan Wilhelm)
KlASIFIKASI
I
CLAPP,
1917
;:1~..i:c
Struktur
aklinal atau subak!'rlal
II
Struktur
antiklin
a
b
c
d
Antiklin
kuat yang berdiri
sendiri
pergantian
antiklin
dan sinklin
yang jelas
Lipatan
geantiklin
yang lebar
L J.pa
o
t an tersung k up
Sifat
lensa dari pasir
e
III
Struktur
Hidung IIK)noklin
Jurang IIK)noklin
Teras struktur
atau antiklin
Sifat
lensa dari pasir
IV
Struktur
':,].,
dan sinklin
a
b
c
d
a
b
c
d
e
'
.~)f()
ditentukan'
:,..
,-+ _01'
J.~.',
monoklin
'quaquaversal'
terhenti
(arrested
anticline)
atau kubah
Bisul
antiklin
atau antiklin-silang
(cross-anticline)
Bisul
monoklin
Kubah gar am tertutup
Struktur
'quaquaversal'
yang disebabkan
sumbat volkanik
Kubah garam yang berlubang-lubang
V
'<ontak antara batuan sedimen dan batllan beku
a
b
c
d
Kontak
Kontak
Kontak
Kontak
VI
Lapisan yang miring secara tidak selaras menjauhi garis pantai
VII
Celah-celah batuan beku
sedimen
sedimen
sedimen
sedimen
dengan sumbat volkanik
dengan korok
dengan lapisan
intrusi
dengan batuan beku lainnya
VIII Celah-celah batuan sedimen
IX
Patahar,
a
b
c
Sisi
yang terangkatkan
Sisi
yang terturunkan
Sesar sungkup
X
Tersekat oleh endapan bitllmina
KlASIFIKASI
WilSON,
1934
j
Reservoir tertutup
a
b
Reservoir
tertutup
karena deformasi
lokal
Reservoir
tertutup
karena perubahan porositas
batuan (tidak
memerlukan deformasi
struktur
kecuali
kemiringan
wilayah)
Reservoir
tertutup
oleh kombinasi
lipatan
dan variasi
porositas
Reservoir
tertutup
karena kombinasi
patahan dan variasi
porositas
c
d
II
Reservoir trebuka (tidak mempunyai
KlASIFIKASI
1
2
Tertutup
Tertutup
KlASIFIKASI
1
2
3
Perangkap
Perangkap
Perangkap
KlASIFIKASI
1
2
3
4
5
Reservoir
Reservoir
Reservoir
Reservoir
Reservoir
HEALD,
karena
karena
HEROY,
komersiil)
1940
deformasi
lokal
dari
variasi
permeabilitas
lapisan
batuan
1941
pengendapan
diagenesa
deformasi
WilHELM,
1946
perangkap
perangkap
perangkap
perangkap
perangkap
Perangkap reservoir
konvex
permeabilitas
pembaj ian
patahan
penembusan
(pi ercemen t)
III
(:5
.-
klasifikasi
Levorsen sangat sederhana dan pokoknya asal unsur-unsur
penutup tadi memenuhi persyaratan
sehingga sebetulnya
kemungkinan dari.
pada ini banyak sekali.
5.2
PERANGKAP
STRUKTUR
Perangkap struktur
merupakan perangkap yang paling
orisinil
dan sampai
dewasa ini merupakan perangkap yang paling penting.
Jelas di sini
berbagai unsur perangkap yang membentuk lapisan
penyekat dan lapisan
reservoir
sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan karena gejala
tektonik
atau struktur,
misalnya pelipatan
dan pematahan.
Sebetulnya
kedua unsur ini merupakan unsur utama dalam pembentukan perangkap.
Perangkap yang disebabkan pelipatan
ini merupakan perangkap utama, perangkap yang paling
penting
dan merupakan perangkap yang pertama kali
dikenal
dalam pengusahaan minyakburni.
Unsur yang mempengaruhi pembentukan perangkap ini ialah lapisan
penyekat dan penutup yang berada di atasnya dan dibentuk
sedemikian
rupa sehingga minyak tidak bisa lari
ke
mana-mana, (Gambar 5.2).
Minyak tidak bisa lari
ke atas karena terhalang oleh lapisan penyekat,
juga ke pinggir
terhalang
oleh lapisan
penyekat yang melengkung ke daerah pinggir,
sedangkan ke bawah terhalang oleh adanya batas air minyak atau bidang ekipotensial.
Namun
harus diperhatikan
pula bahwa perangkap ini harus ditinjau
dari segi
3 dimensi,
jadi bukan saja ke tarat
dan timur,
tetapi
juga ke arah
utara-selatan
harus terhalang
oleh lapisan penyekat.
PETA
A
\\
"1
;.{'-)
/~
STRUKTUR
menggambarkan
--
kian
itu,
juga
harus
dimensi
--
-':""
'" "-
kemiringan
ta
kian
cara
garis-garis
lain
Prinsip penjebakan minyak dalam
sebagai
pada
(Gambar
bida?g-bidang
11.2
sistem
kontur
kontur
kontur
oleh
yang
tidak
garis-garis
5.3).
mangkok
kedalaman
Misalnya
horisontal
dengan
yang
mewakilinya
ketinggian
suatu
beberapa
penyekat
reservoir
kita
dan
demJ.-
batas
"-
perangkap struktur
antiklin
perla-
diperlihatkan
merupakan
lapisan
Gambar 5.2
adanya
pengutaraan
Sebetulnya
ini
3.
dengan
memperlihatkan
bidang
Cara
disebut
demi-
penampang
dalam
lain
yang
daripada
struktur.
struktur
/"
yang
dinyatakan
d J..
..
Cara
dengan
antara
.
pJ.san
""
///
keadaan
selain
suatu
denah
lengkungan
-Arah
A'
BERKONTUR:
yang
memanjang
tertentu
pada
setiap
yang
interval
5
bidang
sarna.
suatu
tertelungkup
oleh
bidang
atau
100
mangkok
pada
Apabila
sekarang
dan
dipotong
memotong
Koesoemadinata,Geologi Minyak- daD Gasbumi
yang
bayangkan
lapisan
horisontal
meter
atau
terdapat
bidang
~
~
t~
~
Petsstruktur
lengkung
b?rko.ntur
dlhasllkan.
Garis
yang
daripada
potong
an tiklin
yang
.
terjadi
i tu.
biasanya
berbentuk
garl.s
lengkung
yang tertutup.
Untuk suatu bentuk
bola,
garis
potong
berbentuk
lingkaran.
Dengan memproyeksikan
semua garis
Proyeksigaris
ini pada bidang
horisontal
yang
kontur
pads
.'
biaangpermukaan. terdapa t pada bagl.an a tasny a, kl. ta
I
mendapatkan
garis-garis
kontur,
yang secara
jelas
memperlihatkan
penutupan
lapisan
reservoir
dar'
Garis-garis
kontur
berbagai
arah.
Makin
di
luar
ke;;~rt4~;::,,' II
duduk
b
tuk ' .m
ak in rendahI
pads kedalaman
sebenarnya.
an
en
l.nl.
,
I
I
lah kedudukan
lapisan
penyekat.
i II
I
Jelas
di sini,
bahwa untuk
terBentuksebenarnya. dapatnya
suatu
perangkap
bukan
I
semata-mata
struktur
antiklin
saja
~~~~~~~i~~~~~~§~~~~~~~~~
---"--"---",--,- '___r'_--""""-._~
yang diperlukan
tetapi
juga bentuk
Gambar 5.3
Beberapa prlnslp kon1ur SIrUkIUr
I..,
lapisan
penyekat
yang sedemikian
"';adaptasikan dari LeRoy. 19511
1
:,..~'"
rupa
(misalnya
disebabkan
karena
stuktur)
sehingga
karena
peleng-
~~~~~~~~~~~~
kungan ataupun
karena
patahan
atau
penyekat
lapisan
reservoir
terjadi
Titik
Y'
limpah
-
c-
'<1
'.
n areal
...,
,
. T
~f7
~
I'
Gambar
~
5.4
,,
IP"rangkap
Jnsur titik
.,.
Perangkapreservoir
penutupan
dari bawah.
PENGERTIAN TUTUPAN (closure)
Batas bawah suatu akumulasi minyak
ditentukan
oleh batas air-minyak
yang disebut bidang ekipotensial.
Dalam keadaan hidrostatik
bidang
ekipotensial
horisontal.
Jadi,
titik
tertinggi
dimana bidang
horisontal
B
menyinggung,
lapisan
nyai titik
limpah,
dan batas
maksimal wadah dapat diisi
oleh
tupanvertikal
cairan
1
Tutupan ini ditentukan
oleh
titik
limpah (spill-point).
disebut
'tutupan'
(closure).
adanya
Titik
"0
limpah
adalah
suatu
titik
pada
::.:::'.'.~::-:
-.perangkap
dimana kalau
minyak ber"e.~rvp.~::;~:,:,~,~;-,;;;,
tambah,
minyak
mulai
melimpah
ke
"' 1
bagian
lainnya
yang lebih
tinggi
suuktur memperlihatkan
limpah dan tutu pan
dari
kedudukannya
Gambar
perangkap itu
diperlihatkan
lainnya
kecuali
penyekat merupakan bidang batas
maksimal dari air-minyak,
karena
jika batas ini lebih rendah, minyak
akan melimpah keluar
dari perangkap.
Dengan demikian,
juga sebagaimana
wadah suatu cairan pada permukaan
bumi, maka suatu perangkap mempu-
,(
Titik limpah:
gejala
struktur
dari
semua arah
dapat diisi
dalam peta
minyak.
struktur
5.4
dalam perangkap
memperlihatkan
ini.
hubungan
titik
limpah dengan batas maksimal
Batas maks~mal ini yang secara areal
disebut
tutupan areal
(areal closure),
113
sedangkaR tinggi
kolom minyak yang maksimal disebut
tutupan vertikal
(vertical
closure).
Dalam mengevaluasi
suatu perangkap minyak,
tutupan
ini sangat penting
karena menentukan besar kecilnya
cadangan yang
mungkin didapatkan
dalam suatu perangkap.
Jadi jelaslah,
bahwa yang
dimaksud dengan 'closure'
ini bukan semata mata batas air-minyak
atau
batas minyak, tetapi
batas maksimal dimana minyak dapat menempati
perangkap.
Dengan demikian,
terdapatnya
berbagai
macam jenis
lipatan
tidaklah
menjadi soal
yang penting
perangkap harus tertutup
dari
segala arah. Gambar 5.5 dan 5.6 memperlihatkan
berbagai
macam contohperang
lipatan,
terutama antiklin.
u
114
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
1n
/SFIELD
N
~
/,
CALE
.4
KRUKA
SCALE
0
1.0 km
~~{
// Contour map top 61.
WEST FIELD "O"CENTRALEAST FIELD
\ FIELD
Kr.48-68
~
"", '
.'.
~,
/.
y'
~
'."'
\
+- r"'
EAST
..FIELCB
,I J
,/,.
.1
,,---
"'
c
~
PUMPUNGAN
cO
,
I--
I
'. ,
-
( ~).(.. ;
MT
,
A
"-.
-
-
""""'-
'4~,
:'-~;':"i;:;)
-""--
GI ;
I
f
Layer I
I
--CENTRAL
--*-
)
I
J
section
EAST
EAST
FIELD_FIELD-FIELD
~-~---~c.
"-
W
A ~
" s-1 6 ,
---'
,~--~EAST
/-'
',
MT
r~~-r
'~
I
Longitudinal
WEST
I
..,.~
I
,~
? LayerII 'LI",
LL I ..f ,' I "
GL
Biora
I
I
FIELD
No. 32
No.
32
LUSI
LUSI
(
Il3L
I"
I
1
I
"DO'
-~~-~
rc"'
_I
--~~:~~ ,')
'..,
.-,-,
I
(
SCALE
I
<'
.
0,5
:1,5 km.
km
0D
N
1
I
Bende . ,,-,-,
---."'--~'
-.-,
~..;~-""C~
/"-
';. .-MUD,
Sepreh '~. -._,
~,/'
~~,
c,~"!:
\1T -,,--'.
KESONGO
/
/'
M~_~:~,
',-
.'
-'"
Gambar 5.6 Peta struktur
,
,'
_::
\
:*---~
,'
N
M~
617)
\'
---
FIELD No. 16 TUNGKUL
,SCALE.
0
1.0 Km
L
846
I
,'.I
,
,
MT,
--, (
..,
VOLCANO
FIELD No. 15 BAGUS
Gabus: Contour Map
Lay"r,
--Subsurface
fault
-Surface
fault
", ..
""",/
s
~.
L
Cross-section
I
SCALE
0
berbagai jenis perangkap struktur,
I
0,5 km
w
w)'
)=A36
beserta penampangnya dari daerah Jawa Timur
(menurut Soetantri dkk., 1973)
Perangkap reservoir
115
Di
sini
terlihat
berbagai
macam bentuk
perangkap,
yaitu:
memanj ang ,
melengkung
asimetris,
simetris,
pendek dan sebagainya.
Ditinjau
dari
segi peristilahan,
maka lipatan
yangtertutup
dan melengkung
dari
segala arah ini
disebut
juga suatu antiklin
yang menunjam-ganda
(double
plunging).
Jika
antiklin
ini
menunjam ganda dan
terhadap
sumbu pendeknya
lebih
besar
an yang demikian
disebut
kubah
(dome).
Jika
antiklin
mempunyai
perbandingan
pendeknya
di antara
2/3 dan 1/3,
maka
sumbu panjangnya
dibandingkan
daripada
2/3,
maka bentuk
lipatsumbu panjang
terhadap
pelipatan
ini
disebut
sumbu
suatu
branchi-antiklifJ,
jika
kurang
daripada
1 : 3 disebut
suatu struktur
antiklin.
Perangkap
lipatan
didapatkan
dalam berbagai
jenis,
tetapi
seringkali
merupakan
rangkaian
antiklin
yang mengikuti
suatu
arah
sumbu tertentu.
Maka seringkali
di atas rangkaian
antiklin
ini
terdapat
tutupan
tersendiri
yang dinamakan
'kulminasi'
daripada
antiklin.
Kulminasi
inilah
yang merupakan
perangkapnya
dan bukan antiklinnya
sendiri.
C,ontoh daripada
kulminasi
di atas suatu
sumbu antiklin
adalah
antiklin
Ledok-Wonocolo-Kidangan.
Lapangan minyak
itu
semuanya terdapat
di atas
suatu
antiklin
tetapi
merupakan
kulminasi
sendiri
(Gambar 5.7).
Terdapatnya
suatu antiklin
dalam arah (trend)
tertentu
merupakan
hal
yang biasa
sekali.
Di lain
fihak
sering
antiklin
tidak
panjang
tetapi
bersifat
seperti
kubah yang penempatannya
tidak
beraturan.
Tetapi
sering
pula
kubah ~i
berada
sepanjang
sumbu antiklin
yang lebih
memanjang.
PENILAIAN SUATU PERANGKAP LIPATAN:
persoalan
yang dihadapi
dalam mengevaluasikan
suatu
perangkap
lipatan
terutama
ialah
mengenai
ada tidaknya
tutupan,
jadi
tidak
dipersoalkan
apakah
lipatan
itu
ketat
atau landai,
yang penting
adalah
adanya tutupan.
Gambar 5.7
Rentetan lapangan minyak
Kidangan- Wonocolo di atas suatu sumbuantiklin
dkk.. 1973)
116
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
(menurut Soetantri.
::>.,.."."..~...'..,..~
~~.:::~;.;..;..:..:..~
:"":'-."'"-~
Tutupan pads permukaan Permu k san
Tutupan
mengecil
,
:::::::::-:::::;~:::::~;::
~
-~~
:'::"::""":':':":':""
Tutupan
menghilang
pads keadaan lapisan
--~
reservoir
,~
Suatu lipatan
dapat saja terbentuk
tanpa terjadinya
suatu tutupan
sehingga tidak
dapat disebut
suatuperangkap.
Selain itu juga ada tidaknya tutupan
sangat tergantung
pada faktor
struktur
dan posisinya
ke dalarna Misalnya,
pada permukaan
dapat saja kita rnendapatkan suatu
tutupan tetapi
rnakin ke ialarn,
tutupan itu rnenghilang.
Menurut Levorsen (1958) rnenghilangnya
tutupan
ini
disebabkan faktor
bentuk lipatan
serta pengaruhnya ke dalarn, antara
lain:
.~
1) Bentuk 1ipatan,
yaitu
apakah lipatan
sejajar
atau sebangun.
Dalarn
hal lipatan
sejajar
atau konsentrik,
Gambar 5.8 Perubahantutu pan pada perlipatan
konsentrik.
rnaka lipatan
rnakin ke dalarn rnakin
rnenghilang
atau rnakin kecil
tutupannya dan kadang-kadang
rnenghilang
sarna sekali.
Dilain
fihak
apabila
lapisan
terlipat
sedang,
rnaka rnakin ke dalarn akan lebih
baik (Gambar 5.8).
~
--'-'--
~-
2) Pe1ipatan
bersifat
diapir
atau tak se1aras,
yaitu
cara pelipatan
diatas,
dan di bawah suatu
lapisan
tertentu
yang tidak
sarna. Hal ini
disebabkan karena
pengaruh
adanya berbagai
lapisan
yang tidak
kornpeten.
Lapisan
biasa
saja
terlihat
bagus sekali
rnenjadi
antiklin
dengan tutupan,
tetapi
bisa pula
terdapat
suatu
lapisan
yang tidak
kornpeten
yang di bawahnya ternyata
tidak
terdapat
pelipatan
sarna sekali,
at au telah
berubah
rnenjadi
suatu bentuk
diapir.
Sebagai
contoh
rnisalnya,
lapangan
Kirkuk,
Irak
(Gambar 5.9).
SCHEMATIC
CROSS
SECTION
OF KI RKUK
NOT TO SCALE
sw
SOUTH
EAST
,
DOME
NEI
'"
~
~
~
~
~
&m
..~ ,
',.
:-.~:.::.;
'-'e
Gambar 5.9
Perubanan tutu pan karena pelipatan
Perangkapreservoir
Lower fars salt
Neritic limestones
Basinal globigerinal
marls
Upper cretaceous
globigerinal marly
limestones
Berriasian calcareous mudstones
Tithonian radiolarian shalesland
limestones
Kimmeridgian
anhydrites and
shales
~Oil
& Seepage
bersifat diapir, lapangan Kirkuk,
Irak
(H. V. Dunnington,
1958)
117
3) Pelipatan
berulang,
yaitu
pelipatan
yang terjadi
secara
berulang-ulang
pada waktu berlangsungnya sedimentasi.
Jadi,
dari
atas bisa kelihatan
suatu lipatan
yang landai
yang memperlihatkan
tutupan pada permukaan, tetapi
ke bawah makin berubah atau menjadi lebih
ketat serta tidak
memperlihatkan
tutupan
(Gambar
5.10).
~
~
====-""'-~::::--=---""""""===:=
/~===~~=~=:::"
~;::::":"""'"
Gambar 5.11
Gambar 5.12
,~
4) Ketidakselarasan,
jelas
mempunyai efek yang penting.
Suatu
lipatan
yang ada di at as suatu
ketidakselarasan
mungkin saja
tidak
terdapat
di bawahnya,
Ketidakselarasan
karena struktur
yang di atas dan
di bawah tentu akan berlainan
(Gambar 5.11).
Perubahantutu pan karena ketidakselarasan.
Efek asimetri terhadap lokasi tutupan.
~
!l=Lr,- """ .)
":7"::::::::o'-~=:~~
~
~-
-"7"'-:::::::.-::=~=~--""""'~
Gambar 5.13
Pengaruh konvergensi lapisan terhadap
tutupan (diadaptasikan
1958)
118
dari Levorsen,
Koesqemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
5) Lipatan asimetris,
memberikan
bidang sumbu yang miring,
sehingga menentukan pula lokasi
daripada tutupan atau kulminasi.
Maka dalam mengevaluasi
suatu
lipatan
yang asimetris
ada
kalanya kulminasi
pada permukaan itu telah tergeser
ke arah
miringnya
bidang sumbu kelipatan
(Gambar 5.12).
6) Konvergensi
lapisan,
yaitu
menipisnya
lapisan
ke suatu arah.
Karena pengaruh penipisan
perlapisan ke suatu arah, maka adanya
suatu tutupan pada permukaan
dapat saja menghilang pada kedalaman dimana lapisan
reservoir
terdapat
(Gambar 5.13).
Dalam mengevaluasikan
suatu tutupan, kita harus yakin apakah semua
lapisan
itu berkonvergensi
atau
tidak.
Dalam hal mengevaluasikan
pelipatan sebagai perangkap selain
dari
adanya tutupan
juga harus dievaluasi
apakah tutupan
tersebut
terdapat
pada lapisan reservoir.
Jika kita menemukan berbagai
macam lapisan
reservoir
pada
berbagai
kedudukan stratigrafi,
maka tutupan yang terdapat
pada
suatu lapisan
reservoir
belum
tentu terdapat
pada lapisan
yang
-,~'
119
berada di bawahnya at au di atasnya.
Dalam menilai
prospek~prospek
yang
terdapat
pada berbagai macam lapisan
reservoir
menyebabkan keharusan
dievaluasinya
pula tutupan untuk setiap
lapisan reservoir.
Misalnya diadakan pemetaan kontur struktur
pada bagian at as lapisan
reservoir
tertentu,
maka peta ini hanya berlaku
untuk satu perangkap dan tidak bisa
dipakai
untuk mengevaluasikan
semua perangkap yang ada pada berbagai
lapisan reservoir.
Hal ini dapat diatasi
dengan membuat berbagai
penampang seismik serta meme~akan kontur
struktur
untuk tiap lapisan
reser-voir.
Tetapi
dalam prakteknya
tentu t'idak semua lapisan reservoir
dapat
dikontur,
misalnya
tidak
terdapatnya
lapisan
penunjuk yang jelas.
Walaupun demikian dengan memperhatikan
berbagai
faktor
di atas tadi,
maka dalam mempelajari
penampang seismik serta mengevaluasi
setiap
lapisan
reservoir
harus diperhatikan
beberapa pengaruh faktor
tersebut
sehingga diketahui
apakah di dalam lapisan
reservoir
tersebut
betulbetul
terdapat
beberapa unsur perangkap serta tutupan ataukah tidak.
5.2.2
PERANGKAP PATAHAN
Patahan dapat juga bertindak
sebagai unsur penyekat minyak dalarn penyaluran penggerakan minyak selanjutnya.
Kadang-kadang dipersoalkan
pula
apakah patahan itu bersifat
penyekat ataukah penyalur.
Dalarn hal ini
Smith (1966) berpendapat
bahwa persoalan
patahan sebagai penyekat
sebetulnya
tergantung
dari tekanan kapiler.
Pengkajian
teoritis
memperlihatkan
bahwa patahan dalarn batuan yang basah air tergantung
pada
tekanan kapiler
dari medium dalam jalur
patahan tersebut.
Besar-kecilnya tekanan yang disebabkan
karena pelampungan minyak atau kolom
minyak terhadap besarnya tekanan kapiler
menentukan sekali
apakah
patahan itu bertindak
sebagai suatu penyalur
atau penyekat.
Jika tekanan tersebut
lebih besar daripada
tekanan kapiler
maka minyak masih
dapat tersalurkan
melalui
patahan,
tetapi
jika
lebih kecil
maka patahan
tersebut
akan bertindak
sebagai suatu penyekat.
patahan yang berdiri
sendiri
tidaklah
dapat membentuk suatu perangkap.
Ada beberapa unsur lain yang harus dipenuhi
untuk terjadinya
suatu
perangkap yang betul-betul
hanya disebabkan karena patahan:
~
~
",.~O
~
~-" ~/~
'"
,,-~
'c
"'0,
~ -perangkap,
".
, TN_..
'" ,-
---dalam
,
1) ADANYA KEMIRINGAN WILAYAH.
Lapisan yang tidak miring
atau sarna
seka.li sejajar
tidak dapat membentuk
karena walaupun minyak
tersekat
dalam
arah lain
kecuali
kalau
arah pematahan
tetapi
tidak
ada penyeka tan
ketiga
fihak
lainnya
Kemiringan
wilayah
~
-~-
PETA
---'
:.,
tertutup
oleh berbagai
macarn patahan
Dalam hal yang disebut akhir
ini
sukar sekali
dapat dibayangkan
bagaimana
perangkap
minyak itu
tersebut.
masuk ke dalam
PENAMPANG
Gambar 5.14
Perangkap patahan dengan kemiri ngan
wilayah sebagai salah satu unsur
Perangkap reservoir
2) HARUS ADA PALING SEDIKIT DUA
PATAHANYANG BERPOTONGAN.Jika
hanya terdapat
suatu kemiringan
wilayah
dan suatu patahan di satu
fihak,
maka dalam suatu penampang
mungkin kelihatannya
sudah terjadi
suatu perangkap.
Tetapi harus
----.
--'0..
."'.
I~~
,
~
0
"'"
-
---
~-,
-
'.'-"0;"":
f'o:~:'
o..~-,~K~
PETA
Ct-
3) ADANYA SUATU PELENGKUNGAN LA-
-~o-
PISAN ATAU SUATUPELIPATAN. Dalam
hal ini patahan merupakan suatu
unsur penyekat dalam satu arah,
~",j . -sedangkan
arah lainnya
tertutup
'.: sq.
oleh adanya pelengkungan
dari
perlapisan
ataupun bagian dari:.:.;:(:.b;;~
.pada
pelipatan
(Gambar 5.15).
~
PENAMPANG
MINYAK
~
~
GAS
4) PELENGKUNGAN DARIPADA PATAHANNYA SENDIRI DAN KEMIRINGAN WlLA-
AIR
~
Gambar 5.15
Perangkap patahan dengan pelengkungall
laplsan sebagal.teta
salah satu unsur
"
'-
dipenuhi
pula syarat bahwa perangkap
atau penutupan itu terjadi
dalam
3 dimensi.
Maka dalam dimensi lainnya harus juga terjadi
pematahan
untuk menutup ke arah terseb~t.
(Gambar 5.14)
"'~ """
"
"""'0
~
«
',>
'"
YAH. Dalam hal ini di suatu arah
,
mungkin
itu miring,
d lapisan
'
p 1 1 f 1' h a k 1a1nnya JUSt ru
terdapat
patahan yang melengkung
sehingga semua arah tertutup,"
oleh patahan dan kemiringan
wilayah
(Gambar 5.16).
'
'
'~
'"
~""
~"""
"'0""
AIR'4/;y,'"
Dalam prakteknya
jarang sekali
terdapat
perangkap patahan yang
"... ~
murni.
Patahan biasanya hanya
~'" K~miringan
merupakan suatu pelengkung
dari~..,:;:
",wllayah
/
"'-pada suatu perangkap struktur.
«I
'~"
Yang lebih banyak terjadi
ialah
PETA
~
asosiasi
dengan lipatan,
seperti
E I
F'
~
misalnya di satu arah terdapat
"-. ~-~o suatu pelengkungan
at au hidung
GAS
PENAMPANG
MINYAK
1 ,J
suatu antiklin,
dan di arah
l_~
AIR
lainnya
terdapat
patahan yang
k
menyekat perangkap dari arah
lain.
Dalam hal ini patahan
Gambar 5.16
Perangkap patahan melengkung dengan
pada perangkap dapat dibagi
atas
kemiringan wilavah
tiga macam.
/"",,/
-",
°,
""
5.2.2.1
12 a
Patahannormal
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
121
.,.". s\\
,'"~
\
+1000
+500
, ~
I
I
I
500
Gambar 5.17
;
Contoh kombinasi patahan normal dan lipatan Mangun Java- Tanjung Tiga (menurut Shell-BPM.
1961)
5.2.2.2
Patahan naik
Patahan naik juga dapat bertindak
sebagai suatu unsur perangkap dan
biasanya selalu
berasosiasi
dengan lipatan
yang ketat ataupun asimetris.
Patahan naik itu dapat dibagi
lagi dalam asosiasi:
1) PATAHANNAIK DENGANLIPATAN ASIMETRI. Sebagai contoh misalnya,
lapangan minyak Talang Akar Pendopo (Gambar 9.11) di Sumatra Selatan.
Di satu
fihak
terdapat
lipatan
dan di fihak lain
terdapat
patahannaik.
Juga Kampung Minyak di Sumatra Selatan sebagaimana terlihat
pada
Gambar 9.12 memperlihatkan
segar naik yang hampir mendatar sebagai
suatu patahan perangkap.
Tepat dikatakan
di sini bahwa perangkap dapat
terbentuk
di bawah patahan tersebut
ataupun di atasnya,
tetapi
terutama
di bawahnya.
2)
PATAHAN NAIK YANG MEMBENTUK SUATU SESAR SUNGKUP ATAU SUATU 'NAPPE'.
Misalnya,
di Canada sebelah Barat di lapangan Turner Valley.
segar sungkup merupakan suatu unsur penting
untuk terdapatnya
perangkap (Gambar 5.18).
Perangkap reservoir
Di sini
suatu
:1
f,
'."11
¥y'
?,
,~
---~.
~
w
HIGH
WOOD
TURNER
"
Feet
VALLEY
E , 5CXX)
4000
f Ij
../
3000
e
.,- '"f -;
2000
".,
~Se"
I.
J.
,
0; Be"v:~i"ef
,
.~
~"
"CardiUf1'
1000
.'.
I SEA LEVEL
-11"\
.<.
. -1000
I~
-2000
-3000
S.S
-4000
'Gritsed..'..'
-5000
HOf1'eS.S--'
.' ~--
I
0
1 Mile
-6000
Upper Porous\Zone" '"
Lower Porous Zone
Gambar 5.18
5.2.2.3
-7000
J-8000
Perangkapsesar-sungkupTurner Valley. di Kanada Barat (Link. 1950)
Patahan tumbuh
Dewasa ini
dikenal
sernacam patahan
yang dinamakan
patahan
tumbuh,
yaitu
suatu patahan
normal
yang terjadi
secara
bersamaan
dengan akurnulasi
sedirnen.
Di satu fihak
(footwall)
sedirnen tetap
tipis
sedangkan
di 'hanging
wall'
selain
terjadinya
penurunan,
sedirnentasi
berlangsung
terus
sehingga
dengan dernikian
terjadi
suatu
lapisan
yang sangat tebal.
Seringkali
--rnenyebabkan
patahan
turnbuh
ini
adanya suatu
'rollsehingga
juga di sini
kita
suatu
kornbinasi
antara
over'
lihat
pelipatan
yang rnernperlihatkan
tutupan
clan di fihak
lain
suatu
patahan.
Suatu 'roll-over'
dalam
patahan
turnbuh sangat penting,
karena
asosiasinya
dengan terda-
,
Gambar 5.19
pelipatan;
Sering
rnenjadi
~erangka~.patahantumbuh dengan
rollover.
di
patahan
patahan
sini
pelipatan
patnya rninyakburni.
Struktur
'roll-over'
ini
terutama
didapatkan
di
daerah
Gulfcoast.
Jadi,
perangkap
ini
rnerupakan
..
kornb~nas~
disebabkan
karena
antara
patahan
pernatahan.
turnbuh ini
ke bawah rnenghilang
atau
yang sejajar
dengan suatu perlapisan
d an
kernudian
rnernbelok
(Garnbar 5.19).
5. 2. 2.4 Patahantransversal
Patahan transversal/horisontal
atau disebut pula wrench-faults
atau
strike-slip
fault
dapat juga bertindak
seb9gai perangkap.
Harding,
(1974, hale 1920-1304),
menekankan pentingnya
unsur patahan transversal sebagai pelengkap perangkap struktur.
Pada umumnya perangkap
patahan transversal
merupakan pemancungan oleh penggeseran patahan
terhadap kulminasi
setengah lipatan
dan pelengkungan
struktur
pada
bagian penunjaman yang terbuka.
Harding
(1974) memberikan beberapa
contoh yang bersifat
penggeseran kecil,
yaitu Scipio-Albion
di Michigan dan Sussex-Meadow Creek di Cekungan Powder River,
Wyoming, Amerika
Serikati
penggeseran menengah, misalnya,
di Cekungan Los Angeles;
dan
122
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
:;,:::::~::;::~:::;::~;':':::~:;;::~:::~::~ri
:~G::;':~::
:;~~:'::::~:::~':,;::;:,:'::;:,~
..~!".~
penggeseran besar, misal~ya,
sepanjang patahan San Andreas
di Kalifornia
dan beberapa
lapangan minyak di Sumatera,
dimana kedudukan en echelon
dari perangkap antiklin
ditafsirkan
sebagai berasosiasi
dengan sesar Sumatera.
Dalam
ketiga
hal ini ternyata
kompollen naik masih memegang peranan. Mertosono (1975) membahas lapangan minyak Pungut
dan Tandun di Sumatera Tengah
sebagai contoh untuk perangkap
patahan tranversal
(Gambar 5.20)
Di sini pula ternyata
komponen
gerakan vertikal
yang merupakan
patahan naik di lapangan Tandun
dan patahan normal di lapangan
pungut masih memegang peranan
penting
(Gambar 5.21).
Gambar 5.20
sw
Peta struktur lapangan minyak pungut
dan Tandun di Sumatra Tengah. sebagai
contoh perangkap patahan transversal
(Mertosono.1975).
TANDUN
A
NE
FIELD
A'
A
Seconds
Seconds
(Two-WaY,j
TANDU,N__f'!o'.1
(Two-Way)
O.
200
200,
iji" ;'I!~::;i::'i";,'..I,!
;'",1""""1'"
, I'"
..
"
1';,.,
,.,'!!!!
;,
,.
'c.,
'I'
:r,l!
"'"
';1"1 '
I
, "' i ',
'"
,
I' ,"
"'l"i'li""""':':ii,:i'!'I!;i!!::!:.
",',:"i"""::II'
;i~:i;;:'~:~
I ,,'it
.r l l"'"
: 'tIt-!:i:i:i:i~~
",U"II'II"';"."'
iJ ""'!'
FAULT
,i~imr ~
'
I'
1'
I
1
:!,~"
400
:il;,I",
1!;Ii:i!:!:
d:il!ltli!,~i.,i~'
600
""..:!ii~~!;i:;~i:~;!~;'i::i~i'!!;::;~~~:!i'!~;:~"i!;."~'~'::"'c
800.
800
1.000
~
J~~~:~~~~~:;!~';
:~':i~~:'
1.200
'1.400
1.600
1.800
0
Gambar 5.21
km
1
Penampang seismik melalui lapangan minyak Tandun, yang memperllhatkan
komponen
vertikal dari patahan transversal Pungut-Tandun (menurut Mertosono, 1975).
Perangkapreservoir
123
5.2.2.6
Tektonik dan penjebakan minyak
Dewasa ini dipersoalkan
mengenai apakah pelipatan
itu terbentuk
karena
gaya tangensial
atau gaya vertikal.
Dengan konsep tektonik
lempeng
dewasa ini,
maka pada pinggiran
pertemuan dua lempeng (misalnya
lempeng
samudra dengan lempeng benua) terjadi
berbagai
gaya kompresi yang
menyebabkan terjadinya
pelipatan
yang ketat sekali.
Namun dalam cekungan sedimen, pelipatan
yang ketat ini tidaklah
terlalu
baik untuk terjebaknya minyak karena struktur
menjadi terlalu
ruwet.
Minyakbumi lebih
banyak terjebak
dalam struktur
pelipatan
yang sangat landai,
dan
seringkali
pelipatan
ini berasosiasi
dengan patahan normal.
Hal ini
terbukti
di Laut Jawa, di utara Jawa Barat dimana lipatan
itu berhubungan dengan patahan yang terdapat
menerus ke dalam dasar cekungan.
Juga dewasa ini timbul
suatu konsepsi mengenai terbentuknya
lipatan
karena gaya vertikal,
yaitu pematahan dalam batuan dasar menyebabkan
gerakan turun naik daripada
balok-balok
at au bongkah-bongkah
patahan
ini,
sehingga menyebabkan pelipatan
di atasnya.
Pelipatan
ini sering
124
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
~
~..'
berhubungan dengan pelipatan
patahan tumbuh sebagaimana telah diutarakan sebelumnya.
Juga dengan sistem ini lipatan
yang didapatkan
sering merupakan lipatan
yang sangat landai,
tetapi
juga dapat berkembang membentuk segar naik.
Dalam tektonik
patahan bongkah ini
(block-faulting)
seringkali
bentuk antiklin
lebih menyerupai suatu
kubah daripada
antiklin
yang memanjang. Tetapi adakalanya juga semua
bentuk ini memanjang sepanjang patahan dan dibarengi
dengan adanya
segar naik.
Sebagai contoh misalnya,
Talang Akar Pendopo.
Di lain fihak jelas pula, bahwa lipatan
dapat memperlihatkan
adanya
patahan yang terus naik ke atas.
Patahan ini kebanyakan bersifat
patahan tumbuh (growth fault)
sehingga seringkali
patahan itu mati
sebelum mencapai permukaan. Adanya patahan tumbuh ini terlihat
sangat
baik di Laut Jawa Utara sebagaimana tampak pada Gambar 5.23.
Terdapatnya patahan sebagai penyebab pelipatan
itu terutama
terdapat
dalam
cekungan sedimen di belakang suatu busur lipatan
yang ketat atau yang
disebut
sebagai cekungan daratan muka (foreland
basin) dan juga dalam
cekungan penarik
pisahan (pull-apart),
misalnya
di pantai
samudra
Atlantik
atau mungkin juga di pantai
Kalimantan Timur.
ENNY
i
ANDA
~
~--,,-
,.
.I
~
o~
":l.
-".
-
Dasar
..Talang
..+
Akar
+ Tal.Akar+ .Tal~Ak.r+
+ +.
..Akar
.
Banuwati
4
" GU~al...
Batuan
10.000'
-
"E"
3 2 1
4i;8e/)aicaf;'.~:;
.~~
.
"U'
1
*-
<>
I ~;;- --;~'-:.~~
.
,2
Co,
A-1
0-1
. .IJ--~~.~'..,
~en~.-.,
~
.5000"~'
"6"
JANTI
BANUWATI
GAYATRI
../
+
+
+
..-+
+
~
,..-. .
~2000 ft
30mile
Gambar 5.23
Tektonik
patahan-bongkah
di bawah laut Jawa (Todd dan Pulunggono,
1971)
Selain itu,
sering pula lipatan
terjadi
bukan semata-mata karena gaya
tektonik
tetapi
karena pembebanan atau kompaksi yang terdapat
di atas
suatu peninggian
batuan dasar (basement high).
Lipatan yang demikian
disebut
'supratenous
folding'
dan biasanya merupakan tempat tumbuhnya
terumbu.
Dengan demikian dalam explorasi
regional
batuan dasar itu
mendapatkan perhatian
khusus.
Peninggian
batuan dasar itu selain
memperlihatkan
lipatan
juga ada kemungkinan membentuk suatu sumber sedimen
yang memungkinkan diendapkannya
sedimen kasar di sekitarnya.
Di lain fihak justru
di dalam lapisan
sedimen klastik
dasar tidak
didapatkan
basement high,
karena tempat terjadinya
sedimentasi
itu
bukan merupakan daerah sedimentasi
tetapi
daerah erosi.
5.3
PERANGKAP
STRATIGRAFI
Menurut Levorsen (1958),
perangkap stratigrafi
adalah suatu istilah
u~um untuk perangkap yang terjadi
karena berbagai
variasi
lateral
Perangkap reservoir
125
""
dalam litologi
suatu lapisan
reservoir
atau penghentian
dalam kelanjutan penyaluran
minyak dalam bumi.
Konsepsi perangkap stratigrafi
sebetulnya
telah dikenal
sejak ditemukannya akumulasi minyakbumi yang dihubungkan dengan fasies,
seperti
dikemukakan oleh Carll
(1880) untuk lapangan minyak di daerah Venango
(Amerika Serikat),
oleh Orton (1889) untuk lapangan dalam reservoir
gamping di Ohio-Indiana,
dan oleh Phinney (1891),
juga untuk lapangan
gas di Indiana.
Akan tetapi
konsepsi
ini secara resmi diusulkan
dan
diberi
nama 'Perangkap stratigrafi'
oleh Levorsen (1936).
Ia pad a
waktu itu sadar akan banyaknya perangkap yang tidak ditemukan tanpa
memanfaatkan pengetahuan geologie
5.3.1 PRINSIP PERANGKAP STRATIGRAFI
prinsip
perangkap stratigrafi
adalah bahwa minyak- dan gasbumi terjebak
dalam perjalanannya
ke atas terhalang
dari segal a arah terutama dari
bagian atas dan pinggir,
karena batuan reservoir
menghilang
atau berubah fasies menjadi batuan lain atau batuan yang karakteristik
dari~
pada reservoir
menghilang
sehingga
merupakan penghalang permeabilitas
(permeability
barrier).
Beberapa
~
unsur utama perangkap stratigrafi
-..
(Gambar 5.24),
ialah:
1) Adanya perubahan sifat
litologi dengan beberapa sifat
reservoir,
ke satu atau beberapa arah sehingB
4/~
ga merupakan penghalang permea\ -~~~--"'~-'
bilitas.
-;..~
-.;:
2)
'"
--
ke arah atas
\
-+'0,
"B
'"
"
"Q
';
~--,~
---
~~~~~
~~"
~
Gambar5.24 Beberapaunsurutamadalamperangkap
stratigrafi.penghalang-permeabilitas
dan kedudukanstruktur
yang
ini
naik.
Kedudukan
sebetulnya
si tertinggi
potensial
struktur
melokalisasi
posi-
daripada
daerah
rendah
dalam lapisan
reservoir
yang telah tertutup
dari arab atas dan pinggir
oleh beb~rapa unsur tersebut
di atas.
Kedudukan struktur
ini
dapat disebabkan
oleh kedudukan pengendapan atau
juga karena kemiringan wilayab.
perubahan sifat
litologi/sifat
reservoir
ke sesuatu arab daripada
lapisan
reservoir
dapat disebabkan:
a) Pembajian,
dimana lapisan
reservoir
yang dihimpit
di antara lapisan
penyekat menipis dan menghilang
(Gambar 5.25).
b) Penyerpihan
(shale-out),
dimana ketebalan
lapisan
tetap,
akan tetapi
sifat
litologi
berubah;
misalnya reservoir
batupasir,
secara berangsurangsur menjadi serpih.
Pada umumnya perubahan ini disertai
dengan jarijemari antara batupasir
dan serpih.
Kadang-kadang penyerpihan
disebut
pula perubahan fasies
(Gambar 5.26).
c) Persentuhan
dengan bidang erosi,
dimana suatu lapisan
reservoir
dapat berakhir
ke suatu arah karena:
126
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
~
~-';~\1-~
t 'V\~r-f-""'1l.ri~
AIR
~:.-=---
:.=---
Gambar 5.26
1) TERPANCUNGOLEH EROSI: Hal ini
ketidakselarasan
(Gambar 5.27).
2)
LAPISAN
terutama
Penyerpihan lapisan reservoir (jari.
jemari) sebagai unsur perangkap
stratigrafi.
terdapat
RESERVOIR TERBATAS OLEH BIDANG EROSI:
Hal
di bawah bidang
ini
disebabkan
1apisan diendapkan di atas suatu permukaan erosi,
yang terutama terdapat di atas bidang ketidakselarasan,
misa1nya terdapat
dalam
'channel-sand',
'strikevalley-sand'
(Gambar 5.28).
__LAPISANPENYEKAT
Pada hakekatnya,
perangkap stra~!.-~HALANG
PERMEABILITAS
Ketidak
;/
Gambar 5.27
Unsur perangkap yang disebabkan oleh
pemancungan lapisan reservoir oleh
ketidakselarasan
== ===
===
""'=--=- ~ ===
===-=~
/////
/:;~
/:
'/
tigrafi
didapatkan
karena
letak
posisi
struktur
tubuh batuan
reservoir
sedemikian
sehingga
batas lateral
tubuh tersebut
merupakan penghalang permeabi1itas
ke
arah atas atau ke pinggir.
Jika
tubuh batuan reservoir
itu kecil
dan sangat terbatas,
posisi
struktur
tidak begitu penting,
karena seluruhnya
atau sebagian
besar dari tubuh tersebut
merupakan perangkap.
Posisi
struktur
hanya menyesuaikan letak hidrokarbon pada bagian tubuh reservoir
(Gambar 5.29).
Jika tubuh reservoir
memanjang
atau meluas, .. maka posisi
struktur
Gambar5.28 Diagrampenampang
suatupasir-alur
lembahjurus (strikevalley,channelsand) sangat pent1.ng.
Perangkap
t1.dak
yangmemperlihatkan
pembatasan
akan terj adi j ika tubuh
reservoir
lapisanreservoiroleh bidangerosi
berada
dalam keadaan horosontal.
(disadurdari Busch.1959)
J .k
b .
t
h t b h t
l .
~
/"
GAS
/
/'
MINYAK
Gambar 5.29
Penampang beberapa tubuh pasir memperlihatkan posisi akumulasi minyakbum; karena kedudukan struktur
Perangkap reservoir
1. a ag1.an enga
u u
er 1.pat ,
maka perangkap yang terjadi
adalah
perangkap struktur
(antiklin).
Untuk terjadinya
perangkap stratigrafi,
maka posisi
struktur
lapisan
reservoir
harus sedemikian
sehingga salah satu batas lateral
tubuh reservoir
(yang dapat berupa
unsur di at as tadi) , merupakan
penghalang permeabilitas
ke atas
(Gambar
5.24
sampai
5.28).
Dalam hal ini,
minyak bumi mulamula dapat terkumpul
secara stratigrafi
pada salah satu ujung
lapisan
tubuh reservoir
karena ke-
I
miringan
wilayah atau kemiringan
pengendapan asli;bisa
pula karena
gerakan tektonik,
minyakbumi berpindah
dan berakumulasi
pada tengahtengah lapisan
reservoir,
yang karena perlipatan
mendapat posisi
tertj.nggi
(potensial
rendah lokal yang terisolir),
sehingga merupakan
perangkap struktur
(Gambar 9.20).
5. 3.1. 1 Pengutaraan perangkap stratigrafi
Perangkap stratigrafi
dinyatakan
dalam:
1) Penampang geologie
Gejala penyerpihan,
pembajian dan sebagainya
diperlihatkan
oleh bidang perlapisan
yang nyata.
Sumur pengendali
diperlihatkan
secara tegas.
2) Bentuk peta reservoir.
Mengingat unsur pembentukan perangkap maka
peta reservoir
harus dinyatakan
sebagai:
a Peta
reservoir
struktur
berkontur,
terutama
kemiringan
b Peta fasies,
secara lateral
yang memperlihatkan
wilayah.
kedudukan
lapisan
yang memperlihatkan
berbagai
perubahan yang terjadi
pada lapisan,
yang dapat dinyatakan
dalam:
I
PETA ISOPACH; yang memperlihatkan
ketebalan
lapisan reservoir.
Peta
seperti
ini sangat baik memperlihatkan
tubuh
reservoir
yang
dibatasi
secara lateral
oleh 'pembajian'
dan batas erosi,
karena dalam hal
ini lapisan
secara tegas dipisahkan
oleh bidang perlapisan.
Jika lensalensa atau lapisan
individuil
yang
Gambar5.30 Petaisopachsuatulensabatupasir
dipetakan,
maka pemataan
'lense-mapping'
II
PETA ISOLITH, yang seperti
an bersih
satu interval
lapisan
disebut
(Gambar 5.30).
'net-sand
map', memperlihatkan
ketebalyang terdiri
dari beberapa lapisan
reservoir,
yang menghilang
satu per satu ke suatu arah.
Pet a seperti
ini memperlihatkan
perubahan fasies
atau berkurangnya
tubuh lapisan
reservoir,
misalnya
untuk suatu delta
(Gambar 5.31).
~
'--"'\;.~
")c-.o~
40.:./
/&0-- /.
",:~~~~~~~1Yv
.' ..'
.'1~
:;;.:::::>
r,...
.'
..~..o.'
.
,.:.
Peta isolith batupasir suatu kompleks
Amerika
128
:'.:~':'O ':R~6~
..a:"";::/~
-:)"-.t...o/
.~y..o
~,, /-'
)
",
..
1
.~
.
2 mile
delta, lapangan minyak Red Wash, Utah,
Serikat (disadur dari Koesoemadinata,
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
1970)
/;-.
..
..
0
...L
Gambar 5.31
.c
/ 00
\ (~ : .(c: ---60 ".
~
:.
><:-:::
I~
"J'
--~--
""
'18
)<0,
III
IV
Gambar 5.32
Peta kontur memperlihatkan
perangkap
~tratigrafi perbandingan pasir serpih
sebagai unsur.
5.3.2
KLASIFIKASI
PETA PERBANDINGAN PASIR-
SERPIH (sand-shale
ratio
map),
yang memperlihatkan
dengan garis
kontur perbandingan
jumlah ketebalan interkalasi
pasir
terhadap
sisipan
serpih pada suatu intervallapisan.
Peta ini lebih
tepat
untuk perubahan fasies
yang bersifat
penyerpihan
yang diwujudkan
oleh jari-jemari
(Gambar 5.32).
PETA PALEOTOPOGRAFI,
yang
sering pula disebut
isobath map;
memperlihatkan
struktur
atau
kedalaman dari bidang ketidakselarasan.
Hal ini terutama penting
untuk perangkap ketidakselarasan
(Gambar 5.44).
PERANGKAP STRATIGRAFI
Perangkap stratigrafi
biasanya diklasifikasikan
bersama-sama dengan
perangkap struktur
seperti
oleh Clapp (1929),
Wilhelm (1945), de
Sitter
(1949).
Klasifikasi
khas perangkap stratigrafi
yang
pertama tercerminkan
dalam publikasi
Seismograph Service- Corporation
sebagai berikut
(Dott dan Reynolds,
1969):
a Perubahan porositas
atau permeabilitas
b Penumpangan (overlap)
lateral
dan vertikal
c perangsuran
(gradation)
dari fasies
atau pelensaan
d pemancungan (truncation)
e Ketidakselarasan
f Keadaan lingkungan
pengendapan
Klasifikasi
terakhir
yang dilakukan
oleh Rittenhouse
(1972), merupakan
perbaikan
klasifikasi
Levorsen (1954) yang terlampir
pada Tabel 5-2.
Penggolongan ini didasarkan
atas hubungan perangkap terhadap ketidakselarasan,
dan selanjutnya
atas
asal mulajadi
tubuh batuan reservoir,
sehingga tidak
lain
terutama merupakan klasifikasi
tubuh batuan reser-voir.
perlu dinyatakan
di sini bahwa klasifikasi
ini memasukkan pula
perangkap yang terjadi
karena pematahan dan retakan lokal.
Klasifikasi
yang akan dipergunakan
di sini
adalah menurut Levorsen
(1954),
karena klasifikasi
ini cukup sederhana,
memberikan pengertian
yang luas,
dan tidak bertele-tele
kepada hal yang detail,
walaupun
juga memperlihatkan
ketidak-konsekuenan.
Klasifikasi
ini diadaptasikan/
disederhanakan
sebagai berikut:
TUBUH BATUAN RESERVOIR TERBATAS
a
b
II
Batuan
Batuan
reservoir
reservoir
(LENSA)
klastik
detritus
dan volkanik.
karbonat;
terumbu, bioherm
PEMBAJIAN. PERUBAHAN FASIES ATAUPUN POROSITAS DARI
LAPISANDARI:
RESERVOIR
KE SUATU
ARAH
REGIONAL ATAUPUN
LOKAL
---~
~-~
--~--~
~
a
b
Batuan
Batuan
Perangkapreservoir
reservoir
reservoir
klastik
detritus
karbonat
Perangkap
stratigrafi primer
Levorsen
(1954)
129
III
PERANGKAP KETIDAKSELARASAN
Perangkap stratigrafi
Levorsen (1954).
sekunder
Dalam membahas perangkap stratigrafi
tidak
dapat diberikan
contoh dari
Indonesia,
kecuali
terumbu.
Hal ini disebabkan karena explorasi
di Indonesia belum meningkat kepada pencaharian
perangkap stratigrafi.
5.3.3
PERANGKAP TUBUH BATUAN RESERVOIR TERBATAS
5.3.3.1
Batuan reservoir klastik
Batuan reservoir
klastik
sering membentuk lensa-lensa
ataupun juga
tubuh-tubuh
yang memanjang tetapi
terbatas
penyebarannya,
seperti
'point-bar
sand',
'bar-finger
sand',
atau 'epineritic
lenticular
sand'.
Dalam hal ini lensa-lensa
jarang berdiri
sendiri
dan terdapat
secara
berkelompok,
bertumpuk satu dengan yang lain merupakan suatu kompleks.
Seringkali
kompleks ini merupakan suatu seri lapisan
dan jika
terlipat
secara kebetulan
dan terdapat
pada sumbu suatu antiklin
akan dikirakan
sebagai sesuatu perangkap struktur.
Namun dalam hal ini akan kelihatan,
karena setiap
lensa mempunyai batas air-minyak
tersendiri,
malahan
jenis minyakbumi yang berbeda.
Hal ini akan lebih jelas
lagi jika
ternyata
minyak juga didapatkan
dalam lensa-lensa
pacta s~ruktur
sinklin
{Contoh: Red Wash field,
White River Unit,
Koesoemadinata,
1970).
Tubuh batupasir
(shoe,
string
sand) jugatali-sepatu
dapat seluruh-
U
Gambar 5.33
Superimposisi~~~
lipatan di atas
tubuh-tubuh pasir alur (dari Busch,
1961). Interval saris kontur struktur 20
kaki
nya diisi
oleh minyak- dan gasbumi
dan dengan demikian merupakan pula
perangkap stratigrafi
jenis ini.
Sebagai contoh lain mengenai hal
ini dapat dilihat
dalam bab 4,
mengenai batuan reservoir.
Juga
gosong pasir
pantai
(beach sand,
bar sand) dapat merupakan perangkap tersendiri.'Channel
sand'
dapat bertindak
sebagai perangkap,
terutama jika berasosiasi
dengan
lipatan
landai.
Dengan demikian
minyak
sebagian
karena
terbatasnya terperangkap
penyebaran
batuan
karena
"
reservoJ.r,
dan
letak
ketinggian
penyebaran
-
-IIPEMBAHASAN:
5.3.3.2
tersebut
sebagJ.an
daripada
(Gambar 5.33).
Batuan reservoir karbonat
Hatuan reservoir
karbonat secara mutlak diwakili
oleh terumbu (reef)
atau bioherm yang secara tegas merupakan perangkap yang terjadi
karena
terbatasnya
penyebaran tubuh batuan reservoir.
Sangat spektakuler
adalah terumbu tiang
(pinnacle
reefs),
seperti
yang terdapat
di lapangan
Kasim dan Jaya di Irian
Jaya (Gambar 5.34).
Terumbu penghalang
(barrier
reef)
atau yang memanjang dapat diklasifikasikan
sebagai perangkap
130
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
N
~
m
~
CII
VI
:I
0
c:
.r:
CII
...
...
ro
oIJ
~
1-1
-.-I
cIS
1-1
a>
cn
a>
1-1
~
'0
1-1
~
tJI
~
ro
.j.J
..-1
:>
'd
~
..-1
1-1
~ ..-1
0 0
~
a>
1-1
I-Icn
1-1
..-1
..-1
cIS a>
'0
~
0
..-1
I-I~
:>cn
0
:>
~
a>
cn
cIS cIS
~
~
cIS.j.J
.r:
a>
cIS
~.Q
.QcIS
I
~
Q)
U)
Q)
0
cIS ".-I
~
~ ~
~
Q)
U)
Q)
cIS~
oI.J :>
.Q
".-I
cIS
cIS
~ ~
Itj ~
0
~ ~
~ Q)
cIS~
-§ ~
I
~m
rtj
..-i
.j.J
Q)
U)
~
I
I
IU
t/)
..-1
'd
..-1
I ~
tIS
tIS
~ ~
IU
t/)
~
IU
1U.-t
'd Q)
1-I'd
..-1 ..-1
:> Q)
Q)
IU
t/) ~
Q)
I-I~
~
S~
IU
-.-I
..-1 .-t
I1j
In
OJ
.-I
t/)
Q)
~1U'd~
+J
Q.j.J
-.-I
I-I~
-.-I
tIS
In~
1'1:
In
oIJ
I1j
'd
OM
PI
'0
OM
m
~
m
~
m
t/)
~ m
'0
t/)
~
t/)
Q)
mr-l
m
.jJ
OM m
Q)
OM
'0'0
m
Qj.jJ
~~
0~~
m m
~ ~
I1j
~ 'd
A..Q
I1j OM
~oIJ
OJ OJ
tJ\11j
A.~
:>
H
~
~§In
~
Q) ro
ro
'0 ~
ro
In
Q)
~ .-I
.j.J
-o-i
Q)'O
ro~
~
ro
Q)
Q)
~ .j.J
'0
~~
Q) m
:>
~~
I1j
In
I1j
~
I1j ~
s~
~
~
~ ..-1
In
tIS
Q)rTj
Q)~
Ori
:> Q)
~ In
tIS
1-1
rTj
r-I
'U
..-1
It!
.Y.
tIS
Q)
rIJ
:>tit!
Q) ~
.jJ
It!
.Y.
Q)
~.-j
~
~
~
Q)
~ ~
..-1
.j.J~
-ri
.jJ
Q)
.Y.
In
~
It!
rIJ
It!
rTj
.r:
It!
It!
.Q
~
m
.j.J
m
.ri
m
U)
m
00
'U
-.-i
~
1-1
rtj
Q)
Q)
:>-1m
.j.J
m
~
U)
~r-i
Q)
".-I
AI
~
I'!;
.Co
p.~
ro OM
~.jJ
Q) Q)
~~
tJlro
~ro
ro In
~Q)
r-i
ro ro
.Q In
ro
OM ~
~~
ro
:>
AI
tU
rtj
~
I::
'6.
~tU
p.
~
..oj
H
H
H
p.,
Q) .j.J
~ ~
m m
I:: .j.J
~..oj
~ ~
p.m
m ~
H
H
Q)
Q) 0
1-1
Q)
I::
Q)
C1
a> a>
p.~
tU
I!)
cIS 0cIS
cIS..-I
.j.J
~'O
~
Q)
UJ
1:1:
~~
~~
1-I.j.J
1-1
cIS
OJ
UJ
OJ
~
ro
ro ~
~
ro
:=' UJ
oIJ :='
IIj
~
~
(1j
'7d
-§
Q)
~
~
~
(1j
t/)
t::
In I
.jJ~
In In
~'tj
Q) °.-t
UJ
~
UJ
In
~ Q) t::
Q) ~
In
'tj.jJ
t::
E-t 'tj
°.-t
Q)
~
In
Intr-ln
'tjt::r-i
.Q
~
tJ't/)
~ Q)
(1j
(1j ..-1
Q)
~
p.~
cx:
...
H
CII
c:
2
:I
E
OJ
;;:
co
...
';;
co
VI
...
...
Cco
~
OJ
C
~
CII
C-
'in
co
~
'in
;;:
.!?
~
N
,
It)
I-
:8
10
Perangkapreservoir
131
Tabel 5 -2a
TIDAK
Perincian jenis perangkap stratigrafi
DEKAT
KETIDAKSELARASAN
I
Perangkap
A
Batuan
I
a
b
Endapan angin
Duna (onggokan pasir,
di pedalaman)
Selimut
endapan angin
2
Kipas
3
a
b
c
LeIIibah aluvial
Alur kepang (braided
Isi
saluran
(channelGosong tanjung
(point
4
a
d
Delta (lakustrin,
tel uk)
Gosong mulut alur penyebar
(distributary
mouth-bar)
Selimut delta
(deltaic
sheet)
Isi saluran
penyebar
(distributary
channelfill)
Gosong jari
(finger
bar)
5
Endapan pantai
B
Batuan
b
c
perubahan
reservoir
fasies
yang
ditransport
arus
dekat pantai,
aluvial
stream)
fill)
bar)
non delta
reaarvoir
6
a
b
c
d
e
f
Endapan mar in dangkal
Gosong pasang-surut
(tidal
bar)
Jalur
gosong pasang-surut
(tidal
bar belt)
Jalur
pasir
(sand-belt)
pasir
limpahan
(washover sand)
Tepi paparan (shelf-edge)
Terpilah
pada puncak dangkal
(shallow
winnowed-crestal)
Terpilah
pada sayap dangkal
(shallow
winnowed-flank)
Turbidit
dangkal
(shallow
turbidite)
7
a
b
c
Endapan marin dalam
Kipas marin (marine
fan)
Turbidit
dalam (deep-turbidite)
Endapan terpilah
pada puncak dalam
(deep winnowed-crestal)
Endapan terpilah
pada sayap dangkal
(deep winnowed-flank)
d
bar)
ditraneport
2
ICarbonat
a
Terwnbu stratigrafi
Lang.eran
II
Perangkap
A
Batuan
1
Penggantian
(dan terlarutkan)
(replacement and leached)
Pinggiran
paparan yang terdolomitkan
(dolomitized
shelf-edge)
Onggokan terdolomitkan
(dolomitized
mound)
a
b
b
non-reservoir
B
Batuan
1
a
Kcmlpaksi
l(c)D\Paksi fisik
DEKAT
III
c
diagenese
reservoir
~njadi
di
reservoir
Selimut
terdolomitkan
(dolanitized
blanket)
(krinoid
dan sebagainya)
Endapan yang ditransport
arus yang
terdolomitkan
(jenis
fasies
atau
d
litologi)
2
Terbreksikan
3
Teretakkan
b
non-reservoir
KETIDAKSELARASAN
di bawah
Penyekat
l
a
b
Topografi
muda
Lereng lembah
puncak lembah
B
1
Penyekatan
di
Semen mineral
-
atas
ketidakselarasan
ketidakselarasan
bawah ketidakselarasan
(anhidrit,
kalsit,
dan
3
Topografi
a
Diratakan
2
3
Pen!/ekat: aspal
Hasil
pelapukan
1
a
b
c
Dua
Isi
Isi
Isi
V
132
2
a
b
c
d
di etas ketidakselarasan
Lokasi
reservoir
selarasan
B Lokalisasi
Istilah
fasies
(dislope)
tua
(tel spar,
tut
lapuk,
dan lain-lain)
A
sisi
lembah
ngarai
lubang
litologii
kimia
2 Topografi
dewasa
a puncak (crestal)
b Lerenq kemirinqan
c Escarpment
d Lembah
lain-lain)
Perangkap
Kompaksi
(jenis
---""
A
IV
pasang-surut,
2 S...entasi
DENGAN
Perangkap
menjadi
biogenik
1 Pinggiran
paparan
2 Onggokan (lOOund)
Selimut
(krinoid,
dataran
laguna daTI lain-lain)
1 Gr.fit..i
a
1972).
Pantai
Gosong penghalang
(barrier-bar)
Spit.
hook
Delta pasang-surut
(tidal
delta)
Dataran pasang-surut
(tidal
flat)
h
arua
Rittenhouse,
a
b
c
d
e
g
(lakustrin-
yang tidak
(menurut
dikendalikan
ketidak-
e
ledakan
reservoir
tidak
dikendalikan
yang diikuti
oleh istilah
ketidakselarasan
Jtetidakselarasan.
Perangkap di atas dan di bawah ketidakselarasan
Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi
Suatu sisi
(buttress)
Gawir danau
Gawir pantai
(fault-coastal
shelf)
Sisi
lembah (gault-valley
side)
Lereng buki t (terumbu tepi.
lOOund.
selimut
dan lain-lain)
Lereng struktur
(structure
flank,
terumbu tepi
dan lain-lain)
(transgresif).
-..~
stratigrafi
dalam kategori
ini,
terutama jika akumulasi
terdapat
pada
kulminasi
daripada
jajaran
terumbu ini.
Dalam peta, perangkap ditunjukkan. dengan garis kontur yang menyatakan batas atas batuan reservoir
dengan lapisan
penyekat di atasnya,
yang merupakan bentuk morfologi
0
1/2
1
mile
F--,km
CEKUNGAN SALAWATI
IRIAN JAVA.
INDONESIA
Gambar 5.34
Penampang suatu terumbu tiang, lapangan Kasim Java, Irian Java (Vincelette,
,
0
6
.~
" 000
.
.0
'..'0
yang sering memotong bidang perlapisan,
karena pada umumnya
merupakan batas perubahan fasies
yang agak tajarn (Gambar 5.35).
Perangkap lain dalam kategori
ini
adalah terjadinya
porositas
lokal
yang terisolir
dalam tubuh batuan
karbonat yang sering-sering
disebabkan oleh dolomitisasi
ataupun
pelarutan
dan perubahan diagenesa
lainnya.
Sering perangkap demikian
disebut
'replacement
trap'.
Dalarn
u
i
~
,,00' '..
;
"
,
..
,. .." "",
0
.'."200
(J.".. ,.
0""""
"..
0
o--e
I
,)
,.0
Interval
Kontur
61 m.
.-1
mile
~1km
Gambar 5.3~ Peta struktur suatu terumbu tiang (Terry
dan Williams, 1969)
kian
hanya
5.3.3.3
dapat
diperlihatkan
1973)
kategori
denikian
batuan
d
t
korbonat
d .
kk
apa
J.masu
juga
an
retakan
dalarn
yang terlokalisasi
b
"
1
se
agaJ.
I
ensa.
Di dalarn peta,
perangkap yang demiolehgaris-garis
kontur iso-porositas.
Batuan reservoir lainnya
Batuan reservoir
rnisalnya batuan
Perangkapreservoir
jenis
lain dapat pula
yang rnengalarni retakan
rnerupakan perangkap stratigrafi,
secara lokal
(contoh dalarn
133
"'~, ,-
-"",",
~"O"'"
'"'"
"'"'-
5.3.4.1 Reservoir klastik detritus
Reservoir
jenis
ini sering merupakan perangkap stratigrafi
dalam kategori ketidak
lanjutan
porositas
atau sifat
reservoir
yang disebabkan
pembajian ke atas atau penyerpihan
ke atas.
1) PEMBAJIAN KE ATAS, biasanya berasosiasi
dengan pasir
pantai
yang
bersifat
transgresif
pada suatu bidang ketidakselarasan
yang bersifat
penumpangan progresif
(progressive
onlapping).
Seringkali
kemiringan
sedimen asli
(original
dipslope)
cukup bertindak
sebagai kemiringan
wilayah.
penyekatan dari atas biasanya disebabkan
sifat
transgresi
yang rl1elompat-lompat,
sehingga di atas lapisan
pasir
pantai
diendapkan
lapisan
serpih marin (Gambar 5.36).
Tutupan (closure)
biasanya ditentukan oleh stratigrafi.
Batas pembajian biasanya tidak
lurus tetapi
hergerigi,
karena ketidakrataan
paleotopografi
di atas mana transgresi berlangsung.
Lapisan batupasir
ini ke arah cekungan juga dapat
berubah fasies
menjadi serpih dan terjadi
perangkap yang tergantung
pula dari ke~iringan
~lilayah.
Dalam hal ini bentuk lapisan
reservoir
--:
-hanya
I
!
~
~
?
~
100 I
kaki I
adalah
.
-I
suatu prisma,akan
tetapi
bagian
yang
menaik
ke at as
(updip) saja bertindak
sebagai
perangkap.
Peta yang dapat memperlihatkan
perangkap jenis
ini dengan
baik adalah peta isopach,
dimana
garis nol merupakan batas perangkap
dan menentukan tutupan.
2) PENYERAPANKE ATAS, biasanya
--===~~~~~
~A~~
K
berasosiasi
dengan pasir
pantai
yang
Gambar 5.36 Lapisan pasir transgresi-regresisebagai
bersifat
regresif
dan
juga
transgrecontoh penyerpihan (McKenzie, 1972)
sit jika tidak berasosiasi
dengan
ketidakselarasan.
Penyerpihan
terjadi
karena pasir pantai berjari-jemari
dengan serpih
non-marin,
seperti
laguna atau rawa dan lapisan batubara.
Juga seringkali
kemiringan
wilayah
sesuaidengan
kemiringan
lereng
~.~
---
SERPIH
MARIN
134
-.:-
--""'"
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
~
:-""
-5000'
sedimentasi
aslinya
(original
dipslope).
Ke arah cekungan, penyerpihan dapat terjadi
seperti
halnya
dengan lapisan pasir
pantai
transgresif,
tetapi
perangkap stratigrafi
A. Posisi 'apisan pasir pantai dalam keadaan
kemiringan aslinya
hanya dapat terjadi
jika kemiringan
wilayah
terbalik
dengan kemiringan
Kemungkinan perangkap
I st. atigrafi
lereng pengendapan aslinya
(Gambar
5.37) .
Peta terbaik
untuk menunjukkan jenis
perangkap ini adalah peta perbandingan pasir-serpih,
dimana nilai
terten:":""V
tu merupakan batas perangkap dan me~
nentukan tutupan stratigrafi.
Untuk
cara lebih mendetail,
misalnya memeB. Pasisi lapisan pasir pantai setelah pembalikan
kemiringan wilayah
takan satu lapisan
reservoir,
lebih
baik dipetakan
berdasarkan
'isolith'
Gambar 5.37
Pembalikan kemiringan wilayah dari
dari pasir
dengan porositas
minimal
kemiringan aslinya menyebabkan unsur
perangkap oleh penyerpihan kearah
tertentu,
misalnya
5%.
Data
diambil
laut
dari micro-log.
Perangkap pembajian atau penyerpihan
ke atas ini jarang berdiri
sendiri
dan Bering merupakan jalur-jalur
lapangan minyak sejajar
terhadap
garis pantai-purba,
dan berada secara tersusun
(regional
wedge belt
of permeabilities).
Sebagai contoh misalnya Frio sand, Oligocene di Gulfcoast,
Texas
(Gambar 5.38).
--~
Muka laut
Lingkungan
Laguna .
c'=:::::~:~:~~~!:;;~;-
A
B
~~
F:~.
~""""~
-"
~ "... '"
~
\.!'-~f
VJCKS
~tl
c
Gambar 5.38
~
"-t
".,.,~
U'.s-
BURG
FLEXURE
~/e~ -\1
°4"
~~~~~~~~~:;;
c.~~
~"i/)
VI((t:
,0
\
(.,~G'
8Jj..q(~
-10.000'
'---,Skala
20mile
Penyebaran lapangan minyak dalam ralur-ralur yang serajar dengan rurus pantai di daerah
Teluk Mexiko (A). Pembajian Frio Sand bertindak sebagai perangkap (8). Detail dari salah satu
lapangan minyak Armstrong di 1 exas (C), di mana relas tutupan disebapkan :>Ieh ketidak-teraturan
garis pembajian permeabilitas (disusun dari Levorsen,1958, halo 197, dan Halbouty, 1968)
5.3.4.2
Reservoir karbonat
Dalam hal pembatasan porositasnya
ke arah at as kemiringan
lebih
ruwet
daripada
reservoir
klastik
detritus.
Hal ini disebabkan
karena peruPerangkapreservoir
135
bahan lingkungan
pengendapan,
tetapi
juga karena perubahan diagenesa
dan dolomitisasi,
dan mungkin hal yang disebut terakhir
ini merupakan
faktor
yang lebih penting.
Pembedaan antara pembajian dengan perubahan fasies
sukar dilakukan,
dan pada umumnya penghalang permeabilitas
disebabkan
karena perubahan
fasies.
Dalam hal terumbu perangkap perubahan fasies
dapat pula terjadi
jika
terumbu tumbuh dalam keadaan transgresi
atau regresi
(Link,
1951),
sehingga merupakan suatu kompleks terumbu.
Ke arah daratan kompleks
ini dapat berubah fasies menjadi gamping laguna yang tidak permeabel,
sehingga arah kemiringan
regional
ke arah daratan akan memberikan
~
.perangkap.
Juga kemiringan
ke
arah cekungan akan memberikan hal
yang sarna, karena fasies
terumbu
akan kembali menjadi fasies
gamping cekungan (basinal limestone).
Hal yang sarna akan didapatkan
dalam gamping klastik,
seperti
B. TERUBU TRANSGRESIF
MENGALAMI
oolit
dan kalkarenit,
yang ke
PENURUNAN
arah darat berubah ke fasies
Muka Laut
gamping laguna yang berenergi
rendah dan ke arah laut berubah
ke gamping cekungan yang juga
berenergi
rendah.
Dari segi perubahan fasies perubahan ke arah
E:::J Klastik litoral
darat mungkin lebih
cepat dariEm3 Gamping terumbu belakang
pada ke arah lalit,
sehingga lereng
-Gamping
Terumbu
~
Gamping terumbu muka
ke atas darat mungkin lebih
cepat
~
Gamping dan napa) cekungan (Globigerina)
daripada ke arah laut.
Dengan
demikian lereng ke arah darat
Gambar 5.39
Kompleks terumbu yang disebabkan
transgresi dan regresi (Henson, 1950)
akan
memberikan
perangkap
.
.k
gra J. yang 1 e b .J.h b aJ.
f
5.39).
strati-
(Gamb
ar
perubahan diagenesa mungkin merupakan faktor
yang lebih penting
daripada perubahan fasies pada perangkap stratigrafi
karbonat.
Pembentukan
perangkap diagenesa
dapat terjadi
tidak
lama sesudah atau pada waktu
pengendapan atau setelah penguburan yang lumayan, malahan mungkin setelah litifikasi
yang extensif.
Menurut Rittenhouse
(1972) penghalang
permeabilitas
dapat terjadi
secara lateral
karena:
1) Suatu batuan non-reservoir
telah dirubah ke arah ba~1ah kemiringan
menjadi batuan reservoir.
Batuan yang tidak
diubah atau diubah secara
kurang ekstensif
bertindak
sebagai penghalang permeabilitas
pada bagian
at as atau secara lateral.
Pengubahan batuan non-reservoir
menjadi berpori terutama terjadi
karena dolomitisasi,
pelarutan
dan juga breksiasi
dan peretakan.
Di antara beberapa faktor
itu,
penggantian
oleh dolomitisasi
adalah yang paling penting.
Sebagai contoh misalnya,
lapangan Empire Abo, di New Mexico (Le May,
1972, Gambar 5.40) dan Black Lake di Louisiana
(White, 1972).
2) Suatu batuan reservoir
sebagian telah diubah menjadi batuan nonreservoir
dalam ke arah atas kemiringan
dan bertindak
sebagai penghalang
permeabilitas.
Dalam hal ini,
kompaksi dan sementasi yang disebabkan
oleh
pemasukan air tawar merupakan faktor
pentin~
(Friedman,
1967).
136
Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi
Gambar 5.40
perubahan permeabilitas
ke arah atas kemiringan
yang disebabkan karena dolomitisasi
(Lapangan
Empire ABC, menurut LeMay, 1972)
5.3.5
PERANAN
DAERAH
PEMBENTUKAN
PERANGKAP
BATUAN
DASAR
STRATIGRAFI
TINGGI
DALAI\,1
Daerah peninggian
batuan dasar penting
dalam pembentukan perangkap
stratigrafi.
Daerah peninggian
ini merupakan perbukitan
atau paleoto-pografi.
Pada waktu transgresi,
daerah tersebut
merupakan pulau dari
mana klastik
detritus
dierosi
dan diendapkan sebagai pantai
sekelilingnya. Transgresi
selanjutnya
akan menenggelarnkan pulau tersebut
dan
serpih atau karbonat akan menutupinya,
sehingga sekeliling
daerah
tinggi
itu terdapat
pembajian lapisan pasir
ke atas kemiringan
terhadap
bukit-bukit
terpendam tadi.
Contoh yang demikian didapatkan
pada bukit
Pendopo dalarn Forrnasi Talang Akar.
Di lain
dangkal
5.4
fihak
setelah
dan merupakan
PERANGKAP
bukit
itu tenggelam,
temp at terbentuknya
KOMBINASI
daerah
terumbu.
STRUKTUR
itu
menjadi
daerah
DAN STRATIGRAFI
Tanpa disadari,
perangkap minyakburni kebanyakan merupakan kombinasi
perangkap struktur
dan stratigrafi,
dimana setiap unsur stratigrafi
dan unsur struktur
merupakan faktor
bersama dalam membatasi bergeraknya
atau menjebak minyakburni.
Perlu diketahui
bahwa dalam perangkap itu selalu
terdapat
bagian yang terbuka ke bawah. Beberapa kombinasi
antaraunsur
struktur
dan unsur stratigrafi
adalah:
5.4.1 KOMBINASI LIPATAN-PEMBAJIAN
Dalam Gambar 5.41 dapat dilihat
bahwa kombinasi
lipatan-pembajian
dapat
terjadi
karena di salah satu fihak pasir
menghilang dan di lain fihak
hidung antiklin
menutup arah lainnya.
Maka jelas hal ini sering terjadi
pada perangkap stratigrafi
yang normal
Kombinasi lain adalah antara perangkap stratigrafi
yang berbentuk
lensa
dan pelipatan.
Hal ini terjadi
dalam endapan delta,
dimana sebetulnya
unsur struktur
hanya merupakan pelengkap saja, yaitu
tanda bahwa dengan
adanya struktur
akan terjadi
akumulasi.
Perangkap reservoir
137
I
~
-""'-~
.".-.
Tetapi dengan adanya pelipatan
maka penyebaran daripada akumulasi akan
terkonsentrasi
dalam bagian tertinggi
dari tiap lensa dalam kompleks.
Contoh lain kombinasi pembajian-pelipatan,
ialah yang hanya terjadi
pada suatu peninggian
dasar (basement high) sebagaimana telah dibahas
sebelumnya,
di mana kompaksi serpih akan mengakibatkan
pelipatan.
Juga seringkali
peninggian
ini menjadi lokus daripada
suatu pelipatan
di kemudian hari dan dengan demikian di sini akan didapatkan
suatu
kombinasi
antara pelipatan
dan pembajian.
-,...~
-I'"
~--=-
, =-
-
~
X~-""---~
/
~...
J
-/
p../
---
B
~~~
+
c:.::'
,-
'... /
;::;.;--
)-/
+
-~
+
+
;... ~<p.\~':::'
+
.+
.+
Gambar 5.41
5.4.2
Kombinasi perangkap stratigrafi
KOMBINASI
PATAHAN
dan struktur
+
+
+ : + ~~~~~~
:,..; '+~ ,
+
+
+
+
+
+
+
+
A
+
+
+ + +
:,..;""""
~-
+++++
+++++
+
+
+
:,..;'- "-
+
+
+
+
+
++++
+
lipatan dimana di satu fihak lapisan reservoir membaji
-PEMBAJIAN
Kombinasi
Pembajian
pembajian
ini rnerupakan aspek penting
pada perangkap stratigrafi.
yang berkombinasi
dengan patahan jauh lebih biasa daripada
yang berdiri
sendiri.
Mj.salnya di satu fihak
terdapat
suatu
'~",
kerniringan
wilayah yang rnembatasi
-"""-geraknya
rninyak
ke suatu
' -~'--.
-~:~~di arah lain
ditahan
oleh arah
suatudan
""'.
-
'" ,
-"""'/-.
,,(~-
;.::::-,
::-';;'I!
-~.
PERANGKAP
~~
sedangkan di
lagi dibatasi
Maka di sini
arah yang
oleh pernj elas suatu
kerniringan
wilayah adalah sangat
penting
(Gambar 5.42).
Hal ini dapat juga terjadi
pada
kombinasi
antara
patahan
dengan
./
suatu bentuk tubuh batupasir
_S
isopach Japisan pasir
ataupun batuan karbonat yang
S~ garis ketinggian
struktur
terbatas.
Misalnya
suatu lensa
Gambar
5.42 Petastrukturperangkap
kombinasi
dan patahan,
suatu bentuk talipatahan
danpembajian.
sepatu dengan patahan,
bankan
juga suatu terumbu dengan patahan.
Dapat disirnpulkan
di sini bahwa berbagai
kernungkinan antara pelipatan,
patahan dan perubahan stratigrafi
dapat terjadi
untuk rnembentuk perang-kap.
Dalam hal ini kernungkinan itu terlalu
banyak untuk dapat diperinci
satu derni satu.
5.5
~-,~
7/-~~
/
;-;.,../
patahan
lainnya
baj ian.
~,,~
KETIDAKSELARASAN
DAN PERANGKAP
SEKUNDER
5.5.1 PERANGKAP PALEOMORFOLOGI
Perangkap ketidakselarasan
sedikit
banyak
138
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
juga
rnerupakan
kombinasi
139
antara stratigrafi
dengan pelipatan.
Stratigrafi
dalam arti
kata bahwa gejala
ketidakselarasan
merupakan gejala
stratigrafi,
sedangkan
perangkap lainnya
misalkan pelipatan
dan patahan merupakan gejala
struktur.
Sebagaimar.a diketahui
terdapat
berbagai
macam ketidakselarasan antara lain:
a Ketidakselarasan
sejajar
(disconformity)
b Ketidakselarasan
bersudut
(angular
unconformity)
c Bukan keselarasan
(nonconformity)
Pada umumnya yang dapat membentuk suatu perangkap ialah ketidakselarasan bersudut,
sedangkan untuk ketidakselarasan
lainnya
diperlukan
juga
unsur lain.
Suatu ketidakselarasan
dapat menghilang
ke suatu arah,
bahkan dapat berpotongan
atau berkonvergensi
menjadi satu.
Pada suatu
gejala ketidakselarasan,
gejala
stratigrafi
dapat terjadi
selain d,i
bawah bidang ketidakselarasan
tersebut
juga di atasnya dalam bentuk
suatu penjangkauan
transgresi
(transgressive
overlap)
(Gambar 5.43).
--_MU!:!::.-LA~ET.:.:.~H~U~UN!:::.N~G~U~NE~
~...,
MUKA
~
LAUT
(STADIUM
~
--=-
PERMULAAN
--0
@
--- --(3)-==-)
/.','
y:.:.
I<.E1",O/'.I<.-SE\-/'.
,,--/::..c:,
.
:c:':::.': ,=~-=e
":,
;;>: '."" ',.
.'
f"/'.S/'.N
',:;"."/
;;iX
.:..'1
::::--
--:::::::::--:~
:::::- -~
~ --
~
.
""
,(
-
Dalarn hal yang disebut
terakhir,
maka masing-masing
lapisan
pasir
yang
berada
pada urutan
di atasnya
akan berada
jauh ke sesuatu
arah daripada yang berada
di bawahnya.
Dengan demikian
hal ini
memberi kesempatan
akan adanya perangkap
stratigrafi
seperti
suatu pembajian.
Dalarn hal
ini
jelas
bahwa perangkap
stratigrafi
yang berada
di atas ketidakselarasan
dapat kita
golongkan
sebagai
perangkap
stratigrafi.
Sebagaimana
telah
dibahas
sebelumnya,
di bawah bidang
ketidakselarasan
biasanya
semua lapisan
yang berpori-pori
dan permeabel,
terpancung
oleh berba-
gai lapisan
yang ada di atasnya.
Seringkali
lapisan
di atasnya
itu
merupakan
suatu
lapisan
yang kedap,
misalnya
suatu
lapisan
serpih
yang
diendapkan
pada waktu transgresi
yang mend adak di atas permukaan
keti-dakselarasan
Selain
itu
juga lapisan
yang berada
di bawah ketidakselarasan
itu
mungkin
sangat peka terhadap
pelapukan
sehingga
menimbulkan
rongga-rongga
porositas
yang baik.
Misalnya,
batugamping
yang pada
Perangkap reservoir
~
~
5.5.2
PERANGKAP PENYUMBATAN
ASPAL
Perangkap jenis
ini juga dapat dikatakan
sebagai perangkap yang berhubungan dengan bidang erosi atau disebut pula perangkap sekunder.
Seringkali
lapisan
minyak yang tererosi
membentuk suatu rembasan
sebagaimana telah dibahas di dalam Bab 3. Dalam rembasan ini seringkali bagian cairan yang mudah menguap meninggalkan
suatu residu yang
140
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gashumi
asan
lib
141
~an
kemudian menjadi suatu sumbat bagi pere
Dengan demikian terbentuklah
suatu pera
ini harus diperhatikan
mengenai keadaa!
lapisan
secara lateral.
Perangkap jeni~
minyak selanjutnya.kap
minyak.
Juga dalam haI
dimensi dari penyebaran.ni
tidak banyak terjadi.
5.5.3 PERANGKAP STRATIGRAFI DALAM TIGA DIMENSI
Untuk pencarian
perangkap stratigrafi
dan juga perangkap kombinasi
stratigrafi
dan struktur
dimintakan
pengertian
lebih mendalam mengena
stratigrafi
dan juga dalam metoda untuk memperlihatkan
perubahan yang
terjadi
dalam lapisan
atau yang juga disebut
sebagai perubahan fasies
Dalam hal ini pemetaan di bawah permukaan berdasarkan
data yang didapatkan dari sumur sangatlah penting,
seperti
misalnya,
pembuatan peta
isopach,
iso-fasies,
perbandingan
pasir-serpih
dan sebagainya.
Juga
dapat dilihat
di atas bahwa peta seperti
peta paleotopografi
ataupun
peta paleogeologi
akan sangat membantu dalam memberi pengertian
yang
lebih baik mengenai penyebaran lapisan
dan juga bagaimana kelakuan
JAVA 8'
KASIM-O-2
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
,...' ,
:t
"'!-'i .;..,,;»""
lit,.i.'I"
~~
"j.\.
12
"..: .
.~
:,.,;
1.3
.,
--
~
~~1.5
~,~':.111,6
SEISMIC
LINE
Gambar 5.45
SECTION
NO.44
SALAWATI
IRIAN
JAYA.
BASIN
INDONESIA
Penan
lapisan
itu secara lateral.
Dewasa ini metoda seismik telah maju sek.
li,
sedemikian rupa sehingga sering dapat memperlihatkan
gejala
pale<
morfologi
itu secara jelas.
Cara seismik untuk menginterpretasikan
adanya suatu terumbu telah dikembangkan.
Misalnya
saja dengan penemuan
terumbu di Irian Jaya, metoda seismik telah memperlihatkan
kemampuannya
seperti
dapat dilihat
pada Gambar 5.45. Metoda seismik
selain
dapat
memperlihatkan
pembajian dan sebagainya,
juga dapat menginterpretasiJ
litologi
dengan mempergunakan analisa
kecepatan,
sehingga seringkali
dapat dibuat peta perbandingan
pasir
serpih atau juga perbandingan
klastik
karbonat.
angkap reservoir
""
~31
~II
~.b~
:1
5.6
KLASIFIKASI
PERANGKAP
DE SITTER
Beberapa k1asifikasi
perangkap te1ah diusu1kan oleh Clapp (1910, 1917),
Wilson (1934), Heald (1940),
Heroy (1941), Sanders (1943),
Wilhelm
(1945) dan Brod (1945) (Tabel. 5-2).
Semua k1asifikasi
tersebut
tentunya
mengutamakan berbagai ha1 yang
pada waktu itu dianggap penting.
K1asifikasi
ini sebetu1nya merupakan
pengetahuan secara ikhtisar
mengenai jenis perangkap.
Te1ah dibahas
sebe1umnya bahwa kemungkinan jenis perangkap banyak seka1i,
sehingga
k1asifikasi
hanya sekedar merupakan suatu ikhtisar
saja.
Pada Gambar
5-46 diberikan
k1asifikasi
oleh de Sitter
(1950) yang didasarkan
atas
dua unsur terpenting,
yaitu unsur struktur
(tektonik)
dan unsur stra-tigrafi.
Da1am ha1 ini de Sitter
mengadakan k1asifikasi
yang dinyatakan da1am suatu matriks
A, B, C, masing-masing
merupakan ke1ompok
unsur perangkap utama, stratigrafi,
ketidakse1arasan,
berbagai
bentuk
tektonik
dan intrusi.
,Group 15
."~~
-;-."'~;;;...I/IS
-~~~~--,
~-~---'-
-~"---'--CL
-..
-:-::;-~~~
--; S
I--::
-I
A
I-
~---
A1
'-'
~~~~~~~~~~~~
S
0-
-'" ~ '" -'"
",,'
"",-",-/-:;'"
/~~~~~~~~:::;1
"
/,,'
/--
I1'S
I
II
S --M
-,,:
, '"
'",
A21
---
:~~.;.;~,
.,.,:'
.',,-~';:::
"-.
S:2
-
-~
C.a.1
~
-~
-~-
/'
831;Combin8tionof 81_&821
S-
(JHW'( ~
C.L1'Y
S -s--
---
~~~~~~~
~~:::--:
~--;-g~;;~
...C.8.16
~~
-
"'-
C.a.2
-
-'-'t.
(
Cob
,--
--:----S
--~
C.c
C.b.2
~
-'"'"
-
'-i
",-
~
'- ",--,'...
-"':.",-salt.y ,""'y C.c.J~1
r
-
" -Y
y y
.y
salty"
--'-
~Shale
DSand
Gambar 5.46
A
VARIASI
~Limestone
~M8rl
~Cristal
rock
IIIillD Oilaccum
M = m8p
~-~
S
= section
Klasifikasi perangkap minyak menurut de Sitter (1950)
LATERAL DALAM PERMEABILITAS:
a Lensa-lensa
pasir
dan gamping, khususnya batupasir
berbentuk
talisepatu.
Ini merupakan saluran ataupun pantai yang telah menjadi fosil
dan juga terumbu koral yang fosil.
b Berbagai variasi
permeabilitas
dan porositas
lokal,
primer ataupun
sekunder dalam batugamping,
misalnya
karena pelarutan,
breksi
dan
karena tekstur
oolit.
C Variasi
lateral
dalam permeabilitas
pada batupasir,
dirnana dalam
hal yang ekstrem sarna dengan lensa-lensa
pasir.
d penyumbatan pori-pori
oleh aspal dan gejala lain.
142
Koesoemadinata,Geologi Minyak- dan Gasbumi
..I
B KETIDAKSELARASAN:
a Batuan reservoir
adalah lebih muda atau berada
di atas ketidakselarasan.
b Batuan reservoir
pasir,
konglomerat
dasar at au breksi dasar sebagai
eluvial
di atas ketidakselarasan.
c Batuan reservoir
yang merupakan formasi yang terpancung.
C BERBAGAI BENTUK TEKTONIK:
a.l Pelipatan
landai
, a; teras,
S; hidung,
y; kubah, 0; dan amhang.
Dalam berbagai bentuk tektonik
yang landai ini,
perubahan variasi
permeabilitas
terjadi
secara primer,
dimana besar butir
memegang peranan
penting.
Dalam hal yang terakhir
ini kadang-kadang perbedaan dalam
kompaksi juga memperlihatkan
bentuk yang menyerupai bentuk tektonik.
a.2 Antiklin,
ai simetris,
S; asimetris,
y; tersungkup,
Oi struktur
diapir.
b Kubah pada umumnya dapat dimasukkan dalam C. a.l.
1 Patahan yang terdapat
dalam lipatan,
misalnya patahan yang memanjang dan patahan yang memotong suatu antiklin.
2 Patahan yang disebabkan karena efek kubah patahan radier.
3 patahan bongkah (block-faulting),
patahan dalam monoklin.
4 Akumulasi pada breksi
tektonik
dalam jalur-jalur
patahan (misalnya
breksi
serpih,
breksi pasir
ataupun breksi gamping).
c
Intrusi:
1
Intrusi
garam , a; di atas garam dalam formasi yang terlipat,
S;
dalam penutup garam, y: dalam formasi yang terpancung
oleh tiang garam.
2
Intrusi
batuan beku
Dalam golongan pertama,
berbagai variasi
dalam permeabilitas
dan porositas memegang peranan yang penting,
terutama permeabilitas
dalam
lapisan
yang tidak terlipatkan.
Kemiringan
kecil
cukup untuk dapat
menjebak minyak.
Akumulasi antiklin
yang minyaknya terdapat
di bagian
bawah struktur
yang landai,
pada umumnya termasuk dalam golongan ini.
Akumulasi ketidakselarasan
sangat penting
dan merupakan akumulasi yang
menjadi satu, misalnya
dalam lapangan minyak Texas Timur dan juga
akumulasi gas dalam Texas Panhandle.
Pada hakekatnya,
akumulasi tektonik
adalah yang paling berbeda.
Pada
golongan pertama pelipatan
landai memperlihatkan
perubahan dari go longan ketidakselarasan
menjadi golongan perubahan atau variasi
dalam
permeabilitas.
Dalam hal ini bentuk yang disebabkan kare~a kompaksi,
oleh de Sitter
dimasukkan sebagai tektonik,
karena punggungan temp at
sedimen diendapkan sebetulnya
mempunyai asal tektonik,
dan kompaksi
dari serpih yang berlebihan
pada samping punggungan itu sebetulnya
justru
hanya berfungsi
untuk lebih menonjolkannya
lagi.
Pembentukan kubah seringkali
terjadi
karena tiang garam yang mendesak
ke atas.
Misalnya
saja pada C. a. 1 sarna dengan,C. c. 1. Di sini harus
dibedakan antara struktur
yang lemah dan struktur
yang kuat yang
disebabk~n karena perbed~an dalam sifat
serta juga jarangnya
ada bentukperaliha
Tetapi banyak sekali
kasus yang sedikit
disangsikan.
Akumulasi atau perangkap patahan banyak sekali
terdapat,
biasanya berada
dalam struktur
yang dilipat
secara keras,
tetapi
kadang-kadang
juga
berdiri
sendiri
dalam kombinasi dengan ketidakselarasan.
Intrusi
garam
memegang peranan penting
dalam beberapa daerah di dunia.
Hanya masalahnya adalah
apakah antiklin
diapir
dengan inti
garam dimasukkan dalam
C.a. atau C.a.2.
Perangkapreservoir
143
5.7
PERANGKAP
DALAM
KEADAAN
HIDRODINAMIK
Dalam keadaan hidrodinamik,
minyak dapat terjebak
selain
dalam keadaan
yang telah dibahas di atas,
juga dalam keadaan struktur
dan stratigrafi
lainnya,
sehingga menambah kemungkinan terdapatnya
akumulasi minyakdan gasbumi.
A
Pw -Po
P
tan
0 c =
AL
~x
= pw
--.e-w -':P;
~~~:::.:j::;:::~~:
-xx-
.
hw
x
B
""
:.:---~---=-=:-:-
/"
--"".
...~-c
-"".
Gambar 5.47
"",e
--
--
A. Penampang geologi untuk memperlihatkan terjadinya gradien-hidrodinamik
karena permukaan
potensiometri.
B. Resultan gaya pelampungan dan gradien hidrodinami k serta bidang eki potensial minyak yang
miring (diambil dari King Hubbert, 1953)
Gradien hidrodinamik
didapatkan
Jika lapisan
reservoir
tersingkap
pada
permukaan dan menerima air,
kemudian mengalirkannya
ke luar pada titik
yang lebih rendah,
sehingga timbul perbedaan potensial.
Hal ini akan menyebabkan adanya permukaan potensiometri
yang miring
(ketinggian
sampai mana air akan naik pada setiap
titik
jika temp at
tersebut
dibor)
yang merupakan gradien.
Gradien tersebut
dinyatakan
dalam ~
= meter/kilometer
atau
feet/mile
(Gambar 5.47).
Dalam keadaan hidrodinamik,
akumulasi
dapat diterangkan
oleh teori
King Hubbert (1953).
Dalam teori
ini diterangkan
bahwa minyak dan gas
(setelah
berada dalam fasa menerus) akan bergerak
dan berkumpul pada
bagian kerakbumi
(perangkap)
yang secara lokal mempunyai potensial
paling rendah.
Tidak mungkin minyak- dan gasbumi bergerak menuju medan
potensial
yang lebih tinggi,
walaupun dalam perjalanan
ke potensial
yang lebih rendah.
Dengan demikian bidang batas air-minyak
akan selalu
merupakan suatu bidang ekipotensial.
144
Koesoemadinata. Geologi Minyak- dan Gasbumi
untuk:
Dalam keadaan hidrostatik,
maka bidang ini horisontal,
karena yang
bekerja
hanyalah gaya gravitasi/pelampungan.
Jika ada gradien hidrodinamik maka resultan
kedua gaya ini menjadi miring,
dengan demikian
bidang ekipotensial
(OWC) juga miring,
dengan rumus kemiringan:
tan e = dz =
dl
0
= sudut
~
= gradien
dl
pw
pw
x dh
(Gambar 5.48)
dl
-po
kemiringan
batas
kemiringan
air-minyak
bidang
atau bidang
ekipotensial
ekipotensial
-,
., _.~.,.
pw = berat jenis
air
po = berat jenis minyak/gas
dh = gradien hidrodinamik
(gradien
bidang
potensiometri)
dl
PERMUKAAN
Dengan demikian kemiringan
bidang batas air-minyak
tergantung
dari
besar kecilnya
gradien hidrodinamik
dan perbedaan berat jenis air dan
minyak/gas,
terutama yang terakhir
ini.
Gradien hidrodinamik
tergantung
dari l~taktopografitempat
lapisan
reservoir
memasukkan air
(intake)
dan dimana air keluar,
yang menyebabkan
bidang potensiometri
miring
(permukaan kenaikan air jika
dibor dan
permeabilitas,
yang berhubungan dengan hukum Darcy. Lebih kecil
permeabilitas,
lebih
besar
g~~dienhidrodin~~~
(~)
dan lebih
miring
bidang potensiometri.
Perbedaan berat jenis,
terutama disebabkan derajat
API minyak- dan gasbumi. Dari rumus jelas sekali,
bahwa lebih besar po,
pw -po makin kecil
dan kemiringan
lebih besar.
A perbedaan berat jenis minyak dan gas dapat menimbulkan perbedaan
kemiringan
(Gambar 5.48;5.49),
dan dalam keadaan ekstrem ada pemisahan
minyak- dan gas (Gambar 5.49).
Dalam suatu lapisan
reservoiryang
tipis,
dapat terjadi
bahwagas hanya terdapat
di satu sayapsaja.
Perangkapreservoir
145
.~""""""""""
-",";r;:--~~~
'-.:-"..-;.
~~:
~
-9000,
;.:~.~
~~-'--~"':-
'::--~""-~J
B Keadaan hidrodinamik
dapat
menimbulkan
perangkap
baru,
dengan konsepsi
tutupan
yang berlainan. Tutupan
hidrodinamik
(hydrodynamic
closure)
di sini,
adalah
jarak
tegak dari
bidang
ekipotensial
yang menutup
suatu wadah
yang konkav ke atas sehingga
-::::--.--:- it
(a)
~.
::.A.!~::-
timbul
---'t";~.'..
""~~.;.:.::.:.~.;
"'~
.."..
~-(b)
""\"~.'::':.:.:.:
\ \ ~~ ::::...
~~=~:~
;-..;-..;;::,--:.--
-
~--:
:;
,~
C-:--:-~-
~
~P-"/
---,,;
dapat
.~~J~bidang
{Alr-\o'II~ gradien
f ~\:
Gambar
5.49 Pemisahan
akumulasi
minyak.dangas
dalamkeadaan
hidrodinamik
(King
Hubbert,1953).
!"
~
~
u
c
'"
I'~'
I~.,..~
:'
'
;zJJA
"
.);~;:
w
E
-1.J
-BOOOi
I
><-
68'
"'--r
~
1 mile
Gambar
146
5.50
~
potensiometri,
hidrodinamik
sehingga
menjadi
QQII
.J
Akumulasi minyak dalam hidung suatu
antiklin pada keadaan hidrodinamik;
lapangan minyak Coles Levee,
Kalifornia; penampang melalui lapangan
utara, (Levorsen, 1958; halo 548)
Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi
Dalam bidang
perangkap
.2:!:illJ1idXodln73mi~Pat
..11.','
/-j .( '"I
menyebabkan mencuramnya
homokll.n dapat dl. tl.mbulkan
suatu perangkap hidrodinamik
(Gb. 5.51).
~~
\
.:c~
hidrodinamik.
tinggi
secara
lokal
yang
menyebabkan
bidang
ekipotensial
melengkung.
Dalam keadaan
suatu
...
(c)
'" '\
perangkap
a --~
Hidung
antiklin ~._- atau. teras,
dapat bertindak
sebagai
perangkap,
jika
arah gerak air
diketahui
(Gambar 5.50).
tc.t-rJeb .Perubahan
permeabilitas
lokal,
strati-
timbul
pemikiran
baru
(Hill,
Colburn
and Knights,
1963).
Tekanan
hidrodinamik
dapat menambah atau
mengurangi
tekanan
masuk (entry
pressure)
atau tekanan
penggeser-
an (di.c;-placement
pressure).
perubahan
fasies,
tak selalu
memberikan
suatu 'shale-out'
atau 'wedge-out',
atau terutama
perubahan
porositasjpermeabilitas.
Dari porositas
besar
kecil
terjadilah
kapilaritas,
karena
p~rbedaan tegangan
permukaan
antara
air
dan minyak.
Pada Gambar 5.52
terlihat
bahwa air
dapat masuk
ke dalam lanau,
tetapi
untuk
minyak
diperlukan
tekanan
masuk
(entry
pressure)
yang sesuai
dengan tekanan
ini
(dalam fasa
menerus).
Tetapi
jika
arah gradien
hidrodinamik
dari
at as ke
bawah (down-dip)
maka akan terjadi suatu akumulasi,
karena
tekanan ini
akan melawan pelampungan
(buoyancy),
masuk tak
sehingga
tekanan
dapat diarungi.
Sebaliknya,
jika
dinamik
ke arah
gradien
hidroatas dari
kemi-
nr-,.
lr--'r~
II
II
~
Permukean potentiometri
---r-
?""';'-- ~~-
"If
If'!
";P.t":!.el~litaS
~'40.~~
~i4it.:\:.
~~
'::.,:.:::::'.. Gambar 5.52
..hidrodinamik.
gradien
rendahmenyebabkan
potensial di daerah
bidangpermeabilitas
r1ngan
ekipotensial minyak miring ke atas
menyentuh atap lapisan pasir dan suatu
perangkap minyak dapat terjadi dalam
ruangan yang ditutupi oleh bidang
Pada
bahwa
ekipotensial seluruhnya dari bawah
(K~ng Hubbert, 1953)
homoklin
dinya
dari
Dari
uraian
jelaslah
di
atas
zO.O7,!,d
-.~-:;
dengan
"'
~
~--/~, :;
-6 pSI
-$'l:;~
-;c""'~-
~-
Perangkap stratigrafi dalam keadaan
dimana tekanan penggeseran (Pd) memegang peranan.
(Hill, Colburn dan Knight, 1961,
diadaptasi oleh McHeal, 1965)
Akumulasi hidrodinamik dalam perbedaan permeabilitas tokal. Peningkatan
yaitu
h_.ar.ah_bawah
;';0-03 md
-;.,~i-~ psi
,-:(KJ -0.05 m
1iPd
J ~anan.pen
'-~-'
= 13 p sI
-,:.;--,..,
,.:
nya,
n~!k
1:;;1
~',K = 0.01 md
:;y-~~~..::~~~~-:::
"L
Gambar 5.51
---
maka
tak
terJad1
Gambar
5.53
dua
unsur
terlihat
yang
kosong
.
m1nyak
tanda-tanda
masih
akumulasi
akumulas1.
mernungkinkan
minyak
di
jelas
pada
terj
antara-
a-
k~iringan.
bahwa
gradien
hidrodinarnik
menimbulkan
beberapa
konsepsi
barudalarn
akumulasi
minyak.
Akumulasi
ini
dalarn
3 dirnensi
dapat
terlihat
pada Gambar 5.54.
Jelas
terlihat
bahwa
perubahan
dalarn arah dan besar
gradien
sangat
sensitif
untuk
rnenarnbah
at au rneniadakan
suatu akumulasi.
Suatu akumulasi
dapat terusir
sarna
sekali
dari
suatu
struktur
antiklin
karena
adanya gradien
hidrodinarnik
tentu.
Konsepsi
hidrodinarnik
rnasih
dapat diterapkan
secara operasionil.
(Lapangan
rninyak Klarnono)
terdapat
narnun perangkap
dalarn konsepsi
ini
...
, :' B
A
.Qo
-"
Ah.
TI
~
Zot
'Y
r
t
=
=
=
BAR
..
tinggi kolom mlnyak yang ditahan
tegangan permukaan
radius konstriksi
Gambar 5.53
~
-:.:...0.
LAGOONAL
baik,
h1
[
P,"
A~-
.."." ~'
yang
h2
x
OIL
::::~::~
tutupan
.
OIL
~':'.~
dengan
yang cukup besar
dengan arah terdalarn tarat
penelitian,
dan belurn
Di Indonesia
baru di Irian
Barat
bukti
adanya keadaan hidrodinamik,
belurn diternukan.
at-
.P2
rp
9
pw
po
1
2'Y ---
= radius pori
= gravitasi
= beret jenis air
..beret
jenis minyak
dh
-=
dx
x
0
1
]
rt ~ +[ ~l~
g(pw -po)
-pw
-poj
dx
X
0'
..
grad len
'
h I' d ro d !namtS
=
jarak horizontal
minyak
dari akumulasi
Suatu penampang diagram melalui suatu lapisan pasir yang memperlihatkanperubahan
permeabilitas
ke atas dengan kemungkinon-adanya minyak yang dijebak secara hidrodinamik oleh arah aliran air
ke bawah. Gambar bawah memperlihatkan
bagaimana suatu kolom minyak dalam lapisan reservoir
dapat ditahan oleh aliran air ke bawah (Robert R. Berg. 1975)
Perangkap reservoir
147
Download