Keselamatan pada akhirnya adalah urusanmu.. krn bila cidera yg merasakan adalah kamu.... Yg lain hanya menjenguk, mungkin membawakan oleh2, mendoakan atau hanya membicarakan dan tak akan mengurangi rasa sakit atau mengembalikan anggota tubuhmu yg hilang. Jadi mengapa engkau tidak peduli? Selamat itu adalah usaha antara memohon pada Tuhan dan berupaya untuk tidak celaka. Para Praktisi Safety sering terjebak pada pekerjaan semu. Artinya seolah sudah bekerja keras tapi ujungnya kurang bermanfaat krn hanya memenuhi persyaratan admin juga bekerja tanpa tolok ukur. Pada akhirnya hanya kelelahan dan keluhan.. dan itu bukan karakter Praktisi Safety yg diharapkan. Meletakkan pondasi dan merubah budaya Safety hasilnya pasti tidak bisa instan apalagi budaya sdh mengakar bertahun-tahun. Perubahan akan melalui fase demi fase dan disesuaikan juga dgn apa yg perusahaan support. Jika nothing / minimalis hasilnya akan saja sama. ono bondo ono rupo. Krn mengelola safety bukan butuh raja superior tapi team yg solid dan budget yg cukup. Keselamatan harus kembali ke dasar. Fokus pada peran komunikasi dan pengawasan. Jangan merasa bisa dan merasa cerdas. Lakukan sesuai dengan kontrol risiko dan prosedur. Jadilah Safety Leader...berikan contoh apa yg harus dibuat oleh anak buah dan ajari mereka bagaimana caranya. Jangan hanya memerintah dan aji pokoknya. Krn semua orang bisa menjadi boss tapi belum tentu menjadi leader. Orang bisa menasehati dan mengkritik tapi belum tentu bisa melaksanakan. Jika usia kita panjang kita selalu melihat anak buah kita seperti kita. Isu utama keselamatan bukanlah kemampuan untuk menerapkannya tetapi juga kesediaan untuk mencapai target. Tidak mungkin bagi praktisi keselamatan untuk dapat mencapai target terbaik tanpa sepenuhnya akan manajemen Top. Terkadang mereka menjadi penghalang ketika ada ambiguitas antara memprioritaskan produksi dan kualitas aplikasi keselamatan.