TK-2202 PERPINDAHAN KALOR LAPORAN PERANCANGAN HEAT EXCHANGER 22/04/2019 TANGGAL YB / DS DISIAPKAN OLEH PENJELASAN CHECK APPR. DOSEN PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Jolanda Pretty Punyanan 13017059 Joshua Khofanda 13017060 Ahmad Athoillah 13017061 Joshepine Bianca Rucita 13017062 LAPORAN 56 hal LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 1 PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Proses Pemanasan larutan urea dilakukan pada process condensate treatment system pada proses sebelum memasuki unit Urea Hydrolyzer. Pada proses pemanasan ini, digunakan larutan kondensat yang mengandung NH3 dan CO2 hasil produk unit Urea Hydrolizer sebagai service fluid untuk meningkatkan suhu larutan urea (process fluid). Panas dari service fluid akan berpindah secara konveksi pada dinding luar tube heat exchanger, konduksi ke dinding dalam tube, kemudian berpindah secara konveksi sehingga memanaskan service fluid yang mengalir di dalam tube. Adapun pada proses ini, heat exchanger yang kami rancang adalah shell and tube heat exchanger tipe U tube. 1.2 Process Flow Diagram Pada Proses Penukaran Panas Larutan urea Air = 98.75% Urea = 0.95% = 0.3% NH3 F1 = 50000 Larutan ammonia Air = 98.75% Urea = 0.95% = 0.3% NH3 = 21710 kg/jam F4 = 21.926 bar P4 = 417 K T4 Shell and Tube Heat Exchanger Larutan urea Air = 98.75% Urea = 0.95% = 0.3% NH3 = 50000 kg/jam F2 = 24.412 bar P2 Larutan ammonia Air = 98.75% Urea = 0.95% = 0.3% NH3 = 21710 kg/jam F3 = 22.553 bar P3 T3 = 435 K Gambar 1.1 Flow Diagram Proses penukaran panas Kelompok A.03 | 2 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 1.3 Profil Pabrik Salah satu contoh pabrik yang mensintesis urea adalah PT Pupuk Kujang. Pabrik ini menggunakan tiga bahan baku utama, yaitu gas alam, air, dan udara untuk menghasilkan nitrogen, hidrogen, dan karbon dioksida yang kemudian akan diolah menjadi amonia dan urea. Pabrik ini memiliki unit amonia dan urea. PT Pupuk Kujang ini terletak di Cikampek, Jawa Barat. 2 Data Perancangan Exchanger 2.1 Fluida Proses 2.1.1 Deskripsi Singkat Fluida proses yang digunakan dalam heat exchanger ini adalah urea. Urea adalah hasil produk dari reaksi ammonia cair (reaktan) yang dipanaskan oleh fluida kerja pada reaktor sintesis urea di pabrik urea. 2.1.2 Komposisi dan Properti Fluida Proses Komposisi fluida proses yang digunakan adalah urea 0.95%. Tabel 2.1 Properti Fluida Proses pada T rata-rata (T = 35 oC) No. Properti Fluida Proses Nilai 1 Berat molekul (g/mol) 60 2 Densitas (kg/m3) 1335 3 Viskositas (Pa.s) - 4 Entalpi spesifik (kJ/kg) -4074 5 Konduktivitas termal (W/m.K) - 6 Kapasitas panas (kJ/kg.oC) 1.6 Kelompok A.03 | 3 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 7 0.0003 Fouling factor resistance (m2) Data ini diperoleh dari literatur, yaitu: ο§ Geankoplis, C. J. 1997. Transport Process and Separation Process 4th edition. Appendix. ο§ Smith, J.M., H.C. Van Ness, M.M. Abbott. 2005. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics 7th Edition. McGraw- Hill Book Company. New York. Appendix. Tabel 2.2 Data Fisik Urea Cair (diasumsikan sama seperti data fisik air karena urea larut dalam air) Data Fisik Urea Inlet Outlet Rata-rata Densitas (kg/m3) rata-rata 1004 997,5 1000,75 Viskositas (Pa.s) rata-rata 0,0007804 0,000664 0,000722 4,219 4,222 4,2205 0,6296 0,6303 0,62995 Kapasitas panas (kJ/Kg. K) rata-rata Konduktivitas (W/m.K) (ratarata) Data ini diperoleh dari percobaan dengan menggunakan aplikasi Aspen Hysys. 2.1.3 Kondisi Aliran Fluida Proses Tabel 2.3 Spesifikasi Aliran Fluida Proses Data Fisik Urea Masuk Keluar Laju alir (kg/jam) 50000 50000 Tekanan (kg/cm2) 4 7 Temperatur (oC) 31 39 Kelompok A.03 | 4 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 2.2 Service Fluid 2.2.1 Pertimbangan Dasar Pemilihan Service Fluid Fluida servis yang digunakan dalam unit heat exchanger ini adalah ammonia cair. Fluida tersebut dipilih karena amonia lebih efisien dan ekonomis untuk dihasilkan, energinya lebih mudah ditransfer ke proses, mudah untuk dikendalikan, dan sistem yang lebih fleksibel. 2.2.2 Komposisi dan Properti Service Fluid Komposisi fluida servis yang digunakan adalah ammonia 0.37%. Tabel 2.4 Properti Fluida Servis pada T rata-rata (T = 153 oC) No Properti Fluida Proses Data Fisik 1 Berat molekul (g/mol) 17 2 Densitas (kg/m3) 10.84 3 Viskositas (Pa.s) 2.14 x 10-6 4 Entalpi spesifik (kJ/kg) -2403 5 Konduktivitas termal (W/m.K) 0.04116 6 Kapasitas panas (kJ/kg.oC) 2.299 7 Fouling factor resistance (m2) 0.0003 Data ini diperoleh dari literatur, yaitu: ο§ Geankoplis, C. J. 1997. Transport Process and Separation Process 4th edition. Kelompok A.03 | 5 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Appendix. ο§ Smith, J.M., H.C. Van Ness, M.M. Abbott. 2005. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics 7th Edition. McGraw- Hill Book Company. New York. Appendix. Tabel 2.5 Data Fisik Amonia Cair (diasumsikan sama seperti data fisik air karena urea larut dalam air) Data Fisik Amonia Cair Inlet Outlet Rata-rata Densitas (kg/m3) rata-rata 893,5 910,4 901,95 Viskositas (Pa.s) rata-rata 0,0001668 0,000189 0,000178 Kapasitas panas (kJ/Kg. K) rata-rata 4,344 4,296 4,32 Konduktivitas (W/m.K) (rata-rata) 0,6838 0,6874 0,6856 Data ini diperoleh dari percobaan dengan menggunakan aplikasi Aspen Hysys. 2.2.3 Kondisi Aliran Service Fluid Tabel 2.6 Spesifikasi Aliran Fluida Proses Ammonia Cair Masuk Keluar Laju alir (kg/jam) 50000 50000 Tekanan (kg/cm2) 4 7 Temperatur (oC) 162 144 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Asumsi-Asumsi yang Digunakan Kelompok A.03 | 6 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Tabel 3.1 Asumsi-asumsi yang Digunakan dalam Perancangan Pro Asumsi ses Spesifikasi aliran dan data fisik Spesifikasi dan properti aliran mengikuti kondisi pada fluida. temperatur rata-rata. Penentuan arah aliran fluida servis Arah aliran yang digunakan adalah arah aliran dan fluida proses. counter-current. Bahan yang digunakan pada tube dan shell adalah Penentuan bahan yang digunakan. carbon steel. Penentuan nilai h dan pressure drop. Viskositas π dan ππ€ (viskositas fluida pada temperatur dinding) diasumsikan sama. Fluida dianggap merupakan air saja karena memiliki Physical properties fluida yang digunakan. komposisi jauh lebih tinggi daripada senyawa lainnya, seperti amonia, urea, dan CO2 yang diasumsikan terlarut dalam air. Penentuan perubahan temperatur Panas spesifik fluida dan koefisien perpindahan panas menggunakan log mean overall konstan, serta tidak ada panas yang hilang. temperature difference. Penentuan temperatur dinding tube. Penentuan pressure drop. Temperatur dinding tube dianggap sama dengan temperatur fluida proses. Pipa diasumsikan smooth untuk memudahkan perhitungan. Kelompok A.03 | 7 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Heat loss yang terjadi. Koefisien perpindahan panas total. 3.2 Diasumsikan tidak ada panas yang hilang ke lingkungan. Koefisien perpindahan panas total diasumsikan sama pada seluruh bagian heat exchanger. Tahapan-Tahapan Perancangan Diagram alir proses algoritma desain shell and tube heat exchanger terlampir pada halaman berikutnya (Coulson & Richardson, 2005). Kelompok A.03 | 8 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Mulai Menghitung koefisien perpindahan panas total dengan faktor koreksi = Ucalc Mengidentifikasi Masalah YA ππππ − πππππ < 0.3 ππππ Melengkapi semua spesifikasi (Tin, Tout, Laju heat transfer, laju alir fluida) TIDAK Utor=Ucalc Mengumpulkan data kimia & fisika dari umpan fluida Menebak nilai Utotal yang mungkin dihasilkan Menghitung hilang tekan dari sisi tabung dan kerangka TIDAK Hilang tekan sesuai Menentukan nilai βTLMTD, βTm, Faktor Koreksi YA Mengestimasi biaya pembuatan alat penukar panas Menentukan luas permukaan alat penukar panas A=q/UtotβTm Menentukan tipe alat penukar panas, ukuran tabung, rancangan material alat penukar panas Menentukan penempatan fluida pemanas dari sisi tabung atau sisi kerangka Menentukan banyaknya tabung dan diameter kerangka Mengestimasi nilai koefisen perpindahan panas pada sisi tabung TIDAK Rancangan alat dapat dikurangi biaya YA Melakukan optimisasi Rancangan alat penukar panas diterima Kelompok A.03 | 9 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar 3.2 Tahapan-tahapan perancangan shell and tube liquid-liquid heat exchanger 3.3 Heat Exchanger yang Digunakan Heat exchanger yang digunakan mempunyai jenis shell and tube tipe Utube dengan material tube dan shell adalah carbon steel. 3.4 Pertimbangan Dasar Pemilihan Jenis Heat Exchanger 1. Pemilihan heat exchanger tipe shell and tube didasarkan pada kesesuaian jenis HE untuk transfer panas jenis fluida yang digunakan dengan koefisien perpindahan panas total 800 – 1500 W/m2K. (Sumber : Coulson & Richardson’s Chemical Engineering Design, Sinknot) 2. Bahan yang digunakan untuk heat exchanger adalah carbon steel dengan pertimbangan sebagai berikut. o Harga materialnya murah, sebesar 453 US$/ton dibandingkan dengan stainless steel 1972 US$/ton (sumber: www.worldsteelprices.com) dan alumunium 1547 US$/ton. (sumber: (https://www.quandl.com/collections/markets/aluminium). o Tersedia luas dalam berbagai ukuran, bentuk, dan mudah dalam pembentukan. o Gaya regang (tensile strength) dan daya tahan terhadap tekanannya besar (415 N/mm2). (sumber: Carbon Steel Handbook, Table B-1) Kelompok A.03 | 10 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER o Nilai konduktivitas termal cukup besar (45 W/mK). (sumber: Carbon Steel Handbook, Table 5-2) o Meskipun daya tahan terhadap korosinya kurang bagus dibanding stainless steel yang memiliki daya tahan korosi lebih baik, namun dengan pertimbangan fluida yang digunakan tidak menyebabkan korosi, biaya pembelian, serta biaya perawatan jauh lebih kecil dibanding stainless steel. 3. Tipe U-tube dipilih karena perbedaan tekanan antar fluida cukup besar dan kemampuannya untuk mengatasi permasalahan bila terjadi ekspansi (sumber: Heat Exchanger Design Handbook, Thulukkanam). 4. Susunan tube berbentuk square-pitch dipilih untuk mengurangi nilai hilang tekan dan perawatan secara mekanik cenderung lebih mudah dilakukan dibanding susunan triangular-pitch. (sumber: Heat Exchanger Design Handbook, Thulukkanam) 5. Besar koefisien jarak antar tube (tube pitch) adalah 1.25 dan diambil pada batas atas koefisien tube pitch. Nilai tersebut diambil karena merupakan tube pitch yang paling efisien, optimum, dan sering digunakan dalam industri. (sumber: Coulson & Richardson’s Chemical Engineering Design, hal. 646) 6. Tipe head yang digunakan pada U-tube heat exchanger adalah bonnet. (sumber: Heat Exchanger Design Handbook, hal. 267) 7. Baffle cut yang digunakan dalam spesifikasi perpotongan baffle sebesar 15% karena menghasilkan koefisien perpindahan panas lebih besar dengan hilang tekan yang masih sesuai dengan spesifikasi. Kelompok A.03 | 11 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 8. Jarak antar baffle diambil pada batas bawah koefisien baffle spacing (0.2) untuk memastikan rezim aliran di dalam shell adalah turbulen. (sumber: Heat Exchanger Design Handbook, hal. 286) 9. Fluida di dalam tube adalah urea dalam air karena tekanan dan laju alir yang besar. Bila urea dialirkan pada shell side, diperlukan luas permukaan total yang lebih besar berdasarkan perhitungan sehingga memakan biaya yang besar. (sumber: Heat Exchanger Design Handbook, hal. 30) 10. Aliran yang dipilih adalah counter current karena akan memaksimalkan aliran perpindahan panas dibandingkan dengan cow-current dan . (sumber: Heat Exchanger Design Handbook, hal. 19) 4 Hasil Perancangan 4.1 Hasil Berikut adalah hasil perancangan dari shell and tube heat exchanger tipe U tube. Tabel 4.1 Hasil Perancangan Heat Exchanger No. Parameter 1. Luas Nilai Perpindahan 3.845 Satuan m2 Panas 2. Koefisien Perpinadahan 1018 W/(m2K) Panas Keseluruhan (U) 3. Laju alir di sisi tube 1.042 m/s 4. Laju alir di sisi shell 0.988 m/s 5. Pressure drop tube 694 bar Kelompok A.03 | 12 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 6. Pressure drop shell 62693 Pa Dimensi Alat Penukar Panas 1. Jumlah tube 86 buah 2. Diameter luar tube 25.4 mm 3. Diameter dalam tube 19.89 mm 4. Panjang tube 560 mm 5. Tube passes 2 pass 6. Diameter bundle 399 mm 7. Diameter dalam shell 411 mm 8. Shell bundle 12 mm clearance 4.2 9. Diameter luar shell 421 mm 10. Shell passes 1 pass 11. Jumlah baffle 6 buah 12. Baffle cuts 15 % 13. Jarak antar baffle 80 mm 14. Tube pitch 31.75 mm Sketsa Heat Exchanger Kelompok A.03 | 13 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar 4.1 Tampak Samping Shell and Tube Heat Exchanger tipe U-Tube Gambar 4.2 Penampang Dalam Shell and Tube Heat Exchanger tipe U-Tube Kelompok A.03 | 14 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar 4.3 Gambar 3D Desain Shell and Tube Heat Exchanger tipe U-Tube 4.3 TEMA Sheet Heat Exchanger Kelompok A.03 | 15 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar 4.4 TEMA Sheet Shell and Tube Heat Exchanger tipe U-Tube 5 ANALISIS 5.1 Analisis Kelogisan Perancangan Berdasarkan perancangan yang telah dilakukan, jumlah tube yang dibutuhkan sebanyak 86 tube dengan setiap tube memiliki diameter luar sebesar 25 mm dan diameter dalam sebesar 19,86 mm. Panjang tube rancangan sebesar 0,56 m. Diameter luar dan diameter dalam dari tube yang didapat merupakan ukuran standar untuk pipa carbon steel. Ukuran tube yang digunakan secara umum terdapat pada pasar, sehingga mudah didapat dan tidak memerlukan biaya tambahan untuk mendesain tube. Tube ini didesain dengan ketebalan 2,57 mm dengan tujuan untuk mengakomodasi tekanan proses di dalam tube sebesar 24,42 bar. Pada perancangan heat exchanger ini, kami menempatkan fluida dingin pada tube dan fluida panas pada shell karena berdasarkan hasil perhitungan, Luas perpindahan panas pada heat exchanger yang dibutuhkan sebesar 3,845 m2 apabila fluida dingin Kelompok A.03 | 16 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER ditempatakan pada tube. Sedangkan apabila fluida panas ditempatkan pada tube, didapat luas permukaan yang dibutuhkan sekitar 1,6 kali lebih besar dari luas permukaan fluida dingin pada tube hal ini terjadi karena laju alir pada fluida dingin yang lebih besar dari shell sehingga apabila fluida dingin ditempatkan pada shell, jumlah baffle pada shell perlu dikurangi, untuk menyesuaikan dengan ketentuan laju alir fluida pada shell, yaitu 0,3 m/s sampai 1,0 m/s. Hal ini juga menyebabkan koefisien perpindahan panas pada shell yang lebih kecil, sehingga koefisien perpindahan panas overall pada heat exchanger juga lebih kecil alhasil dibutuhkan luas permukaan yang lebih besar untuk heat duty yang sama. Untuk itu, akhirnya kami memilih desain dengan ukuran luas permukaan kecil untuk memperkecil biaya pembuatan heat exchanger agar lebih ekonomis. Ukuran ini juga sudah dioptimalisasi dengan memaksimalkan constraint (spesifikasi yang harus dipenuhi) pada perancangan heat exchanger seperti laju alir di dalam tube dan shell serta hilang tekan di dalam tube dan di dalam shell. Koefisien perpindahan kalor total yang terhitung pada pengolahan data sebesar 1018,1 W/m2K dengan galat 1,731% dari tebakan awal 1036 W/m2K. Nilai koefisien perpindahan kalor tersebut telah sesuai dengan literatur di mana nilai koefisien perpindahan kalor pada heater air berada dalam rentang 800-1500 W/m2K. Kami menggunakan rentang nilai koefisien perpindahan kalor air karena komposisi aliran pada tube fraksi airnya sebesar 98,75%, sedangkan komposisi aliran pada shell fraksi airnya sebesar 99,57%. Laju linier fluida pada tube dan shell juga memenuhi spesifikasi, yaitu sebesar 1,042 m/s dan 0,988 m/s. Hilang tekan pada aliran tube dan shell sesuai spesifikasi, untuk tube sebesar 0,0069 bar dan untuk shell sebesar 0,6269 bar. Konfigurasi heat exchanger telah memenuhi kriteria, yaitu laju linier shell yang berada di antara 0,3-1 Kelompok A.03 | 17 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER m/s, laju linier tube yang berada pada rentang 1-2 m/s, dan hilang tekan shell kurang dari 0,7 bar sehingga didapat luas perpindahan panas total 3,845 m2 sehingga menghasilkan desain yang optimal sesuai dengan spesifikasi dan lebih ekonomis. Oleh karena itu, desain heat exchanger yang kami rancang logis dan dapat diterima. Berikut adalah tabel perhitungan menggunakan Aspen HYSYS dan berdasarkan perhitungan manual. Tabel 5.1 Perbandingan perhitungan manual dengan perhitungan menggunakan aplikasi Aspen HYSYS Manual Aspen HYSYS Kelompok A.03 | 18 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 5.2 Parameter Operasi Proses Hasil Perancangan Beberapa parameter operasi yang harus diperhatikan dalam menjalankan proses dengan heat exchanger tipe sheel and tube hasil perancangan ini antara lain: 1. Hilang tekan (pressure drop) pada bagian tube dan shell. Hilang tekan pada shell dan tube harus sesuai dengan spesifikasi untuk jenis fluida cair yaitu kurang dari 0.7 kg/cm2 atau 0.7 bar. (Sumber : Chemical Engineering Progress, AIChE) 2. Laju linier fluida cair dalam tube berada dalam rentang 1-2 m/s dan fluida cair dalam shell berada dalam rentang 0,3-1 m/s. (Sumber : Coulson & Richardson’s Chemical Engineering Design, Sinknot) 3. Tekanan dan temperatur yang digunakan selama proses sesuai dengan spesifikasi kasus baik dalam sisi tube maupun dalam shell. 4. Hilang tekan pada HE digunakan sebagai indikator dalam perawatan HE. Apabila hilang tekan telah melebihi toleransi pada pabrik, maka perlu dilakukan maintanance (Kebersihan dan Fouling) Kelompok A.03 | 19 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 6 KESIMPULAN Pada proses perancangan heat exchanger yang berupa heater, dihasilkan kesimpulan bahwa heater yang dirancang secara umum telah sesuai dan memenuhi standar baik dari segi hilang tekan yang terjadi (0.58815 bar kurang dari 0.7 bar) dan luas perpindahan panas yang dibutuhkan (3.84447 m2). Heater yang dirancang dengan tipe shell and tube ini menggunakan jumlah tube sebanyak 86 tube dengan panjang tube 0.56 m, di mana setiap tube memiliki diameter luar sebesar 25.4 mm dan diameter dalam sebesar 19.86 mm. 7 Referensi Judul Dokumen Pengarang Tahun terbit Transport Processes and Separation Christie John Process Geankoplis 1997 Principles Chemical Engineering Design R. K. Sinnott 2005 Stanley M. Wallas 1990 Volume 6, Fourth Edition Chemical Process Equipment, Selection and Design Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 8 th Richard L. Shilling, 2008 et.al. Edition - Section 11 Heat Transfer Equipment Introduction to Chemical J.M Smith, H. C. Van Engineering Ness, M. M. Abbott 2005 Thermodynamics, Seventh Edition Kelompok A.03 | 20 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Heat Exchanger Design Handbook T. Kuppan 2000 Kelompok A.03 | 21 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Appendix A – Data Fisik Aliran 1. Fluida dingin (urea) Tin = 31oC Tout = 39 oC Trata = 35 oC Tabel A.1 Data Fisik Urea Padat pada T rata-rata = 35oC No. Properti Fluida Proses Nilai 1 Berat molekul (g/mol) 60 2 Densitas (kg/m3) 1335 3 Viskositas (Pa.s) - 4 Entalpi spesifik (kJ/kg) -4074 5 Konduktivitas termal (W/m.K) - 6 Kapasitas panas (kJ/kg.oC) 1.6 7 Fouling factor resistance (m2) 0.0003 Tabel A.2 Data Fisik Urea Cair (diasumsikan sama seperti data fisik air karena urea larut dalam air) Kelompok A.03 | 22 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Data Fisik Urea Inlet Outlet Rata-rata Suhu(kelvin) 304 312 308 Tekanan(bar) 24,4185585 24,41856 24,41856 Laju alir massa(kg/jam) 50000 50000 50000 Densitas (kg/m3) rata-rata 1004 997,5 1000,75 Viskositas (Pa.s) rata-rata 0,0007804 0,000664 0,000722 Kapasitas panas (kJ/Kg. K) rata-rata 4,219 4,222 4,2205 Konduktivitas (W/m.K) rata-rata 0,6296 0,6303 0,62995 2. Fluida panas (amonia) Tin = 162 oC Tout = 144 oC Trata = 153 oC Tabel A.3 Data Fisik Amonia pada T rata-rata = 153oC No. Properti Fluida Proses Nilai 1 Berat molekul (g/mol) 17 2 Densitas (kg/m3) 10.84 3 Viskositas (Pa.s) 2.14 x 10-6 4 Entalpi spesifik (kJ/kg) -2403 5 Konduktivitas termal (W/m.K) 0.04116 6 Kapasitas panas (kJ/kg.oC) 2.299 7 Fouling factor resistance (m2) 0.0003 Kelompok A.03 | 23 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Tabel A.4 Data Fisik Amonia Cair (diasumsikan sama seperti data fisik air karena amonia larut dalam air) Data Fisik Amonia Cair Inlet Outlet Rata-rata Suhu(kelvin) 435 417 426 Tekanan(bar) 22,555295 22,5553 22,5553 Laju alir massa(kg/jam) 21710,3909 21710,39 21710,39 Densitas (kg/m3) rata-rata 893,5 910,4 901,95 Viskositas (Pa.s) rata-rata 0,0001668 0,000189 0,000178 Kapasitas panas (kJ/Kg. K) rata-rata 4,344 4,296 4,32 Konduktivitas (W/m.K) rata-rata 0,6838 0,6874 0,6856 Kelompok A.03 | 24 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Appendix B – Contoh Perhitungan 1. Menghitung laju perpindahan panas dari urea π = αΉππΆππ(πππ − πππ) = 50000 × 4.2205 × (312 − 304) = 1688200 ππ½/jam = 468944.44 π 2. Menghitung laju alir amonia m in = m out = π 1688200 = = 21710.39 ππ/πππ πΆπ π₯ (πππ − πππ’π) 4.32 (435 − 417) 3. Menebak koefisien perpindahan panas total (Utot) Berdasarkan Tabel 12.1 Buku Coulson, nilai Uo untuk water and water solvent adalah pada rentang 800 – 1500 W/m2K. Untuk itu, dilakukan penebakan nilai Uo untuk nilai 1036 W/m2K. 4. Menghitung ΔTm. Keterangan : T1 = Suhu fluida panas, inlet T2 = Suhu fluida panas, outlet t1 = Suhu fluida dingin, inlet t2 = Suhu fluida dingin, outlet Kelompok A.03 | 25 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER βπππ = = (π1 − π2) − (π2 − π1) (π1−π‘2) ln (π2−π‘1) (417 − 304) − (435 − 312) (417−304) ππ (435−312) = 117.93 πΎ Menghitung nilai R π = Menghitung nilai S π= π1 − π2 417 − 435 = = 2.25 π2 − π1 304 − 312 π2 − π1 304 − 312 = = 0.061 π1 − π1 417 − 435 Menghitung faktor koreksi (F) untuk 1 pass shell dan 2 pass tube F = 0.9983 Menentukan ΔTm βππ = πΉπ π₯ βπππ = 0.9983 π₯ 117.93 = 117.7255 πΎ 5. Menghitung luas permukaan heat transfer yang diperlukan π΄π = π 1688200 = = 3.845 π2 ππππ π₯ βππ 1036 π₯ 117.7255 6. Menentukan jumlah tube Dengan menghitung luas permukaan satu tube (mengabaikan lebar tube) dengan rumus : π΄ = πβπ π₯ π·π π₯ πΏ = πβπ π₯ 25.4 π₯ 10−3 π₯ 0.56 = 0.045 π2 Kelompok A.03 | 26 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Keterangan : Do = Diameter luar tube L = Panjang tube , jumlah tube yang diperlukan dapat dihitung dengan ππ = π΄π 3.845 = = 86.044 0.045 π΄ Karena tipe shell and tube yang dipakai adalah U-tube, maka jumlah aktual tube sebanyak 86 tube. 7. Menentukan diameter shell dan bundle untuk 2-1 heat exchanger dengan triangular pitch Untuk 1 pass shell dan 2 pass tube, nilai K1 = 0.156 dan n1 = 2.291 (Tabel 12.4 Buku Coulson) Diameter bundle dapat dihitung dengan 1 πΎ1 π1 0.156 1/2.291 π·π = π·π π₯ οΏ½ οΏ½ = 25.4 π₯ ( ) = 0.399 π ππ 86 Diameter shell untuk u-tube dihitung dengan π·π = π·π + π₯ = 0.399 + 0.012 = 0.411 π dimana x adalah shell clearance, yang dapat diperoleh melalui Figure 12.10 Buku Coulson. 8. Menghitung koefisien perpindahan panas pada sisi tube. Kelompok A.03 | 27 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Data heat transfer untuk aliran turbulen di dalam saluran penampang seragam biasanya dikorelasikan dengan persamaan berikut. µ ππ’ = πΆπ π 0.8 ππ 0.33 ( )0.14 = 273.846 µw Keterangan : Nu = Bilangan Nusselt Re = Bilangan Reynolds ( Pr = Bilangan Prandtl ( µ = Viskositas fluida di temperatur bulk, Ns/m2 µw = Viskositas fluida di dinding, Ns/m2 C = 0.027 untuk cairan viskos p = Densitas fluida, kg/m3 k = Konduktivitas termal, W/m.K ρ x ut x Din µ x Cp π µ = 125509.251) = 1.122) 9. Menentukan jarak baffle dan menghitung koefisien heat transfer pada sisi shell Metode yang digunakan dalam menghitung koefisien heat transfer pada sisi shell adalah metode Kern. Prosedur untuk menghitung koefisien perpindahan panas dan hilang tekan untuk satu lewatan pada shell adalah sebagai berikut : a. Menghitung luas untuk cross flow As As = 0.007 m2 Kelompok A.03 | 28 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Keterangan : pt = tube pitch do = diameter luar tube Ds = diameter dalam shell, m lB = jarak baffle, m Jarak baffle ditentukan menggunakan trial and error yaitu Ds / n. Sebagai contoh, misalnya jarak baffle adalah Ds / 5 = 0.0823 m. b. Menghitung kecepatan massa Gs pada sisi shell dan kecepatan linear us Gs = 890.754 kg / (m2.s) Us = 0.988 m/s (dibawah Eq. 12.23 Buku Coulson, syaratnya 0.3 - 1 m/s) Keterangan : Ws = Laju alir fluida di sisi shell, kg/s ρ = Densitas fluida sisi shell, kg/m3 c. Menghitung diameter hidrolik / ekuivalen pada sisi shell. Untuk pitch yang persegi : De = 0.025 m Kelompok A.03 | 29 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER d. Menghitung bilangan Reynolds sisi shell Re = 125509.251 e. Menentukan nilai jh Dengan menentukan segmental cut pada baffle, nilai jh dapat dicari menggunakan grafik di bawah ini. Nilai jh yaitu 0.0021. Gambar B.1 Faktor Heat Transfer (jh) f. Menghitung koefisien perpindahan panas sisi shell, hs hs = 7485.813 W / (m2.K) 10. Menghitung koefisien perpindahan panas overall dan faktor fouling Kelompok A.03 | 30 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Koefisien perpindahan panas overall (Uo,calc) dihitung menggunakan rumus berikut. 1 ππ 1 = βπ + 1 βππ + ππ ×ln(πποΏ½ππ) 2 ππ€ ππ + ππ × βππ + Uo = 1018,0649 W/(m2.K) ππ ππ ×βπ Keterangan : Uo = Koefisien total area di luar tabung ho = Koefisien film di bagian luar tabung hi = Koefisien film di bagian dalam tabung hod = Fouling factor di bagian luar tabung = 0.0003 (untuk fluida panas di shell) hid = Fouling factor di bagian dalam tabung = 0.0003 (untuk fluida dingin di tube) kw = Konduktivitas termal dinding tabung di = Diameter bagian dalam tabung do = Diameter bagian luar tabung Faktor fouling dapat diperoleh melalui tabel di bawah ini. Tabel B.1 Faktor Fouling Kelompok A.03 | 31 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 11. Menghitung galat koefisien perpindahan panas total Bandingkan nilai koefisien perpindahan panas overall yang baru dengan tebakan awal, kemudian hitung persentase galatnya. Apabila persentase galatnya lebih dari 30%, lakukan iterasi menggunakan nilai koefisien perpindahan panas overall yang baru dan ulangi dari langkah ke-6. Apabila persentase galatnya kurang dari 30%, lanjut ke langkah berikutnya. ππ,ππππ−ππ‘ππ‘ ππ‘ππ‘ π₯100% = 1.1731 % 12. Menghitung pressure drop Nilai dari pressure drop dapat dihitung melalui metode Kern. a. Menghitung hilang tekan di sisi shell βPs = 62692.74 Pa Keterangan : L = Panjang tube (L/lB) adalah jumlah aliran melewati tube bundle = (Nb + 1) dimana Nb adalah jumlah baffle. Faktor friksi, jf, dapat ditentukan melalui grafik di bawah ini. Kelompok A.03 | 32 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar B.2 Faktor Friksi Untuk baffle cuts 45%, didapat nilai faktor friksi pada shell sebesar 0.0046. b. Menghitung hilang tekan di sisi tube βPi = 693.65 Pa Keterangan Ncv = jumlah baris tube dilewati di bagian crossflow =2 us = kecepatan alir sisi shell jf = faktor friksi untuk crossflow tube banks Kelompok A.03 | 33 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Faktor friksi, jf, dapat ditentukan melalui grafik di bawah ini. Diperoleh nilai jf yaitu 0.0026. Gambar B.3 Faktor friksi untuk crossflow tube banks . (Sinnott, 2005) Kelompok A.03 | 34 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Appendix C – Tahap Perancangan Berikut tahap-tahap perancangan yang dilakukan: 1. Menentukan spesifikasi dan deskripsi proses aliran Terdapat beberapa spesifikasi aliran yang akan dibahas, yaitu temperatur, tekanan, dan laju alir massa baik pada masukan, keluaran, dan rata-rata dalam membuat heat exchanger ini. Tabel C.1 Spesifikasi dan deskripsi proses aliran fluida dingin (larutan urea) Properti Inlet Outlet Rata-rata Suhu(kelvin) 304 312 308 Tekanan(bar) 24.4185585 24.41856 24.41856 Laju alir massa(kg/jam) 50000 50000 50000 Tabel C.2 Spesifikasi dan deskripsi proses aliran fluida panas (larutan amonia) Properti Inlet Outlet Rata-rata Suhu(kelvin) 435 417 426 Tekanan(bar) 22.555295 22.5553 22.5553 Laju alir massa(kg/jam) 21710.3909 21710.39 21710.39 2. Menentukan jenis heat exchanger yang digunakan Heat exchanger yang digunakan mempunyai jenis shell and tube tipe Utube dengan 1 shell pass dan 2 tube pass. Material yang digunakan adalah carbon steel dan tipe alirannya adalah counter flow. 3. Mengumpulkan data fisik fluida Data fisik fluida yang terlibat di dalam heat exchanger diperoleh dari literatur dan aplikasi Aspen HYSYS. Data fisik fluida tersebut meliputi Kelompok A.03 | 35 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER densitas, viskositas, konduktivitas termal, dan kapasitas panas pada masukan, keluaran, dan rata. Tabel C.3 Data fisik fluida dingin urea cair (diasumsikan sama seperti data fisik air karena urea larut dalam air) Properti Inlet Outlet Rata-rata Suhu(kelvin) 304 312 308 Tekanan(bar) 24,4185585 24,41856 24,41856 Laju alir massa(kg/jam) 50000 50000 50000 Densitas (kg/m3) rata-rata 1004 997,5 1000,75 Viskositas (Pa.s) rata-rata 0,0007804 0,000664 0,000722 Kapasitas panas (kJ/Kg. K) rata-rata 4,219 4,222 4,2205 Konduktivitas (W/m.K) (rata-rata) 0,6296 0,6303 0,62995 Tabel C.4 Data fisik fluida panas amonia cair (diasumsikan sama seperti data fisik air karena amonia larut dalam air) Properti Inlet Outlet Rata-rata Suhu(kelvin) 435 417 426 Tekanan(bar) 22,555295 22,5553 22,5553 Laju alir massa(kg/jam) 21710,3909 21710,39 21710,39 Densitas (kg/m3) rata-rata 893,5 910,4 901,95 Viskositas (Pa.s) rata-rata 0,0001668 0,000189 0,000178 Kapasitas panas (kJ/Kg. K) rata-rata 4,344 4,296 4,32 Konduktivitas (W/m.K) (rata-rata) 0,6838 0,6874 0,6856 4. Menghitung laju perpindahan panas yang terjadi Kelompok A.03 | 36 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Laju perpindahan panas dihitung untuk memperoleh data laju alir air panas yang pada kondisi awal tidak diketahui dengan asumsi efektivitas panas 100%. Tabel C.5 Hasil perhitungan laju perpindahan panas q (kj/jam) 1688200 5. Mengasumsikan nilai koefisien perpindahan panas overall Uo Nilai Uo awal dapat diasumsikan dengan mengetahui rentang nilai Uo dari literatur. Berdasarkan tabel 12.1 buku Chemical Engineering Design oleh Coulson dan Richardson, nilai Uo untuk heat exchanger dengan fluida panas yang digunakan adalah larutan amonia yang didominasi oleh air dan fluida dingin yang digunakan adalah larutan urea yang didominasi oleh air, maka nilai koefisien perpindahan panas untuk air-air berada pada rentang 800-1500 W/m2oC. Uo yang digunakan sebagai tebakan awal bernilai 1036 W/m2 oC. Nilai ini dipilih karena merupakan nilai tengah dari rentang U yang diperbolehkan. Setelah dilakukan iterasi dengan metode goal-seek pada microsoft excel, nilai Uo yang memberikan galat paling kecil adalah 1036 W/m2oC. Kelompok A.03 | 37 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar C.1 Rentang nilai U fluida panas dan fluida dingin (Sumber: Coulson dan Richardson, Chemical Engineering Design, 2005) 6. Menentukan ΔTLMTD faktor koreksi dan ΔTM ΔTLMTD atau log mean temperature difference dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini: ΔTLMTD = (π1 − π2 ) − (π2 − π1 ) (π −π‘ ) ππ (π1 −π‘2 ) 2 1 Keterangan: T1 = Temperatur masukan fluida panas T2 = Temperatur keluaran fluida panas t1 = Temperatur masukan fluida dingin Faktor koreksi merupakan faktor dari temperatur shell & tube passes. Sebelum menentukan faktor koreksi, terlebih dahulu ditentukan nilai S dan R. Nilai S dihitung dengan persamaan 12.6 dan nilai R dihitung dengan persamaan 12.7. Setelah kedua nilai Kelompok A.03 | 38 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER tersebut dihitung, barulah nilai faktor koreksi dapat ditentukan dengan persamaan 12.8 pada buku Chemical Engineering Design 4th ed oleh Coulson dan Richardson halaman 656. π= (π2 − π1 ) (π1 − π1 ) π = (π1 − π2 ) (π2 − π1 ) Nilai π₯ππ dapat ditentukan melalui persamaan: ΔTM = πΉπ‘ π₯ ΔTLMTD Tabel C.6 Hasil Perhitungan ΔTLMTD, faktor koreksi, dan ΔTm U tebak (W/m2. c) 1036 deltaTlm (K) 117.9293 R 2.2500 S 0.0611 Ft (untuk 1:2 (shell:tube pass) 0.9983 deltaTm (K) 117.7255 7. Menentukan luas perpindahan panas total yang dibutuhkan Kelompok A.03 | 39 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Dengan mengetahui perbedaan temperatur, kita dapat menentukan luas area perpindahan panas total yang dibutuhkan. Luas ini digunakan untuk menentukan dimensi shell dan tube yang diperlukan. Luas perpindahan panas ditentukan dengan rumus: π΄= Keterangan: π π π₯ ΔTM Q = laju perpindahan panas (J/s) U = koefisien perpindahan panas total tebakan (W/m2 oC) π₯ππ = perbedaan temperatur (K) A total (m2) 3.84495426 Tabel C.7 Hasil Perhitungan luas perpindahan panas total 8. Menentukan dimensi tube Dimensi tube ditentukan terlebih dahulu dengan menebak nilai diameter dalam, diameter luar dan panjang tube. Nilai diameter tebakan ditentukan berdasarkan standar dari literatur (Tenaris, Process and power plant service) dan perhitungan diameter minimum yang diperbolehkan ditentukan dengan persamaan 5.8 dari buku Chemical Engineering Design 4th ed. oleh Coulson dan Richardson, halaman 216. Rumus yang digunakan untuk mencari tebal pipa adalah sebagai berikut: π= Keterangan: ππ 20σπ + π t = tebal pipa (mm) Kelompok A.03 | 40 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER d = diameter luar tube (mm) P = tekanan dalam tube (bar) ππ = design stress pada temperatur rata-rata tube (N/mm2) Gambar C.2 Dimensi tube pada heat exchanger (Sumber: Geankoplis, Transport Processes and Separation Process Principles, 2003) Berdasarkan hasil perhitungan, nilai diameter minimum untuk digunakan di bawah 0.5 mm. Setelah dilakukan penebakan berulang kali, didapat nilai diameter luar yang memberikan hasil paling tepat dan efisien adalah 25.4 mm dengan ketebalan 2.77 mm. Angka ketebalan ini dipilih untuk menyesuaikan dengan kecepatan aliran fluida pada shell agar tidak melebihi 1 m/s. Untuk menebak panjang tube, tidak terdapat syarat batas yang harus diperhitungkan. Setelah melakukan penebakan berbagai nilai, didapat nilai panjang tube yang paling efektif adalah 0.56 m. Kelompok A.03 | 41 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Terdapat 3 macam cara penyusunan tube, yaitu equilateral triangular, square, dan rotated square pattern. Penyusunan tube yang digunakan adalah square. Alasan dipilihnya square shape adalah penyusunan ini merupakan penyusunan yang paling efektif karena akan mengurangi hilang tekan pada shell. Gambar C.3 Tipe penyusunan tube (Sumber: Coulson dan Richardson, Chemical Engineering Design, 2005) Material yang dipilih adalah carbon steel karena memiliki nilai konduktivitas termal yang tidak begitu rendah selain itu juga memilki harga yang lebih murah. Selain itu, carbon steel tidak mudah terkorosi oleh fluida kerja dan fuida servis. Setelah dilakukan optimasi dimensi tube dan memilih cara penyusunannya, maka ditentukan luas tube yang akan digunakan untuk menghitung jumlah tube yang dibutuhkan. Jumlah tube yang dibutuhkan dihitung dengan membagi luas perpindahan panas total dibagi luas perpindahan panas pada tube. Hasil yang didapatkan adalah 86.0438, yang dibulatkan menjadi 86 buah tube. Kelompok A.03 | 42 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Tabel C.8 Hasil perhitungan dimensi tube Do (mm) 25.4 Di (mm) 19.86 L (m) 0.56 A selimut luar/ tube(m2) 0.045 Number of tube 86.0438 Actual number of tube 86 9. Menentukan dimensi bundle dan shell Dimensi bundle ditentukan melalui perhitungan dengan persamaan 12.3b pada buku Chemical Engineering Design 4th edition oleh Coulson dan Richardson halaman 648. Selanjutnya, bundle diameter clearance ditentukan dari figure 12.10 pada buku tersebut. Keterangan: ππ‘ 1 π·π = π0 ( )π1 πΎ1 Db = diameter bundle D0 = diameter luar tube Nt = jumlah tube Nilai K1 dan n1 diperoleh dari: Kelompok A.03 | 43 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar C.4 Konstanta untuk persamaan 12.3 Gambar C.5 Grafik bundle diameter clearance (Sumber: Coulson dan Richardson, Chemical Engineering Design, 2005) Dimensi shell ditentukan dengan menentukan diameter dalam, ketebalan, dan diameter luar shell. Diameter dalam shell dihitung dengan menjumlahkan diameter bundle dengan bundle diameter clearance. Tabel C.9 Hasil perhitungan dimensi bundle dan shell n1 2.291 K1 0.156 Db (m) 0.399 bundle diameter clearence (mm) 12 shell diameter (m) 0.411 Kelompok A.03 | 44 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Ketebalan shell ditentukan berdasarkan tabel berikut ini: Gambar C.6 Ketebalan minimum shell (Sumber: Coulson dan Richardson, Chemical Engineering Design, 2005) Berdasarkan tabel tersebut, ketebalan shell yang digunakan adalah 9.5 mm. Dengan demikian, diameter luar shell dapat ditentukan dengan menjumlahkan diameter dalam dengan ketebalan shell. 10. Menentukan koefisien perpindahan panas pada tube Koefisien perpindahan panas pada tube dapat dihitung dengan mencari terlebih dahulu kecepatan fluida, bilangan Reynolds fluida, bilangan Prandtl fluida, bilangan Nusselt, dan nilai faktor koreksi. Kecepatan fluida ditentukan dengan menghitung laju alir massa fluida per satuan luas dengan densitas fluida pada tube. Perlu diperhatikan bahwa nilai kecepatan linear pada tube memiliki syarat batas, yakni bernilai dalam rentang 1-2 m/s (Coulson, 2005). Bilangan Reynolds dihitung menggunakan persamaan: ππ π = ππΊππ π Bilangan Prandtl dihitung menggunakan persamaan: Kelompok A.03 | 45 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER ππ = πΆπ π ππ Bilangan Nusselt dihitung menggunakan persamaan 12.11: ππ’ = 0.023π π 0.8 ππ 0.33 Untuk menentukan koefisien perpindahan panas pada sisi tube digunakan persamaan 12.15 yaitu: Keterangan: hi = koefisien perpindahan panas (W/m2K) di = diameter dalam (m) kf = konduktivitas termal fluida (W/m.K) jh = faktor perpindahan panas μ = viskositas fluida pada temperatur bulk fluida (Pa.s) μw = viskositas fluida pada dinding (Pa.s) Temperatur bulk diasumsikan sama dengan temperatur dinding. Sehingga, viskositas fluida pada temperatur bulk sama dengan viskositas fluida pada dinding. Tabel C.10 Hasil perhitungan koefisien perpindahan panas pada tube Mean temperatur cold fluid 308 A cross sectional / tube (m2) 0.000309776 Tube per pass 43 Total flow area(m2) 0.013320386 fluid mass velocity (kg/s.m2) 1042.679 Density of fluid (kg/m3) 1000.750 Urea linear velocity (m/s) 1.042 Reynolds number 116334.873 Kelompok A.03 | 46 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Nusselt number 436.769 Prndtl number 4.839 Diameter ekivalen (m) 0.01986 hi (W/m2. K) 13854.111 11. Menentukan baffle spacing, jumlah baffle, dan koefisien perpindahan panas shell Baffle spacing ditentukan dengan dengan aturan 0,1-1 kali diameter dalam shell. Dalam hal ini dipilih πΏπ = 0.2π·π . Tube pitch dihitung dengan persamaan ππ‘ = 1.25ππ. Jumlah baffle ditentukan dengan persamaan: ππ = Keterangan: πΏ −1 ππ Nb = jumlah baffle L = panjang tube lb = baffle spacing Menentukan koefisien perpindahan panas pada shell dihitung dengan menentukan luas shell, kecepatan linier fluida dalam shell, diameter ekivalen shell dengan penyusunan tube square pitch, bilangan Reynolds serta bilangan Prandtl terlebih dahulu. Luas shell dihitung dengan persamaan 12.21: Keterangan: π΄π = (ππ‘ − π0 )π·π ππ ππ‘ pt = tube pitch d0 = diameter luar tube Ds = diameter shell Kelompok A.03 | 47 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER lb = baffle spacing Kecepatan linear dihitung dengan membagi laju perpindahan massa dengan luas shell. Perlu diperhatikan bahwa kecepatan linear pada shell memiliki syarat batas, yakni pada rentang 0,3-1 m/s (Coulson, 2005). Diameter ekivalen dengan penyusunan square pitch dihitung dengan persamaan 12.22: Faktor koreksi ditentukan dari grafik 12.29 dengan baffle cuts 15% Gambar C.7 Faktor koreksi shell (Sumber: Coulson dan Richardson, Chemical Engineering Design, 2005) Kelompok A.03 | 48 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Menghitung nilai h shell menggunakan persamaan 12.25 : Keterangan: hs = koefisien perpindahan panas shell, W/(m2°C) de = diameter ekivalen kf = konduktivitas termal fluida jh = faktor perpindahan panas μ = viskositas fluida pada temperatur bulk fluida μw=viskositas fluida pada dinding Tabel C.11 Hasil perhitungan koefisien perpindahan panas pada shell Baffle spacing (m) 0.0823 Tube pitch (mm) 31.750 Cross flow area (m) 0.007 Mass velocity(kg/s. m2) 890.754 Water linear velocity (m/s) 0.988 Diameter ekivalen (m) 0.025 Reynolds number 125509.251 Baffle cut(%) 15 jh 0.0021 Prndtl number 1.122 Nusselt number 273.846 hs (W/m2.K) 7485.813 12. Menentukan koefisien perpindahan panas overall (U) Kelompok A.03 | 49 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Koefisien perpindahan panas overall dapat ditentukan dengan persamaan 12.2: Perhitungan U di atas adalah perhitungan yang menyertakan fouling factor. Nilai U yang didapat kemudian dibandingkan nilaiya dengan nilai U tebakan awal (pada langkah 5). Jika galat yang dihasilkan kurang dari sama dengan 30%, maka nilai U hasil perhitungan dapat diterima, sedangkan jika melebihi 30% maka dilakukan pengulangan langkah dimulai dari tebakan U yang baru. 13. Mengestimasi pressure drop pada shell and tube Pressure drop akan dipengaruhi oleh adanya friction factor. Friction factor (jf) untuk tube dapat ditentukan dari grafik 12.24, sedangkan untuk shell dapat ditentukan dari grafik 12.29. Kelompok A.03 | 50 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Friction factor untuk tube: Gambar C.8 Friction factor untuk tube (Sumber: Coulson dan Richardson, Chemical Engineering Design, 2005) Pressure drop pada tube dapat ditentukan menggunakan persamaan: Friction factor untuk shell: Kelompok A.03 | 51 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Gambar C.9 Friction factor untuk shell (Sumber: Coulson dan Richardson, Chemical Engineering Design, 2005) Pressure drop pada shell dapat ditentukan menggunakan persamaan: Jika pressure drop telah memenuhi spesifikasi, maka desain dapat diterima. Jika belum memenuhi spesifikasi, maka dilakukan pengulangan langkah dimulai dari penentuan layout heat exchanger yang baru. Tabel C.12 Hasil perhitungan pressure drop pada tube dan shell PRESSURE DROP TUBE jumlah tube pass (Np) 2 Kelompok A.03 | 52 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER jf 0.0026 deltaP (Pa) 693.6501 PRESSURE DROP PADA SHELL jf 0.0045 deltaP (Pa) 62692.74221 Nilai pressure drop yang didapatkan telah memenuhi spesifikasi sehingga desain dapat diterima. 14. Mengestimasi biaya pembuatan heat exchanger Estimasi biaya dapat diketahui melalui harga material heat exchanger sejumlah yang diperlukan. Jika biaya sudah tidak dapat dioptimasi lagi, maka desain dapat diterima. Jika biaya dapat dioptimasi lagi maka dilakukan pendesainan ulang. Tabel C.13 Hasil perhitungan harga heat exchanger berdasarkan material Densitas carbon steel (kg/m3) 7850 Berat HE (kg) 170.846347 Harga carbon steel ($/ton) 498 Harga HE ($) 85.0814808 Kelompok A.03 | 53 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Appendix D – Specification Sheet Heat Exchanger Kelompok A.03 | 54 LAPORAN III PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER Kelompok A.03 | 55 PERANCANGAN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 56 dari 56