LAPORAN PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS FUNGSIONAL PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MUDA MATA PELAJARAN KIMIA MA TAHUN 2017 Penyusun Iwan Rosadi M.Pd 197003042005011004 KEMENTERIAN AGAMA BALAI PENDIDKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG TANGGAL : 1 – 11 AGUSTUS 2017 LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Teknis Fungsional Peningkatan Kompetensi Bagi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MA Tahun 2017 telah diteliti Kebenarannya dan disahkan Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bandung Telah disahkan Oleh : Kepala MAN 2 Kota Bandung Dr. H. Asep Encu M.Pd BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwaguru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional. Salah satu prinsip profesionalitasguru adalah memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi empat aspek, yaitu kompetensipedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.Kompetensi guru harus terus ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatankualitas pendidikan nasional. Kualitas pendidikan nasional salah satu pilarnya adalahkualitas guru sebagai ujung tombak pendidikan. Kualitas guru akan menentukan kualitasproses pembelajaran yang selanjutnya berpengaruh pada kualitas hasil belajar. Peningkatan kompetensi guru salah satunya dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). Diklat merupakan bentuk intervensi lembaga agar pegawainyamemiliki kompetensi standar sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan baik danbenar. Untuk itulah, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan sebagaipenyelenggara diklat tingkat pusat dan Balai Diklat Keagamaan sebagai penyelenggaradiklat tingkat daerah di lingkungan Kementerian Agama memiliki tugas meningkatkankompetensi pegawai termasuk guru.Berdasarkan latar belakang itulah perlu dilaksanakan Diklat Teknis Fungsional Pengingkatan Kompetensi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MA. B. TUJUAN DIKLAT Tujuan diselenggarakan Diklat Teknis Fungsional Pengingkatan Kompetensi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MA ni adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dalam prosespembelajaran dan sikap mental peserta untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinyasesuai dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan, serta mampu membuat perangkat pembelajaran yang inovatif. C. MANFAAT DIKLAT 1. Memotivasi guru untuk meningkatkan kinerja dalam proses pembelajaran 2. Meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan profesinya dengan menggunakan media dan sumber pembelajaran yang inovatif. D. SASARAN Terwujudnya peserta Diklat Teknis Fungsional Pendidikan Peningkatan Kompetensi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MA yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan jabatan fungsionalnya. E. TARGET Target yang harus dicapai dari kegiatan tersebut adalah peserta diklat dapat membuat media dan sarana pembelajaran yang inovatif sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran terutama pembelajaran Kimia di Madrasah. BAB II LAPORAN KEGIATAN A. DESKRIPSI TEMPAT DAN WAKTU 1. Waktu Pelaksanaan Diklat Teknis Fungsional Pengingkatan Kompetensi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MA dilaksanakan pada tanggal 1 – 12 Agustus 2017 2. Tempat Pelaksanaan a. Tempat pelaksanaan pendidikan dan latihan peserta di Gedung B Balai Diklat Keagamaan Bandung, Jl. Soekarno Hatta Nomor 716 Bandung b. Sekretariat di Gedung Kantor Balai Diklat Keagamaan Bandung. c. PT. Yakult Indonesia Persada, Cicurug, Sukabumi B. MATERI KEGIATAN 1. Hari ke 1 ( Selasa, 1 Agustus 2017) Pendaftaran peserta diklat, pembukaan dan Pengarahan Program 2. Hari ke 2 ( Rabu, 2 Agustus 2016 ) Sesi 1 Bulding Learning Commitment (BLC ) (Dra. Ai Nurjanah, M.Pd.) Ringkasan Materi Konsep Dasar Membina Komitmen dalam pembelajaran 1. Definisi Building Learning Commitment Building (mendirikan, membentuk, membangun), Learning (belajar, mempelajari, pembelajaran), Commitment (melakukan kesepakatan atau tekad). Jadi , Buiding Learning Commitment (BLC) adalah suatu upaya menumbuhkan semangat kebersamaan, saling membantu, menolong, mengingatkan antar anggota kelompok guna mencapai tujuan bersama dengan cara yang efektif, efisien, dan menyenangkan. Buiding Learning Commitment (BLC) dapat pula diartikan sebagai berikut: “Komitmen (Commetment): Janji atau kesanggupan yg pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu” BLC /Pembinaan Komitmen Belajar : Upaya untuk menciptakan suasana belajar/kelas yg kondusif & menyenangkan berdasarkan norma/nilai yg disepakati & diinginkan bersama. Untuk membangun kebersamaan sebuah kelompok dibutuhkan beberapa hal: 1. Mengenal diri sendiri 2. Mencairkan suasana 3. Mengenal orang lain 4. Komunikasi efektif 5. Perubahan sikap dan perilaku 6. Menciptakan norma yang disepakati 7. Kelompok yang efektif 8. Suasana kondusif dan menyenangkan 2. Beberapa Aspek Building Learning Commitment a. Pengenalan terhadap diri sendiri b. Pengenalan terhadap orang lain c. Keterbukaan, mau mendengarkan pendapat dan saran orang lain. d. Disiplin dan memiliki rasa tanggung jawab e. Secara suka rela berpartisipasi dlm kelompok. f. Lancar berkomunikasi. g. Mau bekerja sama h. Menghargai fikiran dan pendapat orang lain i. Mampu mengendalikan diri j. Mampu menerima balikan(feedback) 3. Pengenalan diri sendiri Agar dapat mengembangkan diri setiap orang hendaknya : 1. Mengenal dirinya dengan baik 2. Mengenal potensi-potensi yang dimilikinya, baik potensi yang positif maupun yang negatif sehingga dapat mengelolanya dengan baik 3. Mengetahui apa yang ingin dicapai sehingga dapat menetapkan tujuan hidupnya secara realistis 4. Faktor terjadinya Miskomunikasi a. Faktor ekstra Personal ( Persepsi, Ketrampilan berkomunikasi) b. Faktor Intra Personal (Suasana batin antar individu, Kepercayaan dan kredibilitas) Sesi 2 Prinsip Pengembangan Karakter (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd., Dra. Hj. Siti Nurhayati M.M.Pd., Dr. H. M. Fauzan, M.Pd) Ringkasan Materi Karakter merupakan kualitas diri yang membuat seseorang berbeda dengan lainnya. Dalam kehidupan kita, karakter bersumber kepada nilai-nilai berasal dari budaya bangsa, filosofi negara [Pancasila] dan agama. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara Indonesia yang mencerminkan sikap dan tindakan-tindakan yang melahirkan suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Karakter diarahkan pada upaya mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara. Pendidikan karakter bukan sebuah mata pelajaran tersendiri. Dalam mata pelajaran kita berbicara materi ajar dengan penguasannya, dan suatu kompetensi. Pendidikan Karakter memerlukan proses yang cukup panjang dan bersifat saling menguatkan (reinforce) antara kegiatan belajar dengan kegiatan belajar lainnya, antara proses belajar di kelas dengan kegiatan kurikuler di sekolah dan di luar sekolah. Oleh sebab itu, penekanan pendidikan karakter pada penumbuhan sikap bukan pada pengetahuan. Pendidikan karakter dilakukan dengan mengintegrasikan nilai dengan materi belajar yang tertulis dalam dokumen kurikulum (KTSP), silabus, RPP, dan proses belajar. Materi belajar pengetahuan dijadikan pokok bahasan sedangkan materi nilai dalam Pendidikan Karakter tidak dijadikan pokok bahasan. Oleh karena itu, dalam pengembangan nilai, seperti, sikap menyukai, ingin memiliki, dan mau menjadikan nilainilai tersebut sebagai dasar bagi tindakan dalam perilaku kehidupan peserta didik seharihari dilakukan bersamaan dengan waktu mempelajari materi belajar Sesi 3 Prinsip Pengembangan Karakter (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd., Dra. Hj. Siti Nurhayati M.M.Pd., Dr. H. M. Fauzan, M.Pd) Ringkasan Materi Pengembangan SDM Aparatur Kementerian Agama I. Tiga Revolusi Mental A. Integritas (1) B. Etos Kerja (2,3,4) C. Gotong Royong (5) II. Lima Budaya Kerja Kementerian Agama A. Integritas 1. Melayani dengan hati 2. Berbuat yang baik dan benar 3. Berpikir positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi 4. Jujur dan mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku 5. Bekerja sama dalam melaksanakan tugas 6. Menolak korupsi, suap, atau gratifikasi B. Profesionalitas 1. Melakukan pekerjaan sesuai kompetensi jabatan 2. Disiplin dan bersungguh-sungguh dalam bekerja 3. Terus mengembangkan diri 4. Melaksanakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu 5. Memberikan pelayanan yang terbaik C. Inovasi 1. Selalu mencari cara baru dalam melaksanakan tugas 2. Mengembangkan ide-ide baru 3. Menggunakan TIK dalam bekerja 4. Mencari teroboson dalam menghadapi masalah 5. Proaktif dalam memberikan pelayanan D. Tanggung Jawab 1. Menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas 2. Berani mengambil resiko terhadap keputusan yang diambil 3. Memberikan jaminan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak mengandung kesalahan 4. Komitmen dengan tugas yang diberikan E. Keteladanan 1. Berakhlak terpuji 2. Menjaga kesopanan dan kerapian 3. Menjauhkan diri dari semua tindakan tercela 4. Memberikan pelayanan dengan sikap yang baik, penuh keramahan, dan adil 5. Membimbing dan memberikan arahan kepada bawahan dan teman dekat 6. Mejadi panutan bagi diri sendiri dan masyarakat F. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Yaitu menjalankan 4 Pilar Kebangsaan Yaitu : 1. Pancasila 2. UUD 1945 3. NKRI 4. Bhinneka Tunggal Ika Sesi 3 Membangun Sinergi Kelompok (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd., Dra. Hj. Siti Nurhayati M.M.Pd., Dr. H. M. Fauzan, M.Pd) Ringkasan Materi Membangun Sinergi Kelompok adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar untuk mengembangkan kerja kelompok dalam suatu organisasi. Ahli-ahli ilmu sosial menyebut kelompok adalah suatu kumpulan orang yang terdiri dari dua atau lebih yang berinteraksi dengan stabil dan diantara mereka mempunyai tujuan yang sama serta menganggap kelompok itu sebagai kelompoknya sendiri (merasa memiliki). Walaupun tak dapat disangkal bahwa ada beberapa kegiatan/aktifitas yang mungkin lebih efisien bila dikerjakan oleh perseorangan, namun banyak sekali masalah yang bersifat terlalu luas dan terlalu kompleks untuk ditangani oleh satu orang. Dalam hal ini kerja team pada manajemen dapat memberikan hasil akhir yang lebih efektif dibanding dengan kerja perorangan. 3. Hari ke 3 ( Kamis, 3 Agustus 2017) Sesi 1 Disiplin Pelaksanaan Program (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd., Dra. Hj. Siti Nurhayati M.M.Pd., Dr. H. M. Fauzan, M.Pd) Ringkasan Materi Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru pada hari pertama mereka bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif. Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang diberikan telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan harus belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan indisipliner sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku menurut tingkat pelanggaran dan klasifikasinya. Sesi 2 Membangun Pribadi Teladan (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd., Dra. Hj. Siti Nurhayati M.M.Pd., Dr. H. M. Fauzan, M.Pd) Ringkasan Materi Misi dan tugas utama lembaga diklat Kementerian Agama saat ini, termasuk Balai Diklat Keagamaan adalah menyiapkan sumber daya aparatur Kementerian Agama yang dapat menegakan nilai-nilai Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab dan Keteladanan, termasuk di dalamnya tenaga pendidik (guru). Hal ini sesuai dengan program Menteri Agama tentang lima budaya kerja Kementerian Agama yang dilauncing 6 November 2014 dan juga sejalan dengan amanat presiden RI dalam kabinet kerja ini terkait dengan revolusi mental. Program mencetak sumber daya aparatur yang kompeten, memiliki lima budaya kerja tersebut tidak semudah membalik telapak tangan dan ternyata tidak cukup hanya dengan menjejali mereka dengan berbagai pengetahuan dan skill mumpuni, akan tetapi harus di dukung dengan kecerdasan emosional (emotional quotient) dan spiritual (spiritual quotient) yang mantap. Dari lima budaya kerja yang harus dikembangkan oleh para guru dan seluruh insan yang berada di bawah korp ikhlas beramal ini, maka keteladanan adalah hal yang paling krusial. Menurut Menteri Agama, keteladanan didefinisikan sebagai “Menjadi contoh yang baik bagi orang lain”. Tidak mudah membangun pribadi-pribadi teladan itu, perlu upaya yang serius dan maksimal dari berbagai pihak. Sesi 3 Budaya Organisasi (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd., Dra. Hj. Siti Nurhayati M.M.Pd., Dr. H. M. Fauzan, M.Pd) Ringkasan Materi Setiap organisasi terdiri dari berbagai ragam manusia yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku yang khas, namun demikian setiap organisasi tentu memiliki kesadaran diri atau tata nilai yang melandasi operasionalisasinya. Kesadaran diri inilah sebagai filosofi organisasi, yang merupakan sarana yang ampuh untuk mempertautkan berbagai ragam kegiatan para anggota organisasi melalui suatu pemahaman bersama akan tujuan (goals) dan tata nilai (values). Budaya organisasi berperan sebagai sarana untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang pantas dan tidak pantas dikerjakan, bagaimana mengalokasi sumber daya organisasional dan tercermin dalam nilai-nilai fundamental organisasi yaitu : (1) Kepekaan terhadap kebutuhan pelanggan dan tenaga kerjanya, (2) Kebebasan karyawan atau anggota organisasi untuk memberikan ide-ide baru, (3) Keberanian untuk menerima resiko yang mungkin saja terjadi, (4) Keterbukaan untuk melakukan interaksi komunikasi dialogis atau dua arah secara bebas dan bertanggung jawab. Budaya organisasi adalah aturan atau kebiasaan yang berlaku di organisasi atau sering disebut iklim kerja. Norma budaya penting karena akan mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Budaya organisasi mengacu ke suatu system makna bersama dianut oleh anggotaanggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi–organisasi lain. Untuk memberikan pengertian yang lebih mudah, terdapat 10 karakteristik penting yang dapat dipakai sebagai acuan esensial dalam memahami serta mengukur perbedaan budaya yaitu : 1. Inisiatif Individu, Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan kemandirian yang dimiliki oleh individu 2. Toleransi Resiko, Tingkat pengambilan resiko, inovasi dan keberanian individu. 3. Arahan, Kemampauan organisasi dalam menciptakan kreasi terhadap sasaran dan harapan kinerja. 4. Integritas, Kemampuan organisasi dalam melakukan koordinasi seluruh unit kerja menjadi satu kesatuan gerak. 5. Dukungan Manajemen, Kemampuan manajemen dalam proses komunikasi, pembimbingan dan memberikan dukungan terhadap anak buah. 6. Kontrol, Seberapa besar aturan, arahan supervisi mampu mengngontrol prilaku kerja anak buah. 7. Identitas, Seberapa kuat jati diri sosial organisasi dalam diri pegawai. 8. Sistem imbalan, Sejauh mana alokasi imbalan didasarkan atas kinerja. 9. Toleransi Konflik, Kesempatan pegawai untuk bisa mengungkapkan konflik secara terbuka. 10. Pola komunikasi, Seberapa jauh komunikasi yang dibangun organisasi membatasi hirarki secara formal. Sesi 4 Kesadaran Berbangsa dan Bernegara (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd., Dra. Hj. Siti Nurhayati M.M.Pd., Dr. H. M. Fauzan, M.Pd) Ringkasan Materi Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain: 1. Cinta Tanah Air Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita. 2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. 3. Pancasila Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilainilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan. 4. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa. 5. Memiliki Kemampuan Bela Negara Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing. Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional maupun internasional. Faktor-Faktor Pendukung Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Beberapa faktor pendukung untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara : A. Tingkat ke-amanahan seorang pejabat. B. Pemerataan kesejahteraan setiap daerah. C. Keadilan dalm memberikan hak dan kewajiban semua rakyat D. Kepercayaan kepada wakil rakyat atau pemerintahan E. Tegasnya hukum dan aturan pemerintahan. F. Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia. G. Menyadari bahwa berbangsa dan bernegara yang satu. H. Mengetahui lebih banyak nilai positif dan kekayaan bangsa 4. Hari ke 4 ( Jumat, 4 Agustus 2017) Sesi 1 Analisis Materi Substansi Kimia MA ( Dr. Poppy Kemala Dewi, Dra. Nani Rohmani, M.P.Fis, Ir. Hikmawati Hanurani M.Si ) Ringkasan Materi Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) paling tidak dapat memenuhi standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat kompetensi int (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai KI, KD, maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya, antara lain standar proses dan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Untuk membantu siswa mempelajari konsep-konsp kimia, sangat penting menggunakan perangkat belajar. Penggunaaan perangkat dapat memudahkan siswa memahami konsep itu. Selain pemahaman konsep, pembelajaran kimia memerlukan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat diberdayakan dan dibagun melalui pembelajaran di sekolah dengan mempergunakan bahan ajar secara optimal. Pengetahuan kimia terdiri antara lain dari konsep-konsep. Konsep-konsep dalam ilmu kimia ada yang berupa konsep-konsep konkret yaitu konsep yang dibangun dari objek yang teramati, dan konsep-konsep abstrak yaitu konsep-konsep yang dibangun berdasarkan logika, imaginasi dan teori-teori berdasarkan hal-hal yang teramati. Untuk menentukan apakah suatu konsep adalah konsep konkret atau abstrak, konsep terlebih dahulu harus didefinisikan. Pernyataan ini memberi makna bahwa suatu konsep kimia dapat berupa konsep konkret dan atau konsep abstrak, tergantung pada definisi dari konsep tersebut. Oleh sebab itu sebelum membelajarkan konsep-konsep kimia, konsep-konsep terlebih dahulu harus didefinisikan. Hal ini akan membantu guru memilih strategi dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses membelajarkan siswa. 5. Hari ke 5 ( Sabtu, 6 Agustus 2017) Sesi 1 Karya Inovasi Pembelajaran Kimia MA (Dra. Ai Nurjanah, M.Pd, Drs. Nana Umar Sumarna M.Pd) Karya inovatif adalah salah satu unsur dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Karya inovatif yang akan diajukan pada PAK harus mengikuti sistematika yang benar. Pengertian inovasi Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Definisi Inovasi menurut Para Ahli Everett M. Rogers (1983), Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Stephen Robbins (1994), Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu : 1. Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa penemuan dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan gagasan yang mengkristal. 2. Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yang siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan. 3. Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi itu dapat dirasakan manfaatnya. Inovasi mempunyai 4 (empat) ciri yaitu : 1. Memiliki kekhasan / khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. 2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar Orsinalitas dan kebaruan. 3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesagesa, namun keg-inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. 4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Sifat Perubahan Dalam Inovasi Ada 6 Kelompok Yaitu 1. Penggantian (substitution) Misalnya : Inovasi berfariasi metode dalam mengajarkan materi Kimia 2. Perubahan (alternation) Misalnya : Mengubah tugas tugas kepada siswa berkaitan dengan materi Kimia 3. Penambahan (addition) Misalnya : Adanya pengenalan cara memahami materi pelajaran 4. Penyusunan kembali (restructturing) Misalnya : Upaya menyusun kembali susunan peralatan, menyusun kembali komposisi serta ukuran dan daya tampung kelas, menyusun kembali urutan mata-mata pelajaran / keseluruhan sistem pengajaran, sistem kepangkatan, sistem pembinaan karier baik untuk tenaga edukatif maupun tenaga administratif, teknisi, dalam upaya perkembangan keseluruhan sumber daya manusia dalam sistem pendidikan. 5. Penghapusan (elimination) Contohnya : Upaya menghapus mata-mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran menulis halus, atau menghapus kebiasaan untuk senantiasa berpakaian seragam 6. Penguatan (reinforcement) Misalnya : Upaya peningkatan atau pemantapan kemampuan tenaga dan fasilitas sehingga berfungsi secara optimal dalam permudahan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Karya inovatif adalah karya hasil pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni yang bermanfaat bagi pendidikan dan/atau masyarakat, yang terdiri dari (1) menemukan teknologi tepatguna; (2) menemukan/ menciptakan karya seni; (3) membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum; (4) mengikuti pengembangan/ penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya. Karya inovatif terdapat dua kategori, yaitu kompleks dan sederhana. Kategori kompleks dan sederhana pada Karya Teknologi Tepat Guna ditinjau dari ruang lingkup penggunaan/pemanfaatan/durasi, sedangkan alat praktikum dan alat pelajaran didasarkan atas jumlah/durasi karya yang dihasilkan. Kategori kompleks dan sederhana pada Karya Seni ditinjau dari jumlah karya yang dihasilkan dan karya tersebut sudah dipublikasikan (dipamerkan/dipertunjukkan/diterbitkan) minimal pada tingkat kabupaten/kota.. INSTRUMEN KARYA INOVASI /MEDIA PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X / Gasal Kompetensi dasar : Tata Nama Senyawa Ion Kreteria Komponen Karya Inovasi YA TIDAK Sesuaian dengan KD Sederhana dan mudah dikelola Sesuaian dengan karakteristik siswa dan materi Sesuai dengan Konsep Materi yang diberikan Menarik siswa untuk menjadi aktif dan fokus dan mandiri Keterangan Karena didekatkan pada kesesuaian KD Karya Inovasi memanfaatkan media yang ada Ya: karena bagi guru yang mappingnya tepat Tidak: bagi guru yang tidak mapping Ya: bagi guru yang inovatif Tidak: bagi guru yang belum terbiasa dengan inovasi pembelajaran Ya: Karena ada inovasi pembelajaran Tidak: karena inovasi pembelajaran statis Mempermudah Pemahaman, menyenangkan dan tidak membingungkan Mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran Memberikan pengalaman nyata pada siswa Dapat membawa siswa kearah usaha sendiri Dapat memperjelas konsep materi yang diajarkan Menggunakan Power Point Sesi 2 Teknik Presentasi Berbasis Multi Media (Urip Muryanto, S.Si., M.Pd Ringkasan Materi TUJUAN a. Menjelaskan pengertian media, sarana atau alat, dan sumber pembelajaran; b. Menjelaskan jenis-jenis media dalam pembelajaran; c. Menentukan jenis-jenis media yang dapat dipergun akan dalam pembelajaran d. Menjelaskan media pembelajaran berbasis IT; e. Memberikan contoh media pembelajaran berbasis IT dalam pembelajaran f. Menjelaskan prosedur yang dapat dilakukan dalam pembuatan media pembelajaran berbasis IT; g. Program-program IT yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran berbasis a. IT h. Memberikan contoh program yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran DESAIN 1. Provokasi a. Kajian dan contoh berbagai media 2. Kreasi a. Merancang multimedia 3. Praktek a. Menyuruh komputer membaca untuk kita b. Mendikte Komputer c. Refleksi Pemanfaatan Komputer sebagai Media Contoh Media berbasis IT untuk Bahasa Inggris : Media berbasis computer: perangkat lunak aplikasi, misalnya: Learn To Speak, MS Office, Rosella Stone Contoh Media berbasis IT untuk Bahasa Arab : Media berbasis computer: perangkat lunak aplikasi, misalnya:Arabic Enabled. template Prosedur pembuatan media pembelajaran berbasis IT Kumpulkan sumber-sumber yang memuat materi sesuai topik-topik yang akan diajarkan berdasarkan kurikulum atau kompetensi yang ingin dicapai. Buat rancangan struktur isi (outline) media dan urutan penyajian materi serta bentuk interaksi sesuai dengan alur pembelajaran yang diharapkan. Bentuk-bentuk interaksi yang dapat dipilih antara lain: drill and practice, tutorial, permainan (game), simulasi, eksplorasi, penemuan (discovery), pemecahan masalah (problem solving) Pilih materi-materi yang sesuai dari sumber-sumber yang sudah terkumpul dan sajikan isi setiap topik secara singkat dengan bahasa yang sederhana dan komunikatif, dilengkapi dengan ilustrasi/visualisasi dalam bentuk gambar, grafik, diagram, foto, animasi, atau audio-video. 6. Hari ke 8 (Senin, 7 Agustus 2017) Sesi 1 Quantum Learning (Dr. Atiah Hasiholan) Ringkasan Materi I. Pengertian Quantum Learning Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif. II. Tujuan Pembelajaran Quantum Learning 1. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif 2. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan 3. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak 4. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir 5. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). 6. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni. 7. Pembelajaran berdampak bagi terbentuknya keunggulan.- keunggulan ini dipandangan sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum III. Keunggulan Quantum Learning 1. Teraplah Hidup dalam Integritas: Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. 2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan: Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. 3. Berbicaralah dengan Niat Baik: Dalam pembelajan, perlu dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. 4. Tegaskanlah Komitmen: Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. 5. Jadilah Pemilik: Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. 6. Tetaplah Lentur: Dalm pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. 7. Pertahankanlah Keseimbangan: Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. IV. Manfaat Manfaat dari Quantum Learning adalah meningkatkan peran sebagai pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfatkannya untuk diri sendiri dan orang-orang yang didekatnya. Prinsip Menurut De Porter dan Hernacki (2001: 12) dengan belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu: 1. Bersikap positif 2. Meningkatkan Motivasi 3. Ketrampilan belajar seumur hidup 4. Kepercayaan diri 5. Sukses atau hasil belajar yang meningkat V. Model Pembelajaran Quantum Learning 1. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan belajar. 2. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. 3. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”. 4. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. 5. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. 6. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Sesi 2 Pengelolaan Kelas ( Drs. H. Ushuludin M.Pd) Ringkasan Materi Pendidik wajib memiliki kemampuan untuk mengelola kelas. Pengelolaan yang baik memiliki ciri-ciri: 1. Memastikan terbangunnya situasi pembelajaran berpusat pada siswa yang kondusif untuk terjadinya proses belajar dan mengajar yang efektif. 2. memberikan ruang dan waktu yang cukup bagi guru untuk mengelola proses belajar yang berpusat pada siswa 3. mempunyai potensi besar terjadinya transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermakna bagi perkembangan kompetensi siswa. A. Pengertian Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas merupakan usaha pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar yang kondusif serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal (Depdiknas,2008) Pengelolaan kelas adalah sebuah sistem yang dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Jadi bukan hanya mengurangi perilaku peserta didik yang menyimpang tetapi juga sebuah proses yang menopang kegiatan akademik yang bermanfaat. (Jere Brophy, 2012) Jadi pengelolaan kelas bisa disimpulkan sebagai berikut: Tindakan atau upaya pendidik untuk mencipta, memelihara, memulihkan suasana atau lingkungan belajar yang kondusif apabila terjadi gangguan atau penyimpangan sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. B. Komponen Manajemen Kelas 1. Kebijakan (peraturan) 2. Komitmen Pemimpin 3. SDM (Pengajar/Tenaga Kependidikan 4. Motivasi Siswa 5. Fasilitas/Sarana Prasarana C. Prinsip Pengelolaan Kelas 1. Hangat dan antusias 2. Menantang 3. Luwes 4. Menekankan pada hal-hal yang positif D. Strategi Pengelolaan Kelas 1. Menciptakan milieu/ lingkungan untuk proses pembelajaran yang efektif. 2. Melakukan tindakan-tindakan preventif bagi peserta didik yang tidak terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran. 3. Mengatasi peserta didik yang tidak terlibat secara optimal dalam pembelajaran selama pembelajaran berlangsung. 4. Melakukan penanganan bagi peserta didik yang kesulitan melibatkan dirinya dalam pembelajaran secara optimal. E. Menciptakan Milieu/Lingkungan untuk Proses Pembelajaran yang Efektif 1. Lingkungan fisik berupa pengaturan prasarana dan sarana fisik kelas agar kondusif meliputi: pengaturan ruang kelas dan tempat duduk, penyiapan dan penataan sumber-sumber belajar 2. Lingkungan Sosio-emosional berupa keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran meliputi: penentuan peraturan dan prosedur, pengembangan hubungan personal pendidik dengan peserta didik, karakter pendidik dalam melakukan pembelajaran yang kondusif 3. Cakupan Milieu/Lingkungan Proses Pembelajaran yang Efektif harus memperhatikan: a. Pengaturan ruang kelas dan tempat duduk. b. Penyiapan dan penataan sumber-sumber belajar. c. Penentuan peraturan dan prosedur. d. Pengembangan hubungan personal pendidik dengan peserta didik. e. Karakter pendidik dalam melakukan pembelajaran yang kondusif 4. Melakukan tindakan-tindakan preventif bagi peserta didik yang tidak terlibat secara optimal Pengertian Tindakan Preventif Seperangkat tindakan pendidik yang diarahkan untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kefektifan dan produktivitas iklim belajar anak yang aktualisasinya berupa tindakan pendidik yang berkaitan dengan: a. pengembangan dan memper-tahankan ketertiban kelas, b. kondisi sosial kelas, kondisi sosioemosional kelas, c. kebebasan anak untuk berekspresi, dan keutuhan organisasi kelas. 5. Aspek Utama Tindakan Preventif a. perencanaan pembelajaran yang proaktif dengan merencanakan, mengatur, dan merancang kelas b. pengelolaan tugas peserta didik dengan merencanakan, mengatur, dan merancang strategi untuk membuat peserta didik bertanggung jawab atas tugas dan keberhasilannya; c. melibatkan peserta didik dalam pemilihan materi pembelajaran dan tugas serta cara penyelesaiannya; dan d. penciptaan iklim/suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. 6. Bentuk-bentuk perilaku peserta didik yang mengganggu dalam pembelajaran Masalah Individu a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting behaviors). b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). d. Peragaan ketidakmampuan (Helplessness) Masalah Kelompok a. Kurangnya kekompakan dalam kelompok. b. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok. c. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok. 7. Hari ke 9 (Selasa, 8 Agustus 2017) Penyusunan Bahan Ajar (Drs. Baharudin, M.Pd., Saeful Nurdin S.Pd., M.Pd., ) Ringkasan Materi Belajar merupakan sebuah rutinitas yang terkadang menciptakan suasana tidak nyaman bagi siswa. Dari sinilah guru memiliki tugas untuk membuat siswa jatuh cinta pada pelajaran dan menjaga gairah siswa untuk belajar yakni dengan mempersiapkan bahan ajar. A. Pengertian bahan ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Bahan ajar tersebut harus sesuai dengan : kurikulum, meliputi tujuan, materi, metode, dan penilaian. karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan masalah belajar. B. Tujuan Penyusunan Bahan Ajaran Penyusunan bahan ajar bertujuan: 1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan 2. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik; 3. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh; 4. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. C. Manfaat Bahan ajar 1. Manfaat bahan ajar bagi guru, antara lain : a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik; b. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit diperoleh; c. Memperkaya materi pembelajaran karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi; d. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar; e. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya; f. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. 2. Manfaat bagi peserta didik antara lain : a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; b. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru; c. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya. D. Prinsip pengembangan bahan ajar 1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak; 2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman; 3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik; 4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar; 5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu; 6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan. E. Jenis bahan ajar 1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket. 2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. 3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. 4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). F. Tehnik penyusunan bahan ajar Analisis Kebutuhan Bahan Ajar 1. Analisis KD-Indikator 2. Analisis Sumber Belajar 3. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar G. Jenis Bahan Ajar 1. Fakta misalnya nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya 2. konsep misalnya pengertian, definisi, ciri khusus, komponen, dan sebagainya 3. prinsip umpamanya dalil, rumus, adigium, postulat, teorema, atau hubungan antarkonsep yang menggambarkan ”jika …, maka …”, seperti ”Jika logam dipanasi maka akan memuai” 4. prosedur adalah langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan tugas 5. Sikap atau nilai merupakan materi pembelajaran afektif seperti kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat, minat belajar, dan sebagainya H. Prinsi penyusunan bahan ajar 1. Relevansi artinya keterkaitan atau berhubungan erat. 2. Konsistensi maksudnya ketaatazasan atau keajegan – tetap. 3. Kecukupan maksudnya secara kuantitatif materi tersebut memadai untuk dipelajari I. Alur penyusunan bahan ajar KI KD indikator Bahan ajar Kegiatan pembelajaran Materi pembelajaran pe J. Struktur Bahan Ajar No. Komponen DT Ht Bu Ml LK Bro Lf Wch F/Gb 1. Judul V √ √ √ √ √ √ √ √ 2. Petunjuk belajar - - - √ √ - - - - 3. KD/MP V - √ √ √ √ √ ** ** 4. Informasi V √ - √ √ √ √ ** ** pendukung 5. Latihan V - √ √ - - - - - 6. Tugas/langkah - - - √ √ - - - ** V - √ √ √ √ √ ** ** kerja 7. Penilaian K. Evaluasi dan Revisi Bahan Ajar Cetak 1. Kelayakan isi, 2. Kebahasaan, 3. Penyajian, 4. Kegrafikaan 8. Hari ke 9 (Rabu, 9 Agustus 2017) Study Lapangan Ke PT. Yakult Indonesia Persada, Cicurug, Sukabumi (Durachman S.Pd., .M.M.Pd., Urip Muryanto S.Si., M.Pd., Laporan Study Lapangan Kelompok 3 1) PENDAHULUAN a) Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan kunjungan industri yang dilakukan oleh guru muda kimia adalah: i. Memperluas pengetahuan tentang kegiatan industri yang berkaitan dengan mata pelajaran kimia. ii. Menambah wawasan tentang bagaimana mekanisme kerja mikroba untuk kesehatan b) Manfaat Kegiatan i. Bagi Peserta Diklat Peserta diklat dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja mikroba bagi kesehatan ii. Bagi Balai Diklat Balai Diklat dapat menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan yang mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia serta memperluas jaringan untuk meningkatan mutu pendidikan di Kementerian Agama. B. ISI 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kunjungan Kunjugan yang dilakukan oleh peserta diklat untuk melakukan praktikum lapangan mata kuliah oriemtasi lapangan dilaksanakan pada: Hari, tanggal : Rabu, 09 Agustus 2017 Pukul : 08.00-12.00 WIB Tempat : PT Yakult Indonesia Persada Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat 2. Mekanisme Kerja Mikroba sehingga bermanfaat bagi kesehatan Untuk mencegah penyakit yang banyak menyerang pencernaan, peran bakteri baik dalam usus perlu dimaksimalkan. Dari beberapa penelitian ditemukan bakteri asam laktat yang baik dan berguna bagi kesehatan. Bakteri itu dinamakan Lactobacillus casei. Ada beberapa manfaat bakteri ini bagi tubuh yaitu : Memproduksi asam laktat yang dapat meningkatkan jumlah bakteri baik dan menurunkan bakteri jahat, mencegah gangguan pencernaan terutama konstipasi dan diare mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh. Komposisi bakteri baik di perut yang ideal tak hanya melindungi tubuh dari diare dan sembelit, tetapi juga meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol, dan mencegah kanker. Lactobacillus casei merupakan bakteri probiotik yang telah lama digunakan dalam susu fermentasi seperti pada produk Yakult, Jepang. Lactobacillus casei membantu membatasi pertumbuhan bakteri jahat dalam usus. Lactobacillus casei adalah bakteri Gram-positif, anaerob, tidak memiliki alat gerak, tidak menghasilkan spora, berbentuk batang dan menjadi salah satu bakteri yang berperan penting. Lactobacillus adaalah bakteri yang bisa memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong penyerapan elemen penting dan nutrisi se-perti mineral, asam amino, dan vitamin yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup. Bakteri Lactobacillus casei yang terdapat atau digunakan dalam mengahasilkan produk probiotik yakult terbukti ampuh mengurangi terjadinya diare akut pada anak-anak kecil dan perbedaannya signifi-kan secara statistik. Dalam penelitian probiotik, yang mengacu pada mikroorganisme hidup yang memberi keuntungan pada tuan rumah (konsumen) dengan memperbaiki keseimbangan flora usus. Strain probiotik adalah Lactobacillus casei strain Shirota (YIT9029), yang di samping aksi regulasi usus, telah dibuktikan yang memiliki aksi immunoregulatory seperti membantu menekan kambuhnya kanker kandung kemih dangkal dan mengurangi gejala alergi. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Pada fermentasi Yakult, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana (digunakan pati singkong) , melalui fermentasi akan menghasilkan asam laktat (C3H6O3). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh Bakteri Asam laktat Casei Shirota. C6H12O6 → 2 C2H4O3 → 2C3H6O3 + 2 ATP Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan. Adapun reaksi glikolisis yang terjadi adalah sebagai berikut. C. PENUTUP Yakult merupakan pelopor minuman prebiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus casei Shirota strain dengan manfaat membantu usus dalam menekan pertumbuhan bakteri merugikan sehingga usus kita selalu berfungsi dengan baik. Yakult terus melakukan inovasi untuk meng-embangkan mutu produk yang membantu menjaga kesehatan usus selu-ruh kalangan masyarakat. 8. Hari ke 10 (Kamis, 10 Agustus 2016) Sesi 1 Kebijakan Pendidikan Madrasah ( Dr. H. Mahmud ) Ringkasan Materi A. Posisi Strategi Sekolah/Madrasah Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1. Karakteristik Madrasah a. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari dan untuk masyarakat. b. Malik Fadjar bahwa, “Madrasah adalah madrasah. ”Artinya lembaga madrasah tidak dapat digantikan dengan lembaga-lembaga lainnya c. Embrio Madrasah telah mengalami perjalanan yang sangat panjang sejak masa Kesultanan. 2. Madrsah dalam sistem pendidikan nasional a. Dengan disahkannya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. b. Undang-Undang pendidikan nasional bertumpu pada sekolah, maka dalam UUSPN ini pendidikan nasional mencakup jalur sekolah dan luar sekolah. c. Melalui UU No 20 Tahun 2003, pesantren dan diniyah juga mendapatkan dukungan yang kuat. UU Sisdiknas No. 2/1989 pada Bab IV tentang Satuan, Jalur, dan Jenis d. Dalam UU No. 20 tahun 2003 kedudukan madrasah pada pasal 17 ayat (2) dijelaskan pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah ‘(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SNIP) dan Madrasah Tsanawiyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pada pasal (18) ayat (3) menjelaskan pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. e. Integrasi madrasah ke dalam sistem pendidikan nasional telah menjadikannya sejajar dengan sekolah dari kedudukan hukum. f. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang beragam terhadap madrasah. B. Peluang Pengembangan Pendidikan Agama Dan Keagamaan Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam UU no 20 Tahun 2003, setidaknya ada tiga hal yang terkait dengan pendidikan Islam. 1. Pertama, aspek kelembagaan. 1) Madrasah menjadi salah satu lembaga pendidikan formal yang diakui keberadaannya setara dengan lembaga pendidikan sekolah. 2) Diakui majelis taklim sebagai pendidikan nonformal. 3) Dimasukan Raudhatul Athfal sebagai lembaga pendidikan anak usia dini. 4) Diakuinya Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan. 2. Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran dikokohkannya mata pelajaran agama sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. 3. Pendidikan Islam dalam arti nilai, terdapat seperangkat nilai-nilai Islami dalam sistem pendidikan nasional. Misalnya terkait dengan Pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Sesi 2 Pemberdayaan KKG dan MGMP (Ir. Hikmawati Hanurani, M.Si) Ringkasan Materi KKG adalah adalah wadah kegiatan profesional bagi guru SD/MI/SDLB ditingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah. MGMP adalah merupakan: wadah kegiatan profesional bagi para guru mata pela -jaran yang sama pada jenjang SMP/MA/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK ditingkat kabupaten /kota yang terdiri darisejumlah guru dari sejumlah sekolah. Sekolah inti adalah sekolah dengan persyaratan tertentu yang layak dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan KKG atau MGMP. Ruang lingkup Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan KKG dan MGMP meliputi: 1. Organisasi 2. Penyusunan Program 3. Sumber Daya Manusia 4. Saranadan Prasarana 5. Pengelolaan 6. Pembiayaan 7. Pemantauan dan Evaluasi Hambatan dalam Meningkatkan Kualitas Guru (dulu) • Tdk mendapatkan dukungan dari kepala sekolah • Kantor Dinas tidak memanfaatkan guru–guru yang telah ditatar atau dilatih. • Etos kerja dari Guru yang bersangkutan memang rendah, sehingga tidak berniat mengembangkan hasil pelatihan, workshop, maupun seminar. • Pemerintah tidak pernah menindaklanjuti hasil penataran/pelatihan. • Bila program pelatihan berkesinambungan, guru yg hadir pd program berikutnya berbeda, shg tdk ada kesinambungan. • Etos kerja dari Guru yang bersangkutan memang rendah, sehingga tidak berniat mengembangkan hasil pelatihan, workshop, maupun seminar. • Pemerintah tidak pernah menindaklanjuti hasil penataran/pelatihan. • Bila program pelatihan berkesinambungan, guru yg hadir pd program berikutnya berbeda, shg tdk ada kesinambungan. Solusi melalui MGMP/KKG • Jumlah pesertanya lebih terbatas shg lebih efektif. • Jaraknya tidak jauh • Para peserta dpt saling mengingatkan • Bila kegiatan dilaksanakan di sekolah dpt saling meminjam • Jika terjadi masalah dpt saling bertanya, proses asah–asuh bisa terjadi lebih intensif. • Biaya yg diperlukan tdk banyak • Dapat bekerjasama dgn MGMP dan KKG lain. • Dinas pendidikan kab/kota dpt memantau • Kepala sekolah dapat ikut memantau keaktifan gurunya Tantangan yg dihadapi dlm pemberdayaan KKG/MGMP • Sumber belajar dan dana, mengalami keterbatasan Fasilitator yg dihadirkan ada yg blm sesuai dgn kondisi ideal • Pemberdayaan TIK • Dukungan Kepala Sekolah sejauh ini tdk ditemukan (sangat kecil) Solusi melalui KKG/MGMP • Jumlah pesertanya lebih terbatas sehingga lebih efektif. • Jaraknya tidak jauh • Para peserta dapat saling mengingatkan • Bila kegiatan dilaksanakan di sekolah dapat saling meminjam • Jika terjadi masalah dapat saling bertanya, proses asah–asuh bisa terjadi lebih intensif. • Biaya yang diperlukan tidak banyak • Dapat bekerjasama dgn MGMP dan KKG lain. • Dinas pendidikan kab/kota dapat memantau • Kepala sekolah dapat ikut memantau keaktifan gurunya. Tantangan yg dihadapi dalam pemberdayaan KKG/MGMP • Sumber belajar dan dana, mengalami keterbatasan Fasilitator yg dihadirkan ada yg blm sesuai dgn kondisi ideal • Pemberdayaan TIK • Dukungan Kepala Sekolah sejauh ini tdk ditemukan (sangat kecil) Sesi 3 Micro Teaching (Urip Muryaanto S.Si., M.Pd., Nana Umar Sumarna M.Pd) Ringkasan Materi A. Analisis RPP 1. Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi Dasar 2. Penggunaan Kata Kerja Operasional 3. Karateristik siswa B. Model Pembelajaran 1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 2. Kesesuaian dengan karateristik materi 3. Tujuan diambil dari indikator 4. Tujuan harus ada proses dan hasil C. Skenario Pembelajaran 1. Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup dengan jelas 2. Kegiatan dengan menumbuhkan kratifitas 3. Kesesuaian dengan metode pembelajaran 4. Kesesuaian kegiatan dengan sistematika/keruntutan materi 5. Kesesuaian alokasi waktu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dengan cakupan materi D. Penilaian 1. Kesesuaian bentuk, tehnik dan instrumen dengan indikator pencapaian kompetensi 2. Kesesuaian bentuk, tehnik dan instrumen dengan penilaian pengetahuan 3. Kesesuaian bentuk, tehnik dan instrumen dengan penilaian ketrampilan E. Kegiatan Penutup 1. Penutup Pembelajaran 2. Memfasilitasi dan membimbing peserta didik merangkum materi pelajaran 3. Memfasilitasi dan membimbing peserta didik untuk merefleksi proses dan materi pembelajaran 4. Memberikan tes lisan atau tulisan 5. Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio 6. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan FORMAT TELAAH RPP 1. Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom tersebut. Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda 2. Isilah Identitas RPP yang ditelaah. Nama Guru : Yuri Eldas Febrida Mata pelajaran : Kimia Topik/Sub topik : Kepolaran Senyawa Hasil Penelaahan dan Skor No A 1. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Identitas Mata Pelajaran 1 2 Terdapat : satuan pendidikan,kelas, semester, mata pelajaran jumlah pertemuan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Kompetensi Dasar C. Perumusan Indikator 1. Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar 2. Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur Kesesuaian rumusan dengan aspek pengetahuan. Kesesuaian rumusan dengan aspek keterampilan B 3. 4 D. Perumusan Tujuan Pembelajaran 1 2 3 Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar Kesesuaian dengan Indikator Kesesuaian perumusan dengan aspek Audience, Behaviour, Condition, dan Degree 1 2 3 Tidak ada Kurang Lengkap Sudah Lengkap Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Catatan revisi Sesuai Seluruh nya Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya Di dalam RPP tidak menyebutkan tujuan pembelajaran. Dalam Kurikulum .2013 revisi Tujuan pembelajaran harus dicantumkan. E. Pemilihan Materi Ajar 1. 2. 3 4 Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik Keruntutan uraian materi ajar F. Pemilihan Sumber Belajar 1. 2. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan pendekatan saintifik Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik 3 4. G. Pemilihan Media Belajar 1. 2. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan pendekatan saintifik Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik 3 4. H. Model Pembelajaran 1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya Kesesuaian dengan karakteristik materi I Metode Pembelajaran 1 Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 2 3 Kesesuaian dengan karakteristik materi Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik j. Skenario Pembelajaran 1. Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan informasi, mengkomunikasikan) Kesesuaian dengan metode pembelajaran 2. 3 Tujuan Pembelajaran harus dicantumkan Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya Tujuan Pembelajaran harus dicantumkan Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya Tujuan Pembelajaran harus dicantumkan 2. Tujuan Pembelajaran harus dicantumkan Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya Tujuan Pembelajaran harus dicantumkan Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya 4. 5. K. Rancangan Penilaian Pembelajaran 1 Kesesuaian bentuk, tehnik dan instrumen dengan indikator pencapaian kompetensi Kesesuaian antara bentuk, tehnik dan instrumen Penilaian Sikap Kesesuaian antara bentuk, tehnik dan instrumen Penilaian Pengetahuan Kesesuaian antara bentuk, tehnik dan instrumen Penilaian Keterampilan 2. 3. 4. Kesesuaian kegiatan dengan sistematika/keruntutan materi Kesesuaian alokasi waktu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dengan cakupan materi Tidak Sesuai Sesuai Sebagian Sesuai Seluruh nya Jumlah skor 9. Hari ke 11 ( Jumat, 11 Agustus 2016) Sesi 1 Kebijakan Diklas Teknis Kepala Balai Diklat Keagamaan Bandung Ringkasan Materi Balai Pendidikan dan Pelatihan adalah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama. Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama sendiri merupakan sebuah proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi pegawai di lingkungan Kementerian Agama. Kompetensi yang diharapkan muncul setelah melalui Pendidikan di Balai Diklat Keagamaan Bandung adalah meningkatnya kepribadian, pengetahuan dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya. Sedangkan pelatihan adalah proses belajar yang dimaksudkan untuk mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan teknis, dijelaskan bahwa Diklat Teknis adalah Diklat yang dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dan/ atau penguasaan keterampilan di bidang tugas yang terkait dengan pekerjaan Pegawai negeri Sipil (PNS) sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional. Diklat Teknis substantif dan Diklat teknis Umum/Administrasi dan manajemen dapat dilaksanakan baik secara berjenjang maupun tidak berjenjang. Diklat Teknis Substantif adalah diklat yang diselenggarakan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat substantif dalam rangka pencapaian kompetensi PNS yang terkait dengan pekerjaan pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan, sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional. Sedangkan Diklat Teknis Umum/Administrasi dan Manajemen adalah diklat yang diselenggrakan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat Teknis Umum/Administasi dan Manajemen dalam rangka pencapaian kompetensi PNS yang terkait dengan pekerjaan pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan, sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional. DIKLAT TENAGA TEKNIS PENDIDIKAN DAN KEAGAMAAN Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Fungsional adalah Diklat yang memberikan pengetahuan dan/atau penguasaan ketrampilan di bidang tugas yang terkait dengan jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional. Diklat fungsional sendiri merupakan diklat yang dilaksanakan untuk melengkapi persyaratan kompetensi sesuai jabatan fungsional masing-masing yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan jabatannya. Diklat Teknis Substantif adalah diklat yang diselenggarakan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bersifat substantif dalam rangka pencapaian kompetensi PNS yang terkait dengan pekerjaan pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan, sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara profesional. Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Serta Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Nomor BD/21/2013 dijelaskan bahwa jenis dari Diklat Teknis Pendidikan dan Keagmaan yang diselenggarakan di Balai Diklat terdiri dari empat jenis diklat yaitu : 1. Diklat Teknis Fungsional pembentukan jabatan Fungsional Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pegawai sebagai prasyarat menduduki jabatan fungsional tertentu. 2. Diklat Teknis Fungsional Peningkatan Kompetensi Jabatan Fungsional. Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi jabatan fungsional tertentu dan sebagai prasyarat untuk menduduki jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi. 3. Diklat Teknis Substantif Pembekalan Penugasan Tambahan Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pegawai yang akan diberikan tugas tambahan tertentu. 4. Diklat Teknis Substantif Peningkatran Kompetensi Diklat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pegawai agar sesuai dengan standar kompetensi teknsi yang dibutuhkan oelh satuan organisasi dan/atau jabatannya. Diklat Teknis berjenjang yang dapat dilaksanakan di Balai Diklat Keagamaan bandung adalah Diklat teknis berjenjang untuk tingkat Pertama Diklat Teknis Tidak Berjenjang terdiri dari : 1. Diklat Fungsional Peningkatan Kompetensi untuk Tenaga Pendidikan 2. Diklat Subtsantif Peningkatan Kompetensi Untuk Tenaga Pendidikan 3. Diklat Diklat Fungsional Peningkatan Kompetensi untuk Tenaga Keagamaan 4. Diklat Subtsantif Peningkatan Kompetensi Untuk Tenaga Keagamaan Metode yang digunakan dalam penyelenggaraan diklat dilakukan dengan cara: 1. Diklat Reguler 2. Diklat di Wilayah kerja 3. Diklat Jarak Jauh Sesi 2 Seminar Hasil Study Lapangan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Sesi 3 Evaluasi Program dan diskusi Sesi 4 Ujian Sesi 5 Kebijakan Pembangunan Bidang Agama Ringkasan Materi Kementerian Agama adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan fungsi keagamaan. Maka dengan itu perlu pembangunan keagamaan yang kedepan untuk lebih baik. Ada beberapa bidang Keagamaan yang dilaksanakan oleh Kemenag Jawa Barat diantaranya bidang Pendidikan, bidang bimbingan masyarakat baik Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Buddha serta Konghucu dan Bidang keagamaan yang menangani Haji. 10. Hari ke 12 (12 Agustus 2016) Penutupan BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Diklat ini dilaksanakan untuk melihat kompetensi guru dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu melaksanakan pembelajaran, pembimbingan dan atau melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Diklat Teknis Fungsional Pengingkatan Kompetensi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MA dilaksanakan untuk meningkatkan profesionalismme guru yang selalu berkesinambungan dan berkelanjutan sekaligus membantu guru dalam pengembangan karier. . B. TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut kami setelah mengikuti Diklat Teknis Fungsional Peningkatan Kompetensi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MAdi Balai Diklat Keagamaan Bandung adalah mensosialisasikan hasil diklat tersebut kepada guru-guru di instansi kerja masing-masing. dan guru-guru se-MGMP masing masing bidang studi se wilayah Kota/Kabupaten. . C. DAMPAK Diklat Teknis Fungsional Pengingkatan Kompetensi Guru Muda Mata Pelajaran Kimia MA akan menciptakan guru yang mempunyai motivasi tinggi, berdedikasi tinggi, terampil dalam membangkitkan minat peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki integritas kepribadian yang tangguh. . Dokumentasi 1. Upacara Pembukaan 2. Interaksi Peserta 3. Peserta membuat karya inovatif 4. Acara Makan Bersama 5. Studi Lapangan 6. Ujian 7. Penutupan Jadwal diklat Daftar Hadir Peserta Diklat Hasil Produk Peserta