BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian pertama yang dilakukan oleh Stefanus Suryo Sumarno, Ontoseno Penangsang, Ni Ketut Aryani, (2016), “Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa Pada PT.Semen Indonesia Pabrik Aceh”. Hasil analisa Filter pasif single tuned yang dipasang berhasil berfungsi dengan baik sebagai kompensator daya reaktif dan sebagai peredam harmonisa. THD V Bus 831MV051 dari 6,43% menjadi 0,50%. THD V Bus 831MV052 dari 10,38% menjadi 0,16%. THD V Bus 831MV051 dari 10,36% menjadi 0,20%. Nilai faktor daya sistem menjadi 94,1%. Nilai THD V dan THD I di bus MV dibawah 5%. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Azmi Rizki Lubis, (2017), “Efektivitas Penggunaan Filter Pasif LC dalam Mengurangi Harmonik Arus”. Hasil analisa menggunakan filter pasif LC pada transformator arus diperoleh kandungan harmonik arus berhasil direduksi dan sesuai dengan standar yang ditetapkan IEEE 519-1992. Nilai arus harmonik orde ke-5 berkurang dari 23,81% menjadi 0,04% dan total harmonik distorsi arus sebelumnya 24,8% menjadi 0,28%, sehingga jelas terlihat bahwa filter pasif LC mempunyai peran penting dalam mereduksi harmonik yangmuncul pada transformator arus. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Totok Harianto, Yanu Shalahuddin, Diah Arie W.K, (2018), “Filter Pasif Single Tuned LC sebagai Kompensator Harmonisa Pada Beban Listrik Rumah Tangga Menggunakan Matlab Simulink”. Hasil analisa perhitungan filter harmonik dan hasil simulasi diketahui thd arus pada masing-masing daya listrik rumah tangga mengalami penurunan yaitu sebesar 0.27 A, 1.7 A, 0.28 A, 3.05 A.Dari hasil pengujian pemodelan simulasi menggunakan software Matlab simulink di dapat thd tegangan juga tereduksi yaitu pada keempat model simulink beban listrik rumah tangga yang telah di rangkai yakni 23,67% diperbaiki menjadi 15,87%, 23,34% menjadi 13,93%, 22,89% menjadi 14,73% dan 22,27% menjadi 14,41%. 4 5 Tabel 2.1 Kajian Pustaka Nama Judul Stefanus Suryo Sumarno, Ontoseno Penangsang, Ni Ketut Aryani, 2016 Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa Pada PT.Semen Indonesia Pabrik Aceh Simulasi menggunakan Program ETAP Setelah pemasangan filter single-tuned terpasang dan berungsi sangat baik sebagai peredam harmonisa. Kualitas daya sistem kelistrikan PT.semen Indonesia pabrik aceh berada dalam kondisi sangat baik, dari segi faktor daya, tegangan, dan harmonisa. Azmi Rizki Efektivitas Penggunaan Lubis, 2017 Filter Pasif LC dalam Mengurangi Harmonik Arus Simulasi menggunakan Program MATLAB/ Simulink Hasil simulasi menunjukkan bahwa Individual Harmonisa Distortion (IHDi) arus orde – 5 pada transformator arus berkurang sesuai dengan standar IEEE 519 – 1992. Totok Harianto, Yanu Shalahuddin, Diah Arie W.K, 2018 Simulasi menggunakan Program MATLAB/ Simulink Dari hasil pengujian simulasi didapat THD arus pada masingmasing kapasitas daya mengalami penurunan yaitu sebesar 0.27 A, 1.7 A, 0.28 A, 3.05 A. Sedangkan untuk THD tegangan juga tereduksi pada tiap variasi dayanya yakni 23,67% diperbaiki menjadi 15,87 %, 23,33% menjadi 13,93%, 22,89% menjadi 14,73% dan 22,27% menjadi 14,41%. Filter Pasif Single Tuned LC sebagai Kompensator Harmonisa Pada Beban Listrik Rumah Tangga Menggunakan Matlab Simulink Metode Penelitian Hasil 6 2.2 Dasar Teori 2.2.1 Beban Linier Beban-beban dalam sistem tenaga listrik terdiri dari dua jenis yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linier artinya arus yang mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan tegangan, sehingga gelombangnya bersih dan tidak terdistorsi. Sedangkan beban tidak linier adalah beban yang menghasilkan gelombang keluaran yang terdistorsi karena arus yang mengalir tidak berbanding lurus dengan kenaikan tegangan. Pada kenyataannya saat ini kebanyakan beban yang terpasang pada sistem ketenagalistrikan adalah beban tidak linier. Pada beban tidak linier antara arus dan tegangan tidak lagi menggambarkan bentuk gelombang yang proporsional. Pemakaian beban-beban tidak linier akan menghasilkan bentuk gelombang arus dan tegangan yang tidak sinusoidal, akibatnya akan terbentuk gelombang terdistorsi atau cacat yang secara analisa terdiri dari gelombang-gelombang yang mempunyai nilai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi dasarnya. Gambar 2.1 Bentuk gelombang arus dan tegangan beban linier (Sumber: Kusko dan Thompson, 2007) Gambar 2.2 Bentuk gelombang arus dan tegangan beban tidak linier (Sumber: Kusko dan Thompson, 2007) 7 2.2.2 Harmonisa Suatu sistem tenaga listrik, idealnya listrik ditransmisikan dan didistribusikan dengan menggunakan tegangan tiga fasa sinusoidal murni. Namun, seiring bertambahnya pemakaian beban-beban maka bentuk gelombang arus dan tegangan yang sinusoidal murni ini sulit untuk diwujudkan. Harmonik adalah Gelombang sinusoidal tegangan atau arus yang besar frekuensinya merupakan kelipatanbulat dari frekuensi dasar. Harmonisa timbul disebabkan oleh beban non-linier yang terhubungpada sistem tenaga listrik (SPLN D5.004-1: 2012). Harmonisa timbul akibat adanya beban non-linier yang tersambung pada sistem tenaga listrik. Beban non-linier seperti komputer, programmable logic control (PLC), variable speed drive (VSD), pulse width modulation (PWM), peralatan tanur induksi (induction furnace), tanur busur listrik (arc furnace), konverter, ballast elektronik untuk lampu neon, las listrik, dll menimbulkan arus harmonisa pada jaringan distribusi listrik yang menyebabkan distorsi harmonisa tegangan pada jaringan tenaga listrik. Distorsi harmonisa ini mengakibatkan terganggunya operasi peralatan antara lain: komputer, transformator, motormotor, kabel listrik, peralatan kontrol elektronik yang terhubung pada jaringan yang sama. Gambar 2.3 Bentuk gelombang harmonisa (Sumber: Putro dan Sofwan, 2015) 8 2.2.3 Dampak Harmonisa Pengaruh harmonisa pada peralatan tenaga listrik secara umum terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Nilai rms baik tegangan maupun arus meningkat. 2. Nilai puncak (peak value) tegangan dan arus meningkat. 3. Frekuensi sistem menurun Secara khusus efek yang ditimbulkan. Harmonik pada sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi : a. Efek negatif jangka pendek 1. Tegangan harmonisa dapat mengganggu pengendalian yang digunakan pada sistem elektronik. 2. Harmonik dapat menyebabkan kesalahanpadaperalatan pengkuran listrik yang menggunakan prinsip induksi magnet. b. Efek yang bersifat kontinu dan yang dapat mengakibatkan pemanasan 1. Pemanasan kapasitor Kapasitor sensitif terhadap perubahan beban maka ketika terjadi harmonik akan menyebabkan rugi-rugi meningkat. Ketika terjadi harmonik, beban semakin reaktif sehingga kapasior harus mencatu lebih banyak daya reaktif kepada sistem. 2. Pemanasan pada mesin-mesin listrik Akibat harmonisa pada mesin adalah bertambahnya rugi-rugi pada mesin. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya rugi-rugi pada stator dan perbedaan kecepatan yang diakibatkan oleh medan yang dihasilkan oleh harmonisa dengan rotor. 3. Transformator Transformator distribusi yang mencatu daya beban non linier akan menimbulkan arus harmonisa kelipatan tiga ganjil. Harmonisa ini akan menghasilkan arus netral yang lebih tinggi dari arus fasa. 9 Dampak yang umum dari gangguan harmonisa adalah panas lebih pada kawat netral dan transformator sebagai akibat timbulnya harmonisa ketiga yang dibangkitkan oleh peralatan listrik satu phase urutan 0. 2.2.4 Total Distorsi Harmonisa Distorsi harmonisa adalah setiap perubahan dalam bentuk sinyal yang tidak disengaja dan secara umum keberadaannya tidak diinginkan pada sistem. Harmonisa merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan distorsi pada bentuk gelombang fundamental tegangan dan arus. Fenomena ini timbul akibat pengaruh dari karakteristik beban non linier yang dimodelkan sebagai suatu sumber arus yang menginjeksikan arus harmonisa ke dalam sistem tenaga listrik. Gambar 2.4 Gelombang hasil distorsi harmonisa (Sumber: Prasetijo, 2012) Orde harmonisa menunjukkan komponen frekuensi tunggal yang terdapat pada gelombang campuran. Misalnya n = 3 menunjukkan orde harmonik ketiga dengan frekuensi yang merupakan kelipatan tiga kali dari frekuensi fundamental. Jika frekuensi fundamental adalah 50 Hz, maka frekuensi orde ke-3 adalah 3 x 50 Hz = 150 Hz. Tingkat dari besarnya gangguan akibat adanya harmonisa pada tegangan atau arus adalah faktor distorsi, yaitu 100 kali harga Root Mean Square (RMS) dari semua harmonik dibagi dengan harga RMS dari gelombang dasar. Besaran ini disebut Total Harmonic Distortion (THD) dan digunakan dalam satuan persen (%). Gelombang arus yang mengandung komponen harmonik terhadap distorsi 10 arus maupun tegangan dinyatakan oleh Individual Harmonic Distortion (IHD), sedangkan sumbangan semua komponen harmonik terhadap distorsi arus ataupun tegangan dinyatakan oleh Total Harmonic Distortion (THD). 2.2.5 Standar Harmonisa Untuk mengurangi harmonisa pada suatu sistem secara umum tidaklah harus mengeliminasi semua harmonisa yang ada, tetapi cukup dengan mereduksi sebagian harmonisa tersebut sehingga diperoleh nilai dibawah standar yang diizinkan. Hal ini berkaitan dengan analisa secara teknis dan ekonomis, dimana dalam mereduksi harmonisa secara teknis dibawah standar yang diizinkan sementara dari sisi ekonomis tidak membutuhkan biaya yang besar. Standar yang digunakan sebagai batasan harmonisa adalah yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM No 04 Tahun 2009 tentang Aturan Distribusi Tenaga Listrik. Tabel 2.2 Aturan Distribusi Tenaga Listrik (Sumber: Peraturan Menteri ESDM No 4.2009) Kategori Frekuensi Tegangan Total Distorsi Harmonisa Tegangan Total Distorsi Harmonisa Arus Faktor Daya 2.2.6 Nilai 49,5 Hz – 50,5 Hz 380/220 (- 10% ± 5%) 5% 5% ≥ 0.85 Filter Pasif LC Tujuan utama dari filter harmonisa adalah untuk mengurangi amplitudo satu frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus. Dengan penambahan filter harmonisa pada suatu sistem tenaga listrik yang mengandung sumber-sumber harmonisa, maka penyebaran arus harmonisa ke seluruh jaringan dapat ditekan sekecil mungkin. Selain itu filter harmonisa pada frekuensi fundamental dapat mengkompensasi daya reaktif dan dipergunakan untuk memperbaiki faktor daya sistem. Banyak sekali cara yang digunakan untuk memperbaiki sistem khususnya meredam harmonisa yang sudah dikembangkan saat ini. Secara garis besar ada 11 beberapa cara untuk meredam harmonisa yang di timbulkan oleh beban tidak linier yaitu diantaranya: 1. Penggunaan filter pasif pada tempat yang tepat, terutama pada daerah yang dekat dengan sumber pembangkit harmonisa sehingga arus harmonisa terjerat di sumbernya dan mengurangi peyebaran arusnya. 2. Penggunaan filter aktif. 3. Kombinasi filter aktif dan pasif. 4. Konverter dengan reaktor antar fasa, dan lain-lain. Gambar 2.5 Rangkaian filter LC untuk inverter tiga fasa (Sumber: Lubis, 2017) Filter tipe LC adalah filter yang tidak ada rugi-rugi daya fundamental, di reting daya reaktif dan juga tepat untuk memfilter harmonisa rendah maupun tinggi. Filter Pasif LC terdiri dari hubungan parallel komponen – komponen pasif yaitu Induktor dan Kapasitor. Dalam mendesain filter LC terlebih dahulu menentukan besar kapasitor sesuai kebutuhan fektor daya dan Induktor Filter. Langkah-langkah merancang filter LC yaitu: 1. Menentukan ukuran kapasitas kapasitor (C) a. Tentukan ukuran kapasitas kapasitor Qc berdasarkan kebutuhan daya reaktif untuk perbaikan faktor daya. Daya reaktif kapasitor (Qc) adalah Qc = P (tan cos−1 pf1 − tan cos −1 pf2)……………...…..(2.1) Dimana: P : daya aktif (kW). pf1 : faktor daya mula-mula sebelum diperbaiki. pf2 : faktor daya setelah diperbaiki. 12 b. Tentukan Reaktansi kapasitor (XC) : v2 Xc = Qc……………………..…….(2.2) Dimana: 0 XC : Reaktansi kapasitif (Ω). V : Tegangan RMS (Volt). QC : Daya reaktif kapasitor (VAR). c. Tentukan kapasitas dari kapasitor (C) 1 C = 2πf0v2……………………..…….(2.3) Dimana : C : Kapasitansi kapasitor (Farad) f0 : Frekuensi fundamental (Hz). 2. Menghitung nilai Induktor (L) a. Tenentukan nilai impedansi Z induktor : Z= Vs I ……………………..…….(2.4) b. Tentukan Reaktansi Induktif dari Induktor : Xc Z = h2 ……………………..…….(2.5) 𝑛 c. Tentukan reaktansi karakteristik dari filter pada orde tuning: Xn = Hn Xl ………..………..…….(2.6) d. Tentukan Tahanan (R) dari Induktor : R= Xn Q ……………………..…….(2.7) Z = √R2 + (ωL)2………..…….(2.8) Z2 = R2 (ωL)2……..……..…….(2.9) ωL = √𝑍 2 + R2 ………..…….(2.10) 13 di mana ω = 2πf0 , maka nilai induktansi dari indutor (L) : L= √𝑍 2 + R2 2πf0 ………..…….(2.11) Dimana : Vs : Daya sumber (Volt) Z : Impedansi Induktor (Ω) I : Arus sumber(A) L : Induktansi (H) 2.2.7 Program Bantu ETAP ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Fitur yang terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem tansmisi maupun sistem distribusi tenaga listrik. ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik dalam bentuk diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem pertahanan untuk berbagai bentuk analisis, antara lain : aliran daya, hubung singkat (Short Circuit), starting motor, trancient stability, koordinasi relay proteksi dan sistem harmonisasi. Gambar 2.6 Tampilan Etap