Uploaded by trijoko_prasetyo

TUGAS AKHIR Makalah Pengorganisasian Informasi

advertisement
PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN DALAM INGATAN
MANUSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Modul Belajar 3 Kuliah Daring
Program PPG dalam Jabatan tahun 2019
Disusun oleh :
Tri JOKO PRASETYO
19031352310448
Kelas A
Dosen Pembimbing:
BASORI, M.Pd
PROGRAM PPG DALAM JABATAN
TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks, terutama
dalam pemikirannya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Proses berpikir dari setiap manusia yang
berbeda-beda dalam menangkap suatu informasi merupakan sesuatu yang
unik. Informasi (stimulus) yang diterima melalui alat indera akan
dipersepsikan oleh bagian-bagian yang berfungsi secara khusus untuk
kemudian dikirim ke otak untuk diproses dalam pengambilan keputusan.
Jadi informasi yang diterima, disimpan, dan digunakan dalam proses
pengambilan keputusan berlangsung di otak.
Setiap makhluk pasti memiliki memori/ingatan termasuk manusia
yang memiliki memori aktif paling besar di dalam otaknya. Dengan adanya
memori, kita menggunakan konsep waktu dengan menghubungkan masa
sekarang dengan pengalaman di masa lalu untuk harapan di masa depan.
Untuk itu rekonstruksi (membangun) memori sejak dini sangat penting,
sehingga dibutuhkan metoda pembelajaran yang tepat.
Oleh karena itu, penting untuk mempelajari pengorganisasian
informasi/ pengetahuan dalam ingatan manusia.
1.2.
1.3.
Rumusan Masalah
a.
Teori pengolahan informasi
b.
Pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia
c.
Penerapan pemrosesan informasi dalam proses pembelajaran
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir Modul Belajar 3
pada Kuliah Daring Program PPG dalam Jabatan Angkatan 3 pada
Universitas Sebelas Maret tahun 2019.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Pengolahan Informasi
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana
seorang individu melakukan persepsi, mengorganisasi, dan mengingat
sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Dan
respon merupakan tanggapan individu terhadap informasi yang di berikan
oleh lingkungan di sekitarnya.
Menurut Anderson (1980), pemrosesan informasi merupakan
perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana dalam ranah
psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur cara berpikirnya orang. Dalam teori pemrosesan informasi
memiliki suatu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat
penekanan
pada
soal belajar.Teori
pemrosesan
informasi
tidak
memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama
melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh
ataupun melihat kemampuan memori seorang individu. Dari pernyataan
Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan
pemrosesan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.Asumsi
yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan.Perkembangan merupakan
hasil kumulatif dari pembelajaran.
Baharuddin (2007:99) disebutkan bahwa information processing
model memandang memori manusia itu seperti sebuah komputer yang
mengambil atau mendapatkan informasi, mengelolanya, mengubahnya
baik bentuk dan isi, kemudian menyimpannya, dan menghadirkan kembali
pada saat dibutuhkan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
teori pemrosesan informasi merupakan model dalam teori kognitivisme
yang mencoba menjelaskan kerja memori manusia dalam memperoleh,
menyandikan, dan mengingat informasi.
Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean,
dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan
kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah. Menurut Gagne
(Wasilatun Nafiah, 2013) bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana
individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar
informasi yang diterima individu dari lingkungan. Pengolahan informasi
merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Psikologi
kognitif sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur
cara berpikirnya orang (Wasilatun Nafiah, 2013). Perbedaan antara teori
belajar dan teori pengolahan informasi adalah pada derajat penekanan
pada soal belajar.
Manfaat teori pemrosessan informasi (Jauhar, 2011:25) antara lain :
1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu
beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah.
2. Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir
yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
4. Prinsip perbedaan individu terlayani.
2.2. Pengorganisasian Informasi/Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia
Konsepsi awal tentang memori manusia menganggap bahwa
memori hanya sekedar tempat penyimpanan atau kolektor informasi yang
pasif selama periode waktu yang lama. Tetapi, pada tahun 1960-an periset
mulai memandang memori manusia sebagai sistem kompleks yang
memproses dan mengorganisasikan semua pengetahuan kita (Gredler,
2013:227). Disebutkan pula oleh Santrock (2009:359) bahwa memori atau
ingatan adalah penyimpanan informasi di setiap waktu.
Gredler (2013:227) menyebutkan bahwa ada dua asumsi pokok
yang mendukung riset pemrosesan informasi, yaitu sistem memori adalah
pengolah informasi yang aktif dan terorganisasi serta pengetahuan
sebelumnya berperan penting dalam belajar. Terkait dengan asumsi
tersebut maka perlu dibahas tentang hakikat sistem memori manusia dan
organisasi pengetahuan dalam memori jangka panjang.
Cara
kerja
memori
manusia
meliputi
tiga
macam
sistem
penyimpanan ingatan, yaitu memori sensori (sensory memory), memori
jangka pendek (short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term
memory).
http://www.bookrags.com/biography/robert-mills-gagne/
Sensory memory atau sensory register merupakan komponen
pertama dalam sistem memori. Sensori memori menerima stimulus atau
informasi dari lingkungan (seperti sinar, suara, bau, dan lain sebagainya)
secara terus menerus melalui alat penerima (receptor) kita. Reseptor
disebut juga dengan alat-alat indera. Informasi yang diterima disimpan
dalam sensory memory kurang lebih dua detik. Keberadaan sensory
memory memiliki dua implikasi dalam proses belajar. Pertama, orang harus
memberikan perhatian pada informasi yang ingin diingatnya. Kedua, waktu
mendapatkan atau mengambil informasi harus dalam keadaan sadar.
Setelah respon diterima oleh sensory memory, otak mulai bekerja untuk
memberikan makna terhadap informasi atau rangsangan tersebut.
Short-term memory atau memori jangka pendek adalah sistem
memori dengan kapasitas yang terbatas di mana informasi disimpan
selama 30 detik, kecuali informasi tersebut diulang atau kalau tidak
diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi bisa disimpan lebih
lama (Santrock, 2009:364).
Short-term memory disebut juga sebagai working memory atau
memori kerja. Baddeley (1993, 1998, 2000, 2001) dalam Santrock (2009:
365) menyatakan bahwa working memory seperti meja kerja pikiran tempat
berlangsungnya banyak pemrosesan informasi. Working memory terdiri
atas tiga komponen utama, yaitu putaran fonologis, working memory visual
ruang, dan eksekutif sentral. Input dari memori sensori menuju putaran
fonologis,
di
mana
informasi
tentang
cara
bicara
disimpan
dan
pengulangan terjadi dan menuju working memory visual ruang, di mana
informasi visual dan ruang, termasuk imajinasi disimpan. Eksekutif sentral
tidak hanya menggabungkan informasi dari putaran fonologis dan working
memory visual ruang, tetapi juga dari memori jangka panjang (retrieval).
Long-term memory atau memori jangka panjang adalah jenis
memori yang menyimpan banyak sekali informasi untuk periode waktu
yang lama dalam cara yang relatif permanen. Kapasitas memori jangka
panjang manusia sangatlah mengejutkan dan efisiensi di mana individuindividu bisa mendapatkan kembali informasi sangatlah mengesankan.
Representasi pengetahuan dalam Long-term Memory tergantung pada
frekuensi dan “keberlanjutan”. Makin sering suatu fakta, peristiwa, atau ide
dijumpai, makin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua
pengalaman
yang
terjadi
berdekatan
waktunya
akan
cenderung
dihubungkan dengan memori sehingga ketika salah satunya diingatkan
yang satunya akan teraktifkan. Maka, informasi dalam Long-term Memory
direpresentasikan dalam struktur-struktur asosiatif. Asosiasi-asosiasi ini
sifatnya kognitif, tidak seperti asosiasi dalam teori “pengkondisian” yang
sifatnya behavioral (stimulus dan respon). Klasifikasi Isi dari Long-term
Memory adalah sebagai berikut; (1) Memori deklaratif (declarative memory)
adalah pengumpulan kembali informasi yang disengaja, seperti fakta atau
peristiwa tertentu yang bisa dikomunikasikan secara verbal. (2) Memori
prosedural (procedural memory) adalah pengetahuan non-deklaratif dalam
bentuk keterampilan dan operasi kognitif. Memori prosedural tidak bisa
dikumpulkan kembali secara sadar, setidaknya dalam bentuk peristiwa atau
fakta tertentu.
Memori deklaratif sendiri terdiri atas episodik dan semantik. Memori
episodik (episodic memory) adalah ingatan mengenai informasi tentang
waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam kehidupan. Memori semantik
(semantic memory) adalah pengetahuan umum tentang dunia ini. Memori
semantik mencakup tentang jenis pengetahuan yang dipelajari di sekolah;
pengetahuan dalam bidang keahlian yang berbeda; dan pengetahuan
“sehari-hari” tentang makna kata, orang-orang terkenal, tempat-tempat
penting, dan hal-hal biasa.
2.3. Penerapan Pemrosesan Informasi Dalam Proses Pembelajaran
Teori pemrosesan informasi merupakan teori kognitif tentang belajar
yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175).Teori pemrosesan informasi ini
didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting. Dalam proses pembelajaran terjadi adanya proses informasi
kemudian diolah sehingga menciptakan suasana yang terencana, dan
suasana pembelajaran yang mendukung. Teori kognitif lebih menekankan
pada proses belajar daripada hasil belajarnya. Proses belajar tidak hanya
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon melainkan
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Menurut Rehalat (2014) model pembelajaran pemrosesan informasi
adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas yang
terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk
meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran. Model ini
lebih
memfokuskan
pada
fungsi
kognitif
peserta didik.Model ini
berdasarkan teori belajar kognitif sehingga model tersebut berorientasi
pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang
dapat memperbaiki kemampuan tersebut.Model pemrosesan informasi ini
didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya.
Pemrosesan
Informasi
merujuk
pada
cara
mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol
verbal dan visual. Ilmu kognisi (cognitive science) merupakan kajian
mengenai inteligensi manusia, program computer, dan teori abstrak
dengan penekanan pada perilaku cerdas, seperti perhitungan (Simon &
Kaplan, 1989). Teori pemrosesan informasi kognitif dipelopori oleh Robert
Gagne (1985), asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan.Pembelajaran merupakan keluaran
pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia.
Adapun penerapan teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:. Model pemrosesan informasi dari
belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi perencanaan dan
desain pembelajaran yang dirancang oleh guru. Belajar dimulai dengan
pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang
mengikuti performa pembelajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
oleh guru untuk membimbing siswa dalam penerimaan stimulus dengan
cara:
 Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih. Dalam
hal ini guru akan memberikan perhatian khusus terhadap siswa
mengenai stimulus-stimulus yang akan dipilih. Jadi dengan demikian
siswa/peserta didik akan lebih terkonsentrasi pada stimulus yang telah
ditentukan.
 Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam
pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu
mengubah stimulus yang ada sehingga dapat disimpan dan pada waktu
yang
lain
dapat
dimunculkan
kembali
dengan
mudah.
Dalam
pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan
dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam memori manusia.
Aplikasi pengolahan informasi dalam pembelajaran membantu para
siswa meningkatkan memori, dengan cara antara lain :
1. Memotivasi anak-anak untuk mengingat materi dengan memahaminya
daripada menghafalkannya.
2. Membantu siswa-siswa dalam mengatur apa yang mereka masukkan
dalam memori mereka.
3. Mengajarkan strategi mnemonik. Mnemonik adalah bantuan memori
untuk mengingat informasi. Strategi mnemonic bisa melibatkan imajinasi
dan kata-kata. Beberapa jenis mnemonik antara lain metode lokus,
sajak, akronim, dan metode kata kunci.
BAB III
SIMPULAN
1.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan beberapa hal :
1. Manusia merupakan makhluk yang sangat komplek dengan memori
yang besar.
2. Belajar menurut teori pengolahan informasi adalah perhatian yang
ditujukan pada stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan
mendapatkan kembali (retrieval).
3. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana
seorang individu melakukan persepsi, mengorganisasi, dan mengingat
sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.
4. Cara kerja memori manusia meliputi tiga macam sistem penyimpanan
ingatan, yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek
(short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory).
5. Pengolahan informasi dalam pembelajaran membantu para siswa
meningkatkan memori.
2.
Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di
dalam makalah inimasih terdapat kekurangan, untuk itu kami menyarankan
untuk dilakukan suatu pengkajian yang lebih mendalam mengenai
materi ini.Dan demi perbaikan makalah kami selanjutnya kami mohon
saran dan kritik pembaca yang tentunya membangun.
Daftar Pustaka :
 Baharuddin & Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group
 https://3agusgurdacil.wordpress.com/2014/02/16/teori-pemrosesan-informasi/
 https://brainyyeni.wordpress.com/2018/09/20/the-journey-begins/
 https://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/
Download