Uploaded by Alvien Hidayat

KONSEP ARAH KIBLAT DENGAN PERHITUNGAN MATÉMATIS ILMU FALAK DENGAN METODE EMPHIRIS

advertisement
KONSEP ARAH KIBLAT DENGAN PERHITUNGAN MATÉMATIS ILMU FALAK DENGAN KOORDINAT BOLA
MAKALAH
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Studi Al-Quran dan Al-Hadits
Dosen Pengampu: Ava Swastika F.,M.PdI
Disusun Oleh:
Mukhammad Alvin Hidayat
(17650034)
Studi Al-Quran dan Al-Hadits - A
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
A. Judul
KONSEP ARAH KIBLAT DENGAN PERHITUNGAN MATÉMATIS ILMU FALAK DENGAN METODE EMPHIRIS
B. Ayat Al-Quran dan Al-Hadits yang Relevan
1. Ayat Al-Quran
Artinya:
“Dan dari mana saja kamu keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu kalian berada, maka hadapkanlah wajahmu ke
arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”.1
2. Al-Hadits
Artinya:
“Jika engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhumu lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah.” (HR. Bukhari no. 6251 dan
Muslim no. 912) 2
1
2
Q.S. Al Baqarah [2]: 50
HR. Bukhari no. 6251 dan Muslim no. 912
C. Tafsir Ayat Al-Quran dan Syarah Al-Hadits yang
Relevan 1. Tafsir Ayat Al-Quran Q.S. Fathir [35]: 29
a. Kementrian Agama RI
Perintah untuk menghadap ke arah Masjidil Haram diulangi dalam kedua ayat ini untuk menjelaskan, bahwa perintah itu bersifat
umum untuk seluruh umat, masa dan tempat dan karena sangat penting serta karena ada hikmah yang terkandung di dalamnya yaitu
agar tidak ada lagi alasan bagi ahli kitab, kaum musyrikin dan munafikin untuk menentang Nabi dalam persoalan pemindahan kiblat.
Begitu pula kaum musyrikin berpendapat bahwa nabi dari keturunan Ibrahim itu akan datang menghidupkan agamanya sehingga
tidaklah pantas apabila berkiblat kepada selain Kakbah yang telah didirikan oleh Nabi Ibrahim.
Dengan demikian maka batallah alasan-alasan para ahli Kitab dan kaum musyrikin itu.
Orang-orang zalim di antara mereka yang melontarkan cemoohan dan bantahan-bantahan tanpa alasan yang berdasarkan akal sehat
dan keterangan dari wahyu tidak perlu dipikirkan dan dihiraukan.
Adapun cemoohan mereka itu adalah sebagai berikut:
Orang-orang Yahudi berkata, “Tiadalah Muhammad itu berpindah kiblat ke Kakbah, melainkan karena kecenderungan kepada
agama kaumnya dan kecintaan kepada negerinya, sekiranya dia berada di atas kebenaran, tentulah ia akan tetap berkiblat ke kiblat para
nabi sebelumnya.”
Orang-orang musyrikin berkata, “Ia telah kembali kepada kiblat kita dan akan kembali kepada agama kita.”
Dan orang-orang munafikin berkata, “Berpindah-pindah kiblat itu menunjukkan bahwa Muhammad dalam keragu-raguan dan tidak
berpendirian.” Demikianlah alasan-alasan yang dibuat-buat oleh penentang-penentang agama Islam di waktu itu.
b. Tafsir al-Misbah (Oleh Muhammad Quraish Shihab)
Maka hadapkanlah wajahmu ke arah al-Masjid al-Haram di mana pun kamu berada, tatkala kamu sedang menetap ataupun sedang
dalam perjalanan. Sesungguhnya yang demikian itu sebagai suatu kebenaran yang selaras dengan hikmah Tuhanmu Yang Penyantun.
Maka bersegeralah kamu dan umatmu melaksanakan perintah itu, kelak Allah akan memberi kalian balasan yang baik dan Allah Maha
tahu perbuatan kalian dan tidak satu pun luput dari pengetahuan-Nya.
c. Tafsir al-Jalalain (Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi)
(Dan dari mana saja kamu keluar) untuk sesuatu perjalanan, (maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan
sesungguhnya itu merupakan ketentuan yang hak dari Tuhanmu dan Allah tidak lalai terhadap apa yang kamu kerjakan) dibaca dengan
ta dan ya.
Ayat seperti ini telah kita temui dulu dan diulang-ulang untuk menyatakan persamaan hukum dalam perjalanan dan lain-lainnya.
d.
Tafsir al-Muyassar (Oleh tim Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-Allamah Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh)
Ke mana pun kamu wahai Nabi berangkat sebagai musafir dan kamu hendak menegakkkan shalat, maka hadapkanlah wajahmu
ke arah Masjidil Haram. Menghadapmu ke sana merupakan kebenaran dari Rabb mu yang pasti. Dan Allah tidak melalaikan apa yang
kalian lakukan dan akan membalas kalian karenanya.
e. Tafsir Ibnu Katsir (Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Agar tidak ada hujah bagi manusia atas kalian.
Yang dimaksud dengan manusia adalah Ahli Kitab, karena sesungguhnya mereka mengetahui bahwa salah satu dari sifat umat
ini ialah menghadap ke arah Ka’bah dalam ibadahnya.
Apabila umat ini (Nabi ‫ )ﷺ‬tidak mempunyai sifat tersebut, barangkali mereka (Ahli Kitab) akan menjadikannya sebagai senjata buat
menghujah orang-orang muslim.
Agar mereka tidak menghujah kaum muslim pula, karena kaum muslim mempunyai kiblat yang sesuai dengan kiblat mereka, yaitu
Baitul Maqdis.
Hal ini jelas.
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Agar tidak ada hujah bagi manusia atas kalian.
Yang dimaksud dengan manusia dalam ayat ini ialah kaum Ahli Kitab.
yaitu di kala mereka mengatakan.”Muhammad telah dipalingkan ke arah Ka’bah.” Mereka mengatakan pula, “Lelaki ini merindukan
rumah ayahnya dan agama kaumnya.”
Tersebutlah bahwa hujah mereka terhadap Nabi ‫ ﷺ‬ialah berpalingnya Nabi ‫ ﷺ‬ke arah Baitul Haram, lalu mereka mengatakan,
“Kelak dia akan kembali lagi kepada agama kita, sebagaimana dia kembali lagi kepada kiblat kita.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Mujahid, Ata, Ad-Dahhak, Ar-Rabi’ ibnu Anas, Qatadah, dan As-Saddi hal
yang sama.Ibnu Abu Hatim mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 150) Menurut mereka, yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim di antara mereka adalah orang-orang
musyrik Quraisy.Salah seorang dari mereka menghipotesiskan hujah orang-orang yang zalim itu, padahal hujah mereka dapat
dipatahkan. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya lelaki ini menduga bahwa dirinya berada dalam agama Nabi Ibrahim.
Maka jika dia menghadap ke arah Baitul Maqdis karena memeluk agama Nabi Ibrahim, lalu mengapa dia berpaling darinya?”
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkannya untuk menghadap ke arah Baitul Maqdis
pada mulanya karena hikmah yang tertentu, lalu Nabi ‫ ﷺ‬menaati Tuhannya dalam hal tersebut.
Setelah itu Allah memalingkannya ke arah kiblat Nabi Ibrahim, yaitu Ka’bah, maka beliau menjalankan pula perintah Allah subhanahu
wa ta’ala dalam hal tersebut. Nabi ‫ ﷺ‬dalam semua keadaannya selalu taat kepada Allah, beliau tidak pernah menyimpang dari
perintah Allah barang sekejap pun, dan umatnya berjalan mengikuti jejaknya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Maka janganlah kalian takut kepada mereka, dan takutlah kalian kepada-Ku.
Artinya, janganlah kalian merasa takut terhadap tuduhan yang dilancarkan oleh orang-orang zalim yang ingkar itu, dan takutlah
kalian hanya kepada-Ku, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala lebih berhak untuk ditakuti.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan:
Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atas kalian.
di-ataf-kan kepada firman-Nya:
Agar tidak ada hujah bagi manusia atas kalian.
Dengan kata lain, Aku akan menyempurnakan kepada kalian nikmat-Ku, yaitu dengan mensyariatkan kepada kalian agar
menghadap ke arah Ka’bah, agar syariat yang kalian jalani merupakan syariat yang paling sempurna dari segala seginya.
Dan supaya kalian mendapat petunjuk.
Yakni agar kalian tidak sesat seperti apa yang dialami oleh umat-umat terdahulu dari apa yang telah Kami tunjukkan kepada
kalian dan Kami khususkan hal itu buat kalian.
Karena itu, maka umat ini merupakan umat yang paling mulia dan paling utama.
2. Syarah Al-Hadits H.R al-Bukhari
An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan, “Hadits ini terdapat faedah yang sangat banyak dan dari hadits ini diketahui pertama
kali tentang hal-hal tadi adalah wajib shalat dan bukanlah sunnah.” Beliau juga mengatakan, “Dalam hadits ini menunjukkan tentang
wajibnya thoharoh (bersuci), menghadap kiblat, takbirotul ihrom dan membaca Al Fatihah”. 3
D. Sejarah dan kajian teori tentang arah kiblat dengan trigonometri bola
1. Sejarah Arah Kiblat
Sepanjang enam bulan pertama setelah hijrah, kiblat kaum muslim untuk menunaikan salat adalah yesrusalem(mereka menghadap
yerussalem ketika menghadap yerusalem ketika menunaikan salat). Kemudian nabi Allah saw menerima wahyu yeng memerintahkan beliau
untuk mengubah arah kiblat dari yerusalem di arah utara, ke yerusalem sebelah selatan. 4
2. Sejarah Ilmu Falak
Dari sisi sejarahnya, Ilmu Falak dapat dikatakan sebagai ilmu yang sangat tua. Berbasiskan hasil pengamatan atau penyelidikan
terhadap benda-benda langit, ilmu yang dulunya banyak dikenal dengan sebutan Ilmu Perbintangan ini lahir dan tumbuh-kembang berseiring
dengan perkembangan aktivitas penyelidikan manusia terhadap benda-benda langit itu sendiri. Ribuan tahun sebelum masehi, penyelidikan
terhadap bendabenda langit itu telah dilakukan oleh bangsa-bangsa berperadaban tua seperti Mesir, Mesopotamia, Babilonia, dan Tiongkok.
Di antara buah dari penyelidikan tersebut, pada sekitar tahun 4221 SM (sebelum masehi) bangsa Mesir telah membuat Kalender Matahari
Syamsiyah, Solar), yakni kalender yang disusun berseirama dengan siklus tropis matahari. Kepentingan mereka pada kalender Matahari
tersebut bertemali dengan kebutuhan pada pengetahuan tentang waktu meluapnya sungai Nil, musim tanam, dan musim panen. Mereka pada
waktu itu menghitung panjang siklus tropik matahari sama dengan 365 hari. Untuk penyusunan kalender, mereka membagi rata yang 360 hari
3
Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 2/132
4
Sayed Ali Asgher Razwy Muhammad Rasulullah SAW : Sejarah Lengkap Kehidupan & Perjuangan Nabi Islam Menurut Sejarawan Timur Dan Barat
diterjemahkan Oleh Dede Azwar Nurmansyah, pustaka zahra,2004
menjadi 12 bulan (masing-masing bulan umurnya 30 hari), dan 5 hari sisanya mereka skedulkan untuk penyelenggaraan pesta perayaan
tahunan.5
Pada abad ke-8 masehi atau satu abad sepeninggal Nabi Muhammad SAW (632 M), dunia Islam mengambil alih ilmu perbintangan
tersebut dari Yunani. Pada zaman pemerintahan al-Mansur (754-775 M), salah seorang khalifah dari Bani Abbasiyah, di kota Baghdad telah
didirikan sekolah astronomi, dan khalifah sendiri termasuk salah seorang ahli astronomi. Selanjutmnya di bawah pemerintahan penggantipenggantinya, yakni Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun, sekolah itu menghasilkan karya-karya penting. Kekayaan ilmu dari Yunani dikaji,
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan disajikan kembali dengan tambahan-tambahan komentar (syarah) yang penting. Di antara karyakarya penting Yunani yang diterjemahkan dan sangat mempengaruhi perkembangan ilmu falak di dunia Islam adalah The Sphere in Movement
(al-Kurah al-Mutaharrikah) karya Antolycus, Ascentions of The Signs (Mat} a> li' al-Buruj) karya Aratus, Introduction to Astronomy (Al-Madkhal
ila>’Ilmi al-Falak) karya Hipparchus, dan Tabril Magesthi (Ptolemy’s al-Magest) karya Claudius Ptolemaeus. Al-Magest yang artinya “usaha
yang paling besar” adalah kata-kata Yunani yang diarabkan dengan imbuhan al. Karya-karya ini tidak hanya hanya diterjemahkan dan
disyarahi, tetapi ditindaklanjuti dengan kegiatankegiatan pengamatan atau observasi. Hasil observasi yang dilakukan oleh sekolah di Baghdad
itu dicatat dalam tabel yang diperiksa dengan teliti. Yahya bin Mansur dipandang sebagai orang yang penting dalam pekerjaan ini.6
3. Kajian Teori Tentang Arah Kiblat Dengan Trigonometri Bola
Posisi lintang dan bujur geografis diukur dengan GPS-map 60CSx, begitu pula kalibrasi waktu pengamatan mempergunakan
indicator waktu GPS-map 60CSx. Raharto (2010) mengidentifikasi ada beragamformula untuk perhitungan arah Kiblat dalam uraian berikut
dibawah ini. Tinjau bola bumi dengan segitiga bola terhadap Ka’bah (Gambar 2), dimana, A=Ka’bah, B=Tempat Salat/Pengamat, C= Kutub
Utara, G= Greenwich, a= Meridian Tempat, b= Meridian Ka’bah, c= Busur Arah Kiblat, BK= Lintang Tempat (φT), RA = Lintang Kakbah (φK),
P= Titik Pusat Bumi, SR ( ‫ס‬SCR)= Bujur Kakbah (λK), SK ( ‫ס‬SCK) = Bujur Tempat (λT) dan ABC adalah Sudut Arah Kiblat. Pada penentuan
arah Kiblat, jika posisi geografis bujur suatu tempat/kota berada di sebelah timur Mekah (Ka’bah), maka besar sudut arah Kiblat, B, dihitung
dari Utara-Barat (0°< B <180°).7
Apabila posisi geografis bujur suatu tempat/kota berada di sebelah barat Mekah (Ka’bah), maka besar sudut arah Kiblat, B,
dihitung dari Utara-Timur (0°< B<180°). Model Bola Bumi (skala kurang presisi): A = Mekah (Ka’bah, lintang geografis utara +21° 25′ dan bujur
geografis 39° 50′ bujur timur), B = posisi tempat dan C adalah kutub utara, a = (900 - φB), b = (900 - φA) dan c masing-masing adalah sisi-sisi
dihadapan sudut bola A, B (= arah kiblat) dan C (beda bujur geografis A dan B). Bila A = Mekah (Ka’bah, lintang geografis utara +21° 25′ dan
bujur geografis 39° 50′ bujur timur), B = posisi tempat dan C adalah kutub utara, a = (900 - φB), b = (900 - φA) dan c masing-masing adalah
sisi-sisi dihadapan sudut bola A, B (= arah kiblat) dan C (beda bujur geografis A dan B) maka:
Cara 1:
tan {(1/2 (A-B)} = [ sin {(1/2)(a – b)} x cot (C/2) ] / sin {(1/2) (a + b)}
tan {(1/2 (A+B)} = [cos {(1/2) (a – b)} x cot (C/2)] / cos {(1/2) (a + b)}
B = (A + B) / 2 – (A – B) / 2, sudut B = arah kiblat
Cara 2:
5
Shofiyulloh, Mengenal Kalender Yahudi, (Malang: Pondok Pesantren Miftahul Huda,
Kepanjen, 2006), 1.
6
7
Ibid.; Susiknan Azhari, Ilmu Falak, (2007); Ensiklopedi Islam, vol. 1, 331
Raharto mudji dan Dede jaenal arifin surya, Telaah Penentuan Arah Kiblat dengan Perhitungan Trigonometri Bola dan
Bayang-Bayang Gnomon oleh Matahari (2011): Vol.11 (1) p.23-29
cot B = { (cot b sin a – cos a cos C) / sin C }
Cara 3:
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
tan (B/2) = tan r / sin (s – b)
s= (a + b + c) / 2
tan r = [{sin (s-a) sin (s-b) sin (s-c)} / sin s] (1/2)
Cara 4:
haversine = hav, hav B = (1 – cos B) / 2
hav B = sin (s-c) sin (s-a) cosec c cosec a
cosec a = 1 / sin a, cosec c = 1 / sin c
cos c = cos a cos b + sin a sin b cosC
s = (a + b + c) / 2
Cara 5:
cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B
cos c = cos a cos b + sin a sin b cosC
Cara 6:
sin a / sin A = sin b / sin B = sin c / sin C
cos c = cos a cos b + sin a sin b cosC
Untuk memeriksa perhitungan melalui cara di atas dapat diperiksa melalui prosedur menghitung X1, Y1, Z, X2 dan Y2 sebagai
berikut: X1 = sin a sin B = sin b sin A, Y1 = sin a cos B = cos b sin c – sin b cos c cos A, Z = cos a = cos b cos c + sin a sin b cos C, X2 = sin a
sin C = sin c sin A, Y2 = sin a cos C = cos c sin b – sin c cos b cos A. Sebagai kontrol hasil perhitungan perlu dihitung: X12 + Y12 + Z2 = 1
atau X22 + Y22 + Z2 = 1, kalau ternyata dalam perhitungan tidak menghasilkan satu maka perlu dicurigai ada perhitungan yang keliru.8
8
Raharto mudji dan Dede jaenal arifin surya, Telaah Penentuan Arah Kiblat dengan Perhitungan Trigonometri Bola dan
Bayang-Bayang Gnomon oleh Matahari (2011): Vol.11 (1) p.23-29
E. Kesimpulan Analitik
Ilmu falak merupakan ilmu yang cukup bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Karena didalamnya mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
ibadah yang dilakukan seorang muslim. Ilmu falak semakin pesat perkembangannya adalah dari zaman Bani Abbasiyah. Dan semakin maju perkembangannya
kini dengan didukung banyak disiplin ilmu.
8
Download