Uploaded by Denny Morand

5. BAB 2

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori yang Relevan dan Penelitian Terdahulu
1. Modal
1)
Pengertian Modal
Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya.Modal
merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat tiga jenis
badan usaha, yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan
perusahaan
manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung
jenis usaha yang dijalankan. Adapun pengertian modal oleh beberapa ahli dalam
buku Riyanto (2012:18) sebagai berikut :
1. Lutge mengartikan modal hanyalah dalam arti uang (geldkapital)
2. Scwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas,
dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital),
maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barangbarang dagangan, dan lain sebagainya.
3. Meij mengartikan modal sebagai kolektivitas dari barang-barang modal
yang terdapat dalam neraca debit, sedangkan yang dimaksud dengan
barang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga
perusahaan dalam fungsi produktifitasnya untuk membentuk pendapatan.
4. Komorzynsky, yang memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan
barang-barang modal yang belum digunakan, untuk memenuhi harapan
yang akan dicapainya
5. Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasaan untuk menggunakan
barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca
sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah
barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi
yang terdapat di neraca sebelah debit.
6. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkret
yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca
10
11
sebelah debit, maupun berupaya daya belu atau nilai tukar dari barangbarang itu yang tercatat di sebelah kredit.
Pengertian modal menurut Brigham (2006:62) “modal ialah jumlah dari
utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin
pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga”. Definisi
modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2007:9) ”modal adalah hak
residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”.
Bisa disimpulkan pengertian modal dari sudut pandang ekonomi, modal
dapat diartikan sebagai unsur kekayaan perusahaan.Dalam sudut pandang
akuntansi, modal adalah kekayaan perusahaan berupa uang atau barang yang
tercatat disebelah debit maupun berupa daya beli atau nilai dari barang-barang itu
sendiri yang dicatat disebelah kredit untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan
dari sudut pandang pengusaha, modal dapat diartikan sebagai surat berharga
seperti modal saham, obligasi, hipotek dan sebagainya.
2)
Manfaat Modal
Menurut Fuad (2000:67) manfaat dari modal usaha yang digunakan
perusahaan diantaranya sebagai berikut :
a. Sebagai solusi dari kemungkianan buruk yang bisa terjadi pada
perusahaan seperti penurunan nilai persediaan atau penurunan nilai
piutang yang tidak bisa ditagih.
b. Dengan modal usaha yang cukup besar, perusahaan bisa memiliki
keamanan keuangan atau disebut juga financial security dan
memiliki citra keuangan yang baik. Citra keuangan yang baik
digunakan untuk penilaian pihak ketiga, seperti kreditor atau bank
yang akan memelihara ketersediaan kredit bagi perusahaan tersebut.
c. Modal usaha yang besar juga bisa digunakan untuk menutup semua
kebutuhan dan hutang usaha dengan lancar dan tepat pada waktunya
agar tidak mengganggu jalannya produksi usaha.
Sedangkan menurut Komarudin (2002:6) manfaat modal bagi perusahaan atau
koperasi anatara lain :
12
a. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan
saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan
penerimaan kembali hasil pembayaran
b. Menutup dana operasional atau pengeluaran tetap dan dana yang
tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa modal bermanfaat
untuk perusahaan itu sendiri maupun bermanfaat bagi pihak ketiga. Modal
bermanfaat untuk menopang kegiatan operasional perusahaan serta menutup
semua kebutuhan dan hutang usaha perusahaan. Sedangkan manfaat modal bagi
pihak ketiga adalah sebagai penilaian untuk memberikan kredit kepada
perusahaan tersebut.
3)
Pembagian Modal
Pada dasarnya modal terbagi menjadi modal aktif dan modal pasif, modal
aktif ialah modal yang tertera disebelah debit neraca dan modal pasif ialah modal
yang tertera disebelah kredit. Pembagian modal menurut Riyanto (2012:19)
sebagai berikut :
1. Pembagian modal aktif
Berdasarkan cara lamanya perputaran, modal aktif atau kekayaan suatu
perusahaan dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap.
Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan, dapatlah
modal aktif dibedakan dalam modal kerja (working capital assets) dan
modal tetap (fixed capital assets)
2. Pembagian modal pasif
Berdasarkan cara melihat pada asalnya modal pasif dibedakan menjadi
modal sendiri dan modal asing. Ditinjau dari lamanya penggunaan,
modal pasiva dapat dibedakan antara modal jangka panjang dan modal
jagka pendek.
Menurut Nafarin (2007:54) “dalam manajemen keuangan pada sisi asset
disebut dengan modal aktif atau modal konkret (capital goods) dan sisi pasiva
disebut dengan modal pasif atau modal abstrak (capital value = capital
aggregate)
Kesimpulan dari pembagian modal dibagi menjadi dua jenis yaitu modal
aktif dan modal pasif. Modal aktif dibedakan menjadi cara dan lama berputarnya
13
yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan menurut fungsi bekerjanya aktiva
dalam perushaan yaitu modal kerja dan modal tetap. Modal pasif dibedakan atas
dasar dilihat dari asalnya yaitu modal sendiri dan modal asing. Sedangkan dari
lamanya penggunaan modal jangka panjang dan modal jangkan pendek.
2.
1)
Modal Kerja
Pengertian Modal Kerja
Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai
operasinya sehari-hari.Sejumlah dana yang dikeluarkan untuk operasinya
diharapkan kembali kepada perusahaan dalam waktu yang relatif singkat dari hasil
penjualannya.
Menurut Sutrisno (2000:39) ”dana yang diperlukan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku,
pemberian upah buruh, membayar utang, dan pembayaran lainnya disebut modal
kerja”. Pendapat lain dikemukakan Burton A. Kolb (1983) dalam Sawir
(2005:129) menyatakan “modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva
jangka pendek
atau lancar, termasuk di dalamnya kas, sekuritas, piutang,
persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, biaya dibayar di muka”.
Definisi modal kerja menurut Ingram (2005:135) “working capital is the
difference between current assets and current liabilities”.Menurut Irawati
(2006:9) “Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva
lancar atau current assets”
Berdasarkan hasil pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
modal kerja merupakan investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar untuk
membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Hal ini menunjukan, apabila
perusahaan tidak dapat mencukupi modal kerjanya maka perusahaan tidak dapat
memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya.
14
2)
Konsep Modal Kerja
Mengenai pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan adanya beberapa
konsep. Konsep modal kerja dikemukakan oleh Riyanto (2001:57) terdapat tiga
konsep pengertian modal kerja, yaitu:
1) Konsep kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang
tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan
aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva
dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam
waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini
adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut
sebagai modal kerja kotor (gross working capital).
2) Konsep kualitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari
aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal
kerja bersih (net working capital).
3) Konsep fungsional. Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam
perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya
dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan
untuk manghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi
tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current
income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau
menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Adapun pendapat dari Kasmir (2011:250), mengenai konsep modal kerja yaitu:
1. Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah
seluruh aktiva lancar.
2. Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada
kualitas modal kerja
3. Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki
perusahaan dalam memperoleh laba
Sutrisno (2000:50) berpendapat tentang konsep modal kerja yaitu :
1. Modal Kerja Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam
dalam aktiva yang masa perputarannya kurang dari satu tahun.
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan aktiva lancar.
2. Modal Kerja Kualitatif
Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi
telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus
dibayar.
3. Modal Kerja Fungsional
Konsep ini lebih menitikberatkan pada fungsi dana dalam
menghasilkan penghasilan langsung atau current income.
15
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas pada dasarnya tidak terdapat
perbedaan konsep yang signifikan. Konsep kuantitatif atau gross working capital
modal kerja diartikan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.Konsep kulaitatif atau
net working capital menyebutkan bahwa modal kerja merupakan besarnya jumlah
utang lancar. Sedangkan dalam konsep fungsional, modal kerja merupakan
sebagai dana yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan.
Dalam penelitian ini digunakan konsep modal kerja kualitatif karena konsep ini
menerangkan bahwa modal kerja bukan seluruh aktiva lancar melainkan modal
kerja yang telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang harus dibayar
atau disebut dengan modal kerja bersih.
3)
Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut Riyanto (2001:61) modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis,
yaitu sebagai berikut:
a. Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang
harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal
kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :
1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya,
2) modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
b. Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja
ini dibedakan antara :
1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi musim.
2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktuasi konyungtur.
3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah
karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya
adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang
mendadak).
Menurut Taylor dalam Sawir (2005:132), modal kerja dapat digolongkan
menjadi:
16
a. Modal Kerja Permanen
Modal kerja permanen (permanen working capital) yaitu modal kerja yang
harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan
kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha
b. Modal Kerja Variabel
Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu jumlah modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Pendapat dingkat tentang jenis modal kerja juga dikemukakan oleh Irawati
(2006:92), yaitu :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
 Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
 Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
 Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Captial)
 Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
 Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis modal kerja
terbagi menjadi dua macam, yaitu modal kerja permanen dan modal kerja
variabel.Modal kerja permanen yaitu jumlah aktiva lancar yang terus menerus
diperlukan untuk kegiatan perushaan, sedangkan modal kerja variabel adalah
investasi dalam aktiva lancar yang bersifat sementara dan jumlahnya berubahubah.
4)
Unsur-Unsur Modal Kerja
Unsur modal kerja dapat dilihat pada setiap neraca perusahaan, yaitu pada
semua perkiraan aktiva lancar dan kewajiban lancarnya. Unsur-unsur dari modal
kerja menurut Syamsudin (2007:144) “Unsur modal kerja menurut konsep
kualitatif
terdiri dari aktiva lancar dan hutang lancar”. Menurut Munawir
(2007:21) “aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat
diharapkan untuk dicairkan atau ditukar menjadi uang tunai, dijual atau
dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran
kegiatan perusahaan yang normal”
17
Pendapat lain dikemukakan oleh Kasmir (2011:39) “aktiva lancar
merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) pada
saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun. Sedangkan utang lancar merupakan
kewajiban atau utang perusahaan kepada pihak lain yang harus segera dibayar”.
Hal sama juga dikumukakan oleh Baridwan (2004:21) “aktiva lancar adalah uang
kas atau aktiva-aktiva lainnya atau sumber-sumber yang diharapkan akan
direalisasi menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha
perushaan normal atau dalam waktu satu tahun”.
Kesimpulan yang bisa diambil tentang unsur-unsur modal kerja yaitu
aktiva lancar dan utang lancar.Aktiva lancar adalah uang tunai dan aktiva lainnya
yang bisa dicairkan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sedangkan utang
lancar adalah kewajiban suatu perusahaan yang pelunasannya dilakukan jangka
pendek.
Komponen dari aktiva lancar dan utang lancar dijelaskan oleh Kasmir
(2011:32) yaitu:
Komponen yang terkandung dalam aktiva lancar adalah seperti kas,
rekening pada bank (rekening giro dan rekening tabungan), deposito
berjangka (time deposit), surat-surat berharga, piutang, pinjaman yang
diberikan, persediaan, biaya yang dibayar dimuka, pendapatan yang masih
harus diterima, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan komponen hutang
lancar (kewajiban jangka pendek) adalah utang dagang, utang wesel, utang
bank, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, utang sewa guna
usaha, utang deviden, utang gaji, dan utang lancar lainnya.
Baridwan (2004:21) menyebutkan komponen pada aktiva lancar dan utang
lancar sebagai berikut :
1. Aktiva lancar
a. Kas
b. Surat-surat berharga yang merupakan investasi jangka pendek
c. Piutang dagang dan piutang wesel
d. Piutang pegawau
e. Piutang angsuran dan piutang wesel angsuran
f. Persediaan barang dagang, bahan mentah, barang dalam proses,
barang jadi, bahan-bahan pembantu dan bahan-bahan serta suku
cadang yang dipakai dalam pemeliharaan alat-alat atau mesin-mesin
g. Biaya yang dibayar dimuka seperti asuransi, bunga, sewa, pajakpajak, bahan pembantu dan lain-lain.
18
2. Utang lancar
a. Utang dagang, yaitu utang-utang yang timbul dari pembelian barangbarang dagangan atau jasa
b. Utang wesel, yaitu utang-utang yang memakai bukti-bukti tertulis
berupa kesanggupan untuk membayar pada tanggal tertentu.
c. Taksiran utang pajak, yaitu jumlah pajak penghasilan yang
diperkirakan untuk laba periode yang bersangkutan.
d. Utang biaya, yaitu biaya-biaya yang sudah menjadi beban tetapi
belum dibayar.
e. Utang-utang lainnya yang akan dibayar dalam waktu 12 bulan
Kesimpulan dari pendapat diatas yaitu komponen aktiva lancar adalah kas,
bank, surat berharga, piutang, persediaan yang masa pakainya kurang dari satu
tahun. Sedangkan komponen dari utang lancar adalah utang dagang, utang wesel,
utang
deviden,
dan
utang
yang
kurang
dari
satu
tahun
masa
pelunasankewajibannya. Perbedaan dalam unsur atau komponen dalam modal
kerja biasanya menyangkut perkiraan-perkiraan atau pos-pos atau jenis-jenis
lainnya, yang disebabkan perbedaan jenis perusahaan.
5)
Manfaat Modal Kerja
Modal kerja sangat berperan penting pada perusahaan, dengan adanya
modal kerja perusahaan bisa menjalankan aktifitas sehari-hari. Sejumlah modal
kerja harus cukup dalam arti tidak berlebihan atau kekurangan, karena modal
kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan. Adapun manfaat modal kerja
yang dikemukakan oleh Prastowo (2005:98) yaitu :
Manfaat utama modal kerja adalah menjadi tingkat likuiditas suatu
perusahaan. Dengan modal kerja yang memadai, suatu perusahaan akan
mampu membayar seluruh kewajiban jangka panjangnya, memiliki
cadangan yang cukup untuk menghindari kekurangan persediaan dan
memberikan piutang kepada pelanggan sehingga hubungan dengan
pelanggan dapat terus dipertahankan.
Menurut Munawir (2007:116) keberadaan modal kerja cukup akan
memberikan manfaat yaitu:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena
turunnya aktiva lancar
19
2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban pada
waktunya
3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar
dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi
bahaya-bahay atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk membeli persediaan barang dalam jumlah
yang cukup untuk melayani konsumen
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat
kredit yang lebih menarik bagi pelanggan.
Pendapat serupa juga dikemukakan Riyanto (2001:57) antara lain adalah
sebagai berikut :
a. modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan
karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang
yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai
persediaan,
b. modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar
semua utang lancar tepat pada waktunya,
c. modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan ”credit standing”
perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para
kreditor akan kelayakan untuk memelihara kredit.
Jadi dengan tersediannya jumlah modal kerja yang cukup dalam
perusahaan, memungkinkan perusahaan dapat menjalankan seluruh kegiatan
operasinya dengan baik, memungkinkan terpenuhinya kewajiban jangka pendek
dengan tepat waktu sehingga terhindar dari kesulitan keuangan yang mungkin
akan timbul.
6)
Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diharapkan oleh perusahaan
dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif
sumber dana. Kebijakan modal kerja yang digunakan tergantung dari seberapa
besar manajer perusahaan mengambil resiko.
Menurut Sutrisno (2001:53) terdapat tiga pendekatan yang dapat diambil
oleh seorang manajer dalam kebijaksanaan modal kerja yaitu :
1. Kebijakan Konservatif
Merupakan pemenuhan modal kerja yang lebih banyak menggunakan
sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek.
Dalam kebijakan konservatif modal kerja permanen dan sebagian
20
modal kerja variabel dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, dan
sebagian modal kerja variabel lainnya dipenuhi dengan sumber dana
jangka pendek.
2. Kebijakan Moderat
Perusahaan membiayai aktiva dengan dana yang jangka waktunya
kurang lebih sama dengan perputaran aktiva tersebut yaitu aktiva yang
bersifat permanen dan modal kerja permanen akan didanai dengan
sumber dana jangka panjang dan akan didanai dengan sumber dana
jangka pendek (matching principle)
3. Kebijakan Agresif
Sebagian kebutuhan jangka panjang dipenuhi dengan sumber dana
jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung
resiko yang cukup besar.
Pendapat lain dalam kebijakan modal kerja dikemukakan oleh Martono
(2003:76), yaitu :
1. Kebijakan Konservatif
Kebijakan modal kerja konservatif merupakan manajemen modal kerja
yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan ini modal kerja
permanen dan sebgaian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber
dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya
dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.
2. Kebijakan Agresif
Pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan
sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja
permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana
jangka pendek.
3. Kebijakan Moderat
Pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan
modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang,
sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka
pendek.
Sedangkan Syamsuddin (2007:217) menyatakan ada beberapa cara dalam
menentukan komposisi pembelanjaan perusahaan, yaitu :
1. Pendekatan Agregatif
Menurut konsep pendekatan agresif, kebutuhan modal jangka pendek
harus dibiayai dengan pinjaman jangka pendek, sedangkan kebutuhan
jangka panjang harus dibiayai dengan pinjaman atau modal jangka
penjang.
2. Pendekatan Konservatif
Pendekatan konservatif mengatakan bahwa seluruh proyek kebutuhan
modal perusahaan harus dibiayi dengan modal jangka panjang
sedangkan modal jangka pendek akan dipergunakan hanya apabila
21
timbul keadaan yang darurat atau karena adanya arus kas keluar yang
tidak terduga-duga sebelumnya.
3. Pendekatan Rata-rata
Sebagian besar perusahaan menggunakan perencanaan pembelanjaan
yang terletak pada satu titik diantara kedua pendekatan.
Penjelasan dari beberapa pendapat, masing-masing alternatif dalam
kebijakan modal kerja mempunyai resiko dan keuntungan tersendiri.Pada
umumnya kebijakan modal kerja ini dibagi menjadi tiga, yaitu kebijakan
konservatif, kebijakan moderat dan kebijakan agresif. Setiap perusahaan memiliki
kebijakan masing-masing dalam pengelolaan modal kerjanya sesuai kondisi
perusahaan itu sendiri.
7)
Sumber Modal Kerja dan Penggunaan Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja harus terpenuhi oleh setiap perusahaan.Oleh karena
itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut perushaan memerlukan sumber-sumber
modal kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang tersedia.Dalam
pemilihan sumber modal kerja harus dipertimbangkan rugi atau untungnya
sumber tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan kedepan
atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.
Sumber modal kerja menurut Munawir (2007:120), yaitu:
1. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak
dalam laporan perhitungan rugi laba ditahan dengan depresiasi dan
amortisasi
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek
(marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar
yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan.
3. Penjualan aktiva tidak lancar, sember lain yang dapat menambah modal
kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan
aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
4. Penjualan saham atau obligasi. Untuk menambah dana tau modal kerja
yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru
atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah
modalnya, di samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi
atau bentuk utang jangka lainnya guna memenuhi kebutuhan modal
kerjanya.
22
Menurut Kasmir (2011:256) beberapa sumber modal kerja yang dapat
digunakan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Hasil operasi perushaan
Keuntungan penjualan surat-surat berharga
Penjualan saham
Penjualan obligasi
Memperoleh pinjaman
Dana hibah, dan
Sumber lainnya
Prastowo (2008:121) “Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal
kerja disebut sumber modal kerja.Sebaliknya transaksi yang menyebabkan
penurunan modal kerja disebut penggunaan modal kerja”. Menurut Kennedy
dalam Manullang (2005:17) pada umumnya sumber modal kerja bagi suatu
perusahaan dapat berasal dari:
1. Working capital provided by current operations
2. Profit on the sales of marketable securities
3. Sale of fixed assets, long term investments and other non current
assets
4. Federal income tax refunds and other similar extra ordinary
“gaint” item
5. Sales of bonds and capital stock and contributions of funds by
owners
6. Bank and other short terms loans
7. Trade creditors
Setelah memperoleh modal kerja yang diinginkan, tugas perusahaan
adalah menggunakan modal kerja tersebut. Penggunaan modal kerja akan dapat
dipengaruhi oleh modal kerja itu sendiri. Seoarang manajer dituntut untuk
menggunakan modal kerja secara tepat, sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai
perusahaan.Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, setiap penggunaan modal
kerja dapat menyebabkan pengurangan aktiva lancar. Menurut Prastowo
(2008:121) penyebab pengurangan modal kerja antara lain sebagai berikut :
1. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang
jangka pendek.
2. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan
3. Kerugian usaha atau kerugian insindental yang memerlukan kas
23
4. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiunan
pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo,
penempatan kembali aktiva tidak lancar.
5. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan
investasi jangka panjang.
6. Pembayaran utang jangka pendek dan pembelian kembali saham
perusahaan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Kasmir (2011:259):
Secara umum dikatakan bahwa penggunaan modal kerja biasa dilakukan
perusahaan untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi
Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan
Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga dagangan
Pembentukan dana
Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin dan
lain-lain)
Pembayaran utang jangka penjang (obligasi, hipotek, utang bank
jangka panjang)
Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar
Pengembalian uang atau barang untuk kepentingan pribadi, dan
Penggunaan lainnya
Kesimpulan dari pendapat tersebut adalah sumber modal kerja terdiri dari
hasil operasi perusahaan, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga,
penjualan saham, memperoleh pinjaman dan hibah dan lain-lain.Sumber modal ini
harus diperhatikan juga agar ridak menimbulkan kerugian dikemudian hari.
8)
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yag dibutuhkan perusahaan harus terpenuhi untuk kelancaran
perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti
yang diinginkan tidaklah selalu terpenuhi. Hal ini disebabkan terpenuhi atau
tidaknya modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sawir (2005:134) sebagai berikut:
a. Sifat dan tipe perusahaan. Modal Kerja dari suatu perusahaan jasa
relatif lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja perusahaan industri.
24
b.
c.
d.
e.
Perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modalmodalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk
memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya
perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar
dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan
dalam operasinya sehari-hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang
yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin
panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk
memperoleh barang tersebut, maka akan semakin besar pula modal
kerja yang dibutuhkan.
Syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Jika syarat kredit yang
diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang
kas yang harus disediakan untuk diinvestasikan dalam persediaan bahan
ataupun barang dagangan.
Syarat penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan
kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah
modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang.
Tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kasmir (2011:254) mengenai
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja:
1.
2.
3.
4.
Jenis perusahaan
Syarat kredit
Waktu produksi
Tingkat perputaran persediaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Munawir
(2007:117) yaitu :
1. Sifat dan tipe dari perusahaan
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh
barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.
3. Syarat pembelian bahan atau barang daganga
4. Syarat penjualan
5. Tingkat perputaran persediaan
Berbagai faktor yang mempengaruhi modal kerja lainnya menurut
Kennedy dalam Manulang (2005:16) :
1.
2.
3.
4.
The general nature or type of business
The time required to manufacture or to obtain the goods
Terms of purchase and sale
The turnover of inventories
25
5.
6.
7.
8.
9.
The turnover receivables
The business of receivables
The degree of risk possible value decline in current assets
Whether the sales are uniform through out the year or are seasonal
Credit raring of company
Pendapat
lainnya
dikemukakan
oleh
Manulang
(2005:16)
yang
menyatakan bahwa komposisi modal kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Sifat kegiatan perusahaan
2. Faktor-faktor ekonomi
3. Peraturan-peraturan pemerintah yang berhubungan dengan
pengendalian kredit
4. Suku bunga yang berlaku
5. Jumlah uang yang beredar
6. Tersedianya bahan-bahan di pasar
7. Kebijakan didalam perusahaan
Dalam pendapat tersebut menunjukan untuk menentukan modal kerja yang
dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah,
karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja yaitu jenis
perusahaan, syarat kredit, waktu produksi dan tingkat perputaran persediaan.
9)
Pentingnya Modal Kerja
Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas
operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja
terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan,
sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana
tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka
peningkatan laba. Perusahaan yang kekurangan modal kerja untuk memperluas
penjualan dan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang
cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan
menghadapi masalah likuiditas.
26
Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya
dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-hari. Muslich (2003:89) mengungkapkan beberapa alasan
pentingnya modal kerja, yaitu :
1. Tingkat profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh investasi modal
kerja.
2. Posisi likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh investasi dalam modal
kerja
3. Sebagian waktu manajer keuangan tersita untuk pengelolaan modal
kerja
4. Kususnya bagi perusahaan niaga dimana sebagian besar investasinya
bukan dalam fixed capital tetapi dalam current capital, maka modal
kerja sangat penting bagi perusahaan tersebut.
5. Modal kerja sangat diperlukan sebagai tujuan bagi perusahaan yang
relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan terhadap fixed capital.
Modal kerja memiliki arti penting bagi perusahaan, terutama bagi
kesehatan keuangan perusahaan. Pentingnya modal kerja menurut Kasmir
(2011:252) yaitu :
1. Kegiatan seoarang manajer keuangan lebih banyak dihabiskan di dalam
kegiatan operasional perusahaan dari waktu ke waktu
2. Investasi dalam aktiva lancar cepat dan sering kali mengalami
perubahan serta cenderung labil
3. Dalam praktiknya sering kali separuh dari total aktiva merupakan
bagian dari aktiva lancar, yang merupakan modal kerja perusahaan.
4. Bagi perusahaan yang relatif kecil, fungsi modal kerja amat penting.
Pendanaan perusahaan lebih mengandalkan pada utang jangka pendek,
seperti utang dagang, utang bank satu tahun yang tentunya dapat
mempengaruhi modal kerja.
5. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan penjualan
dengan kebutuahan modal kerja
Menurut Dasono (2006:120) pentingnya modal kerja yaitu :
modal kerja sangat penting bagi perusahaan karena : (1) sebagian besar
pekerjaan manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan
sehari-hari yang memerlukan modal kerja, (2) pada umumnya nilai harta
lancar suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, hal ini
perlu pengelolaan yang serius, (3) khususnya bagi perusahaan kecil,
manajemen modal kerja sangatlah penting karena sulit memperoleh
pembiayaan modal kerja, (4) perkembangan pertumbuhan penjualan
berkaitan dengan kebutuhan modal kerja.
27
Berdasarkan pendapat tersebut, modal kerja memiliki arti penting bagi
perusahaan.Tidak hanya perusahaan besar saja, ternyata modal kerja dalam
perusahaan kecilpun memiliki arti yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
kegiatan manajer akan dihabiskan untuk pengelolaan modal kerja agar kegiatan
perusahaan operasional stabil bahkan meningkat.
3.
Efisiensi Modal Kerja
1)
Pengertian Efisiensi
Istilah efisiensi selalu digunakan dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan.Pengertian umum efisiensi adalah menekan biaya serendah mungkin
untuk meningkatkan keuntungan.Secara luas pengertian efisiensi adalah
perbandingan terbaik antara masukan dan hasil, antara keuntungan dan sumbersumber yang dipergunakan, serta hasil maksimal yang dicapai dengan
menggunakan sumber yang terbatas.
Menurut Sumarsan (2010:83) “Efisiensi merupakan perbandingan antara
keluaran dan masukan atau jumlah yang dihasilkan satu unit input yang
dipergunakan”. Menurut Tanujaya (2007:380) “Efisiensi merupakan rasio antara
keluaran dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi
masukan.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Supriyono (200:329) :
Efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan atau jumlah keluaran per
unit masukan. Jadi suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisien jika :
a. Menggunakan masukan (biaya atau sumber-sumber) yang lebih kecil untuk
menghasilkan dalam jumlah yang sama.
b. Menggunakan masukan (biaya-sumber-sumber) yang sama untuk
menghasilkan keluaran dalam jumlah yang besar.
c. Menggunakan masukan (biaya atau sumber-sumber) yang lebih kecil untuk
menghasilkan keluaran dalam jumlah yang besar.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas adalah
efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan jumlah yang
dihasilkan
untuk
meningkatkan
keuntungan.Sesuatu
yang
efisien
jika
menggunakan masukan (biaya atau sumber-sumber) yang lebih kecil untuk
menghasilkan keluaran yang lebih besar.
28
2)
Efisiensi Modal Kerja
Prinsip manajemen perusahaan menuntut agar lebih baik dalam
memperoleh maupun dalam menggunakan modal harus didasarkan pada
pertimbangan efisiensi.Adanya modal kerja yang cukup bagi suatu perusahaan
sangat penting karena memungkinkan perusahaan untuk beroperasi seekonomis
mungkin.Akan tetapi, adanya modal kerja yang berlebihan menunjukan
perusahaan terebut menghilangkan peluang untuk mendapatkan keuntungan besar.
Menurut Moles (2011:535) mengungkapkan mengenai efisiensi modal
kerja yaitu :
Working capital efficiency is a term that refers to how efficiently working
capital is used. It is commonly measured by a firm’s cash conversion cycle,
which reflects the time between the point at which raw materials are paid for
and the point at which finished goods made from those materials are
converted into cash. The sorter a firm’s cash conversion cycle, the more
efficient is its use of working capital.
Menurut Syamsudin (2007:200) “efisiensi dalam manajemen modal kerja
sangat diperlukan untuk menjamin kelangusngan atau keberhasilan jangka
panjang dan untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan yang dalam
hal ini memperbesar kekayaan bagi para pemilik”. Apabila perusahaan tidak dapat
mengelola modal kerja perusahaan secara efisien, maka tidak ada nada gunanya
untuk mempertimbangkan keberhasilan dalam jangka panjang.
Efisiensi modal kerja ini menunjukan prestasi manajemen dalam
mengelola sumber daya perusahaan secara optimal.Semakin efisien penggunaan
modal kerja maka semakin baik kinerja manajemen perusahaan.Efisiensi dalam
pengelolaan modal kerja juga sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan
atau keberhasilan jangka panjang dalam mencapai tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
3)
Indikator Efisiensi Modal Kerja
Terdapat beberapa indikator untuk mengukur efisiensi modal kerja,
diantaranya adalah :
29
a.
Return on Working Capital
Return on Working Capital adalah suatu metode untuk meningkatkan
nilai perusahaan dengan memaksimalkan efisiensi modal kerja. Rasio antara
laba operasi dengan aktiva lancar operasi bisa digunakan sebagai indikator.
Formula yang digunakan adalah dengan cara membandingkan pendapatan
operasi dengan rasio lancar.
(Husnan, 2008:172)
b.
Working Capital Turnover (Perputaran Modal Kerja)
Rasio perputaran modal kerja menunjukan penggunaan modal kerja,
karena semakin tinggi perputaran modal kerja menunjukan efisiensi
penggunaan modal kerja, karena semakin tinggi perputaran modal kerja
berarti modal kerja yang ditanam oleh perusahaan untuk membiayai
kegiatan operasional menghasilkan jumlah penjualan yang tinggi. Sehingga
semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka semakin sedikit modal
kerja yang ditanamkan untuk dapat menghasilkan penjualan tertentu yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Perputaran modal kerja diformulasikan
sebagai berikut:
(Riyanto, 2001:335)
Namun, Menurut Sartono (2002:392) Working Capital Turnover
diformulasikan sebagai berikut :
(Sartono, 2002:392)
30
Dari pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan yang dapat dijadikan
indikator efisensi modal kerja adalah Return on Working capital dan Working
Capital Turnover (WCT), dan periode perputaran modal kerja. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan perputaran modal kerja sebagai indikator efisiensi modal
kerja, karena dengan melihat perputaran modal kerja dapat menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal kerja untuk memperoleh laba
yang dihasilkan dari kegiatan operasi.
4)
Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja (working capital turnover) berguna untuk menguji
efisiensi modal kerja. Hal ini seperti yang dikemukakan Siegel dan Shim
(2005:479) bahwa "Dengan melihat pada perputaran sebuah aktiva lancar dalam
sebuah gerakan pendapatan, akuntan dapat menilai dengan wajar kemampuan
perusahaan dalam mengelola aktiva lancar secara efisien".
Working capital turnover (WTC) yaitu rasio yang memperlihatkan adanya
keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan.Menurut Sawir (2005:16),
“Perputaran modal kerja merupakan rasio yang menunujukan banyaknya
penjualan (dalam rupiah) yang diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal
kerja”. Kemudian menurut Riyanto (2008:162) :
Perputaran modal kerja adalah modal kerja yang selalu dalam kedanaan
operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha.Periode perputaran modal kerja (working
capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi
kas.
Menurut Riyanto (2002:62)” Makin pendek periode tersebut berarti makin
cepat perputaran atau makin tinggi tingkat perputarannya”. Hal tersebut sesuai
dengan Brigham dan Houston (2006:117) menyatakan bahwa “perputaran modal
kerja diatas dua kali termasuk dalam modal kerja yang cepat”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan perputaran modal kerja
adalah modal kerja yang selalu dalam kedanaan operasi atau berputar, dimulai
saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali
31
lagi menjadi kas semakin tinggi rasio perputarannya, berarti modal kerja semakin
efisien. Rumus yang digunakan untuk mengukur perputaran modal kerja adalah
sebagai berikut :
(Riyanto, 2001:335)
4.
Pertumbuhan Penjualan
1)
Pengertian Penjualan
Penjualan merupakan aktivitas inti dari sebuah perusahaan menjalani
operasional sehari-hari. Aktivitas penjualan merupakan pendapatan utama
perusahaan karena jika aktivitas perusahaan tidak dijalankan dengan baik, maka
secara langssung dapat merugikan perusahaan. Menurut Kotler (2008:457)
“penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan penjual
dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan”.
Berbeda dengan Kotler, Simamora (2000:24) mengungkapkan bahwa
“penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah
kotor yang dibebankan kepada pelanggan dan jasa”. Pendapat lain dikemukakan
oleh Marom (2002:28) “penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai
usaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan
adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual
menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah
uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.
2)
Tujuan Penjualan
Penjualan adalah persetujuan keduan belah pihak antara penjual dan
pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli
dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar
harga jual yang telah disepakati.Adapun tujuan umum dalam penjualan menurut
Swastha(2002:404) adalah sebagai berikut:
32
a.
b.
c.
Mencapai Volume Penjualan Tertentu
Usaha-usaha untuk mencapai volume penjualan tertentu tidak
sepenuhnya dilakukan oleh pelaksana penjualan atau para
penjual.Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang rapi diantara
fungsionaris dalam perusahaan (seperti bagian produksi yang
membuat produknya, bagian keuangan yang menyediakan
dananya, bagian personalia yang menyediakan tenaganya,
bagian promosi yang mempromosikan produknya dan
sebagainya) maupun dengan para penyalur.Namun demikian
semua ini tetap menjadi tanggung jawab dari pimpinan (top
manajer), dan dialah yang harus mengukur seberapa besar
sukses atau kegagalan yang dihadapinya, untuk maksud tersebut
pimpinan harus mengkoordinir semua fungsi dengan baik
termasuk fungsi penjualan, sehingga volume penjualan dapat
mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mendapatkan Laba Tertentu.
Pada umumnya tujuan seluruh usaha pemasaran adalah
meningkatkan hasil penjualan, sehingga dapat meningkatkan
laba. Dalam hal ini bagian penjualan mempunyai peranan yang
sangat penting yaitu bagaimana memperoleh serta mendapatkan
laba atau keuntungan yang realistis dalam penjualannya.
Menunjang Pertumbuhan Perusahaan.
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya tidak terlepas
dari tujuan yaitu untuk memperoleh laba dari aktivitasnya
tersebut. Tercapainya hasil penjualan suatu produk merupakan
sesuatu yang diharapkan, sehingga dapat memperoleh
pendapatan dimana pendapatan tersebut dapat menunjang
pertumbuhan perusahaan.
Uraian tersebut, menunjukkan bahwa apabila tiga tujuan umum perusahaan
tercapai maka akan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Pencapaian
tujuan umum perusahaan tersebut dapat membuat perusahaan mampu untuk
mengembangkan dan mengelola program-program kegiatan perusahaan secara
baik juga dapat digunakan untuk mempertahankan keberadaan perusahaan.
Melakukan penjualan sesuai dengan yang direncanakan, maka perusahaan akan
memperoleh laba yang maksimum dan dapat mengembangkan perusahaan.
3)
Pengertian Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa
lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang.
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing
33
perusahaan dalam suatu industri.Menurut Swastha dan Handoko (2001:144)
"Pertumbuhan atas penjualan penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa
perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan
dapat
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
pertumbuhan
penjualan".Jika
pertumbuhan penjualan tinggi,maka akan mencerminkan pendapatan meningkat
sehingga laba akan meningkat.
Brigham dan Houston (2006:121) mengatakan “…penjualan yang lebih
tinggi akan mengahsilkan laba kena pajak yang lebih tinggi”.Selanjutnya Brigham
dan Houston (2006:168) menambahkan “penjualan harus menututpi biaya
sehingga
dapat
meningkatkan
keuntungan”.Dengan
meningkatnya
laba
perusahaan maka keuntungan yang diperoleh akan meningkat, dengan demikian
profitabilitas perusahaan akan meningkat.
4)
Indikator Pertumbuhan Penjualan
Terdapat
beberapa
pendapat
ahli
yang
mengemukakan
indikator
pertumbuhan penjualan. Menurut Amstrong (2008:327) “pertumbuhan penjualan
adalah perubahan penjualan pertahun”.Sedangkan menurut Fabozzi (2000:881)
“pertumbuhan penjualan adalah perubahan penjualan pada laporan keuangan
pertahun”.Selanjutnya Horne dan Wachowiczc (2005:285) mengemukakan bahwa
“tingkat pertumbuhan penjualan adalah hasil perbandingan antara selisih
penjualan tahun berjalan dan penjualan di tahun sebelumnya dengan penjualan di
tahun sebelumnya” Dengan demikian dapat disimpulkan indikator pertumbuhan
penjualan adalah perubahan penjualan dari tahun berjalan dengan penjualan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan penjualan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
(Horne dan Wachowiczc, 2005:285)
34
5.
1)
Ukuran Perusahaan
Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunujukan besar kecilnya
perusahaan serta faktor yang menentukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi.
Machfoedz (2008;65) menyatakan tentang pengertian ukuran perusahaan yaitu
"Ukuran perusahaan adalah suatu skema dimana dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Antara lain : total aktiva, long size,
nilai pasar saham, dan lain-lain". Variabel-variabel tersebut digunakan karena
dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar
mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding perusahaan kecil.
2)
Manfaat Ukuran Perusahaan
Menurut Sawir (2004:101) ukuran perusahaan dapat dinyatakan sebagai
determianan dari struktur keuangan dalam hamper setiap studi untuk alasan yang
berbeda :
 Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil
umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik
untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya
peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi
penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas
perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga
membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor
mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara
signifikan.
 Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan
dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih
menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil.
Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar
kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrakyang dirancang sesuai
dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti daripenggunaan kontrak
standar hutang.
 Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada
akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang
mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti
35
perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan
rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka
menjadi suatu sistem manajemen.
3)
Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Pada dasarnya menurut Suwito dan Herawaty (2005:138) “ukuran
perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu : perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm).
Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 poin 5 Dunia usaha
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia
dibagi menjadi empat, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha
besar. Kriteria Keempat usaha tersebut disebutkan pada pasal 6 sebagai berikut:
1) Usaha Mikro
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2) Usaha Kecil
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00(lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampaidengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyarlima ratus juta rupiah).
3) Usaha Menengah
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00(lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidaktermasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00(lima puluh milyar rupiah)
Untuk usaha besar tidak disebutkan kriteria usaha besar di pasal 6 namun pada
pasal 1 poin 4 disebutkan bahwa :
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau
swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan
kegiatan ekonomi di Indonesia.
36
Menurut
Small
Business
Organization
(2000),
kalsifikasi
bisnis
berdasarkan ukuran perusahaan sebagai berikut:
Size
Tabel 2.1
Calssification of Bussiness by size
Employment Size
Asset Size
Sales Size
Small Business
0 – 500 Employees
$0 - $25 milion
$0 - $50 milion
Medium Business
500-999 employees
$25 - $100 milion
$50- $250 milion
Large Business
1000 or more
$100 milion or
$250 milion or
more
more
Sumber : Office of Economics Research U.S Small Business Administration
4)
Indikator Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari beberapa indikator. Menurut Riyanto
(2010:313) “besar kecilnya perushaan dapat dilihat dari besarnya nilai equity,
nilai penjualan atau nilai total aktiva. Pendapat serupa dikemukakan Firiani
(2001:18) bahwa ukuran perusahaan dapat didefinisikan dan dinyatakan dengan
berbagai variabel, antara lain:
1. Total aktiva, yang diambil dari laporan neraca akhir tahun
2. Penjualan bersih, yang diambil dari laporan laba-rugi akhir tahun
3. Kapitalisasi pasar, yang diambil dari harga saham akhir tahun
dikali dengan jumlah saham yang beredar.
Selanjutnya Hartono (2000:254) “besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan
total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan nilai logaritma total
aktiva”. Sedangkan Brigham dan Houston (2001:117) mengemukakan “ukuran
perusahaan yaitu rata-tata total penjualan besrih untuk tahun yang bersangkutan
sampai beberapa tahun”. Semakin besar aktiva yang dimiliki maka semakin besar
modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin besar perputaran
uang yang terjadi, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
perusahaan dikenal masyarakat (Fitriani, 2001:19)
Salah satu variabel yang sering digunakan dalam menunjukan besar
kecilnya perusahaan adalah total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut karena
dinilai relatif stabil. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Sartono
(2001:122) yang menjelaskan bahwa “penilaian ukuran perusahaan dapat
37
menggunakan
tolak
ukur
total
aktiva”.Hal
serupa
juga
dikemukakan
Prasetyantoko (2008:257) menyatakan bahwa “total asset dapat menggambarkan
ukuran perusahaan. Semakin besar asset biasanya perusahaan tersebut semakin
besar”. Dari beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
indikator ukuran perusahaan yang digunakan pada penelitian ini adalah total
aktiva. Karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah maka hal ini dapat
disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural,
sehingga ukuran perusahaan juga dapat dihitung dengan :
Size = Ln Total Assets
6.
1)
Profitabilitas
Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada
periode tertentu. Menurut Husnan (2004:72) “profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan”. Laba sering kali menjadi
salah satu ukuran kinerja perusahaan dimana ketika perusahaan memiliki laba
yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba perusahaan selain
merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para
penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan
yang menunjukan prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
Laba juga sering dibandingkan dengan kondisi keuangan lainnya, seperti
penjualan, aktiva, dan ekuitas.Perbandingan ini sering disebut dengan rasio
profitabilitas.Menurut Harahap (2010:304) “Rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya”. Pendapat lain dikemukakan oleh Irawati (2006:58)
“rasio keuntungan atau profitability adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu
perusahaan mengahasilkan laba selama periode tertentu.”
Menurut Halfet (2000:126) “profitability is a effectiveness with which
management has employed both the total assets and the net assets as recoreded
38
on the balance sheet”. Munawir (2007:33) “rentabilitas atau profitabilitas
menunjukan kemampuan perusahaan untuk mengahsilkan laba selama periode
tertentu”. Hal ini sejalan dengan Riyanto (2001:36)
“Profitabilitas ialah
perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam
presentase.” Sartono (2001:122) “Rasio profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Dengan demikian investor akan sangat berkepentingan
denganrasio profitabilitas ini”
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan tentang
profitabilitas adalah pengukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dari sumber yang digunakan perusahaan.Rasio profitabilitas in mengukur
efisiensi aktiva perusahaan dan modal perusahaan untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya.Maka dari itu, semkain tinggi tingkat profitabilitas maka semakin
tinggi juga tingkat keuntungan yang didapat perusahaan dan sebaliknya.
2)
Tujuan dan Manfaat Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam meperoleh keuntungan. Tujuannya adalah terlihat perkembangan
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik kenaikan atau penuruan kinerja
perusahaan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Rasio profitabilitas
juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya untuk perusahaan saja. Tetapi oleh
pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan.
Menurut Kasmir (2011:197) “tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi
perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu
2. Untuk posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Untuk menilai perkembanga laba dari waktu ke waktu
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri
39
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri maupun modal lainnnya
7. Dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat yang diperoleh Kasmir (2011:198) adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal lainnya
6. Manfaat lainnya
3)
Rasio Pengukuran Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi
keuangan perusahaan dalam satu periode atau beberapa periode. Menurut Kasmir
(2008:197) rasio profitabilitas bisa diukur dengan beberapa indikator yaitu :
1. Profit Margin
Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin merupakan salah satu
rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.Cara
pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih. Terdapat 2 rumus untuk mencari profit
margin yaitu, sebagai berikut :
a. Gross Profit Margin
b. Profit Margin
2. Return on Asset
Rasio hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama
Return on Assets atau Return on Investment meupakan rasio yang
menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
40
perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas
manajemen dalam mengelola investasinya.
Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukan
produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman
maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin
kurang baik, dengan demikian pula sebaliknya.Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan.
Rumus untuk mencari Return on Assets dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
3. Return on Equity
Menurut Kasmir (2008:204) rasio ini menunjukan efisiensi
penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula
sebaliknya.
4. Earning per Share
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham.Rasio yang rendah
menunjukan bahwa manajemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang saham meningkat.Dengan pengertian pengendalian yang
tinggi.
Rumus untuk mencari Laba per Lembar Saham (Earning Per
Share)
Menurut Irawati (2006:58) dalam rasio keuntungan atau profitability ratios ini ada
beberapa rumusan yang digunakan diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
Gross Profit Margin
Operating Profit Margin
Operating Ratio
Net Profit Margin
41
5.
6.
7.
8.
Return on Assets
Return on equity
Return on Investment
Earnign per Share (EPS)
Pendapat lain dikemukakan oleh Sutrisno (2000:267) yang menyebutkan
rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu:
1. Profit Margin
Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
2. Return on Asset
Return on Asset juga merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Return on Equity
Return on Equity yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
4. Return on Investment
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup
investasi yang dikeluarkan
5. Earning per Share
Earning per Share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan rasio pengukuran
profitabilitas tidak memiliki perbedaan, rasio ini yaitu Profit Margin, Return on
Assets, Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan Earning Per Share
(EPS). Semakin besar tingkat profitabilitas maka menunjukan semakin baik
manajemen dalam mengelola perusahaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan ROA sebagai indikator
profitabilitas, dalam analisis laporan keuangan ROA merupkan rasio yang paling
disoroti karena mampu menunjukan keberhasilan perusahaan menghasilkan
keuntungan dengan menggunakan aktiva. Selain itu, ROA mampu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk
kemudian diproyeksikan di masa mendatang.
42
7.
1)
Return on Assets (ROA)
Pengertian ROA
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas.Dalam
analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti,karena mampu
menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu
mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau
untuk kemudiandiproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang
dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh darimodal sendiri
maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva
perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba bersih terhadap
total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan
pajak”. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas
keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk
menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”.
Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power
Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal yang
diinvestasikan
dalam
keseluruhan
aktivauntuk
menghasilkan
keuntungan
neto.Keuntungan neto yang beliaumaksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
Sedangkan menurut Jumingan (2006:141) ”ratio operating income dengan operating
asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal dalam aktiva tanpa
mengandalkan dari sumber mana modal tersebut berasal (keseluruhan modal)”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return on asset
adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.ROA menunjukkan
keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh
pendapatan.ROA juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa
mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.
2)
Manfaat ROA
Manfaat ROA dikemukakan oleh Munawir (2004:91) mengungkapkan
manfaat yang diberikan ROA, yaitu :
43
1. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik, maka
dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh, yang sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi
keadaan keuangan perusahaan.
2. Dapat membandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah
dalam perencanaan strategi.
3. Selain berguna untuk kepentingan control, analisis ROA juga berguna
untuk kepentingan perencanaan.
3)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ROA
Profitabilitas
adalah
rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaanmenghasilkan laba.Return on Assets (ROA) termasuk salah satu
rasioprofitabilitas. Menurut kutipan dari Brigham dan Houston (2001:89),
rasioprofitabilitas (profitability ratio) menunjukkan pengaruh gabungan dari
likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi. Sedangkan
menurut Munawir (2007:89) besarnya ROA dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan
untuk operasi)
2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam
presentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mrngukur
tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan
dengan penjualan
Besarnya ROA akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau
asstes turnover, baik masing-masing atau keduanya. Dengan demikian, pimpinan
perusahaan dapat menggunakan salah satu keduanya dalam rangka usaha
memperbesar ROA.
4)
Perhitungan ROA
Menurut Kasmir (2008:198) merumuskan formula untuk menghitung
pengembalian tingkat aktiva/ROA dengan cara membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Dengan rumus sebagai berikut :
44
Menurut Wild et al. (2005:65) ”Nilai ROA mencerminkan pengembalian
perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada
perusahaan”. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Fahmi (2011:137)
“ROA adalah rasio profitabilitas yang menggambarkan sejauh mana investasi
yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembaliian keuntungan sesuai
dengan yang diharapkan”. Semakin besar nilai ROA, menunjukan kinerja
perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembaian investasi
semakin besar.
8.
Peneltian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Marlina pada tahun (2011) di Koperasi Pegawai
Pemerintah Kota Bandung (KPKB) dengan menggunakan analisis regresi
sederhana menunjukan efisiensi modal kerja berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabiliats. Namun hal tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Agustina tahun (2012) di PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom),Tbk.
Dengan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukan bahwa efisiensi
modal
kerja
mempunyai
pengaruh
negatif
signifikan
terhadap
profitabilitas.Napompech (2012) juga melakukan penelitian dalam jurnal yang
berjudul “Effect of Working Capital Management on The Profitability of Thai
Listed Firm” menunjukan manajemen modal kerja memiliki hubungan negatif
dengan profitabilitas.
Evelina dan Juniarti (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Family Control, Size, Sales Growth dan Leverage Terhadap Profitabilitas dan
Nilai Perusahaan” menunjukan pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh
positf dan signifikan terhadap profitabilitas.Lubis (2013) melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan
Penjualan
dan
Leverage
Terhadap
Profitabilitas”
menunjukan
bahwa
pertumbuhan penjualan berpanguruh positif terhadap profitabilitas.Namun,
Sunarto dan Budi (2009) dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Leverage, Ukuran
dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Profitabilitas” menunjukan pertumbuhan
45
perusahaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dengan menggunakan
pertumbuhan penjualan sebagai indiaktor pertumbuhan perusahaan.
Penelitian yang di lakukanDevi (2012) dengan menggunakan analisis
regresi berganda menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas. Hasil yang sama juga diperolehBabaloa (2013)
dalam jurnal yang berjudul “The Effect of Firm Size on Firms Profitability in
Nigeria” menunjukan firm size berpengaruh positif terhadap profitabilitas dengan
menggunakan total assets dan total sales sebagai indikator firm size.
NamunSumantri (2012) meneliti bahwaukuran perusahaan berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
BEI.
B. Kerangka Pemikiran
Modal kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan
untuk memperoleh laba yang optimal. Modal kerja dapat dibiayai dengan modal
sendiri, pinjaman jangka panjang maupun sumber dana yang bersifat permanen
(Sugiono, 2009: 13). Selama perusahaan masih beroperasi, modal kerja selalu
diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari misalkan untuk
memberikan persekot pembelian barang mentah, membayar upah buruh, gaji
pegawai dan lain sebagainya, dimana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan
dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui
hasil penjualan produksinya untuk menjaga kontinuitas perusahaan. Perusahaan
yang bergerak di bidang apapun baik itu perusahaan jasa, perusahaan produksi
maupun perusahaan dagang selalu membutuhkan modal kerja yang cukup untuk
membiayai kegiatan usahanya, dengan harapan dana yang telah dikeluarkan dapat
kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka yang relatif pendek.
Sawir (2005:129) menyebutkan bahwa "modal kerja adalah keseluruhan
aktiva lancar yang dimilki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana
yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari".
Menurut Ambarwati (2010:112) mengungkapkan bahwa “modal kerja adalah
modal yang seharusnya tetap ada dalam perusahaan sehingga operasional
46
perusahaan menjadi lebih lancar serta tujuan akhir perushaan dalam menghasilkan
laba akan tercapai”. Kemudian Brigham dan Houston (2006:131) menungkapkan
bahwa “modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka
pendek (kas, sekuritas, persediaan dan piutang)”.Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modal kejra merupakan investasi yang
ditanamkan dalam perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, sekuritas, piutang
dagang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
Modal kerja merupakan faktor penting dalam rangka mengembangangkan
usaha serta menanggung resiko kerugian.Selain itu modal kerja adalah salah satu
aspek yang mempengaruhi profitabilitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Irawati
(2006:89) yang mengungkapkan bahwa “Tingkat profitabilitas perusahaan akan
dipengaruhi oleh investasi modal kerja”. Selain itu Muslich (2003:89)
mengungkapkan beberapa alasan pentingnya modal kerja, yaitu :
1. Tingkat profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh investasi modal
kerja.
2. Posisi likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh investasi dalam modal
kerja
3. Sebagian waktu manajer keuangan tersita untuk pengelolaan modal
kerja
4. Kususnya bagi perusahaan niaga dimana sebagian besar investasinya
bukan dalam fixed capital tetapi dalam current capital, maka modal
kerja sangat penting bagi perusahaan tersebut.
5. Modal kerja sangat diperlukan sebagai tujuan bagi perusahaan yang
relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan terhadap fixed capital.
Manajemen modal kerja harus ditentukan dan direncanakan dengan
matang sehingga diharapkan dengan adanya penggunaan modal kerja yang cukup
efisien dapat meningkatkan laba perusahaan.Besarnya modal kerja harus sesuai
dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal
kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan.Perusahaan yang
tidak mempunyai modal kerja yang cukup tidak dapat memenuhi kewajiban
jangka pendek tepat pada waktunya (likuid). Modal kerja yang berlebihan
terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat
merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa
47
penggunaan secara produktif. Dana yang mati, yaitu dana-dana yang tidak
digunakan menyebabkan diadakannya investasi dalam proyek-proyek yang tidak
diperlukan dan yang tidak produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga
akan menimbulkan inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan.Dengan
demikian modal kerja harus dikelola dengan baik oleh perusahaan sehingga
diperlukan adanaya manajemen modal kerja yang baik.Menurut Husnan
(2007:165) “Indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah adanya
efisiensi modal kerja”. Selanjutnya Brealey et.al(2008:79) mengungkapkan bahwa
“Jika perusahaan ingin menggunakan asetnya secara efisien, untuk mengukur
efisiensi tersebut biasanya analisis menggunakan rasio tingkat perputaran modal
kerja”.
Modal kerja yang efisien yaitu modal yang digunakan harus sesuai dengan
kebutuhannya, tidak kekurangan dan tidak juga kelebihan. Efisiensi modal kerja
adalah pemanfaatan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara
optimal sehingga mampu meningkatkan kemakmuran bagi perusahaan itu sendiri
serta mempu menghasilkan profitabilitas yang besar bagi manajemen. Syamsudin
(2007:200) berpendapat bahwa “efisiensi dalam modal kerja sangat diperlukan
untuk menjamin kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dan mencapai
tujuan perushaan secara keseluruhan yang dalam hal ini memperbesar kekayaan
bagi para pemilik”. Kemudian Riyanto (2008:4) "fungsi penggunaan dana harus
dilakukan secara efisien. Hal ini berarti bahwa rupiah dana yang tertanam dalam
aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan
keuntungan investasi atau profitabilitas yang maksimal.”
Efisiensi
dalam
pengelolaan
modal
kerja
juga
menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk mencapai salah satu tujuan perusahaan yaitu
kemampuan memperoleh laba melalui perputaran yang dihasilkan dari kegiatan
operasi. Hal ini berarti efisiensi modal kerja dapat dinilai atau diukur melalui
perputaran modal kerja. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Siegel dan Shim
(2005:479) bahwa "Dengan melihat pada perputaran sebuah aktiva lancar dalam
sebuah gerakan pendapatan, akuntan dapat menilai dengan wajar kemampuan
48
perusahaan dalam mengelola aktiva lancar secara efisien". Dengan demikian
indikator efisiensi modal kerja adalah perputaran modal kerja.
Dalam jurnal Arshad dan Gondal (2013) yang berjudul “Impact of Capital
Management on Profitability a Case of The Pakistan Cement Industry”
menggunakan Working Capital Turnover (WTC) atau perputaran modal kerja
sebagai indikator efisiensi modal kerja. Nugroho (2011) meneliti “Analisis
Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI pada tahun 2005-2009” menggunakan perputaran modal kerja
sebagai indikator efisiensi modal kerja. Selanjutnya Limarjo (2012) meneliti
Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Perusahaan Rokok Yang Terdaftar di
BEI Tahun 2004-2011” menggunakan perputaran modal kerja sebagai indikator
efisiensi modal kerja.Dari beberapa penelitain terdahulu maka penulis
menggunakan perputaran modal kerja sebagai indikator efisiensi modal kerja.
Menurut Sawir (2005:16), “Perputaran modal kerja merupakan rasio yang
menunujukan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang diperoleh perusahaan
untuk tiap rupiah modal kerja”. Kemudian menurut Riyanto (2008:162) :
Perputaran modal kerja adalah modal kerja yang selalu dalam kedanaan
operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha.Periode perputaran modal kerja (working
capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi
kas.
Semakin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat perputarannya
sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang
pada akhirnya profitabilitas semakin meningkat. Perputaran modal kerja
dinyatakan cepat bila berputar dua kali setahun. Hal tersebut sesuai dengan
Brigham dan Houston (2006:117) menyatakan bahwa “perputaran modal kerja
diatas dua kali termasuk dalam modal kerja yang cepat”. Dengan demikian dapat
ditarik hipotesis bahwa efisiensi modal kerja berpengaruh positif terhadap
profitailitas.
49
Selain modal kerja, faktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah
pertumbuhan penjualan.Penjualan merupakan ujung tombak dari sebuah
perusahaan. Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode
masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan
datang. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing
perusahaan dalam suatu industri.Menurut Swastha dan Handoko (2000:190)
"Pertumbuhan atas penjualan penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa
perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan
dapat
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
pertumbuhan
penjualan".Jika
pertumbuhan penjualan tinggi,maka akan mencerminkan pendapatan meningkat
sehingga laba akan meningkat.
Brigham dan Houston (2006:121) mengatakan “…penjualan yang lebih
tinggi akan mengahsilkan laba kena pajak yang lebih tinggi”.Selanjutnya Brigham
dan Houston (2006:168) menambahkan “penjualan harus menututpi biaya
sehingga dapat meningkatkan keuntungan”.Hal serupa dikemukakan Horne dan
Wachowicz (2009:235) “penjualan
yang meningkat akan menghasilkan
keuntungan yang maksimal bagi perusahaan dan berpengaruh terhadap
peningkatan profitabilitas.”Dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan maka
keuntungan yang diperoleh akan meningkat, dengan demikian profitabilitas
perusahaan akan meningkat.
Menurut Amstrong (2008:327) “pertumbuhan penjualan adalah perubahan
penjualan pertahun”.Sedangkan menurut Fabozzi (2000:881) “pertumbuhan
penjualan
adalah
perubahan
penjualan
pada
laporan
keuangan
pertahun”.Selanjutnya Horne dan Wachowiczc (2005:285) mengemukakanbahwa
“tingkat pertumbuhan penjualan adalah hasil perbandingan antara selisih
penjualan tahun berjalan dan penjualan di tahun sebelumnya dengan penjualan di
tahun sebelumnya” Dengan demikian dapat disimpulkan pertumbuhan penjualan
adalah perubahan penjualan dari tahun berjalan dengan penjualan tahun
sebelumnya.
Evelina dan Juniarti (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Family Control, Size, Sales Growth dan Leverage Terhadap Profitabilitas dan
50
Nilai Perusahaan” menggunakan perubahan penjualan sebagai indikator
pertumbuhan penjualan.Nugroho (2011) melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja,
Ukuruan
Perusahaan
dan
Leverage
terhadap
Profitabilitas
Perusahaan”
menggunakan perubahan pernjualan sebagai indikator pertumbuhan penjualan.
Dari kedua penelitian tersebut, penulis menggunakan perubahan penjualan dari
tahun
berjalan
dengan
penjualan
tahun
sebelumnya
sebagai
indikator
pertumbuhan penjualan.Berdasarkan kedua penelitian tersebut maka penulis
menggunakan perubahan penjualan dari tahun berjalan dengan penjualan
sebelumnya sebagai indikator pertumbuhan penjualan.
Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan
mempertahankan keuntungan dalam menandai kesempatan-kesempatan pada
masa yang akan datang.Ramalan penjualan yang tepat sangatlah diperlukan, agar
proses penjualan produk dapat maksimal sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Dengan menggunakan rasio growth, perusahaan dapat mengetahui trend penjualan
dari produk dari tahun ke tahun. Perusahaan harus dapat menentukan langkah
yang akan diambil untuk mengantisipasi kemungkinan naik atau turunnya
penjualan pada tahun yang akan datang. Bila penjualan ditingkatkan, maka aktiva
pun harus ditambah sedangkan di sisi lain, jika perusahaan mengetahui dengan
pasti peningkatan penjualannya di masa mendatang, hasil dari tagihan piutangnya,
serta jadwal produknya, perusahaan akan dapat mengatur jadwal jatuh tempo
utangnya agar sesuai dengan arus kas bersih di masa yang akan datang.
Akibatnya, laba akan dapat dimaksimalkan sehingga profitabilitas juga akan
meningkat. Dari uraian tersebut, dapat ditarik hipotesis bahwa pertumbuhan
penjualan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan menunjukan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya
suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dalam mengelola tingkat
risiko investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran
mereka.Menurut Riyanto (2008:299) "suatu perusahaan yang besar dimana
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal sahamnnya hanya akan
51
mempengaruhi kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control
dari pihak yang dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.” Sebaliknya,
perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar dilingkungan kecil,
penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana
sahamnya tersebar sangat luas akan berani mengeluarkan saham baru dalam
memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibanding
dengan perusahaan kecil, sehingga dapat mempengaruhi profitablitas.
Perusahaan
besar
dapat
memperoleh
keistimewaan
dibandingkan
perusahaan kecil dalam hal memperoleh bahan baku (input produksi) karena
perusahaan besar membeli bahan baku dalam jumlah besar sehingga perusahaan
besar mendapatkan potongan harga (quality discount) dari pemasok. Dengan
mendapatkan potongan harga dari pemasok, maka perusahaan dapat menekan
biaya bahan baku sehingga keuntungan dalam membuat suatu produk akan
meningkat. Dengan pendapatan yang meningkat, maka profitabilitas juga akan
meningkat.
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunujukan besar kecilnya
perusahaan serta faktor yang menentukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Machfoedz (2008;65) menyatakan tentang pengertian ukuran
perusahaan yaitu:
“Ukuran perusahaan adalah suatu skema dimana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Antara lain : total
aktiva, long size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran
perusahaan hanya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu : perusahaan besar,
perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Penentuan ukuran perusahaan
ini didasarkan pada total asset perusahaan.”
Selanjutnya Hartono mengungkapkan (2000:254) “besar kecilnya perusahaan
dapat diukur dengan total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan
nilai logaritma total aktiva”. Hal serupa juga dikemukakan Prasetyantoko
(2008:257) menyatakan bahwa “total asset dapat menggambarkan ukuran
perusahaan. Semakin besar asset biasanya perusahaan tersebut semakin
52
besar”.Sedangkan Brigham dan Houston (2001:117) mengemukakan “ukuran
perusahaan yaitu rata-tata total penjualan besrih untuk tahun yang bersangkutan
sampai beberapa tahun”.
Devi (2012) menggunakan total aktiva sebagai indikator dari ukuran
perushaan dalam penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas pada Perusahaan Kimia dan Farmasi yang Terdaftar di BEI Tahun
2008-2011”, penelitian tersebut menggunakan Quick Ratio, Profit Margin dan
Firm Size sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas. Sumantri (2012)
menggunakan total aktiva sebagai indiaktor ukuran perusahaan pada penelitiannya
yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2012” dengan
menggunakan perputaran persediaan, rasio lancar dan ukuran perusahaan sebagai
variabel
yang
mempengaruhi
profitabilitas.
Sumantri.Veronica
(2012)
menggunakan total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Leverage, Pengaruh Intensitas Modal dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas”. Berdasarkan beberapa penelitian
sebelumnya maka penulis menggunakan total aktiva sebagai indikator ukuran
perusahaan.
Perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar lebih diminati oleh para
investor untuk menanamkan modalnya. Dengan adanya sumber daya yang besar
dari investor, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva
lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan
semakin memperluas pangsa pasar. Dengan adanya penjualan yang meningkat,
perusahaan akan menutup biaya yang keluar pada saat proses produksi. Dengan
begitu, laba perusahaan akan meningkat. Maka dapat ditarik hipotesis bahwa
ukuran peursahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi modal kerja,
pertumbuhan
penjualan
profitabilitas.Profitabilitas
menghasilkan
laba
dan
ukuran
menggambarkan
dengan
perusahaan
kemampuan
menggunakan
mempengaruhi
perusahaan
seluruh
modal
untuk
yang
dimiliki.Profitabilitas dinilai sangat cocok untuk mengukur efektivitas manajemen
53
dan pengevaluasian kinerja manajemen dalam menjalankan bisnis dan
produktivitasnya dalam mengelola aset-aset perusahaan secara keseluruhan.
Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rasio.
Ada beberapa rasio yang digunakan untuk melihat kondisi profitabilitas
suatu perusahaan. Menurut Kasmir (2008:199) "Dalam prakteknya jenis-jenis
rasio profitabilitas yang dapat digunakan yaitu Net Profit Margin (NPM), laba per
Lembar saham, Return on Equity (ROE), dan Return on Assets (ROA)". Pendapat
serupa juga dikemukakan Brigham dan Houston (2001) “rasio profitabilitas dapat
diukur dengan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment
(ROI), Return on Equity dan Earning Power”. Dalam analisis laporan keuangan,
ROA merupkan rasio yang paling disoroti karena mampu menunjukan
keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva.
Selain itu, ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keunutngan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa
mendatang. Munawir (2004:91) mengungkapkan manfaat yang diberikan ROA,
yaitu :
1. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik, maka
dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh, yang sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi
keadaan keuangan perusahaan.
2. Dapat membandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah
dalam perencanaan strategi.
3. Selain berguna untuk kepentingan control, analisis ROA juga berguna
untuk kepentingan perencanaan.
Hal ini yang mendasari penulis untuk menggunakan ROA dalam melakukan
penelitian sebagai indikator profitabilitas.
Menurut Horne & Wachowicz (2005:235) "ROA mengukur efektivitas
keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk
menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan". Selanjutnya Syamsudin
(2005:224) mengatakan bahwa "ROA merupakan kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang
tersedia di dalam perusahaan, semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik
54
keadaan suatu perusahaan". Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan
aset.
Efisiensi Modal Kerja (X1)
Profitabilitas (Y)
Pertumbuhan Penjualan (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Gambar 2.1
Hubungan antara variabel
Keterangan :
Efisiensi Modal Kerja
:
Variabel Independen 1
Pertumbuhan Penjualan
:
Variabel Independen 2
Ukuran Perusahaan
:
Variabel Independen 3
:
Garis Pengaruh
:
Variabel Dependen
Profitabilitas
C.
Hipotesis
Berdasarkan
teori,
kerangka
pemikiran
dan
penelitian-penelitian
sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Efisiensi modal kerja, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap profitabilitas
2. Efisisensi modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas
3. Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap profitabilitas
4. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas
Download