BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, terutama dalam siklus penjualan dan penagihan, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal ini akan memerlukan sumber daya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidak dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan kondisinya. Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan carademikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional. Jadi digunakannya metode pengujian dengan sampling audit diharapkan auditordapat memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang minimal, sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana Akun-akun dan Kelompok-kelompok Transaksi dalam Siklus Penjualan dan Penagihan? 1.2.2 Apa Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus penjualan dan Penagihan serta Dokumen dan Catatan yang Terkait? 1.2.3 Apa saja Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Penjualan? 1.2.4 Bagaimana audit terhadap Retur Penjualan dan Pengurangan Harga? 1.2.5 Apa saja Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Penerimaan Kas? 1.2.6 Bagaimana Pengujian Audit Untuk Penghapusan Piutang Tidak Tertagih? 1 1.2.7 Bagaimana Pemilihan Sampel Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan auditing yang diberikan kepada setiap kelompok mahasiswa agar setiap mahasiswa dapat memahami bagaimana pengauditan pada siklus penjualan dan penagihan serta pemilihan sampel audit terhadap pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Akun-akun dan Kelompok-kelompok Transaksi dalam Siklus Penjualan dan Penagihan Tujuan audit siklus penjualan dan penagihan adalah untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuaian dengan SAK. Ada lima kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan : 1. Penjualan 2. Penerimaan kas 3. Retur penjualan dan pengurangan harga 4. Penghapusan piutang tak tertagih 5. Estimasi beban piutang tak tertagih 2.2 Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus penjualan dan Penagihan serta Dokumen dan Catatan yang Terkait Siklus penjualan dan penagihan melibatkan keputusan-keputusan dan proses-proses yang diperlukan untuk memindahkan kepimilikan barang-barang dan jasa kepada pelanggan setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Hal tersebut dimulai dengan pemintaan pelanggan dan berakhir dengan konversi bahan baku atau jasa ke dalam akun piutang dagang, dan selanjutnya ke dalam kas. Fungsi bisnis terjadi pada setiap bisnis dalam mencatat transaksi bisnis pada siklus penjualan dan penagihan. Fungsi-fungsi bisnis serta dokumen dan catatan dalam suatu bisnis : 1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan Sebuah permintaan pelanggan atas barang akan memulai keseluruhan siklus. Secara hukum, permintaan pesanan pelanggan merupakan penawaran untuk membeli barang dalam kondisi tertentu yang disepakati. Permintaan Pelanggan merupakan permintaan atas barang yang dilakukan oleh pelanggan, permintaan dapat dilakukan melalui telephone, surat, formulir, pesanan yang telah dikirim kepada calon pelanggan maupun pelanggan yang sudah ada, melalui tenaga penjualan, pengiriman permintaan pelanggan secara elektronik melalui internet, atau melalui suatu jaringan yang menghubungi pemasok dengan pelanggan. 3 Pesanan Penjualan suatu dokumen yang menginformasikan deskripsi, kuantitas, serta informasi yang tekait untuk barang yang dipesan oleh pelanggan. Dan sering digunakan untuk mengidentifikasi persetujuan kredit dan otorisasi pengiriman barang. 2. Pemberian Kredit Sebelum barang dikirim, orang yang memiliki otorisasi yang sah harus menyetujui permohonan kredit dari seseorang pelanggan. Praktik yang lemah seringkali mengakibatkan tunggakan penagihan yang besar serta piutang dagang yang mungkin tidak tertagih. 3. Pengiriman Barang Merupakan titik pertama dalam siklus ini dimana perusahaan menyerahkan asetnya. Sebagian besar perusahaan mengakui adanya penjualan pada saat barang dikirimkan. Sebuah dokumen pengiriman barang disiapkan pada saat pengiriman, yang dapat dilakukan secara otomatis oleh computer. Dokumen Pengiriman disiapkan untuk memulai pengiriman barang, yang mengidentikasikan deskripsi barang, kuantitas yang dikirim serta data lainya yang relevan. Perusahaan mengirimkan dokumen pengiriman yang asli kepada para pelanggan dan menyimpan satu atau dua salinannya. Kelompok Akun Transaksi Penjualan Fungsi Bisnis Dokumen dan catatan Penjualan Pemrosesan pesanan Permintaan pelanggan Piutang dagang pelanggan Pesanan penjualan Pemberian kredit Pesanan Pengiriman barang pesanan penjualan pelanggan atau Penagihan pelanggan Dokumen pengiriman dan penjualan mencatat Faktur penjualan Arsip transaksi penjualan Jurnal atau daftar penjualan Arsip utama piutang dagang Neraca saldo piutang dagang Laporan penagihan bulanan Penerimaan Kas Kas di bank Pemrosesan dan Slip pembayaran (remittance 4 (debit dari pencatatan penerimaan kas) advice) penerimaan kas Daftar awal penerimaan kas Piutang dagang Arsip transaksi penerimaan kas Jurnal atau daftar penerimaan kas Retur penjualan Retur penjualan Pemrosesan dan pengurangan dan pengurangan pencatatan harga Penghapusan piutang dan Memo kredit retur Jurnal retur penjualan dan harga penjualan dan pengurangan harga Piutang dagang pengurangan harga Piutang dagang Penghapusan putang Formulir otorisasi tak penyisihan tertagih piutang tak tertagih piutang tak tertagih tak tertagih Beban piutang Beban tak tertagih piutang Pembebanan piutang Jurnal umum tak tertagih tak tertagih Penyisihan piutang tak tertagih 4. Penagihan Pelanggan Dan Pencatatan penjualan Penagihan merupakan informasi kepada pelanggan mengenai jumlah tertagih yang dilakukan secara benar dan tepat waktu dan harus memperhatikan hal berikut : 1. Semua pengiriman yang dilakukan telah ditagih (kelengkapan) 2. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian) 3. Ditagih dengan jumlah yang tepat (akurasi) Faktur Penjualan. Suatu dokumen yang mengindikasikan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga, biaya pengiriman, asuransi, syarat-syarat, serta data terkait lainya. Faktur ini menginformasikan kepada pelanggan jumlah penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayarannya. Arsip Transakasi Penjualan. Arsip yang memasukkan semua transaksi penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu periode, bisa berupa satu hari, satu minggu 5 atau satu bulan. Informasi dalam arsip ini digunakan untuk beragam catatan, daftar atau laporan, bergantung pada kebutuhan perusahaan. Jurnal atau daftar Penjualan. Sebuah daftar atau laporan yang dihasilkan dari arsip transaksi penjualan yang biasanya mencakup nama pelanggan, tanggal, dan klasifikasi akun atau klasifikasi transaksi. Daftar ini juga mengidentifikasi apakah penjualan merupakan penjualan tunai atau kredit. Daftar atau jurnal ini biasanya untuk satu bulan. Arsip Utama Akun Piutang Dagang. Arsip komputer yang digunakan untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas serta retur penjualan dan pengurangan harga untuk setiap pelanggan dan mencatat saldo akun piutang pelanggan. Total dari saldo akun dalam arsip utama sama dengan total saldo akun piutang dagang di jurnal umum. Neraca Saldo Akun Piutang Dagang merupakan daftar atau laporan yang menunjukkan jumlah yang terutang dari setiap pelanggan pada setiap titik waktu. 5. Memproses dan Mencatat Penerimaan Kas Empat fungsi transaksi penjualan diperlukan untuk mendatangkan barang ke tangan pelanggan, untuk menagih dengan tepat, dan mengambarkan informasi dalam catatan akuntansi. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas termasuk penerimaan, penyetoran dan pencatatn kas. Slip pembayaran (Remittance Advice) sebuah dokumen yang dikirimkan kepada para pelanggan dan dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kasnya. Dokumen ini mengindikasikan nama pelanggan, nomor faktur penjualan, dan jumlah dalam faktur tersebut. Slip ini digunakan sebagai catatan penerimaan kas untuk penyetoran kas segera serta untuk meningkatkan pengendalian terhadap penyimpanan asset. Daftar Awal Penerimaan kas, daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seorang yang tidak memiliki tanggungjawab untuk melakukan pencatatan penjualan, putang dagang, atau kas yang tidak memiliki akses terhadap catatan akuntansi. Arsip Transaksi Penerimaan Kas merupakan arsip yang dihasilkan oleh computer yang mencakup semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem akuntansi pada suatu periode tertentu. Daftar Atau Jurnal Penerimaan kas adalah daftar atau laporan yang dihasilkan dari arsip transaksi penerimaan kas serta mencakup semua transaksi di suatu periode tertentu. Transaksi yang sama memasukkan semua informasi yang relevan, juga dimasukkan dalam arsip utama akun piutang dagang dan buku besar. 6 6. Pemrosesan dan Pencatatan Retur Penjualan Dan Pengurangan Harga Retur penjualan dan pengurangan harga dicatat dalam arsip transaksi retur penjualan dan pengurangan harga, demikian pula arsip utama piutang dagangnya. Memo kredit diterbitkan untuk retur penjualan dan pengurangan harga untuk membantu dalam mengendalikandan memfasilitasi pencatatan. Memo Kredit merupakan dokumen yang mengindikasikan adanya pengurangan dalam jumlah tertagih dari pelanggan karena adanya barang yang dikembalikan. Memo ini tujuannya untuk mendukung pengurangan dalam piutang dagang daripada kenaikan dalam piutang dagang. Jurnal retur Penjualan dan Pengurangan Harga adalah suatu jurnal yang digunakan untuk mencatat retur penjualan danpengurangan harga. 7. Menghapus Piutang Tak Tertagih Jika pelanggan tidak mampu membayar tagihannya perusahaan harus menghapusnya. Biasanya ini terjadi akibat kebangkrutan atau piutang dipindahtangankan kepada agensi penagihan. Perlakuan akuntansi yang tepat mengaharuskan adanya penyesuaian atas akun piutang tak tertagih. Formulir Otorisasi Piutang Tak Tertagih merupakan dokumen yang digunakan secara internal untuk menandai adanya otoritas untuk menghapus piutang sebagai tidak tertagih. Beban Piutang Tak Tertagih karena perusahaan tidak dapat berharap menagih 100% penjualan kredit mereka, prinsip akuntansi mengharuskan untuk mencatat beban piutang tak tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih. 2.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Penjualan 2.3.1 Memahami pengendalian internal Dengan menggunakan suatu pendekatan yang tipikal untuk penjualan, auditor mempelajari bagan arus klien, menyusun kuesioner pengendalian internal serta melakukan pengujian penelusuran penjualan. 2.3.2 Mengukur resiko pengendalian yang direncanakan Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah penting dalam penilaian, yaitu: 7 1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian 2. Auditor harus mengidentifikasikan pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi penjualan 3. Auditor mengaitkan dengan tujuan 4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan Pengendalian kunci yang ada pada siklus penjualan antara lain: 1. Pemisahan tugas yang memadai. Dengan ini dapat mencegah jenis salah saji karena kesalahan maupun kecurangan. Harus ada pemisahan fungsi bagi pegawai yang mengelola kas dengan yang mencatat kas, fungsi pemberian kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan. 2. Otorisasi yang tepat. Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci, yaitu : 1. Kredit yang harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan, 2. Barang harus dkirim hanya setelah otorisasi diberikan 3. Harga juga harus diotorisasi termasuk syarat dasar, ongkos angkut dan diskon. Dua pengendalian pertama mencegah hilangnya aktiva akibat pelanggan fiktif atau pelanggan yang tidak bisa membayar barang yang dibeli. 3. Dokumen dan catatan yang memadai. Harus ada prosedur pencatatan yang memadai sebelum sebagian besar tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dapat dipenuhi. Contohnya adalah dokumen yang telah dipranomori. Memberi nomor terlebih dahulu pada dokumen mencegah kegagalan menagih atau mencatat penjualan dan terjadinya penagihan dan pencatatan duplikat. 4. Laporan bulanan. Pengiriman laporan bulanan pada pelanggan mendorong pelanggan untuk merespon jika ada saldo yang dikatakan tidak benar. Fungsi ini harus terpisah dari pengelola kas untuk menghindari kegagalan yang disengaja mengirimkan laporan itu. 5. Prosedur verifikasi internal. Program komputer atau personil yang independen harus mengecek bahwa pemrosesan dan pencatatan penjualan memenuhi tujuan audit. 2.3.3 Menentukan luas pengujian pengendalian Luas pengujian pengendalian audit tergantung pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk mengurangi resiko pengendalian. Dalaam menentukan seberapa besar pengendalian internal dapat diandalkan, auditor juga mempertimbangkan biaya untuk meningkatkan pengujian pengendalian dibandingkan dengan potensi pengurangan dalam pengujian subtantif. Tingkat resiko 8 pengendalian yang dinilai lebih rendah akan berakibat pada meningkatnya pengujian pengendalian untuk mendukung resiko pengendalian rendah tersebut, serta peningkatan dalam resiko deteksi dan penurunan jumlah pengujian subtantif. 2.3.4 Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan Untuk setiap pengendalian kunci, diperlukan pengujian untuk menilai keefektifannya. Seperti pengujian pada otorisasi atas kredit, apakah dilakukan dengan tepat. Keterjadian penjualan juga dapat diuji dengan memasukan nomor pelanggan yang tidak ada pada aplikasi, apakah langsung ditolak oleh komputer. 2.3.5 Merancang pengujian substantif dan transaksi penjualan Menentukan prosedur ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing entitas. Pada pencatatan penjualan yang terjadi, terdapat tiga kemungkinan salah saji yang mungkin terjadi, yaitu: 1. Penjualan dimasukan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan. 2. Penjualan dicatat lebih dari satu kali. 3. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan. Penjualan dicatat dengan akurat, pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal-hal berikut : 1. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan 2. Menagih dengan tepat sebesar jumlah barang yang dikirim 3. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi. Dalam mengkonversi program audit formal perancangan (design format audit program) menjadi program audit format kinerja (performance format audit program), prosedur itu akan digabungkan. Hal ini bertujuan untuk : 1. Menghilangkan duplikasi prosedur 2. Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur yang akan dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada saat itu. Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang paling efektif, sebagai contoh, dengan memfooting jurnal dan meriview jurnal untuk pos-pos tidak biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh perspektif yang lebih baik dalam melakukan pengujian yang terinci. 9 2.4 Retur Penjualan dan Pengurangan Harga Untuk return penjualan dan pengurangan harga, auditor biasanya menekankan pengujian transaksi tercatat untuk membuka pencurian kas dari penagihan piutang yang ditutupi oleh return dan pengurangan harga yang fiktif. Jika melakukan audit pada return penjualan dan pengurangan harga, auditor harus mampu menerapkan logika yang sama untuk mendapatkan pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif transaksi yang tepat sehingga auditor mampu menverifikasi jumlah return penjualan dan pengurangan harga tersebut. 2.5 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Penerimaan Kas Pengujian pengendalian penerimaan kas dan prosedur audit pengujian substantif transaksi dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama dengan penjualan tetapi tentu saja tujuan spesifik ditetapkan untuk penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit terkait transaksi, auditor harus mengikuti proses berikut : 1. Menentukan pengendalian-pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit 2. Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian yang digunakan untuk mendukung adanya pengurangan risiko pengendalian 3. Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji salah saji moneter untuk setiap tujuan Bagian penting dari tanggung jawab auditor dalam mengaudit penerimaan kas adalah untuk menentukan kelemahan pengendalian internal yang meningkatkan potensi fraud. Tipe penggelapan kas yang sangat sulit bagi auditor deteksi adalah apakah itu terjadi sebelum kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau pencatatan kas lainnya, khususnya jika penjualan dan penerimaan kas dicatat secara serempak. 2.6 Pengujian Audit Untuk Penghapusan Piutang Tidak Tertagih Hal yang menjadi perhatian auditor pada audit penghapusan piutang tidak tertagih adalah kemungkinan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang yang sudah tertagih. Pengendalian utama untuk mencegah penipuan ini adalah otorisasi yang tepat terhadap penghapusan piutang tidak tertagih oleh manajemen yang ditunjuk setelah melalui investigasi menyeluruh alasan pelanggan belum membayar atau tidak mampu melunasi piutang tersebut. Pengendalian tambahan lainnya adalah: 10 1. Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan tindak lanjut oleh personil manajemen yang tepat 2. Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi untuk ditagih. Pengujian yang dilakukan auditor antara lain 1. auditor menguji apakah terdapat persetujuan penghapusan piutang dari pejabat yang tepat. Pada beberapa kasus juga perlu memeriksa laporan kredit. Jika ayat jurnal umum sudah benar, akan ditelusuri ke file induk piutang untuk menguji apakah penghapusan telah dicatat dengan benar. 2. memeriksa korespondensi di arsip klien yang mengindikasikan bahwa piutang tersebut memang tidak dapat ditagih 3. mengevaluasi estimasi bad debt expense Pengendalian Internal Tambahan terhadap Saldo Akun Serta Penyajiannya dan Pengungkapan Jika pengendalian internal untuk masing-masing kelompok transaksi telah dilakukan secara efektif dan pengujian substantif transaksi yang berhubungan mendukung kesimpulan, kesalahan penyajian dalam laporan keuangan akan berkurang. Pada siklus penjualan dan penagihan, yang paling terpengaruh adalah nilai yang dapat direalisir, hak, dan kewajiban. Auditor umumnya mengatur risiko inheren setinggi nilai yang dapat direalisir. Idealnya, klien merancang beberapa pengendalian untuk mengurangi piutang tidak tertagih. Salah satunya adalah persetujuan kredit melalui orang yang tepat. Dua pengendalian yang lain adalah: 1. Persiapan accounts receivable trial balance secara periodik untuk di-review dan di-follow-up oleh personel manajemen yang tepat 2. Kebijakan penghapusan piutang ketika piutang tersebut kemungkinan besar sudah tidak lagi dapat ditagih Dampak Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Bagian audit yang paling terpengaruh oleh pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang, kas, beban piutang tidak tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih. Pada penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian sustantif transaksi, auditor harus menganalisis masing-masing pengecualian baik audit publik maupun nonpublik untuk menentukan penyebab dan implikasi 11 dari pengecualian risiko pengendalian yang ditetapkan, yang mungkin mempengaruhi risiko deteksi pendukung dan pengujian substantif. Pengaruh signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah pada konfirmasi piutang. 2.7 Pemilihan Sampel Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi 2.7.1 Sampel yang Representatif Sampel yang representatif merupakan sampel dimana karakteristik sampel tersebut mendekati karakteristik populasinya. Hal ini berarti bahwa pos-pos yang dipilih sebagai sampel harus mirip dengan pos yang tidak dipilih.(Aren et. al: 2011) Dalam praktiknya, auditor tidak mengetahui apakah sampel yang mereka pilih representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian telah selesai dilakukan. Namun, auditor dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel menjadi representatif dengan menggunakan kehati-hatian dalam perancangan proses, pemilihan, dan evaluasi hasil sampel. Sebuah hasil sampel menjadi tidak representatif karena kesalahan sampel dan kesalahan nonsampel. Risiko kedua kesalahan ini disebut resiko non-sampel dan risiko sampel. Kedua risiko ini dapat dikendalikan. 1. Risiko non-sampel adalah risiko dimana pengujian audit tidak mampu mengungkap pengecualian-pengecualian dalam sampel tersebut. Dalam penyebab resiko non-sampel ini yaitu kegagalan auditor dalam mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak tepat atau tidak memadai. 2. Risiko sampel merupakan risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah kesimpulan yang tidak benar karena sampelnya yang tidak representatif terhadap populasi. Risiko sampel merupakan bagian melekat pada pemilihan sampel yang kurang terhadap keseluruhan populasi. Auditor dapat melakukan dua cara berikut untuk mengendalikan risiko sampel: 1. Menyesuaikan ukuran sampel Meningkatkan ukuran sampel akan mengurangi risiko sampel, dan sebaliknya. Di titik ekstrim, sebuah sampel dari semua pos populasi memiliki risiko sampel nol. Di titik ekstrim lainnya, sebuah sampel yang hanya terdiri dari dua atau tiga pos saja memiliki risiko sampel yang paling tinggi. 2. Menggunakan metode yang tepat dalam pemilihan pos sampel dari populasi. 12 Menggunakan metode pemilihan sampel yang tepat akan meningkatkan sifat sampel yang representatif. Hal ini tidak menghapus atau bahkan mengurangi risiko sampel, namun memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan ukuran sampel jika metode statistik pemilihan dan evaluasi sampel digunakan. 2.7.2 Pengambilan Sampel secara Statistik vs Non-Statistik dan pemilihan Sampel Probabilistik vs Non-Probabilistik Pemilihan Sampel statistik dan Non-statistik Metode pengambilan sampel dapat dibedakan dalam dua kategori besar, yaitu pengambilan seampel secara statistik dan non-statistik. Kedua kategori ini identik satu sama lainnya dan melibatkan ketiga fase berikut: a. merencanakan sampel b. memilih sampel dan melakukan pengujian-pengujian c. mengevaluasi hasilnya Tujuan perencanaan sampel adalah untuk meyakinkan agar pengujian audit dilakukan dengan cara yang dapat memberikan risiko sampel yang diinginkan dan meminimalkan terjadinya kesalahan non-sampel. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana suatu sampel dipilih dalam populasi. Auditor hanya dapat melakukan pengujian setelah pos-pos sampel dipilih. Pengevaluasian hasilnya merupakan pengambilan kesimpulan dari hasil pengujian-pengujian audit. Pengambilan sampel statistik berbeda dengan pengambilan sampel non-statistik. Dalam pengambilan sampel statistik dengan menerapkan aturan-aturan matematis, auditor dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan sampel serta dalam mengevaluasi hasil. Dalam pengampbilan sampel non-statistik, auditor tidak mengkuantifikasikan risiko sampel. Namun, auditor memilih pos-pos sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling berguna dalam kondisi tersebut dan menarik kesimpulan atas populasi berdasarkan pertimbangan profesional. Karena itu, pengambilan sampel non-statistik ini sering dinamai pengambilan sampel dengan pertimbangan (judgemental sampling). Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non-probabilistik Ketika menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih pos sampel secara acak, sehingga setiap pos populasi memiliki probabilitas yang pasti dimasukkan pada 13 sampel. Dalam menggunakan pemilihan sampel non-probabilistik auditor memilih pos-pos sampel dengan menggunakan pertimbangan profesional. 2.7.3 Metode Pemilihan Sampel Non-Probabilistik 1. Pemilihan Sampel Terarah (Direct Sample Selection) Dalam pemilihan sampel terarah auditor memilih pos dalam sampel berdasarkan pertimbangan profesional mereka sendiri. Pendekatan yang umunya dilakukan yaitu: a. Pos-pos yang paling mungkin berisi salah saji Auditor seringkali mampu mengidentifikasi pos populasi yang mungkin terjadi salah saji. Contohnya piutang dagang yang belum dilunasi dalam waktu yang lama, pembelian dari dan penjualan pada karyawan dan perusahaan afiliasi, serta transaksi yang sangat besar dan tidak biasa. b. Pos-pos yang berisi karakteristik populasi yang dipilih Dengan memilih satu atau lebih pos dengan karakteristik populasi yang berbeda, auditor dapat merancang sampel agar menjadi representatif. c. Cakupan nilai rupiah yang besar Auditor terkadang dapat memilih sebuah sampel yang mencakup suatu porsi terbesar dari total rupiah populasi, sehingga dapat mengurangi risiko pengambilan kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak memeriksa pos-pos yang nilai rupiahnya kecil. Hal ini merupakan pendekatan praktis pada banyak pengauditan, khususnya yang kecil, dimana hanya sedikit pos yang membentuk proporsi yang besar dari total nilai populasi. 2. Pemilihan sampel blok (Block sample selection) Dalam pemilihan sampel blok, auditor memilih pos di dalam suatu blok terlebih dahulu, kemudian blok sisanyan dipilih secara berurutan. Contoh, anggaplah sampel bolk adalah 100 transaksi penjualan yang berurutan dari jurnal penjualan di minggu ketiga bulan Maret. Auditor dapat memilih sampel dengan total 100 sampel dengan porsi 5 blok yang berisi 20 pos, 10 blok berisi 10 pos, 50 blok berisi 2 pos, atau 1 blok berisi 100 pos. Biasanya praktik yang dapat diterima hanya jika suatu jumlah blok yang masuk akal digunakan. Jika sedikit blok yang digunakan, probabilitas mendapatakans ebuah sampel yang representatif terlalu besar, dengan mempertimbangkan kemungkinan perputaran karyawan, perubahan dalam sistem akuntansi, sifat musiman dari banyak bisnis. 14 Pengambilan sampel blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel yang lainnya. Sebagai contoh, auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan Mei jika pada saat itu petugas pembukuan sedang berlibur dan pegawai pengganti yang tidak berpengalaman memproses transaksi penerimaan kas. 3. Pemilihan sampel sembarangan (Haphazard sample selection) Pemilihan sampel sembarangan adalah pemilihan sampel tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Pada beberapa kasus, auditor memilih pos populasi tanpa mempertimbangkan ukuran, sumber, atau karakteristik khusus lainnya. Kekurangan dalam pemilihan sampel sembarangan yaitu kesulitan dalam menentuka sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel. Beberapa pos populasi lebih mungkin dimasukkan dalam sampel dibandingakan dengan pos lainnya karena keterampilan auditor dan bias yang tidak disengaja. Tiga jenis metode pemilihan sampel biasanya dikaitkan dengan pengambilan sampel audit non-statistik. 2.7.4 Metode Pemilihan Sampel Probabilistik 1. Pemilihan Sampel Acak Sederhana Dalam pemilihan sampel acak sederhana, setiap kombinasi yang mungkin dari pos populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Audior menggunakan pengambilan acak sederhana untuk sampel populasi ketika tidak terdapat kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih jenis pos-pos populasi. Misalnya, auditor ingin mengambil sampel pengeluaran kas klien untuk tahun berjalan. Auditor dapat memilih sampel acak sederhana sebanyak 60 pos dari jurnal pengeluaran kas, menerapkan prosedur audit yang tepat pada 60 pos yang dipilih, serta menarik kesimpulan menganai semua transaksi pengeluaran kas yang dicatat. a. Tabel nomor acak Ketika auditor mendapatkan sampel acak sederhana, mereka harus menggunakan suatu metode yang meyakinkan semua pos populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Nomor-nomor acak merupakan serangkaian digit nomor yang memiliki probabilitas yang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola yang bisa diidentifikasi. Tabel nomor acak memiliki digit angka yang acak 15 dalam tabel yang memiliki kolom dan baris yang sudah diberi nomor. Auditor memilih sampel acak dengan menentukan hubungan antara nomor dokumen klien yang akan dipilih dan digit nomor dalam tabel nomor acak terelebih dahulu, kemudian mencari nomor acak pertama yang jatuh dalam urutan nomor dokumen yang akan diuji. Proses ini berlangsung sampai sampel terakhir yang dipilih. b. Nomor acak yang dihasilkan oleh komputer Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor menggunakan salah satu dari tiga jenis program komputer, yaitu kertas kerja elektronik, penghasil nomor acak, dan peranti lunak audit umum. 2. Pemilihan Sampel Sistematik Dalam pemilihan sampel sistematik, auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih pos-pos sampel tersebut berdasarkan ukuran interval. Intervalnya diperoleh dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan pemilihan sampel sistematik adalah kemudahan dalam penggunaannya. Pada sebagian besar populasi, sampel sistematik dapat diambil dengan cepat dan pendekatan ini akan secara otomatis memasukkan nomor secara berurutan, sehingga mudah untuk mengembangkan dokumentasi yang tepat. Masalah yang harus diperhatikan dalam pemilihan sampel sistematis adalah kemungkinan terjadinya bias. Karena dalam pengambilan sampel sistematis jika pos pertama telah dipilih maka semua pos lainnya dipilih secara otomatis. 3. Pemilihan Sampel Probabilitas Proporsional Terhadap Ukuran dan Stratifikasi Sampel pada berbagai situasi, akan bermanfaat untuk memilih sampel yang menekankan pos populasi dengan jumlah yang tercatat lebih besar. Ada dua cara untuk mendapatkan hal tersebut: a. Ambillah suatu sampel di mana probabilitas untuk memilih setiap pos populasi proporsional terhadap jumlah tercatatnya. b. Bagilah populasi ke dalam sub-sub populasi, biasanya dengan menggunakan ukuran nilai rupiahnya, dan ambillah sampel yang lebih besar dari sub-sub populasi yang berukuran lebih besar. 2.7.5 Pengambilan Sampel untuk Tingkat Pengecualian 16 Auditor menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalaian dan pengujian substantif transaksi untuk memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang memuat karakteristik atau atribut yang penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat keterjadian (occurence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate). Auditor memperhatikan dengan beberapa jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi: 1. Deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien 2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi 3. Salah saji moneter dalam populasi perincian saldo akun 2.7.6 Penerapan Pengambilan Audit Non-Statistik Penerapan dalam pengambilan sampel audit non-statistik dalam pengujian transaksi deviasi pengendalian dan salah saji moneter biasanya dilakukan dengan langkah berikut: Merencanakan Sampel 1. Menetapkan tujuan pengujian audit Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi sebagai : Menguji keefektifan operasi pengendalian Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter 2. Menentukan apakah pengambilan sampel audit akan diterapkan Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat suatu kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa program audit dan memilih prosedur audit dimana sampling audit dapat diterapkan: a. Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak biasa (prosedur analitis) b. Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas menangani kas (pengujian pengendalian) c. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat : Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian) Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian) Pencantuman nomor bagan akun(pengujian pengendalian) d. Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing ke salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian) 17 e. Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian substantif atas transaksi) Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak diterapkan. Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit. 3. Mendefiniskan atribut dan kondisi pengecualian Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendifinisikan dengan tepat karakteristik (atribut) yang sedang diuji dan kondisi pengecualian.kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki pedoman untuk mengidentifikasi pengecualian. Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur audit yang digunakan auditor. 4. Mendefinisikan populasi Populasi adalah pos-pos yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari sepuluh populasi seperti yang telah didefinisikan. Auditor harus mendefinisikan dengan cermat terlebih dahulu, sejalan dengan tujuan pengujian audit. 5. Mendefiniskan unit sampel Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik uang berhubungan dengan angka acak ang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik awal untuk melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman. 6. Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima Penerapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerabel exeption rate = TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. TER merupakan tingkat pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan masi bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan atau tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima). 18 7. Menentukan risiko yang dapat diterima akibat penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah (acceptable risk of assessing control risk to low-ARACR) mengukur risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat slah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar daripada tingkat pegecualian yang dapat ditoleransi (TER). 8. Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi Auditor harus lebih dulu membuat estimasi tingkat pengecualian populasi untuk merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi (estemated population exception rate = eper) rendah, ukuran sampel yang lebih kecil akan memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di toleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan lebih sedikit estimasi yang tepat. Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate = TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan proffesional auditor,TER merupakan tingkat pengecualian tertinggi yang akan diijikan auditordalam pengendalian yang sedang diuji dan masi bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif(dan/tingkat salah saji moneter dalam transaksi masi dapat diterima). 9. Menentukan ukuran sampel awal Empat faktor dalam menentukan ukuran sampel awal untuk pengambilan sampel audit yaitu ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan merupakan faktor yang signifikan, dan biasanya diabaikan, khususnya untuk populasi yang besar. Auditor yang menggunakan pengambilan sampel non-statistik menentukan ukuran sampel berdasarkan pertimbangan profesional daripada menggunakan formula statistik. Setelah tiga faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan, auditor dapat memutuskan ukuran sampel awal. Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit 1. Memilih sampel Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih pos-pos dalam populasi untuk dimasukkan ke dalam sampel. Auditor dapat memilih sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau non-probabilistik. Dalam memilih sampel ini auditor tidak boleh memberitahu klien tentang sampel mana yang dipilih. Ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan klien untuk mengubah pos-pos sampel. 19 2. Melaksanakan prosedur audit Pelaksanaan prosedur audit ini dilakukan auditor dengan memeriksa setiap pos sampel untuk menentukan apakah pos-pos sampel konsisten dengan definisi atribut dan membuat catatan atas semua pengecualian yang ditemukan. Mengevaluasi hasil 1. Generalisasi dari sampel ke populasi Tingkat pengecualian sampel (sample exception rate-SER) dapat dengan mudah dihitung dari hasil sampel aktual. SER sama dengan banyaknya pengecualian aktual dibagi dengan ukuran sampel aktual. Dalam metode non-statistik auditor menggunakan dua cara untuk meregeneralisasi dari sampel ke populasi: a. Tambahkan estimasi kesalahan pengambilan sampel pada SER agar mendapatkan batas atas tingkat pengecualian yang dihitung (CUER) untuk sebuah ARACR. b. Kurangkan tingkat pengecualian dari tingkat pengecualian yang dapat diterima untuk mendapatkan perhitungan kesalahan pengambilan sampel (TER-SER). 2. Menganalisis pengecualian Dalam hal ini auditor harus menganalisis masing-masing pengecualaian untuk menentukan kelemahan dalam pengendalian internal yang menyebabkan terjadinya pengecualian tersebut.pengecualian dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kecerobohan karyawan, kesalahpahaman instruksi yang diberikan, atau kesalahan yang disengaja dalam melakukan prosedur yang diharuskan. 3. Menentukan akseptabilitas populasi Ketika melakukan generalisasi dari sampel ke populasi, sebagian besar auditor menggunakan pendekatan statistik dengan mengurangkan SER dari TER dan mengevaluasi apakah selisihnya (kesalahan pengambilan sampel) cukup besar. Jika auditor menyimpulkan selisihnya cukup besar, pengendalian yang akan diuji dapat digunakan untuk mengurangi risiko penilaian pengendalian seperti yang direncanakan, dengan mengasumsikan melakukan analisis yang seksama terhadap pengecualian tidak terindikasi kemungkinan masalah signifikan pengecualian lainnya dengan pengendalian internal. Ketika auditor menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan populasi dapat diterima, atau ketika SER lebih besar dari TER, auditor harus mengikuti satu dari empat tindakan berikut: 20 a. Merevisi TER atau ARACR. Alternatif ini harus diikuti hanya jika auditor telah menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif. Mengurangi baik TER maupun ARACR mungkin sulit dipertahankan jika auditor akan direview olehpengadilan atau komisi. Auditor harus mengubah persyaratan trsebut hanya setelah persyaratan yang cermat diberikan. b. Memperluas ukuran sampel. Kenaikan ukuran sampel dapat menurunkan kesalahan sampling jika tingkat pengecualian sampel (SER) aktual tidak meningkat. SER juga dapat meningkat atau menurun jika pos-pos tambahan dipilih. Kenaikan ukuran sampel akan diberikan jika auditor yakin sampael awal tidak bersifat presentatif, atau jika penting untukmemperoleh bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif. c. Merefisi penilaian risiko pengendalian. Jika hasil pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi tidak mendukung penilaian risiko pengendalian pengendalian, auditor harus merivisi penilaian risiko pengendalian keatas. Hal ini meungkin menyebabkan auditor meningkatkan pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo. d. Mengomunikasikan kepada komite audit atau manajemen. Komunikasi dikombinasikan dengan salah satu atau tiga tindakan lainnya yang baru saja dijelaskan, memang harus dilakukan tanpa memandang sifat pengecualian. Jika auditor menentukan menentukan bahwa pengendalian intrnal tidak beroperasi secara efektif. 4. Dokumentasi yang memadai Auditor perlu menyimpan catatan yang memadai atas prosedur yang telah dijalankan, metode yang digunakan untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil dari pengujian serta kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi diperlukan baik untuk pendekatan statistik maupun non-statistik untuk mengevaluasi hasil gabungan dari semua pengujian yang dilakukan untuk mendukung audit jika suatu saat dibutuhkan. 2.7.7 Pengambilan Audit Secara Statistik Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut (atribute sampling). Sampling nonstatistik juga memiliki atribut, yang merupakan karakteristik yang sedang diuji dalam populasi, tetapi sampling atribut merupakan metode statistik. Distribusi Pemilihan Sampel 21 Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Disribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu.distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilnya stiap sampel dalam distribusi.sampling atribut didasarkan pada distribusi binominal, imana setipsampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi pengendalian. 2.7.8 Penerapan Pengambilan Sampel Atribut Merencanakan sampel 1. Menyatakan tujuan pengujian audit 2. Menentukan apakah pengambilan sampel audit dapat diterapkan 3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualiannya 4. Mendefinisikan populasi 5. Mendefinisikan unit sampel 6. Menentukan tingkat pengencualian yang dapat diterima 7. Menentukan risiko yang dapat diterima akibat risiko pengendalian yang dinilai terlalu rendah 8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi 9. Menentukan ukuran sampel awal Menggunakan tabel Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, mereka akan mengikuti empat langkah berikut : a. memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR b. menempatkan TER pada bagian atas tabel c. menempatkan EPER pada kolom bian kiri d. membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongn dengan baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal dampak ukuran populasi Memilih sampel dan menjalankan prosedur audit Memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut. 22 Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik Mengevaluasi hasil Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rimus statistik. 23 BAB III KESIMPULAN Metodologi desain pengujian perincian saldo yang menggunakan model resiko audit digunakan para auditor dalam mendesain pengujian yang tepat untuk saldo piutang dagang.Dalam metodologi tersebut berkaitan dengan kertas kerja perencanaan bukti yang diperkenalkan dalam bab materialitas dan resiko. Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalm pengujian perincian saldo, akun laporan laba-rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji sebagai produk sampingan dari pengujian neraca. Sebagai contoh, jika auditor mengkonfirmasi saldo piutang dagang dan menemukan lebih saji yang disebabkan karena kesalahan dalam penagihan ke pelanggan, maka baik piutang dagang maupun penjualan menjadi lebih saji. Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk mendapatakn sampel yang representatif, dimana karakteristik sampel tersebut mendekati karakteristik populasinya. Dalam pemilihan sampel pun, ada dua metode pemilihan sampel yaitu pemilihan sampel probabilistik dan pemilihan sampel non-probabilistik, dan ada dua jenis pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel statistik dan pengambilan sampel non-statistik. Dalam aplikasinya metode pemilihan sampel non-probabilistik maupun metode pemilihan sampel non-probabilistik juga terbagi dalam berbagai metode. Begitupun dengan pengambilan sampel statistik dan non-statistik auditor memiliki beberapa metode dalam penerapannya. 24 DAFTAR PUSTAKA J. Elder, Randal, Arens A, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta: Salemba Empat. 25