BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1917, Albert Einstein mengembangkan teori tentang laser (pada teori kuantum) berdasarkan turunan dari teori max plank tentang radiasi. Konsep awal berasal dari kemungkinan adanya koefisien absorbsi, Emisi Spontan dan emisi yang di stimulasi (di picu) pada radiasi elektromagnetik. kemudian Rudolf W. Ladenburg (1928) mengumumkan bahwa fenomena ini memang benar ada.fenomena ini dan juga absorbsi negatif. kemudian pada tahun 1939 Valentin A. Fabrikant memperkirakan bahwa kemungkinan emisi “short wave” dapat dikuatkan (bukan gelombang pendek tapi cenderung ke emisi spontan yang waktunya sangat pendek mungkin dalam orde nanosekon). Pada tahun 1947, W i l l i s E . Lamb and R. C. Rutherford menemukan spektrum emisi dari atom hidrogen dan dapat di demonstrasikan ke masyarakat. Pada 1950, Alfred Kastler mengusulkan untuk dilakukan penelitian tentang “optical Pumping” atau memompa elektron ke daerah yang memiliki energi lagi lebih tinggi sehingga saat relaksasi elektron akan di keluarkan foton dan hasil eksperimennya di laporkan 2 tahun kemudian oleh Brossel, Kastler, dan Winter. 16 May 1960, laser pertama berhasil di fungsikan the Hughes Research Laboratories. Kemudian seiring berkembangnya zaman dan teknologi laser dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya dalam elektronika. Dalam bidang eletronik, telekomunikasi dan komunikasi data, laser digunakan sebagai pemancar dalam komunikasi optik. Laser digunakan untuk menyimpan dan mengambil data dari cakera padat dan DVD, termasuk juga sebagai cakera magneto-optik. Sinaran atau cahaya laser (gambar) digunakan untuk kesan visual yang memeriahkan dan mengiringi konser-konser musik. Selain itu, laser juga banyak digunakan dalam bidang kesehatan, misalnya untuk operasi mata (lasik). 1 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas timbul beberapa uraian masalah sebagai berikut : 1. Apa sebenarnya definisi laser itu sendiri? 2. Bagaimana bentuk laser dan prinsip kerjanya ? 3. Bagaiamana bisa terjadinya laser? 4. Apa saja jenis-jenis laser dan bagaimana cara kerjanya? 5. Bagaimana aplikasi laser dalam kehidupan sehari-hari? 1.3 Tujuan Makalah Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah : 1. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang laser 2. Meningkatkan pengetahuan bagi penulis sendiri terhadap laser 3. Mengetahui bagaimana terbentuknya laser dan prinsip kerjanya 4. Mengetahui pemanfaatan laser dalam kehidupan sehari - hari 2 BAB II DASAR TEORI LASER 2.1 Pengertian Laser Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi yang terstimulasi. Kunci timbulnya laser ialah kehadiran atom yag memiliki satu atau lebih tingkat eksitasi dengan umur 10-3 s atau lebih umur biasanya yaitu sekitar 10-8 s. keadaan yang berumur relatif panjang seperti itu disebut metastabil. Tiga jenis transisi yang berkaitan dengan radiasi elektromagnetik mungkin terjadi antara dua tingkat energi E0 dan E1 dari suatu atom. 2.2 Bentuk Komponen Dasar Laser Komponen – komponen dasar laser terdiri dari bahan aktif , resonator, sumber pemompaan . Seperti terlihat pada gambar 2.1 dibawah ini: Gambar 2.1 skema dasar laser Bahan aktif adalah bahan yang digunakan sebagai media penguat berkas dimana didalam tersebut terdiri dari begitu banyak atom. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan berebentuk padat,cair, dan gas Resonator merupakan rongga optik yang terdiri dari dua cermin yaitu cermin yang merefleksikan secara keseluruhan dan cermin yang merefleksikan dan mentransmisikan secara sebagian. Sumber pemompaan adalah sumber yang digunakan untuk memompa bahan aktif didalam laser sehingga terjadinya interaksi antara cahaya 3 dengan materi atau atom. Sumber pemompaan yang digunakan dapat berupa sumber pemompaan optik,listrik, dan reaksi kimia. 2.3 Prinsip Kerja Laser Terjadinya laser sudah diramalkan jauh hari sebelum dikembangkannya mekanika kuantum. Pada tahun 1917, Albert Einstein mempostulatkan pancaran imbas pada peristiwa radiasi agar dapat menjelaskan kesetimbangan termal suatu gas yangsedang menyerap dan memancarkan radiasi. Menurut dia ada 3 proses yang terlibat dalam kesetimbangan itu, yaitu :absorpsi, emisi spontan (disebut fluorensi) dan emisi terstimulasi atau lasing dalam bahasa Inggrisnya, artinya memancarkan laser). Proses yang terakhir biasanya diabaikan terhadap yang lain karena pada keadaan normal serapan dan pancaran spontan sangat dominan. Sebuah atom pada keadaan dasar dapat dieksitasi ke keadaan tingkat energi yang lebih tinggi dengan cara menumbukinya dengan elektron atau foton. Setelah beberapa saat berada di tingkat tereksitasi ia secara acak akan segera kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, tidak harus ke keadaan dasar semula. Proses acak ini dikenalsebagai fluoresensi terjadi dalam selang waktu rerata yang disebut umur rerata, lamanya tergantung pada keadaan dan jenis atom tersebut. Kebalikan dari umur ini dapat dipakai sebagai ukuran kebolehjadian atom tersebut terdeeksitasi sambil memancarkan foton yang energinya sama dengan selisih tingkat energy asal dan tujuan. Foton ini dapat saja diserap kembali oleh atom yang lain sehingga mengalami eksitasi tetapi dapat pula lolos keluar sistem sebagai cahaya. Sebetulnya atom-atom yang tereksitasi tidak perlu menunggu terlalu lama untuk memancar secara spontan, asalkan terdapat foton yang merangsangnya. Syaratnya foton itu harus memiliki energy yang sama dengan selisih tingkat energi asal dan tujuan. Tinjauan dua tingkat energi dalam sebuah atom E1 dan E2, dengan E1 < E2. Cacah atom yang berada di masing-masing tingkat energi adalah N1 dan N2. Untuk menggambarkan distribusi energi pada atom-atom itu dalam kesetimbangan termal berlakulah statistik Maxwell - Boltzmann : N1 / N2 = exp ( E2 - E1 ) / kT 4 Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam keadaan stimbang N1 selalu lebih besar daripada N2, tingkat energi rendah selalu lebih padat populasinya dibandingkan dengan tingkat yang lebih tinggi. Dalam keadaan tak setmbang terjadilah perpindahan populasi melalui ketiga proses serapan dan pancaran tersebut di atas. 2.4 Interaksi antara cahaya dan materi Ada tiga prisip interaksi antara cahaya dan materi atau atom yaitu emisi spontan, absorpsi dan emisi terstimulasi. Interaksi ini terjadi ketika laser ( bahan akif ) diberi sumber pemompaan. 1. Absorpsi Absopsi merupakan proses tereksitasinya elektron yang tereksitasi di tingkatan energi E1 ke tingkatan energi E2. Perhatikan gambar 2.2 dibawah ini: E2 hυ E1 Gambar 2.2 proses absorpsi Kita tinjau dua tingkatan level energi misalnya E1 dan E2 , pada saat keadaan normal elektron berada pada pada tingkatan energi E1 atau disebut juga keadaan ground state. Ketika diberikan sumber energi sebesar hυ maka elektron yang akan tereksitasi atau naik dari tingkatan energi E1 ke E2 akibat adanya perubahan energi pada elektron yang menyebabkan keadaannya menjadi termal. 2. Emisi spontan Emisi spontan merupakan proses meluruhnya elektron dari tingkatan energi E2 ke E1 . perhatikan gambar 2.3 dibawah ini : 5 E2 hυ E1 Gambar 2.3 proses emisi spontan Ketika elektron berada pada tingkat energi E2 secara alami elektron tersebut akan turun ke tingkat energi yang paling rendah dan melepaskan emisi sebesar hυ. Keadaan elektron seperti ini disebut juga keadaan metastabil. 3. Emsisi terstimulasi Emisi terstimulasi merupakan adalah proses yang melibatkan elektron-elektron yang sudah berada di E2 distimulasi/dirangsang oleh foton yang datang untuk meluruh ke E1, sehingga akan memperkuat energi cahaya yang datang. E2 hυ hυ hυ hυ E1 Gambar 2.4 proses emisi terstimulasi Kita tinjau tingkat energi E1 dan E2 seperti gambar diatas, ketika elektron berada pada tingkat tereksitasi, elektron tersebut diberikan energi dari luar agar dapat turun ke tingkat energi yang paling rendah dan melepaskan emisi sebesar hυ. Akibat adanya ransangan energi dari luar besarnya energi yang dilepaskan menjadi lebih besar. Asumsikan Ni adalah jumlah molekul/atom persatuan volume yang menduduki tingkat energi ke-i pada waktu t (populasi level-i), maka probabilitas/kemungkinan terjadinya proses absorpsi dan emisi adalah sebagai berikut : (1). Absorpsi 6 Laju transisi polulasi dari tingkatan energi-1 ke tingkatan energi-2 : ( 1.1 ) dengan W12 adalah laju absorpsi yang didefinisikan sebagai : W F 12 = σ12 F (1.2) dimana σ12 adalah penampang absorpsi, dan F adalah fluks foton (cm-2 det-1) (2). Emisi Spontan Emisi spontan merupakan laju transisi populasi dari tingkatan energi-2 ke energi-1 (1.3) dengan A adalah laju emisi spontan atau disebut juga koefisien Einstein (det-1), dan τsp = A-1 = lifetime emisi spontan (det). Untuk emisi non-radiatif berlaku : (1.4) dimana τnr = lifetime emisi spontan (det). Perbedaan antara emisi spontan dan emisi non-radiatif adalah pada lifetimenya, dimana nilai τsp hanya bergantung pada transisi tertentu, sedangkan τnr bergantung pada transisi tertentu dan keadaan media sekelilingnya. (2). Emisi Terstimulasi Emisi terstimulasi sama dengan emisi spontan, dimana terjadi laju transisi dari E2 ke E1 : (1.5) dengan W21 adalah laju emisi terstimulasi (det-1) yang didefinisikan sebagai : 7 W F 21 = σ21 F (1.6) dimana σ21 adalah penampang emisi terstimulasi, dan F adalah fluks foton (cm -2 det -1). Proses emisi terstimulasi dicirikan oleh emisi terstimulasi dan absorpsi, dimana menurut Einstein: g2W21 = g1W12 g2σ21 = g1 σ12 (1.7) dengan g1 adalah jumlah degenerasi di tingkatan energi-1, dan g2 adalah jumlah degenerasi di tingkatan energi E2 . 2.5 Inversi Populasi Inversi populasi merupakan peristiwa dimana elektron harus lebih banyak pada tingkat energi yang lebih besar dibandingkan tingakt energi yang lebih rendah. Agar dapat diproduksi inversi populasi dalam bahan aktif, maka interaksi antara cahaya dengan material/bahan harus cukup kuat, mungkin dengan menggunakan lampu berintensitas cukup tinggi pada frekuensi ν = ν0. Karena pada kesetimbangan termal (N1 / g1) > (N2 g2) , absorpsi lebih dominan daripada emisi terstimulasi, maka cahayadatang akan lebih banyak menghasilkan transisi 1→2 daripada 2→1, sehingga diharapkan akan terjadi inversi populasi. Namun kenyataannya tidak pernah terjadi (setidaknya pada kasus steady state). Jika g2N2 = g1N1, proses absorpsi dan emisi terstimulasi saling mengkompensasi, sehingga material menjadi transparan. Keadaan ini disebut twolevel saturation. Populasi inversi tidak akan pernah bisa dihasilkan oleh material dengan dua tingkatan energi (two-level). Agar terjadi inversi populasi, maka harus dilakukan pada three-level atau fourlevel, seperti ditunjukkan pada gambar 2.5 dibawah ini : 8 Gambar 2.5 Skema laser (a). three-level, dan (b). four-level dalam laser Dalam laser three-level, atom-atom tereksitasi ke tingkatan/level-3, kemudian meluruh dengan cepat ke level-2, sehingga inversi populasi terjadi antara level-2 dan level-1, maka terjadilah laser. Dalam laser four-level, atomatom tereksitasi dari keadaan dasar (level-0) ke level-3, kemudian meluruh secara cepat ke level-2 dan terjadi inversi populasi antara level-2 dan level-1, sehingga terjadi emisi terstimulasi (laser). Peluruhan cepar dapat terjadi dari level-1 ke level-0 yang umumnya non-radiatif. Jika dibandingkan antara kedua sistem laser diatas, maka jelas, bahwa inversi populasi lebih mudah terjadi pada four-level daripada three-level laser. Cara-cara untuk mencapai keadaan inversi populasi ini antara lain adalah pemompaan optis dan pemompaan elektris. Pemompaan optis adalah penembakan foton sedangkan pemompaan elektris adalah penembakan elektron melalui lucutan listrik. Untuk menuju keadaan inversi populasi pemompaan ini harus melakukan pemindahan atom ke tingkat eksitasi dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pancaran spontannya. Hal ini dapat dilakukan jika dipergunakan medium laser yang atom-atomnya memiliki tingkat energi yang metastabil. Sebuah tastabil memerlukan waktu yang relative lebih lama sebelum terdeeksitasi dibandingkan dengan umurnya di tingkat eksitasinya yang lain. Dengan demikian pada saat pemompaan terus berlangsung, terjadilah kemacetan lalu lintas di tingkat metastabil ini, populasinya akan lebih padat dibandingkan dengan populasi tingkat energi di bawahnya. Populasi tingkat energi dasar kini sudah terlampaui populasi tingkat metastabil. Bila suatu saat secara spontan dipancarkan satu foton saja yang berenergi sama dengan selisih energi 9 antara tingkat metastabil dengan tingkat dasar, ia akan memicu dan mengajak atom-atom lain di tingkat metastabil untuk kembali ke tingkat dasar. Akibatnya atom-atom itu melepaskan foton-foton yang energi dan fasenya persis sama dengan foton yang mengajaknya tadi, terjadilah laser. Proses demikian inilah yang terjadi pada banyak jenis laser seperti pada laser ruby dan laser-laser gas. Pada laser uap tembaga yang terjadi adalah efek radiasi resonansi, inversi populasi dicapai dengan cara memperpanjang umur atom tereksitasi terhadap tingkat energi dasar, sedangkan umurnya terhadap tingkat metastabil tidak berubah. Dengan demikian inversi populasi terjadi antara tingkat energi tinggi dengan tingkat metastabil. Setelah laser dihasilkan, atom-atom akan banyak terdapat di tingkat metastabil. Koherensi keluaran laser bersifat spasial maupun temporal, semua foton memiliki fase yang sama. Mereka saling mendukung satu sama lain, yang secara gelombang dikatakan berinterferensi konstruktif, sehingga intensitasnya berbanding langsung kepada N2, dengan N adalah cacah foton. Jelaslah intensitasnya ini jauh lebih besar dibandingkan dengan intensitas radiasi tak - koheren yang hanya sebanding dengan N saja. 2.6 Sifat-sifat Berkas Cahaya Laser Sifat cahaya laser dicirikan oleh monokromatik, koheren, terarah dan brightness. 1. Monokromatik Monokromatis artinya hanya satu frekuensi yang dipancarkan. Sifat ini diakibatkan oleh : • Hanya satu frekuensi yang dikuatkan [ν = (E2-E1)/h] • Susunan dua cermin yang membentuk cavity-resonant sehingga osilasi hanya terjadi pada frekuensi yang sesuai dengan frekuensi cavity. 2. Koheren (a). Koheren ruang (spatial coherence) Pandang dua buah titik P1 dan P2 dimana pada waktu t = 0 terletak pada bidang muka gelombang cahaya/EM yang sama. Andaikan E1(t) dan E2(t) adalah 10 medan-medan listrik pada kedua titik tadi. Pada t = 0 perbedaan fasa kedua medan ini adalah nol. Jika perbedaan fasa ini dapat dipertahankan pada t > 0, maka dikatakan koheren ruang sempurna (perfect spatial coherence). Jika titik P1 dan P2 terletak pada beberapa titik memiliki korelasi fasa yang baik (perbedaan fasanya kecil), maka disebut koheren ruang sebagian (partial spatial cohenrence). (b). Koheren waktu (temporal coherence) Pandang medan listrik suatu gelombang EM pada titik P pada waktu t dan t + τ. Jika pada sembarang waktu τ yang diberikan, perbedaan fasa antara dua medan tetap sama seperti pada waktu t, maka dikatakan terjadi koheren waktu sepanjang waktu τ. Jika hal ini terjadi pada sembarang nilai τ, maka gelombang EM dikatakan koheren waktu sempurna (perfect temporal coherence). Jika hanya terjadi untuk waktu delay τ, dimana 0 < τ < τ0, maka gelombang EM dikatakan koheren waktu sebagian dengan waktu koherense τ0. Contoh suatu gelombang EM dengan waktu koherensi τ0 ditunjukkan pada Gb. 1.5, dimana medan listrik mengalami lompatan fasa pada interval waktu τ0. 3. Keterarahan (Directionality) Merupakan konsekuensi langsung ditempatkannya bahan aktif dalam cavity resonant, dimana hanya gelombang yang merambat dalam arah yang tegak lurus terhadap cermin-cermin yang dapat dipertahankan dalam cavity. (a). Kasus koheren ruang sempurna Pada jarak tertentu masih terjadi divergensi akibat difraksi seperti ditunjukkan pada Gb 2.6 dibawah ini : Gambar 2.6 Difraksi berkas cahaya laser untuk kasus koheren ruang sempurna. 11 BAB III JENIS-JENIS LASER Terdapat tiga jenis dasar laser yang paling umum digunakan. Jenis-jenis lainnya masih dalam taraf perkembangan. Ketiga jenis dasar itu adalah : 1. Laser yang dipompa secara optis Pada laser jenis inversi populasi diperoleh dengan cara pemompaan optis. Laser ruby yang diciptakan pada bulan Juli 1960 oleh Theodore H.Maiman di Hughes Research Laboratories adalah dari jenis ini. Laser ruby baik sekali diambil sebagai contoh untuk membicarakan cara kerja laser yang menggunakan pemompaan optis. Ruby adalah batu permata buatan, terbuat dari Al2O3 dengan berbagai macam ketakmurnian. Ruby yang digunakan pada laser yang pertama berwarna merah jambu, memiliki kandungan 0,05 persen ion krom bervalensi tiga ( Cr + 3 ) dalam bentuk Cr2O3. Atom aluminium dan oksigen bersifat inert, sedangkan ion kromnya yang aktif. Kristal ruby berbentuk silinder, kira-kira berdiameter 6 mm dan panjangnya 4 sampai 5 cm. Gambar 3 memperlihatkan diagram tingkat energi yang dimiliki ion Cr dalam kristal ruby. Gambar 3.1 Diagram tingkat energi kristal rubi Laser ini dihasilkan melalui transisi atom dari tingkat metastabil ke tingkat energy dasar, radiasinya memiliki panjang gelombang 6920 A° dan 6943 A°. Yang paling terang dan jelas adalah yang 6943 A°, berwarna merah tua. Pemompaan optisnya dilakukan dengan menempatkan batang ruby di dalam 12 tabung cahaya ini banyak dipakai sebagai perlengkapan kamera untuk menghasilkan kilatan cahaya. Foton-foton yang dihasilkan tabung ini akan bertumbukan dengan ion-ion Cr dalam ruby, mengakibatkan eksitasi besarbesaran ke pita tingkat energi tinggi. Dengan cepat ion-ion itu meluruh ke tingkat metastabil, di tingkat ini mereka berumur kira-kira 0,005 detik, suatu selang waktu yang relatif cukup panjang sebelum mereka kembali ke tingkat energi dasar. Tentu saja pemompaan terjadi dengan laju yang lebih cepat disbanding selang waktu tersebut sehingga terjadi inversi populasi. Setelah terjadi satu saja pancaranspontan ion Cr, maka beramai-ramailah ion-ion yang lain melakukan hal yang sama, dan mereka semua memancarkan foton dengan energi dan fase yang sama, yaitu laser. Gambar 3.2 Skema sebuah laser rubi Jika pada laser ini dibuatkan rongga resonansi optis maka cacah foton yang dipancarkan dapat dibuat banyak sekali. Rongga resonansinya adalah batang ruby itu sendiri. Batang tersebut harus dipotong dan digosok rata di kedua ujungnya. Kedua ujung juga harus betul-betul sejajar, yang satu dilapisi tebal dengan perak dan satunya lagi tipistipis saja. Akibatnya rapat energi foton makin lama makin besar dengan terjadinya pemantulan berulang-ulang yang dilakukan kedua ujung batang ruby, sampai suatu saat ujung yang berlapis tipis tidak mampu lagi memantulkan foton yang datang, sehingga tumpahlah foton-foton dari ujung tersebut sebagai sinar yang kuat, monokromatik dan koheren yang tidak lain adalah laser. Pada saat pancaran terangsang berlangsung, tentu saja tingkat metastabil akan cepat sekali berkurang populasinya. Akibatnya keluaran laser terdiri dari 13 pulsa-pulsa berintensitas tinggi yang selangnya masing-masing sekitar beberapa nanodetik sampai milidetik. Setelah letupan laser terjadi, proses inversi populasi dan perbesaran rapat energi foton dimulai dari awal lagi, demikianlah seterusnya sehingga terjadi retetan letupan-letupan berupa pulsa-pulsa. Keluaran yang kontinu dapat diperoleh yaitu jika sistem lasernya ditaruh dalam sebuah kriostat agar suhu operasi laser menjadi rendah sekali. Efisiensi laser ruby ini sangat rendah, karena terlalu banyak energi yang harus dipakai untuk mencapai inversi populasinya. Sebagian besar cahaya dari tabung cahaya tidak memiliki panjang gelombang yang diharapkan untuk proses pemimpaan sehingga merupakan pemborosan energi. Walaupun demikian daya rerata dari tiap pulsa laser dapat mencapai beberapa kilowatt karena selang waktunya yang sangat pendek. Dengan daya sebesar ini laser dapat digunakan untuk melubangi, memotong maupun mengelas logam. 2. Laser yang dipompa secara elektris Sistem laser jenis ini dipompa dengan lucutan listrik di antara dua buah elektroda. Sistemnya terdiri dari satu atau lebih jenis gas. Atom-atom gas itu mengalami tumbukan dengan elektron-elektron lucutan sehingga memperoleh tambahan energi untuk bereksitasi. Perkembangan terakhir dalam perlaseran medium gasnya dapat diganti dengan uap logam, tetapi hal ini akan mengarah pada perkembangan jenis laser yang lain. Jenis laser uap logam akan dibicarakan secara tersendiri. Laser gas mampu memancarkan radiasi dengan panjang gelombang mulai dari spektrum ultra ungu sampai dengan infra merah. Laser nitrogen yang menggunakan gas N2 merupakan salah satu laser terpenting dari jenis ini, panjang gelombnag lasernya berada di daerah ultra ungu (3371 A° ). Sedangkan laser karbondioksida yang merupakan laser gas yang terkuat memancarkan laser pada daerah infra merah (10600 A °). Laser gas yang populer tentu saja laser helium-neon, banyak dipakai sebagai peralatan laboratorium dan pembaca harga di pasar sawalayan. 14 Laser yang dihasilkan berada di spektrum tampak berwarna merah (6328 A° ). Laser helium-neon ini merupakan laser gas yang pertama, Untuk penjelasan laser gas secara umum laser helium-neon ini dapat diambil sebagai contoh. Dalam keadaan normal atom helium berada di tingkat energi dasarnya 1S0, karena konfigurasi elektron terluarnya adalah 1 s2. Pada saat elektron lucutan menumbuknya ato helium itu mendapatkan energi untuk bereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi seperti 1S0 dan 3S1 dari konfigurasi elektron 1s2s. Begitu atom helium tereksitasi ke tingkattingkat itu ia tak dapat lagi balik ke tingkat dasar, suatu hal yang dilarang oleh aturan seleksi radiasi. Suatu hal kebetulan bahwa beberapa tingkat energi yang dimiliki atom neon hampir sama dengan tingkat energi atom helium. Akibatnya transfer energi antara kedua jenis atom itu sangat terbolehjadi melalui tumbukan-tumbukan . Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa atom neon yang ditumbuk oleh atom helium 1S0 akan tereksitasi ke tingkat 1P1, 3P0 , 3P1 , 3P2 dari konfigurasi elektron 2p55s. Setelah bertumbukan atom helium akan segera kembali ke tingkat energi dasar. Oleh karena aturan seleksi memperbolehkan transisi dari tingkat-tingkat energi ini ke sepuluh tingkat energi yang dimiliki konfigurasi 2p53p, maka atom neon dapat dipicu untuk memancarkan laser. Syarat inversi populasi dengan sendirinya sudah terpenuhi, karena pada kesetimbangan termal tingkat-tingkat di 2p53p atom Ne amat jarang populasinya. Gambar 3.3 Diagram tingkat energi He dan Ne 15 Laser yang dihasilkan akan memiliki intensitas yang paling jelas di panjang gelombang 6328 A° tadi. Sebetulnya pancaran laser He-Ne yang terkuat berada di 11523 A° (infra merah dekat) yang ditimbulkan oleh transisi dari satu di antara 4 tingkat di 2p54s atom Ne, yang kebetulan berdekatan dengan tingkat energi 3S1 atom He, ke salah satu dari 10 tingkat energi di 2p53p. Sistem laser ini berbentuk tabung gas silindris dengan panjang satu meter dan diameter 17 mm. Kedua ujung tabung ditutup oleh dua cermin pantul yang sejajar, disebut cermin Fabry - Perot, sehingga tabung gas ini sekaligus berfungsi sebagai rongga resonansi optisnya. Dua buah elektroda dipasang di dekat ujung-ujungnya dan dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi untuk menimbulkan lucutan dalam tabung. Tekanan He dan Ne dalam tabung adalah sekitar 1 torr dan 0,1 torr, dengan kata lain atom He kira-kira 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan atom Ne. Cacah He yang lebih banyak ini mampu mempertahankan inversi populasi secara terus menerus, sehingga laser yang dihasilkan juga bersifat kontinu, tidak terputus-putus sebagai pulsa seperti pada laser ruby. Sifat kontinu ini merupakan keunggulan laser gas dibanding laser ruby. Laser yang kontinu amat berguna untuk transmisi pembicaraan dalam komunikasi, musik atau gambar-gambar televisi. Efisiensi laser He-Ne ini juga rendah, hanya sekitar 1 persen, keluaran lasernya hanya berorde miliwatt. Sedangkan laser CO2 dapat menghasilkan laser kontinu berdaya beberapa kilowatt dengan efisiensi lebih tinggi. Gambar 3.4 Sistem laser gas 16 Untuk menghasilkan laser sinar-tampak berwarna-warni, beberapa produsen seperti Laser Science Inc. misalnya, mengembangkan laser cairan yang dipompanya secara optis oleh sebuah laser nitrogen. Cairan yang dipakai adalah zat warna yang dilarutkan dalam pelarut semacam metanol, dsb. Konsentrasi larutan kira-kira 0,001 Milar. Contoh larutan ini adalah LD-690 yang menghasilkan laser merah ( 6960 A° ) dan Coumarin-440 yang menghasilkan laser ungu ( 4450 A° ). Jenis larutan dapat diubah-ubah sesuai dengan warna yang dikehendaki. (3) Laser semikonduktor Laser ini juga disebut laser injeksi, karena pemompaannya dilakukan dengan injeksi arus listrik lewat sambungan PN semikonduktornya. Jadi laser ini tidak lain adalah sebuah diode dengan bias maju biasa. Laser semikonduktor yang pertama diciptakan secara bersamaan oleh tiga kelompok pada tahun 1962. Mereka adalah R.H. Rediker (Lincoln Lab, MIT), M.I. Nathan (Yorktown Heights, IBM) dan R.N. Hall (General Electric Research Lab.). Dioda -dioda yang digunakan adalah galiun arsenida-flosfida GaAsP (sinar-tampak merah). Proses laser jenis ini mirip dengan kerja LED biasa. Pancaran fotonnya disebabkan oleh bergabungnya kembali elektron dan lubang (hole) di daerah sambungan PN-nya. Bahan semikonduktor yang dipakai harus memiliki gap energi yang langsung, agar dapat melakukan radiasi foton tanpa melanggar hukum kekekalan momentum. Oleh sebab itulah laser semikonduktor tidak pernah menggunakan bahan seperti silikon maupun germanium yang gap energinya tidak langsung. Dibandingkan dengan LED, laser semikonduktor masih mempunyai dua syarat tambahan. Yang pertama, bahannya harus diberi doping banyak sekali sehingga tingkat energy Fermi-nya melampaui tingkat energi pita konduksi di bagian N dan masuk ke bawah tingkat energi pita valensi di bagian P. Hal ini perlu agar keadaan inversi populasi di daerah sambungan PN dapat dicapai. Yang kedua, rapat arus listrik maju yang digunakan haruslah besar, begitu besar 17 sehingga melampaui harga ambangnya. Besarnya sekitar 50 ribu ampere/cm2 agar laser yang dihasilkan bersifat kontinu. Rapat arus ini luar biasa besar, sehingga diode laser harus ditaruh di dalam kriostat supaya suhunya tetap rendah ( 77 K ), jika tidak arus yang besar ini dapat merusak daerah sambungan PN dan diode berhenti menghasilkan laser. Gambar 3.5 Laser semikonduktor beserta diagram energinya Pada gambar 7 tampak bahwa di sebagian daerah deplesi terjadi inversi populasi jika sambungan PN diberi tegangan maju, daerah ini disebut lapisan aktif. Daerah deplesi adalah daerah di sekitar sambungan PN yang tidak memiliki pembawa muatan listrik bebas. Pada saat dilakukan injeksi arus listrik melalui sambungan, elektron-elektron di pitakonduksi pada lapisan aktif dapat bergabung kembali dengan lubang-lubang di pita valensi. Untuk arus injeksi yang kecil penggabungan ini terjadi secara acak dan menghasilkan radiasi, proses ini adalah yang terjadi pada LED. Tetapi apabila arus injeksinya cukup besar, pancaran terangsang mulai terjadi di daerah lapisan aktif. Lapisan ini berfungsi pula sebagai rongga resonansi optisnya, sehingga laser akan terjadi sepanjang lapisan ini. Pelapisan seperti yang dilakukan pada cermin di sini tidak diperlukan lagi karena bahan diode sendiri sudah mengkilap (metalik), cukup bagian luarnya digosok agar dapat memantulkan sinar yang dihasilkan dalam lapisa aktif. Kelemahan sistem laser ini adalah sifatnya yang tidak monokromatik, karena transisi elektron yang terjadi bukanlah antar tingkat energi tapi antar pita energi, padahal pita energi terdiri dari banyak tingkat energi. 18 Sambungan yang dijelaskan di atas biasa disebut homojunction, karena yang dipisahkannya adalah tipe P dan N dari substrat yang sama, ayitu misalnya GaAs tadi. Tipe P GaAs biasanya diberi doping seng ( Zn ) dan tipe N-nya dengan doping tellurium ( Te ). Sebenarnya hanya sebagian kecil elektronelektron yang diinjeksikan dari daerah N yang bergabung dengan lubang di lapisan aktif, kebanyakan dari mereka berdifusi jauh masuk ke dalam daerah P sebelum bergabung kembali dengan lubang-lubang. Efek difusiinilah yang menyebabkan besarnya rapat arus listrik yang dibutuhkan dalam proses kerja laser semikonduktor. Tetapi besarnya rapat arus listrik ini dapat diturunkan dengan cara membatasi gerakan elektron yang diinjeksikan itu disuatu daerah yang sempit, agar dilakukan dengan cara membuat sambungan mereka tidak berdifusi kemanamana. Hal ini dapat heterojunction. Heterjunction yang apling umum dipakai adalah sambungan antara GaAs dan AlGaAs. GaAs memiliki gap energi yang lebih sempit, sehingga bila ia dijepit oleh dua daerah AlGaAs bertipe P dan N, elektron-elektron yang diinjeksikan dari daerah N dan lubang-lubang dari daerah P akan bergabung di GaAs ini, jadi GaAs berfungsi sebagai lapisan aktifnya. Lihat gambar dibawah ini : Gambar 3.6 Diagram energi heterojunction Laser heterojunction GaAs - AlGaAs dapat bekerja secara kontinu pada suhu kamar hanya dengan rapat arus minimum sebesar 100 ampere/cm2, 500 kali lebih kecil dibandingkan rapat arus pada laser GaAs yang homojunction. Keunggulan yang dimiliki laser semikonduktor lebih banyak dibandingkan dengan kelemahannya. Yang paling nyata adalah dimensi ukurannya, yaitu hanya 19 sekitar 0,1 x 0,1 x 1,25 mm, sehingga amat cocok untuk peralatan yang dapat dibawa-bawa. Keunggulan lainnya adalah fleksibilitas gap energi bahan-bahan yang dipakai. Lebar gap dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, yang berarti orang dapat memilih panjang gelombang laser yang dihasilkannya. Misalnya, substrat indium fosfida ( InP ) yang dipakai pada laser InGaAsP, laser yangdihasilkan dapat diatur berpanjang gelombang sekitar 1,3 atau 1,55 mikrometer,panjang gelombang dimana gelombang elektromagnetik paling sedikit diserap oleh bahan serat optik. Hal ini membuat laser InGaAsp menjadi pilihan yang tepat untuk komunikasi jarak jauh dengan serat optik. BAB IV 20 PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dari penjelasan sebelumnya tentang laser maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi yang terstimulasi. Komponen – komponen dasar laser terdiri dari bahan aktif , resonator dan sumber pemompaan. Ada tiga prisip interaksi antara cahaya dan materi atau atom yaitu emisi spontan, absorpsi dan emisi terstimulasi. Laser terjadi pada proses emisi terstimulasi karena adanya rangsangan elektron dari luar yang menyebabkan emisi radiasi elektron yang dikeluarkan lebih banyak. Agar terjadinya laser elektron harus lebih banyak pada tingkatan level energi dua dan tiga atau disebut juga inversi populasi. Sifat cahaya laser yang dihasilkan adalah monokromatik, koheren dan keterarahannya tinggi. Tipe-tipe laser antara lain : laser yang dipompa optis, laser rubi dan laser semikonduktor. 4.2 . Saran Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca terutama bagi penulis sendiri. Dan dengan adanya makalah ini bisa membantu memberikan informasi dan pengetahuan sekilas tentang laser bagi mereka yang berminat tentang laser. 21 DAFTAR PUSTAKA B.E.A. Saleh, and M.C. Teich, “ Fundamentals of Photonics”, John Wiley & Sons Inc., NY, 1991. Carroll, J.M. 1970. The Story of the LASER. FP Dutton & Co, Inc O. Svelto,”Principle of Lasers ; 4th Edition”, Plenum Press, New York, 1998. W. Koechner, “Solid-State Laser Engineering”, Springer Verlag, Berlin 1999 22