Created By : A. Ita Juwita, S.Si., M.Si. PENDAHULUAN • Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. • Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawa bersama gas tersebut. PENANGANAN LIMBAH GAS 1. Mengontrol Emisi Gas Buang 2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan 1. Mengontrol Emisi Gas Buang Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode: • Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber). 1. Mengontrol Emisi Gas Buang • Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. • Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran. 2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan a. Filter Udara • Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. • Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru. 2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan b. Pengendap Siklon • Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. • Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah. • Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan. 2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan c. Filter Basah • Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. • Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah. 2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan d. Pengendap Sistem Gravitasi • Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. • Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), partikel udara kotor akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi) 2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan e. Pengendap Elektrostatik • Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. • Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih. PEMANFAATAN LIMBAH GAS • Indonesia memiliki limbah gas atau cadangan gas yang cukup besar, gas yang dimaksudkan disini adalah gas CO2. • Cadangan gas CO2 cukup besar sehingga perlu dilakukan pengelolaan agar mengahasilkan produk yang bernilai ekonomi. PEMANFAATAN LIMBAH GAS Gas CO2 ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai jenis produk diantaranya : • Dry Ice (Es Kering) • Natrium karbonat (Na2CO3), dimana gas CO2 direaksikan atau diabsorpsi dengan menggunakan bahan kimia NaOH • Kalsium karbonat light, (kalsium karbonat ringan), dimana gas CO2 direaksikan atau diabsorpsi dengan menggunakan larutan Ca(OH)2 PEMANFAATAN LIMBAH GAS • Limbah gas metana (CH4), Limbah gas CH4 ini dapat bersumber dari tempat penampungan akhir (TPA) sampah, limbah organik yang menumpuk, dimana pada proses penampungan sampah dan bahan organik akan terjadi proses pembusukan atau penguraian bahan organik membentuk gas CH4, gas CH4ini perlu dikelola untuk menjadi bahan bakar. • Konsepnya adalah dengan memasukkan pipa-pipa yang didesain sedemikian rupa dan gas CH4 bisa masuk kedalam pipa dan dialirkan sebagai bahan bakar. PEMANFAATAN LIMBAH GAS • Limbah gas SO2 dan SO3 dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan asam sulfat (H2SO4), yaitu dengan mereaksikan atau absorpsi gas SO2 atau SO3 dengan air, konsentrasi H2SO4 yang dihasilkan selanjutnya dimurnikan sehingga dihasilkan asam sulfat dengan kualitas tinggi. DEFENISI LIMBAH B3 Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) Setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia DEFENISI LIMBAH B3 Menurut PP No. 18 tahun 1999 limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. PENGOLAHAN LIMBAH B3 • Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. • Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut. 1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi • Stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. • Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (Ca(OH)2), dan bahan termoplastik. • Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. • Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. • Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. • Bioremediasi dan viktoremediasisangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. • Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. • Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem. Metode Pembuangan Limbah B3 a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection) • Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. • Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah. b. Kolam penyimpanan (surface impoundments) • limbah B3 cair dapat ditampung pada kolamkolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. • Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar.. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils) • Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. • Pada metode ini, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. • Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.