1. Menurut Konvensi Ramsar, pengertian lahan basah adalah: “Area rawa, lahan gambut atau air, baik alami atau buatan, permanen atau sementara, dengan air yang statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk area air laut dengan kedalaman saat surut tidak melebihi enam meter.” Fungsi lingkungan lahan basah dan bagaimana mekanismenya ? - Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung, seperti sumber air minum dan habitat beraneka ragam makhluk hidup, tapi juga memiliki berbagai fungsi ekologi seperti : 1. Pengendali Banjir 2. Pencegah Intrusi Air Laut 3. Erosi 4. Pencemaran 5. Pengendali Iklim Global 6. Mengatur Air di dalam dan di Permukaan tanah 2. Pirit adalah mineral tanah yang mengandung unsur besi dan belerang, disebut juga bahan sulfidik (rumus kimianya FeS ). Pirit biasanya zat yang hanya ditemukan di tanah di daerah pasang surut saja. Zat ini dibentuk pada waktu lahan digenangi oleh air laut yang masuk pada musim kemarau. Mengenal adanya pirit dalam tanah Pirit di dalam tanah dapat ditandai dengan: • Adanya rumput purun atau rumput bulu babi, menunjukkan ada pirit di dalam tanah yang telah mengalami kekeringan dan menimbulkan zat besi dan asam belerang. • Bongkah tanah berbecak kuning jerami ditanggul saluran atau jalan, menunjukkan adanya pirit yang berubah warna menjadi kuning setelah terkena udara. • Adanya sisa-sisa kulit atau ranting kayu yang hitam seperti arang dalam tanah. Biasanya di sekitamya ada becak kuning jerami. • Tanah berbau busuk (seperti telur yang busuk), maka zat asam belerangnya banyak. Air di tanah tersebut harus dibuang dengan membuat saluran cacing dan diganti dengan air baru dari air hujan atau saluran. Cara Mengatasi Pirit : Tanah harus digenangi oleh air agar mineral pirit tidak teroksidasi, bila terkena udara (teroksidasi), pirit berubah bentuk menjadi zat besi dan zat asam belerang yang dapat meracuni tanah/tanaman. 3. Pengaturan pada ekosistem lahan basah masih sangat minim, pembukaan lahan sejuta hektar merupakan bencana lingkungan yang menyebabkan degradasi kualitas lingkungan hidup dengan mengkonversi hutan tropis menjadi persawahan, perumahan, kawasan konservasi. Sementara pembukaan lahan secara tradisional dahulu cara-cara system diatur di dalam aturan adat yang memilik kearifan cukup baik terhadap lingkungan. Seperti sistem peladangan di sumatera ( teknik membakara hutan pada saat membuka lahan hutan untuk keperluan hidup. 4. DEAD ZONE : Permasalahan antara pertemuan 2 air pasang sehingga muncul gerakan air pasang yang tidak baik, pada saat ke 2 air pasang sungai besar masuk ke saluran primer dan mendorong kembali masuknya air yang belum sempat keluar yang mempunyai kualitas jelek untuk kembali masuk. Dalam hal ini menyebabkan bertambahnya pengaman air permukaan dan terjadinya dedimentasi yang menyebabkan pendangkalan 5. Cara Kerja fungsi rawa sebagai penjernih air dan penambat sedimen ialah dengan sistem perakaran, batang dan daun vegetasi tertentu di lahan basah dapat merambat sedimen serta menjernihkan air. 6. Penyebab kebakaran lahan gambut : (Lahan gambut yang disenangi air tidak terbakar secara alami, kecuali pada tahun tahun yang kering) karena banyak lahan lahan gambut yang dikeringkan untuk kepentingan – kepentingan lain, sehingga turunnya permukaan air tanah setelah kering, gambut akan kehilangan sifat alami yang seperti spon dan reversible. Pemadaman kebakaran area gambut sangat sulit dan menyebabkan kerusakan ekolasi jangka panjang, untuk mengendalikan harus mengganti gambut yang terbakar atau menggenangi dengan air, cara mencegah kebakaran dengan mengkonversi lahan tersebut dalam keadaan alaminya, restorasi gambut itu menyangkut bagaimana agar lahan gambut ini dapat menyimpan air saat musim kemarau. "Jadi sepanjang tahun, penyimpanan air di lahan gambut selalu tersedia, Dengan begitu, lahan tetap selalu lembab, dan tidak berpengaruh besar meski sedang kemarau, karena persediaan air bisa diatur.