ANALISA PENGARUH AFTA (ASEAN FREE TRADE AREA) PADA INDONESIA MerupakanTugasMakalahMatakuliahEkonomian IndonesiapadaFakultasEkonomiJurusanManajemenKeuangan Disusunoleh: Daya Savira 2011050026 Reni Astuti 2011050397 Ermawati 2011050439 Thia Rizky Amalia 2010050783 Yuliandini 2011050325 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN UNIVERSITAS PAMULANG-TANGERANG SELATAN 2014 Ekonomi Internasional - AFTA 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugaskelompok ini tepat pada waktunya. DalampenulisantugasmandiriinipenulismembahastentangPENGARUH AFTA (ASEAN FREE TRADE AREA) PADA INDONESIA. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan tugasmandiri ini adalah sebagai salah satu tugas semester VII (Tujuh) matakuliahPerekonomianInternasional. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan dan nasehat dalam penulisan tugasmandiriini, yaitu: - DewiNariRatihPermadaselaku dosen matakuliahEkonomianInternasional atas bimbingannya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugasini. - Kedua orang tua tercinta yang selalumemberikansegala dukungan dalampenulisan tugasmandiri. - Sahabatdanreken-rekan atasbantuan yang diberikan dalam penulisantugasmandiriini. Penulisantugaskelompok ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, atas segala saran dan kritik yang dapat membangun tugaskelompok ini agar menjadi lebih baik. Akhir kata semoga tugaskelompok ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk penulis tapi juga pembacanya. Tangerang, Mei 2014 Ekonomi Internasional - AFTA 2 Penulis, DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. LantarBelakangdanMasalah ..................................................................................... 1 1.2. TujuandanKegunaanPenelitian................................................................................. 2 1.3. IdentifikasiMasalah .................................................................................................. 3 1.4. Hipotesa.................................................................................................................... 3 1.5. MetodePenelitian...................................................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 5 2.1 PengertianPerdaganganBebas (AFTA) .................................................................. 5 2.2 Anggota.................................................................................................................. 6 2.3 MengenaiSkema CEPT-AFTA .............................................................................. 6 2.4 TujuandanManfaat AFTA.................................................................................... 11 BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 12 3.1. Perkembangan AFTA di Indonesia...................................................................... 12 3.2. Pengaruh AFTA Bagi Indonesia .......................................................................... 18 3.3. Manfaat AFTA Bagi Indonesia............................................................................ 20 3.4. HambatandanPengaruhBuruk AFTA BagiIndonesi............................................. 21 3.5. StrategiMenghadapi AFTA.................................................................................. 22 BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 23 4.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 23 4.2. Saran ................................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 24 Ekonomi Internasional - AFTA 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lantar Belakang dan Masalah Pada prinsipnya manusia merupakan produsen sekaligus konsumen dari setiap produk yang diciptakannya.Karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas, maka manusia tidak pernah berhenti melakukan produksi suatu barang dan menggunakan produk yang dibutuhkannya. Namun, segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini rupanya mengalami kekurangan sehingga barang yang diperlukan kerap kali tidak terdapat di sekitar wilayahnya, keadaan ini memaksa manusia untuk melakukan hubungan kerja sama antar manusia-manusia lainnya baik dalam pengadaan sumberdaya, maupun hanya untuk saling menukarkan barang kebutuhannya. Kerja sama yang dilakukan manusia dengan manusia lainnya dengan cara melakukan transaksi kita sebut dengan nama perdagangan. Perdagangan erat kaitannya dengan permintaan dan penawaran yaitu usaha seseorang untuk menawarkan produk kepada seseorang lainnya demi memperoleh keuntungan.Dalam hukum ekonomi kita mengenal adanya kaitan antara “penawaran/ supplay” dan “permintaan/ demand”. Hukum ini menyatakan “Bila penawaran terhadap suatku produk tetap/ turun sementara permintaan naik, maka harga produk akan naik/ mahal. Sebaliknya bila penawaran naik sementara permintaan turun, maka harga produk akan turun/ murah”. Sebagai contoh misalkan stok sebuah kerudung Muslimah di pasaran terbatas sementara banyak konsumen yang menyukai kerudung tersebut dan ingin membelinya, maka harga kerudung tersebut akan melonjak tinggi. Tetapi jika kehadiran kerudung Muslimah tidak terbatas dan diproduksi dalam jumlah besar sementara peminatnya kurang maka kerudung tersebut akan mengalam penurunan harga demi mengimbangi agar lakunya kerudung tersebut. Ekonomi Internasional - AFTA 4 perdagangan pun dilakukan dalam hubungan regional antar negara yang umumnya kita mengenal dengan kegiatan ekspor impor barang. Pelaksanaan perdagangan regional antar negara dalam kaitannya masalah masuknya suatu produk ke suatu negara, tentunya harus melewat sistematika perizinan yang prosesnya cukup rumit dengan penjagaan yang ketat dari beberapa instansi yang menangani masalah tersebut.Instansi yang menangani perizinan masuknya barang dari pelabuhan ialah Bea Cukai.Namun pada kenyataannya akhir-akhir ini banyak produk luar yang masuk ke negara kita dengan bebas tanpa melewati izin lagi. Pasti kita sudah mengetahui Indonesia secara geografis terletak di Asia Tenggara bersama dengan sembilan negara lainnya.Atas dasar kesamaan letak geografis maka dibentuklah suatu organisasi bernama ASEAN (Asosiation South East Asia Nation).Dalam organisasi tersebut terjalinlah suatu kerjasama dagang dalam wadah AFTA (Asean Free Trade Area). Demi menangani globalisasi perdagangan bebas, sudah selayaknya warga negara Indonesia mengubah kebasan sifat konsumtifnya dengan menanamkan jiwa wirausaha pada setiap dirinya untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungannya. Masyarakat juga harus mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah ruah ini menjadi produk yang berdaya guna untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, sehingga tidak ada ruang untuk produk ilegal luar negeri yang tidak berkualitas dan membawa dampak yang buruk bagi kelangsungan konsumennya 1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui berbagai strategi dalam menghadapi perdagangan bebas (AFTA). 2. Untuk mengetahui dampak yang akan terjadi bila perdagangan bebas terjadi di Indonesia. Ekonomi Internasional - AFTA 5 Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita sebagai mahasiswa hendaknya membuka cakrawala dan mencoba untuk berpikir luas ternyata perdagangan pun dilakukan dalam hubungan regional antar negara yang umumnya kita mengenal dengan kegiatan ekspor impor barang.Selain itu, dengan mempelajari isi dari makalah ini diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi makhluk sosial yang mengerti cara meningkatkan daya saing ekonomi di Indonesia, setidaknya dapat mengerti dalam lingkup sederhana dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. 1.3. Identifikasi Masalah 1. Apa yang dimaksud perdagangan bebas ? 2. Apa arti AFTA itu ? 3. Apa keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan oleh AFTA? 4. Strategi apa yang dilakukan dalam menghadapi AFTA ? 5. Bagaimana mengantisipasi dampak perdagangan bebas ? 1.4. Hipotesa Menurut The New Lexicon Webster’s Dictionary of The English Language, hipothesa adalah sebuah ide atau proposisi yang tidak didasarkan pada fakta dan pengalaman. Akan tetapi, hipothesa dibuat untuk menjelaskan suatu fakta atau menyediakan sebuah landasan dan asumsi dasar dari sebuah argument. Begitu pula pengertian hipotesa dalam Scope and Methods of Political Science, An Introduction to The Methodology of Political Inquiry. Hipotesa adalah suatu perkiraan mengenai hubungan antara konsep-konsep. Hipotesa dapat diuji berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dengan menggunakan prinsip-prinsip metode ilmiah. Sehingga hipotesa dapat ditolak Ekonomi Internasional - AFTA atau diterima. 6 Dalam hipotesa ini, penulis akan mengajukan asumsi dasar secara kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mengkuantifikasi proses implementasi AFTA sejak 1992 serta untuk menjelaskan permasalahan yang melatarbelakangi dinamika pemberlakuan AFTA hubungannya dengan proses integrasi ekonomi 1.5. Metode Penulisan serta pengaruh AFTA di Indonesia. Metode penulisan menggunakan cara pengumpulan data yang diambil dari berbagai macam sumber di buku dan internet. Setelah dikumpulkan, data-data tersebut di seleksi dan di pilih untuk memperkuat materi. Ekonomi Internasional - AFTA 7 B A B II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Perdagangan Bebas (AFTA) Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor impor atau hambatan perdagangan lainnya.Perdagangan bebas juga dapat didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang dibuat pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 05%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN. AFTA Sendiri dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Pada pelaksanaan perdagangan bebas khususnya di Asia Tenggara yang tergabung dalam AFTA proses perdagangan tersebut tersistem pada skema CEPT-AFTA. Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN sehingga dalam melakukan perdagangan sesama anggota, biaya operasional mampu di tekan sehinnga akan menguntungkan. Dalam skema CEPT-AFTA barang – barang yang termasuk dalam tarif scheme adalah semua produk manufaktur, termasuk barang modal dan produk pertanian olahan, serta produk-produk yang tidak termasuk dalam Ekonomi Internasional - AFTA 8 definisi produk pertanian. (Produk-produk pertanian sensitive dan highly sensitive dikecualikan dari skemaCEPT). Dalam skema CEPT, pembatasan kwantitatif dihapuskan segera setelah suatu produk menikmati konsesi CEPT, sedangkan hambatan nontarif dihapuskan dalam jangka waktu 5 tahun setelah suatu produk menikmati konsensi CEPT. 2.2. Anggota Ketika persetujuan AFTA ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota, yaitu, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan Kamboja pada 1999. AFTA sekarang terdiri dari sepuluh negara ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk menandatangani persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban penurunan tarif AFTA. Sebagai Contoh : Vietnam menjual sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam konsep perdagang tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non-tarif bagi negara – negara ASEAN melalui skema CEPT-AFTA. 2.3. Mengenai Skema CEPT-AFTA Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Kriteria untuk menikmati produk Skema CEPT: a. Produk terdapat dalam Inclusion List (IL) baik di Negara tujuan maupun di negara asal, dengan prinsip timbal balik (reciprosity). Artinya suatu Ekonomi Internasional - AFTA 9 produk dapat menikmati preferensi tarif di negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor produk tersebut sudah ada dalam IL), maka produk yang sama juga harus terdapat dalam IL dari negara asal. b. Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu cumulative ASEAN Content lebih besar atau sama dengan 40%. c. Perhitungan ASEAN Content adalah sebagai berikut : Value of Undetermined Origin Value of Imported Non-ASEAN + Materials, Parts of Produce Material, Parts of Produce X100<60% FOB Price d. Produk harus disertai Certificate of Origin Form D, yang dapat diperoleh pada Kantor Dinas atau Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia. Istilah Schema CEPT: a. Fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara anggota ASEAN apabila belum siap untuk menurunkan tingkat tarif produk menjadi 0-5% pada 1 Januari 2002, dapat diturunkan pada 1 Januari 2003. Sejak saat itu tingkat tarif bea masuk dalam AFTA sebesar maksimal 5%. b. CEPT Produk List Inclusion List (IL) : daftar yang memuat cakupan produk yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut : o Produk tersebut harus disertai Tarif Reduction Schedule. o Tidak boleh ada Quantitave Restrictions (QRs). Ekonomi Internasional - AFTA 10 o Non-Tarif Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun. Temporary Exclusion (TEL) : daftar yang memuat cakupan produk yang sementara dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif, penghapusan QRs dan NTBs lainnya serta secara bertahap harus dimasukkan ke dalam IL. Sensitive List (SL) : daftar yang memuat cakupan produk yang diklasifikasikan sebagai Unprocessed Agricultural Products. Contohnya beras, gula, produk daging, gandum, bawang putih, dan cengkeh, serta produk tersebut juga harus dimasukkan ke dalam CEPT Scheme tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama. Contohnya Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand harus telah memasukkan produk yang ada dalam SL ke dalam IL pada tahun 2010, Vietnam pada tahun 2013, Laos dan Myanmar pada tahun 2015, serta Kamboja pada tahun 2017. General Exception (GE) List : daftar yang memuat cakupan produk yang secara permanen tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam CEPT Scheme dengan alasan keamanan nasional, keselamatan/kesehatan umat manusia, binatang dan tumbuhan, serta pelestarian objek arkeologi, dan sebagainya (Article 9b of CEPT Agreement). Contohnya antara lain senjata, amunisi, da narkotika. Produk Indonesia dalam GE List hingga saat ini Ekonomi Internasional - AFTA 11 sebanyak 96 pos tarif. Beberapa protocol untuk melindungi produk Indonesia: Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme Temporary Exclusion List Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk industri yang telah dimasukkan ke dalam IL terakhir tahun 2000 atau Last Tranche. Konsekuensi penarikan kembali suatu produk dari IL harus disertai dengan kompensasi. Article 6 (1) dari CEPT Agreement Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk yang telah dimaukkan ke dalam Skema CEPT-AFTA, karena adanya lonjakan impor dari negara anggota ASEAN lainnya yang menyebabkan atau mengancam kerugian yang serius terhadap industri dalam negeri. Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly Sensitive Products. Dapat digunakan sebagai acuan untuk memasukkan produk yang diklasifikasikan ke dalam Highly Sensitive (seperti beras dan gula bagi Indonesia). Ekonomi Internasional - AFTA 12 Jadwal Penurunan dan atau Penghapusan Tarif Bea Masuk a. Inclusion List Negara Anggota AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan 1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0% ASEAN -6 2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0% 1. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0% Vietnam 2. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% 1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0% Laos dan Myanmar 2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% 1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0% Kamboja 2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% b. Non Inclusion list TEL harus dipindah ke IL GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan artikel 9 CEPT Agreement, yaitu untuk melindungi :Keamanan Nasional, Moral, Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan, Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala. 2.4. Tujuan dan Manfaat AFTA Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara- Ekonomi Internasional - AFTA 13 negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. Menurut Douglas irwin, seorang ekonomi terkemuka menyatakan bahwa manfaat perdagangangan bebas ada tiga yaitu : 1. Manfaat langsung, Manfaat langsung lain dari perdagangan bebas adalah tersedianya barang yang lebih beragam. Kesejahteraan sebuah masyarakat akan meningkat bila mereka memiliki beragam jenis barang untuk dipilih. Selain itu, keragaman jenis barang juga menguntungkan produsen karena ia membuka kesempatan bagi tumbuhnya produksi barang-barang yang dibutuhkan untuk memproduksi jenis barang yang lebih beragam dan lebih murah ongkos produksinya. 2. Manfaat tidak langsung, Manfaat tak langsung dari perdagangan bebas adalah memperbesar dan memperluas cakupan bebas pasar, dan karena itu produktivitas pun meningkat.Dengan meningkatnya produktivitas, meningkat pula standar hidup warga sebuah negara.Inilah manfaat tak langsung dari perdagangan. 3. Manfaat moral dan intelektual Sejumlah manfaat tersebut, diantaranya potensi perdagangan bebas untuk membawa perdamaian dengan menciptakan kesalingtergantungan antar negara, dan juga kesalingpemahaman dan kerjasama.Bagi negara berkembang, perdagangan internasional nampaknya bisa mendorong tumbuhnya rezim dan lembaga negara yang demokratis.Meski manfaat-manfaat ini sulit untuk diukur secara kuantitatif, semakin banyak kajian kreatif yang menunjukkan manfaat non-materil dari perdagangan bebas. Ekonomi Internasional - AFTA 14 B A B III PEMBAHASAN 3.1. Perkembangan AFTA di Indonesia Sejak tahun 1980an, terjadi serangkaian perubahan fundamental di dunia, antara lain : a. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi ekonomi melalui privatisasi,deregulasi dan liberalisasi. b. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan secara luar biasa traksaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar negara di dunia. c. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan dunia. Pada saat yang sama, negara-negara Asia pada umumnya mulai menerima prinsip-prinsip liberalisasi yang disertai dengan meningkatnya tekanan strategi pembangunan yang berbasis daya tarik bagi investasi asing langsung serta munculnya kesadaran di kalangan para pemimpin ASEAN untuk memperkuat kerja sama ekonomi guna menghadapi tekanan komparatif dari luar kawasan. Berbagai kecenderungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin negara Asia, khususnya negara-negara anggota ASEAN, untuk mendirikan suatu organisasi ekonomi regional di Asia tenggara. Setelah melalui serangkaian negosiasi dan perdebatan yang panjang, pada Millenium Summit ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih beranggotakan 6 negara (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Ekonomi Internasional - AFTA dan Thailand) sepakat membentuk kawasan 15 perdagangan bebas ASEAN (AFTA) dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993. Dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antar mereka secara bertahap hingga tahun 2008 yang diletakkan dalam skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Vietnam yang bergabung dengan ASEAN pada tahun 1995 disusul oleh Laos dan Myanmar dua tahun kemudian serta Kamboja pada tahun 1999 secara otomatis tergabung dalam keanggotaan AFTA bersamaan dengan masuknya mereka ke organisasi regional tersebut. Melihat latar belakang dibentuknya kawasan perdagangan bebas ASEAN, oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa keberadaan AFTA lebih dilandasi oleh tujuan ekonomi dan bukan tujuan lain seperti keamanan ataupun politik, di mana main goals-nya adalah guna menarik investasi asing langsung dalam rangka menopang pertumbuhan ekonomi di kawasan, mempertahankan keunggulan komparatif, serta untuk menjaga hubungan ekonomi dengan Negara-negara partner utama Asia yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Disamping itu, seperti halnya organisasi serupa di kawasan lain, terdapat tujuan lain yang lebih spesifik yakni guna menggairahkan hubungan ekonomi dan perdagangan antar sesama anggota ASEAN yang sebelumnya menunjukkan level kurang menggembirakan (grafik 2). Sekedar ilustrasi, sebagai sebuah kawasan ekonomi strategis, ASEAN pada tahun 1995 (sebelum bergabungnya Laos, Myanmar dan Kamboja) memiliki pangsa pasar lebih dari 420 juta jiwa, namun perdagangan antar anggotanya tidak pernah melampaui angka 20%. Sebaliknya, hubungan perdagangan negara-negara ASEAN justru lebih dominan dijalin secara unilateral dengan negara-negara partner di luar Asia tenggara, sehingga AFTA pada dasarnya dapat dilihat sebagai stimulus yang dimaksudkan guna mengintensifkan perdagangan internal antar anggota ASEAN. Ekonomi Internasional - AFTA 16 Bergabungnya Cina dalam perdagangan bebas Asean atau Asean Free Trade Arean atau AFTA mulai 1 Januari 2010, mengkhawatirkan banyak pihak terutama kalangan produsen tekstil di dalam negeri, karena merasa tidak akan kuat bersaing dengan produk Cina yang harganya lebih murah. Pemerintah diharapkan mengambil langkah, agar industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri tidak kolap di buatnya. Perdagangan bebas ASEAN sudah diputuskan berlaku 1 Januari 2010. Dan Cina dipastikan bergabung, lewat apa yang disebut dengan Asean Cina Free Trade Agreement atau ACFTA. Masuknya Cina dalam perdagangan bebas Asean ini meresahkan kalangan produsen tekstil dalam negeri, karena bisa dipastikan semua produk Cina bebas masuk ke pasar Asean, termasuk Indonesia. Para produsen pesimis produk mereka akan mampu bersaing dengan produk Cina yang harganya jauh lebih murah. Dampaknya perdagangan bebas ini sudah mulai dirasakan.Beberapa bulan terakhir, banyak produsen tekstil dalam negeri, terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah, mulai mengurangi kegiatan produksinya, dan merumahkan ribuan buruhnya.Beberapa produsen bahkan memilih menjadi pedagang, karena lebih menguntungkan, dan minim resiko. Karena itu kalangan produsen tekstil minta pemerintah menunda pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas dengan Cina ini.Keresahan para produsen ini, menurut para wakil rakyat di DPR sangat wajar, dan perlu menjadi perhatian pemerintah. Menurut Anggota Komisi VI, komisi yang membidangi perdagangan dan industri, pihaknya sudah mengusulkan penundaan ini kepada pemerintah, karena faktanya, menurut Anggota Komisi VI DPR, Hendrawan Supratikno, Indonesia memang belum siap untuk bersaing dengan Cina, dan mengancam meningkatnya angka pengangguran di dalam negeri. Bagaimana sikap pemerintah? Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, kepada wartawan Senin (04/01/10) kemarin mengatakan, mengahadapi ancaman Cina dalam pemberlakuan perdagangan bebas ini, Ekonomi Internasional - AFTA 17 pemerintah telah mengambil langkah, salah satunya dengan meninjau lagi pos-pos tarif yang selama ini menjadi kendala peningkatan daya saing industri tekstil di tanah air.Pemerintah, menurut Hatta, juga telah meminta masukan kalangan dunia usaha, agar antara pemerintah sebagai regulator dan kalangan dunia usaha dapat melakukan langkah bersama, menghadapi era persaingan bebas di kawasan Asean itu. Sebagai gambaran, selama ini daya saing industri tekstil dan produk tekstil domestik sangat lemah, karena beberapa faktor, terkait kebijakan pemerintah Indonesia, yang di sisi lain, justru menjadi kekuatan Cina dalam memasuki persaingan di pasar bebas Asean yaitu: a. tingginya suku bunga komersial yang menapai 14 persen, padahal di Cina hanya 6 persen. b. krisis energi yang sampai kini masih berlangsung di Indonesia, berdampak langsung pada mahalnya harga listrik. c. Masih rendahnya produktifitas ketenagakerjaan yang ada. Badan tenaga kerja PBB-ILO mencatat, produktifitas kerja Indonesia berada di peringkat ke-59 dunia, sedangkan Cina di posisi ke-31. d. Tingginya biaya pelabuhan di Indonesia dan masih menggunakan mata uang dollar Amerika, padahal di negara pesaing, dapat menggunakan mata uang setempat. Benarkah bergabungnya Cina dalam perdagangan pengangguran di dalam negeri?Tak semua sependapat dengan hipotesis itu.Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, Indonesia masih punya peluang untuk bersaing dengan Cina. Kinerja perdagangan Indonesia dengan 10 negara Asean selama ini menunjukkan, Indonesia masih memiliki kekuatan daya saing. Karena itu menurut Rusman, masuknya Cina dalam perdagangan bebas ini, harus dilihat dari dua sisi, ancaman juga sebagai peluang. Merujuk kinerja ekonomi tahun 2009, pemerintah memang optimis, laju perekonomian nasional akan mampu menghadapi goncangan ekonomi Ekonomi Internasional - AFTA 18 global. Kinerja ralisasi APBN 2009, mencatat prestasi luar biasa.Realisasi defisit APBN 2009 mencapai 1,6 persen terhadap pendapatan domestik bruto, melampaui target sebelumnya 2,4 persen, dengan membukukan kelebihan pembiayaan anggaran sebesar 38 triliun rupiah. Capaian prestasi ini, menurut Hatta Rajasa, tidak lepas dari perkembangan kondisi ekonomi makro dan langkah kebijakan fiskal selama tahun 2009. Karena itu Hatta yakin, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 mencapai 4,3 sampai 4,4 persen, yang merupakan peringkat ketiga dunia, dan akan meningkat lagi di tahun 2010. Demikian juga dengan inflasi, di mana selama 2009 dapat dikendalikan hingga 3 persen, yang merupakan inflasi terendah dalam 10 tahun terakhir. Optimisme inilah yang juga disuarakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat membuka sesi perdagangan bursa pasar modal tahun 2010 di Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, saat ini menjadi yang terbaik di antara negara-negara yang tergabung dalam G20, bahkan yang terbaik se-Asia Tengara, dan nomor dua se Asia Pasifik. Atas semua capaian di tahun 2009 inilah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono optimis, tahun 2010 dan di tahun-tahun mendatang, perekonomian Indonesia akan terus mengalami kemajuan, termasuk mencapai target-target pertumbuhan ekonomi. Karena itu, kalangan dunia usaha tak perlu pesimis, apalagi bersikap cengeng. Sikap optimis harus ditumbuhkan, karena seperti kata Kepala BPS Rusman Heriawan, berbagai ancaman, termasuk masuknya Cina dalam perdagangan bebas, harus pula dilihat sebagai tantangan untuk maju, dengan memaksimalkan semua peluang yang ada. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di Makassar, Sabtu (2/1/2010), menyatakan kekhawatirannya terhadap pemberlakuan perdagangan bebas ASEAN-China (ASEAN FTA-China). Sebab, kemungkinan itu akan mengganggu perdagangan domestik. "Mudahmudahan perdagangan domestik yang kuat tidak terganggu dengan AFTA, Ekonomi Internasional - AFTA 19 saya harap bisa ditunda karena bisa mengancam juga, mudah-mudahan bisa bertahap," ujarnya. Seperti diberitakan, ASEAN FTA-China akan diberlakukan sejak 1 Januari 2010. Dengan demikian, semua produk China bebas masuk ke pasar ASEAN.Sejumlah kekhawatiran sudah disampaikan para produsen tekstil dan produk tekstil yang kemungkinan besar tidak mampu bersaing dengan produk China yang harganya murah. Pada 2010, pihaknya diminta untuk melakukan koordinasi dengan seluruh departemen untuk melakukan pengendalian dan pengawasan pada program penurunan tingkat kemiskinan. "Pada 2009, tingkat kemiskinan nasional 14,5 persen, ditargetkan dalam lima tahun penurunan tingkat kemiskinan bisa ditekan hingga delapan atau 10 persen sesuai standar Milenium Development Goal Strategy (MDGS)," ujarnya. Pihaknya mengapresiasi Pemerintah Sulsel yang dapat menekan angka kemiskinan jauh lebih rendah dari angka nasional. Menteri berharap, daerah juga mampu melakukan koordinasi dengan seluruh pihak untuk mengurangi dan jika memungkinkan menghilangkan kemiskinan. Pengentasan kemiskinan merupakan kesepakatan global dari 190 kepala pemerintahan yang menyepakati bahwa era pembangunan milenium angka kemiskinan pengangguran dan kelaparan di dunia dapat ditekan hingga 7,5 persen. Fokus program kesejahteraan rakyat lainnya adalah peningkatan sumber daya manusia dan menghadapi penanggulangan bencana dan penyakit. AFTA-CHINA 2010 benar-benar menimbulkan banyak pertentangan dari banyak kalangan, khususnya mereka para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).Ini dikarenakan Usaha Kecil dan Menengah merupakan salah satu pihak yang paling di rugikan dengan adanya AFTA-CHINA ini.Hal ini di karenakan para pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia belum semuanya siap “bertarung” dalam kancah dunia pasar bebas ini. Kekhawatiran para pelaku usaha kecil dan menengah sangatlah Ekonomi Internasional - AFTA 20 beralasan, ini disebabkan dengan adanya pasar bebas ini dipastikan produk China akan membanjiri pasar di seluruh Indonesia, dan itu artinya produkproduk dari dalam negeri khususnya produk-produk usaha kecil dan menengah ini akan dipaksa untuk bersaing dengan produk-produk China yang terkenal dengan harga yang sangat murah dengan kwalitas yang lumayan bagus. Dengan adanya AFTA-CHINA ini nantinya akan menimbulkan dua pandangan yang berbeda. Di sisi lain hal ini bisa menjadi ancaman akan tetapi disisi yang lain ini bisa dijadikan sebagai sebuah tantangan untuk dunia usaha di Indonesia untuk meningkatkan kwalitas dan harga yang ditawarkan dalam dunia usaha. 3.2. Pengaruh AFTA Bagi Indonesia AFTA bagi Indonesia adalah pisau bermata ganda. Di satu sisi, perdagangan bebas menyediakan sederet peluang dan harapannamun di sisi lain berpotensi menggilas yang tidak siap melalui persaingan tanpa ampun. Beberapa hal, oleh karenanya perlu ditekankan kembali agar setiap kebijakan ekonomi ke depan dapat selalu diproyeksikan pada peningkatan daya saing sembari memperhatikan ketahanan ekonomi nasional, yaitu bahwa: a. Ketergantungan antar berbagai kekuatan ekonomi di kawasan akan semakin besar dan berpengaruh langsung terhadap perekonomian domestik Indonesia, khususnya yang paling perlu diwaspadai adalah transaksi perdagangan dan arus investasi asing langsung. b. Melihat berbagai indikator yang ada, Indonesia tidak dapat berharap terlalu banyak dari AFTA kecuali Indonesia dapat menciptakan terobosanterobosan di bidang perdagangan secara cukup spektakuler. Keunggulan komparatif yang relatif rendah, kemiripan produk-produk ekspor andalan di antara sesama Ekonomi Internasional - AFTA 21 anggota AFTA. c. Indonesia masih cukup dapat berharap banyak dari transaksi perdagangan unilateral maupun perdagangan melalui media lain seperti APEC, dimana partner-partner dagang tradisional Indonesia berada. Namun hal ini bukan berarti Indonesia harus meninggalkan AFTA karena bagaimanapun AFTA adalah fenomena regional yang menyiratkan lebih banyak ketidakpastian apabila dihindari. Belajar dari pengalaman Inggris dalam konteks masyarakat ekonomi eropa, yang kiranya perlu dilakukan adalah menyiasati agar lahan yang sebenarnya “menjanjikan” tersebut dapat bermanfaat seoptimal mungkin bagi perekonomian nasional. d. Dibidang investasi, keberadaan AFTA menjadi penting bagi Indonesia untuk menarik kembali sepenuhnya capital flight yang terjadi selama periode krisis ekonomi. Oleh karenanya, disamping perlu menciptakansuasana kondusif di dalam negeri, Indonesia juga perlu semakin aktif melakukan promosi keluar. Meskipun faktor kekayaan alam yang melimpah serta jumlah pasar yang besar (210 juta orang) secara natural akan memposisikan Indonesia sebagai lahan subur bagi investasi, namun perlu diingat bahwa investasi selalu bergerak berdasarkan motivasi profit dari revenue. Perlu diingat bahwa negaranegara lain seperti China, India, Thailand, Vietnam, dan bahkan Kamboja dapat menjadi lebih menarik di mata investor jika Indonesia tidak jeli menangkap peluang yang ada. Dalam rangka ini AFTA tampaknya akan dapat diandalkan sebagai mediator yang efektif. Akhir kata, impian untuk menjadi kekuatan ekonomi yang solid di kawasan Asia Tenggara dengan berbasis pada kekayaan sumber daya alam, jumlah penduduk (pasar) yang besar, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil tampaknya masih memerlukan kerja Ekonomi Internasional - AFTA 22 keras dan kecerdasan extra. Menurut teori pembangunan terencana Suharto dan berbagai fakta pertumbuhan selama masa pemerintahannya, semestinya Indonesia sudah berada dalam tahap tinggal landas dalam artian telah lepas dari berbagai bentuk keterbelakangan ekonomi sekaligus confident dalam mengantisipasi fenomenafenomena strategis semisal perdagangan bebas. Namun kenyataannya, memasuki tahun kesepuluh millenium kedua ini Indonesia masih berjuang dengan krisis-krisis multidimensi yang tidak hanya cenderung melemahkan performance ekonomi melainkan juga meniadakan kemampuan untuk memanfaatkan setiap peluang yang ada sekaligus menyisakan perasaan khawatir akan terlindas roda ekonomi global yang semakin hari semakin berputar cepat. 3.3. Manfaat AFTA Bagi Indonesia Adapun AFTA juga bermanfaat bagi Indonesia, yaitu: a. Indonesia bisa memasukkan barang dagangan ke negara lain tanpa syarat yang susah b. Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk sebesar ± 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam c. Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya pemasaran d. Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu; e. Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya. Ekonomi Internasional - AFTA 23 3.4. Hambatan dan Pengaruh Buruk AFTA Bagi Indonesia Dalam setiap hubungan kerjasama pasti terdapat hambatan- hamatan yang dihadapi.Hambatan tersebut biasanya muncul saat pengaplikasian perjanjian.Dalam penerapan AFTA banyak hambatan yang dihadapi saat pertama kali diterapkan.ASEAN-6 merupakan negara anggota ASEAN yang pertama kali menerapkan usaha pengaplikasian AFTA. ASEAN-6 menjadi contoh bagi empat negara ASEAN lain. a. Negara-negara di ASEAN sebenarnya memiliki perbedaan tinggat perekonomian. Hal itu terlihat pada pendapatan perkapita masingmasing negara anggota ASEAN. Beberapa negara memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi dari pada negara lainnya. Belum lagi ketidak stabilan politik dalam negeri yang juga mempengaruhi perekonomian di negara-negara anggota ASEAN.Sehingga sulit bagi untuk menurunkan tarif bagi barang yang dianggap sensitif bagi kepentingan dalam negerinya termasuk Indonesia. b. Kualitas barang yang rendah dan tidak dapat bersaing membuat ambruknya industri kecil di beberapa Negara. Indonesia sendiri harus menghadapi kenyataan bahwa industri kecil di negaranya harus mengalami guncangan karena tidak dapat bersaing dengan barang komoditas yang masuk ke negaranya diakibatkan kurang memenuhi standar yang ditetapkan, hal ini mengakibatkan banyaknya industri-industri kecil dan menengah di Indonesia mengalami kerugian yang besar. c. Bahkan banyak anggapan bahwa AFTA hanya menghasilkan persaingan yang tidak seimbang bagi negara anggota ASEAN itu sendiri. Penurunan tarif barang bagi barang yang masuk dari negara anggota ASEAN menimbulkan kerugian. Ketidak siapan pasar industri lokal juga yang menjadi kendala bagi berjalannya AFTA dan penerapan penurunan tarif. Ekonomi Internasional - AFTA 24 d. Kendala lain yang tengah dihadapi adalah masalah infrastruktur di Indonesia yang kurang mendukung. 3.5. Strategi Menghadapi AFTA Dalam banyak hal, AFTA dapat efektif dan menguntungkan Indonesia jika para pengusaha dan pemerintah Indonesia bekerja sama. Solusi yang jelas bagi para pengusaha di Indonesia akan membantu Indonesia dalam menghadapi pasar bebas yang diberlakukan. a. Pemerintah melindungi para pengusaha kecil dan menengah dengan cara bantuan modal untuk melakukan produksi agar para pengusaha kecil dan menengah di Indonesia dapat membuat suatu produk yang memiliki daya saing yang tinggi saat dipasarkan. b. Pemerintah juga sepatutnya menyediakan infastruktur yang memadai, seperti jalanan yang rusak akan menghambat proses distribusi barang dan dapat merugikan. c. Mengharuskan setiap barang impor yang masuk ke Indonesia harus lolos verifikasi Sucofindo. d. SNI harus diberlakukan terhadap produk-produk buatan pabrik milik perusahaan luar yang ada di Indonesia. e. Indonesia harus mulai mencintai produk dalam negeri. f. Pengusaha-pengusaha industry kreatif harus lebih kreatif lagi dalam meningkatkan produk yang berkualitas. Ekonomi Internasional - AFTA 25 B A B IV PENUTUP 4.1. KESIMPULAN a. Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor impor atau hambatan perdagangan lainnya. b. AFTA Sendiri dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. c. Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negaranegara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. d. Keuntungan adanya AFTA yaitu Indonesia bisa memasukkan barang dagangan ke negara lain tanpa syarat- syarat yang susah, Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia dan Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya. e. Kerugian adanya AFTA yaitu sulit bagi untuk menurunkan tarif bagi barang yang dianggap sensitif bagi kepentingan dalam negeri, barang dari luar negeri terutama China lebih murah sehingga dapat menyebabkan barang domestik tidak dibeli. Ujung-ujungnya PHK tenaga kerja dan penggangguran meningkat. 4.2. SARAN Negara kita, Indonesia merupakan salah satu anggota ASEAN dan termasuk kedalam AFTA yang dibentuk oleh ASEAN sendiri. Untuk itu, kita harus membantu mewujudkan cita-cita atau tujuan dari AFTA itu sendiri. Karena bagaimanapun, tujuan tersebut akan membantu memajukkan ekonomi dari perdagangan dari luar maupun dalam Indonesia. Ekonomi Internasional - AFTA 26 DAFTAR PUSTAKA Dr. Hamdy Hady, Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, GHALIA, Indonesia 2001. Winarno Surachmad, Dasar-Dasar dan Teknik Riset : Pengantar Metodologi Ilmiah, CV Tarsito, Bandung, 1978. Jennifer Pedussel Wu, Measuring and Explaining the level of Regional Economic Integration, 2004. www.wikipedia.com www.google.com www.kompas.com Ekonomi Internasional - AFTA 27